Filsafat Umum

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 15

MAKALAH

PERBEDAAN DAN HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, ILMU


PENGETAHUAN DAN AGAMA

Untuk memenuhi mata kuliah Filsafat Umum


Dosen Pengampu Syukron, M.Pd.

Disusun oleh:
Sanuri Dedi Sukarja
Ahmad Royani

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
AL – AMIN INDRAMAYU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Karunia -NYA sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang
“Perbedaan dan Hubungan antara Filsafat, Ilmu, dan Agama”.
Adapun tujuan dari penyusun menyusun laporan ini adalah untuk memenuhi salah
satu mata kuliah Filsafat Umum dan agar penyusun mampu memahami dan menjelaskan
perbedaan dan hubungan antara filsafat, ilmu, dan agama.
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penyusun mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah Perbedaan dan
Hubungan antara Filsafat, Ilmu, dan Agama ini terdapat kesalahan, karena penyusun sendiri
masih dalam taraf pembelajaran sehingga kami mengharap kritik dan saran yang dapat
memperbaiki untuk penulisan makalah selanjutnya. Penyusun berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang lebih luas bagi pembacanya.

Penulis
.

SANURI DEDI SUKARJA


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat ....................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat........................................................................................3
2.2 Pengertian Ilmu............................................................................................4
2.4 Pengertian Agama........................................................................................6
2.4 Persamaan antara Filsafat, Ilmu dan Agama...............................................7
2.5 Perbedaan antara Filsafat, Ilmu dan Agama................................................7
2.5.1 Filsafat dan Ilmu ..............................................................................7
2.5.2 Filsafat dan Agama ..........................................................................8
2.6 Kedudukan Filsafat, Ilmu dan Agama ......................................................9
2.7 Hubungan Filsafat, Ilmu dan Agama ........................................................9
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ada tiga hal yang menjadi alat bagi manusia untuk mencari kebenaran, yaitu
filsafat, ilmu dan agama.Walaupun tujuan ketiga aspek ini untuk mencari kebenaran,
namun ketiganya tidak dapat dikategorikan sebagai sesuatu yang sama (sinonim). Secara
umum, filsafat dianggap sesuatu yang sangat bebas karena ia berpikir tanpa batas.
Sedangkan agama, lebih mengedepankan wahyu/ilham dari zat yang dianggap
Tuhan.Segala sesuatu yang berasal dari Tuhan, dalam perspektif agama adalah sebuah
kebenaran yang tidak dapat ditolak.Sedangkan ilmu adalah sebuah perangkat metode
untuk mencari kebenaran. Antara filsafat dan Ilmu, sama-sama tidak memiliki tokoh
sentral sebagaimana agama yang mensentralkan Tuhan. Dengan kata lain, dapat dikatakan
setiap masalah yang dihadapi manusia, maka mereka akan menggunakan tiga macam alat
untuk mencapai penyelesaiannya. Sebagian ahli agama menjadikan filsafat dan ilmu
sebagai alat untuk mempertajam pemahaman terhadap agama, sehingga kebenaran
terhadap agama semakin kuat.Sedangkan ahli filsafat melihat agama dengan pemikiran
yang mendalam, sehingga seorang filosof mendapat kebenaran yang paling hakiki.
Sedangkan ilmu pengetahuan, sebenarnya sebuah alat yang sangat sederhana, karena ia
dapat digunakan oleh semua orang dalam kapasitas dan kemampuan masing-masing
manusia. Pemahaman terhadap ketiga aspek ini, cukup urgen bagi setiap orang,
karenasemua orang pasti membutuhkan pemahaman terhadap persoalan yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari.
Manakala seandainya jika disepakati dengan suatu konsep bahwa filsafat adalah
induk dari segala ilmu pengetahuan, maka oleh karena itu setiap metode, objek, dan
sistematika filsafat itu harus mempunyai arti fungsional bagi setiap pengembangan ilmu
pengetahuan yang lainnya. Dengan berdasarkan atas konsep yang telah dikemukakan dan
dipaparkan di atas, maka dengan jelas dapat dipahami bahwa setiap ilmu pengetahuan
yang lain yang bersifat terapan merupakan pengembangan dari metode dan
sistematikayang ada di dalam disiplin filsafat.
Berdasarkan dari pengertian dan kedudukan filsafat yang telah dikemukakan dan
dipaparkan di atas haruslah disadari dan dipahami bahwa telah terjadi adanya hubungan
yang sangat signifikan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan-ilmu pengetahuan yang
lainnya, demikian pula halnya terjadi adanya hubungan antara filsafat dengan agama dan
hubungan antara agama dengan ilmu pengetahuan, sehingga terjadi hubungan yang saling
terkait (tasalsul) satu sama lainnya. Maka oleh karena itulah jika dikatakan bahwa filsafat
adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada (mawjud) dan yang
mungkin ada (mumkin al-wujud) serta sebagai suatu ilmu pengetahuan yang menyelidiki
hakikat pengetahuan manusia, justru karena itu, maka dapat dikatakan bahwa seluruh
ilmu pengetahuan itu harus mempunyai hubungan yang erat secara struktural dan
fungsional dengan filsafat.
Sejalan dengan perkembangan pemikiran manusia, dimana perbincangan dan
pembahasan mengenai ilmu pengetahuan mulai mencari titik perbedaan antara berbagai
hal, termasuk diantaranya mencari persekutuan-persekutuan di dalam penyelidikan
keperbedaan tersebut. Lantas kemudian orang mulai dapat membedakan antara filsafat
dengan ilmu pengetahuan, demikian pula halnya dapat membedakan antara filsafat
dengan agama, dan antara agama dengan ilmu pengetahuan.
Penempatan kedudukan yang berbeda, demikian pula perbedaan pengertian
fungsional dari ketiga masalah yang telah disebutkan di atas seringkali menimbulkan
berbagai macam sikap yang kurang atau bahkan tidak menguntungkan bagi manusia itu
sendiri, karena terjadi kesalahan pahaman tentang perbedaan itu. Bertitik tolak dari
persoalan-persoalan yang telah dikemukakan dan dipaparkan di atas tadi, maka dalam
makalah ini penulis ingin mencoba untuk membahas bagaimana hubungan (nisbah) antara
filsafat dengan agama, antara agama dengan ilmu pengetahuan dan antara ilmu
pengetahuan dengan filsafat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari filsafat, ilmu, dan agama ?
2. Bagaimana persamaan dan perbedaan antara filsafat, ilmu, dan agama ?
3. Bagaimana hubungan antara filsafat, ilmu, dan agama ?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Mengetahui pengertian dan maksud dari filsafat ilmu, dan agama.
2. Mengetahui apa persamaan dan perbedaan antara filsafat, ilmu, dan agama.
3. Mengetahui apa hubungan antara filsafat, ilmu, dan agama.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat


Kata filsafat untuk pertama kali diperkenalkan oleh salah seorang filosof Yunani
yang sangat terkenal, Pythagoras. Filsafat adalah kata yang berasal dari bahasa Yunani
(Grik), yang terdiri dari dua kata, yaitu kata philos yang berarti cinta dan kata shopos
yang berarti bijaksana. Maka oleh karena itu kata filsafat kadang kala sering juga
diartikan dengan cinta kebijaksanaan. Filsafat juga bisa diartikan sebagai rasa ingin tahu
secara mendalam tentang asal muasal sesuatu, bagaimana sesuatu dan untuk apa sesuatu.
Filsafat bisa juga diartikan dengan cinta kebenaran, karena inti dari filsafat itu adalah
berusaha untuk mencari kebenaran dari sesuatu.
Menurut Poedjawijatna, filsafat itu juga dapat dikatakan adalah suatu ilmu yang
berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran
belaka. Selanjutnya beliau mengkategorikan filasafat itu kedalam golongan ilmu, maka
oleh karena itu filsafat harus bersifat ilmiah, yaitu menuntut kebenaran, memilki metode,
bersistem dan harus berlaku umum.
Filsafat itu objek materinya memang sama dengan ilmu, akan tetapi filsafat tidak
dapat dikatakan ilmu, karena filsafat objek formanya adalah mencari sebab yang
sedalam-dalamnya, sementara objek forma ilmu adalah mencari sebab segala sesuatu
melalui pengalaman. Jad jika ada objek di luar pengalaman itu, maka tidak lagitermasuk
kedalam objek ilmu. Ilmu pada hakikatnya adalah inign tahu dengan segala sesuatu,
tetapi tidak secara mendalam.
Filsafat adalah ingin mengetahui dari mana sesuatu, bagaimana sesuatu dan untuk
apa sesuatu, sementara ilmu hanya ingin tahu bagaimana sesuatu itu. Lain halnya pula
denganagama yaitu berupaya menjelaskan mana yang benar dan mana yang tidak benar
tentang sesuatu itu. Kebenaraan sesuatu dalam agama adalah terletak apakah ia
diwahyukan atau tidak sesuatu itu. Yang diwahyukan itu harus dipercayai dan harus
dita‘ati, dengan demikian agama itu hakikatnya adalah suatu kepercayaan.
Pengertian filsafat itu juga dapat dibedakan dari dua segi, yaitu segi yang statis
dan dari segi yang dinamis. Dikatakan dinamis karena dimana pada akhirnya orang harus
mencari kebijaksanaan itu dengan beraneka macam cara dan metode yang dimiliki dan
kemampuan yang ada, dan dikatakan statis karena orang dapat mencukupkan diri atau
merasa cukup untuk sekedar mencintai kebijaksanaan tersebut. Akan tetapi walaupun
demikian, secara terinci dan secara khusus filsafat itu dapat diartikan sebagai suatu usaha
untukmencari kebenaran yang sesungguhnya dari segala sesuatu yang ada dan yang
mungkin ada atau mencari hakikat segala sesuatu yang secara ringkas dapat dikatakan
sebagai usaha mencari kebenaran yang hakiki.

2.2 Pengertian Ilmu


Ilmu adalah pengetahuan tentang segala sesuatu yang disusun secara bersistem
menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di
bidang pengetahuan itu, dan yang lebih awam lagi mengartikan ilmu itu dengan
pengetahuan dan kepandaian tentang sesuatu persoalan, baik itu persoalan sosial
kemasyarakatan maupun persoalan ekonomi, persoalan agama dan lain-lain
sebagainya,seperti soal pergaulan, soal pertukangan, soal duniawi, soal akhirat, soal
lahir, soal batin, soal dagang, soal adat istiadat, soal pertanian, soal gali sumur dan lain-
lain sebagainya. Ilmu itu juga dapat dikatakan dengan sekumpulan pengetahuan yang
diperoleh dari pengalaman - pengalaman yang dilalui atau yang diterima, baik itu
pengetahuan lewat pengalaman mimpi, lewat pengalaman perjalanan, lewat pengalaman
spritual, lewat pengalaman bekerja dan lain-lain sebagainya, kemudian pengetahuan itu
disusun secara sistematis, dengan memiliki metode, kemudian harus bersifat atau berlaku
untuk umum dan tidak boleh memihak kepada sesuatu serta berdiri sendiri atau otonom.
Ilmu itu juga dapat dikatakan dengan sekumpulan pengetahuan yang diperoleh
dari pengalaman-pengalaman yang dilalui atau yang diterima, baik itu pengetahuan lewat
pengalaman mimpi, lewat pengalaman perjalanan, lewat pengalaman spritual, lewat
pengalaman bekerja dan lain-lain sebagainya, kemudian pengetahuan itu disusun secara
sistematis, dengan memiliki metode, kemudian harus bersifat atau berlaku untuk umum
dan tidak boleh memihak kepada sesuatu serta berdiri sendiri atau otonom.
Berkaitan dengan masalah ilmu pengetahuan George Thomas White Patrick
pernah mengatakan bahwa science is the complete and consistent discreptions of the
facts of experience in the simples possible term (Ilmu adalah sesuatu yang bersifat
menyeluruh dan mencakup semua diskripsi/penjelasan fakta-fakta yang diambil atau
diterima dari suatu pengalaman dalam pengertian yang sangat simpel/sederhana).
Ilmu pengetahuan itu harus memiliki instrumen, paling tidak ada lima instrumen
ilmu pengetahuan yang mungkin dapat digunakan, yaitu: pertama, pengalaman yang
memfungsikan inderawinya sebagai instrumen utama untuk mendapatkan gambaran atau
arti dari sesuatu itu (pengetahuan perseptual indriyawi), dengan kata lain pengalaman
adalah sensoris yang menentukan kebenaran tentang sesuatu, pengalaman itu ada yang
bersifat objektif, yaitu pengalaman terhadap alam di luar diri yang berada atau terjadi
secara mandiri dan di luar diri dan ada pengalaman yang bersifat subjektif, yaitu
pengalamanmilik pribadi, berada di dalam diri seperti rasa takut, rasa bahagia,rasa enak
atau rasa malu dan lain-lain sebagainya. Pengalaman hanya melalui pengamatan semata-
mata, kebenaran yang dicari itu akanmengalami distorsi (penyimpangan), konsep dan
konstruk akan terungkap dalam rumusan yang berbeda. Kedua, berpikir (rasio) atau
menalar dimana akal atau intelek berfungsi dalam upaya mencapai kebenaran. Berpikir
itu tidak bisa terlepas dari realitas, juga tidak bisa terlepas dari potensi-potensi yang ada
di dalam diri manusia. Berpikir adalah suatu sistem dan proses kognitif yang kompleks,
justru kekompleksan inilah yang merangsang para pakar untuk terus menelitinya.
Ketiga, intuisi adalah sebagai kejadian eksperensial dan di dalam kalangan ahli psikologi
menggambarkan intuisi itu sebagai kejadian prilaku, yang juga bisa sampai kepada
kebenaran. Keempat, fatwa yaitu pernyataan atau pendapat dari kalangan para ahli atau
pakar (di dalam Islam disebut dengan alim jamaknya ulama‘) yang ahli atau pakar di
bidangnya masing-masing. Kelima, wahyu yang merupakan sumber ilmu pengetahuan
yang memiliki sifat kebenaran yang mutlak (absolut), akan tetapi keterungkapan
kebenarannya itu Ilmu pengetahuan itu harus memiliki instrumen, paling tidak ada lima
instrumen ilmu pengetahuan yang mungkin dapat digunakan, yaitu: pertama, pengalaman
yang memfungsikan inderawinya sebagai instrumen utama untuk mendapatkan gambaran
atau arti dari sesuatu itu, (pengetahuan perseptual indriyawi), dengan kata lain
pengalaman adalah sensoris yang menentukan kebenaran tentang sesuatu, pengalaman
itu ada yang bersifat objektif, yaitu pengalaman terhadap alam di luar diri yang berada
atau terjadi secara mandiri dan di luar diri dan ada pengalaman yang bersifat subjektif,
yaitu pengalaman milik pribadi, berada di dalam diri seperti rasa takut, rasa bahagia, rasa
enak atau rasa malu dan lain-lain sebagainya. Pengalaman hanya melalui pengamatan
semata-mata, kebenaran yang dicari itu akan mengalami distorsi (penyimpangan),
konsep dan konstruk akan terungkap dalam rumusan yang berbeda. Kedua, berpikir
(rasio) atau menalar dimana akal atau intelek berfungsi dalam upaya mencapai
kebenaran. Berpikir itu tidak bisa terlepas dari realitas, juga tidak bisa terlepas dari
potensi-potensi yang ada di dalam diri manusia.
2.3 Pengertian Agama
Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “agama” yang berarti tradisi.
Pada konsep yang sama dalam bahasa latin disebut “religio” yang berarti mengikut
kembali yang bermaksud mengikat dirinya kepada tuhan.
Secara liguistik, dan berarti ketaatan dan balasan. Penulis kitab Magayisul
Lughah mengatakan bahwa asal dan akar kata ini berarti penghambaan dan kehinaan
(tunduk). Sedangkan Raghib dalam Mufradai-nya mengatakan bahwa agama berarti
ketaatan dan balasan. Oleh karena itu, Syariat dinamakan din karena lazim ditaati.
Menurut para pemikir Barat definisi agama antara lain, agama adalah insting,
aksi, dan kondisi spiritual yang “menjangkiti” sekelompok orang tertentu dalam
kesendirian mereka di hadapatn Tuhan (William james adalah seorang filsuf sekaligus
psikolog berkebangsaan Amerika. Ia hidup pada tahun 1842-1910) Agama berarti sistem,
prinsip kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaikan dan kewajiban – kewajiban
yang berkaitan dengan kepercayaan itu.
Agama adalah tiruan dari filsafat. Menurutnya, baik agama maupun filsafat
berhubungan dengan realitas yang sama. Keduanya terdiri dari subjek-subjek yang
serupa dan samasama melaporkan prinsip-prinsip tertinggi wujud (yaitu, esensi Prinsip
Pertama dan esensi dari prinsip-prinsip kedua nonfisik).
Keduanya juga melaporkan tujuan puncak yang diciptakan demi manusia
yaitu,kebahagiaan tertinggi dan tujuan puncak dari wujud-wujud lain. Agama
memaparkan laporannya berdasarkan imajinasi. Dalam setiap hal yang didemonstrasikan
oleh filsafat, agama memakai metode-metode persuasif untuk menjelaskannya gagasan-
gagasan itu diketahui dengan membayangkannya lewat kemiripan-kemiripan yang
merupakan tiruan dari mereka, dan pembenaran terhadap apa yang dibayangkan atas
mereka disebabkan oleh metode-metode persuasif, maka orang-orang terdahulu
menyebut sesuatu yang membentuk pengetahan-pengetahuan ini agama. Jika
pengetahuan-pegetahuan itu sendiri diadopsi, dan metode-metode persuasif digunakan,
maka agama yang memuat mereka disebut filsafat populer, yang diterima secara umum,
dan bersifat eksternal.

2.4 Persamaan antara Filsafat, Ilmu dan Agama


Agama dan filsafat sebenernya memiliki kesamaan, yaitu bahwa keduanya
mengejar suatu hal yang dalam bahasa Inggris disebut Ultimater yaitu hal-hal yang
sangat penting mengenai masalah kehidupan, dan bukan suatu hal yang remeh. Orang
yang memegang filsafat dan agama tentunya sama-sama menjunjung tinggi apa yang
dianggapnya penting dalam kehidupaan. Persamaan antara filsafat, ilmu, dan agama :
1. Ketiganya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap-
lengkapnya sampai keakar-akarnya.
2. Ketiganya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara
kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya.
3. Ketiganya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan.
4. Ketiganya mempunyai metode dan sistem.Ketiganya hendak memberikan penjelasan
tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (obyektivitas), akan
pengetahuan yang lebih mendasa.

2.5 Perbedaan antara Filsafat, Ilmu dan Agama


2.5.1 Filsafat dan Ilmu
Apakah filsafat sama dengan ilmu pengetahuan? Harus kita tegaskan sejak
awal bahwa keduanya tidak sama. Tetapi, yang terpenting adalah bahwa keduanya
saling berhubungan.
Perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan juga tampak jelas ketika berhadapan
untuk melihat masalah-masalah kenyataan yang bersifat praktis. Ilmu pengetahuan bersifat
informasional dan analitis untuk bidang-bidang tertentu, tetapi filsafat tidak sekedar
memberikan informasi dari kehidupan hanya menjadi satu bagian saja yang harus dikaitkan
dengan pengetahuan lainnya. Jadi, bisa dikatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah anak dari
filsafat. Filsafat disebut sebagai “ibu dari ilmu pengetahuan. jadi, ilmu berkaitan dengan
lapangan yang terbatas, sedangkan filsafat mencoba menghubungkan diri dengan berbagai
pengalaman manusia untuk memperoleh suatu pandangan yang lebih utuh dan lengkap.
Perbedaan antara ilmu dan filsafat bisa terangkum dalam tabel ini.
ILMU FILSAFAT
Anak filsafat Induk ilmu
Objeknya terbatas (bidangnya saja) Filsafat memiliki objek lebih luas,
sifatnya universal.
Deskriptif dan analitis, memeriksa Sinoptik, memandang dunia dan alam
semua gejala melalui unsur semesta sebagai keseluruhan untuk
terkecilnya untuk memperoleh dapat menerangkannya,
gambaran senyatanya menurut menafsirkannya, dan memahaminya
bagian-bagiannya secara utuh.
Menekankan fakta-fakta untuk Bukan hanya menekankan keadaan
melukiskan objeknya, netral, dan sebenarnya dari objek, melainkan
mengabstrakkan faktor keinginan dan juga bagaimana seharusnya objek itu.
penilaian manusia Manusia dan nilai merupakan faktor
penting
Memulai sesuatu dengan Memeriksa dan meragukan segala
menggunakan asumsi-asumsi asumsi-asumsi
Menggunnakan metode eksperimen Menggunakan semua penemuan ilmu
yang terkontrol dengan cara kerja dan pengetahuan, menguji sesuatu
sifat terpenting, menguji sesuatu berdasarkan pengalaman dengan
dengan menggunakan indra manusia menggunakan pikiran.

2.5.2 Filsafat dan Agama


Filsafat berbeda dengan agama, tetapi juga ada yang menganggap agama
sebagian bagian dari filsafat. Ketika kita mendefinisikan filsafat sebagai kegiatan
yang menggunakan pikiran mendalam, menyeluruh, rasional, dan logis, agama
tampak sebagai suatu pemikiran yang bukan hanya dangkal, melainkan juga suatu hal
yang digunakan tanpa menggunakan pikiran sama sekali.
Dari titik ini agama tampak sebagai hal yang malah menentang filsafat.
Pertentangan ini tampak dalam berbagai ekspresi, yang paling tampak barang kali
adalah pertentangan antara orang yang berpegangan teguh pada pikiran spekulatif
serta tidak rasional agama dan para filusuf yang muncul ditengah-tengah meluasnya
pemikiran agama.
Agama dan filsafat sebenernya memiliki kesamaan, yaitu bahwa keduanya mengejar
suatu hal yang dalam bahasa Inggris disebut Ultimater yaitu hal-hal yang sangat penting
mengenai masalah kehidupan, dan bukan suatu hal yang remeh. Orang yang memegang
filsafat dan agama tentunya sama-sama menjungjung tinggi apa yang dianggapnya penting
dalam kehidupan.
FILSAFAT AGAMA
Filsafat berarti berfikir, jadi yang penting Agama berarti mengabdi diri, jadi yang
ialah ia dapat berfikir penting ialah hidup secara beragama
sesuai dengan aturan-aturan agama itu
Filsafat banyak berhubungan dengan Agama banyak berhubungan dengan hati
pikiran yang diingin dan tenang
Filsafat dapat diumpamakan seperti air Agama dapat diumpamakan sebagai air
telaga yang tenang dan jernih dan dapat sungai yang terjun dari bendungan
dilihat dasarnya dengan gemuruhnya
Seorang ahli filsafat, jika berhadapan Agama oleh pemeluk-pemeluknya, akan
dengan penganut aliran atau paham lain, diperhatikan dengan habis-habisan sebab
biasanya bersikap lunak mereka telah terikat dan mengabdikan
diri
Filsafat, walaupun bersifat tenang dalam Agama disamping memenuhi
pekerjaannya, sering mengeruhkan pemeluknya dengan sangat dan perasaan
pikiran pemeluknya pengabdian diri, juga mempunyai efek
yang menenangkan jiwa
pemeluknya. Filsafat penting dalam
mempelajari agama

2.6 Kedudukan Filsafat, Ilmu dan Agama


Filsafat, ilmu, dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan reflektif dengan
manusia. Dikatakan terkait, karen ketiganya tidak dapat bergerak dan berkembang
apabila tidak ada tiga alat dan tenaga utama yang berada didalam diri manusia. Tiga alat
dan tenaga utama manusia adalah akal pikir, rasa, dan keyakinan, sehingga dengan ketiga
hal tersebut manusia dapat mencapai kebahagiaan bagi dirinya.
Ilmu dan filsafat dapat bergerak dan berkembang berkat akal dan pikiran
manusia. Juga, agama dapat bergerak dan berkembang berkat adanya keyakinan. Ilmu
dan filsafat dapat bergerak dan berkembang berkat akal pikiran manusia. Juga, agama
dapat bergerak dan berkembang berkat adanya keyakinan. Akan tetapi, ketiga alat dan
tenaga utama tersebut tidak dapat berhubungan dengan ilmu, filsafat dan agama apabila
tidak didorong dan dijalankan oleh kemauan manusia yang merupakan tenaga tersendiri
yang terdapat dalam diri manusia.
Menurut Nasroen, dalam achmadi ( 2013:18) mengemukakan bahwa filsafat yang
sejati haruslah berdasarkan pada agama. Apabila filsafat tidak berdasarkan pada agama
dan filsafat hanya semata-mata berdasarkan atas akal pikir saja, filsafat tersebut tidak
akan memuat kebenaran objektif karena yang memberikan penerangan dan putusan
adalah akal pikiran. Sementara itu, kesanggupan akal fikiran terbatas sehingga filsafat
yang hanya berdasarkan pada akal pikir semata-mata akan tidak sanggup memberi
kepuasan bagi manusia, terutama dalam rangka pemahamannya dalam yang ghoib.

2.7 Hubungan Filsafat, Ilmu dan Agama


Filsafat adalah pendalaman lebih lanjut dari ilmu (Hasil pengkajian filsafat
selanjutnya menjadi dasar bagi eksistensi ilmu). Di sinilah batas kemampuan akal
manusia. Dengan akalnya ia tidak akan dapat menjawab pertanyaan yang lebih dalam
lagi mengenai manusia. Dengan akalnya, manusia hanya mampu memberi jawaban
dalam batas-batas tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Immanuel Kant dalam
Kritiknya terhadap rasio yang murni, yaitu manusia hanya dapat mengenal fenomena
belaka, sedang bagaimana nomena-nya ia tidak tahu. Sehubungan dengan hal tersebut,
maka yang dapat menjawab pertanyaan lebih lanjut mengenai manusia adalah agama;
misalnya, tentang pengalaman apa yang akan dijalani setelah seseorang meninggal dunia.
Jadi, sesungguhnya filsafat tidak hendak menyaingi agama. Filsafat tidak hendak
menambahkan suatu kepercayaan baru.
Selanjutnya, filsafat dan ilmu juga dapat mempunyai hubungan yang baik dengan
agama. Filsafat dan ilmu dapat membantu menyampaikan lebih lanjut ajaran agama
kepada manusia. Filsafat membantu agama dalam mengartikan teks-teks sucinya. Filsafat
membantu dalam memastikan arti objektif tulisan wahyu. Filsafat menyediakan metode-
metode pemikiran untuk teologi. Filsafat membantu agama dalam menghadapi masalah-
masalah baru. Sebaliknya, agama dapat membantu memberi jawaban terhadap problem
yang tidak dapat dijangkau dan dijawab oleh ilmu dan filsafat. Meskipun demikian, tidak
juga berarti bahwa agama adalah di luar rasio, agama adalah tidak rasional. Agama
bahkan mendorong agar manusia memiliki sikap hidup yang rasional: bagaimana
manusia menjadi manusia yang dinamis, yang senantiasa bergerak, yang tak cepat puas
dengan perolehan yang sudah ada di tangannya, untuk lebih mengerti kebenaran, untuk
lebih mencintai kebaikan, dan lebih berusaha agar cinta Allah kepadanya dapat menjadi
dasar cintanya kepada sesama sehingga bersama-sama manusia yang lain mampu
membangun dunia ini.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Filsafat adalah proses berfikir secara radikal, sistematik, dan universal terhadap
segala yang ada dan yang mungkin ada. Dengan kata lain, berfilsafat berarti berfikir
secara radikal (mendasar, mendalam, sampai ke akar-akarnya), sistematik (teratur, runtut,
logis, dan tidak serampangan) untuk mencapai kebenaran universal (umum, terintegral,
dan tidak khusus serta tidak parsial).
Ilmu pengetahuan itu adalah filsafat, ilmu pengetahuan itu masih bersifat
sementara, dan membuutuhkan penyempurnaan dan perbaikan. Dari pemaparan di atas
dapat disimpulkan antara filsafat, ilmu, dan agama memiliki perbedaan, tetapi ada titik
persamaanya yaitu ketiganya mencari sebuah kebenaran dan memberikan sebuah
jawaban bagi permasalahan-permasalahan kehidupan. Sehingga antara filsafat, ilmu dan
agama memiliki relevansi sebagai berikut:
1. Filsafat, ilmu, dan agama sama-sama mencari kebenaran.
2. Filsafat dan ilmu dapat membantu menyampaikan lebih lanjut ajaran agama kepada
manusia. Filsafat membantu agama dalam mengartikan teks-teks sucinya.
3. Sebaliknya, agama dapat membantu memberi jawaban terhadap problem yang tidak
dapat dijangkau dan dijawab oleh ilmu dan filsafat.
Dengan demikian antara filsafat, ilmu dan agama tidak ada pertentangan jika
didudukkan dalam proporsi dan bidangnya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/22/hubungan-ilmu-filsafat-dan-agama/
http://mengenal hukum indonesia.blogspot.com/2012/04/hubungan-filsafat-dan-ilmu
pengetahuan.
Soedojo,Peter.2004.Pengantar Sejarah dan Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam.Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Suriasumantri, Jujun S.2007.Sebuah Pengantar Populer Filsafat Ilmu.Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Slamet Ibrahim, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Bandung: ITB, 2008.
Tim Penulis, Kamus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka: 1998.
Uhar Suharsaputra, dalam Filsafat Ilmu, Jilid I, Jakarta: Universitas Kuningan, 2004.

You might also like