Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 22

KONSEP TEORI ANEMIA DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU

HAMIL

0LEH KELOMPOK 8

1. Jaya Wardana
2. Ni Wayan Sukartini 223221352
3. I Wayan Cahyadi
4. Cahya Wedanta

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


WIRA MEDIKA BALI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah Anemia Pada Ibu Hamil. Kami sangat berharap
makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Gianyar, 9 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................
B. Tujuan Umum..................................................................................
C. Rumusan Masalah............................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis Anemia pada Ibu Hamil ............................................


1. Definisi .......................................................................................
2. Klasifikasi anemia pada kehamilan ............................................
3. Etiologi anemia pada ibu hamil...................................................
4. Patofisiologi anemia pada ibu hamil...........................................
5. Manifestasi Klinis anemia pada ibu hamil .................................
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Anemia pada Kehamilan
7. Penatalaksanaan Anemia pada Kehamilan

B. Konsep Keperawatan..........................................................................

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................
B. Saran ...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat
membutuhkan asupan makan yang maksimal baik untuk jasmani maupun
rohani (selalu rileks dan tidak stress). Wanita hamil biasanya sering
mengeluh, sering letih, kepala pusing, sesak nafas, wajah pucat, dan
berbagai macam keluhan lainnya. Angka anemia pada kehamilan di
Indonesia cukup tinggi sekitar 67% dari semua ibu hamil dengan variasi
tergantung pada daerah masing-masing. Sekitar 10-15% tergolong anemia
berat yang sudah tentu akan mempengaruhi tumbuh kembang anak janin
dalam Rahim (Bagu, Hariati, & Thamrin, 2019).
Seorang wanita yang sedang hamil memerlukan berbagai unsur
gizi lebih banyak dibandingkan wanita yang tidak hamil, berbagai unsur
gizi tersebut diperlukan untuk kebutuhan tubuhnya sendiri dan
pertumbuhan serta perkembangan janin yang ada dalam kandungannya
(Herlambang, Fitri, & Puspasari, 2018).
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di
dunia terutama bagi kelompok wanita usia reproduksi (WUS). Anemia
pada wanita usia subur (WUS) dapat menimbulkan kelelahan, badan
lemah, penurunan kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja.
Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan
zat besi, asam folat, dan perdarahan akut dapat terjadi karena interaksi
antara keduanya (Astriana, 2017).
Anemia ibu hamil merupakan kondisi ibu dimana kadar
hemoglobin dibawah 11 gr/dl. Anemia yang sering terjadi pada ibu hamil
adalah anemia karena defisiensi besi (Fe) atau disebut dengan anemia gizi
besi (AGB). Sekitar 95% kasus anemia selama kehamilan adalah karena
kekurangan zat besi (Anggraini & Rahayu, 2017).

Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang terbanyak baik di Negara maju
maupun Negara yang sedang berkembang. Padahal besi merupakan suatu unsur
terbanyak pada lapisan kulit bumi, akan tetapi defisiensi besi merupakan penyebab
anemia yang tersering. Hal ini disebabkan tubuh manusia mempunyai kemampuan
terbatas untuk menyerap besi dan sering kali tubuh mengalami kehilangan besi yang
berlebihan yang diakibatkan pendarahan (Hoffbrand, 2005).
Departemen Kesehatan RI memberikan standar pelayanan pemeriksaan ANC
selama hamil sedikitnya 4 x pelayanan antenatal yaitu satu kali untuk trimester I,
satu kali untuk trimester II, dan dua kali untuk trimester III, pemeriksaan meliputi
anamnesa dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah
perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan resiko
tinggi khususnya anemia kurang gizi, hipertensi. Bidan juga memberikan nasehat
dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya. Dalam setiap kunjungan ANC
bidan menonjolkan kepada ibu hamil apakah persediaannya cukup (Mufdlilah,
2009).

A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan anemia pada ibu hamil?
2. Apa saja klasifikasi anemia pada ibu hamil?
3. Apa saja etiologi anemia pada ibu hamil?
4. Apa saja factor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil?

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan anemia pada ibu hamil.
2. Untuk mengetahui klasifikasi anemia pada hamil.
3. Untuk mengetahui apa saja etiologi pada ibu hamil.
4. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis Anemia pada Ibu Hamil


1. Pengertian Anemia
Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan kadar hemoglobin
(Hb) di dalam darah lebih rendah daripada nilai normal untuk
kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin. Anemia gizi adalah
suatu keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang lebih rendah
daripada normal sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk
sel darah merah dalam produksinya guna mempertahankan kadar
hemoglobin pada tingkat normal (Andriani, 2013). Anemia
merupakan suatu kondisi tidak mencukupinya cadangan zat besi
sehingga berkurangnya penyaluran zat besi ke jaringan tubuh. Kadar
hemoglobin bagi wanita hamil adalah 11 gr/dl (Helliyana, 2018).
Anemia kehamilan disebut sebagai “ Potentional danger to
mother and child “ dimana dapat berpotensi membahayakan ibu dan
anak. Angka mortalitas dan morbiditas ibu hamil dengan anemia
defisiensi besi lebih tinggi dibandingakan wanita hamil normal, hal ini
terkait dengan peningkatan insidensi perdarahan pasca persalinan
(Herlambang et al., 2018).
Anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin dibawah 11 gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar
hemoglobin < 10,5 gr % pada trimester 2. Dampak anemia pada janin
antara lain abortus, terjadi kematian intrauterin, prematuritas, berat
badan lahir rendah, cacat bawaan dan mudah terkena infeksi. Pada
ibu, saat kehamilan dapat mengakibatkan abortus, persalinan
prematuritas, ancaman dekompensasi kordis dan ketuban pecah dini.
Pada saat persalinan dapat mengakibatkan gangguan his, retensio
plasenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri (Mariana,
Wulandari, & Padila, 2018).
2. Klasifikasi anemia dalam kehamilan
Menurut Prawirohardjo klasifikasi anemia dalam kehamilan
sebagai berikut :
a. Defisiensi Besi
Pada kehamilan, resiko meningkatnya anemia deesiensi zat
besi berkaitan dengan asupan besi yang tidak adekuat
dibandingkan kebutuhan pertumbuhan janin yang cepat.
Kehilangan zat besi terjadi akibat pengalihan besi maternal ke
janin untuk eritropoienis, kehilanan darah pada saat persalinan,
dan laktasi yang jumlah keseluruhanya dapat mencapai 900 mg
atau setara dengan 2 liter darah. Sebagian perempuan mengawali
kehamilan dengan cadangan besi yang rendah, maka kebutuhan
tambahan ini berakibat pada defesiensi zat besi.
Pencegahan anemia defesiensi zat besi dapat dilakukan
dengan suplemen besi dan asam folat. WHO menganjurkan untuk
memberikan 60 mg zat besi selama 6 bulan untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis selma kehamilan. Namun, banyak literatur
menganjukan dosis 100 mg besi setiap hari selama 16 minggu
atau lebih pada kehamilan. Di wilayah-wilayah dengan prevalensi
anemia yang tinggi, dianjurkan untuk memberikan suplemen
sampai 3 minggu postpartum.
b. Defisiensi Asam Folat
Pada kehamilan, kebutuhan folat meningkat lima sampai
sepuluh kali lipat karena transfer folat dari ibu kejanin yang
menyebabkan dilepasnya cadangan folat maternal. Peningkatan
lebih besar dapat terjadi karena kehamilan multiple, diet yang
buruk, infeksi, adanya nemia hemolitik. Kadar estrogen dan
progesteron yang tinggi selama kehamilan tampaknya memeliki
efek penghambat terhadap absorbsi folat. Defesiensi asam folat
sangat umum terjadi pada kehamilan dan merupakan penyebab
utama anemia megabolik pada kehamilan. Anemia tipe megabolik
karena defesiensi asam folat merupakan penyebab kedua
terbanyak anemia defesiensi zat gizi. Penyebabnya oleh gangguan
sitesis DNA dan ditandai dengan adanya sel-sel megaloblastik
yang khas untuk anemia jenis ini. Defesiensi asam folat ringan
juga telah dikaitkan dengan anomali kongenital janin, tertama
dapat pada penutupan tabung neural (neural tube defects). Selain
itu, defesiensi asam folat dapat menyebabkan kelainan pada
jantung, saluran kemih, alat gerak, dan organ lainya.
Penatalaksanaan defesiensi asam folat adalah pemberian
folat secara oral sebanyak 1 sampai 5 mg per hari. Pada dosis 1
mg, anemia umumnya dapat dikoreksi meskipun pasien
mengalami pula malabsorbsi. Ibu hamil sebaiknya mendapat
sedikitnya 400 ug folat perhari.
c. Anemia Plastik
Ada beberapa laporan mengenai anemia aplastik yang
terkait dengan kehamilan, tetapi hubungan antara keduanya tidak
jelas. Pada beberapa kasus eksaserbasi anemia aplastik yang telah
ada sebelumnya oleh kehamilan dan hanya membaik setela
terminasi kehamilan. Pada kasus-kasus lainya, aplasia terjadi
selama kehamilan dan dapat kambuh pada kehamilan berikutnya.
Terminasi kehamilan atau persalinan dapat memperbaiki fungsi
sumsum tulang, tetapi meliputi terminasi kehamilan elektif, terapi
suportif, imunosupresi, atau transplantasi sumsum tulang setelah
persalinan. Anemia Penyakit Sel Sabit Kehamilan pada
perempuan penderita anemia sel sabit (sickle cell anemia) disertai
dengan peningkatan insidens pielonefritis, infar pulmonal,
pneomonia, perdaraan antepartum, prematuritas, dan kematian
janin. Peningkatan anemia megaloblastik yang responsif dengan
asam folat, terutama pada akhir masa kehamilan, juga meningkat
frekuensinya. Beat lahir bayi dari ibu yang menderita anemia sel
sabit dibawah rata-rata, dan kematian janin tinggi. Mortalitas ibu
dengan penyakit sel sabit telah menurun dari sekitar 33% menjadi
1,5% pada masa kini karena perbaikan pelayanan prenatal.
Pemberian tranfusi darah profilaktin belum terbukti efektifnya
walaupun beberapa pasien tampak memberi hasil yang
memuaskan.
3. Penyebab anemia pada ibu hamil
Menurut (Stephana, Utami, & Elita, 2016) penyebab anemia dalam
kehamilan adalah :
a. Peningkatan volume plasma sementara jumlah eritrosit tidak
sebanding dengan peningkatan volume plasma
b. Defesiensi zat besi mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb),
dimana zat besi adalah salah satu pembentuk hemoglobin.
c. Ekonomi : tidak mampu memenuhi asupan gizi dan nutrisi
dan ketidaktahuan tentang pola makan yang benar
d. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi
yang banyak dan perdarahan akibat luka
e. Mengalami dua kehamilan yang berdekatan
f. Mengalami menstruasi berat sebelum kehamilan
g. Hamil saat masih remaja
4. Patofisiologi anemia pada ibu hamil
Anemia pada kehamilan yang disebabkan kekurangan zat besi
mencapai kurang lebih 95%. Wanita hamil sangat rentan terjadi
anemia defisiensi besi karena pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih
tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropoietin.
Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit)
meningkat. Namun peningkatan volume plasma terjadi dalamproporsi
yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit
sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat
hemodilusi (Ramadhanti, 2018).

Cadangan zat besi pada wanita yang hamildapat rendah karena


menstruasi dan diet yang buruk. Kehamilan dapat meningkatkan
kebutuhan zat besi sebanyak dua atau tiga kali lipat. Zat besi
diperlukan untuk produksi sel darah merah ekstra, untuk enzim
tertentu yang dibutuhkan untuk jaringan, janin dan plasenta, dan untuk
mengganti peningkatan kehilangan harian yang normal. Kebutuhan zat
besi janin yang paling besar terjadi selama empat minggu terakhir
dalam kehamilan, dan kebutuhan ini akan terpenuhi dengan
mengorbankan kebutuhan ibu. Kebutuhan zat besi selama kehamilan
tercukupi sebagian karena tidak terjadi menstruasi dan terjadi
peningkatan absorbsi besi dari diet oleh mukosa usus walaupun juga
bergantung hanya pada cadangan besi ibu.
Zat besi yang terkandung dalam makanan hanya diabsorbsi
kurang dari 10%, dan diet biasa tidak dapat mencukupi kebutuhan zat
besi ibu hamil. Kebutuhan zat besi yang tidak terpenuhi selama
kehamilan dapat menimbulkan konsekuensi anemiadefisiensi besi
sehingga dapat membawa pengaruh buruk pada ibu maupun janin, hal
ini dapat menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan dan
persalinan.
5. Manefesetasi Klinis anemia pada ibu hamil
Gejala anemia selama kehamilan juga gejala anda mungkin
mengalami bahkan jika anda tidak anemia,ini meliputi :
a. Kelelahan
b. Penurunan energi
c. Sesak nafas
d. Tampak pucat dan kulit dingin
e. Tekanan darah rendah
f. Frekuensi pernapasan cepat
g. Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel
darah merah
h. Sakit kepala
i. Tidak bisa berkonsentrasi
j. Rambut rontok
k. Malaise
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Anemia pada Kehamilan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada
ibu hamil (Rukmini, 2018), antara lain:
a. Status Gizi ibu hamil
Status gizi ibu hamil dapat di lihat secara langsung melalui
penilaian antara lain: antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu,atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk
variabel tertentu.Status gizi ibu hamil merupakan suatu keadaan
gizi ibu hamil akibat dari pemakaian dari penggunaan makanan
yang di tentukan oleh kualitas makanan yang dikonsumsi ibu hamil
dalam memenuhi kebutuhan ibu hamil
b. Jarak Kehamilan
Jarak kehamilan adalah jarak jarak antara kehamilan
sekarang dengan kelahiran sebelumnya.Jarak kehamilan sebaiknya
antara 2 sampai 4 tahun. Kehamilan dan persalinan dengan jarak
yang pendek akan mempercepat terjadinya anemia pada kehamilan,
karena kehamilan yang berulang dalam waktu yang singkat akan
menguras cadangan zat besi ibu
c. Umur ibu
Umur Ibu merupakan salah satu resiko terjadinya anemia
gizi pada ibu hamil. Faktor resiko umur ibu adalah ibu yang
berumur kurang dari 20 dan lebih dari 35 tahun. Dikedua ujung
masa reproduksi,usia ibu mempengaruhi hasil akhir kehamilan.
Remaja memiliki kemungkinan lebih besar mengalami anemia, dan
beresiko lebih tinggi memiliki janin yang pertumbuhannya
terhambat, persalinan, prematur, dan angka kematian bayi yang
lebih tinggi. Usia menentukan besaran kalori serta zat gizi yang
diberikan. Tubuh berada pada resiko tinggi untuk menjadi anemia
selama kehamilan jika hamil saat masih remaja
d. Umur kehamilan
Kebutuhan zat besi selama hamil meningkat selama hamil
untuk memenuhi kebutuhan ibu akan Fe yang digunakan untuk
peningkatan volume darah, menyediakan Fe bagi janin dan
plasenta, untuk menggantikan kehilangan darah saat persalinan
e. LILA
Ukuran lingkar lengan atas merupakan salah satu indikator
untuk menilai status gizi ibu. Lila pada ibu hamil bisa digunakan
untuk menskrening risiko terjadinya BBLR. Sedangkan pada WUS
untuk memberikan gambaran risiko kurang energi Kronis (KEK).
Batasan seseorang WUS dinyatakan menderita KEK jika ukuran
LILA <23,5 cm.
f. Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah gejala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,
kelompok, masyarakat sehingga merekan melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan.
g. Tingkat Sosial Ekonomi
Banyak faktor sosial ekonomi yang sukar untuk menilai
secara kuantitatif khususnya pendapatan dan kepemilikan,karena
masyarakat enggan untuk membicarakan kepada orang yang tidak
dikenal.Tingkat pendidikan juga termasuk dalam faktor ini dan
berhubungan dengan status gizi karena dengan meningkatnya
pendidikan kemungkinan akan meningkatkan pendapatan sehingga
dapat meningkatkan daya beli makanan.Faktor yang berperan
dalam menentukan status kesehatan seseorang adalah tingkat sosial
ekonomi,dalam hal ini adalah daya beli keluarga.Kemampuan
keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain tergantung
pada besar kecilnya pendapat keluarga,harga makanan itu

sendiri,serta tingkat pengelolaan sumber daya lahan dan


pekarangan. Ekonomi adalah segala sesuatu mengenai
penyelidikan tentang pendapatkan dan pengeluaran keluarga.Faktor
yang paling menentukan kualitas makanan.Tingkat pendapatan
keluarga dapat dilihat dari pengeluara
7. Penatalaksanaan
Pengobatan harus ditunjukan pada penyebab anemia dan mungkin
termasuk:
a. Tranfusi darah
b. Kartikosteroid atau obat-obatan lainnya yang menekan sistem
kekebalan tubuh.
c. Suplemen zat besi, vitamin B12, asam folat, atau vitamin dan
mineral lainnya
B. Konsep asuhan Asuhan keperawatan anemia pada ibu hamil

1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama, jenis kelamin, usia, pekerjaan, agama, suku, dll.
b. Keluhan utama
Kelelahan dan kelemahan umum dapat merupakan satu-satunya
gejala penurunan kapasitas pengangkutan oksigen. Keluhan utama
meliputi letih, lesu, lemah, lelah , pandangan berkunang-kunang
c. Rirwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab
dari anemia, yang nantinya membantu dalam membuat rencana
tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya
penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan apa yang
terjadi. Pada pasien anemia masa kehamilan, pasien bisa
mengeluhkan pusing, lelah, dll.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab
anemia. Penyakit-penyakit tertentu seperti infeksi dapat
memungkinkan terjadinya anemia.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit darah
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya anemia
yang cenderung diturunkan secara genetik.
d. Pemeriksaan fisik
1. Aktivitas-istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum
Tanda : takikardia/ takipnae.
2. Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
3. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB).
4. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus,
ketidak mampuan berkonsentrasi
e. Pemeriksaan penunjang
1. Hitung kada Hb dalam darah
2. Jumlah darah rutin. Sampel darah yang diambil di lengan
dinilai untuk darah hitungan. Anemia terdeteksi jika tingkat
hemoglobin lebih rendah daripada normal.
3. Feritin . Jika tingkat darah feritin rendah menunjukkan rendah
zat besi dalam tubuh dan membantu mendeteksi anemia
kekurangan zat besi..
4. Analisis sumsum tulang untuk mendeteksi sel dewasa terlalu
banyak seperti yang terlihat dalam aplastic anemia atau
kanker
darah. Kurangnya besi dalam sumsum tulang juga menunjuk
ke arah anemia kekurangan besi

Analisa Data

Data Etiologi Masalah


Ds: pasien Kebutuhuan O2 Intoleransi aktivitas
mengatakan tidak tercukupi 
lemah, mudah hipoksia jaringan
lelah  kelelahan
Do : pasien
terlihat lesu dan
pucat. Hb
menurun
Do : pasien Penurunan Ketidakefektifan
terlihat pucat, hemoatokrit  perfusi jaringan
CRT lebih dari 2 penurunan
detik. hhemoglobin 
anemia
Ds: pasien Aliran darah GIT Ketidak seimbangan
mengatakan mual menurun  nutrisi Kurag dari
dan muntah regurgitasi  kebutuhan
Do: pasien terlihat peningkatan isi
pucat dan lemah lambung  mual
dan muntah
Ds : pasien Aliran darah GIT Konstipasi
mengatakan BAB menurun 
keras dan 1 kali peristaltik usus
shari menurun 
konstipasi
2. Diagnosa keperawatan
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipoksia sel dan jaringan.
b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunan
kadar hemoglobin dalam darah.
c. Nutrisi kurang dari kebtuhan berhubungan dengan peningkatan
isi lambung.
d. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus.
3. Intervensi

Diagnosa NOC / Tujuan Intervensi


NIC Aktivitas
Keperawata KH
n
Intoleransi Setelah dilakukan Managemena. Kaji TTV
aktivitas asuhan t enrgi pasien,
berhubungan keperawatan ...x... b. Kaji penyebab
dengan jam klien mampu keletihan
hipoksia sel menoleransi c. Pantau asupan
dan jaringan. aktivitas yang bisa nutrisi pasien
dilakukan . d. Ajarkan
KH: rentang
a. Menyadari pengaturan
keterbatasan energi aktivitas dan
b. teknik
Menyeimbangkan manajemen
aktivitas dan waktu untuk
istirahat mencegah
c. Mengatur jadwal kelelahan.
aktivitas untuk e. Bantu apsien
menghemat energi. untuk
mengidentifikasi
aktivitas pasien
f. Bantu pasien
untuk mengubah
posisi secara
berkala, jika
perlu.
Gangguan Setelah dilakukan Managemena. Kaji TTv
perfusi asuhan sirkulasi b. Kaji sirkulalsi
jaringan keperawatn ...x... ke jaringan
berhubungan jam status sirkulasi perifer
dengan normal. c. Berikan diet
menurunan KH: tinggi Fe
kadar a. Tekanan sistole d. Informasikan
hemoglobin dan diastole dalam pasien untuk
dalam darah. rentang yang istirahat total.
diharapkan e. Kolaborasikan
b. Menunjukkan kedokter untuk
konsentrasi yang pemberian
baik oksigen
c. Tingkat f.
kesadaran baik Kolaborasikan
untuk transfusi
Nutrisi Setelah dilakuan Managemena. kaji faktor
kurang dari asuhan nutrisi pencetus mual
kebtuhan keperawatan ...x... dan muntah
berhubungan jam pasien b. kaji maknan
dengan mmemperlihatkan kesukaan pasien
peningkatan status gizi yang c. kaji riwayat
isi lambung. baik. alergi pasien
KH: d. berikan pasien
a. Pasien akan makanan yang
mempertahankan hangat
berat badan. e. berikan pasien
b. Menoleransi diet makanan sedikit
yang di anjurkan. tapi sering
c. Memiliki tingkat f. minimalkan
energi yang faktor yang
adekuat dapat
menimbulkan
mual muntah.
g. Kolaborasikan
untuk pemberian
obat antiemetik.

Konstipasi Setelah dilakukan Managemenat Kaji dan


berhubungan asuhan . konstipasi dokumentasikan
dengan keperawatan ...x... warna dan
penurunan jam konstipasi konsisten feses.
peristaltik menurun. b. Kaji dan
usus. KH: dokumentasi ada
a. Pola eliminasi atau tidak ada
dalam rentang yang bisisng usus dan
diharapkan distensi
b. Feses lunak dan abdomen
berbentuk c. Berikan
c. Mengeluarkan kepada pasien
feses tanpa tentang diet
bantuan. tinggi serat
d. Instruksikan
kepada pasien
menghindari
mengejan
selama defekasi
e. Konsultasikan
dengan dokter
untuk pemberian
obat untuk
bantuan
eleminasi.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin dibawah 11 gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar
hemoglobin < 10,5 gr % pada trimester 2. Dampak anemia pada janin
antara lain abortus, terjadi kematian intrauterin, prematuritas, berat badan
lahir rendah, cacat bawaan dan mudah terkena infeksi. Pada ibu, saat
kehamilan dapat mengakibatkan abortus, persalinan prematuritas, ancaman
dekompensasi kordis dan ketuban pecah dini. Pada saat persalinan dapat
mengakibatkan gangguan his, retensio plasenta dan perdarahan post
partum karena atonia uteri

B. Saran
Dalam pebuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam
pebuatan makalah masi terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta kejanggalan
baik dalam penulisan maupun dalam pengonsepan materi. Utnuk itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepan lebih baik
dan penulis berharap kepada semua pmbaca mahasiswa khususnya, untuk lebih
ditingkatkan dalam pembuatan makalah yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, D. E., & Rahayu, S. R. (2017). Faktor kejadian Anemia Pada Ibu
Hamil. Higeia Journal of Public Health Research and Development, 1(3), 84–
94.

Astriana, W. (2017). Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Ditinjau dari Paritas dan
Usia. Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(2), 123–130.
https://doi.org/10.30604/jika.v2i2.57

Bagu, A. A., Hariati, H., & Thamrin, A. I. (2019). Kejadian Anemia pada Ibu
Hamil. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 1(1), 8–17.
https://doi.org/10.36590/jika.v1i1.1

Helliyana. (2018). Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Kurang Energi Kronis(KEK)


dengan Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas Muara Satu Kota
Lhokseumawe Tahun 2018. 1–49.

Herlambang, Fitri, A. D., & Puspasari, A. (2018). Skrinning dan Tatalaksana


Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Muaro Kumpeh dan
Klinik Mer-c Jambi. MEDIC (Medical Dedication), 1(1), 1–7.

Mariana, D., Wulandari, D., & Padila. (2018). Hubungan Pola Makan Dengan
Kejadian Anemia Pada IBu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas. Jurnal
Keperawatan Silampari, 1(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Mariza, A. (2016). Hubungan Pendidikan Dan Sosial Ekonomi Dengan Kejadian


Anemia Pada Ibu Hamil Di Bps T Yohan Way Halim Bandar Lampung
Tahun 2015. Kesehatan Holistik, 10(1), 5.

Ramadhanti, D. (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada


ibu hamil di puskesmas tegalrejo. International Journal of Machine Tools
and Manufacture, 5(1), 86–96.
https://doi.org/10.1016/j.ijmachtools.2009.09.004

Rukmini. (2018). Asuhan Keperawatan Nmy. M dengan Anemia Pada Ibu Hamil
di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Baru Kabupaten Pesisir Selatan. In
International Journal of Machine Tools and Manufacture (Vol. 5).
https://doi.org/10.1016/j.ijmachtools.2009.09.004

Stephana, W., Utami, S., & Elita, V. (2016). Efektivitas Pemberian Jus Buah Bit
Terhadap Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Anemia. 28(2), 250–250.
https://doi.org/10.4234/jjoffamilysociology.28.250

You might also like