Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 20

PROPOSAL PENELITIAN

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT DARI FERMENTASI


BUAH NAGA MERAH ( Hylocereus polyrhiruz ) SEBAGAI PENGHASIL
EKSOPOLISAKARIDA

DISUSUN OLEH :

RIVALDO TATEBALE

18 502 047

FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


2022

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penggunaan tanaman sebagai bahan obat tradisional memerlukan penelitian ilmiah untuk
mengetahui kebenaran khasiatnya. Penggunaan tanaman sebagai obat dapat dijamin kebenarannya
dengan didapatkannya data yang meyakinkan secara ilmiah. Contoh tanaman yang digunakan
sebagai tanaman obat yaitu tanaman jenis kaktus, salah satu jenis kaktus yang saat ini sudah
dikenal di Indonesia adalah buah naga (Dragon fruits). Sejak diperkenalkan pertama kali dalam
expo “Agriteec” di Tokyo tahun 1999, buah naga kian popular dan banyak diminati orang karena
memiliki rasa enak dan banyak khasiat. Adapun jenis buah naga yang telah dibudidayakan ada
empat yaitu buah naga berdaging putih (Hylocereus undatus), buah naga berdaging merah (H.
polyrhizus), buah naga berdaging super merah (H. costaricensis), dan buah naga berkulit kuning
dengan daging putih (Selenicereus megalanthus) (Winarsih, 2007)

Buah naga merah memiliki berbagai khasiat antara lain dapat menurunkan kadar
kolesterol, menyeimbangkan kadar gula darah, mencegah terjadinya kanker usus, menguatkan
daya kerja otot serta dapat menghaluskan kulit. Secara umum buah ini bermanfaat untuk
kesehatan dan dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi sehari-hari (Winarsih, 2007). Buah
naga merah memiliki kandungan kimia flavonoid, fenolik, polifenol (Jaafar et al, 2009).
Flavonoid adalah kelompok senyawa fenolik alam yang mempunyai bioaktifitas sebagai obat.
Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau dan merupakan metabolit sekunder yang
menunjukkan berbagai khasiat farmakologi (Rohyami, 2008).

Eksopolisakarida (EPS) dinilai penting bagi kesehatan. Bakteri penghasil EPS dapat
menempel pada mukosa usus halus, sehingga dapat meningkatkan kemampuan menekan
pertumbuhan bakteri patogen pada saluran pencernaan. Beberapa bakteri patogen menyebabkan
penyakit pada saluran pencernaan, seperti paratitis, gastritis, diare, apendisitis, dan demam tifoid.
Eksopolisakarida juga berperan pada kesehatan manusia karena memiliki aktivitas anti tumor, anti
ulcer, anti inflamasi, anti infeksi dan meningkatkan sistem imun tubuh (imunostimulator).
Eksopolisakarida juga dapat mendegradasi kolesterol menjadi cosprostanol yaitu zat yang tidak
dapat diserap oleh usus halus dan kemudian dikeluarkan bersama feses, sehingga terjadi
penurunan kolesterol dalam darah. Disamping itu, eksopolisakarida yang dihasilkan mikroba juga
digunakan dalam industri karena sifat fisikokimianya yang mirip dengan polisakarida yang
dihasilkan tanaman (selulosa, pektin, pati) dan rumput laut (alginat dan karagenan). Telah banyak
penelitian yang dilakukan tentang kemampuan BAL dalam menghasilkan EPS, tetapi masih
difokuskan pada produk fermentasi berbasis susu, seperti pada penelitian (Sujaya et al., 2012)
yang mengisolasi BAL potensi menghasilkan EPS dari susu kuda Sumbawa, tetapi belum banyak
data potensi BAL yang diisolasi dari hasil fermentasi berbasis buah-buahan, biji-bijian dan
sayuran untuk memproduksi EPS. Karna itu di lakukan penelitian untuk mengetahui kemampuan
bakteri asam laktat dari fermentasi buah naga merah ( Hylocereus polyrhiruz ) penghasil
eksopoliskarida.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang di atas identifikasi masalah dalam penilitian ini, yaitu:
Mengisolasi bakteri asam laktat dari fermentasi buah naga merah( Hylocereus polyrhiruz)
sebagai penghasil Eksopolisakarida.

C. Batasan Masalah

Agar pembahasan dapat fokus dan mencapai apa yang di harapkan maka batasan masalah
ini hanya mengisolasi dan mengidentifikasi BAL dari fermentasi buah naga
merah(Hylocereus polyrhiruz) penghasil Eksopolisakarida.

D.Rumusan Masalah

Apakah mengisolasi bakteri asam laktat dari fermentasi buah naga merah( Hylocereus
polyrhiruz) dapat menghasilkan Eksopolisakarida?

D.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi bakteri asam laktat yang menghasilkan
Eksopolisakarida

E. Manfaat Penelitian

a.Dapat memberikan informasi tentang potensi BAL pada buah naga merah fermentasi yang
dapat menghasilkan EPS

b. Data hasil produksi EPS dapat dijadikan referensi untuk dimanfaatkan pada industri pangan,
kosmetik, maupun obat-obatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Buah Naga Merah ( Hylocereus polyrhiruz )

Buah naga termasuk buah pendatang baru yang cukup populer, hal ini dapat
disebabkan oleh penampilannya yang eksotik, rasanya yang manis menyegarkan dan manfaat
kesehatan yang dikandungnya. Tanaman buah naga berasal dari Meksiko, Amerika Tengan dan
Amerika Selatan, namun seiring dengan perkembangan jaman sekarang sudah dibudidayakan di
berbagai negara seperti Indonesia. Buah naga merupakan buah pitaya berbentuk bulat lonjong
seperti nanas yang memiliki sirip warnah kulitnya merah dihiasi sulur atau sisik seperti naga.
Buah ini termasuk dalam keluarga kaktus, yang batangnya berbentuk segitiga dan tumbuh
memanjat. Batang tanaman ini mempunyai duri pendek dan tidak tajam. Bunganya seperti
terompet putih bersih, terdiri atas sejumlah benang sari berwarna kuning (Panjuantiningrum,
2009). Buah naga ada empat jenis yaitu buah naga daging merah, buah naga daging putih, buah
naga super merah dan buah naga daging kuning. Keempat jenis buah naga tersebut mempunyai
keunggulan masing-masing dan mempunyai ciri yang berbeda. Daging buah naga merah
memiliki kandungan antioksidan yang lebih tinggi dibanding jenis buah baga putih. Menurut
Oktaviani (2014), aktifitas antioksidan pada ekstrak daging buah naga merah (Hylocereus
Polyrhizus). menghasilkan konsentrasi yang cukup tinggi sekitar 75,4%. Daging buah naga
merah memiliki banyak kandungan antioksidan salah satunya fenol dan asam askorbat yang
memiliki kekuatan untuk menangkap logam sehingga dapat menangkap ion besi penyebab
timbulnya penyakit degeneratif.
2.2 Klasifikasi Tanaman Buah Naga Merah

Divisi : Speratophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisi : Angispermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua)

Ordo : Cactales

Famili : Cactaceae

Subfamili : Hylocereanea

Genus :Hylocereus

Spesies: polyrhizus (buah naga merah)

(Gambar 1. Buah Naga Merah)

(Sumber : internet 2022)

2.3 Morfologi Buah Naga Merah

buah naga merupakan tanaman jenis merambat, secara morfologi buah naga ini termasuk
tanaman yang tidak lengkap karena tidak memiliki daun. Berikut adalah morfologi buah naga
merah :
a. Buah Naga Merah

Buah naga berbentuk bulat panjang, letak buah pada umumnya mendekati ujung cabang
atau batang. Pada batang atau batang dapat tumbuh buah lebuh dari satu, terkadang bersamaan
atau berhimpitan. Buah naga merah (Hylocereus polyrizus) ini memiliki buah lebih kecil dari
pada buah naga putih buah naga jenis ini mampu menghasilkan bobot rata-rata sampai 500 gram.
buah naga merah memiliki kadungan rasa manis mencapai 15 briks (Rahayu, 2014).

b. Kulit Buah Naga Merah

Kulit buah naga merah berasal dari buah naga merah yang memiliki berat 30-35% dari
berat buah belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini sangat disayangkan, karena kulit buah
naga mempunyai berbagai keunggulan. Keungulan kulit buah naga merah mengandung tinggi
polifenol dan sumber antioksidan yang baik diantaranya total fenol 39,7 mg/100 g, total
flavonoid (catechin) 8,33 mg/100 g, betasianin (betanin) 13,8 mg (Nourah, 2016)

(Gambar: kulit buah naga merah)

(Sumber : Internet)
c. Manfaat Buah Naga Merah

Buah naga selain rasanya nikmat dan segar, diyakini banyak memberikan manfaat
bagi kesehatan karena memiliki kandungan unsur-unsur yang bisa menurunkan kadar kolestrol
serta menyeimbangkan kadar gula dan juga dapat mencegah kanker usus. Bagian-bagian buah
naga terdiri dari kulit buah naga, daging buah naga dan biji buah naga. Kulit buah naga dapat
dimanfaat sebagai pewarna makanan, daging buahnya dikonsumsi sebagai produk pangan, dan
bijinya dimanfaatkan dalam pengembangiakan biit secara generatif (Emil, 2011). Manfaat lain
buah naga merah yang tidak kalah pentingnya bagi kesehatan jasmani adalah bahan antioksidan
yang dikandungnya. Antioksidan adalah zat yang bisa menghambat proses penuaan atau kematian
sel atau jaringan. Oleh karenya mengosumsi buah-buahan akan terjaga kulitnya dari keriput dan
awet muda.

2.4 Bakteri Asam Laktat

Bakteri asam laktat merupakan sekelompok bakteri Gram-positif, tidak membentuk spora,
berbentuk batang atau kokus. Mereka dapat memfermentasi karbohidrat untuk menghasilkan
asam laktat (homofermentasi) atau campuran asam laktat, karbon dioksida dan asam asetat dan
atau etanol (hetero fermentasi). Senyawa lain, seperti diasetil, asetaldehida dan hidrogen
peroksida, juga diproduksi. Senyawa ini berkontribusi pada rasa dan tekstur makanan fermentasi
dan juga dapat berkontribusi terhadap penghambatan mikroba yang tidak diinginkan. Bakteri
asam laktat seperti banyak bakteri lainnya, mampu memproduksi beberapa jenis polisakarida yang
diklasifikasikan berdasarkan lokasinya pada sel. Yang disekresikan ke luar dinding sel disebut
polisakarida eksoseluler atau eksopolisakarida yang dapat membentuk lapisan kohesif patuh dan
disebut kapsul polisakarida (Nuraida, 2015; Torino et al., 2015).

Bakteri ini sering dimanfaatkan untuk industri makanan seperti yoghurt, keju, sauerkraut,
acar, bir, anggur (minuman), cuka, kimchi, cokelat dan makanan fermentasi lainnya (Khedid et
al., 2006). Probiotik merupakan bakteri-bakteri yang secara tradisional telah lama digunakan
dalam bentuk makanan, mengandung baik bakteri hidup, bakteri mati maupun metabolitnya yang
dalam kurun waktu lama terbukti aman. Karakterisasi bakteri asam laktat yang dapat
digolongkan ke dalam bakteri probiotik adalah diketahui sebagai materi yang tidak berbahaya,
dapat hidup selama dilakukan proses dan penyimpanan, memiliki efek antagonis terhadap bakteri
patogen, toleran terhadap asam lambung, getah pankreas dan cairan empedu serta mampu
melindungi epitelium inangnya (Mac Farland dan Cummings 2002; Begley et al., 2005, dalam
Vélez, 2007). Menurut Food and Agriculture Organization/World Health Organization
(FAO/WHO) (2001), idealnya strain probiotik seharusnya tidak hanya mampu bertahan melewati
saluran pencernaan tetapi juga memiliki kemampuan untuk berkembang biak dalam saluran
pencernaan, tahan terhadap cairan lambung dan cairan empedu dalam jalur makanan yang
memungkinkan untuk bertahan hidup 26 melintasi saluran pencernaan dan terkena paparan
empedu. Selain itu probiotik juga harus mampu menempel pada sel epitel usus, mampu
membentuk kolonisasi pada saluran pencernaan, mampu menghasilkan zat anti mikroba
(bakteriosin), dan memberikan pengaruh yang menguntungkan inangnya. Syarat lainnya adalah
tidak bersifat patogen dan aman jika dikonsumsi. Strain probiotik juga harus tahan dan tetap
hidup selama proses pengolahan makanan dan penyimpanan, mudah diaplikasikan pada produk
makanan, dan tahan terhadap proses psikokimia pada makanan (Prado et al., 2008).

2.5 Karakteristrik BAL

BAL memiliki karakteristik yang khas,yaitu berukuran sedikit lebih besar di bandingkan
bakteri bakteri pada umumnya dengan bentuk lain umumnya dengan bentuk mikroskopis
lonjong, batang, bulat, maupun koma. Semua BAL termasuk gram positif, artinya memiliki
dinding pepdoglikan yang tersusun dari peptida (asam asam amino) dan glikan (karbohidrat)
(Zoumpopoulou et al, 2017). Karakteristrik lain yang khas dari BAL merupakan tidak berspora
pada umumnya tidak ber-flagella (cousin et al. 2015). BAL pada dasarnya di temukan
bergerombol dalam bentuk bentuk tertentu (ni et al 2015). BAL memiliki kemampuan
mengkatalisis H2O2 menjadi O2 dan H2O. Ciri yang membedakan BAL dari kelompok bakteri
penghasil asam yang lain merupakan kemampuan BAL yang secara cepat mampu mengonversi
sumber gula, utamanya laktosa, menjadi asam laktat. Oleh karena itu, BAL yang teridentifikasi
pada awal perkembangan keilmuannya merupakan kelompok yang biasa di temukan di produk
susu.

Beberapa keunggulan yang dimiliki BAL yaitu: 1) BAL mampu menghasilkan senyawa-
senyawa yang dapat memberikan rasa dan aroma spesifik pada makanan fermentasi.BAL mampu
meningkatkan nilai cerna pada makanan fermentasi karena dapat melakukan pemotongan pada
bahan makanan yang sulit dicerna sehingga dapat langsung diserap oleh tubuh, misalnya protein
diubah menjadi asam amino. Bakteri asam laktat selama ini banyak diisolasi dari produk-produk
fermentasi, namun keberadaan bakteri asam laktat juga dapat ditemui pada saluran pencernaan
ikan (Dwi Isyana Achmad, 2012 ). Bakteri asam laktat telah digunakan secara luas dan diteliti
sebagai probiotik untuk manusia, hewan ternak daratan dan akuatik. Hal ini berdasarkan pada
kenyataan bahwa bakteri asam laktat adalah penghuni alami saluran pencernaan manusia dengan
kemampuan toleransi terhadap lingkungan asam dan empedu (bile) 28 dari saluran pencernaan.
Bakteri asam laktat juga berfungsi untuk mengubah laktosa menjadi asam asetat, sehingga
menurunkan pH saluran pencernaan dan secara alami mencegah kolonisasi banyak bakteri
(Watson et al., 2008).

Bakteri asam laktat selama ini banyak diisolasi dari produk-produk fermentasi, namun
keberadaan bakteri asam laktat juga dapat ditemui pada saluran pencernaan ikan. Bakteri asam
laktat memproduksi berbagai komponen bermassa molekul rendah termasuk asam, alkohol,
karbon dioksida, diasetil, hidrogen peroksida dan metabolit lainnya. Banyak metabolit
mempunyai spektrum aktivitas yang luas melawan spesies lain dan produksi tersebut dipengaruhi
secara luas oleh matriks makanan itu sendiri (Ray dan Bhunia, 2008). Satu atribut penting dari
bakteri asam laktat adalah kemampuannya memproduksi komponen antimikroba, khususnya
bakteriosin yang potensial menjadi biopreservatif menggantikan pengawet kimiawi pada bahan
makanan guna memperpanjang umur simpan produk.
2.6 Eksopolisakarida

Eksopolisakarida adalah polimer yang terdiri dari rantai panjang residu gula dan
disekresikan oleh mikroorganisme ke lingkungan sekitarnya. Eksopolisakarida yang dihasilkan
bakteri sebagai campuran kompleks dari makromolekul polielektrolit termasuk polisakarida,
protein dan asam nukleat, masing-masing terdiri dari massa molekul variabel dan sifat yang
struktural Dalam beberapa kasus baik polisakarida kapsuler maupun yang tidak, diproduksi oleh
mikroba yang sama. Tergantung hubungan strukturalnya pada sel bakteri, terdapat beberapa
bentuk yaitu lendir, kapsuler atau kapsuler mikropolisakarida. Nama Eksopolisakarida (EPS)
seperti yang diusulkan oleh Sutherland memberikan istilah umum untuk semua bentuk-bentuk
polisakarida bakteri yang ditemukan luar dinding sel (Cerning, 1990; Vijayabaskar et al., 2011).
Beberapa jenis BAL dapat mensintesis eksopolisakarida. Kemampuan untuk menghasilkan EPS
oleh BAL telah dikenal luas, meskipun peran fisiologis molekul ini belum diketahui dengan
jelas. Salah satu jenis EPS yang dihasilkan oleh BAL berwujud kental dan dapat dideteksi pada
kultur dengan membentuk untaian panjang ketika ditarik dengan ose. Eksplorasi
keanekaragaman hayati strain BAL liar dari alam saat ini merupakan pendekatan yang paling
sesuai untuk mencari fenotif EPS yang diinginkan. Skrining strain, isolasi dan karakterisasi
eksopolisakarida menyebabkan eksopolisakarida dapat diaplikasikan beberapa tahun belakangan
ini dengan berbagai teknik dan metode (Vuyst et al., 1999; Madiedo et al., 2005).

Eksopolisakarida ditemukan dalam variasi yang luas pada struktur yang kompleks.
Eksopolisakarida sering ditemukan sebagai struktur paling luar dari sel mikroba prokariotik dan
eukariotik yang berhubungan dengan sel dalam bentuk diskrit kapsul atau diekskresikan sebagai
lendir terikat ke sel atau permukaan. Eksopolisakarida sebagai bentuk yang unik dengan struktur
kimia yang kompleks dan diyakini memberikan perlindungan diri terhadap zat antimikroba.
Eksopolisakarida disintesis dalam fase pertumbuhan yang berbeda dan di bawah berbagai
kondisi tergantung pada organisme uji. Dua mekanisme sintesis yang dikenal untuk
eksopolisakarida yaitu, Homoeksopolisakarida dan Heteroeksopolisakarida (Vijayabaskar et al.,
2011).
2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Eksopolisakarida

Kondisi fermentasi menggunakan media terdefinisi telah ditingkatkan untuk


memaksimalkan hasil. Namun, media yang mengandung sumber karbohidrat, garam mineral,
asam amino, vitamin, dan basa asam nukleat lebih cocok untuk menyelidiki pengaruh nutrisi
yang berbeda pada pertumbuhan bakteri asam laktat dan biosintesis eksopolisakarida. Hasil total
dari EPS yang dihasilkan oleh BAL tergantung pada komposisi medium (karbon dan nitrogen)
dan kondisi pertumbuhan, yaitu, suhu, pH, dan waktu inkubasi. Suhu maksimal untuk produksi
EPS didasarkan pada keseimbangan densitas sel dan produksi EPS per sel. Kondisi kultur dan
sumber karbon mempengaruhi tingkat pertumbuhan, hasil dan komposisi eksopolisakarida.
Tingkat produksi eksopolisakarida dapat dioptimalkan dengan kondisi kultur (Sanchez et al.,
2006; Harutoshi, 2013).Glukosa, galaktosa, fruktosa, laktosa, sukrosa, dan pati digunakan untuk
mengetahui pengaruh sumber karbon pada produksi EPS. Hasil tertinggi diamati ketika sukrosa
disediakan sebagai sumber karbon. Pada penelitian lain glukosa dilaporkan menghasilkan EPS
dengan nilai tertinggi menggunakan strain L. casei dan S. pancimobilis. Sumber gula yang
dibutuhkan berbeda sesuai dengan substrat dan jenis mikroorganisme uji yang digunakan.
Nukleotida gula, berasal dari gula1- fosfat, memainkan peran penting dalam biosintesis
heteroeksopolisakarida sebagai pengaktivasi gula, yang diperlukan untuk polimerisasi
monosakarida, serta interkonversi gula (epimerisasi, dekarboksilasi, dehidrogenasi, dan
sebagainya) bersamaan dengan aktivasi gula dan modifikasi enzim kation, mereka memainkan
peran penting dalam pembentukan EPS (Vuyst et al., 1999; Ko et al., 2000).
2.8 Manfaat dan Kegunaan Eksopolisakarida

Eksopolisakarida dalam lingkungan aslinya diduga berperan dalam melindungi sel


mikroba dari serangan masalah kekeringan, fagositosis, antibiotik, senyawa (misalnya ion logam
beracun beracun, sulfur dioksida, etanol), predasi oleh protozoa, stres osmotik, adhesi permukaan
padat dan pembentukan biofilm. Eksopolisakarida yang berasal dari mikroba merupakan pengental
alami yang dapat ditambahkan ke berbagai produk makanan. Beberapa EPS disintesis oleh BAL
dengan komposisi, ukuran dan struktur yang berbeda (Vuyst, 1998). Keseimbangan mikroflora
berpengaruh terhadap kesehatan gastrointestinal inang seperti masalah pencernaan dan penyerapan
nutrisi. Banyak faktor yang dapat mengganggu keseimbangan ini, termasuk stres, konsumsi
antibiotik, infeksi, keracunan makanan, dan proses penuaan alami. Untuk memperbaiki
permasalahan ini keseimbangan, pertumbuhan dan aktivitas bakteri menguntungkan dapat
ditingkatkan dengan penambahan spesifik dalam makanan. Pada penelitian terdahulu EPS yang
diproduksi oleh tiga strain probiotik dimurnikan dan diamati hubungan keberadaannya dengan
kondisi mukosa usus. (Madiedo et al., 2006; Harutoshi, 2013). Pertumbuhan pasar makanan
fungsional meningkatkan minat potensi efek menguntungkan dari EPS pada kesehatan manusia,
meskipun penelitian dalam pengertian ini adalah sebatas percobaan laboratorium. Tetapi perlu
diketahui informasi terbaru berhubungan teknologi dan fisiologi untuk memproduksi EPS dari BAL
untuk diaplikasikan dalam bidang pangan dan kesehatan (Madiedo et al., 2002).
2.9 Kerangka Konsep

Bakteri asam laktat dari fermentasi buah naga


merah ( Hylocereus polyrhiruz)

Penggunaan bakteri asam laktat pada buah


naga merah ( Hylocereus polyrhiruz)

Mengisolasi bakteri asam laktat

Bakteri asam laktat dari


fermentasi buah naga merah (
Hylocereus polyrhiruz) dapat
menghasilkan
eksopolisakarida
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


3.1.1 Tempat Penelitian:
Penelitian ini akan di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi jurusan biologi fakultas
matematika dan ilmu pengatahuan alam Universitas Negeri Manado

3.1.2.Waktu Penelitian :
Penelitian ini di laksanakan pada bulan maret 2022-Mei 2022

3.2 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat :
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini merupakan wadah kedap udara, autoklaf,
laminar air flow, sentrifugasi dingin, timbangan analitik, pengering, blue tip, cawan petri, beaker
glass, tabung reaksi, gelas ukur, erlemeyer dan tabung sentrifuge.

3.1.2 Bahan:
Bahan yang digunakan dalam penelitian ialah buah naga merah, alkohol 70 %, etanol 96%,
H2O23%, media MRSB (de mann rogose and sharpe broth), media MRSA (de mann rogosa
sharpe agar), CaCO3, NaCl, NaOH, HCl, pewarnaan gram, malchite green, kertas label, plastik
wrap, aluminium foil, plastik tahan panas, karet gelang, tissue, kapas dan aquades.

3.3 Metode Penelitian


Metode yang di gunakan dalam penelitian ini merupakan metode yang bersifat deskriptif.
Penelitian ini tidak melakukan perhitungan, tapi penelitian ini berdasarkan fakta fakta yang ada.

3.4 Prosedur Penelitian


3.4.1 Pengambilan sampel :
Daging buah naga merah diblender terlebih dahulu untuk diambil sari buahnya, kemudian sari
buah naga merah di tambahkan dengan air rebusan touge, ragi dan gula secukupnya, selanjutnya
difermentasi selama 7 hari.
3.4.2 Sterilisasi Alat dan Bahan :
Alat dan bahan disterilisasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Sterilisasi dilakukan di
autoklaf selama 15 menit pada suhu 121 Cº

3.4.3 Pembuatan Media MRSA dan MRSB


Untuk membuat media larutan MRSA, diperlukan aquades sebanyak 250mL, MRSB 13,8,
agar 5gr, dan CaCO3 2,5gr. Dimasukan kedalam erlenmeyer dan di panaskan diatas hot plate
hingga mendidih dan ditutup dengan kapas. Disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121º C
selama 15 menit. Untuk membuat media larutan MRSB, diperlukan aquades sebanyak 150 mL,
MRSB 7,83 gram. Dimasukan kedalam erlenmeyer dan di panaskan diatas hot plate hingga
mendidih dan ditutup dengan kapas. Disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121º C selama 15
menit.

3.4.5 Isolasi Bakteri Asam Laktat


Sebanyak 1mL buah naga merah disuspensikan ke dalam aquades steril. Dilakukan
pengenceran bertingkat hingga 10-9 . Hasil pengenceran 10-7 , 10-8 dan 10-9 ditanamkan dalam
media MRSA + CaCO3 dengan menggunakan metode tuang kemudian diinkubasi pada suhu 37º
C selama 48 jam. Koloni dimurnikan dengan metode gores pada media MRSA dan diinkubasi
pada suhu 37º C selama 48 jam. Pemurnian dilakukan untuk mendapatkan koloni yang terpisah.
Isolat murni ditumbuhkan pada media MRSB dan diinkubasi kembali pada suhu 37º C selama 48
jam. Isolat murni dibiakan pada media agar miring sebagai stok.

3.4.6 Karakterisasi dan Identifikasi BAL


Pada isolat yang disimpan sebagai kultur stok ditumbuhkan pada media MRSB dan
diinkubasi pada Suhu 37º C selama 48 jam. Isolat yang tumbuh pada media MRSB selanjutnya
dikaretrisasi berdasarkan sifat fenotipik (karakter morfologi, fisiologi dan biokimia).

3.4.7 Produksi Eksopolisakarida Kasar


Kemudian 15mL inokulum BAL yang ditumbuhkan dalam media MRSA selama 24 jam
disentrifugasi 5000 rpm pada 4º C selama 30 menit dan didapatkan supernatan sebanyak 10mL.
Supernatan tersebut ditambahkan dengan etanol dingin (95%) disimpan dalam kulkas, kemudian
dilakukan sentrifugasi 6000 rpm pada 4º C selama 20 menit sehingga didapatkan pellet. Pellet
tersebut dikeringkan pada suhu 1000 , sehingga didapatkan berat konstan.

3.5 Analisis Data


Data yang diperoleh dari hasil identifikasi disajikan secara deskriptif kualitatif meliputi
karakteristik morfologi dan biokimia dari masing-masing isolat bakteri asam laktat (BAL) yang
diisolasi dari fermentasi buah naga merah (Hylocereus polyrhiruz) dan nilai eksopolisakarida
kasar yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA

Cullimore, R.D. 2000. Principal Atlas For Bacterial Identification. Lewis Publisher, United
States of America. Delfahedah, Y., Syukur, S., dan Jamsari. 2013.
Isolasi Karakterisasi dan Identifikasi DNA Bakteri Asam Laktat (BAL) yang Berpotensi
Sebagai Antimikroba dari Fermentasi Kakao Varietas Hibrid (Trinitario). Jurnal Kimia
Unand. 2(4): Halaman.
Feranose, P. (2009). Pengaruh pemberian buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap
kadar glukosa darah tikus putih yang diinduksikan aloksan, (Skripsi) Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Jaafar A.R, Ridwan. A, Mahmod. C.Z. (2009). Proximate analysis of dragon fruit (Hylecereus
polyhizus) Universitas Putra Malaysia, Selanggor, Malaysia.
Patni. V, Meena. C, Mahesh. (2008). Isolation and identification of flavonoid quercetin from
Citrullus colocynthis (Linn.) Schrad, University of Rajasthan, India.
Rahayu, S.R. 2003. Lactid Acid Bacteria in Fermented Food of Indonesia Origin. Agritech,
Majalah Ilmu dan Teknologi Pertanian 23(2): 75-84.
Alami, Y., W. Achouak, C. Marol & T. Heulin (2000). Rhizosphere soil aggregation and plant
growth promotion of sunflowers by an exopolysaccharide-producing Rhizobium sp strain
isolated from sunflower roots. Appl. Environ. Microbiol., 66(8), 3393-3398.
Bezzate, S., S. Aymerich, R. Chambert, S. Czarnes, O. Berge & T. Heulin (2000). Disruption
of the Paenibacillus polymyxa levansucrase gene impairs ability to aggregate soil in the
wheat rhizosphere. Environ. Microbiol., 2(3), 333-342.
Bramhachari, P.V. & S.K. Dubey (2006) Isolation and characterization of exopolysaccharide
produced by Vibrio harveyi strain VB23. Letters in Appl. Microbiol., 22 Sep 2006.
http://www. blackwell-synergy. com.
Burdman, S., E.Jurkevitch, M.E.Soria-Diaz, A.M.G Serrano & Y. Okon (2000) Extracellular
polysaccharide composition of Azospirillum brasilense and its relation with cell
aggregation. Microbiol. Lett., 189, 259-264.
Caesar-TonThat, T.C. & V.L. Cochran (2001) Role of a saprophytic Basidiomycete soil fungus
in aggregate stabilization. In: D.E Stott et al. (Eds.). Sustaining the Global Farm. 10th
International Soil Conservation Organization Meeeting held May, 24-29, 1999 p. 575-
579.
Fuller, B. (2008). Probiotics in Man and Animals. Journal Application Bacteriol. 66 (1): 365-
378.
Lawalata J. H. (2012). Rekayasa proses ekstrasi kulit buah langsat (Lansium domesticum
varLansat) sebagai bahan antibakteri dan antioksidan. disertasi. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Nurdjanah, N. (2007). Teknologi Pengolahan Pala. Departemen Pertanian. Bogor. Cetakan
Pertama. Rismunandar. (1990). Budidaya dan Tataniaga Pala. PT. Penebar Swadaya.
Jakarta. Cetakan Kedua. Handayani. 2009. Pencarian Bakteri Asam Laktat Penghasil
Eksopolisakarida yang mempunyai Aktivitas Fruktansukrase dari Koleksi Isolat asal
Sumber Lokal. Skripsi. Universitas Indonesia.
Mujnisa, A., Rotib, L. A., Djide, N., Natsir, A. 2013. Ketahanan Bakteri Asam Laktat Hasil
Isolasi Dari Feses Broiler Terhadap Kondisi Saluran Pencernaan Broiler. JITP. 2 (3):
152-158
Mustopa, A. Z., Fatimah. 2014. Diversity of Lactic Acid Bacteria Isolated from Indonesian
Traditional Fermented Foods. Microbiol Indonesia. 8(2) : 48- 57
Nudyanto, A., Zubaidah, E. 2015. Isolasi Bakteri Asam Laktat Penghasil Eksopolisakarida
Dari Kimchi. J Pangan & Agro. 3 (2): 743-748 Nuraida, L. 2015. Health Promoting
Lactic Acid Bacteria in Traditional Indonesian Fermented Foods. Food Sci Hum
Wellness. 4: 47-55
Patel, S., Majumder, A., Goyal, A. 2012. Potentials of Exopolysaccharides from Lactic Acid
Bacteria. Indian J Microbiol. 52(1):3–12
Prema, P. 2013. In Vitro Antagonistic Activity Of A Probiotic Lactobacillus plantarum Against
Water Borne Pathogens. Int J Pharm Pharm Sci. 5(4) : 175-178
Pundir, R. K., Rana, S., Kashyap, N., Kaur, A. 2013. Probiotic Potential of Lactic Acid
Bacteria Isolated from Food Samples: An In Vitro Study. J Appl Pharm Sci. 3(3): 85-93
Putri, W. D. R., Haryadi, Marseno, D. W., Cahyanto, M. N. 2012. Isolasi Dan Karakterisasi
Bakteri Asam Laktat Amilolitik Selama Fermentasi Growol, Makanan Tradisional
Indonesia. J Teknol Pertanian. 13(1): 52- 60

You might also like