Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 20

KOMUNIKASI OPTIK

MAKALAH K3 FIBER OPTIC

Disusun Oleh :

NAMA : MEIDITA SALSABILA

NIM : 062140352359

KELAS : 3 TEA

DOSEN PENGAMPU : IRMA SALAMAH,S.T,M.TI

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


TAHUN AJARAN 2022/2023
Bab 1.
PENDAHULUAN

Di era golbalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


di setiap tempat kerja termasuk di sektor kesehatan. Untuk itu kita perlu mengem-
bangkan dan meningkatkan K3 disektor kesehatan dalam rangka menekan
serendah mungkin risiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan
kerja, serta meningkatkan produktivitas dan efesiensi.

Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan/pekerja di sektor kesehatan


tidak terkecuali di Rumah Sakit maupun perkantoran, akan terpajan dengan resiko
bahaya di tempat kerjanya. Resiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan
sampai yang paling berat tergantung jenis pekerjaannya.

Dari hasil penelitian di sarana kesehatan Rumah Sakit, sekitar 1.505 tenaga kerja
wanita di Rumah Sakit Paris mengalami gangguan muskuloskeletal (16%) di
mana 47% dari gangguan tersebut berupa nyeri di daerah tulang punggung dan
pinggang. Dan dilaporkan juga pada 5.057 perawat wanita di 18 Rumah Sakit
didapatkan 566 perawat wanita adanya hubungan kausal antara pemajanan gas
anestesi dengan gejala neoropsikologi antara lain berupa mual, kelelahan,
kesemutan, keram pada lengan dan tangan.

Di perkantoran, sebuah studi mengenai bangunan kantor modern di Singapura


dilaporkan bahwa 312 responden ditemukan 33% mengalami gejala Sick Building
Syndrome (SBS). Keluhan mereka umumnya cepat lelah 45%, hidung mampat
40%, sakit kepala 46%, kulit kemerahan 16%, tenggorokan kering 43%, iritasi
mata 37%, lemah 31%.

Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23


mengenai kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib
diseleng-garakan pada setiap tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai resiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya,
untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program
perlindungan tenaga kerja.

A. Pengertian Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3)

Menurut Mangkunegara (2002, p.163)


Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah
tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

Menurut Suma’mur (2001, pasal.104)


Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana
kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan
yang bersangkutan.

Menurut Simanjuntak (1994)


Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko
kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi
bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja .

Mathis dan Jackson (2002, pasal. 245)


Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik
seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah
merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.

Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000,
pasal.6)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang
sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi
masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.

Jackson (1999, pasal. 222)


Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi
fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan
kerja yang disediakan oleh perusahaan. Sekarang sudah cukup jelas tentang
pengertian dari K3 ini. Setiap orang bebas untuk memberikan pengertian
menurut pemahaman dan pemikiran mereka masing-masing dan Anda pun
berhak memberikan pengertian tentang K3 ini selama itu masih dalam kontek
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

B. HAL-HAL YANG BERHUBUNGAN PELAKSANAAN K3


PERKANTORAN

Ada beberapa hal penting yang harus mendapatkan perhatian sehubungan


dengan pelaksanaan K3 perkantoran, yang pada dasarnya harus
memperhatikan 2 (dua) hal yaitu indoor dan outdoor, yang kalau diurai seperti
dibawah ini :
 Konstruksi gedung beserta perlengkapannya dan operasionalisasinya
terhadap bahaya kebakaran serta kode pelaksanaannya.
 jaringan elektrik dan komunikasi.
 kualitas udara.
 kualitas pencahayaan.
 Kebisingan.
 Display unit (tata ruang dan alat).
 Hygiene dan sanitasi.
 Psikososial.
 Pemeliharaan.
 Penggunaan Komputer.
BAB 2.
TEORI PENYEBAB KECELAKAAN KERJA

Kecelakaan kerja merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam dunia kerja,
terjadinya kecelakaan kerja ini dapat kita pelajari dan diupayakan pencegahannya.
Adapun beberapa teori mengenai penyebab kecelakaan kerja, yaitu:
1. Teori Heinrich ( Teori Domino)
Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian
kejadian . Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut
yaitu : lingkungan, kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak
aman, kecelakaan, dan cedera atau kerugian (Ridley, 1986)
2. Teori Multiple Causation
Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih dari satu
penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab ini mewakili perbuatan, kondisi
atau situasi yang tidak aman. Kemungkinan- kemungkinan penyebab
terjadinya kecelakaan kerja tersebut perlu diteliti.
3. Teori Gordon Menurut Gordon (1949),
kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara korban kecelakaan,
perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang kompleks, yang tidak
dapat dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan salah satu dari 3 faktor
yang terlibat. Oleh karena itu, untuk lebih memahami mengenai penyebab-
penyebab terjadinya kecelakaan maka karakteristik dari korban kecelakaan,
perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang mendukung harus dapat
diketahui secara detail.
4. Teori Domino terbaru
Setelah tahun 1969 sampai sekarang, telah berkembang suatu teori yang
mengatakan bahwa penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja adalah
ketimpangan manajemen. Widnerdan Bird dan Loftus mengembangkan teori
Domino Heinrich untuk memperlihatkan pengaruh manajemen dalam
mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
5. Teori Reason Reason (1995,1997)
menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat terdapat “lubang” dalam
sistem pertahanan. Sistem pertahanan ini dapat berupa pelatihan-pelatihan,
prosedur atau peraturan mengenai keselamatan kerja,
6. Teori Frank E. Bird Petersen
Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan . Bird mengadakan
modifikasi dengan teori domino Heinrich dengan menggunakan teori
manajemen, yang intinya sebagai berikut (M.Sulaksmono,1997) :
I. Manajemen kurang kontrol
II. Sumber penyebab utama
III. Gejala penyebab langsung (praktek di bawah standar)
IV. Kontak peristiwa ( kondisi di bawah standar )
V. Kerugian gangguan ( tubuh maupun harta benda )
Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari
memperbaiki manajemen tentang keselamayan dan kesehatan kerja.
Kemudian, praktek dan kondisi di bawah standar merupakan penyebab
terjadinya suatu kecelakaan dan merupakan gejala penyebab utama akibat
kesalahan manajemen.
Bab 3.
PERMASALAHAN DAN REKOMENDASI

A. Permasalahan yang perlu diperhatikan


a. Konstruksi gedung :
 Disain arsitektur (aspek K3 diperhatikan mulai dari tahap
perencanaan).
 Seleksi material, misalnya tidak menggunakan bahan yang
membahayakan seperti asbes dll.
 Seleksi dekorasi disesuaikan dengan asas tujuannya misalnya
penggunaan warna yang disesuaikan dengan kebutuhan.
 Tanda khusus dengan pewarnaan kontras/kode khusus untuk objek
penting seperti perlengkapan alat pemadam kebakaran, tangga,
pintu darurat dll. (peta petunjuk pada setiap ruangan/unit
kerja/tempat yang strategis misalnya dekat lift dll, lampu darurat
menuju exit door).
b. Kualitas Udara :
 Kontrol terhadap temperatur ruang dengan memasang termometer
ruangan.
 Kontrol terhadap polusi
 Pemasangan "Exhaust Fan" (perlindungan terhadap kelembaban
udara).
 Pemasangan stiker, poster "dilarang merokok".
 Sistim ventilasi dan pengaturan suhu udara dalam ruang (lokasi
udara masuk, ekstraksi udara, filtrasi, pembersihan dan
pemeliharaan secara berkala filter AC) minimal setahun sekali,
kontrol mikrobiologi serta distribusi udara untuk pencegahan
penyakit "Legionairre Diseases ".
 Kontrol terhadap linkungan (kontrol di dalam/diluar kantor).
 Misalnya untuk indoor: penumpukan barang-barang bekas yang
menimbulkan debu, bau dll. Outdoor: disain dan konstruksi tempat
sampah yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan, dll.
 Perencanaan jendela sehubungan dengan pergantian udara jika AC
mati.
 Pemasangan fan di dalam lift.
c. Kualitas Pencahayaan (penting mengenali jenis cahaya) :
 Mengembangkan sistim pencahayaan yang sesuai dengan jenis
pekerjaan untuk membantu menyediakan lingkungan kerja yang
sehat dan aman. (secara berkala diukur dengan Luxs Meter)
 Membantu penampilan visual melalui kesesuaian warna, dekorasi
dll.
 Menegembangkan lingkungan visual yang tepat untuk kerja dengan
kombinasi cahaya (agar tidak terlalu cepat terjadinya kelelahan
mata).
 Perencanaan jendela sehubungan dengan pencahayaan dalam
ruang.
 Penggunaan tirai untuk pengaturan cahaya dengan memperhatikan
warna yang digunakan.
 Penggunaan lampu emergensi (emergency lamp) di setiap tangga.
d. Jaringan elektrik dan komunikasi (penting agar bahaya dapat dikenali) :
 Internal
 Over voltage
 Hubungan pendek
 Induksi
 Arus berlebih
 Korosif kabel
 Kebocoran instalasi
 Campuran gas eksplosif
 Eksternal
 Faktor mekanik.
 Faktor fisik dan kimia.
 Angin dan pencahayaan (cuaca)
 Binatang pengerat bisa menyebabkan kerusakan sehingga terjadi
hubungan pendek.
 Manusia yang lengah terhadap risiko dan SOP.
 Bencana alam atau buatan manusia.
 Rekomendasi
 Penggunaan central stabilizer untuk menghindari over/under
voltage.
 Penggunaan stop kontak yang sesuai dengan kebutuhan (tidak
berlebihan) hal ini untuk menghindari terjadinya hubungan pendek
dan kelebihan beban.
 Pengaturan tata letak jaringan instalasi listrik termasuk kabel yang
sesuai dengan syarat kesehatan dan keselamatan kerja.
 Perlindungan terhadap kabel dengan menggunakan pipa pelindung.
e. Kontrol terhadap kebisingan :
 Idealnya ruang rapat dilengkapi dengan dinding kedap suara.
 Di depan pintu ruang rapat diberi tanda " harap tenang, ada rapat ".
 Dinding isolator khusus untuk ruang genset.
 Hak-hal lainnya sudah termasuk dalam perencanaan konstruksi
gedung dan tata ruang.
f. Display unit (tata ruang dan letak) :
 Petunjuk disain interior supaya dapat bekerja fleksibel, fit, luas
untuk perubahan posisi, pemeliharaan dan adaptasi.
 Konsep disain dan dan letak furniture (1 orang/2 m²).
 Ratio ruang pekerja dan alat kerja mulai dari tahap perencanaan.
 Perhatikan adanya bahaya radiasi, daerah gelombang
elektromagnetik.
 Ergonomik aspek antara manusia dengan lingkungan kerjanya.
 Tempat untuk istirahat dan shalat.
 Pantry dilengkapi dengan lemari dapur.
 Ruang tempat penampungan arsip sementara.
 Workshop station (bengkel kerja).
g. Hygiene dan Sanitasi :
 Ruang kerja
 Memelihara kebersihan ruang dan alat kerja serta alat penunjang
kerja.
 Secara periodik peralatan/penunjang kerja perlu di up grade.
 Toilet/Kamar mandi
 Disediakan tempat cuci tangan dan sabun cair.
 Membuat petunjuk-petunjuk mengenai penggunaan closet duduk,
larangan berupa gambar dll.
 Penyediaan bak sampah yang tertutup.
 Lantai kamar mandi diusahakan tidak licin.
 Kantin
 Memperhatikan personal hygiene bagi pramusaji (penggunaan
tutup kepala, celemek, sarung tangan dll).
 Penyediaan air mengalir dan sabun cair.
 Lantai tetap terpelihara.
 Penyediaan makanan yang sehat dan bergizi seimbang.
Pengolahannya tidak menggunakan minyak goreng secara
berulang.
 Penyediaan bak sampah yang tertutup.
 Secara umum di setiap unit kerja dibuat poster yang berhubungan
dengan pemeliharaan kebersihan lingkungan kerja.
 Psikososial
 Petugas keamanan ditiap lantai.
 Reporting system (komunikasi) ke satuan pengamanan.
h. Mencegah budaya kekerasan ditempat kerja yang disebabkan oleh :
 Budaya nrimo.
 Sistem pelaporan macet.
 Ketakutan melaporkan.
 Tidak tertarik/cuek dengan lingkungan sekitar.
 Semua hal diatas dapat diatasi melalui pembinaan mental dan
spiritual secara berkala minimal sebulan sekali.
 Penegakan disiplin ditempat kerja.
 Olah raga di tempat kerja, sebelum memulai kerja.
 Menggalakkan olah raga setiap jumat.
 Pemeliharaan
 Melakukan walk through survey tiap bulan/triwulan atau semester,
dengan memperhitungkan risiko berdasarkan faktor-faktor
konsekuensi, pajanan dan kemungkinan terjadinya.
 Melakukan corrective action apabila ada hal-hal yang tidak sesuai
dengan ketentuan.
 Pelatihan tanggap darurat secara periodik bagi pegawai.
 Pelatihan investigasi terhadap kemungkinan bahaya
bom/kebakaran/demostrasi/ bencana alam serta Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (P3K) bagi satuan pengaman.
Aspek K3 perkantoran (tentang penggunaan komputer). Pergunakan komputer
secara sehat, benar dan nyaman,

B. hal-hal yang harus diperhatikan :


 Memanfaatkan kesepuluh jari.
 Istirahatkan mata dengan melihat kejauhan setiap 15-20 menit.
 Istirahat 5-10 menit tiap satu jam kerja.
 Lakukan peregangan.
 Sudut lampu 45º.
 Hindari cahaya yang menyilaukan, cahaya datang harus dari belakang.
 Sudut pandang 15º, jarak layar dengan mata 30 – 50 cm.
 Kursi ergonomis (adjusted chair).
 jarak meja dengan paha 20 cm
 Senam waktu istirahat.
 Rekomendasi
 Perlu membuat leaflet/poster yang berhubungan dengan penggunaan
komputer disetiap unit kerja.
 Mengusulkan pada Pusat Promosi Kesehatan untuk membuat
poster/leaflet.
 Menggunaan komputer yang bebas radiasi (Liquor Crystal Display).

HSE (Health, Safety, Environment,) atau di beberapa perusahaan juga disebut


EHS, HES, SHE, K3LL (Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Lindung
Lingkungan) dan SSHE (Security, Safety, Health, Environment). Semua itu
adalah suatu Departemen atau bagian dari Struktur Organisasi Perusahaan
yang mempunyai fungsi pokok terhadap implementasi Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) mulai dari Perencanaan,
Pengorganisasian, Penerapan dan Pengawasan serta Pelaporannya. Sementara,
di Perusahaan yang mengeksploitasi Sumber Daya Alam ditambah dengan
peran terhadap Lingkungan (Lindungan Lingkungan).

Membicarakan HSE bukan sekedar mengetengahkan Issue seputar Hak dan


Kewajiban, tetapi juga berdasarkan Output, yaitu korelasinya terhadap
Produktivitas Keryawan. Belum lagi antisipasi kecelakaan kerja apabila terjadi
Kasus karena kesalahan prosedur ataupun kesalahan pekerja itu sendiri (naas).

C. DASAR HUKUM

Ada minimal 53 dasar ocia tentang K3 dan puluhan dasar ocia tentang
Lingkungan yang ada di Indonesia. Tetapi, ada 4 dasar ocia yang sering menjadi
acuan mengenai K3 yaitu:

Pertama, dalam Undang-Undang (UU) No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan


Kerja, disana terdapat Ruang Lingkup Pelaksanaan, Syarat Keselamatan Kerja,
Pengawasan, Pembinaan, Panitia Pembina K-3, Tentang Kecelakaan, Kewajiban
dan Hak Tenaga Kerja, Kewajiban Memasuki Tempat Kerja, Kewajiban Pengurus
dan Ketentuan Penutup (Ancaman Pidana). Inti dari UU ini adalah, Ruang lingkup
pelaksanaan K-3 ditentukan oleh 3 unsur:
 Adanya Tempat Kerja untuk keperluan suatu usaha.
 Adanya Tenaga Kerja yang bekerja di sana.
 Adanya bahaya kerja di tempat itu.
Dalam Penjelasan UU No. 1 tahun 1970 pasal 1 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2918, tidak hanya bidang Usaha bermotif Ekonomi
tetapi Usaha yang bermotif ocial pun (usaha Rekreasi, Rumah Sakit, dll) yang
menggunakan Instalasi Listrik dan atau Mekanik, juga terdapat bahaya (potensi
bahaya tersetrum, korsleting dan kebakaran dari Listrik dan peralatan Mesin
lainnya).
Kedua, UU No. 21 tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention No. 81
Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce (yang mana disahkan
19 Juli 1947). Saat ini, telah 137 negara (lebih dari 70%) Anggota ILO
meratifikasi (menyetujui dan memberikan sanksi formal) ke dalam Undang-
Undang, termasuk Indonesia .

Ada 4 alasan Indonesia meratifikasi ILO Convention No. 81 ini, salah satunya
adalah point 3 yaitu baik UU No. 3 Tahun 1951 dan UU No. 1 Tahun 1970
keduanya secara eksplisit belum mengatur Kemandirian profesi Pengawas
Ketenagakerjaan serta Supervisi tingkat pusat (yang diatur dalam pasal 4 dan
pasal 6 Konvensi tersebut) – sumber dari Tambahan Lembaran Negara RI No.
4309.

Ketiga, UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya Paragraf 5


tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86 dan 87. Pasal 86 ayat
1berbunyi: “Setiap Pekerja/ Buruh mempunyai Hak untuk memperoleh
perlindungan atas (a) Keselamatan dan Kesehatan Kerja.”

Aspek Ekonominya adalah Pasal 86 ayat 2: ”Untuk melindungi keselamatan


Pekerja/ Buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja.” Sedangkan
Kewajiban penerapannya ada dalam pasal 87: “Setiap Perusahaan wajib
menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan.”

Keempat, Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-05/MEN/1996 tentang


Sistem Manajemen K3. Dalam Permenakertrans yang terdiri dari 10 bab dan 12
pasal ini, berfungsi sebagai Pedoman Penerapan Sistem Manajemen K-3
(SMK3), mirip OHSAS 18001 di Amerika atau BS 8800 di Inggris

D. HUKUM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang


memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar
dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak
asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah,
mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident).
Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya
(cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka
panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan
datang.
Bagaimana K3 dalam perspektif hukum? Ada tiga aspek utama hukum K3
yaitu norma keselamatan, kesehatan kerja, dan kerja nyata. Norma
keselamatan kerja merupakan sarana atau alat untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja yang tidak diduga yang disebabkan oleh kelalaian kerja serta
lingkungan kerja yang tidak kondusif. Konsep ini diharapkan mampu
menihilkan kecelakaan kerja sehingga mencegah terjadinya cacat atau
kematian terhadap pekerja, kemudian mencegah terjadinya kerusakan tempat
dan peralatan kerja. Konsep ini juga mencegah pencemaran lingkungan hidup
dan masyarakat sekitar tempat kerja.Norma kesehatan kerja diharapkan
menjadi instrumen yang mampu menciptakan dan memelihara derajat
kesehatan kerja setinggi-tingginya.

K3 dapat melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit akibat kerja,


misalnya kebisingan, pencahayaan (sinar), getaran, kelembaban udara, dan
lain-lain yang dapat menyebabkan kerusakan pada alat pendengaran,
gangguan pernapasan, kerusakan paru-paru, kebutaan, kerusakan jaringan
tubuh akibat sinar ultraviolet, kanker kulit, kemandulan, dan lain-lain. Norma
kerja berkaitan dengan manajemen perusahaan. K3 dalam konteks ini
berkaitan dengan masalah pengaturan jam kerja, shift, kerja wanita, tenaga
kerja kaum muda, pengaturan jam lembur, analisis dan pengelolaan
lingkungan hidup, dan lain-lain. Hal-hal tersebut mempunyai korelasi yang
erat terhadap peristiwa kecelakaan kerja.

Eksistensi K3 sebenarnya muncul bersamaan dengan revolusi industri di


Eropa, terutama Inggris, Jerman dan Prancis serta revolusi industri di
Amerika Serikat. Era ini ditandai adanya pergeseran besar-besaran dalam
penggunaan mesin-mesin produksi menggantikan tenaga kerja manusia.
Pekerja hanya berperan sebagai operator. Penggunaan mesin-mesin
menghasilkan barang-barang dalam jumlah berlipat ganda dibandingkan
dengan yang dikerjakan pekerja sebelumnya. Revolusi IndustriNamun,
dampak penggunaan mesin-mesin adalah pengangguran serta risiko
kecelakaan dalam lingkungan kerja. Ini dapat menyebabkan cacat fisik dan
kematian bagi pekerja. Juga dapat menimbulkan kerugian material yang besar
bagi perusahaan. Revolusi industri juga ditandai oleh semakin banyak
ditemukan senyawa-senyawa kimia yang dapat membahayakan keselamatan
dan kesehatan fisik dan jiwa pekerja (occupational accident) serta masyarakat
dan lingkungan hidup.

Pada awal revolusi industri, K3 belum menjadi bagian integral dalam


perusahaan. Pada era in kecelakaan kerja hanya dianggap sebagai kecelakaan
atau resiko kerja (personal risk), bukan tanggung jawab perusahaan.
Pandangan ini diperkuat dengan konsep common law defence (CLD) yang
terdiri atas contributing negligence (kontribusi kelalaian), fellow servant rule
(ketentuan kepegawaian), dan risk assumption (asumsi resiko) (Tono,
Muhammad: 2002).

Kemudian konsep ini berkembang menjadi employers liability yaitu K3


menjadi tanggung jawab pengusaha, buruh/pekerja, dan masyarakat umum
yang berada di luar lingkungan kerja.Dalam konteks bangsa Indonesia,
kesadaran K3 sebenarnya sudah ada sejak pemerintahan kolonial Belanda.
Misalnya, pada 1908 parlemen Belanda mendesak Pemerintah Belanda
memberlakukan K3 di Hindia Belanda yang ditandai dengan penerbitan
Veiligheids Reglement, Staatsblad No. 406 Tahun 1910. Selanjutnya,
pemerintah kolonial Belanda menerbitkan beberapa produk hukum yang
memberikan perlindungan bagi keselamatan dan kesehatan kerja yang diatur
secara terpisah berdasarkan masing- masing sektor ekonomi. Beberapa di
antaranya yang menyangkut sektor perhubungan yang mengatur lalu lintas
perketaapian seperti tertuang dalam Algemene Regelen Betreffende de
Aanleg en de Exploitate van Spoor en Tramwegen Bestmend voor Algemene
Verkeer in Indonesia (Peraturan umum tentang pendirian dan perusahaan
Kereta Api dan Trem untuk lalu lintas umum Indonesia) dan Staatblad 1926
No. 334, Schepelingen Ongevallen Regeling 1940 (Ordonansi Kecelakaan
Pelaut), Staatsblad 1930 No. 225, Veiligheids Reglement (Peraturan
Keamanan Kerja di Pabrik dan Tempat Kerja), dan sebagainya. Kepedulian
Tinggi Pada awal zaman kemerdekaan, aspek K3 belum menjadi isu strategis
dan menjadi bagian dari masalah kemanusiaan dan keadilan. Hal ini dapat
dipahami karena Pemerintahan Indonesia masih dalam masa transisi penataan
kehidupan politik dan keamanan nasional. Sementara itu, pergerakan roda
ekonomi nasional baru mulai dirintis oleh pemerintah dan swasta nasional.

K3 baru menjadi perhatian utama pada tahun 70-an searah dengan semakin
ramainya investasi modal dan pengadopsian teknologi industri nasional
(manufaktur). Perkembangan tersebut mendorong pemerintah melakukan
regulasi dalam bidang ketenagakerjaan, termasuk pengaturan masalah K3. Hal
ini tertuang dalam UU No. 1 Tahun 1070 tentang Keselamatan Kerja,
sedangkan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan sebelumnya
seperti UU Nomor 12 Tahun 1948 tentang Kerja, UU No. 14 Tahun 1969
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja tidak
menyatakan secara eksplisit konsep K3 yang dikelompokkan sebagai norma
kerja.Setiap tempat kerja atau perusahaan harus melaksanakan program K3.
Tempat kerja dimaksud berdimensi sangat luas mencakup segala tempat kerja,
baik di darat, di dalam tanah, di permukaan tanah, dalam air, di udara maupun
di ruang angkasa.

Pengaturan hukum K3 dalam konteks di atas adalah sesuai dengan


sektor/bidang usaha. Misalnya, UU No. 13 Tahun 1992 tentang
Perkerataapian, UU No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan (LLAJ), UU No. 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan beserta peraturan-
peraturan pelaksanaan lainnya. Selain sekor perhubungan di atas, regulasi
yang berkaitan dengan K3 juga dijumpai dalam sektor-sektor lain seperti
pertambangan, konstruksi, pertanian, industri manufaktur (pabrik), perikanan,
dan lain-lain.Di era globalisasi saat ini, pembangunan nasional sangat erat
dengan perkembangan isu-isu global seperti hak-hak asasi manusia (HAM),
lingkungan hidup, kemiskinan, dan buruh. Persaingan global tidak hanya
sebatas kualitas barang tetapi juga mencakup kualitas pelayanan dan jasa.
Banyak perusahaan multinasional hanya mau berinvestasi di suatu negara jika
negara bersangkutan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan
hidup. Juga kepekaan terhadap kaum pekerja dan masyarakat miskin. Karena
itu bukan mustahil jika ada perusahaan yang peduli terhadap K3,
menempatkan ini pada urutan pertama sebagai syarat investasi.
BAB 4. TUJUAN PENERAPAN K3LH

A. TUJUAN PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN


KERJA :
Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak
dapat diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak
membawa keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat.
Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau
kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan.
Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah keselamatan dan
kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan
kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan atau
mengadakan pengawasan yang ketat. (Silalahi, 1995) Keselamatan dan
kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan
yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan
dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.

Menurut Mangkunegara (2002, p.165) bahwa tujuan dari keselamatan


dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan


kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-
baiknya selektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
gizi pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi
kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
lingkungan atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

BAB 5.
PENUTUP

Dalam pelaksanaan K3 perkantoran perlu memperhatikan 2(dua) hal penting


yakni indoor dan outdoor. Baik perhatian terhadap konstruksi gedung beserta
perlengkapannya dan operasionalisasinya terhadap bahaya kebakaran serta
kode pelaksanannya maupun terhadap jaringan elektrik dan komunikasi,
kualitas udara, kualitas pencahayaan, kebisingan, display unit (tata ruang dan
alat), hygiene dan sanitasi, psikososial, pemeliharaan maupun aspek lain
mengenai penggunaan komputer. Hal diatas tidak hanya meningkatkan dari
sisi kesehatan maupun sisi keselamatan karyawan/pekerja dalam melakukan
pekerjaan di tempat kerjanya. Harapannya rekomendasi ini dapat dijadikan
sebagai acuan ataupun perbandingan dalam rangka meningkatkan
pelaksanaan K3 khususnya di perkantoran.
DAFTAR PUSTAKA
Google.co.id. 2007. Manajmen Pencegahan Kecelakaan. Ditulis 1 Mei 2007.
Google.co.id. 2009. Kecelakaan kerja (Seri Sosialisasi K3)

http://psangiklangratis.blogspot.co.id/2014/09/materi-dasar-dasar-k3-
keselamatan-dan.html Surat Keputusan Direksi PT PLN (Persero)
No.024.K/DIR/2011 Tentang Standar Implementasi Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT PLN (Persero) www.lontar.ui.ac.id
%2Ffile%3Ffile%3Ddigital%2F125565-S-5639- Analis%2520penyebab-
Literatur.pdf diakses 06 September 2012
SOAL PILIHAN GANDA

1. Suatu kondisi dimana atau kapan munculnya sumber bahaya telah dapat dikendalikan ke
tingkat yang memadai, ini adalah lawan dari bahaya (danger) merupakan pengertian dari....
a. Keamanan
b. Alat pelindung diri
c. Kesehatan
d. Kepedulian

2. Syarat-syarat helm untuk alat pelindung diri, yaitu.......


a. Tahan benturan, meredam kejutan, tidak mudah terbakar, sulit disesuaikan
b. Tahan benturan, meredam kejutan, tidak mudah terbakar, mudah disesuaikan
c. Tahan benturan, mudah terbakar, mudah pecah
d. Tahan benturan, meredam kejutan, anti air, mudah terbakar

3. Berikut adalah sarung tangan khusus dalam K3, kecuali.........


a. Sarung tangan bahan campuran karet
b. Sarung tangan bahan kulit
c. Sarung tangan bahan karet
d. Sarung tangan bahan plastik

4. Alat yang digunakan untuk melindungi telinga dari kebisingan yang berlebihan merupakan
fungsi penggunaan dari........
a. Ear plug
b. Safety shoes
c. Body protector
d. Respirator

5. Alat yang digunakan untuk melindungi mata pemakai/karyawan dari partikel kecil,
merupakan fungsi penggunaan dari alat..........
a. Ear plug
b. Safety shoes
c. Safety glasses
d. Respirator

6. Pelindung mata atau kaca mata digunakan untuk melindungi mata dari bahaya. Pekerjaan
yang wajib menggunakan peralatan pelindung ini adalah....…
a. Mengecat
b. Mengelas
c. Mengampelas
d. Mengukir

7. Fungsi safety shoes bagi karyawan, kecuali...


a. Melindungi kaki dari beram
b. Melindungi kaki dari benda panas
c. Melindungi kaki dari bahan kimia yang berbahaya
d. Melindungi kaki dari udara

8. Cara kerja yang digunakan untuk meninjau kembali metode kerja dan mencegah bahaya
yang mungkin tidak dilihat/terlupakan dalam tata ruang gedung dan dalam desain mesin, alat
dan pengolahan yang telah dikembangkan setelah mulainya produksi merupakan pengertian
dari.......
a. Pemeriksaan kesehatan kerja
b. Job safety analysis
c. Alat pelindung diri
d. Body protector

9. Usaha yang mengutamakan tindakan pencegahan terhadap gangguan kesehatan karena


faktor pekerjaan & lingkungan kerja adalah pengertian dari.........
a. Pemeriksaan kesehatan kerja
b. Job safety analysis
c. Alat pelindung diri
d. Body protector

10. Berikut ini merupakan langkah yang dilakukan untuk pencegahan terhadap penyakit,
kecuali.......
a. Pemeriksaan kesehatan karyawan
b. Pendidikan kesehatan
c. Penerangan sebelum bekerja
d. Golongan fisik

11. Faktor penyebab gangguan kesehatan, kecuali...


a. Golongan fisik
b. Golongan pribadi
c. Golongan kimia
d. Golongan biologik

12. Alat pelindungan pernafasan yang digunakan pada pencegahan debu adalah jenis
respirator …
A. Dengan supplai oksigen
B. Yang berupa tabung gas
C. Biasa
D. Yang dihubungkan dengan supplai oksigen supplai udara
E. Yang sifatnya memurnikan udara
13. Dampak kebisingan yang berhubungan langsung dengan fungsi pendengaran disebut
dampak …
A. Langsung
B. Auditorial
C. Tidak langsung
D. Nonauditorial
E. Psikis

14. Pencahayaan yang buruk dapat menimbulkan berbagai akibat, kecuali …


A. Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala sekitar mata
B. Kerusakan penglihatan
C. Pekerja lebih berkonsentrasi dan meningkatkan efisiensi kerja
D. Kelelahan mata sehingga berkurang daya
E. Meningkatnya kecelakaan kerja

15. Lorong-lorong,tangga, dan turunan perlu diberi penerangan yang cukup dengan alasan,
kecuali …
A. Tempat gelap menyebabkan kecelakan, apalagi pada pemindahan barang-barang
B. Tangga, balik pintu dan gudang cenderung terlindung dan gelap
C. Mengurangi kecelakaan kerja
D. Agar tidak tampak seram
E. Akan mencegah kerusakan bahan dan produk

16. Dalam sistem ventilasi secara alami dapat melalui …


A. Kipas atau blower
B. Kipas angin dipasang di dinding jendela, atau atap
C. Angin yang ditimbulkan perbedaan tekanan udara
D. AC yang dipasang pada dinding
E. Ventilasi asap

17. Berikut yang termasuk bahaya/resiko lingkungan adalah …


A. Bahaya-bahaya biologi, kimia, ruang kerja, suhu, dan kualitas udara
B. Pekerjaann-pekerjaan yang dilakukan secara manual
C. Kejahatan ditempat kerja, termasuk kekerasan, sifat pekerja itu sendiri yang berbahaya,
dan umur pekerja
D. Getaran, faktor ergonomi, dan bahan/material
E. Kelelahan dan setress dalam pekerjaan, dan pelatihan

18. Beban tambahan lingkungan kerja yang berupa faktor fisik adalah …
A. Tumbuhan dan hewan
B. Kontruksi mesin, sikap, dan cara kerja
C. Gas, uap, debu, cairan, dan benda padat
D. Suasana kerja dan hubungan antar pekerja
E. Suhu, pencahayaan dan suara

19. Berikut ini adalah unsur terjadinya sumber api …


A. Air – panas – bahan bakar
B. Besi – oksigen – panas
C. Oksigen – bahan bakar – panas
D. Kertas – oksigen – air
E. Oksigen – bahan bakar – air

20. Pemadam pada kebakaran tipe B, memiliki ciri khas …


A. Tabung bersimbol A dalam segitiga warna hijau
B. Tabung bersimbol B dalam segitiga warna merah
C. Tabung bersimbol C dalam segitiga warna biru
D. Tabung bersimbol D dalam segitiga warna kuning
E. Tabung bersimbol B dalam segitiga warna biru

SOAL ESSAI

1. SEBUTKAN KEWAJIBAN PENGURUS SESUAI UU 1 TAHUN1970!

 Secara tertulis menempatkan semua syarat keselamatan yang diwajibkan,


sehelai undang-undang ini (UU 1 tahun 1970) dan semua peraturan
pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan pada
tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca
 Memasang semua gambar keselamatan erja yang diwajibkan dan semua bahan
pembinaan lainnya pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca di
tempat kerja
 menyediakan semua alat pelindung diri yang diwajibkan secara cuma-cuma
pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi
setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut disertai dengan
petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut ahli keselamatan kerja

2. APA YANG DIMAKSUD DENGAN KECELAKAAN KERJA?

 Kecelakaan kerja : adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan dan tidak
diinginkan, gangguan dari pekerjaan yang berakibat cedera pada manusia,
kerusakan barang dan pencemaran lingkungan

3. MENGAPA SETIAP KARYAWAN HARUS DILAKUKAN PEMERIKSAAN


AWAL, BERKALA MAUPUN KHUSUS?

 Permen No 02 tahun 1980, Pasal 2 ayat (1) : pemeriksaan kesehatan sebelum


kerja agar tenaga kerja yang diterima berada dalam kondisi kesehatan yang
setinggi-tingginynya, tidak mempunyai penyakit menular yang akan mengenai
tenaga kerja lainnya, dan cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukan
sehingga keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan dan
tenaga kerja lain dapat terjamin
 Permen No 02 tahun 1980, Pasal 3 ayat (1) : pemeriksaan kesehatan berkala
dimaksudkan untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah
berada dalam pekerjaannya, serta memiliki kemungkinan adanya pengaruh-
pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu dikendalikan dengan
usaha-usaha pencegahan
 Permen No 02 tahun 1980, Pasal 3 ayat (1) : pemeriksaan kesehatan khusus
dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu
terhadap tenaga kerja atau golongan-golongan tenaga kerja tertentu

4. SEBUTKAN TUGAS, KEWAJIBAN DAN WEWENANG AHLI K3 UMUM!

 Tugas Ahli k3 umum : Membantu pimpinan perusahaan atau pengurus


menyelenggarakan dan meningkatkan usaha keselamatan dan kesehatan kerja,
membantu pengawasan ditaatinya ketentuan-ketentuan perundang-undangan
bidang k3
 Kewajiban Ahli k3 umum :
 a) Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan k3 sesuai
dengan bidang yan ditentukan dalam keputusan penunjuknya.
 b) Memberikan laporan kepada menteri tenaga kerja atau pejabat yang
ditunjuk mengenai hasil pelaksanaan tugas
Wewenang AK3 Umum

 a) Memasuki tempat kerja sesuai keputusan penunjukan
 b) Meminta keterangan dan/atau informasi mengenai pelaksanaan syarat-
syarat k3 di tempat kerja dengan keputusan penunjukkannya
 c) Memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluasi dan
memberikan persyaratan serta pembinaan k3 yang meliputi
1. Keadaan dan fasilitas kerja
2. Keadaan mesin-mesin, pesawat, alat-alat kerja, instalasi serta
peralatan lain
3. Penanganan bahan-bahan
4. Proses produksi
5. Sifat pekerjaan
5. SEBUTKAN FUNGSI DAN TUGAS P2K3 SERTA SEBUTKAN LANDASAN
HUKUM PEMBENTUKKAN P2K3!

 Landasan hukum P2K3 Per No. 04/MEN/1987 tentang P2K3 serta tata cara
penunjukkan AK3
 Fungsi P2K3
 a) Menghimpun dan mengolah data tentang K3 di tempat kerja
 b) Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja
mengenai berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan
gangguan K3 termasuk bahaya kebakaran dan peledakan serta cara
penanggulangannya
 c) Membantu menunjukkan APD bagi tenaga kerja yang bersangkutan
 d) Menjelaskan cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan
pekerjaannya
 e) Membantu pengurus dalam mengevaluasi cara kerja, lingkungan kerja,
penyebab timbulnya kecelakaan kerja
 f) Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja dan
mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja
 g) Membantu pimpinan perusahaan dalam menyusun kebijaksanaan
manajemen dan pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan
keselamatan kerja, kesehatan kerja, ergonomi dan gizi kerja

6. BAGAIMANA CARA PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN


KERJA SESUAI DENGAN PERATURAN TERKAIT?

 Cara penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja


(Permen No.03/Men/1982 Pasal 4 ayat 1)
 a) Dapat diselenggarakan sendiri oleh pengurus
 b) Dapat diselenggarakan oleh pengurus dengan mengadakan ikatan
dengan dokter atau pelayanan kesehatan
 c) Diselenggarakan oleh pengurus dari beberapa perusahaan secara
bersama-sama

7. JELASKAN OBJEK PEGAWASAN LINGKUNGAN KERJA SERTA


SEBUTKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT!
 Landasan hukum objek pengawasan lingkungan kerja : Permen No 07 tahun
1964 tentang syarat kesehatan, kebersihan serta penerangan dalam tempat
kerja pasal 2.
 Setiap bangunan perusahaan harus memenuhi syarat-syarat untuk:
 a) Menghindarkan kemungkinan bahaya kebakaran dan
kecelakaan
 b) Menghindarkan kemungkinan bahaya keracunan, penularan
atau timbulnya penyakit
 c) Memajukan kebersihan dan ketertiban
 d) Mendapatkan penerangan yang cukup dan memenuhi syarat
untuk melakukan pekerjaan
 e) Mendapat suhu yang layak dan peredaran udara yang cukup
 f) Menghindarkan gangguan debu, gas, uap dan bauan yang
tidak menyenangkan
 Landasan hukum pengawasan lingkungan kerja
 a) UU No 1 tahun 1970 : Kesehatan kerja, pasal 2, pasal 3 ayat (1), pasal 5,
pasal 8, pasal 9, pasal 14
 b) UU No 3 tahun 1969 : Persetujuan konversi ILO No 120 Hygiene dalam
perniagaan dan kantor-kantor, pasal 7
 c) PP No 7 tahun 1973 : Pengawasan atas peredaran, penyimpanan dan
gangguan pestisida
 d) PP Perburuhan No 7 tahun 1964 : Syarat kesehatan, kebersihan serta
penerangan dalam tempat kerja
 e) Permenaker No 3 tahun 1985 : K3 pemakaian asbes
 f) Permenaker No 3 tahun 1986 : Syarat keselamatan dan kesehatan di
tempat kerja mengelola pestisida
 g) Kepmenaker No 187 tahun 1999 : Pengendalian bahan kimia berbahaya
 Objek pengawasan lingkungan kerja :
 a) Faktor – faktor bahaya lingkungan kerja
 b) Hygiene perusahaan
 c) Pengendalian bahaya besar
 d) Pestisida
 e) Bahan kimia berbahaya
 f) Sanitasi lingkungan
 g) Alat Pelindung Diri (APD)
 h) Limbah industri

8. SEBUTKAN APA YANG DIMAKSUD DENGAN PENGENDALIAN


LINGKUNGAN KERJA

 Pengendalian lingkungan dimaksudkan sebagai penerapan metode teknik


tertentu untuk menurunkan tingkat faktor bahaya lingkungan sampai batas
yang masih dapat ditoleransi oleh manusia dan lingkungannya

9. APA YANG DISEBUT DENGAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA?


SEBUTKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
BAHAYA DARI BAHAN KIMIA BERBAHAYA!
 Bahan kimia berbahaya menurut Kepmenaker 187/MEN/1999 Pasal 1 : Bahan
kimia berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran
yang berdasarkan sifat kimia dan fisika dan/atau toksikologi berbahay
terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan
 Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat bahay : daya racun, cara bahan
kimia masuk dalam tubuh, konsentrasi, macam dana lama paparan bahan
kimia, efek kombinasi bahan kimia, kerentanan calin korban paparan bahan
kimia.

10. SEBUTKAN KEWABIJAN PENGUSAHAN DALAM MENGENDALIKAN


BAHAN KIMIA BERBAHAYA!

 Perusahaan yang dikategorikan mempunyai potensi bahan besar (kepmenaker


no 187 tahun 1999 pasal 16)
 a) Memperkejakan petugas K3 kimia dengan ketentuan apabila
dipekerjakan dengan sistem kerja noshift sekurang-kurangnya 2 orang dan
apabila diperkerjakan dengan sistem shift sekurang-kurangnya 5 orang
 b) Memperkerjakan ahli K3 kimia sekurang-kurangnya 1 orang
 c) Membuat dokumen pengendalian potensi bahaya besar
 d) Melaporkan setiap perubahan nama bahan kimia dan kuantitas bahan
kimia, proses dan modifikasi instalasi yang digunakan
 e) Melakukan pemeriksaan dan pengujian faktor kimia yang ada di tempat
kerja sekurang-kurangnya 6 bulan sekali
 f) Melakukan pemeriksaan dan pengujian instalasi yang ada di tempat
kerja sekurang-kurangnya 2 tahun sekali
 g) Melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sekurang-kurangnya 1
tahun sekali
 Perusahaan yang dikategorikan mempunyai potensi bahan menengah
(kepmenaker no 187 tahun 1999 pasal 17)
 a) Memperkejakan petugas K3 kimia dengan ketentuan apabila
dipekerjakan dengan sistem kerja noshift sekurang-kurangnya 1 orang dan
apabila diperkerjakan dengan sistem shift sekurang-kurangnya 3 orang
 b) Membuat dokumen pengendalian potensi bahaya menengah
 c) Melaporkan setiap perubahan nama bahan kimia dan kuantitas bahan
kimia, proses dan modifikasi instalasi yang digunakan
 d) Melakukan pemeriksaan dan pengujian faktor kimia yang ada di tempat
kerja sekurang-kurangnya 1 bulan sekali
 e) Melakukan pemeriksaan dan pengujian instalasi yang ada di tempat
kerja sekurang-kurangnya 3 tahun sekali
 f) Melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sekurang-kurangnya 1
tahun sekali

You might also like