Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 7

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN TEKNIK BERCAKAP-CAKAP PADA PASIEN

HALUSINASI PENDENGARAN

Famela1, Ira Kusumawaty2, Sri Martini3, Yunike4


Poltekkes Kemenkes Palembang
(irakusumawaty@poltekkespalembang.ac.id)

ABSTRACT

Patients who experience problems with auditory hallucinations if not handled properly can pose a
risk to the safety of the patient's self and others. Conversing with other people is one of the efforts that
can be done to reduce the appearance of hallucinations in patients. However, research exploring the
benefits of conversing is still very limited. This case study research aims to determine the description
of the implementation of conversational nursing techniques in auditory hallucinations patients
carried out at the ODGJ Inpatient Clinic. This case study research is descriptive, with the
implementation method using nursing care. Nursing care is carried out through a nursing process
approach, including assessment, nursing diagnoses, nursing interventions, nursing implementation,
and nursing evaluation. The research data was taken by means of the assessment process, interviews,
and direct observation. The study was conducted in January and February, 2022. The subjects of the
case study were three patients with auditory hallucinations. After implementation on the patient, it
was found that speaking was effective in controlling auditory hallucinations. The inhibiting factor
during implementation was that the researcher could not see directly the patient applying the way of
conversing when his hallucinations appeared. Conversation is effective for controlling hallucinations
experienced by patients because it can divert patients from listening to unreal voices into real
conversations.

ABSTRAK

Pasien yang mengalami masalah gangguan halusinasi pendengaran apabila tidak ditangani secara baik
dapat menimbulkan resiko terhadap keamanan diri pasien dan orang lain. Bercakap-cakap dengan
orang lain merupakan salah upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi munculnya halusinasi
pada pasien. Namun demikian penelitian yang mengekplorasi manfaat bercakap-cakap masih sangat
terbatas. Penelitian studi kasus ini bertujuan mengetahui gambaran implementasi keperawatan teknik
bercakap-cakap pada pasien halusinasi pendengaran yang dilakukan di Klinik Rawat Inap ODGJ.
Penelitian studi kasus ini bersifat deskriptif, dengan metode implementasi menggunakan asuhan
keperawatan. Asuhan Keperawatan ini dilakukan melalui pendekatan proses keperawatan, meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi
keperawatan. Data penelitian diambil dengan proses pengkajian, wawancara, dan observasi langsung.
Penelitian mulai tanggal 31 Januari sampai 06 Februari 2022. Subjek studi kasus adalah tiga pasien
dengan masalah halusinasi pendengaran. Setelah dilakukan implementasi pada pasien didapatkan
hasil bahwa bercakap-cakap efektif dalam mengontrol halusinasi pendengaran. Faktor penghambat
saat melakukan implementasi adalah peneliti tidak dapat melihat secara langsung pasien menerapkan
cara bercakap-cakap saat halusinasinya muncul. Bercakap-cakap efektif untuk mengontrol halusinasi
yang dialami pasien karena bisa mengalihkan pasien dari mendengarkan suara yang tidak nyata
menjadi percakapan yang nyata.

PENDAHULUAN
Menurut World Health Organization demensia, dan 20 juta orang jiwa mengalami
(2019) prevalensi gangguan jiwa di seluruh skizofrenia.
dunia menurut data terdapat 264 juta orang
mengalami depresi, 45 juta orang menderita Skizofrenia merupakan penyakit
gangguan bipolar, 50 juta orang mengalami neurologis yang mempengaruhi persepsi
pasien, cara berfikir, Bahasa, emosi, dan mengontrol halusinasi karena memfokuskan
perilaku sosialnya (Mahmudah & Solikhah, pasien pada percakapan dan mencegah pasien
2020). Skizofrenia adalah gangguan jiwa untuk berinteraksi dengan halusinasinya
dimana terjadi gangguan neurobiologi dengan (Larasaty & Hargiana, 2019).
karakteristik kekacauan pada pola pikir dan isi
pikir, halusinasi dan delusi, serta kekacauan METODE
pada proses persepsi, afek dan perilaku
sosialnya (Wardani & Dewi, 2018). Pasien Penelitian studi kasus ini bertujuan
skizofrenia sering mengalami kekambuhan. mengetahui gambaran implementasi
Frekuensi kekambuhan dinilai dari banyaknya keperawatan teknik bercakap-cakap pada
jumlah kekambuhan yang dialami pasien pasien halusinasi pendengaran yang dilakukan
dalam kurun waktu tertentu, dengan gejala- di Klinik Rawat Inap ODGJ. Penelitian dengan
gejala yang biasanya dialami dan ditujukan penelitian deskriptif ini adalah tiga pasien
pasien pada episode skizofrenia akut (Pardede yang mengalami halusinasi pendengaran
& Hasibuan, 2019) dengan kriteria inklusi sebagai berikut : pasien
dengan masalah halusinasi pendengaran,
Salah satu gejala positif skizofrenia bersedia menjadi subyek studi kasus sesuai
adalah halusinasi, lebih dari 90% pasien arahan pihak manajemen dan bersedia
diperkirakan mengalami halusinasi. Ada mematuhi protokol kesehatan. Peneliti
beberapa jenis halusinasi pada pasien menggunakan format pengkajian keperawatan
gangguan jiwa sekitar 70% adalah halusinasi jiwa dan standar operasional prosedur strategi
dengar, 20% halusinasi pengelihatan, dan 10% pelaksanaan yaitu bercakap-cakap dengan orang
adalah halusinasi penghidu, pengecapan, dan lain sebagai instrumen penelitian. Metode
perabaan (Fekaristi et al., 2021). Halusinasi pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
merupakan gangguan persepsi dimana klien dan observasi. Wawancara dilakukan kepada
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya pasien dan petugas yang merawat pasien di
tidak terjadi (Apriliani & Widiani, 2020). klinik. Observasi dilakukan dengan cara
Halusinasi pendengaran adalah kesalahan mengamati langsung perilaku pasien. Komite
dalam mempersepsikan suara yang didengar etik Politeknik Kesehatan Palembang telah
oleh orang dengan gangguan jiwa dan menyetujui protokol penelitian
biasanya suara yang didengar bisa No:0088/KEPK/Adm2/II/2022 yang diajukan
menyenangkan, ancaman, membunuh, dan peneliti dan penelitian dilakukan pada tanggal 31
merusak (Aji, 2019). Januari – 06 Februari 2022.

Halusinasi pendengaran bisa diatasi HASIL


dengan menghardik halusinasi, bercakap cakap
dengan orang lain atau orang terdekat, Kasus 1
melakukan aktifitas berjadwal dan keteraturan
Pasien I, 42 tahun, beragama Islam, laki-
minum obat. Bila keempat cara ini tidak
laki, belum menikah dengan tingkat pendidikan
dilakukan secara teratur oleh para penderita
terakhir Diploma III. Sebelum sakit beliau
halusinasi akan menyebabkan penderita terus
tinggal bersama ibunya dan bekerja dengan
menerus terganggu oleh halusinasi tersebut
berjualam air minum isi ulang di rumahnya.
(Aji, 2019)
Tidak ada riwayat anggota keluarga yang
Bercakap-cakap dengan orang lain menderita skizofrenia. Pasien diantarkan oleh
efektif dalam memutus halusinasi karena ibunya ke Klinik Rawat Inap ODGJ karena
menyibukkan pasien melakukan aktivitas beliau sempat putus obat dan akhirnya
bercakap-cakap dengan orang lain (Alfaniyah penyakitnya kambuh. Saat di rumah pasien
& Pratiwi, 2021). Berdasaran penelitian sering mendengar suara yang tidak tampak
Kusumawaty (2021) diketahui terjadinya wujudnya, sering berbicara sendiri, tertawa
peningkatan kemampuan penderita dalam sendiri dan sering mengamuk serta merusak
mengontrol halusinasinya setelah dilatih barang-barang. Sebelumnya pasien pernah
bercakap-cakap denegan orang lain. Penelian dirawat di Rumah Sakit Jiwa pada tahun 2015
lain juga mengatakan bercakap-cakap selama 1 bulan. Saat berada di Klinik Rawat
merupakan cara paling efektif untuk Inap ODGJ pasien masih mendengar bisikan
yang memanggil namanya, suara yang
menyuruhnya berhenti minum obat, suara itu jiwa tetapi pasien mengatakan dia pernah
muncul saat pasien sedang sendiri pada malam dirawat di Rumah Sakit Jiwa pada tahun 2010.
hari. Pasien mengatakan saat halusinasinya
Saat wawancara pasien tampak
datang dirinya hanya diam saja.
bersemangat, kontak mata pasien saat
Saat wawancara respon pasien baik dan berinteraksi baik dan memberikan fokus yang
jelas walaupun sesekali pasien menunduk saat baik. Saat di Klinik Rawat Inap ODGJ pasien
sedang berbicara dengan perawat. Tampilan mengatakan dirinya mendengar suara yang
pasien rapi, rambutnya rapi, gigi bersih, kulit menyuruhnya untuk menceritakan aktivitas
coklat, cara berpakaian sudah rapi, baju dan sehari-hari saat menjelang maghrib dan saat
celana tidak terbalik. Pasien mengatakan suara itu muncul pasien mengobrol dengan
sholat 5 waktu dan kegiatan sehari-hari pasien suara yang didengarnya. Pasien mengatakan
mengikuti jadwal kegiatan yang ditetapkan di dirinya sangat senang berinteraksi dengan
Klinik Rawat Inap ODGJ seperti minum obat suara tersebut karena ada teman untuk diajak
sesuai jadwal, makan, minum, senam, menjaga berkomunikasi. Keinginan Pasien ingin segera
kebersihan lingkungan sekitar. Pasien juga pulang. dan sudah minum obat sesuai jadwal
mengikuti terapi aktivitas kelompok yang yang telah ditentukan. Pasien diagnosis
dilakukan seminggu sekali di Klinik Rawat skizofrenia paranoid, dengan masalah utama
Inap ODGJ tersebut. halusinasi pendengaran, risiko perilaku
kekerasan dan harga diri rendah. Terapi yang
Diagnosis medis pasien adalah
diberikan adalah trihexyphenidyl, haloperidol
skizofrenia paranoid, dengan masalah utama
dan clozapine.
halusinasi pendengaran, risiko perilaku
kekerasan dan harga diri rendah. Terapi Pada strategi pelaksanakan kedua yaitu
farmakologi yang diberikan adalah implementasi bercakap- cakap dengan orang
trihexyphenidyl, haloperidol dan clozapine. lain dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan,
dimana didapatkan hasil pasien mampu
Implementasi Keperawatan yang
melaksanakan implementasi dengan baik.
diberikan yaitu strategi pelaksanakan kedua
Pasien dapat menerapkan cara bercakp-cakap
yaitu bercakap-cakap dengan orang lain
dengan teman sekamarnya saat halusinasinya
dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan, dimana
datang.
didapatkan hasil pasien mampu melaksanakan
implementasi dengan baik, peneliti Kasus 3
mengajarkan cara mengontrol halusinasi
dengan melatih bercakap-cakap, pasien dapat Pasien A, 40 tahun, laki-laki, belum
mengikuti intruksi yang diberikan oleh peneliti menikah, beragama Budha dengan pendidikan
dan dapat menerapkan cara bercakap-bercakap terakhir SMA. Dibawa ke Klinik Rawat Inap
dengan teman sekamarnya. ODGJ karena dirinya sering mendengar suara
yang memanggil namanya, suara orang
Kasus 2 menangis, pasien tertawa sendiri. Saat suara
Pasien H, 50 tahun, beragama Islam, laki- muncul pasien tidak bisa mengontrol emosinya
laki, tidak bekerja, belum menikah dengan latar sehingga pasien memukul dinding rumahnya
belakang pendidikan terakhir S1 dan tinggal saat halusinasinya datang. Sebelumnya pasien
bersama orang tuanya. Tidak ada anggota pernah dirawat di rumah sakit jiwa pada tahun
keluarga pasien yang mempunyai gangguan jiwa 2005 namun karena keterbatasan ekonomi
seperti dirinya. Dari hasil wawancara yang pasien mengalami putus obat. berdasarkan
didapat, pasien dirawat di Klinik Rawat Inap hasil wawancara dengan petugas di Klinik
ODGJ karena berhenti minum obat Rawat Inap ODGJ, keluarga pasien pernah
dikarenakan pasien tidak mau meminumnya, bercerita bahwa pasien pernah mengalami
sehingga penyakitnya kambuh. Sebelum kecelakaan jatuh dari sungai yang membuat
dibawa ke Klinik Rawat Inap ODGJ pasien kepalanya terbentur kayu dan semenjak
sering mendengar suara yang tidak tampak kejadian itu pasien mulai mengalami
wujudnya, berbicara sendiri, keluyuran tidak perubahan tingkah laku.
pulang ke rumah, dan pasien juga pernah Saat diwawancarai tampak tidak
memukul kepala ibunya. Pasien mengatakan bersemangat, kontak mata kurang dan fokus
tidak ingat sejak kapan mengalami gangguan
pasien kurang. Pasien mengatakan dirinya dapat menyebabkan peningkatan deteksi
takut karena sering mendengar suara yang manusia di lingkungan terdekat seseorang,
memanggil namanya, terkadang mendengar oleh karena itu meningkatkan kemungkinan
suara orang menangis, suara tersebut datang mendengar suara atau merasakan agensi
saat pasien sedang sendirian, biasanya suara manusia dalam rangsangan bukan manusia.
datang pada malam hari, saat suara itu muncul
dirinya hanya diam dan kadang teriak. Strategi pelaksanaan yang diajarkan
Keinginan pasien untuk segera pulang ke peneliti kepada ketiga pasien yaitu cara
rumah. Pasien mengatakan dirinya meminum mengontrol halusinasi dengan strategi
obat secara teratur. Berdasarakan diagnosis pelaksanaan ke dua yaitu cara bercakap-cakap
pasien mengalami skizofrenia paranoid, dengan orang lain. Berdasarkan penelitian
dengan masalah utama halusinasi Alfaniyah & Pratiwi (2021) yang menyatakan
pendengaran, risiko perilaku kekerasan dan bercakap-cakap dengan orang lain efektif
harga diri rendah. Terapi yang diberikan dalam memutus halusinasi karena
adalah trihexyphenidyl, haloperidol dan menyibukkan pasien melakukan aktivitas
clozapine. bercakap-cakap dengan orang lain.

Implementasi yang diberikan kepada Pada strategi pelaksanakan kedua yaitu


pasien yaitu strategi pelaksaan kedua yaitu implementasi bercakap-cakap dengan orang
bercakap-cakap dengan orang lain yang lain didapatkan hasil ketiga pasien mampu
dilakukan selama 5 kali pertemuan. melaksanakan implementasi dengan baik
Didapatkan hasil pasien mampu menerapkan karena dapat mengikuti intruksi yang
cara bercakap-cakap dengan orang lain saat diberikan oleh peneliti dan dapat
suara atau bisikan yang tidak nyata datang. memperagakan ulang cara bercakap-bercakap
dengan orang lain. Hasil penelitian ini sesuai
PEMBAHASAN dengan penelitian Larasaty & Hargiana (2019)
yang mendapatkan hasil bahwa bercakap-
Sebelum melakukan implementasi cakap sangat efektif dalam mengontrol
peneliti terlebih dahulu membina hubungan halusinasi. Berdasaran penelitian Ira
saling percaya (BHSP) pada ketiga pasien agar Kusumawaty, Yunike, Abdul Gani (2021)
mendapat kepercayaan dari pasien. Membina diketahui terjadinya peningkatan kemampuan
hubungan saling percaya penting dalam penderita dalam mengontrol halusinasinya
perawatan pasien gangguan jiwa agar terjalin setelah dilatih bercakap-cakap denegan orang
rasa percaya antara pasien dan perawat. lain.
Setelah terjalin rasa percaya pasien akan
terbuka untuk menceritakan perasaan dan Ketiga pasien memiliki alasan masuk
masalah yang dihadapinya. Hal ini sesuai Klinik Rawat Inap ODGJ yang sama yaitu
dengan penelitian yang dilakukan Sumangkut halusinasinya kambuh dengan penyebab yaitu
(2019) yang menyatakan membina hubungan putus minum obat, ketiga pasien memiliki
saling percaya berperan penting dalam proses riwayat gangguan jiwa sebelumnya dan pernah
penyembuhan dan perawatan pasien gangguan dirawat di rumah sakit jiwa. Ini menjelaskan
jiwa bertujuan agar pasien gangguan jiwa bahwa dari ketiga pasien memiliki kesamaan
merasa nyaman dan menimbulkan rasa yaitu selama pasien dirawat di rumah sakit,
percaya kepada perawat. pasien sudah dinyatakan selesai menjalani
perawatan dan diizinkan pulang. Namun,
Pada ketiga pasien mengalami
pasien mengalami putus obat dan
gangguan halusinasi pendengaran. Dari hasil
mendapatkan rangsangan atau stimulus yang
wawancara ketiga pasien mengatakan sering
menyebabkan munculnya atau kambuhnya
mendengar bisikan, suara muncul saat pasien
halusinasi dan menyebabkan timbul perilaku
sedang sendiri atau kesepian dan biasanya
kekerasan. Kepatuhan minum obat juga
terjadi saat malam hari. Hal ini sesuai dengan
menjadi penghambat keberhasilan pemulihan
penelitian Michalska Da Rocha (2018)
penderita. Kepatuhan penderita dalam
menyatakan kesepian dapat secara langsung
meminum obat, masih menjadi masalah besar,
meningkatkan kecemasan dan depresi yang
bahwa tidak sampai 50% penderita yang patuh
dapat memperburuk gejala psikosis. Kesepian
dalam meminum obatnya (Kusumawaty et al.,
2020). Salah satu penyebab kekambuhan Dukungan keluarga dapat diberikan
pasien gangguan jiwa yaitu ketidakpatuhan kepada penderita dalam empat dimensi yaitu
minum obat, hal ini di sampaikan oleh dukungan emosional, dukungan informasi,
Pebrianti (2021)) bahwa kekambuhan dapat dukungan instrumental, dan dukungan
disebabkan oleh ketidakpatuhan minum obat, penghargaan. Keempat dimensi tersebut
gejala yang refrakter terhadap pengobatan, dibutuhkan oleh pasien dan dapat diberikan
peristiwa kehidupan yang menimbulkan stres, dengan berbagai cara, sehingga dapat
kerentanan individu terhadap stres, ekspresi mempengaruhi perbaikan kondisi biologis,
emosi keluarga yang tinggi, serta yang tidak psikologis, sosial dan spiritual pasien.
kalah penting adalah dukungan keluarga dalam Kurangnya dukungan dalam satu dimensi
penatalaksanaan untuk pasien gangguan jiwa. dapat berdampak pada optimalisasi pencapaian
Dukungan keluarga sangat penting dalam perbaikan kondisi pasien (Kusumawaty,
penyembuhan penderita gangguan jiwa. Hal Surahmat, et al., 2021). Keputusan yang
ini sesuai dengan pernyataan Kusumawaty diambil oleh keluarga sangat menentukan
(2020) yang menyatakan keluarga merupakan faktor perbaikan kondisi pasien, mengingat
sumber sistem pendukung utama bagi waktu pemulihan kondisi psikologis pasien
penderita gangguan jiwa di rumah, bentuk membutuhkan rentang waktu yang cukup
dukungan keluarga keluarga sangat lama, bahkan prosesnya memakan waktu
mempengaruhi program penyembuhan seumur hidup kualitas merawat keluarga yang
penderita gangguan jiwa. sakit (Martini et al., 2021)

Berikut tabel observasi harian pada pasien I, H dan A setelah dilatih beberapa kemampuan untuk
mengontrol halusinasi

Hasil Pengamatan

Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari


No Kemampuan Pasien ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 ke-7

I H A I H A I H A I H A I H A I H A I H A

1. Mengetahui jenis
halusinasi
× × × × × ×               

2. Mengetahui isi
halusinasi
× × × × × ×               

3 Mengetahui waktu
halusinasi
× × × × × ×               

4. Mengetahui situasi
halusinasi
× × × × × ×               
5. Mengetahui respon
ketika halusinasi
muncul × × × × × ×               

6. Mengetahui manfaat
bercakap-cakap
× × × × × × × × ×            

7. Melakukan teknik
bercakap-cakap
× × × × × × × × × × × ×  × ×  ×    

8. Mengontrol halusinasi
dengan bercakap-
cakap × × × × × × × × × × × ×  × ×  ×    

Keterangan :
I, H dan A = Nama Pasien
 = Sudah bisa
× = Tidak bisa

KESIMPULAN
Masalah yang didapatkan pada ketiga
pasien yaitu masalah gangguan sensori
persepsi halusinasi pendengaran dengan
diagnosa medis skizofrenia. Setelah peneliti DAFTAR PUSTAKA
melakukan implementasi keperawatan jiwa
pada ketiga pasien di Klinik Rawat Inap ODGJ Aji, W. M. H. (2019). ASUHAN
peneliti mampu mencapai tujuan dan menarik KEPERAWATAN ORANG DENGAN
kesimpulan sebagai berikut : Implementasi GANGGUAN JIWA HALUSINASI
bercakap-cakap dengan orang lain telah DENGAR DALAM MENGONTROL
peneliti laksanakan sesuai dengan intervensi. HALUSINASI.
Peneliti mampu menerapkan implementasi https://doi.org/10.31219/OSF.IO/N9DGS
pada ketiga pasien. Pasien sudah mengetahui Alfaniyah, U., & Pratiwi, Y. S. (2021).
dan dapat menerapkan implementasi yang Penerapan Terapi Bercakap-cakap Pada
sudah diajarkan yaitu cara mengontrol Pasien Gaangguan Persepsi Sensori :
halusinasi dengan bercakap- cakap. Sehingga Halusinasi. 2398–2403.
diharapkan ketiga pasien terus menerapkan Apriliani, Y., & Widiani, E. (2020). Pemberian
strategi pelaksanaan II bercakap-cakap dengan Komunikasi Terapeutik Pada Pasien
orang lain bila suara- suara atau bisikan- Skizofrenia Dalam Mengontrol
bisikan yang tidak nyata datang. Halusinasi Di RS Jiwa Menur Surabaya.
NERS Jurnal Keperawatan, 16(2), 61.
https://doi.org/10.25077/njk.16.2.61-
UCAPAN TERIMA KASIH 74.2020
Fekaristi, A. A., Hasanah, U., Inayati, A., &
Penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik Melukis, A. T. (2021). Art Therapy
berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu Melukis Bebas Terhadap Perubahan
peneliti mengucapkan terima kasih kepada Halusinasi Pada Pasien Skizofrenia: Art
semua pihak yang berkontribusi dalam Painting Of Hallucination Changes In
penelitian ini. Skizofrenia Patient. Jurnal Cendikia
Muda, 1(2), 262–269.
Kusumawaty, I. (2020). Pendampingan https://doi.org/10.1093/schbul/sbx036
Psikoedukasi: Penguatan Caring Oleh Pardede, J. A., & Hasibuan, E. K. (2019).
Caregiver Keluarga Terhadap Orang DUKUNGAN CAREGIVER DENGAN
Dengan Gangguan Jiwa. Jurnal Medikes FREKUENSI KEKAMBUHAN PASIEN
(Media Informasi Kesehatan), 7(1), 83– SKIZOFRENIA Caregiver Support With
90. The Frequency Of Recurrence Of
https://doi.org/10.36743/medikes.v7i1.20 Schizophrenia Patients. Idea Nursing
6 Journal, X(2), 21–26.
Kusumawaty, I., Surahmat, R., Martini, S., & Pebrianti, D. K. (2021). Penyuluhan Kesehatan
Muliyadi. (2021). Family Support For tentang Faktor Penyebab Kekambuhan
Members in Taking Care of Mental Pasien Skizofrenia. Jurnal Abdimas
Disordered Patients. Proceedings of the Kesehatan (JAK), 3(3), 235.
First International Conference on https://doi.org/10.36565/jak.v3i3.160
Health, Social Sciences and Technology Sumangkut, C. ., Boham, A., & Marentek, E.
(ICoHSST 2020), 521(ICoHSST 2020), A. (2019). Peran Komunikasi Antar
115–120. Pribadi Perawat Dengan Pasien
https://doi.org/10.2991/assehr.k.210415.0 Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit
26 Ratumbuysang Manado. 53(9), 1689–
Kusumawaty, I., Yunike, & Gani, A. (2021). 1699.
MELATIH BERCAKAP-CAKAP PADA Wardani, I. Y., & Dewi, F. A. (2018). Kualitas
ORANG DENGAN. 1(2), 59–64. Hidup Pasien Skizofrenia Dipersepsikan
Kusumawaty, I., Yunike, Y., & Pastari, M. Melalui Stigma Diri. Jurnal
(2020). Penyegaran Kader Kesehatan Keperawatan Indonesia, 21(1), 17–26.
Jiwa Mengenai Deteksi Dini Gangguan https://doi.org/10.7454/jki.v21i1.485
Jiwa dan Cara Merawat Penderita
Gangguan Jiwa. Journal of Community
Engagement in Health, 3(1), 25–28.
https://doi.org/10.30994/jceh.v3i1.27
Larasaty, L., & Hargiana, G. (2019).
MANFAAT BERCAKAP-CAKAP
DALAM PEER SUPPORT PADA
KLIEN DENGAN GANGGUAN
SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI
PENDENGARAN. Jurnal Kesehatan
Akademi Keperawatan Ngesti Waluyo, 8,
2–8.
Mahmudah, S., & Solikhah, M. M. (2020).
Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien
Dengan Gangguan Halusinasi. Journal of
Chemical Information and Modeling.
Martini, S., Kusumawaty, I., Yunike, &
Detiana. (2021). The Burden of a Family
in Caring For Members Who Suffer
From Mental Disorders. Proceedings of
the First International Conference on
Health, Social Sciences and Technology
(ICoHSST 2020), 521(ICoHSST 2020),
150–154.
https://doi.org/10.2991/assehr.k.210415.0
33
Michalska Da Rocha, B., Rhodes, S.,
Vasilopoulou, E., & Hutton, P. (2018).
Loneliness in Psychosis: A Meta-
analytical Review. Schizophrenia
Bulletin, 44(1), 114–125.

You might also like