Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 24

PAPPER

PERUMUSAN PANCASILA

Disusun oleh hu :

………………………………….
NIM. …………………………..
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME. Karena Atas rahmat-
Nya yang diberikan kepada kami, hingga kami dapat menyelesaikan sebuah
makalah yang mudah-mudahan bermanfaat bagi para pembaca dengan judul
“Makalah Perumusan Pancasila”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari
pengajar mata kuliah Pancasila.
Kami sebagai penulis dari makalah ini mengucapkan terima kasih
sebanyak-banyaknya kepada dosen pengajar mata kuliah Pendidikan Pancasila
dan pihak-pihak yang membantu kami dalam Pencariaan & Pemberian ide tentang
proses terbuat hingga terbentuknya Makalah ini. Dan kami berharap agar makalah
ini dapat bermanfaat dalam proses pembelajaran di dalam kelas dan proses
pembelajaraan di tahun pembelajaran berikutnya.
Dan karena tiada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini.
Maka dari itulah kami mengharapkan kritik dan saran yang di berikan kepada
kami demi perbaikan makalah di waktu yang datang.

Ciamis, Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................1
1.3 Tujuan ...............................................................................................2
1.4 Manfaat .............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................3
2.1 Pengertian Pancasila .........................................................................3
2.2 Rumusan Pancasila ...........................................................................3
2.2.1. Rumusan I: Moh. Yamin, Mr.................................................3
2.2.2. Rumusan II: Soekarno, Ir.......................................................4
2.2.3. Rumusan III: Piagam Jakarta.................................................5
2.2.4. Rumusan IV: BPUPKI...........................................................7
2.2.5. Rumusan V: PPKI (18 Agustus 1945)...................................8
2.2.6. Rumusan VI: Konstitusi RIS..................................................10
2.2.7. Rumusan VII: UUD Sementara.............................................10
2.2.8. Rumusan VIII: DEKRIT 5 JULI 1959...................................11
2.2.9. Rumusan IX: AMANDEMEN UUD 1945............................12
2.2.10. Rumusan X: Versi Populer...................................................13
BAB III PEMBAHASAN...............................................................................14
3.1 Analisa...............................................................................................14
3.2 Uraian Analisa ..................................................................................14
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................22
4.1 Kesimpulan .......................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar negara dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia telah diterima secara luas dan telah bersifat final. Hal ini kembali
ditegaskan dalam Ketetapan MPR No XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia No.
II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(Ekaprasetya Pancakarsa) dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai
Dasar Negara Ketetapan MPR No. I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap
Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002. Selain itu Pancasila
sebagai dasar negara merupakan hasil kesepakatan bersama para Pendiri
Bangsa yang kemudian sering disebut sebagai sebuah “Perjanjian Luhur”
bangsa Indonesia.
Namun dibalik itu terdapat sejarah panjang perumusan sila-sila
Pancasila dalam perjalanan ketatanegaraan Indonesia. Sejarah ini begitu
sensitif dan dapat mengancam keutuhan Negara Indonesia. Hal ini
dikarenakan begitu banyak polemik serta kontroversi yang akut dan
berkepanjangan baik mengenai siapa pengusul pertama sampai dengan
pencetus istilah Pancasila. Penempatan rumusan yang lebih awal tidak
mengurangi kedudukan rumusan yang lebih akhir. Berdasarkan uraian
tersebut, diperlukan kajian tentang rumusan pancasila.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, diperlukan rumusan masalah
sebagai acuan pembuatan makalah ini. Rumusan masalah dapat disusun
sebagai berikut :
1. Sebutkan rumusan pancasila yang berkembang di Indonesia ?
2. Jelaskan persamaan dari rumusan pancasila yang berkembang di
Indonesia ?

1
3. Jelaskan perbedaan dari rumusan pancasila yang berkembang di
Indonesia ?

1.3 Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan rumusan pancasila yang berkembang di Indonesia.
2. Menjelaskan persamaan dari rumusan pancasila yang berkembang di
Indonesia.
3. Menjelaskan perbedaan dari rumusan pancasila yang berkembang di
Indonesia.

1.4 Manfaat
Di dalam makalah rumusan pancasila ini, manfaat yang bisa kami
dapatkan adalah sebagai berikut:
1. Dapat memahami rumusan pancasila yang berkembang di Indonesia.
2. Dapat memahami persamaan dari rumusan pancasila yang berkembang di
Indonesia.
3. Dapat memahami perbedaan dari rumusan pancasila yang berkembang di
Indonesia.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pancasila


Kata “Pancasila” terdiri atas dua kata dari bahasa sansekerta yaitu
palica yang artinya lima dan sila artinya asas atau prinsip. Jadi pancasila
dalam arti keseluruhan adalah 5 prinsip atau asas, dan kelima prinsip tersebut
telah menjadi rumusan dan pedoman kehidupan dalam berbangsa dan
bernegara bagi seluruh warga Indonesia. Maka dari itu kita sebagai warga
Negara Indonesia sangatlah penting mempelajari sejarah perumusan pancasila
sebagai dasar ideology Negara Indonesia tercinta ini. Dalam perjalanan
sejarah, pancasila mempunyai sejarah yang sangat panjang tentang
terbentuknya perumusan-perumusan pancasila dalam ketatanegaraan
Indonesia. Menurut wikipedia, dalam upaya merumuskan pancaila sebagai
dasar Negara yang resmi, terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan
dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

2.2. Rumusan Pancasila


2.2.1. Rumusan I: Moh. Yamin, Mr.
Pada sesi pertama persidangan BPUPKI yang dilaksanakan
pada 29 Mei – 1 Juni 1945 beberapa anggota BPUPKI diminta untuk
menyampaikan usulan mengenai bahan-bahan konstitusi dan
rancangan “blue print” Negara Republik Indonesia yang akan
didirikan. Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Mohammad Yamin
menyampaikan usul dasar negara dihadapan sidang pleno BPUPKI
baik dalam pidato maupun secara tertulis yang disampaikan kepada
BPUPKI.

Rumusan Pidato
Baik dalam kerangka uraian pidato maupun dalam presentasi
lisan Muh Yamin mengemukakan lima calon dasar negara yaitu[1]:
1. Peri Kebangsaan

3
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri ke-Tuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Rumusan Tertulis
Selain usulan lisan Muh Yamin tercatat menyampaikan usulan tertulis
mengenai rancangan dasar negara. Usulan tertulis yang disampaikan
kepada BPUPKI oleh Muh Yamin berbeda dengan rumusan kata-kata
dan sistematikanya dengan yang dipresentasikan secara lisan, yaitu[2]:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

2.2.2. Rumusan II: Soekarno, Ir.


Selain Muh Yamin, beberapa anggota BPUPKI juga
menyampaikan usul dasar negara, diantaranya adalah Ir Sukarno[3].
Usul ini disampaikan pada 1 Juni 1945 yang kemudian dikenal
sebagai hari lahir Pancasila. Usul Sukarno sebenarnya tidak hanya
satu melainkan tiga buah usulan calon dasar negara yaitu lima prinsip,
tiga prinsip, dan satu prinsip. Sukarno pula-lah yang mengemukakan
dan menggunakan istilah “Pancasila” (secara harfiah berarti lima
dasar) pada rumusannya ini atas saran seorang ahli bahasa
(Muhammad Yamin) yang duduk di sebelah Sukarno. Oleh karena itu
rumusan Sukarno di atas disebut dengan Pancasila, Trisila, dan
Ekasila[4].
Rumusan Pancasila
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme,-atau peri-kemanusiaan

4
3. Mufakat,-atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. ke-Tuhanan yang maha esa

Rumusan Trisila
1. Socio-nationalisme
2. Socio-demokratis
3. ke-Tuhanan

Rumusan Ekasila
1. Gotong-Royong

2.2.3. Rumusan III: Piagam Jakarta


Usulan-usulan blue print Negara Indonesia telah
dikemukakan anggota-anggota BPUPKI pada sesi pertama yang
berakhir tanggal 1 Juni 1945. Selama reses antara 2 Juni – 9 Juli
1945, delapan orang anggota BPUPKI ditunjuk sebagai panitia kecil
yang bertugas untuk menampung dan menyelaraskan usul-usul
anggota BPUPKI yang telah masuk. Pada 22 Juni 1945 panitia kecil
tersebut mengadakan pertemuan dengan 38 anggota BPUPKI dalam
rapat informal. Rapat tersebut memutuskan membentuk suatu panitia
kecil berbeda (kemudian dikenal dengan sebutan "Panitia Sembilan")
yang bertugas untuk menyelaraskan mengenai hubungan Negara dan
Agama.
Dalam menentukan hubungan negara dan agama anggota
BPUPKI terbelah antara golongan Islam yang menghendaki bentuk
teokrasi Islam dengan golongan Kebangsaan yang menghendaki
bentuk negara sekuler dimana negara sama sekali tidak
diperbolehkan bergerak di bidang agama. Persetujuan di antara dua
golongan yang dilakukan oleh Panitia Sembilan tercantum dalam
sebuah dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar”. Dokumen
ini pula yang disebut Piagam Jakarta (Jakarta Charter) oleh Mr. Muh

5
Yamin. Adapun rumusan rancangan dasar negara terdapat di akhir
paragraf keempat dari dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum
Dasar” (paragraf 1-3 berisi rancangan pernyataan
kemerdekaan/proklamasi/declaration of independence). Rumusan ini
merupakan rumusan pertama sebagai hasil kesepakatan para "Pendiri
Bangsa".
Rumusan kalimat
“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan, dengan kewajiban
menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Alternatif pembacaan
Alternatif pmbacaan rumusan kalimat rancangan dasar
negara pada Piagam Jakarta dimaksudkan untuk memperjelas
persetujuan kedua golongan dalam BPUPKI sebagaimana terekam
dalam dokumen itu dengan menjadikan anak kalimat terakhir dalam
paragraf keempat tersebut menjadi sub-sub anak kalimat.
“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan,
[A] dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-
pemeluknya, menurut dasar.
[A.1] kemanusiaan yang adil dan beradab,
[A.2] persatuan Indonesia, dan
[A.3] kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan serta
[B] dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.”

6
Rumusan dengan penomoran (utuh)
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya
2. Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia

Rumusan populer
Versi populer rumusan rancangan Pancasila menurut Piagam Jakarta
yang beredar di masyarakat adalah:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

2.2.4. Rumusan IV: BPUPKI


Pada sesi kedua persidangan BPUPKI yang berlangsung pada
10-17 Juli 1945, dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar”
(baca Piagam Jakarta) dibahas kembali secara resmi dalam rapat
pleno tanggal 10 dan 14 Juli 1945. Dokumen “Rancangan
Pembukaan Hukum Dasar” tersebut dipecah dan diperluas menjadi
dua buah dokumen berbeda yaitu Declaration of Independence
(berasal dari paragraf 1-3 yang diperluas menjadi 12 paragraf) dan
Pembukaan (berasal dari paragraf 4 tanpa perluasan sedikitpun).
Rumusan yang diterima oleh rapat pleno BPUPKI tanggal 14 Juli
1945 hanya sedikit berbeda dengan rumusan Piagam Jakarta yaitu

7
dengan menghilangkan kata “serta” dalam sub anak kalimat terakhir.
Rumusan rancangan dasar negara hasil sidang BPUPKI, yang
merupakan rumusan resmi pertama, jarang dikenal oleh masyarakat
luas[9].

Rumusan kalimat
“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan, dengan kewajiban
menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

Rumusan dengan penomoran (utuh)


1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya
2. Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan
5. Dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

2.2.5. Rumusan V: PPKI (18 Agustus 1945)


Menyerahnya Kekaisaran Jepang yang mendadak dan diikuti
dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diumumkan sendiri
oleh Bangsa Indonesia (lebih awal dari kesepakatan semula dengan
Tentara Angkatan Darat XVI Jepang) menimbulkan situasi darurat
yang harus segera diselesaikan. Sore hari tanggal 17 Agustus 1945,
wakil-wakil dari Indonesia daerah Kaigun (Papua, Maluku, Nusa
Tenggara, Sulawesi, dan Kalimantan), diantaranya A. A. Maramis,
Mr., menemui Sukarno menyatakan keberatan dengan rumusan

8
“dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” untuk ikut disahkan menjadi bagian dasar negara. Untuk
menjaga integrasi bangsa yang baru diproklamasikan, Sukarno segera
menghubungi Hatta dan berdua menemui wakil-wakil golongan Islam.
Semula, wakil golongan Islam, diantaranya Teuku Moh Hasan, Mr.
Kasman Singodimedjo, dan Ki Bagus Hadikusumo, keberatan dengan
usul penghapusan itu. Setelah diadakan konsultasi mendalam akhirnya
mereka menyetujui penggantian rumusan “Ketuhanan, dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”
dengan rumusan “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai sebuah
“emergency exit” yang hanya bersifat sementara dan demi keutuhan
Indonesia.
Pagi harinya tanggal 18 Agustus 1945 usul penghilangan
rumusan “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” dikemukakan dalam rapat pleno PPKI. Selain itu dalam
rapat pleno terdapat usulan untuk menghilangkan frasa “menurut
dasar” dari Ki Bagus Hadikusumo. Rumusan dasar negara yang
terdapat dalam paragraf keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar
ini merupakan rumusan resmi kedua dan nantinya akan dipakai oleh
bangsa Indonesia hingga kini. UUD inilah yang nantinya dikenal
dengan UUD 1945.
Rumusan kalimat
“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Rumusan dengan penomoran (utuh)
1. ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia

9
4. Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

2.2.6. Rumusan VI: Konstitusi RIS


Pendudukan wilayah Indonesia oleh NICA menjadikan wilayah
Republik Indonesi semakin kecil dan terdesak. Akhirnya pada akhir
1949 Republik Indonesia yang berpusat di Yogyakarta (RI Yogyakarta)
terpaksa menerima bentuk negara federal yang disodorkan pemerintah
kolonial Belanda dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS) dan
hanya menjadi sebuah negara bagian saja. Walaupun UUD yang
disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945 tetap berlaku bagi RI
Yogyakarta, namun RIS sendiri mempunyai sebuah Konstitusi Federal
(Konstitusi RIS) sebagai hasil permufakatan seluruh negara bagian dari
RIS. Dalam Konstitusi RIS rumusan dasar negara terdapat dalam
Mukaddimah (pembukaan) paragraf ketiga. Konstitusi RIS disetujui
pada 14 Desember 1949 oleh enam belas negara bagian dan satuan
kenegaraan yang tergabung dalam RIS.
Rumusan kalimat
“…, berdasar pengakuan ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
perikemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan dan keadilan sosial.”
Rumusan dengan penomoran (utuh)
1. ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
2. perikemanusiaan,
3. kebangsaan,
4. kerakyatan
5. dan keadilan social

2.2.7. Rumusan VII: UUD Sementara


Segera setelah RIS berdiri, negara itu mulai menempuh jalan
kehancuran. Hanya dalam hitungan bulan negara bagian RIS

10
membubarkan diri dan bergabung dengan negara bagian RI
Yogyakarta. Pada Mei 1950 hanya ada tiga negara bagian yang tetap
eksis yaitu RI Yogyakarta, NIT[13], dan NST[14]. Setelah melalui
beberapa pertemuan yang intensif RI Yogyakarta dan RIS, sebagai
kuasa dari NIT dan NST, menyetujui pembentukan negara kesatuan
dan mengadakan perubahan Konstitusi RIS menjadi UUD Sementara.
Perubahan tersebut dilakukan dengan menerbitkan UU RIS No 7
Tahun 1950 tentang Perubahan Konstitusi Sementara Republik
Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar Sementara (LN RIS
Tahun 1950 No 56, TLN RIS No 37) yang disahkan tanggal 15
Agustus 1950. Rumusan dasar negara kesatuan ini terdapat dalam
paragraf keempat dari Mukaddimah (pembukaan) UUD Sementara
Tahun 1950.
Rumusan kalimat
“…, berdasar pengakuan ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
perikemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan dan keadilan sosial, …”
Rumusan dengan penomoran (utuh)
1. ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
2. perikemanusiaan,
3. kebangsaan,
4. kerakyatan
5. dan keadilan sosial

2.2.8. Rumusan VIII: DEKRIT 5 JULI 1959


Kegagalan Konstituante untuk menyusun sebuah UUD yang
akan menggantikan UUD Sementara yang disahkan 15 Agustus 1950
menimbulkan bahaya bagi keutuhan negara. Untuk itulah pada 5 Juli
1959 Presiden Indonesia saat itu, Sukarno, mengambil langkah
mengeluarkan Dekrit Kepala Negara yang salah satu isinya menetapkan
berlakunya kembali UUD yang disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus
1945 menjadi UUD Negara Indonesia menggantikan UUD Sementara.
Dengan pemberlakuan kembali UUD 1945 maka rumusan Pancasila

11
yang terdapat dalam Pembukaan UUD kembali menjadi rumusan resmi
yang digunakan.
Rumusan ini pula yang diterima oleh MPR, yang pernah menjadi
lembaga tertinggi negara sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat antara
tahun 1960-2004, dalam berbagai produk ketetapannya, diantaranya:
1. Tap MPR No XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia No.
II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) dan Penetapan tentang
Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara, dan
2. Tap MPR No III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata
Urutan Peraturan Perundang-undangan.

Rumusan kalimat
“… dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

Rumusan dengan penomoran (utuh)


1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia
4. Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

2.2.9. Rumusan IX: AMANDEMEN UUD 1945


Selain mengutip secara utuh rumusan dalam UUD 1945, MPR
pernah membuat rumusan yang agak sedikit berbeda. Rumusan ini

12
terdapat dalam lampiran Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966
tentang Memorandum DPR-GR mengenai Sumber Tertib Hukum
Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundangan Republik
Indonesia.

Rumusan
1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial.

2.2.10. Rumusan X: Versi Populer


Rumusan terakhir yang akan dikemukakan adalah rumusan
yang beredar dan diterima secara luas oleh masyarakat. Rumusan
Pancasila versi populer inilah yang dikenal secara umum dan
diajarkan secara luas di dunia pendidikan sebagai rumusan dasar
negara. Rumusan ini pada dasarnya sama dengan rumusan dalam
UUD 1945, hanya saja menghilangkan kata “dan” serta frasa “serta
dengan mewujudkan suatu” pada sub anak kalimat terakhir.
Rumusan ini pula yang terdapat dalam lampiran Tap MPR
No II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa)

Rumusan
1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

13
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Analisa
Untuk menganalisa dari persamaan dan perbedaan rumusan pancasila
maka digunakan acuan sebagai pembanding dalam menganalisa. Dalalm hal
ini maka digunakan Pancasila yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945
yang menjadi dasar Negara Indonesia hingga saat ini.
Kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar
Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
dan Kerakyatam yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dari isi pembukaan UUD 1945 tersebut
terdapat batang tubuh pancasila yang jika dipisahkan menurut penomoran
sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia, dan
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

3.2 Uraian Analisa


Isi pancasila diatas dapat digunakan sebagai acuan untuk menganalisa
isi dari rumusan pancasila yang pernah dibuat apakah memiliki persamaan
dan perbedaan. Untuk memudahkan dalam menganalisa persamaan dan
perbedaan tersebut maka dari itu analisa tersebut akan dibuat dalam suatu
tabel sebagai berikut.

14
No Rumusan Pancasila Perbedaan Berdasarkan Pancasila pada UUD Persamaan Berdasarkan Pancasila
1945 pada UUD 1945
1 Moh. Yamin, Mr. 1. Perbedaan pada isi dari sila ke-dua yang 1 Persamaan nya terdapat pada sila
1. Ketuhanan Yang Maha Esa terbalik dengan sila ke-3. ke-1, ke-4, dan ke.5. baik isi
2. Kebangsaan Persatuan 2. Selain itu juga terdapat perbedaan pada maupun penulisan dari sila
Indonesia penulisan sila kedua terdapat penambahan kata tersebut memiliki kesamaan
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil kebangsaan yang berbeda dengan sila ke-3 dengan pancasila yang terdapat
dan Beradab pancasila UUD1945. pada pembukaan UUD 1945.
4. Kerakyatan yang dipimpin 3. Sedangkan pada sila ke 3 terdapat 2 Persamaan dari isi yang
oleh Hikmat kebijaksanaan penambahan kata rasa secara penulisan. terkandung pada sila ke-2 dan ke-
dalam permusyawaratan 3 jika dibandingkan dengan isi sila
perwakilan ke-3 dan ke-2 pada pancasila
5. Keadilan sosial bagi seluruh UUD 1945.
rakyat Indonesia

2 Soekarno, Ir. 1. Terdapat perbedaan secara penulisan 1. Terdapat persamaan pada isi
1. Kebangsaan Indonesia dan isi. Terdapat penambahan sila dari sila ke-5 yang sama
2. Internasionalisme,-atau peri- tentang internasionalisme yang tidak dengan isi dari sila-1 dari
kemanusiaan ada pada pancasila. pancasila pada UUD1945
3. Mufakat,-atau demokrasi 2. Selain itu perbedaan urutan dari sila 2. Terdapat kesamaan isi yang
ke-5 yang seharusnya pada sila-1. terkandung dari sila kedua
15
4. Kesejahteraan sosial 3. Terdapat pergantian sila ke-1 sampai yaitu tentang kemanusiaan.
5. ke-Tuhanan yang maha esa ke-4 sehingga isi yang tergandung
berbeda dengan pancasila saat ini.
4. Isi yang terkandung berbeda dengan isi
keseluruhan dari pancasila.
3 Piagam Jakarta 1. Perbedaan terdapat pergantian dari 1. Pada sila ke-2 hingga ke-5
1. Ketuhanan dengan kewajiban penulisan sila pertama. terdapat kesamaan isi maupun
menjalankan syariat Islam 2. Tidak ada kata hubung “ dan “ pada tulisan.
bagi pemeluk-pemeluknya sila ke-3. 2. Pada sila pertama juga terdapat
2. Kemanusiaan yang adil dan 3. Perbedaan isi yang ditambahkan kesamaan isi yitu menjunjung
beradab dengan menjalankan syariat isla bagi tinggi rasa ketuhanan pada
3. Persatuan Indonesia pemeluknya. Dengan demikian maka manusia. Jadi bangsa
4. Kerakyatan yang dipimpin isi dari pancasila meiliki perbedaan Indonesia harus bertuhan.
oleh hikmat kebijaksanaan yitu hanya di utamakan bagi pemeluk
dalam permusyawaratan agama islam. Sehingga tidak relevan
perwakilan dengan keadaan bangsa Indonesia yang
5. Keadilan sosial bagi seluruh beranekaragam.
rakyat Indonesia

4 BPUPKI 1. Perbedaan penulisan danisi pada sila 1. Isi dari seluruh sila secara
1. Ketuhanan dengan kewajiban pertama yang menambahkan tersirat hampir memiliki

16
menjalankan syariat Islam menjalankan syariat islam. kesamaan dengan sila yang
bagi pemeluk-pemeluknya 2. Perbedaan pada penambahan kata terdapat pada pancasila UUD
2. Menurut dasar kemanusiaan “menurut dasar” pada sila ke-2. 1945. Hanya saja terdapat
yang adil dan beradab Sehingga terjadi perubahan isi yang penambahan dan pegerucutan.
3. Persatuan Indonesia diharapkan yaitu hanya pada dasarnya 2. Penulisan dan isi dari sila
4. Dan kerakyatan yang saja dari nilai kemanusian dan tidak ketiga meiliki kesamaan yang
dipimpin oleh hikmat- global. sama persis.
kebijaksanaan dalam 3. Penambahan kata “dengan
permusyawaratan perwakilan mewujudkan” pada sila ke-5 sehingga
5. Dengan mewujudkan mengubah isi yang ingin dicapai yang
keadilan sosial bagi seluruh tidak hanya terwujud tetapi terus
rakyat Indonesia. berkembang. Sehinga arti dari sila ke-5
berdampak lebih sempit.
5 PPKI (18 Agustus 1945) 1. Perbedaan peletakan kata hubung “ dan 1. Isi dari semua sila yang
1. ke-Tuhanan Yang Maha Esa, “ pada awal sila ke-4 yang berbeda terkandung memiliki
2. Kemanusiaan yang adil dan dengan pancasila UUD1945 yang kesamaan dengan pancasila
beradab, terdapat pada akhir ari sila ke-3. dalam pembukaan UUD 1945.
3. Persatuan Indonesia 2. Penambahan kata “ serta dengan 2. Penulisan sila ke-1 hingga ke-
4. Dan kerakyatan yang mewujudkan suatu” pada sila ke-5 3 adalah sama.
dipimpin oleh hikmat sehingga mengubah isi yang ingin
kebijaksanaan dalam dicapai atau dalam arti lain, arti dari
permusyawaratan perwakilan sila ke-5 berdampak lebih sempit.

17
5. Serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

6 Konstitusi RIS 1. penyederhanaan kalimat pada sila ke-2, 1. Sila ke-1 memiliki keamaan
1. ke-Tuhanan Yang Maha Esa, ke-4 dan ke-5 sehingga berdampak baik penulisan maupun isi
2. perikemanusiaan, perbedaan dari penulisan. yang tersirat didalamnya yaitu
3. kebangsaan, 2. Perbedaan isi dari sila ke-3 yang menjunjung tinggi nilai
4. kerakyatan seharusnya menjunjung tinggi nilai ketuhanan.
5. dan keadilan sosial persatuan namun pada konstitusi RIS 2. Pada sila kedua juga terdapat
diganti dengan nilai kebangsaan. kesamaan isi yaitu nilai
Sehingga dalam hal ini nilai nilai kemanusiaan walupun tidak
tentang persatuan tidak ditekankan. ditekankan pada nilai keadilan
dan peradaban.
3. Nilai yang ditekankan pada
sila ke-4 dan ke-5 meiliki
kesamaan yaitu kerakyatan
dan keadilan sosial.
7 UUD Sementara 1. penyederhanaan kalimat pada sila ke-2, 1. Sila ke-1 memiliki kesamaan
1. berdasar pengakuan ke- ke-4 dan ke-5 sehingga berdampak isi yang tersirat didalamnya
Tuhanan Yang Maha Esa, perbedaan dari penulisan. yaitu menjunjung tinggi nilai
2. Perbedaan isi dari sila ke-3 yang

18
2. perikemanusiaan, seharusnya menjunjung tinggi nilai ketuhanan.
3. kebangsaan, persatuan namun pada konstitusi RIS 2. Pada sila kedua juga terdapat
4. kerakyatan diganti dengan nilai kebangsaan. kesamaan isi yaitu nilai
5. dan keadilan sosial Sehingga dalam hal ini nilai nilai kemanusiaan walupun tidak
tentang persatuan tidak ditekankan. ditekankan pada nilai keadilan
3. Penambahan kata “berdasarkan dan peradaban.
pengakuan “ pada sila pertama. 3. Nilai yang ditekankan pada
sila ke-4 dan ke-5 meiliki
kesamaan yaitu kerakyatan
dan keadilan sosial.
8 DEKRIT 5 JULI 1959 1. Perbedaan pada penambahan kata “ serta 1. Dengan pemberlakuan kembali
1. Ketuhanan Yang Maha dengan mewujudkan suat…” pada sila ke- UUD 1945 maka rumusan
Esa, 5. Pancasila yang terdapat dalam
2. Kemanusiaan yang adil Pembukaan UUD kembali
dan beradab, menjadi rumusan resmi yang
3. Persatuan Indonesia digunakan. Sehingga seluruh isi
4. Dan kerakyatan yang dari kelima sila memiliki
dipimpin oleh hikmat kesamaan dengan pancasila yang
kebijaksanaan dalam digunakan pada saat ini.
permusyawaratan/perwak
ilan
5. Serta dengan

19
mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

9 AMANDEMEN UUD 1945 1. Perbedaan penulisan kata hikmah dalam 1. Persamaan pada sila ke-1,ke-2
1. Ketuhanan Yang Maha sila ke-4 dengan kata hikmat pada sila ke-4 dalam penulisan maupun dalam
Esa, pancasila UUD 1945. isi.
2. Kemanusiaan yang adil 2. Perbedaan penulisan sila ke-5 yaitu dengan 2. Persamaan isi yang terdapat pada
dan beradab, penghapusan kata “ ….bagi seluruh rakyat sila ke-3 dan ke-4 yang sama
3. Persatuan Indonesia Indonesia.” Sehingga memilki arti yang dengan pancasila sekarang.
4. Kerakyatan yang lebih luas lagi dan tidek terfokus pada 3. Pada sila ke-5 waluoun memiliki
dipimpin oleh hikmah rakyat Indonesia itu sendiri. perbedaan isi yangcukup besar
kebijaksanaan dalam namun meiliki persamaan nilai
permusyawaratan/perwak yang terkandung yaitu keadilan
ilan sosial.
5. Keadilan sosial.

20
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik
Indonesia. Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara
Republik Indonesia. Maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan
Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan
kehidupan kengaraan. Oleh karena itu pengalamannya harus dimulai dari
setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara yang secara
meluas akan berkembang menjadi pengalaman Pancasila oleh setiap lembaga
kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik dipusat maupun di daerah.
Dalam mengoperasikan Pancasila ini bangsa Indonesia menghadapi
dua hal yang terus menerus diberi perhatian penuh. Pertama menyesuaikan
transformasi Pancasila dengan perkembangan dunia modern dan kedua
menciptakan kreasi-kreasi yang tepat untuk mengembangkan kehidupan
bernegara, berbangsa dan bermasyarakat diseluruh wilayah Indonesia sesuai
dengan Pancasila, yang sebelumnya belum dikenal dalam tradisi.
Pancasila dapat dikatakan sebagai hasil proses ideifikasi dan idealisasi
lewat sejarah dan pemikiran, yang kemudian merupakan nilai-nilai budaya
ideal yang sedang di operasionalisasikan dalam kehidupan bernegara,
berbangsa dan bermasyarakat untuk seluruh manusia Indonesia yang
mendiami wilayah indonesia sekarang.
Dalam hidup berbangsa dan bernegara pun perwujudan pancasila
seiring dengan perwujudannya dalam hidup bernegara. Kedua bidang
kehidupan ini juga baru berproses menuju ke perwujudan Pancasila. Dalm
hidup berbangsa menuju ke persatuan dari keanekaragaman suku, budaya,
agama, tingkat kehidupan ekonomi yang menghasilkan kesatuan organis
dengan sifat-sifat unggul keanekaragaman yang mempunyai daya
komplementer yang menyempurnakan. Dengan harapan pada suatu saat akan
lahir bangsa Indonesia modern yang berTuhan, manusiawi, bersatu,
demokratis dan adil sejahtera.

21

You might also like