Professional Documents
Culture Documents
Makalah Hadits Maudhu' With Page Number
Makalah Hadits Maudhu' With Page Number
HADITS MAUDHU’
Diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah Ilmu Hadits
DOSEN PEMBIMBING:
ISMIATI
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah Ilmu Hadits tentang Hadits Maudhu’ ini dengan tepat
waktu.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya
kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan inspirasi bagi kita yang membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mudahnya perkembangan hadits maudhu’ ini juga tidak dapat dipisahkan
dengan faktor minimnya pengetahuan masyarakat suatu kawasan tentang
hadits maudhu’ ini. Pada sisi lain, juga tidak dapat dipungkiri bahwa
penyebaran hadits maudhu’ justru disampaikan oleh para mubaligh di
mimbar-mimbar dakwah mereka.1
Para pemalsu hadits merupakan kelompok pelaku bid’ah dan munafik,
orang-orang yang telah kehilangan negerinya karena telah dikuasai oleh
Islam, orang-orang yang masih diselimuti kebodohan dan kurangnya
pengetahuan tentang Islam, dan ada juga dari umat Islam itu sendiri yang
sebenarnya mempunyai tujuan-tujuan yang baik, namun tidak memahami
prosedur atau metode yang diajarkan Islam dalam melaksanakan tujuan baik
tersebut.2
Hadits maudhu’ pada dasarnya bukanlah hadits yang benar-benar
bersumber dari Rasulullah saw., tetapi merupakan pernyataan atau berita yang
sengaja dibuat oleh seorang periwayat yang dinisbahkan pada hadis Nabi saw.
dengan tujuan dan motif tertentu yang kemudian telah tersebar dalam
masyarakat. Tersebarnya berbagai hadits maudhu’ pasti ada yang sifatnya
positif di samping pada umumnya bersifat negatif. Meskipun tujuan dan
motifnya bersifat positif, namun karena pernyataan atau berita itu bukan
berasal dari Nabi saw. lalu dinyatakan berasal dari Nabi, maka tindakan
tersebut merupakan kebohongan yang sangat bertentangan dengan ajaran
yang beliau bawa.3
1
Wahid, “Strategi Ulama Mengantisipasi Penyebaran Hadits Maudhu’ di Kecamatan Peureulak”
Jurnal Substantia, Vol. 20 No. 2, 2018, hal. 120.
2
Mukhtar, “Hadis Maudhu’ dan Permasalahannya”, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, Vol. 3
No. 1, 2017, hal. 78.
3
Ibid, hlm. 79.
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hadits maudhu’?
2. Bagaimana latar belakang munculnya hadits maudhu’?
3. Apa saja tanda-tanda hadits maudhu’?
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing.
2. Untuk mengetahui pengertian hadits maudhu’.
3. Untuk mengetahui latar belakang munculnya hadits maudhu’.
4. Untuk mengetahui tanda-tanda hadits maudhu’.
5. Untuk menambah wawasan.
BAB II
PEMBAHASAN
4
Hasan, Ilmu Hadits (Bandung: Pustaka Setia, 2017), hlm. 266.
3
4
secara sengaja maupun tidak. Dengan kata lain, hadits maudhu’ dibuat dan
dinisbahkan kepada Rasulullah dengan sengaja atau tidak, dengan tujuan
buruk atau baik sekalipun.5
Ada perbedaan pendapat dikalangan para ulama mengenai mulai
terjadinya pemalsuan hadits. Di antara pendapat yang masyhur adalah sebagai
berikut:
1. Menurut Ahmad Amin, hadits maudhu’ terjadi sejak masa Rasulullah
SAW. masih hidup. Alasannya, yaitu sabda Rasulullah SAW:
.ب َعلَ َّي ُمَت َع ِّم ًدا َف ْليَتََب َّوْأ َم ْق َع َدهُ ِم َن النَّا ِر
َ فَ َم ْن َك َذ
Artinya:
“Barang siapa berdusta atas namaku dengan sengaja maka
tunggulah nanti tempat duduknya dari api neraka.”
Menurut Ahmad Amin, hadits tersebut menggambarkan bahwa
kemungkinan pada zaman Rasulullah SAW telah terjadi pemalsuan
hadits. Alasan yang dikemukakan oleh Ahmad Amin hanya merupakan
dugaan yang tersirat dalam hadits tersebut sebab dia tidak mepunyai
alasan historis.
2. Shalah Ad-Din Ad-Dabi mengatakan bahwa pemalsuan hadits berkenaan
dengan masalah keduniawian telah terjadi pada masa Rasulullah SAW.
Alasan yang ia kemukakan adalah hadits riwayat At-Tahawi dan Ath-
Thabrani. Dalam kedua hadits tersebut dinyatakan bahwa pada masa
Nabi, ada seseorang telah membuat berita bohong dengan
mengatasnamakan Nabi.
3. Menurut jumhur Al-Muhadditsin, pemalsuan hadits terjadi pada masa
kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Menurut mereka, hadits-hadits yang ada
sejak zaman Nabi hingga sebelum terjadinya pertentangan antara Ali bin
Abi Thalib dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan masih terhindar dari
5
Idri, Studi Hadits (Jakarta: Prenada Media Group, 2016), hlm. 247.
5
ك ِياعلِي! اِ َّن اهلل َغ َفرلَك ولِ ُذ ِّريَّتِك ولِوالِ َديك واِل َهل
َ ْ َ َْ ََ َ َ َ َ َ ُّ َ َ
ِ ِولِ ِشيعت.
كَ ك َول ُم ِحيِّب ْ ِشْي ِط
َ َْ َ
Golongan Mu’awiyah juga membuat hadits palsu. Berikut ini salah
satu contohnya.
6
Hasan, Op.cit., hlm. 267.
7
Ibid, hlm. 269.
6
3. Sikap Fanatik Buta terhadap Bangsa, Suku, Bahasa, Negeri, dan Pimpinan
Salah satu tujuan membuat hadits palsu adalah adanya sifat ego dan
fanatik buta serta ingin menonjolkan seseorang, bangsa, kelompok, dan
seagainya. Contoh hadits maudhu’ yang dibuat oleh bangsa Persia:
ِإ َّن َكالَ َم الَّ ِذيْ َن َح ْو َل الْ َع ْر ِش بِالْ َفا ِر ِسيَّ ِة.
Artinya:
“Sesungguhnya pembicaraan orang-orang sekitar ‘Arsy
menggunakan bahasa Persia.”
Dengan adanya ungkapan hadits maudhu’ di atas, mendorong bangsa
Arab menanggapi dengan cara membuat hadits maudhu’ juga, yang
berbunyi:
ِ ات اِىَل
ُاهلل الْ َفا ِر ِسيَّة ِ ََأبغَض الُّلغ.
ُ ْ
Artinya:
“Bahasa yang paling dibenci Allah adalah bahasa Persia.”9
8
Loc.cit.
9
Mukhtar, Op.cit, hlm. 82.
7
ك َم َق ًاماحَمْ ُم ْو ًدا
َ ُّك َرب
َ َع َسى اَ ْن َيْب َعث.
َ
Ayat itu mereka artikan, “Nabi duduk bersanding dengan Allah di
atas Arsy-Nya.”10
10
Hasan, Op.cit, hlm. 270.
8
7. Menjilat Penguasa
Giyas bin Ibrahim merupakan tokoh yang banyak ditulis dalam kitab
hadits sebagai pemalsu hadits tentang “perlombaan”. Berikut contoh
haditsnya:
ٍّ ص ٍل اَْو ُخ
ف ن ىِفَّ
الِ الَسبق ا: ال النَّيِب صلَّى اهلل علَي ِه وسلَّم
ْ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ُّ َ َق
ٍ َاَْو َحافِ ٍر اَْو ُجن.
اح
Artinya:
Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada perlombaan kecuali pada
perlombaan memanah, balapan unta, kuda atau mengadu burung.”
Apapun yang dilakukan oleh Giyas menunjukkan bahwa ia telah
menambahkan matn hadis dengan perkataan اح
ٍ َ(اَْو َجنatau mengadu
burung) sesuai dengan kesenangan Khalifah Al-Mahdi, sehingga Khalifah
Al-Mahdi memberikan hadiah kepada Giyas sebesar 10.000 dirham.12
11
Mukhtar, Op.cit, hlm. 83.
12
Op.cit, hlm. 84.
9
13
Hasan, Op.cit, hlm. 274.
10
14
Wahid, Op. Cit, hlm. 126-127.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut bahasa, Al-maudhu’ adalah isim maf’ul dari kata wadha’a,
yadha’u, wadh’an, artinya meletakkan, mengada-ada, membuat-buat, dan
meninggalkan. Sedangkan secara istilah, hadits maudhu’ adalah hadits yang
diciptakan dan dibuat oleh seseorang (pendusta) yang dinisbatkan kepada
Rasulullah secara paksa dan dusta, baik sengaja maupun tidak.
Kemunculan hadits maudhu’ dilatarbelakangi oleh pertentangan politik,
usaha kaum Zandiq yang ingin menghancurkan Islam, sikap fanatik buta
terhadap bangsa, suku, bahasa, negeri, dan pimpinan, ingin mempengaruhi
kaum awam dengan kuliah dan nasihat, perselisihan dalam fiqh dan ilmu
kalam, membangkitkan gairah beribadah tanpa mengerti yang dilakukan, dan
untuk menjilat penguasa.
Sedangkan untuk melihat hadits maudhu’ kita bisa melihat dari segi
sanad dan matannya.
B. Saran
Saran saya sebagai penulis ialah, bahwa setidaknya kita harus selalu
konsisten dalam belajar agar dapat bersaing di era globalisasi. Demikian pula
dalam mempelajari ilmu hadits, khususnya hadits maudhu’, sehingga kita
selaku mahasiswa dapat dibekali dengan pengetahuan yang luas sebagai
sarana dalam mencapai tujuan sehari-hari.
12
DAFTAR KEPUSTAKAAN
13