Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 23

LAPORAN PENGELOLAAN LAYANAN KIA

DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SORONG

Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Pengelolaan Layanan KIA
Reguler Karyawan Prodi Sarjana Terapan Kebidanan

OLEH :
PUSKESMAS MARIAT

HASRIANI
NIM : 21530121075

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SORONG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tim penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan kasih karuniaNya sehingga penulisan “Laporan Pkk IV Manejemen Pelayanan
Kebidanan Puskesmas Rawat Inap Distrik Mariat ” ini dapat diselesaikan.
Tim penyusun menyadari bahwa dalam naskah publikasi ini masih banyak terdapat
kekurangan baik penyusunan materi penyajian data, analisis permasalahan yang ada maupun
penyusunan kalimat, untuk itu dengan kerendahan hati penyusun meminta masukan dan saran
dari semua pihak demi perbaikan pada masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada
semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Laporan Pkk IV Manejemen Pelayanan
Kebidanan Puskesmas Rawat Inap Distrik Mariat
Akhirnya dengan kerendahan hati penyusun berharap semoga Profil Kesehatan
Distrik Mariat Kabupaten Sorong Tahun 2022 ini bermanfaat bagi kita semua, secara khusus
sebagai acuan dalam menyusun perencanaan dan melaksanakan pembangunan kesehatan di
Distrik Mariat dan secara umum di Kabupaten Sorong pada masa-masa mendatang.

Mariyai, 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Pengelolaan Layanan KIA


Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong Tahun 2022

OLEH :
KELOMPOK KABUPATEN SORONG

TELAH DISETUJUI OLEH

Sorong, Juli 2022


Pembimbing Lahan Kaprodi Sarjana Terapan Kebidanan

Adriana Egam, S,ST, M.Kes Cory C. Situmorang, M.Keb


NIP. 196707241988012004 NIP. 198703012009122005
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv

DAFTAR ISI.................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Tujuan

1. Tujuan Umum..................................................................................... 1

2. Tujuan Khusus.................................................................................... 1

C. Manfaat

1. Manfaat Teoritik .............................................2

2. Manfaat Praktis .............................................2

BAB II TINJAUAN TEORI PERSALINAN…………………………… 3

BAB III PERSENTASE DAN CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN 16

BAB IV PEMBAHASAN ………………………………………………….. 23

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………… 24

B. Saran…………………………………………………………………….. 24

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 25

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada ibu dengan kehamilan cukup bulan yaitu ibu dengan usia kehamilan 37 – 42
minggu, lahir secara spontan dengan presentase belakang adalah kepala, tanpa
terjadinya komplikasi pada ibu maupun janin yang dikandung (Sulfiati dkk, 2020).
Persalinan merupakan suatu kondisi dimana leher rahim mengalami penipisan
dan mulut rahim mengalami dilatasi yang diikuti oleh turunnya janin melalui jalan
lahir kemudian disusul oleh kelahiran yaitu proses keluarnya hasil konsepsi (janin dan
plasenta) dari rahim. Selain itu, persalinan dikatakan normal apabila tidak ada
penyulit saat proses bersalin berlangsung seperti, bayi terlilit plasenta, dan lain – lain
(Sulis dkk, 2019).
Proses persalinan merupakan pengalaman emosi dan melibatkan mekanisme
fisik dan psikologi pada ibu melahirkan. Persalinan normal merupakan suatu peristiwa
yang menegangkan bagi kebanyakan wanita. Seorang ibu, terutama ibu dengan
kehamilan pertama atau primigravida cenderung merasa takut pada saat menghadapi
persalinan (Sulis dkk, 2019).
Asuhan persalinan Kala I,II,III dan IV memegang kendali penting pada ibu
selama persalinan karena dapat membatu ibu dalam mempermudah proses persalinan,
membuat ibu lebih yakin untuk menjalani proses persalinan serta untuk mendeteksi
komplikasi yang mingkin terjadi selama persalinan dan ketidaknormalan dalam proses
persalinan ( Sulis dkk,2019)
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan program pelayanan kesehatan khususnya
persalinan di Puskesmas Mariat berikut permasalahan yang dihadapi dan upaya
mengatasi masalah-masalah.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui analisa situasi persalinan di Puskesmas Mariat
b. Mengetahui upaya pemecahan masalah persalinan di Puskesmas Mariat
c. Mengetahui rencana tindak lanjut persalinan di Puskesmas Mariat
B. Manfaat
1. Manfaat Teoritik
Sebagai tambahan pengetahuan, pemikiran atau memperkaya konsep ataupun teori
pada bidang kesehatan terkait perencanaan, pelaksanaan,monitoring dan evaluasi dalam
kegiatan-kegiatan manajemen pelayanan kesehatan masyarakat terutama Pelayanan
persalinan di Puskesmas Mariat Kabupaten Sorong.
2. Manfaat Praktik
a. Mengetahui dan memahami informasi tentang gambaran masalah – masalah
kesehatan masyarakat ditingkat Puskesmas tempat pelaksanaan PKK
b. Mengetahui dan memahami program pokok dan program manajemen kesehatan di
Puskesmas Mariat
c. Mendapatkan pengalaman dan ilmu terkait perencanaan, pelaksanaan,monitoring
dan evaluasi dalam kegiatan-kegiatan manajemen pelayanan kesehatan masyarakat
di Puskesmas Mariat
d. Mengetahui dan memahami sistem Informasi Puskesmas (SIMPUS)
e. Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan secara langsung di
lapangan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Lima Benang Merah dalam Persalinan

Ada lima aspek dasar atau Lima Benang Merah, yang penting dan saling
terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut
melekat pada setiap persalinan, baik normal maupun patologis. Lima Benang Merah
tersebut adalah :
(1)   Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan merupakan proses yang menentukan untuk menyelesaikan
masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan oleh pasien. Keputusan itu harus akurat,
komprehensif dan aman, baik bagi pasien dan keluarganya maupun petugas yang
memberikan pertolongan.  

Tujuan langkah dalam membuat keputusan klinik :


a)      Pengumpulan data utama dan relevan untuyk membuat keputusan
b)      Menginterpretasikan data dan mengidentifikasi masalah
c)      Membuat diagnosa atau menentukan masalah yang terjadi dihadapi
d)     Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan

(2)   Asuhan sayang ibu
Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan
a)      Panggil ibu sesuai dengan namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai martabatnya
b)      Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum memulai asuhan
c)      Jelaskan proses persalinan
d)     Anjurkan ibu untuk bertanya
e)      Dengarkan dan tanggapi pertanyaan ibu
f)       Berikan dukungan pada ibu
g)      Anjurkan ibu untuk ditemani suami/keluarga
h)      Ajarkan keluarga cara memperhatikan dan mendukung ibu
i)        Lakukan praktek pencegahan infeksi yang baik
j)        Hargai privasi ibu
k)      Anjurkan ibu memilih posisi persalinan
l)        Anjurkan ibu untuk makan dan minum
m)    Hargai praktek tradisional yang tidak merugikan kesehatan ibu
n)      Hindari tindakan berlebihan yang membahaykan ibu
o)      Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin
p)      Membantu memulai IMD
q)      Siapkan rencana rujukan (bilaperlu)
r)       Mempersiapkan persalinan dengan baik

(3)   Pencegahan infeksi
Tindakan pencegahan infeksi
                            a)         Cuci tangan
                           b)         Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya
                            c)         Menggunakan teknik asepsis atau aseptic
                            d)         Memproses alat bekaspakai
                            e)         Menangani peralatan tajam dengan aman
                            f)         Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan

(4)   Pencatatan ( Rekam Medik ) Asuhan Persalinan


Pencatatan (pendokumentasian) adalah bagian penting dari proses
membuat keputusan klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk
terus menerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan
dan kelahiran bayi. Partograf adalah bagian terpenting dari proses pencatatan
selama persalinan.Pencatatan rutin adalah penting karena :
a)      Sebagai alat bantu untuk membuat keputusan klinik dan mengevaluasi
kesesuaian dan keefektifan asuhan atau perawatan, mengidentifikasi
kesenjangan pada asuhan yang diberikan dan untuk membuat perubahan
dan peningkatan pada rencana asuhan atau perawatan.
b)      Sebagai tolak ukur keberhasilan dalam proses membuat keputusan
klinik.
c)      Sebagai catatan permanen tentang asuhan, perawatan dan obat yang
diberikan.
d)     Dapat dibagikan di antara para penolong persalinan sehingga lebih dari
satu penolong persalinan akan memberikan perhatian dan asuhan pada
ibu atau bayi baru lahir.
e)      Dapat mempermudah kelangsungan asuhan dari satu kunjungan ke
kunjungan berikutnya, dari satu penolong persalinan ke penolong
persalinan lainnya, atau dari seorang penolong persalinan ke fasilitas
kesehatan lainnya.
f)       Dapat digunakan untuk penelitian atau studi kasus.
g)      Diperlukan untuk memberi masukan data statistik nasional dan daerah,
termasuk catatan kematian dan kesakitan ibu atau bayi baru lahir.

  Aspek – aspek penting dalam pencatatan adalah :

a)      Tanggal dan waktu asuhan diberikan
b)      Identifikasi penolong persalinan.
c)      Paraf atau tanda tangan (dari penolong persalinan) pada semua catatan.
d)     Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat, dicatat
dengan jelas dan dapat dibaca.
e)      Suatu sistem untuk memelihara catatan pasien sehingga selalu siap
tersedia.
f)       Kerahasiaan dokumen – dokumen medis.

Ibu harus diberikan salinan catatan (catatan klinik antenatal, dokumen –


dokumen rujukan, dan lain – lain) beserta panduan yang jelas mengenai :
(a)    Maksud dari dokumen – dokumen tersebut
(b)   Kapan harus dibawa
(c)    Kepada siapa harus diberikan
(d)   Bagaimana menyimpan dan mengamankannya, baik di rumah atau selama
perjalanan ke tempat rujukan.

Beberapa hal yang perlu diingat :


(a)    Catat semua data, hasil pemeriksaan, diagnosis, obat – obat, asuhan atau
perawatan, dan lain – lain
(b)   Jika tidak dicatat, maka dapat dianggap bahwa asuhan tersebut tidak
dilakukan
(c)    Pastikan setiap partograf bagi setiap pasien diisi
dengan lengkap dan benar (JNKP-KR, 2017)
(5)   Rujukan
Jika ditemukan suatu masalah dalam persalinan, sering kali
sulit untuk melakukan upaya rujukan dengan cepat, hal ini karena
banyak faktor yang mempengaruhi. Penundaan dalam membuat
keputusan dan pengiriman ibu ke tempat rujukan akan menyebabkan
tertundanya ibu mendapat penatalaksanaan yang memadai, sehingga
dapat menyebabkan tingginya angka kematian ibu. Rujukan tepat
waktu merupakan bagian dari asuhan sayang ibu dan menunjang
terwujudnya program Safe Motherhood . Di bawah ini merupakan
akronim yang dapat di gunakan petugas kesehatan dalam mengingat
hal-hal penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi :
a)      B (Bidan)
Pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh
penolong persalianan yang kompeten untuk melaksanakan
gawat darurat obstetri dan BBL untuk dibawa ke fasilitas
rujukan.
b)      A (Alat)
Bawa perlengkapan dan alat-alat untuk asuhan
persalinan, masa nifas, dan BBL(tambung suntik, selang iv, alat
resusitasi, dan lain-lain) bersama ibu ke tempat rujukan.
Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut meungkin diperlukan
jika ibu melahirkan dalam perjalanan ke fasilitas rujukan.
c)      K (Keluarga)
Beritahu Ibu dan Keluarga mengenai kondisi terakhir
ibu dan bayi dan mengapa ibu dan bayi perlu dirujuk. Jelaskan
pada mereka alasan dan tujuan merujuk ibu ke fasilitas rujukan
tersebut.
d)     S (Surat)
Berikan surat keterangan rujukan ke tempat rujukan.
Surat ini memberikan identifikasi mengenai ibu dan BBL
cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil penyakit, asuhan
atau obat-obatan yang diterima ibu dan BBL.
e)      O (obat)
Bawa obat-obat esensial pada saat mengantar ibu ke
fasilitas rujukan.
f)       K (Kendaraan)
Siapkan kendaraan uyang paling memungkinkan untuk
merujuk ibu dalam kondisi cukup nyaman.
g)      U (Uang)
Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah
yang cukup untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan
bahan-bahan kesehatan lainnya selama ibu dan bayi di fasilitas
rujukan.
h)      Da (Darah dan Doa)
Persiapan darah baik dari anggota keluarga maupun
kerabat sebagai persiapan jika terjadi penyulit (JNPK-KR,
2017).

B. Penatalaksanaan Asuhan Persalinan Normal

60 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)


MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.
 Ibu mempunyai keinginan untuk meneran. 
 Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau vaginanya. 
 Perineum menonjol. 
 Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.
MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERTAMA
2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap digunakan.
Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril
sekali pakai di dalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan
handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung
tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus
set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung
suntik).
MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DENGAN JANIN BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi
tingkat tinggi.
 Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke
belakang.
 Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar.
 Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung
tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi, langkah 9). 
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum
pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian
melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti di atas).
10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 100 – 180 kali / menit ).
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
 Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil
penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

MENYIAPKAN IBU dan KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES PIMPINAN MENERAN


11. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
 Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya. 
 Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. 
 Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai
dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.
 Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung
dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran. 
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk meneran. (Pada saat
ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran :
 Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan untuk
meneran.
 Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran. 
 Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak
meminta ibu berbaring terlentang).
 Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
 Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu. 
 Menganjurkan asupan cairan per oral. 
 Menilai DJJ setiap lima menit. 
 Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam
waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60/menit (1 jam)
untuk ibu multipara, merujuk segera. 
 Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.
 Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
aman.
 Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, menganjurkan ibu untuk mulai
meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara
kontraksi.
 Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setalah 60
menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI


14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, meletakkan
handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
16. Membuka partus set.
17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
MENOLONG KELAHIRAN BAYI

LAHIR KEPALA
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kelapa
bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,
membiarkan kepala keluar perlahan-lahan.
 Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat
kepala lahir. 
 Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan hidung
setelah kepala lahir menggunakan penghisap lendir DeLee disinfeksi tingkat
tinggi atau steril atau bola karet penghisap yang baru dan bersih. 
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa
yang bersih.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :
 Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi. 
 Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan
memotongnya. 
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
LAHIR BAHU
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-
masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi
berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan kearah keluar hingga
bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut
menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

LAHIR BADAN DAN TUNGKAI


23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang
berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan
posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi
saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh
bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk
mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior)
dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat panggung dari kaki
lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran
kaki.

PENANGANAN BAYI BARU LAHIR


25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan
posisibkepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu
pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).
26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian
pusat.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan
urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2
cm dari klem pertama (ke arah ibu).
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
29. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut
yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.
Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, mengambil tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya
dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

PENANGANAN PLASENTA
OKSITOSIN
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen
untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan oksitosin 10
unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih
dahulu.

PENEGANGAN TALI PUSAT TERKENDALI (PTT)


34. Memindahkan klem pada tali pusat
35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang
pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah
bawah pada tali pusat dengan lembut.
 Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara
menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati
untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir
setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga
kontraksi berikut mulai.
 Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga
untuk melakukan rangsangan puting susu.

ENGELUARKAN PLASENTA
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat
ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil
meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 –
10 cm dari vulva.
 Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15
menit :
- Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
- Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih dengan
menggunakan teknik aseptik jika perlu.
- Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
- Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya
- Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran
bayi.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan.
 Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar
plasenta hingga selaput ketuban terpilin. 
 Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. 
 Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi
atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. 
 Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi
atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.

PEMIJATAN UTERUS
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

MENILAI PERDARAHAN
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan
selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh.
Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus. Jika uterus
tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik mengambil
tindakan yang sesuai.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit
laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.

MENGEVALUASI PERDARAHAN VAGINA


43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air
disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan
kering.
44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan
tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm
dari pusat.
45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan dengan simpul
mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5 %.
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk
atau kainnya bersih atau kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

EVALUASI
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan. 
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang
sesuai untuk menatalaksana atonia uteri. 
 Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan
dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.
50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah.
52. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pasca persalinan.
 Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama
pasca persalinan.
 Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

KEBERSIHAN DAN KEAMANAN


53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10
menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.
54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang
sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering.
56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang
diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan
klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan
bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

DOKUMENTASI
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)

BAB III
PRESENTASI DAN CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN

BAB IV
PEMBAHASAN
Pelayanan kesehatan pada ibu bersalin dan bayi menjadi salah satu tolak
ukur/indikator dalam sebuah pencapaian kinerja di bidang kesehatan masyarakat yang di
nilai berdasarkan kunjungan terhadap ibu dan bayi. Seorang ibu mempunyai peran yang
sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan
yang dialami seorang ibu yang sedang hamil dapat mempengaruhi kesehatan janin dalam
kandungannya hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya.
Kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara khusus
berhubungandengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir
yang diberikan disemua jenis fasilitas pelayanan kesehatan, dari posyandu sampai rumah
sakit pemerintahmaupun fasilitas pelayanan kesehatan swasta.
Untuk meningkatkan persalinan dan untuk menurunkan AKI dan AKB petugas harus
mampu melakukan penanganan kegawadaruratan obstretri dan neonatal dasar maka perlu
dibuka kambali puskesmas PONED dan pemanfaatan rumah tunggu untuk mendekatkan
akses layanan ibu bersalin dengan faskes.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian data yang ada dapat disimpulkanbeberapa hal sebagai berikut:
1. Jumlah kasus covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Mariat cukup bermakna
dalam kontribusi jumlah kasus di Kabupaten Sorong, hal ini wajar mengingat
Distrik Mariat berada di Pusat Kota Kabupaten Sorong yang memiliki tingkat
populasi dan mobilitas penduduk yang tinggi.
2. Untuk meningkatkan persalinan dan untuk menurunkan AKI dan AKB petugas
harus mampu melakukan penanganan kegawadaruratan obstretri dan neonatal
dasar maka perlu dibuka kambali puskesmas PONED dan pemanfaatan rumah
tunggu untuk mendekatkan akses layanan ibu bersalin dengan faskes.

B. Saran
Berdasarkan hasil praktek yang telah dilaksanakan di Puskesmas Rawat
Inap Distrik Mariat. Saran kami pelayanan KIE lebih di giatkan lagi agar
masyarakat tidak ragu lagi untuk berobat atau mendapat pelayanan di puskesmas
di masa pandemic covid 19 ini khususnya untuk pelayanan Pelayanan Persalinan.

DAFTAR PUSTAKA
Laporan Puskesmas Rawat Inap Kabupaten Sorong. Bulan Januari sampai April Tahun 2022.

https://www.scribd.com/Pengertian Kesehatan Ibu Dan Anak Dalam Hal Ini Adalah


Pemeliharaan Terhadap Ibu Hamil
https://www.medicinestuffs.com/2015/06/asuhan-persalinan-normal-apn.html
Sulfiati, Indryani,Deasy. 2020. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Medan. Yayasan Kita
Menulis.
Sulisdian, Erfiani.M. Sulfa. R. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi
Baru Lahir. Surakarta. CV Oase Group.

You might also like