Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/265266823

KARAKTERISTIK BIOLOGI DAN PRODUK KEKERANGAN LAUT

Article

CITATIONS READS

11 7,125

1 author:

Dwi Eny Djoko Setyono


Indonesian Institute of Sciences
15 PUBLICATIONS   34 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

PhD Project View project

All content following this page was uploaded by Dwi Eny Djoko Setyono on 05 January 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Oseana, Volume XXXI, Nomor 1, Tahun 2006 : 1- 7 ISSN 0216-1877

KARAKTERISTIK BIOLOGI DAN PRODUK KEKERANGAN LAUT

Oleh
1)
Dwi Eny Djoko Setyono

ABSTRACT

CHARACTERISTICS OF THE SEASHELL. Seashells are very popular food. The


meat is very delicious and nutritious. Nowadays, these shells are very important in
the human diets due to their high nutritious content, therefore, the demand and the
market price are high. In Indonesia, the production of the seashell is mainly depend
on the wild catches. People collect seashell from the wild for their own consumption,
and only a small part of the catches is sold for a local market. There are more than
100.000 species of seashell found in the world. Seashells discussed in this paper
are mainly bivalve which has a pair of shell and gastropod which has only one
shell. The meat of seashells contains >50% protein, 5% fat, 5% ashes, and the rest
is water. With high content of protein, the meat degrades rapidly if it is not processed
and preserved appropriately after harvesting. The quality of the meat is related to
the environment where the shells grow up. Seashell harvested from unpolluted
environment will produce good quality of meat and will not harm the people as
consumers. However, quality of the meat is not only related to the environmental
condition where the shells were growing up, but the processing systems at the post
harvest period are need to be taken into account.

1)
Bidang Sumberdaya Laut, Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, Jakarta

Oseana, Volume XXXI No. 1, 2006


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

PENDAHULUAN Peningkatan jumlah penduduk


dunia dan perubahan pola makan dari
Sampai saat ini produksi perikanan laut
mengkonsumsi daging hewan darat berganti
di Indonesia (termasuk kekerangan) masih
ke menu ikan termasuk kekerangan,
didominasi oleh hasil tangkapan alam, baik
mendorong manusia untuk berusaha
sebagai komoditas pasar lokal maupun ekspor.
meningkatkan produksi perikanan, baik
Mayoritas hasil tangkapan kekerangan dari
perikanan tangkap maupun perikanan
alam masih digunakan untuk konsumsi sendiri,
budidaya.
misalnya kerang pasir (Donax feba), siput mata
Kebutuhan konsumen akan produk
bulan (Turbo chrysostomus), dan siput
perikanan termasuk kekerangan terus
berukuran kecil lainnya. Hasil tangkapan alam
meningkat, baik kebutuhan di pasar lokal
yang sebagian dijual untuk konsumsi lokal,
(Surabaya, Makassar, Jakarta, Medan, Batam)
misalnya kerang darah (Anadara spp.), kerang
maupun di pasar internasional (Singapura,
hijau (Perna viridis), kerang bakau (Pinna
Hongkong, Jepang, Amerika dan Eropa).
spp.), oyster (Crassostrea spp.), siput
Peningkatan permintaan pasar berarti peluang
gonggong (Strombus spp.), dan limpet
bagi pengusaha di bidang perikanan untuk
(Cellana spp.). Sedangkan sebagian kecil jenis
mengembangkan usahanya. Namun demikian,
kekerangan untuk diekspor antara lain: batu
untuk menjaga kualitas dan keamanan
laga (Turbo marmoratus), lola (Trochus
konsumen, perlu dipahami karakteristik
niloticus), kima (Hippopus hippopus,
kekerangan sebelurn dilakukan peningkatan
Tridacna spp.), dan abalon (Haliotis asinina).
usaha penangkapan maupun budidaya.
Gambar 1 memperlihatkan beberapa jenis
kekerangan bernilai ekonomis penting dan
berpotensi untuk budidaya. KARAKTERISTIKKEKERANGAN
Kekerangan merupakan jenis makanan Anatomi
laut yang banyak digemari oleh konsumen
karena kelezatan rasanya dan kandungan gizi Secara umum kekerangan merupakan
yang tinggi. Bahkan beberapa jenis kerang dan kelompok hewan tidak bertulang belakang
siput laut dipercaya bisa meningkatkan (invertebrata) dan bentuknya mudah untuk
stamina, misalnya daging kima dan abalon. dikenali. Sebagian besar dicirikan dengan
Terlepas dari mitos tentang kasiat daging adanya cangkang yang melindungi tubuhnya
kerang dan siput, DODY (2004) menyatakan dan hanya sebagian kecil jenis yang tidak
bahwa dari hasil analisa proksimat diketahui bercangkang. Cangkang merupakan alat
bahwa 50% daging limpet merupakan protein, pelindung diri, terdiri atas lapisan karbonat
5% lemak, 5% abu, dan sisanya adalah air. (crystalline calcium carbonate), dipisahkan
Di muka bumi ini diketahui lebih dari oleh lapisan tipis (lembaran) protein di antara
100.000 jenis kekerangan (BEVELANDER, cangkang dan bagian tubuh (otot dan daging)
1988), tersebar dari daerah dingin, subtropis (HUGHES, 1986).
dan tropis; pada perairan dangkal (kerang Jenis kekerangan dikelompokan
darah, kerang hijau) hingga daerah yang menjadi enam kelas (LANDAU, 1991): yaitu
lebih dalam (batu laga, kima). Dilihat dari (1) Kelas Monoplachopora, meliputi jenis-
ukurannya, ada yang sangat kecil (mikro jenis primitif dan langka; (2) Kelas
bentos) hingga yang sangat besar (kima Cephalopoda, meliputi cumi-cumi (squid),
raksasa, giant clam). sontong (cuttlefish), dan gurita (octopus); (3)
Kelas Amphineura, meliputi jenis-jenis chiton;

Oseana, Volume XXXI No. 1, 2006


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

(4) Kelas Scapoda, meliputi jenis-jenis ‘tusk- merayap di permukaan habitat (WEBBER,
shell’ dan ‘tooth-shell’; (5) Kelas Bivalvia, 1977; HUGHES, 1986; BEEALEY et al., 1988).
meliputi jenis-jenis bercangkang dua selain
anggota kelas yang telah disebutkan Kebiasan makan dan pertumbuhan
sebelumnya; dan (6) Kelas Gastropoda,
meliputi jenis-jenis bercangkang tunggal selain Kerang yang hidup menempel pada
anggota kelas yang telah disebutkan substrat memperoleh makanan (plankton)
sebelumnya. Dalam tulisan ini kelas bivalvia dengan cara menyaring air melalui insangnya
disebut sebagai kerang, dan kelas gastropoda (filter feeder). Sedangkan jenis-jenis siput
disebut sebagai siput. biasanya aktif makan pada malam hari (gelap)
Secara umum bagian tubuh kekerangan dengan cara keluar dari persembunyiannya
dibagi menjadi lima, yaitu (1) kaki (foot, byssus), dan memotong/memepat makanan (grazing)
(2) kepala (head), (3) bagian alat pencernaan dengan gigi parutnya (BEESLEY et al., 1988).
dan reproduksi (visceral mass), (4) selaput Pemilihan makanan pada kekerangan
(mantle), dan (5) cangkang (shell). Pada bagian terjadi melalui suatu sistem sensor syaraf yang
kepala terdapat organ-organ syaraf sensorik mendeteksi kebiasaan makan untuk
dan mulut. Bagian kaki merupakan otot yang menentukan apakah suatu makanan bisa
mudah berkontraksi, dan bagian ini merupakan diterima atau ditolak (HUGHES, 1986). Bahkan
bagian utama alat gerak. Warna dan bentuk pada kekerangan dengan jenis makanan
cangkang sangat bervariasi, tergantung pada khusus (monospecific diets) lebih memilih
jenis, habitat dan makanannya. Pada bagian hanya makan beberapa jenis pakan yang
dalam cangkang beberapa jenis kerang dan kemungkinan disukai karena nilai nutrisinya
siput terdapat lapisan mutiara yang mengkilap/ atau karena mudah ditangkap (pada bivalvia)
berkilau, misalnya pada oyster, abalon, dan atau mudah dipotong (pada gastropoda).
kimah. Namun demikian, kekerangan umumnya
memakan beberapa jenis makanan untuk
menjaga kestabilan kebutuhan nutrisi dalam
Habitat
tubuhnya.
Kekerangan ada yang hidup di air tawar, Ada tiga faktor yang mempengaruhi laju
darat, maupun di perairan pesisir dan laut. pertumbuhan kekerangan, yaitu temperatur air,
Namun demikian, mayoritas kekerangan hidup makanan (diet), dan aktifitas reproduksi
di perairan laut, baik di perairan pantai (pemijahan) (DAY & FLEMING, 1992). Diet
(dangkal) maupun di laut dalam Kelompok yang hanya terdiri dari satu jenis makanan akan
kedua ini kita sebut saja sebagai kekerangan mengurangi laju pertumbuhan dalam jangka
laut. panjang. Pertambahan berat tubuh kekerangan
Jenis-jenis kekerangan laut ada yang berhubungan positif dengan tingkat konsumsi
hidup di dasar perairan (benthic) maupun di protein yang ada di dalam ransumnya (BRITZ,
permukaan (pelagic). Mayoritas kekerangan 1996).
adalah benthic, baik hidup diperairan dangkal Pertambahan berat tubuh kekerangan
(littoral) maupun perairan dalam (deep zone). akan berpengaruh terhadap konsumsi oksigen
Kerang dan siput tersebut ada yang seperti yang telah dilaporkan oleh HUGHES
membenamkan diri di dalam pasir dan lumpur, (1986), bahwa laju konsumsi oksigen
bersembunyi di balik batu, kayu dan akar kekerangan adalah proporsional dengan
tanaman laut, ada yang menempel pada batu peningkatan berat tubuh dan suhu air.
dan tonggak kayu, dan ada yang bebas Konsumsi oksigen terutama digunakan untuk

Oseana, Volume XXXI No. 1, 2006


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

respirasi dan metabolisme protein, dan hasil kaki (bysus dan foot) pada saat larva
akhir dari metabolisme protein pada kekerangan bermetamorfosis dan menempel pada substrat.
mayoritas berupa amoniak. Keberhasilan telur yang telah dibuahi untuk
Laju kecepatan makan, pertumbuhan, berkembang menjadi embrio, menetas menjadi
dan konsumsi oksigen sangat penting untuk larva, dan bermetamorfosis menjadi anakan
diketahui dalam kaitannya dengan kepadatan banyak dipengaruhi oleh kualitas air dan
populasi di alam maupun dalam penentuan ketersediaan pakan (mikro-alga) pada stadia
kepadatan stok (stocking density) kekerangan awal (larvae).
di dalam suatu area atau wadah budidaya.
USAHA BUDIDAYA
Reproduksi Usaha budidaya adalah kegiatan untuk
memproduksi biota air (termasuk di dalamnya:
Kerang dan siput laut biasanya
pemeliharaan, penanganan, pengolahan, dan
melepaskan sperma dan telur ke air pada malam
pemasaran) untuk tujuan komersial
hari. Pembuahan atau fertilisasi terjadi di luar
(BARNABE, 1990). Kekerangan mempunyai
tubuh atau di kolom air. Kebiasaan memijah
sejarah panjang sebelum akhirnya
pada malam hari dan pada saat air laut pasang,
dibudidayakan secara luas. Pada saat ini,
ada kaitannya dengan naluri keamanan, yaitu
hanya dari kelas bivalvia dan gastropoda saja
untuk menghindarkan telur dari ancaman
yang telah berhasil dibudidayakan.
predator, dan upaya penyebaran zygotes
Budidaya kerang dimulai dengan
secara luas melalui arus air pasang.
pemasangan kolektor (cangkang kerang, tali,
(HICKMAN, 1992).
bambu, dan tonggak kayu) di alam, dimana
Semua tingkatan pada fase-fase
induk kerang hidup dan berkembang biak atau
reproduksi kekerangan dikontrol oleh sistem
di lokasi dimana spat atau larva kerang
hormonal, dan peningkatan kadar hormonal di
terkumpul karena hanyut oleh arus air.
dalam tubuh kekerangan dipengaruhi oleh
Kolektor yang telah ditempeli spat atau benih
faktor lingkungan termasuk lama penyinaran
kerang kemudian dipindahkan ke lokasi
(photopheriod), suhu air (temperature) dan
budidaya pembesaran. Demikian juga untuk
nutrisi (LASIAK, 1987; GRANGE, 1976).
budidaya jenis-jenis siput, benih atau anakan
Sebagai contoh penurunan suhu air diperlukan
pada mulanya ditangkap atau dikumpulkan dari
untuk memulai proses perkembangan gamet
alam. Setelah ditemukan metoda pemijahan di
(gametogenesis) pada chiton (Chaterina
laboratorium, maka pada dekade terakhir ini
tunicata) dan kemudian peningkatan kembali
budidaya kerang dan siput telah memanfaatkan
suhu air diperlukan untuk proses pematangan
benih hasil dari panti benih (hatchery).
gonad (telur dan sperma), sedangkan
Beberapa jenis kekerangan telah
pemijahan (pelepasan telur dan sperma) terjadi
berhasil dibudidayakan, baik dalam skala
pada saat kondisi fitoplankton di suatu perairan
rumah tangga (kecil) maupun skala industri
berlimpah.
(besar). Budidaya skala rumah tangga
Telur yang dilepaskan ke kolom air dan
biasanya dikembangkan untuk memenuhi
dibuahi akan berkembang menjadi embrio dan
kebutuhan pasar lokal, misalnya budidaya
menetas sebagai larva trochopore. Larva
kerang darah dan kerang hijau. Sedangkan
trochopore berenang di kolom air mengunakan
budidaya skala industri biasanya bertujuan
rambut getar (velum) atau dengan selaput
untuk memenuhi kebutuhan ekspor, misalnya
renang (pedi-veliger). Selaput renang ini
budidaya kerang mutiara, kima, siput lola, dan
kemudian berkembang dan berfungsi sebagai
abalon.

Oseana, Volume XXXI No. 1, 2006


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Usaha budidaya tidak terlepas dari air. Perubahan kondisi lingkungan (suhu,
kondisi lingkungan (air dan substrat) sebagai salinitas) yang drastis bisa menyebabkan
media tempat hidup hewan yang dipelihara. kerang dan siput stress sehingga mudah
Kualitas air akan sangat berpengaruh terhadap terserang penyakit. Penyakit akibat kondisi
laju pertumbuhan dan kesehatan hewan yang lingkungan yang kurang baik misalnya
dipelihara. Kondisi lingkungan, selain munculnya serangan virus dan bakteri. Selain
berpengaruh terhadap teknik budidaya yang itu kondisi yang jelek juga memunculkan
akan dipilih juga akan sangat menentukan adanya serangan cacing. Kondisi yang kurang
kualitas produk (daging) yang dihasilkan. sehat inipun nantinya juga kurang baik bagi
Hewan yang dipelihara pada lingkungan yang manusia sebagai konsumen yang memakan
tidak sehat dan tercemar akan menghasilkan produk kekerangan yang kurang sehat.
produk (daging) yang kualitasnya rendah atau
bahkan berbahaya bagi kesehatan manusia KARAKTERISTIK DAGING
sebagai konsumen.
Berdasarkan beberapa pengalaman, Kerang dan siput biasanya ditangkap
diskusi, dan kunjungan ke lokasi budidaya dan untuk diambil dagingnya, misalnya kerang
pabrik pengolahan produk dari laut, penulis darah (Anadara spp.), kerang hijau (Perna
menyimpulkan bahwa, selain pemilihan lokasi viridis), kerang bakau (Pinna spp.), oyster
dan teknik budidaya yang baik, untuk (Cassostrea spp.), siput gonggong (Strombus
menghasilkan produk dengan kualitas tinggi spp.), limpet (Cellana spp.), dan abalon
juga diperlukan penanganan pasca panen (Haliotis spp.). Sedangkan jenis-jenis kima
yang baik. Penanganan pasca panen yang baik (Hippopus hippopus, Tridacna spp.), batulaga
antara lain meliputi musim panen, pencucian (Turbo marmoratus), dan lola (Trochus
hewan sebelum diproses, sanitasi dan niloticus) ditangkap untuk diambil
pendinginan, pengepakan dan penyimpanan cangkangnya.
pada suhu rendah (freezing). Sebaiknya tidak Kekerangan menyimpan cadangan
memanen kekerangan pada saat kondisi energinya sebagian besar dalam bentuk protein
perairan jelek, yaitu pada saat setelah turun (50%) dan hanya sebagian kecil dalam bentuk
hujan, blooming plankton, dan serangan lemak (5%). Energi untuk pertumbuhan
penyakit. Sebelum diproses sebaiknya (somatic growth) tidak dapat digunakan atau
cangkang kekerangan dicuci dari kotoran luar. diubah menjadi energi reproduksi. Energi
Ruangan untuk processing (pembelahan, untuk reproduksi biasanya diambil dari energi
perebusan, pengepakan) sebaiknya terjaga cadangan yang disimpan dalam tubuh berupa
kebersihannya dan berpendingin (ber-AC). protein. Daging kerang dan siput yang
Produk sebaiknya tidak diberi bahan diketahui mengandung protein yang sangat
pengawet, dan segera dibekukan setelah tinggi (>50%), akan cepat mengalami
pengepakan. penurunan kualitas dan rusak apabila tidak
ditangani secara baik. Oleh karena itu, setelah
daging dikeluarkan dari cangkang harus
HAMA DAN PENYAKIT
segera diawetkan, misalnya disimpan pada
Pada dasarnya hama dan penyakit suhu dingin atau diawetkan dengan
sangat jarang terjadi pada kekerangan. Namun penggaraman.
demikian, kondisi lingkungan yang jelek bisa Khususnya untuk jenis-jenis kerang
menyebabkan kerang dan siput kurang sehat (bivalvia) yang cara makannya dengan sistem
dan mati karena kekurangan oksigen di dalam menyaring (filter feeder) dan beberapa jenis

Oseana, Volume XXXI No. 1, 2006


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

siput (gastropoda) yang memakan mikro algae DAY, R.W. and A.E. FLEMING 1992. The
(bentik diatom), bahan kimia dan bahan determinations and measurement of
beracun (termasuk logam berat) yang terlarut abalone growth. In: Abalone of the
di dalam air maupun yang terkandung di dalam world: Biology, Fisheries and Culture.
mikro-algae akan diserap dan dicerna serta (Eds. S.A Shepherd, M. J. Tegner and
diakumulasikan bersama protein di dalam S. A. Guzman del Proo). Blackwell
tubuh. Bahan kimia dan bahan beracun yang Scientific Oxford: 141-168.
sudah terakumulasi di dalam tubuh kerang
DODY, S. 2004. Biologi reproduksi limpet tropis
akan pindah ke manusia (konsumer). Oleh
(Cellana testudinaria Linnaeus, 1758)
karena itu, kekerangan untuk dikonsumsi
di perairan Pulau-pulau Banda, Maluku.
sebaiknya tidak dipelihara dan dipanen dari
Disertasi. IPB. Bogor: 143 hal.
perairan yang sudah tercemar oleh bahan kimia
berbahaya maupun bahan beracun. GRANGE, KR. 1976. Rough water as spawning
stimulus in some trochid and turbinid
KESIMPULAN gastropods. New Zealand Journal of
Marine and Freshwater Research 10:
Untuk menghasilkan produk (daging) 203-216.
kekerangan dengan kualitas yang baik, maka
kekerangan harus ditangkap dari alam atau HICKMAN, C.S. 1992. Reproduction and
dipanen dari usaha budidaya dimana development of trochacean gastro-
lingkungannya sehat, kualitas air dan pods. The veliger 35: 245-272.
habitatnya baik, tidak tercemar, dan tidak HUGHES, R.N. 1986. A functional biology of
terjangkiti penyakit. Selain itu, penanganan marine gastropods. Croom Helm,
pasca panen juga memegang peranan penting London: 245 pp.
untuk menghasilkan produk atau daging
dengan kualitas tinggi. LANDAU, M. 1991. Introduction to
aquaculture. John Wiley & Sons, Inc,
New York: 440 pp.
DAFTAR PUSTAKA
LASIAK, T. 1987. The reproductive cycles of
BEESLEY, P.L., G.J.B. ROOS, and A WELLS three trochid gastropods from the
1988. Mollusca: the southern synthesis. Transkei Coast, Southern Africa.
Fauna of Australia, Vol. 5. Part B.VIII. Journal of Molluscan Studies 53: 24-
CSIRO Publishing, Melbourne: 565- 32.
1234.
WEBBER, H. H. 1977. Gastropoda:
BEVELANDER, G. 1988 Abalone: Gross and Prosobranchia. In: Reproduction of
fine structure. The boxwood press, marine invertebrates. Vol. IV. (A. C.
Pacific Grove: 80 pp. GIESE & J. S. PEARSE, eds.). Academic
Press, New York: 1-98.
BRITZ, P.J. 1996. Effect of dietery protein level
on growth performance of South
African abalone, Haliotis midae, fed
fishmeal-based semi-purified diets.
Aquaculture 140: 55-61.

Oseana, Volume XXXI No. 1, 2006


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Kerang hijau (Perna viridis) Kima pasir (Hippopus hippopus)

Lola (Trochus niloticus) Abalon (Haliotis asinina)

Gambar 1. Jenis-jenis kerang dan siput laut yang telah berhasil dipijahkan di
laboratorium dan berpotensi budidaya untuk pasar ekspor.

Oseana, Volume XXXI No. 1, 2006

View publication stats

You might also like