Professional Documents
Culture Documents
Asuhan Keperawatan Dengan Efusi Pleura
Asuhan Keperawatan Dengan Efusi Pleura
1. DEFINISI
Effusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat cairan berlebihan di rongga
pleura, jika kondisi ini dibiarkan akan membahayakan jiwa penderitanya. vena viseral
dan parietal, serta saluran getah bening. Jika terjadi penimbunan cairan dalam
rongga pleura maka keadaan ini disebut sebagai effusi pleural. Seperti halnya pada
pneumotoraks, timbunan cairan pada rongga pleural juga akan menyebabkan desakkan
(penekanan) pada paru-paru. Pada kasus yang lebih berat akan menyebabkan atelectasis,
penekanan pada pembuluh vena besar, dan menurunnya aliran pembuluh darah balik
jantung. Effusi pleural dapat mengakibatkan gangguan paru trestriktif. (Arif Muttaqin,
2008).
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Nurarif et al, 2015).
Efusi pleura adalah kondisi paru bila terdapat kehadiran dan peningkatan cairan
yang luar biasa di antara ruang pleura. Pleura adalah selaput tipis yang melapisi
permukaan paru-paru dan bagian dalam dinding dada di luar paru-paru. Di pleura, cairan
terakumulasi di ruang antara lapisan pleura. Biasanya, jumlah cairan yang tidak terdeteksi
hadir dalam ruang pleura yang memungkinkan paru-paru untuk bergerak dengan lancar
2. ETIOLOGI
produksi cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau keduanya, ini disebabkan
a) Infeksi
1) Tuberkulosis
2) Pneumonitis
3) Abses paru
4) Perforasi esophagus
5) Abses sufrenik
b) Non infeksi
1) Karsinoma paru
3) Karsinoma mediastinum
4) Tumor ovarium
6) Gagal hati
7) Gagal ginjal
8) Hipotiroidisme
9) Kilotoraks
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi lagi menjadi
transudat, eksudat dan hemoragi.
a. ransudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongesif (gagal jantung kiri),
sindrom nefrotik, asites (karena sirosishati), sindrom vena kava superior, tumor dan
sindrom meigs.
b. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru, radiasi dan
penyakit kolagen.
c. Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru dan
tuberculosis.
3. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura parietalis dan
pleura viceralis, karena di antara pleura tersebut terdapat cairan antara 10 cc - 20 cc yang
merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak teratur. Cairan yang sedikit ini
merupakan pelumas antara kedua pleura, sehingga pleura tersebut mudah bergeser satu
sama lain. Di ketahui bahwa cairan di produksi oleh pleura parietalis dan selanjutnya di
absorbsi tersebut dapat terjadi karena adanya tekanan hidrostatik pada pleura parietalis
dan tekanan osmotic koloid pada pleura viceralis. Cairan kebanyakan diabsorbsi oleh
system limfatik dan hanya sebagian kecil diabsorbsi oleh system kapiler pulmonal. Hal
yang memudahkan penyerapan cairan yang pada pleura viscelaris adalah terdapatnya
banyak mikrovili disekitar sel-sel mesofelial. Jumlah cairan dalam rongga pleura tetap
karena adanya keseimbangan antara produksi dan absorbsi. Keadaan ini bisa terjadi
karena adanya tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic koloid. Keseimbangan tersebut
dapat terganggu oleh beberapa hal, salah satunya adalah infeksi tuberkulosa paru .
masuk melalui saluran nafas menuju alveoli, terjadilah infeksi primer. Dari infeksi primer
ini akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (Limfangitis local) dan
juga diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus (limphadinitis regional).
cairan dalam rongga pleura. Kebanyakan terjadinya efusi pleura akibat dari tuberkulosa
paru melalui focus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain
dapat juga dari robekkan kearah saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga
Adapun bentuk cairan efusi akibat tuberkolusa paru adalah merupakan eksudat,
yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena kegagalan aliran
protein getah bening. Cairan ini biasanya serous, kadang-kadang bisa juga hemarogik.
Dalam setiap ml cairan pleura bias mengandung leukosit antara 500-2000. Mula-mula
yang dominan adalah sel-sel polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit, Cairan efusi
sangat sedikit mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya cairan efusi bukanlah karena
adanya bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya efusi pleura dapat menimbulkan
beberapa perubahan fisik antara lain: Irama pernapasan tidak teratur, frekuensi
pernapasan meningkat, pergerakan dada asimetris, dada yang lebih cembung, fremitus
raba melemah, perkusi redup. Selain hal - hal diatas ada perubahan lain yang ditimbulkan
oleh efusi pleura yang diakibatkan infeksi tuberkolosa paru yaitu peningkatan suhu, batuk
4. MANIFESTASI KLINIK
cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak nafas.
b. Adanya gejala penyakita seperti demam, menggigil,dan nyeri dada pleuritis
banyak riak.
c. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika penumpukan cairan
d. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan
akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan berkurang bergerak dalam
pernafasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak,
dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis ellis
damoiseu).
e. Didapati segi tiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian
atas garis ellis damoiseu. Segitiga grocco-rochfusz, yaitu dareah pekak kkarena cairan
5. KOMPLIKASI
a. Fibrothotaks
Effusi pleura yang beruba eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik
akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parientalis dan pleura viseralis akibat
effusi pleura tidak ditangani dengan drainase yang baik. Jika fibrothoraks meluas
b. Atelektasis
Pengembangan paru yang tidak sempurna yang tidak sempurna yang disebabkan oleh
c. Fibrosis
paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan
sebagai lanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Tirah baring
meningkat pula.
b. Thoraksentesis
nyeri,dispneu, dan lain lain. Cairan efusi sebanyak 1 - 1,5 liter perlu dikeluarkan
untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi pleura lebih
banyak maka pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dikalkukan 1 jam kemudian.
c. Antibiotic
d. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberi obat melalui selang
interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan
terakumulasi kembali.
Water seal drainage (WSD) adalah suatu system drainase yang menggunakan
water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura atau rongga pleura.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Rontgen dada, biasanya dilakukan untuk memastikan adanya efusi pleura, dimana
b. CT scan dada. CT scan bisa memperlihatkan paru-paru dan cairanefusi dengan lebih
jelas, serta bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor.
c. USG dada, bisa membantu mengidentifikasi adanya akumulasi cairan dalam jumlah
kecil.
menentukan penyebabnya.
dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
yaitu dengan pembedahan untuk membuka rongga dada. Namun, pada sekitar 20%
8. PROGNOSIS
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Biodata pasien : Nama, Umur, Jenis kelamin, Pekerjaan, Agama, Status, Alamat.
Status, Alamat.
b. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang menyebabkan pasien datang kerumah
sakit atau mencari pengobatan/ pertolongan. Biasanya pada pasien dengan efusi
pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, nyeri dada akibat iritasi pleura yang
bersifat tajam dan terlokalisir terutama pada saat batuk dan bernafas.
Pasien dengan efusi pleura biasanya akan diawali dengan tanda-tanda sesak nafas,
batuk, nyeri dada, berat badan menurun dan tanda lainnya. Perlu juga untuk di
tanyakan sejak kapan keluhan tersebut Apa tindakan yang telah di lakukan untuk
Tanyakan kepada pasien apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC,
pneumonia, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk
sinyalir sebagai penyebab efusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain-lain.
f. Pengkajian pola-pola fungsi kesehatan
Mengukur tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien,
perlu juga ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan setelah masuk
rumah sakit. Pasien dengan efusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan
3. Pola eliminasi
Dalam pola eliminasi perlu ditanyakan kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah
masuk rumah sakit. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih
banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan
Karena adanya sesak nafas pasien akan mengalami keleahan pada saat sesak
Pasien akan mengalami gangguan tidur karena sesak nafas dan nyeri.
Hospitalisasi juga dapat membuat pasien merasa kurang nyaman karena suasanan
Kaji apakah kehidupan beragama klien berubah atau tidak saat berada di rumah
sakit.