Professional Documents
Culture Documents
CRS Wirausaha
CRS Wirausaha
CRS Wirausaha
OLEH :
PEMBIMBING:
DISUSUN OLEH
Jambi, Juni
2022
PEMBIMBING
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas kasus pada Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian Kewirausahaan Klinik Tanjung Lumut Fakultas Kedokteran Universitas
Jambi yang berjudul “Rencana Pengembangan Klinik Kesehatan”. Tugas ini
bertujuan agar penulis dapat memahami lebih dalam mengenai teori-teori yang
diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Kewirausahaan
Klinik Tanjung Lumut dan melihat penerapannya secara langsung di lapangan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis.
Penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan, sehingga
diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang
membacanya. Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.4 Kefarmasian
Klinik rawat jalan tidak wajib melakasanakan pelayanan farmasi dan bila
klinik tersebut menyelenggarakan pelayanan kefarmasian maka wajib memiliki
apoteker yang memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) sebagai penanggung
jawab atau pendamping. Untuk klinik rawat inap wajib memiliki instalasi farmasi
yang diselenggarakan apoteker.
2.1.5 Perizinan
Setiap penyelenggaraan Klinik wajib memiliki izin mendirikan dan izin
operasional yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota. Untuk
mendapatkan izin mendirikan penyelenggaraan Klinik perlu persyaratan berikut:
a. Identitas lengkap pemohon.
b. Salinan/fotokopi pendirian badan hukum atau badan usaha, kecuali untuk
kepemilikan perorangan.
c. Salinan/fotokopi yang sah sertifikat tanah, bukti kepemilikan lain yang disahkan
oleh notaris, atau bukti surat kontrak minumal untuk angka waktu 5 tahun.
d. Dokumen SPPL untuk klinik rawat jalan, atau dokumen UKL-UPL untuk klinik
rawat inap sesuai ketentuan peratutan perundang-undangan.
e. Profil klinik yang akan didirikan meliputi pengorganisasian, lokasi, bangunan,
prasanan, ketenagaan, peralatan, kefarmasian, laboratorium, serta pelayanan
yang diberikan.
f. Izin mendirikan diberikan untuk jangka waktu 6 bulan dan dapat diperpanjang
paling lama 6 bulan bila belum dapat memenuhi persyaratan di atas, kalau lewat
waktu yang ditentukan maka harus mengajukan permohonan izin mendirikan
yang baru.
g. Izin operasional diberikan untuk jangka waktu 5 tahun dan dapat diperpanjang
kembali selama memenuhi persyaratan.
2.1.6 Penyelenggaraan
2.1.8 Promosi
Promosi ini penting dan merupakan hak klinik untuk mempromosikan
pelayanan kesehatan yang ada di klinik sesuai peraturan perundang-undangan.
Dalam pelaksanaan promosi kita perlu menenjukan tujuan utama (goals), target
market dan waktu pelaksanaannya. Dalam promosi ini kita bisa memberikan ide
berdasaran pelayanan, produk, karakter market dan biaya produk selain itu
promosi juga bisa dijadikan metode sebagai tolak ukur prestasi.
Perencanaan Strategis
Beberapa isu penting dan mejadi perhatian bagi perencanaan strategis di
pelayanan kesehatan adalah lingkungan dinamis industri pelayanan kesehatan
bertepatan dengan pemberlakuan MEA 2015 menuntut para administrator pelayanan
kesehatan lebih peduli terhadap perencanaan strategis. Paradigma “sambil jalan” atau
“sambil lalu” sebaiknya ditinggalkan. Setiap usulan proyek atau pekerjaan harus
dibicarakan dan direncanakan dengan baik dari segala aspek, baik itu SDM,
pendanaan, sarana, dan pedoman kerjanya.3
Perencanaan strategis sebaiknya melibatkan seluruh departemen dalam
organisasi (bukan seluruh kayawan). Perencanaan strategis bukan pekerjaan
individual namun merupakan pekerjaan kolektif, untuk itu manajemen bisa membuat
komite yang bertugas menyusun ini. Menurut Allen (1995), keterlibatan karyawan
dalam membuat perencanaan strategis adalah satu keuntungan tersendiri bagi
penerapan visi dan misi organisasi. Implikasi dari hal tersebut adalah pekerjaan
membuat perencanaan strategis bukan pekerjaan sistem kebut semalam melainkan
butuh pemikiran yang dalam dan waktu yang cukup.3,6
Dalam menyusun perencanaan strategis bukan hanya membuat program
berdasarkan persepsi kita terhadap perubahan di masa depan, namun juga membuat
program yang merupakan antisipasi dari perubahan yang akan terjadi. Artinya selalu
ada “plan A” dan “plan B”. Menurut Greenwald (2010), perencanaan strategis yang
efektif dalam organisasi pelayanan kesehatan bukan hanya membutuhkan persepsi
akan perubahan tetapi juga antisipasi terhadap perubahan.3
Banyak sekali tools manajemen yang digunakan untuk merancang perencaaan
strategis pelayanan kesehatan dan sebaiknya disesuaikan dengan fase organisasi.
Karena itu perlu diidentifikasi terlebih dahulu posisi organisasi kita, apakah dalam
fase awal, pertumbuhan, kematangan, atau penurunan. Salah satu alat yang sering
dipakai untuk melakukan perencanaan strategis dalam pelayanan kesehatan adalah
analisa SWOT yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strength), kelemahan
(weakness), kesempatan (opportunity), dan tantangan (threat) yang mempengaruhi
bisnis atau proyek. SWOT bisa digunakan dalam segala jenis fase organisasi dan akan
menetukan arah strategis pelayanan kesehatan.3
Perencanaan strategis harus terukur, terarah, dan mampu dilaksanakan. Sering
terjadi sebuah perencaan akhirnya menjadi tumpukan kertas di lemari karena sifatnya
yang abstrak (tidak terukur), melebar kemana-mana (tidak terarah), dan sulit
dilaksanakan. Akhirnya organisasi pelayanan kesehatan beroperasi tanpa kendali dan
tanpa arah. Perencanaan strategis termasuk salah satu topik pelatihan yang sering
dilupakan atau tidak diberikan dalam pelatihan medis kepada tenaga kesehatan (dalam
hal ini dokter). Padahal perencanaan strategis merupakan kemampuan teknis yang
harus dimiliki pengelola pelayanan kesehatan, bersama dengan teknik mengelola
keuangan, akuntansi, kebijakan publik, dan pemasaran. Peran dokter dalam pelayanan
kesehatan sangat vital, bukan saja sebagai profesional medis akan tetapi sebagai
profesional manajemen. Untuk itulah dokter sebaiknya sedikit banyak mengetahui
aspek manajemen pelayanan kesehatan.3,6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan strategis atau strategic planning merupakan salah satu tugas utama
administrator pelayanan kesehatan (health care administrator). Menurut Cynthia
Haddock et al (2002) menyatakan setidaknya ada tiga tugas utama health care
administrator, yaitu:
1. Bertanggung jawab terhadap aspek bisnis dan keuangan dari rumah sakit, klinik
dan organisasi pelayanan kesehatan, sehingga seorang administrator pelayanan
kesehatan berusaha meningkatkan efisiensi dan menjaga stabilitas keuangan,
menggunakan fungsi manajemen SDM, manajemen keuangan, akuntansi biaya,
pengumpulan dan pengolahan data, perencanaan strategis, pemasaran, dan
fungsi pemeliharaan organisasi lainnya.
2. Bertanggung jawab menciptakan kepedulian terhadap orang-orang sekitar
organisasi pelayanan kesehatan.
3. Bertanggung jawab memelihara kebutuhan moral dan sosial organisasi,
melayani dan memberi masukan kepada pasien, menjadi penengah saat terjadi
pertentangan nilai, dan menjadi mediator di antara kelompok profesional dalam
organisasi.
Setiap pekerjaan, program, atau proyek harus direncanakan dengan baik. Dapat
dikatakan dengan perencanaan yang baik, apabila maka 50% keberhasilan sudah
berada di tangan. Sehingga untuk mendapatkan suatu keberhasilan tersebut adalah
bagaimana kita mengimplementasikan dan komitmen dengan perencanaan yang
sudah dibuat tersebut. Dengan tidak melakukan perencanaan, maka kita telah
merencanakan suatu kegagalan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Web page Frost & Sullivan. Pasar pelayanan kesehatan Indonesia diharapkan mencapai
keuntungan 21 miliar USD di tahun 2019. Tersedia pada:
https://ww2.frost.com/news/press-releases/frost-sullivan-pasar-pelayanan-kesehatan-
indonesia-diharapkan-mencapai-keuntungan-21-miliar-usd-di-tahun-2019/. (Diakses pada
22 Juni 2022)
2. Kementerian Republik Indonesia. Profil kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI; 2016.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-
kesehatan-Indonesia-2015.pdf
3. Heryana A. Pentingnya perencanaan strategis pada pelayanan kesehatan. Tersedia pada:
https://www.kompasiana.com/adeha/pentingnya-perencanaan-strategis-pada-pelayanan-
kesehatan_54f91828a33311f4018b46a6. (Diakses pada 22 Juni 2022)
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik.
http://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/permen-kesehatan-nomor-9-tahun-2014-
tentang-klinik.pdf
5. Guide to key performance indicators: communicating the measures that matter. Inggris:
Price Watershouse Coopers; 2017.
https://www.pwc.com/gx/en/audit-services/corporate-
reporting/assets/pdfs/uk_kpi_guide.pdf
6. Budiarto Y, Selly. Komitmen karyawan pada perusahaan ditinjau dari kepemimpinan
transformasional dan transaksional. Jurnal Psikologi. 2004;2(2):121-41.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=62950&val=4564