Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 4

JKGT VOL.

2, NOMOR 1, JULY (2020), 19-22

(Penelitian)
Gambaran Hasil Analisis Sefalometri Pada Pasien Ras Deutro Melayu Usia
8-12 Tahun Menggunakan Analisis Ricketts
Rissa Anuar Shindy1, Olivia Piona Sahelangi2
1
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia
2
Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia
Email : oliviasahelangi@gmail.com

ABSTRACT
Background: Cephalometric analysis is one of the supporting tools in establishing a correct diagnosis. From the various
methods of cephalometric analysis, one that used is the analysis of Ricketts. This Ricketts analysis has a method for
determining the position of facial convexity, dental position and face profile. This study was thus carried out to describe the
value of cephalometric measurements in patients with Deutro Melayu race aged 8-12 years using Ricketts analysis. Method:
This type of research is a descriptive observational cross sectional design. Samples were taken in the form of secondary
data, namely cephalograms from orthodontic patients at RSGM FKG Usakti in January 2018 to December 2018. The
analysis was carried out by measuring 8 Ricketts analysis parameters, namely: facial axis, facial depth, mandibular plane,
convexity of point A, lower incisor to A-Pog, upper molar to PtV, lower incisor to A-Pog, lower lip to aesthetic lines. Result:
Based on Ricketts analysis, the cephalometric mean value of RSGM FKG Usakti orthodontic patients was facial axis of
87,8; facial depth of 85,6; mandibular plane of 31 ; convexity of point A 3,5 mm; the lower incisor distance to A-Pog of
3,0 mm; upper molar to PtV of 7,8 mm; the lower incisor angle to A-Pog of 23,5; lower lip to aesthetic lines of 1,9 mm.
Conclusions: Deutro Malay Race has a skeletal class 1 with a tendency towards lower incisor proclination and mild
protusive lower lips.

Keyword: cephalometric analysis, Ricketts analysis, children, Deutro-Malay race

LATAR BELAKANG titik anatomi maupun artifisial yang ditemukan


Sebagian besar kasus maloklusi dimulai pada semua analisis sefalometri. Penandaan
selama periode gigi campur dengan rentang usia 6 anatomi landmark pada jaringan keras dan
sampai 12 tahun.1 Periode gigi campur adalah jaringan lunak di sekitarnya pada radiografi
periode perkembangan setelah gigi molar pertama sefalometri merupakan bagian penting untuk
dan gigi insisif permanen pertama telah erupsi. 2 menegakkan rencana perawatan. Dari berbagai
Tujuan perawatan ortodonti adalah untuk macam metode analisis sefalometri, salah satunya
memperoleh oklusi yang optimal dan harmonis, yang digunakan adalah analisis Rickkets. 7
baik letak maupun fungsinya serta untuk Robert Ricketts salah satu ahli dalam anatomi
menciptakan keseimbangan antara hubungan kraniofasial, fisiologi dan perkembangan wajah
oklusal gigi geligi, dan estetik wajah. pada manusia. Ricketts mengatakan bahwa analisis
Perawatan ortodonti meliputi perawatan sefalometri merupakan alat untuk membantu
terhadap dental dan skeletal wajah.3 Sebelum menegakkan diagnosis dan mengevaluasi
dilakukan perawatan ortodonti dapat dilakukan pertumbuhan dan perkembangan pasien. 8 Analisis
penegakkan suatu diagnosis. Analisis sefalometri Ricketts merupakan salah satu analisis sefalometri
merupakan salah satu sarana penunjang dalam paling umum digunakan karena mudah
menegakkan suatu diagnosis yang tepat. 4 Analisis diaplikasikan dan sederhana.9
sefalometri bertujuan untuk membantu menentukan Analisis Ricketts ini memiliki metode untuk
diagnosis terhadap kedudukan komponen dental menentukan posisi konveksitas wajah, posisi gigi
dan skeletal wajah berdasarkan nilai sefalometri dan profil wajah. Jaringan lunak dan jaringan keras
dari ras yang ditentukan.3 merupakan komponen penting dalam pembentukan
Komponen skeletal dan dental sangat penting wajah dan kepala. Ciri khas dari analisis Ricketts
dalam diagnosis kraniofasial dan perencanaan ini ialah garis estetik yang dibentuk oleh garis yang
perawatan ortodonti. Jaringan keras secara rutin ditarik dari pogonion (Pog) ke puncak hidung (Pr).
dievaluasi secara radiografi pada sefalometri Lalu Ricketts juga membuat suatu analisis melalui
lateral.5 Radiografi sefalometri telah menjadi baku kecembungan wajah serta tinggi dan dalam dari
emas pada awal tulang fasial.10
perawatan ortodonti karena memberi penilaian Kontur fasial yang dilihat yaitu lokasi dagu,
yang mudah dan akurat.6 Landmark merupakan posisi maksila terhadap profil wajah dan hubungan

19
JKGT VOL.2, NOMOR 1, JULY (2020) 19-22

gigi geligi anterior. Pada umumnya analisis HASIL


Ricketts menggunakan beberapa parameter seperti Dari 70 sampel yang digunakan dalam
facial axis, facial (depth) angle, bidang mandibula, penelitian ini, hanya 51 sampel yang memenuhi
convexity of point A, sudut insisif bawah ke A-Pog, kriteria inklusi yaitu sefalogram berkualitas baik
molar atas ke PtV, jarak insisif bawah ke A-Pog, dengan gambaran objek tercakup semua dalam
bibir bawah ke garis estetik.11 Penduduk Indonesia radiografi dan terletak ditengah dengan kontras dan
terdiri dari berbagai macam ras yang terbagi ketajaman baik, daerah interdental tampak jelas,
menjadi tiga kelompok, yaitu sub ras Proto Melayu distorsi minimal, pasien anak usia 8 sampai 12
dan sub ras Deutro Melayu yang tergolong dalam tahun, ras Deutro Melayu pada ayah dan ibu, dan
sub ras Malayan Mongoloid.12 pasien yang dirawat dibagian ortodonti pada bulan
Penduduk Indonesia termasuk sub ras Deutro Januari 2018 sampai Desember 2018. Sedangkan
Melayu. Adanya perbandingan pengukuran dengan kriteria eksklusinya yaitu pasien yang menjalani
standar berdasarkan usia, ras, dan jenis kelamin perawatan ortodonti ataupun yang sudah pernah
merupakan tolak ukur yang penting untuk melakukan perawatan ortodonti. Dari 51 sampel
diagnosis, mengawasi perawatan dan prediksi hasil yang didapat tercatat proporsi jenis kelamin pasien
akhir perawatan ortodonti.13 Berdasarkan latar adalah 24 laki-laki dan 27 perempuan. (Tabel 1).
belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang gambaran nilai pengukuran Tabel 1. Jumlah sampel menurut jenis kelamin.
sefalometri pasien ras Deutro Melayu usia 8-12 Jenis Jumlah Persentase
tahun menggunakan analisis Ricketts.
Kelamin
BAHAN DAN METODE Laki-Laki 24 47 %
Jenis penelitian ini adalah observasional
deskriptif dengan rancangan cross sectional. Perempuan 27 53 %
Sampel diambil dari data sekunder radiografi
sefalometri pasien ortodonti RSGM FKG Usakti
pada bulan Januari 2018 sampai Desember 2018. Pengukuran yang dilakukan menggunakan
Ras pasien adalah Deutro Melayu yang mempunyai radiografi sefalometri pada pasien ortodonti
keturunan Aceh, Melayu, Minangkabau, Betawi, RSGM-FKG Usakti usia 8-12 tahun berdasarkan 8
Sunda, Jawa, Lampung, Madura, Bali, Makassar, parameter analisis Ricketts yaitu facial axis, facial
Bugis, dan Manado. Alat dan bahan yang depth, bidang mandibula, convexity of point A,
digunakan adalah sefalogram, penggaris, pensil jarak insisif bawah ke A-Pog, molar atas ke PtV,
mekanik, busur, gunting, penghapus, selotip, dan sudut insisif bawah ke A-Pog, dan bibir bawah ke
kertas tracing. Analisis dilakukan dengan garis estetik.
melakukan pengukuran 8 parameter analisis
Tabel 2. Hasil penapakan 8 parameter Ricketts pada pasien
Ricketts, yaitu facial axis, facial depth, bidang ortodonti RSGM FKG Usakti usia 8-12 tahun.
mandibula, convexity of point A, jarak insisif bawah
ke A-Pog, molar atas ke PtV, sudut insisif bawah
ke A-Pog, bibir bawah ke garis estetik. Pengukuran
angular yaitu sudut facial axis, facial depth, bidang
mandibula, sudut insisif bawah ke A-Pog, dicatat
dalam skala nominal dan besaran derajat.
Pengukuran linear yaitu convexity of point A, jarak
insisif bawah ke A-Pog, molar atas ke PtV, bibir
bawah ke garis estetik, dicatat dalam skala nominal
dan millimeter (mm).

Gambar 1. Landmark radiografi sefalometri menurut analisis


Ricketts.8

20
JKGT VOL.2, NOMOR 1, JULY (2020) 19-22

PEMBAHASAN dengan pertumbuhan, sudut ini dapat berubah dan


Analisis sefalometri merupakan alat penting perubahan nilai sudut bidang mandibula juga
dalam perawatan ortodonti yang bertujuan untuk berkaitan dengan ras dan jenis kelamin. Pada
membantu menentukan diagnosis terhadap umumnya ras Deutro Melayu karakteristik tipe
kedudukan komponen dental dan skeletal wajah wajah dolikofasial.15
berdasarkan nilai sefalometri dari ras yang Convexity of point A adalah titik yang
ditentukan.3 mewakili kecembungan wajah dihitung dari jarak
Analisis Ricketts merupakan salah satu metode titik A ke bidang wajah (N-Pog) yaitu bidang yang
dari analisis sefalometri. Ricketts memperkenalkan dibentuk dari titik N ke titik Pog. Jarak ini
metodenya untuk menentukan posisi konveksitas menggambarkan hubungan skeletal dari maksila
wajah, posisi gigi dan profil wajah. 9 secara horizontal dengan mandibula. Nilai rata-rata
Penelitian ini dilakukan di bagian ortodonti yang yang normal pada jarak ini, yaitu 2 mm  2
RSGM FKG Usakti dengan cara melakukan mm.8 Penelitian pada pasien ras Deutro Melayu di
penapakan pada sefalogram pasien ortodonti RSGM FKG-Usakti memiliki nilai rata-rata lebih
dengan rentang usia 8-12 tahun, dimana pada usia besar, yaitu 3,5 mm. Hal ini menunjukkan
ini telah memasuki periode gigi campur. Periode kecenderungan maksila yang lebih prominen pada
gigi campur merupakan periode transisi dari gigi ras Deutro Melayu. Seiring dengan pertumbuhan,
desidui ke gigi tetap.14 Berdasarkan hasil analisis jarak ini akan terus bertambah secara perlahan.15
sefalometri pada pasien ortodonti RSGM FKG Jarak insisif bawah ke A-Pog adalah garis
Usakti usia 8-12 tahun dengan metode analisis referensi yang berguna untuk mengatur posisi gigi
Ricketts menunjukkan posisi dagu yang normal anterior dihitung dari jarak insisif bawah ke bidang
namun mempunyai pola pertumbuhan vertikal yang gigi (A-Pog). Nilai rata-rata yang normal dari jarak
lebih kecil dengan hasil rata-rata sudut facial axis ini, yaitu 1 mm  2 mm.8 Penelitian pada pasien
adalah 87,8. Nilai rata-rata yang normal dari sudut ortodonti ras Deutro Melayu di RSGM FKG-Usakti
ini, yaitu 90  3,5.8 Sudut facial axis dibentuk menunjukkan nilai rata-rata lebih besar, yaitu 3,0
dengan menarik garis dari titik Basion ke nasion mm yang menunjukkan kedudukan insisif bawah
dan dari titik pterygoid ke gnation. Sudut facial normal. Hal ini menandakan bahwa pasien
axis ini menurut Ricketts merupakan sumbu ortodonti di RSGM FKG-Usakti mempunyai
pertumbuhan yang paling konsisten dikarenakan kecenderungan insisif bawah protusif dan
seiring bertambahnya usia, arah dari pertumbuhan pergerakan posisi insisif bawah lebih cenderung ke
mandibula hanya mengalami sedikit perubahan. 15,16 anterior. Menurut Ricketts nilai ini akan berubah
Facial depth merupakan sudut yang dibentuk sangat lambat seiring pertumbuhan. Perubahan nilai
dengan menghubungkan titik nasion ke titik ini dimulai dari gigi desidui sampai erupsi gigi
pogonion dan bidang Frankfort Horizontal. tetap.15,17
Pengukuran sudut ini menggambarkan hubungan Molar atas ke PtV merupakan pengukuran
horizontal mandibula ke kranium. Nilai rata-rata jarak dari pterygoid vertical ke distal molar atas.
yang normal dari sudut ini adalah 87  3. Pengukuran ini menggambarkan posisi horizontal
Penelitian pada pasien ortodonti ras Deutro Melayu dari M1 atas. Nilai rata-rata yang normal dari jarak
di RSGM FKG-Usakti mempunyai nilai rata-rata ini pada usia 9 tahun, yaitu 8,5 mm  2,4 mm.
85,6. Hal ini dapat dikatakan kedudukan Penelitian pada pasien ortodonti ras Deutro Melayu
mandibula normal namun memiliki kecenderungan di RSGM FKG-Usakti usia 9 tahun menunjukkan
retrusif dikarenakan sudut yang mengecil dan nilai rata-rata, yaitu 7,8 mm. Nilai ini menunjukkan
menunjukan keadaan mandibula lebih ke posterior. kedudukan molar atas normal. Pengukuran ini
Penelitian yang dilakukan oleh Heryumani berlawanan dengan pengukuran insisif bawah ke A-
mengatakan bahwa ras Deutro Melayu memiliki Pog dikarenakan nilai pada pterygomaxillary
kecenderungan dagu yang tidak begitu fissure tidak akan berubah seiring pertumbuhan.
menonjol.8,17 Menurut Ricketts, pertumbuhan inkremental
Bidang mandibula (Go-Gn) ke bidang terbesar pada usia 9 tahun. Setelah usia 9 tahun,
Frankfort Horizontal adalah garis yang terbentuk pebentukan ruang pada rahang atas menjadi
dengan menarik garis antara gonion dan gnation berkurang.8,15
berpotongan dengan bidang Frankfort Horizontal. Sudut insisif bawah terhadap bidang A-Pog
Nilai rata-rata yang normal dari sudut ini adalah yaitu sudut yang terbentuk antara sumbu panjang
26  4,5. Penelitian pada pasien ortodonti ras gigi insisif bawah ke bidang A-Pog. Nilai rata-rata
Deutro Melayu di RSGM FKG-Usakti yang normal dari sudut ini, yaitu 22  4.
menunjukkan nilai rata-rata lebih besar dari nilai Penelitian pada pasien ortodonti ras Deutro Melayu
idealnya, yaitu 31. Sudut yang lebih besar di RSGM FKG-Usakti menunjukkan nilai rata-rata
mengindikasikan pola pertumbuhan vertikal dan 23,5. Nilai ini menunjukkan kedudukan insisif
rotasi ke bawah dan ke belakang.8 Penelitian ini bawah normal namun memiliki kecenderungan
menunjukkan bahwa ras Deutro Melayu memiliki proklinasi.8
kecenderungan tipe wajah dolikofasial. Seiring

21
JKGT VOL.2, NOMOR 1, JULY (2020) 19-22

Pengukuran jarak bibir bawah ke garis estetik 4. Alam MK, Faezah N, Iberahim B, Mukai A,
Imanishi T. Original Sagittal and Vertical Occlusal
yaitu jarak yang diukur dari titik paling anterior Cephalometric Analyses of Pancherz among
dari bibir bawah ke bidang Pn - Pog. Pengukuran Malaysian Malays and Malaysian Chinese.
jarak bibir bawah ke garis estetik merupakan 2016;403–12.
indikasi dari keseimbangan jaringan lunak antara 5. Zecca PA, Fastuca R, Beretta M, Caprioglio A,
Macchi A. Correlation Assessment between Three-
bibir dan profil. Nilai rata-rata yang normal dari Dimensional Facial Soft Tissue Scan and Lateral
jarak ini, yaitu -2 mm  2 mm. Penelitian pada Cephalometric Radiography in Orthodontic
pasien ortodonti ras Deutro Melayu di RSGM Diagnosis. Int J Dent. 2016;2016:1–8.
FKG-Usakti menunjukkan nilai rata-rata jarak bibir 6. Stupar I, Yetkiner E, Wiedemeier D, Attin T, Attin
R. Influence of Lateral Cephalometric Radiographs
bawah ke garis estetik yaitu 1,9 mm. Nilai ini on Orthodontic Treatment Planning of Class II
menggambarkan bibir protusi ringan. Penambahan Patients. Open Dent J. 2018;12(1):296–302.
angka pada jarak ini dikarenakan permukaan labial 7. Lindner C, Wang CW, Huang CT, Li CH, Chang
bibir bawah dipengaruhi oleh gigi insisif bawah SW, Cootes TF. Fully Automatic System for
Accurate Localisation and Analysis of Cephalometric
dan atas. Perbedaan hasil pengukuran ini bisa Landmarks in Lateral Cephalograms. Sci Rep.
disebabkan juga oleh perkembangan bibir dalam 2016;6(May):1–10.
ketebalannya yang sangat bevariasi dan hal ini erat 8. Jacobson AJ and RL. Radiographic Cephalometry:
hubungannya dengan ras.8,15 Penelitian yang From Basics to 3-D Imaging. 2nd ed. Bywaters L c.,
editor. Quintessence Publishing Co. Ltd.; 2006. 79–
dilakukan oleh Heryumani mengatakan bahwa ras 91.
Deutro Melayu memiliki proporsi jaringan lunak 9. Juma A, Tattan M, Duarte C. The Alternative Use of
yang cembung.17 a Nonconventional Orthopantomograms Analysis
Penelitian yang dilakukan oleh Mahyastuti dan Technique for Facial Skeletal Assessment. Int J
Orofac Res. 2018;3(2):26–31.
Crisnawati mengatakan bahwa inklinasi gigi insisif 10. Turley PK. Evolution of esthetic considerations in
atas dan bawah relatif lebih maju pada ras Deutro orthodontics. Am J Orthod Dentofac Orthop.
Melayu. Penelitian yang dilakukan oleh Heryumani 2015;374–9.
juga mengatakan bahwa ras Deutro Melayu 11. Bae EJ, Kwon HJ, Kwon OW. Changes in
longitudinal craniofacial growth in subjects with
memiliki ciri-ciri hidung tidak terlalu mancung, normal occlusions using the Ricketts analysis.
dagu tidak terlalu menonjol, bibir cenderung tebal, Korean J Orthod. 2014;44(2):77–87.
dan proporsi jaringan lunak yang cembung. 17 12. Chairani CN, Rahmi E. Korelasi antara dimensi
vertikal oklusi dengan panjang jari kelingking pada
sub-ras Deutro Melayu. Maj Kedokt Gigi Indones.
KESIMPULAN 2017;2(3):155.
Pasien ortodonti FKG-Usakti memiliki skeletal 13. Vojdani Z, Bahmanpour S, Momeni S, Vasaghi A,
kelas I dengan kecenderungan proklinasi insisif Yazdizadeh A, Karamifar A, et al. Cephalometry in
bawah dan bibir bawah protusif. 14-18 Years Old Girls and Boys of Shiraz-Iran High
School. Int J Morphol. 2009;27(1):101–4.
14. AlShaya MS, Assery MK, Pani SC. Reliability of
DAFTAR PUSTAKA mobile phone teledentistry in dental diagnosis and
1. Singh R, Singh A, Aggarwal A, Gupta N, Srivastava treatment planning in mixed dentition. J Telemed
B, Bhatia H. Validation of Tanaka and Johnston′s Telecare. 2020;26(1–2):45–52.
analysis in western UP Indian population. J Indian 15. Ricketts R. Perspectives in Clinical Application of
Soc Pedod Prev Dent. 2013;31(1):36. Cephalometrics. Angle Orthodontic; 1981. 115–150.
2. Suresh M, Ratnaditya A, Kattimani VS, Karpe S. 16. Ricketts R. The influence of orthodontic treatment on
One Phase versus Two Phase Treatment in Mixed facial growth and development. Angle Orthodontic;
Dentition: A Critical Review. J Int oral Heal JIOH. 1960. 103–133 .
2015;7(8):144–7. 17. Komalawati, Indriaty E, Supartinah A. Profil
3. Atit M, Darda M, Deshmukh S, Naik C, Rahalkar J, Jaringan Lunak dan Keras Wajah Lelaki dan
Subramanian V. Mean values of Steiner, Tweed, Perempuan Dewasa Etnis Aceh Berdasarkan
Ricketts and McNamara analysis in Maratha ethnic Keturunan Campuran Arab, Cina, Eropa dan Hindia.
population: A cephalometric study. APOS Trends Cakradonya Dent J. 2013;5(2):542–618.
Orthod. 2013;3(5):137.

22

You might also like