CRS Wirausaha

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

CASE REPORT SESSION (CRS)

* Kepaniteraan Klinik Senior / G1A220058

** Pembimbing / dr. Gusti Qomariah

RENCANA PENGEMBANGAN KLINIK KESEHATAN

OLEH :

Zulfahmi Tri Wiratmoko, S.Ked G1A220058

PEMBIMBING:

dr. Gusti Qomariah

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR SMF/BAGIAN KEWIRAUSAHAAN


KLINIK TANJUNG LUMUT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
HALAMAN PENGESAHAN

JENIS-JENIS KLINIK KESEHATAN

DISUSUN OLEH

Zulfahmi Tri Wiratmoko, S.Ked G1A220058

Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik


senior Bagian Kewirausahaan Klinik Tanjung Lumut
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Jambi, Juni
2022
PEMBIMBING

dr. Gusti Qomariah


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas kasus pada Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian Kewirausahaan Klinik Tanjung Lumut Fakultas Kedokteran Universitas
Jambi yang berjudul “Rencana Pengembangan Klinik Kesehatan”. Tugas ini
bertujuan agar penulis dapat memahami lebih dalam mengenai teori-teori yang
diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Kewirausahaan
Klinik Tanjung Lumut dan melihat penerapannya secara langsung di lapangan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis.
Penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan, sehingga
diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang
membacanya. Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Jambi, Juni 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sering terdengar kabar bermunculannya layanan kesehatan swasta baru. Namun,
di lain sisi juga terdapat pelayanan kesehatan swasta (terutama klinik dan
laboratorium klinik) ditutup karena tidak mampu bersaing dalam industri ini. Hal
yang umum terjadi karena ketidakmampuan manajemen mengelola organisasi
pelayanan kesehatan menjadi organisasi yang profit. Menurut survei frost and
sullivan, belanja kesehatan di Indonesia terus meningkat. Investor luar baik itu dari
Asia, Eropa dan Amerika berlomba-lomba menanamkan modalnya di Indonesia.
Namun modal yang begitu besar ditanam pada industri ini akan menguap begitu saja
bila tidak direncanakan dan dikelola dengan baik. Penyebab dari kebangkrutan
beberapa pelayanan kesehatan adalah tidak adanya perencanaan strategis sehingga
tidak tepat sasaran dan implementasinya tidak sesuai dengan tujuan organisasi.1,2
Perencanaan strategis atau strategic planning merupakan salah satu tugas utama
administrator pelayanan kesehatan (health care administrator). Menurut Cynthia
Haddock menyatakan setidaknya ada tiga tugas utama health care administrator,
yaitu:3
1. Bertanggung jawab terhadap aspek bisnis dan keuangan dari rumah sakit, klinik
dan organisasi pelayanan kesehatan, sehingga seorang administrator pelayanan
kesehatan berusaha meningkatkan efisiensi dan menjaga stabilitas keuangan,
menggunakan fungsi manajemen SDM, manajemen keuangan, akuntansi biaya,
pengumpulan dan pengolahan data, perencanaan strategis, pemasaran, dan fungsi
pemeliharaan organisasi lainnya.
2. Bertanggung jawab menciptakan kepedulian terhadap orang-orang sekitar
organisasi pelayanan kesehatan.
3. Bertanggung jawab memelihara kebutuhan moral dan sosial organisasi, melayani
dan memberi masukan kepada pasien, menjadi penengah saat terjadi pertentangan
nilai, dan menjadi mediator di antara kelompok profesional dalam organisasi.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana perencanaan
strategis dalam mendirikan sebuah klinik pelayanan kesehatan, khususnya di
Indonesia. Selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat melalui pelayanan
kesehatan, perencanaan strategis klinik ini pasti juga memiliki keuntungan dari segi
bisnis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Bisnis dan Pemasaran


Manajemen bisnis dan marketing dalam membentuk klinik pribadi ini di atur
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 tentang
Klinik. Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk membangun sebuah klinik
yang di sini diklasifikasikan menjadi beberapa fase yaitu :4

2.1.1 Fase Persiapan (Preparation Phase)


Dalam fase ini perlu ditentukan bentuk market produk/klinik yang akan
dibuat, bisa dalam bentuk Klinik Pratama atau Klinik Utama. Klinik Pratama
adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar, sedangkan Klinik
Utama adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik atau
pelayanan medik dasar dan spesialistik. Pada tahap persiapan ini kita perlu
melakukan survei pada segementasi marketnya dan kompetitor serta providers lain
yang sudah ada. Dengan melakukan survei kita bisa melihat bagaimana kondisi dan
keberadaan klinik lainnya sehingga klinik yang akan dibuat nantinya bisa
disesuaikan agar bisa lebih baik dari yang lain.

2.1.2 Persiapan Lokasi, Fasilitas dan Infrastruktur


Dalam menentukan lokasi klinik yang perlu dipertimbangkan adalah
kemudahan bagi customer dan client untuk mengakses klinik kita. Bangunan yang
bagus dan bersih juga akan memberikan kesan yang baik bagi customer klinik.
Bangunan klinik harus bersifat permanen dan tidak bergabung fisik bangunannya
dengan tempat tinggal perorangan. Design interior yang menarik serta lingkungan
yang aman dan nyaman bagi pasien, staf serta pengunjung klinik. Bangunan klinik
juga harus memperhatikan fungsi, keamanan, kenyamanan dan kemudahan dalam
pemberian pelayanan serta perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi semua
orang termasuk penyandang cacat, anak-anak dan orang lanjut usia.
Berdasarkan Permenkes Nomor 9 Tahun 2014 dijelaskan bahwa bangunan
klinik paling sedikit terdiri atas:
a. Ruang pendaftaran/ruang tunggu
b. Ruang konsultasi
c. Ruang administrasi
d. Ruang obat dan bahan habis pakai untuk klinik yang melaksanakan pelayanan
farmasi
e. Ruang tindakan
f. Ruang/pojok ASI
g. Kamar mandi/WC
h. Ruangan lainnya sesuai keburuhan pelayanan.
Untuk klinik yang memberikan pelayanan rawat inap memiliki persyaratan
tambahan untuk kliniknya selain beberapa di atas yaitu:
a. Ruang rawat inap yang memenuhi persyaratan (jumlah tempat tidur pasien pada
klinik rawat inap paling sedikit 5 (lima) buah dan paling banyak 10 (sepuluh)
buah)
b. Ruang farmasi
c. Ruang laboratorium
d. Ruang dapur
Selanjutnya mengenai prasarana yang perlu ada di klinik yang meliputi:
a. Instalasi sanitasi
b. Instalasi listrik
c. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
d. Ambulans, khusus untuk klinik yang menyelenggarakan rawat inap
e. Sistem gas medis
f. Sistem tata udara
g. Sistem pencahayaan
h. Prasarana lainnya sesuai kebutuhan

2.1.3 Sumber Daya Manusia (Human Resources)


Setelah melewati fase perencanaan dan persiapan lokasi, fasilitas dan
insfrastruktur, selanjutnya yang perlu dipikirkan adalah mengenai sumber daya
manusia (SDM) yang nantinya akan menjalankan kegiatan di klinik yang kita buat.
Yang perlu diketahui adalah bahwa “penanggung jawab teknik klinik harus
seorang tenaga medis yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP) dan tenaga medis
hanya dapat menjadi penanggung jawab teknis pada 1 (satu) klinik”. Tenaga medis
pada Klinik Pratama yang memberikan pelayanan kedokteran paling sedikit terdiri
dari 2 orang dokter dan/atau dokter gigi sebagai pemberi pelayanan. Tenaga Medis
pada Klinik Utama yang memberikan pelayanan kedokteran paling sedikit terdiri
dari 1 dokter spesialis dan 1 dokter sebagai pemberi pelayanan.
Yang perlu diingat juga di sini bahwa setiap tenaga medis yang berpraktik di
klinik harus mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP)
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. “Setiap tenaga kesehatan yang
bekerja di klinik harus bekerja sesauai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional, standar pelayanan, etika profesi, menghormati hak pasien, serta
mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien”. Untuk Klinik 24 jam harus
menyediakan dokter serta tenaga kesehatan lain sesuai kebutuhan pelayanan dan
setiap saat berada di tempat.

2.1.4 Kefarmasian
Klinik rawat jalan tidak wajib melakasanakan pelayanan farmasi dan bila
klinik tersebut menyelenggarakan pelayanan kefarmasian maka wajib memiliki
apoteker yang memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) sebagai penanggung
jawab atau pendamping. Untuk klinik rawat inap wajib memiliki instalasi farmasi
yang diselenggarakan apoteker.

2.1.5 Perizinan
Setiap penyelenggaraan Klinik wajib memiliki izin mendirikan dan izin
operasional yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota. Untuk
mendapatkan izin mendirikan penyelenggaraan Klinik perlu persyaratan berikut:
a. Identitas lengkap pemohon.
b. Salinan/fotokopi pendirian badan hukum atau badan usaha, kecuali untuk
kepemilikan perorangan.
c. Salinan/fotokopi yang sah sertifikat tanah, bukti kepemilikan lain yang disahkan
oleh notaris, atau bukti surat kontrak minumal untuk angka waktu 5 tahun.
d. Dokumen SPPL untuk klinik rawat jalan, atau dokumen UKL-UPL untuk klinik
rawat inap sesuai ketentuan peratutan perundang-undangan.
e. Profil klinik yang akan didirikan meliputi pengorganisasian, lokasi, bangunan,
prasanan, ketenagaan, peralatan, kefarmasian, laboratorium, serta pelayanan
yang diberikan.
f. Izin mendirikan diberikan untuk jangka waktu 6 bulan dan dapat diperpanjang
paling lama 6 bulan bila belum dapat memenuhi persyaratan di atas, kalau lewat
waktu yang ditentukan maka harus mengajukan permohonan izin mendirikan
yang baru.
g. Izin operasional diberikan untuk jangka waktu 5 tahun dan dapat diperpanjang
kembali selama memenuhi persyaratan.

2.1.6 Penyelenggaraan

Klinik menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat


promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

2.1.7 Menentukan Pembiayaan (Determine The Cost)


Yang perlu diperhatikan adalah investment cost yang meiputi capital (modal),
break event poin dan depreciation period. Break event point/titik impas adalah
sebuah titik dimana biaya atau pengeluaran dan pendapatan adalah seimbang
sehingga tidak terdapat kerugian atau keuntungan. Pengeluaran operasional baik
pengeluaran langsung ataupun tidak langsung. Biaya maintenance yang meliputi
logistik, kebersihan, pelayanan dan keamanan. Biaya pengembangan profesional
seperti untuk pengadaan seminar, konferensi, pelatihan. Dan perlu diperhatikan
juga bila ada biaya tak terduga yang mungkin muncul dalam penyelenggaraan
klinik. Selain itu dalam penyelenggaraan klinik kita perlu menentukan target profit
sehingga klinik akan tetap berjalan dengan baik dan memberikan manfaat bagi
berbagai pihak terkait.

2.1.8 Promosi
Promosi ini penting dan merupakan hak klinik untuk mempromosikan
pelayanan kesehatan yang ada di klinik sesuai peraturan perundang-undangan.
Dalam pelaksanaan promosi kita perlu menenjukan tujuan utama (goals), target
market dan waktu pelaksanaannya. Dalam promosi ini kita bisa memberikan ide
berdasaran pelayanan, produk, karakter market dan biaya produk selain itu
promosi juga bisa dijadikan metode sebagai tolak ukur prestasi.

2.1.9 Akreditasi Klinik


Setelah klinik terbentuk maka tugas selanjutnya adalah menjaga eksistensi
klinik yang sudah terbentuk, salah satunya dengan meningkatkan akreditasi klinik.
Terdapat 4 Bab standar akreditasi klinik yaitu mengenai kepemimpinan dan
nanajemen kinik (KMK), layanan klinis yang berorientasi pasien (LKBP),
manajemen penunjang layanan klinis (MPLK) dan peningkatan mutu dan
keselamatan pasien (PMKP).

2.2 Manajemen Finansial dan Operasional


Dalam manajemen finansial penyelenggaraan klinik perlu diperhatikan
pengenai budget planning atau perencanaan budget yang terdiri dari planing of
income, planning of expenses dan planning of interest. Dalam menentukan budget
planning tersebut perlu di dasarkan pada laporan finansial tahun sebelumnya dan
index performen/Key Performance Index (KPI). KPI adalah sebuah rencana dalam
bentuk target dan indikator dari finansial dan parameter operasional. KPI ditentukan
oleh beberapa hal, yaitu (KPI guide, 2017) :
1. Laporan sebelumnya;
2. Visi dan misi, tujuan dan objektif;
3. Perluasan market;
4. MOU user;
5. Investmen dan developmen

 Sumber Pendapatan (Source of Income)


Sumber pendapatan klinik pribadi dapat berasal dari fee pelayanan, asuransi
dan market captive, seperti dati perusahaan atau sistem kapitasi seperti yang ada pada
BPJS. Pelayanan yang diberikan bisa berasal dari pelayanan kesehatan dasar seperti
promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, pengontrolan penyakit, kesehatan ibu dan
anak, nutrisi, serta pelayanan medis dan gigi.

 Perencanaan Strategis
Beberapa isu penting dan mejadi perhatian bagi perencanaan strategis di
pelayanan kesehatan adalah lingkungan dinamis industri pelayanan kesehatan
bertepatan dengan pemberlakuan MEA 2015 menuntut para administrator pelayanan
kesehatan lebih peduli terhadap perencanaan strategis. Paradigma “sambil jalan” atau
“sambil lalu” sebaiknya ditinggalkan. Setiap usulan proyek atau pekerjaan harus
dibicarakan dan direncanakan dengan baik dari segala aspek, baik itu SDM,
pendanaan, sarana, dan pedoman kerjanya.3
Perencanaan strategis sebaiknya melibatkan seluruh departemen dalam
organisasi (bukan seluruh kayawan). Perencanaan strategis bukan pekerjaan
individual namun merupakan pekerjaan kolektif, untuk itu manajemen bisa membuat
komite yang bertugas menyusun ini. Menurut Allen (1995), keterlibatan karyawan
dalam membuat perencanaan strategis adalah satu keuntungan tersendiri bagi
penerapan visi dan misi organisasi. Implikasi dari hal tersebut adalah pekerjaan
membuat perencanaan strategis bukan pekerjaan sistem kebut semalam melainkan
butuh pemikiran yang dalam dan waktu yang cukup.3,6
Dalam menyusun perencanaan strategis bukan hanya membuat program
berdasarkan persepsi kita terhadap perubahan di masa depan, namun juga membuat
program yang merupakan antisipasi dari perubahan yang akan terjadi. Artinya selalu
ada “plan A” dan “plan B”. Menurut Greenwald (2010), perencanaan strategis yang
efektif dalam organisasi pelayanan kesehatan bukan hanya membutuhkan persepsi
akan perubahan tetapi juga antisipasi terhadap perubahan.3
Banyak sekali tools manajemen yang digunakan untuk merancang perencaaan
strategis pelayanan kesehatan dan sebaiknya disesuaikan dengan fase organisasi.
Karena itu perlu diidentifikasi terlebih dahulu posisi organisasi kita, apakah dalam
fase awal, pertumbuhan, kematangan, atau penurunan. Salah satu alat yang sering
dipakai untuk melakukan perencanaan strategis dalam pelayanan kesehatan adalah
analisa SWOT yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strength), kelemahan
(weakness), kesempatan (opportunity), dan tantangan (threat) yang mempengaruhi
bisnis atau proyek. SWOT bisa digunakan dalam segala jenis fase organisasi dan akan
menetukan arah strategis pelayanan kesehatan.3
Perencanaan strategis harus terukur, terarah, dan mampu dilaksanakan. Sering
terjadi sebuah perencaan akhirnya menjadi tumpukan kertas di lemari karena sifatnya
yang abstrak (tidak terukur), melebar kemana-mana (tidak terarah), dan sulit
dilaksanakan. Akhirnya organisasi pelayanan kesehatan beroperasi tanpa kendali dan
tanpa arah. Perencanaan strategis termasuk salah satu topik pelatihan yang sering
dilupakan atau tidak diberikan dalam pelatihan medis kepada tenaga kesehatan (dalam
hal ini dokter). Padahal perencanaan strategis merupakan kemampuan teknis yang
harus dimiliki pengelola pelayanan kesehatan, bersama dengan teknik mengelola
keuangan, akuntansi, kebijakan publik, dan pemasaran. Peran dokter dalam pelayanan
kesehatan sangat vital, bukan saja sebagai profesional medis akan tetapi sebagai
profesional manajemen. Untuk itulah dokter sebaiknya sedikit banyak mengetahui
aspek manajemen pelayanan kesehatan.3,6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Perencanaan strategis atau strategic planning merupakan salah satu tugas utama
administrator pelayanan kesehatan (health care administrator). Menurut Cynthia
Haddock et al (2002) menyatakan setidaknya ada tiga tugas utama health care
administrator, yaitu:
1. Bertanggung jawab terhadap aspek bisnis dan keuangan dari rumah sakit, klinik
dan organisasi pelayanan kesehatan, sehingga seorang administrator pelayanan
kesehatan berusaha meningkatkan efisiensi dan menjaga stabilitas keuangan,
menggunakan fungsi manajemen SDM, manajemen keuangan, akuntansi biaya,
pengumpulan dan pengolahan data, perencanaan strategis, pemasaran, dan
fungsi pemeliharaan organisasi lainnya.
2. Bertanggung jawab menciptakan kepedulian terhadap orang-orang sekitar
organisasi pelayanan kesehatan.
3. Bertanggung jawab memelihara kebutuhan moral dan sosial organisasi,
melayani dan memberi masukan kepada pasien, menjadi penengah saat terjadi
pertentangan nilai, dan menjadi mediator di antara kelompok profesional dalam
organisasi.
 Setiap pekerjaan, program, atau proyek harus direncanakan dengan baik. Dapat
dikatakan dengan perencanaan yang baik, apabila maka 50% keberhasilan sudah
berada di tangan. Sehingga untuk mendapatkan suatu keberhasilan tersebut adalah
bagaimana kita mengimplementasikan dan komitmen dengan perencanaan yang
sudah dibuat tersebut. Dengan tidak melakukan perencanaan, maka kita telah
merencanakan suatu kegagalan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Web page Frost & Sullivan. Pasar pelayanan kesehatan Indonesia diharapkan mencapai
keuntungan 21 miliar USD di tahun 2019. Tersedia pada:
https://ww2.frost.com/news/press-releases/frost-sullivan-pasar-pelayanan-kesehatan-
indonesia-diharapkan-mencapai-keuntungan-21-miliar-usd-di-tahun-2019/. (Diakses pada
22 Juni 2022)
2. Kementerian Republik Indonesia. Profil kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI; 2016.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-
kesehatan-Indonesia-2015.pdf
3. Heryana A. Pentingnya perencanaan strategis pada pelayanan kesehatan. Tersedia pada:
https://www.kompasiana.com/adeha/pentingnya-perencanaan-strategis-pada-pelayanan-
kesehatan_54f91828a33311f4018b46a6. (Diakses pada 22 Juni 2022)
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik.
http://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/permen-kesehatan-nomor-9-tahun-2014-
tentang-klinik.pdf
5. Guide to key performance indicators: communicating the measures that matter. Inggris:
Price Watershouse Coopers; 2017.
https://www.pwc.com/gx/en/audit-services/corporate-
reporting/assets/pdfs/uk_kpi_guide.pdf
6. Budiarto Y, Selly. Komitmen karyawan pada perusahaan ditinjau dari kepemimpinan
transformasional dan transaksional. Jurnal Psikologi. 2004;2(2):121-41.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=62950&val=4564

You might also like