Cerpen DANDELION

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 2

SANG GADIS PECINTA DANDELION

Dandelion adalah bunga yang identik sederhana tanpa bau semerbak, yang akan terbang
tinggi untuk menebarkan benih keindahannya yang tak terlihat dan akan singgah di tempat yang
tepat. Mungkin secara fisik Dandelion tak semenarik bunga lain ,dandelion memiliki keindahan
tersendiri bagi orang yang menyukainya, memiliki makna yang mendalam bagi seseorang yang
memahaminya, tangkainnya yang kelihatannya rapuh, namun ternyata sangat kuat.

Hembusan angin menerpa pipi gadis yang sedang berjalan menuju Toko bunga. Jalanan yang
masih basah sisa hujan malam tadi membuat daun berguguran.Toko bunga sederhana yang memiliki
sejuta kenangan baginnya,toko itu satu satunya peninggalan sang nenek. Rambut Panjangnya terurai
sempurna diterpa angin. Merasakan udara yang semakin dingin gadis itu merekatkan jaket yang ia
kenakan dan mempercepat langkahnya. Pintu toko terbuka gadis tersebut memasuki toko.
Membuka tirai dan jendela sambil menata rangkaian bunga disamping jendela. Menatap seseorang
di seberang jalan yang sedang menunggu kendaraan umum, yang setiap harinya mencuri perhatian
sang gadis. Lelaki jangkung berkulit sawo matang, mata yang selalu menyiratkan kegembiraan dan
kecerian itu selalu menarik perhatianya setiap saat. Senyum yang membuat siapapun melihatnya
akan terpesona. Namanya Langit Gentala Nareswara, lelaki berhati malaikat. Siapa yang tak tau
seorang Langit sosok pemuda yang sangat ramah, rendah hati dan sangat perduli pada orang
disekitarnya.

Lonceng berbunyi memecah lamunan gadis itu, ia tersenyum manis pada sesorang yang baru
saja memasuki tokonya. Rambut yang berantakan dan penampilan yang jauh dari kata rapi. Dia
Aksa Regas Samudra , seseorang yang sangat berharga dalam hidup seorang Anindhita Gistara.
Regas adalah malaikat bagi Anin, tanpa Regas Anin tak bisa hidup sampai sekarang. Regas adalah
sahabat yang sudah ia anggap sebaagai kakanya sendiri, sebaliknya Regas menganggap Anin seperti
adik kecil yang harus ia jaga. Anin berlari memeluk Regas karena sudah seminggu ia tak bertemu
dengan regas karena regas harus menemani bundanya yang sedang terbaring lemah di Rumah sakit.
Mereka saling bertukar cerita dan saling bertukar kabar.

‘’ Ngapain kamu kesini gas? tumben banget biasanya juga kerumah kalau enggak di taman.’’

‘’ Dihh gitu banget nanya nya, emang gak boleh apa kesini.’’

‘’ Yaa boleh si, tapi kan tumben banget gitu, oh ya gas Bunda udah pulang kan?.’’

‘’ Iya udah, kenapa?’’

‘’Anin mau pergi ketemu Bunda dong gas, boleh gak?’’. Memang Anin memanggil bunda regas
dengan sebutan bunda , karena memang bunda sahabatnya itu sudah menggangap ia sebagai
anaknya sendiri.

‘’ Boleh Anin, kenapa? Kangen ya sama bunda.’’

‘’ Iyalah kan udah lama gak ketemu juga , kemarin juga gak sempet jenguk di rumah sakit.’’

‘’ Iyadeh nanti sore aku jemput disini, kita ketemu bunda sekalian aku juga mau ngajak kamu ke café
yang baru buka kemarin kamu pasti suka.’’

Sore tiba, matahari mulai meredupkan sinarnya menciptakan semburat merah yang indah
menghiasi langit. Matahari mulai menghilang dari dari cakrawala ,namun seseorang yang dia tunggu
tak kunjung datang. 10 menit berlalu, saat menatap jalanan tak sengaja ia melihat seorang lelaki
yang tak asing baginya. Ya, dia Langit,sosok laki laki yang sering ia perhatikan dari jendela setiap
harinya. Tak sengaja mata keduanya saling beradu tatap, kemudian aku memutus tatapan itu.
Tatapan Mata yang teduh dan menenangkan akan membuat siapa pun terhanyut didalamnya. Tak
lama kemudian datanglah seorang yang aku tunggu kedatangannya .

“ Lama banget gas , 10 menit tau nunggu kamu disini.” Sambil mentap malas regas , sesorang yang
ditunggu Anin adalah Regas, mereka akan mengunjungi bunda regas lebih tepatnya Anin yang akan
menjenguknya dia hanya sebagai ojek bagi seorang Anindhita Gistara. Itu hal yang biasa baginya.

“ Hehehe ya maaf. Tadi itu jalanan rame banget jadi macet, makanya lama.”

“ Yaudah deh ayo cepet berangkat,Nanti keburu malem.”

“ Iya- iya ayoo cerewet deh.”

Setelah menjenguk bundanya, Regas menepati janjinya untuk mengajak Anin ke cafe dekat
rumahnya yang baru buka kemarin. Karena jika ia tidak menepati janjinya itu Anin akan marah, itu
sangat bahaya baginya . karena jika Anin marah seribu coklat maupun boneka tak kan pernah bisa
meluluhkan seorang Anin. Hanya satu yang bisa membuuat Anin tersenyum dan memaafkannya lagi,
Bunga Dandelion. Anin sangat menyukai Bunga Dandelion, entah apa yang membuatnya sangat
suka pada bunga itu, padahal jika dilihat bunga itu biasa saja , tak memiliki arti apapun. Tapi
entahlah yang mengetahui dan memahami itu semua hanya seorang Anindhita Gistara. Kadang ia
juga bingung mengapa gadis itu sangatlah unik dan lucu. Mereka sudah sampai di café tersebut,dan
tanpa sengaja Anin ditabrak oleh seseorang, hingga ia terjatuh kebelakang mengenai sesuatu hingga
tangannya tergores dan mengeluarkan darah. Lelaki tersebut bersimpuh didepan Anin dan
mengulurkan tangan untuk membantunya .Siapa sangka seseorang itu adalah sesosok lelaki yang
selama ini mencuri perhatiannya. Lamunan Anin buyar karena suara laki laki itu.

“ Maaf ya saya ngga sengaja, ayo saya bantu berdiri.” Sambil membantuku bangun,dan mentapku
dengan raut muka khawatir.

“Ehhh iya gapapa .”

“Sekali lagi saya minta maaf karena saya kurang hati hati, saya obati dulu lukanya.”

Laki laki itu mengambil obat dari dalam tasnya, selesai mengobati Anin ia pamit untuk pergi karena
ada hal yang masih harus dia urus. Anin terus memperhatikan laki laki menghilang dari
pandangannya. Dan tanpa Anin sadari lelaki itu memasukkan sesuatu ke dalam tas Anin

“ Iya iya bawel,bentar dong. Kenapa si berisik banget.” Kesal Anin.

“ Ngapain tadi kok berdiri di situ kayak orang ilang.”

“Apasi gas, tadi cuma mau liat sesuatu aja sii, udahlah luupain aja . cepet pesen sana deh mending.”

Setelah pulang dari café , Anin diantar pulang kerumahnya oleh Regas. Selesai mandi dia
membaringkan tubuh nya dan memikirkan kejadian

You might also like