Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Seminars Dio Alif Utama 17331031
Jurnal Seminars Dio Alif Utama 17331031
1
Mahasiswa, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Bandar Lampung
2Dosen, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Malahayati
Abstrak:
A simple and economical means of reaching a destination that many modes of transportation cannot serve is what
walking means. Pedestrians (pedestrian) according to the Greek pedos means feet, can be simplified into
pedestrians or people who walk, and roads are means in the world that can make it easier for humans to walk.
Bandar Lampung is a city in Lampung Province, Indonesia. Jalan Kartini is very strategic because all levels of
society can reach it through various transportation media. However, on the pedestrian path, Jalan Kartini has
changed its role as a parking area as well as street vendors (PKL). In addition, another problem lies in the material
for the Kartini road pedestrian path, namely the ceramic material which causes it to be slippery when exposed to
water. The research methodology is the method that the author has and does in obtaining information in the form
of data materials and questionnaires distributed to the people of Bandar Lampung, as well as to investigate the data
that has been obtained. This research was conducted using descriptive and qualitative methodologies. The
environmental condition of the pedestrian path on Jalan Kartini Bandar Lampung is a commercial sidewalk,
surrounded by banks, office buildings, shops, schools and other public places, with a large flow of people. It is
hoped that the local government will plan and systematically rearrange the pedestrian traffic lane system along
Jalan Kartini Bandar Lampung. These arrangements must take into account and consider all aspects of the
community's interest in providing facilities for pedestrians to obtain comfortable and safe paths or walkways for
users.
Abstrak:
Upaya sederhana serta ekonomis untuk mencapai tujuan yang tidak bisa dilayani oleh banyaknya metode
transportasi ialah arti dari berjalan kaki. Jalur pejalan kaki (pedestrian) menurut bahasa Yunani pedos memiliki arti
kaki, bisa disederhanakan menjadi pejalan kaki atau manusia yang berjalan, dan jalan ialah sarana didunia yang bisa
mempermudah manusia untuk berjalan-jalan. Bandar Lampung ialah sebuah kota di Provinsi Lampung, Indonesia.
Jalan Kartini sangat strategis karena semua lapisan masyarakat dapat menjangkaunya melalui berbagai media
transportasi. Namun, pada jalur pejalan kaki Jalan Kartini telah berubah peran sebagai tempat area parkir serta
Pedagang Kaki Lima (PKL). Selain itu permasalah lain terletak pada material jalur pedestrian jalan Kartini yaitu
dengan bahan keramik yang menyebabkan licin ketika terkena air. Metodologi penelitian ialah cara yang dimiliki
serta dikerjakan penulis dalam memperoleh informasi berbentuk bahan data dan kuisioner yang dibagikan kepada
masyarakat Bandar Lampung, serta untuk menyelidiki data yang telah diperoleh. Penelitian ini dilakukan dengan
memakai metodologi deskriptif dan kualitatif. Keadaan lingkungan jalur pejalan kaki jalan Kartini Bandar Lampung
adalah trotoar komersial, dikelilingi oleh bank, gedung perkantoran, pertokoan, sekolah dan tempat umum lainnya,
dengan arus orang yang banyak. Diharapkan kepada pemerintah daerah setempat untuk merencanakan dan menata
ulang secara sistematis sistem jalur pejalan kaki atau pedestrian lalu lintas di sepanjang jalan Kartini Bandar
Lampung. Pengaturan tersebut harus memperhatikan dan mempertimbangkan semua aspek kepentingan masyarakat
dalam menyediakan fasilitas bagi pejalan kaki untuk memperoleh jalan setapak atau walkway yang nyaman dan
aman bagi pengguna.
Kata Kunci: Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki; Jalan Kartini; Pedestrian; Kenyamanan Pengguna
1. Latar Belakang
Berjalan kaki adalah metode transportasi memiliki peran penting dalam memberikan pintu terbuka untuk pejalan
kaki untuk memandang/melihat serta beralih lokasi pada jangka pendek. Namun, berjalan kaki menghadapi kendala
sejauh jarak yang ditempuh, sensitif terhadap efek usikan lingkungan serta penghalang yang disebabkan kendaraan.
1
JURNAL ARSITEKTUR, Vol. xx, No. x, Januari/Juli 20xx, xx-yy
Salah satu cara untuk mendukung latihan berjalan kaki adalah dengan menggunakan jalur pedestrian.
Menurut Badan Standardisasi Nasional (8160:2015), Jalur pejalan kaki, membagikan bantuan bagi pejalan kaki
agar menaikkan kenyamanan, kepatenan serta keamanan pejalan kaki. Jalur pejalan kaki (pedestrian) menurut
bahasa Yunani pedos memiliki arti kaki, bisa disederhanakan menjadi pejalan kaki atau manusia yang berjalan, dan
jalan ialah sarana didunia yang bisa mempermudah manusia untuk berjalan-jalan (Riyan Sanjaya, 2017).
Menurut Untterman (1984), kenyamanan berhubungan dengan kepadatan pejalan kaki terlepas dari jenis trotoar
yang sebenarnya, peluang pengembangan diperlukan, terlepas dari apakah dibawa oleh pejalan kaki atau pengguna
jalur pejalan kaki lainnya, khususnya pedagang jalan yang menempati ruang untuk berjualan. Kenyaman jalur
pejalan kaki harus ramah terhadap penyandang disabilitas.
Kenyamanan ialah suatu keadaan nyaman, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Tingkat
kenyamanan dapat ditempuh dengan pencapaian sederhana (aksesbilitas), komunikasi sederhana (dalam/luar),
kegiatan sederhana (prasarana dan fasilitas lingkungan tersedia) menurut SNI 03-1733-2004. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa kenyamanan adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan dasar, sehingga menghasilkan
kenyamanan002E
Bandar Lampung ialah wilayah pusat kota, pusat pemerintahan kota, wilayah pendidikan, wilayah perdagangan
dan wilayah jasa. Jalan Kartini Bandar Lampung merupakan kawasan komersial dengan area perbelanjaan, ruko
dan banyak bangunan lainnya tidak jauh. Jalan Kartini sangat strategis karena semua lapisan masyarakat dapat
menjangkaunya melalui berbagai media transportasi. Namun, pada jalur pejalan kaki Jalan Kartini telah berubah
peran sebagai tempat area parkir serta Pedagang Kaki Lima (PKL). Selain itu permasalah lain terletak pada material
jalur pedestrian jalan Kartini yaitu dengan bahan keramik yang menyebabkan licin ketika terkena air. Jalur pejalan
kaki jalan Kartini juga kurang ramah terhadap penyandang disabilitas dikarenakan tidak adanya fasilitas ramah
disabilitas.
Diharapkan kepada pemerintah daerah setempat untuk merencanakan dan menata ulang secara sistematis sistem
jalur pejalan kaki atau pedestrian lalu lintas di sepanjang jalan Kartini Bandar Lampung. Pengaturan tersebut harus
memperhatikan dan mempertimbangkan semua aspek kepentingan masyarakat dalam menyediakan fasilitas bagi
pejalan kaki untuk memperoleh jalan setapak atau walkway yang nyaman dan aman bagi pengguna.
2. Metode
Metodologi penelitian ialah cara yang dimiliki serta dikerjakan penulis dalam memperoleh informasi berbentuk
bahan data dan kuisioner yang dibagikan kepada masyarakat Bandar Lampung, serta untuk menyelidiki data yang
telah diperoleh. Penelitian ini dilakukan dengan memakai metodologi deskriptif dan kualitatif. Penelitian deskriptif
adalah menjawab pertanyaan yang ada dalam data. Proses analisis penelitian deskriptif adalah penyajian, analisis
dan interpretasi (Narbuko & Ahmadi, 2015). Penelitian kuaIitatif ialah memeriksa, mendapatkan, mendeskripsikan,
serta menerangkan nilai ataupun kekhasan akibat sosial yang tak bisa dipaparkan, ditakar, ataupun dilukiskan.
Saryono (2010).
2
JURNAL ARSITEKTUR, Vol. xx, No. x, Januari/Juli 20xx, xx-yy
Penelitian dilakukan di sebuah jalur pejalan kaki yang berada di Kota Bandar Lampung, yaitu di jalan Kartini.
Jalur pejalan kaki jalan Kartini terletak di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung, Lampung.
Total panjang daerah yang diteliti ialah ± 980 m. Lokasi penelitian dibagi menjadi 2 bagian, bagian pertama ialah
jalur pedestrian kiri. Bagian 2 ialah jalur pedestrian di sebelah kanan.
Daerah studi adalah jalur pejalan kaki di Bandar Lampung, yang menampung berbagai kegiatan seperti bank,
perkantoran, pusat perbelanjaan, pertokoan dan tempat makan. Kegiatan dalam bidang studi ini terutama kegiatan
perniagaan yakni berdagang dan pelayanan. Oleh karenanya, Bandar Lampung bisa digolongkan menjadi jalur
komesial.
3
JURNAL ARSITEKTUR, Vol. xx, No. x, Januari/Juli 20xx, xx-yy
Gambar 3. PKL Jalur Pedestrian Jl. Kartini Gambar 4. Parkir Liar Jalur Pedestrian Jl. Kartini
Massa muncul hampir di sepanjang trotoar Jalan Kartini, mulai pukul 07.00 hingga 08.00 WIB, pukul 16.00
hingga 18.00 WIB, dan pukul 19.00 WIB hingga tengah malam.
Selain sebagai fasilitas pejalan kaki, Jalan Kartini juga berfungsi sebagai ruang tunggu angkutan umum,
perdagangan dan peristirahatan. Kondisi permukaan trotoar belum memenuhi syarat yaitu kokoh, rata dan tidak
licin. Paving jalan dengan bahan keramik.
Sebagian keramik rusak, salah satunya akibat oleh aktivitas PKL dan parkir liar.
4
JURNAL ARSITEKTUR, Vol. xx, No. x, Januari/Juli 20xx, xx-yy
Tidak terdapat ramp tetapi hanya terdapat. Aksesbilitas berupa anak tangga dengan ketinggian 25 cm. Lampu-
lampu di trotoar Jalan Kartini cukup menerangi aktivitas pengguna di malam hari. Tinggi lampu adalah 5 meter.
Tanaman pelindung sejauh jalur pejalan kaki merupakan kategori tanaman palm.
Sistem pemeliharaan jalur pedestrian di jalan Kartini, pengumpulan sampah juga dilakukan pada pukul 05.20
WIB dini hari. Tidak adanya penyiraman pada tanaman.
5
JURNAL ARSITEKTUR, Vol. xx, No. x, Januari/Juli 20xx, xx-yy
Meski rambunya belum lengkap, setidaknya ada beberapa rambu yang jelas di setiap persimpangan. Membuatnya
terlihat oleh pengguna jalan. Rambu atau rambu, seperti rambu jalan seperti rambu dilarang parkir dan marka
petunjuk sisi Jalan. Marka berwujud rambu Lalu Lintas diIetakkan di sisi trotoar.
Pada trotosr terdapat bangku-bangku untuk pengguna jalan untuk beristirahat di titik-titik tertentu di trotoar, tetapi
tidak banyak dipakai dikarenakan cahaya matahari mengenai langsung ke pemakai. Beberapa tempat istirahat tak
terdapat pohon sebagai pelindung cahaya.
Di jalur pedestrian jalan Karini Bandar Lampung terdapat sejumlah pedagang kaki lima yang menjual
dipermukaan trotoar, namun PKL yang berjualan pada malam hari bisa memenuhi trotoar.
6
JURNAL ARSITEKTUR, Vol. xx, No. x, Januari/Juli 20xx, xx-yy
Trotoar di jalan Kartini Bandar Lampung tidak nyaman bersih karena masih ada PKL untuk berdagang dan parkir
liar di trotoar. Jalan Kartini Bandar Lampung trotoar selebar 1,50m hanya bisa menampung 2 orang yang berjalan
berdampingan dan ada risiko senggolan antar pejalan kaki yang berlawanan. Menimbulkan tidak nyamannya bagi
pejalan kaki, khususnya pejalan kaki. Faktor yang mempengaruhi kebisingan adalah letak trotoar di kawasan bisnis
yang terdapat bangunan mall, bank, hotel dan pertokoan tempat orang melakukan bisnis/perdagangan.
7
JURNAL ARSITEKTUR, Vol. xx, No. x, Januari/Juli 20xx, xx-yy
Masih ada beberapa tempat di Jalan Kartini Bandar Lampung, tempat sampah yang tidak mencukupi dan banyak
orang membuang sampah di trotoar. Peninggian jalur pedestrian setinggi 38 cm untuk mencegah trotoar digunakan
untuk parkir liar dan kendaraan yang lewat dengan aman. Bentuk dan kualitas perkerasan tidak nyaman.
Kenyamanan jalur pejalan kaki mengenai keselamatan pejalan kaki selaku pengguna. Maksud penjelasan, yakni
memahami tingkat nyaman pengguna ketika berjalan pada jalur pejalan kaki. Keamanan trotoar menyangkut
keselamatan pejalan kaki sebagai pengguna. Maksud dari pernyataan ini adalah untuk memahami seberapa nyaman
pengguna ketika berjalan pada trotoar.
Tujuan dari pernyataan ini adalah untuk memahami apa yang dipikirkan pengguna trotoar tentang kebersihan
trotoar. Keindahan jalan setapak Jalan Kartini Bandar Lampung tergolong cukup nyaman dilihat dari bentuk dan
warna material pejalan kaki. Aksesbilitas merupakan faktor kemudahan dalam menjangkau pedestrian dari jalan
raya maupun dari area sekitar pedestrian menuju jalur pedestrian Jalan Kartini Bandar Lampung.
Keamanan merupakan salah satu faktor yang menghadirkan kenyamanan. Oleh karena itu responden ingin
meningkatkan kenyamanan jalan setapak jalan Kartini Bandar Lampung dengan cara memperbarui atau
memperbaiki fasilitas yang rusak dan memperbanyak penanaman pohon.
4. Kesimpulan
Hasil dalam kuisioner peneliti menentukan poin kenyamanan pengguna jalan setapak Jalan Kartini Bandar
Lampung, Sangat Tidak Nyaman (STN) poin satu, Tidak Nyaman (TN) poin dua, Nyaman (N) poin empat, Cukup
Nyaman (CN) poin tiga, Sangat Nyaman (SN) poin lima. Studi ini memakai kuesioner yang menyelidiki status
terkini dari faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan di trotoar Jalan Kartini Bandar Lampung. Adapun poin
yang diperoleh peneliti adalah 179 untuk sinar matahari, 180 untuk curah hujan, 176 untuk sirkulasi, 154 untuk
kebisingan, 151 untuk aroma, 185 untuk bentuk dan kualitas, 197 untuk keamanan kejahatan, dan 155 untuk
keamanan trotoar, 207 poin untuk kebersihan, 198 poin untuk kecantikan, 201 poin untuk aksesibilitas, dan 200
poin untuk fasilitas. Poin yang diperoleh dari hasil survei kemudian disajikan sebagai persentase tanggapan
responden berdasarkan kondisi trotoar.
Keadaan lingkungan jalur pejalan kaki jalan Kartini Bandar Lampung adalah trotoar komersial, dikelilingi oleh
bank, gedung perkantoran, pertokoan, sekolah dan tempat umum lainnya, dengan arus orang yang banyak. Keadaan
wujud jalur pejalan kaki mempunyai ukuran lebar 1.50 m sehingga ukuran lebar trotoar merupakan ukuran standar
untuk trotoar berdasarkan jumlah pejalan kaki yang ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum 2010 tentang
Pedoman Teknis Bangunan dan Fasilitas Lingkungan dan Aksesibilitas. Tinggi perkerasan jalan Kartini adalah 38
cm. Ketinggian perkerasan yang ideal adalah maksimum 30cm pada badan jalan sehingga kendaraan bermesin tak
8
JURNAL ARSITEKTUR, Vol. xx, No. x, Januari/Juli 20xx, xx-yy
dapat melewati perkerasan tersebut, yang berarti perkerasan di jalan Kartini telah melebihi tinggi ideal perkerasan.
Dilihat dari perhitungan deskriptif analitis persentase jalan setapak yang ada, penjawab melaporkan cukup
nyaman dengan dengan kenyamanan yang diperoleh ketika lakukan aktivitas berjalan kaki.
Faktor penyebab ketidaknyamanan menurut Responden berpendapat bahwa penyebab ketidaknyamanan adalah
fasilitas trotoar kurang lengkap, misalnya kursi yang tak dipakai dikarenakan kurangnya perlindungan terhadap
panas serta hujan. Kejelasan sirkulasi tersebut disebabkan oleh aktivitas PKL dan parkir liar yang menggunakan
trotoar.
Kebisingan dari kendaraan di trotoar di kawasan bisnis. Bau/bau, tempat sampah kurang dan banyak sampah
berserakan di trotoar. Keamanan trotoar yang menggunakan material keramik dapat menimbulkan ketidaknyamanan
karena licin. Faktor yang diharapkan responden untuk meningkatkan kenyamanan trotoar di jalan Kartini ialah
menambahkan tumbuhan pengurang panas pada siang hari, peningkatan fasilitas trotoar, area PKL yang melakukan
transaksi di area non-pejalan kaki, parkir liar, dan tidak diharapkan berada di trotoar Jalan Kartini.
Faktor yang diharapkan responden untuk meningkatkan kenyamanan trotoar di jalan Kartini ialah menambahkan
tumbuhan pengurang panas pada siang hari, peningkatan fasilitas trotoar, area PKL yang melakukan transaksi di
area non-pejalan kaki, parkir liar, dan tidak diharapkan berada di trotoar Jalan Kartini.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada pemerintah daerah setempat untuk merencanakan dan menata
ulang secara sistematis sistem jalur pejalan kaki atau pedestrian lalu lintas di sepanjang jalan Kartini Bandar
Lampung. Pengaturan tersebut harus memperhatikan dan mempertimbangkan semua aspek kepentingan masyarakat
dalam menyediakan fasilitas bagi pejalan kaki untuk memperoleh jalan setapak atau walkway yang nyaman dan
aman bagi pengguna.
6. Daftar Pustaka
Sanjaya, Soedarsono, Mudiyono. “Analisis Fungsi Dan Kenyamanan Jalur Pedestrian Kawasan Di Kota Pangkalan Bun”.
Hakim, Rustam. Hardi Utomo. 2003. “Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap”. Bumi Aksara. Jakarta
Menteri PUPR, 02/SE/M/2018. 2018. “Pedoman Bahan Konstruksi Bangunan Dan Rekayasa Sipil.”
8160:2015, Badan Standasrdisasi Nasional. 2015. “Standar Nasional Indonesia Spesifikasi Blok Pemandu Pada Jalur
Pejalan Kaki.” www.bsn.go.id.
Criestensia, Gracia Etna. 2018. “Peningkatan Identitas Tempat Melalui Penataan Kawasan Perdagangan (Studi Kasus :
Kawasan Bongkaran).”
Sugiono, 2012. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D”. Penerbit Alfabeta. Bandung.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. (2010). “Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksebilitas Bangunan dan Lingkungan”
Anggriani, Niniek, 2009. “Pedestrian Ways Dalam Perancangan Kota”. Edisi Pertama. Yayasan Humaniora. Klaten.
9
JURNAL ARSITEKTUR, Vol. xx, No. x, Januari/Juli 20xx, xx-yy
10