Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

MAKALAH

HADITS MAUDHU’
Diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah Ilmu Hadits

DISUSUN OLEH KELOMPOK 10:


1. PUTRI BULKIS ISMAINI (2518011)
2. SARI CHOIRUNNISA (2518021)

DOSEN PEMBIMBING:
ISMIATI

PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA KOMPUTER 4A


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
1440/1441 H (2019/2020)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah Ilmu Hadits tentang Hadits Maudhu’ ini dengan tepat
waktu.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya
kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan inspirasi bagi kita yang membacanya.

Bukittinggi, 17 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman judul Halaman


Kata Pengantar....................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadits Maudhu’..................................................................3
B. Latar Belakang Munculnya Hadits Maudhu’........................................5
C. Tanda-tanda Hadits Maudhu’...............................................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................11
Daftar Kepustakaan.............................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mudahnya perkembangan hadits maudhu’ ini juga tidak dapat dipisahkan
dengan faktor minimnya pengetahuan masyarakat suatu kawasan tentang
hadits maudhu’ ini. Pada sisi lain, juga tidak dapat dipungkiri bahwa
penyebaran hadits maudhu’ justru disampaikan oleh para mubaligh di
mimbar-mimbar dakwah mereka.1
Para pemalsu hadits merupakan kelompok pelaku bid’ah dan munafik,
orang-orang yang telah kehilangan negerinya karena telah dikuasai oleh
Islam, orang-orang yang masih diselimuti kebodohan dan kurangnya
pengetahuan tentang Islam, dan ada juga dari umat Islam itu sendiri yang
sebenarnya mempunyai tujuan-tujuan yang baik, namun tidak memahami
prosedur atau metode yang diajarkan Islam dalam melaksanakan tujuan baik
tersebut.2
Hadits maudhu’ pada dasarnya bukanlah hadits yang benar-benar
bersumber dari Rasulullah saw., tetapi merupakan pernyataan atau berita yang
sengaja dibuat oleh seorang periwayat yang dinisbahkan pada hadis Nabi saw.
dengan tujuan dan motif tertentu yang kemudian telah tersebar dalam
masyarakat. Tersebarnya berbagai hadits maudhu’ pasti ada yang sifatnya
positif di samping pada umumnya bersifat negatif. Meskipun tujuan dan
motifnya bersifat positif, namun karena pernyataan atau berita itu bukan
berasal dari Nabi saw. lalu dinyatakan berasal dari Nabi, maka tindakan
tersebut merupakan kebohongan yang sangat bertentangan dengan ajaran
yang beliau bawa.3

1
Wahid, “Strategi Ulama Mengantisipasi Penyebaran Hadits Maudhu’ di Kecamatan Peureulak”
Jurnal Substantia, Vol. 20 No. 2, 2018, hal. 120.
2
Mukhtar, “Hadis Maudhu’ dan Permasalahannya”, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, Vol. 3
No. 1, 2017, hal. 78.
3
Ibid, hlm. 79.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hadits maudhu’?
2. Bagaimana latar belakang munculnya hadits maudhu’?
3. Apa saja tanda-tanda hadits maudhu’?

C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing.
2. Untuk mengetahui pengertian hadits maudhu’.
3. Untuk mengetahui latar belakang munculnya hadits maudhu’.
4. Untuk mengetahui tanda-tanda hadits maudhu’.
5. Untuk menambah wawasan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadits Maudhu’


Al-maudhu’ adalah isim maf’ul dari kata wadha’a, yadha’u, wadh’an,
artinya meletakkan, mengada-ada, membuat-buat, dan meninggalkan.
Menurut istilah, hadits maudhu’ adalah:

‫مِم‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫مان ِس‬


ُ‫ ا ْختاَل قً ا َو َك َذبًا َّامَلْ َي ُق ْل ه‬.‫م‬.‫ب اىَل َر ُس ْول اهلل ص‬ َ َُ
.ُ‫صُن ْوع‬
ْ ‫ض ُه ْم ُه َوالْ ُم ْخَتلَ ُق الْ َم‬ َ َ‫ َوق‬.ُ‫اَْويُِق ْره‬
ُ ‫ال َب ْع‬
Artinya:
“Hadist yang disandarkan kepada Rasulullah SAW. Secara dibuat-buat
dan dusta, padahal beliau tidak mengatakan dan tidak melakukannya.
Sebagian mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan hadits
maudhu’ ialah hadits yang dibuat-buat.”
Sebagian ulama mendefenisikan hadits maudhu’ sebagai berikut:

ِ ‫هوالْمخَتلَ ع الْمص ُنو ْع الْمْنس وب اىَل رس و ِل‬


‫ َز ْو ًرا‬.‫م‬.‫اهلل ص‬ ْ ُ َ ُ ْ ُ َ ْ ْ َ ُ ْ ُ َُ
ِ
َ ‫اس َواءٌ ﮔا َن ٰذل‬
.‫ك َع ْم ًدا اَْو َخطًَأ‬ َ ً‫َوبُ ْهتَان‬
Artinya:
“Hadits yang diciptakan dan dibuat oleh seseorang (pendusta) yang
dinisbatkan kepada Rasulullah secara paksa dan dusta, baik sengaja
maupun tidak.”
Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa hadits maudhu’ bukan
hadits yang bersumber dari Rasulullah atau bukan merupakan hadits Rasul,
paling tidak sebagian, namun hadits tersebut disandarkan kepada Rasul. 4
Hadits maudhu’ itu diciptakan oleh pendusta dan disandarkan kepada
Rasullullah untuk memperdayai. Hadits maudhu’ dicipta dan dibuat-buat,
kemudian dinisbahkan kepada Rasulullah SAW. secara palsu dan dusta baik

4
Hasan, Ilmu Hadits (Bandung: Pustaka Setia, 2017), hlm. 266.

3
4

secara sengaja maupun tidak. Dengan kata lain, hadits maudhu’ dibuat dan
dinisbahkan kepada Rasulullah dengan sengaja atau tidak, dengan tujuan
buruk atau baik sekalipun.5
Ada perbedaan pendapat dikalangan para ulama mengenai mulai
terjadinya pemalsuan hadits. Di antara pendapat yang masyhur adalah sebagai
berikut:
1. Menurut Ahmad Amin, hadits maudhu’ terjadi sejak masa Rasulullah
SAW. masih hidup. Alasannya, yaitu sabda Rasulullah SAW:

.‫ب َعلَ َّي ُمَت َع ِّم ًدا َف ْليَتََب َّوْأ َم ْق َع َدهُ ِم َن النَّا ِر‬
َ ‫فَ َم ْن َك َذ‬
Artinya:
“Barang siapa berdusta atas namaku dengan sengaja maka
tunggulah nanti tempat duduknya dari api neraka.”
Menurut Ahmad Amin, hadits tersebut menggambarkan bahwa
kemungkinan pada zaman Rasulullah SAW telah terjadi pemalsuan
hadits. Alasan yang dikemukakan oleh Ahmad Amin hanya merupakan
dugaan yang tersirat dalam hadits tersebut sebab dia tidak mepunyai
alasan historis.
2. Shalah Ad-Din Ad-Dabi mengatakan bahwa pemalsuan hadits berkenaan
dengan masalah keduniawian telah terjadi pada masa Rasulullah SAW.
Alasan yang ia kemukakan adalah hadits riwayat At-Tahawi dan Ath-
Thabrani. Dalam kedua hadits tersebut dinyatakan bahwa pada masa
Nabi, ada seseorang telah membuat berita bohong dengan
mengatasnamakan Nabi.
3. Menurut jumhur Al-Muhadditsin, pemalsuan hadits terjadi pada masa
kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Menurut mereka, hadits-hadits yang ada
sejak zaman Nabi hingga sebelum terjadinya pertentangan antara Ali bin
Abi Thalib dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan masih terhindar dari

5
Idri, Studi Hadits (Jakarta: Prenada Media Group, 2016), hlm. 247.
5

pemalsuan. Dengan demikian, pada zaman Nabi, tidak mungkin ada


pemalsuan hadits.6

B. Latar Belakang Munculnya Hadits Maudhu’


Secara historis pemalsuan hadist tidak hanya dilakukan oleh orang-orang
Islam, tetapi juga dilakukan oleh oleh orang-orang non Islam. Ada beberapa
motif yang mendorong mereka membuat hadits palsu, antara lain sebagai
berikut:
1. Pertentangan Politik
Perpecahan umat islam akibat pertentangan politik yang terjadi pada
masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib sangat berpengaruh terhadap
pemunculan hadits-hadits palsu. Tiap-tiap golongan berusaha
mengalahkan lawan dan memengaruhi orang-orang tertentu, salah satunya
adalah membuat hadits palsu. Akibat perpecahan politik ini, golongan
Syi’ah membuat hadits palsu. Golongan inilah yang pertama kali
membuat hadits palsu.
Berikut contoh hadits palsu yang dibuat oleh kaum Syi’ah:

‫ك‬ ِ‫ياعلِي! اِ َّن اهلل َغ َفرلَك ولِ ُذ ِّريَّتِك ولِوالِ َديك واِل َهل‬
َ ْ َ َْ ََ َ َ َ َ َ ُّ َ َ
ِ ِ‫ولِ ِشيعت‬.
‫ك‬َ ‫ك َول ُم ِحيِّب ْ ِشْي ِط‬
َ َْ َ
Golongan Mu’awiyah juga membuat hadits palsu. Berikut ini salah
satu contohnya.

،ُ‫ت ِميِّن ْ يَ ُام َعا ِويَة‬ ِ


َ ْ‫اَن‬.ُ‫ اَنَ َاوجرْبِ يْ ُل َو ٌم َعا ِويَة‬: ٌ‫اَاْل َُمنَاءُثَالَثَة‬
‫ك‬َ ‫واَنَ ِامْن‬.
َ
Adapun golongan Khawarij tidak pernah membuat hadits palsu.7

2. Usaha Kaum Zindiq

6
Hasan, Op.cit., hlm. 267.
7
Ibid, hlm. 269.
6

Kaum Zindiq adalah golongan yang membenci Islam, baik sebagai


agama maupun sebagai dasar pemerintahan. Mereka merasa tidak
mungkin dapat melampiaskan kebencian melalui konfrontasi dan
pemalsuan Al-Qur’an sehingga cara yang paling tepat dan
memungkinkan, yaitu melakukan pemalsuan hadits untuk menghancurkan
agama Islam dari dalam.8 Contoh hadits yang dibuat oleh golongan
Zindiqah yaitu:

ٌ‫اَنَّظُْر اِىَل الْ َو ْج ِه اجْلَ ِمْي ِل ِعبَ َادة‬.


Artinya:
“Melihat (memandang) muka yang indah adalah ibadah.”

3. Sikap Fanatik Buta terhadap Bangsa, Suku, Bahasa, Negeri, dan Pimpinan
Salah satu tujuan membuat hadits palsu adalah adanya sifat ego dan
fanatik buta serta ingin menonjolkan seseorang, bangsa, kelompok, dan
seagainya. Contoh hadits maudhu’ yang dibuat oleh bangsa Persia:

‫ِإ َّن َكالَ َم الَّ ِذيْ َن َح ْو َل الْ َع ْر ِش بِالْ َفا ِر ِسيَّ ِة‬.
Artinya:
“Sesungguhnya pembicaraan orang-orang sekitar ‘Arsy
menggunakan bahasa Persia.”
Dengan adanya ungkapan hadits maudhu’ di atas, mendorong bangsa
Arab menanggapi dengan cara membuat hadits maudhu’ juga, yang
berbunyi:

ِ ‫ات اِىَل‬
ُ‫اهلل الْ َفا ِر ِسيَّة‬ ِ َ‫َأبغَض الُّلغ‬.
ُ ْ
Artinya:
“Bahasa yang paling dibenci Allah adalah bahasa Persia.”9

4. Memengaruhi Kaum Awam dengan Kuliah dan Nasihat

8
Loc.cit.
9
Mukhtar, Op.cit, hlm. 82.
7

Kelompok yang melakukan pemalsuan hadits bertujuan untuk


memperoleh simpati dari pendengarnya sehingga mereka kagum melihat
kemampuannya. Hadits yang mereka katakan terlalu berlebih-lebihan.
Contohnya dalam hadits:

ُ َّ‫ الَاِهٰل َ ِاال‬: ‫ال‬


‫هللا ِم ْن لُك ِ ّ لَك ِ َم ٍة َطاِئ ًرا َمنْ َق ُار ُه ِم ْن َذه ٍَب َو ِري ُْش ُه‬ َ َ‫َم ْن ق‬
‫ ِم ْن َم ْر َج ٍان‬.
Bahkan di antara mereka ada yang menafsirkan ayat:

‫ك َم َق ًاماحَمْ ُم ْو ًدا‬
َ ُّ‫ك َرب‬
َ َ‫ع َسى اَ ْن َيْب َعث‬.
َ
Ayat itu mereka artikan, “Nabi duduk bersanding dengan Allah di
atas Arsy-Nya.”10

5. Perselisihan dalam Fiqh dan Ilmu Kalam


Munculnya hadits-hadits palsu dalam masalah-masalah fiqh dan ilmu
kalam berasal dari para pengikut mahzab. Mereka melakukan pemalsuan
hadits karena didorong sifat fanatik dan ingin menguatkan mahzabnya
masing-masing. Contoh hadits maudhu’ yang dibuat oleh Ma’mun ibn
Ahmad:

ُ‫صالََة لَه‬ َّ ‫م ْن َرفَ َع يَ َديِْه ىِف‬.


َ َ‫الر ُك ُو ِع فَال‬ َ
Artinya:
“Barang siapa yang mengangkat kedua tangannya ketika ruku’,
maka tidak sah shalatnya.”
Hadis maudhu’ ini digunakan sebagai dalil pijakan oleh Muhammad
ibn ‘Akasyah seorang pengikut fanatik mazhab Abu Hanifah menegur
pengikut mazhab lain yang mengangkat tangan sebelum dan sesudah
ruku’ dalam shalat. Begitu juga pengikut fanatik dalam bidang ilmu kalam
yang menyatakan bahwa al-Qur’an bukan makhluk, ia qadim. Untuk
memperkuat pendiriannya, maka mereka membuat hadis maudhu’ yang
berbunyi:

10
Hasan, Op.cit, hlm. 270.
8

‫ال اَلْ ُق ْرآ ُن خَمْلُ ْو ٌق َف َق ْد َك َفَر‬


َ َ‫م ْن ق‬.
َ
Artinya:
“Barang siapa yang mengatakan Al-Qur’an itu makhluk, maka ia
kafir.”11

6. Membangkitkan Gairah Beribadah, tanpa Mengerti yang Dilakukan


Banyak di antara ulama yang membuat hadits palsu dengan asumsi
bahwa usahanya itu merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah dan
menjunjung tinggi agama-Nya. Mereka mengatakan, “kami berdosa
semata-mata untuk menjunjung tinggi nama Rasulullah dan bukan
sebaliknya.”

7. Menjilat Penguasa
Giyas bin Ibrahim merupakan tokoh yang banyak ditulis dalam kitab
hadits sebagai pemalsu hadits tentang “perlombaan”. Berikut contoh
haditsnya:

ٍّ ‫ص ٍل اَْو ُخ‬
‫ف‬ ‫ن‬ ‫ىِف‬َّ
‫ال‬ِ‫ الَسبق ا‬: ‫ال النَّيِب صلَّى اهلل علَي ِه وسلَّم‬
ْ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ُّ َ َ‫ق‬
ٍ َ‫اَْو َحافِ ٍر اَْو ُجن‬.
‫اح‬
Artinya:
Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada perlombaan kecuali pada
perlombaan memanah, balapan unta, kuda atau mengadu burung.”
Apapun yang dilakukan oleh Giyas menunjukkan bahwa ia telah
menambahkan matn hadis dengan perkataan ‫اح‬
ٍ َ‫(اَْو َجن‬atau mengadu
burung) sesuai dengan kesenangan Khalifah Al-Mahdi, sehingga Khalifah
Al-Mahdi memberikan hadiah kepada Giyas sebesar 10.000 dirham.12

11
Mukhtar, Op.cit, hlm. 83.
12
Op.cit, hlm. 84.
9

C. Tanda-tanda Hadist Maudhu’


1. Tanda-tanda yang Terdapat pada Sanad
Ciri terpenting hadits palsu adalah pada sanad haditsnya, yaitu
pembuat hadits mengakui sendiari bahwa ia membuat hadits palsu, tetapi
petunjuk bahwa ia memalsukan hadits harus jelas, misalnya ia
mengatakan bahwa menerima hadits dari gurunya, padahal ia tidak pernah
bertemu dengan gurunya, atau ia tidak pernah berguru kepada orang yang
dimaksudkan.
Petunjuk yang menjelaskan secara langsung bahwa hadits yang
diteliti itu hadits palsu dengan melihat tingkah laku periwayatnya.
Misalnya, rawi yang dimaksudkan mengindikasikan hasrat yang tinggi
dan ambisi tertentu pada kepentingan ekonomi, politik, keilmuan, dan
selainnya sehingga untuk ambisinya ia membuat hadits atau menambah-
nambah penyambungan sanad kepada dirinya agar orang lain
memercayainya dan menghargai dia sebagai orang yang penting dan
terhormat.13

2. Tanda-tanda yang Terdapat pada Matan


a. Bertentangan dengan nas Al-Qur’an. Contohnya hadist yang
berkenaan dengan umur dunia hanya tujuh ribu tahun, hadist ini
merupakan suatu kedustaan karena seandainya hadist tersebut sahih
pasti setiap orang akan mengetahui jarak waktu saat ini hingga hari
kiamat. Hal ini bertentangan dengan ayat Al-Qur’an yang
menyebutkan bahwa hari kiamat adalah hal gaib yang hanya diketahui
oleh Allah.
b. Bertentangan dengan Sunnah. Setiap hadits yang memberi makna
kepada kerusakan, kezaliman, sia-sia, pujian yang batil, celaan yang
benar, semuanya tidak berhubungan dengan Nabi. Contohnya hadits

13
Hasan, Op.cit, hlm. 274.
10

tentang orang yang bernama Muhammad dan Ahmad tidak akan


masuk Neraka, hadits ini bertentangan dengan ajaran Islam, karena
orang tidak dapat diselamatkan dari Neraka hanya karena nama atau
gelar, akan tetapi diperoleh melalui iman dan amal salih.
c. Bertentangan dengan ijma’. Setiap hadits yang menyebutkan dengan
jelas tentang wasiat Nabi kepada Ali bin Abi Thalib atau
pemerintahannya adalah maudhu’. Karena pada dasarnya Nabi tidak
pernah menyebut tentang seorangpun sebagai khalifah setelah wafat.
d. Kandungan hadits yang mengada-ada dalam pemberian pahala
terhadap sesuatu amalan kecil dan ancaman yang besar terhadap
perbuatan yang buruk. Contohnya “Barangsiapa yang salat dhuha
sekian rakaat, akan diberi pahala tujuh puluh orang Nabi.”
e. Kandungan hadits yang tidak dapat diterima oleh akal, seperti hadits
“terong itu mengikuti apa yang diniat ketika memakannya” atau
“terong itu penyembuh bagi setiap penyakit.”14

14
Wahid, Op. Cit, hlm. 126-127.
11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut bahasa, Al-maudhu’ adalah isim maf’ul dari kata wadha’a,
yadha’u, wadh’an, artinya meletakkan, mengada-ada, membuat-buat, dan
meninggalkan. Sedangkan secara istilah, hadits maudhu’ adalah hadits yang
diciptakan dan dibuat oleh seseorang (pendusta) yang dinisbatkan kepada
Rasulullah secara paksa dan dusta, baik sengaja maupun tidak.
Kemunculan hadits maudhu’ dilatarbelakangi oleh pertentangan politik,
usaha kaum Zandiq yang ingin menghancurkan Islam, sikap fanatik buta
terhadap bangsa, suku, bahasa, negeri, dan pimpinan, ingin mempengaruhi
kaum awam dengan kuliah dan nasihat, perselisihan dalam fiqh dan ilmu
kalam, membangkitkan gairah beribadah tanpa mengerti yang dilakukan, dan
untuk menjilat penguasa.
Sedangkan untuk melihat hadits maudhu’ kita bisa melihat dari segi
sanad dan matannya.

B. Saran
Saran saya sebagai penulis ialah, bahwa setidaknya kita harus selalu
konsisten dalam belajar agar dapat bersaing di era globalisasi. Demikian pula
dalam mempelajari ilmu hadits, khususnya hadits maudhu’, sehingga kita
selaku mahasiswa dapat dibekali dengan pengetahuan yang luas sebagai
sarana dalam mencapai tujuan sehari-hari.

12
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Hasan, Mustofa, M. Ag. 2017. Ilmu Hadits. Bandung: Pustaka Setia.


Prof. Dr. H. Idri, M. Ag. 2016. Studi Hadis. Jakarta: Prenada Media Group.
Abd. Wahid. 2018. Strategi Ulama Mengantisipasi Penyebaran Hadits Maudhu’
di Kecamatan Peureulak. Jurnal Substantia. 20(2): 119-136.
H. Mukhlis Mukhtar. 2017. Hadits Maudhu’ dan Permasalahannya. Jurnal
Pendidikan dan Studi Islam. 3(1): 77-87.

13

You might also like