Professional Documents
Culture Documents
Implementasi Pelaksanaan Pendidikan Inklusi Di SD
Implementasi Pelaksanaan Pendidikan Inklusi Di SD
01 JUNI 2019
Abstract: The implementation of inclusive education enables children with special needs to learn
together with the normal students in regular schools. The study aimed to analyze the
implementation of inclusive education at Bina Harapan Semarang Elementary School. The method
in this study was descriptive qualitative analysis. Subjects were students, teachers, and
employees/staff. Data collection techniques used were interviews, observation, and documentation.
To check the validity of the data, the researcher used data triangulation techniques. The results
showed that the implementation of inclusive education at Bina Harapan Semarang Elementary
School was not by the provisions. It was due to the absence of a decree on the appointment of the
implementation of inclusive education so that the fulfillment of various supporting components for
the implementation of inclusive education had not been fully fulfilled. And it was also found that
school license was to administer the inclusive education, but in fact the curriculum used was a
regular curriculum, all students in schools were dominated by children with special needs, teachers
did not have special education skills, there were no common perceptions about children with special
needs, teachers were still not considered sensitive and proactive yet to the special needs of children.
Suggestions are needed to evaluate school licensing and implementation of school administration,
human resources in teaching, acceptance of new students, and awareness of all parties to be actively
involved in various activities to support the implementation of inclusive education.
Keywords: implementation, inclusive education, children with special needs, elementary school.
sedang dan berat secara penuh di kelas. Hal juga dapat memperoleh layanan terkait, yaitu
ini menunjukan kelas regular merupakan bantuan di luar pengajaran akademis yang
tempat belajar yang relevan bagi anak-anak memungkinkan siswa untuk memperoleh
berkelainan, apapun jenis kelainanya. Dari manfaat dari pendidikan khusus seperti terapi
beberapa pendapat, maka dapat ditarik bicara/bahasa dan terapi okupasional. 3)
kesimpulan bahwa pendidikan inklusi adalah Bantuan dan Jasa Pelengkap (SAS), Bantuan
pelayanan pendidikan untuk peserta didik dan jasa pelengkap atau supplementary aids
yang berkebutuhan khusus tanpa memandang and service (SAS) merupakan suatu susunan
kondisi fisik, intelektual, sosial emosional, luas atas berbagai bantuan yang
linguistik atau kondisi lainnya untuk bersama- memungkinkan siswa penyandang disabilitas
sama mendapatkan pelayanan pendidikan di untuk dapat berpartisipasi dalam pendidikan
sekolah regular (SD, SMP, SMU, maupun umum, kegiatan ekstrakulikuler, dan kegiatan
SMK). sekolah lainnya agar mereka dapat dididik
Berdasarkan pengertian-pengertian di bersama dengan teman sebaya yang bukan
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyandang disabilitas. Pengkategorian
pendidikan inklusi adalah pelayanan dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu
pendidikan untuk peserta didik yang bersifat sementera (temporer) dan yang
berkebutuhan khusus tanpa memandang bersifat menetap (permanent): a) bersifat
kondisi fisik, intelektual, sosial emosional, sementra (temporer), yang bersifat sementara
linguistik atau kondisi lainnya untuk bersama- (temporer) adalah anak yang mengalami
sama mendapatkan pelayanan pendidikan di hambatan belajar dan hambatan
sekolah regular (SD, SMP, SMU, maupun perkembangan disebabkan oleh faktor-faktor
SMK). Seperti yang telah disampaikan bahwa eksternal. Misalnya anak yang yang
pendidikan inklusi memberikan kesempatan mengalami gangguan emosi karena trauma
kepada semua peserta didik yang memiliki akibat diperkosa sehingga anak ini tidak dapat
kelainan dan memiliki potensi kecerdasan belajar. Pengalaman traumatis seperti itu
dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti bersifat sementra tetapi apabila anak ini tidak
pendidikan atau pembelajaran dalam memperoleh intervensi yang tepat boleh jadi
lingkungan pendidikan secara bersama-sama akan menjadi permanen. b) bersifat menetap
dengan peserta didik pada umumnya. (permanen), yang bersifat permanen adalah
Perbedaan yang terdapat dalam diri anak-anak yang mengalami hambatan belajar
individu harus disikapi dunia pendidikan dan hambatan perkembangan yang bersifat
dengan mempersiapkan model pendidikan internal dan akibat langsung dari kondisi
yang disesuaikan dengan perbedaan- kecacatan, yaitu seperti anak yang kehilangan
perbedaan individu tersebut. Perbedaan bukan fungsi penglihatan, pendengaran, gangguan
lantas melahirkan diskriminasi dalam perkembangan kecerdasan dan kognisi,
pendidikan, namun pendidikan harus tanggap gangguan gerak (motorik), gangguan
dalam menghadapi perbedaan. interaksi-komunikasi, gangguan emosi, sosial
Pendidikan inklusi meliputi tiga macam dan tingkah laku. Dengan kata lain yang
pelayanan yaitu 1) pengajaran yang dirancang bersifat permanen sama artinya dengan anak
secara khusus, 2) layanan terkait, 3) bantuan penyandang kecacatan.
dan jasa pelengkap, yang secara singkat dapat Komponen-komponen pendidikan yang
dijelaskan sebagai berikut: 1) pengajaran tercakup dalam sekolah inklusi perlu dikelola.
yang dirancang secara khusus (SDI), dibuat Komponen-komponen pendidikan tersebut
untuk memenuhi kebutuhan individual siswa mencakupi (1) manajemen kesiswaan, (2)
penyandang disabilitas. SDI dipantau secara manajemen kurikulum, (3) manajemen tenaga
cermat dan setiap kemajuan yang berkaitan kependidikan, (4) manajemen sarana dan
dengan pengajaran harus didokumentasikan prasarana, (5) manajemen keuangan/dana, dan
(Friend & William, 2015: 5). 2) Layanan (6) manajemen lingkungan (hubungan
Terkait, Siswa penyandang disabilitas juga sekolah dan masyarakat), dan manajemen
layanan
kesempatan yang sama bagi anak-anak lambat memasukkan disabled children ke sekolah
belajar agar dapat belajar secara optimal. regular dalam rangka give education right and
SD Bina Harapan Semarang merupakan kemudahan access education, and againt
salah satu SD di Semarang Kota yang discrimination. Pendidikan inklusi cenderung
menyelenggarakan pendidikan inklusi dipersepsi sama dengan integrasi, sehingga
meskipun belum mempunyai SK Penunjukan masih ditemukan pendapat bahwa anak harus
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi Tingkat menyesuiakan dengan sistem sekolah.
SD, secara formal perizinan SD Bina Harapan Kenyataan di atas tentu saja tidak sesuai
adalah Sekolah Inklusi namun pada dengan prinsip dasar pendidikan inklusi yang
kenyataannya yang kami temukan di lapangan disusun oleh Direktorat Pendidikan Sekolah
adalah bahwa SD Bina Harapan didominasi Luar Biasa (PSLB) Direktorat Jenderal
oleh siswa ABK sedangkan kurikulum yang Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
digunakan adalah kurikulum reguler. Hal ini (Mandikdasmen) Kementerian Pendidikan
menjadi rancu, berikut merupakan pernyataan Nasional (2007: 4) bahwa selama
Kepala Sekolah mengenai hal tersebut: “Kami memungkinkan, semua anak seyogyanya
sendiri bingung dengan status sekolah kami, belajar bersama-sama tanpa memandang
kenyataan bahwa sekolah kami bukan sekolah kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin
inklusi karena siswa kami semua mayoritas ada pada mereka. Pendidikan inklusi adalah
bahkan 99% adalah siswa ABK dengan pendidikan yang menyertakan semua anak
kategori ketunaan ringan, meskipun perizinan secara bersama-sama dalam suatu iklim dan
sekolah kami adalah sekolah inklusi nyatanya proses pembelajaran dengan layanan
kurikulum yang kami gunakan adalah pendidikan yang layak dan sesuai dengan
kurikulum regular sedangkan siswanya siswa kebutuhan individu siswa tanpa membeda-
ABK, sehingga sekolah ini menjadi sekolah bedakan anak yang berasal dari latar suku,
yang tidak jelas. ”. kondisi sosial, kemampuan ekonomi, politik,
Berdasarkan pernyataan Kepala Sekolah keluarga, bahasa, geografis (keterpencilan)
di atas tampak bahwa Kepala sekolah sudah tempat tinggal, jenis kelamin, agama, dan
memahami bahwa bahwa konsep pendidikan perbedaan kondisi fisik atau mental.
inklusi memiliki lebih banyak kesamaan Sedangkan di SD Bina Harapan Semarang
dengan konsep yang melandasi ‘Pendidikan tidak demikian keadaannya. Berikut adalah
untuk Semua’, dan ‘Peningkatan mutu kondisi sekolah:
sekolah’. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa
pendidikan inklusi merupakan pergeseran dari
kecemasan tentang suatu kelompok tertentu
menjadi upaya yang difokuskan untuk
mengatasi hambatan untuk belajar dan
berprestasi. Pendidikan inklusi adalah sistem
layanan pendidikan yang mensyaratkan
belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas
biasa bersama-sama teman seusianya. Setiap
tahun siswa yang mendaftar di SD Bina
Harapan justru selalu anak-anak Gambar1. Kondisi SD Bina Harapan Semarang
berkebutuhan khusus saja, anak-anak normal
tidak ada yang mendaftar sehingga ini tidak Layanan pendidikan inklusi bagi siswa
sesuai dengan kategori sekolah inklusi yang anak berkebutuhan khusus di SD Bina
semestinya menjadi sekolah yang Harapan Semarang belum bisa maksimal,
menampung semua siswa tanpa membedakan. sebab mekanisme manajemen yang digunakan
Pendidikan inklusi bagi belum dipahami masih menggunaan mekanisme manajemen
sebagai upaya peningkatan kualitas layanan sekolah regular sedangkan mayoritas siswa di
pendidikan. Masih dipahami sebagai upaya SD Bina Harapan Semarang adalah siswa
ABK. Padahal dalam penyelenggaraan
Harapan Semarang hal ini belum dilakukan terakomodir dengan baik padahal semua
mengingat tidak adanya Guru Pendamping siswa termasuk siswa ABK.
Khusus (GPK) dan adanya keterbatasan Berdasarkan Permendiknas No. 70
pengetahuan guru tentang pendidikan inklusi, Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusi bagi
semua proses pembelajaran dan pelayanan Siswa yang Memiliki Kelainan dan Memiliki
kepada ABK diberikan berdasarkan Potensi Kecerdasan dan/ atau Bakat Istimewa
pengalaman sehari-hari dalam menghadapi dijelaskan bahwa satuan pendidikan
siswa ABK. penyelenggaraan pendidikan inklusi
Prinsip umum pembelajaran inklusi menggunakan kurikulum tingkat satuan
meliputi motivasi, konteks, keterarahan, pendidikan yang mengakomodasi kebutuhan
hubungan sosial, belajar sambil bekerja, dan kemampuan siswa sesuai dengan bakat,
individualisasi, menemukan, dan prinsip minat dan potensinya. Selain itu juga harus
memecahkan masalah. Prinsip umum ini memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran
dijalankan ketika belajar bersama-sama yang disesuaikan dengan karakteristik belajar
dengan anak reguler dalam satu kelas. Baik siswa. Begitu pula dengan penilaian hasil
anak reguler maupun mendapatkan program belajar mengacu pada kurikulum yang
pembelajaran yang sama. Prinsip khusus bersangkutan. Bagi siswa yang mengikuti
disesuaikan dengan karakteristik masing- pembelajaran berdasarkan kurikulum yang
masing siswa berkebutuhan khusus. Prinsip dikembangkan sesuai dengan standar nasional
khusus ini dijalankan ketika siswa pendidikan dan di atas standar nasional
berkebutuhan khusus membutuhkan pendidikan wajib mengikuti ujian nasional.
pembelajaran individual melalui program Bagi siswa yang mengikuti
pembelajaran individual. pembelajaran berdasarkan kurikulum yang
dikembangkan di bawah Standar Nasional
2. Implementasi Manajemen Kurikulum pendidikan mengikuti ujian yang
Idealnya Kurikulum yang dimaksudkan diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang
mencakup kurikulum nasional dan kurikulum bersangkutan. Karena anak berkebutuhan
lokal. Kurikulum nasional merupakan standar khusus menggunakan standar kurikulum
nasional yang dikembangkan oleh nasional untuk siswa reguler maka standar
Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan penilaian siswa ABK pun harus menggunakan
kurikulum muatan lokal merupakan standar penilaian siswa reguler, akibatnya
kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan anak berkebutuhan khusus tidak lulus, karena
dan kebutuhan lingkungan yang tidak sesuai dengan tingkat kecerdasan yang
disusun oleh Dinas Pendidikan bersangkutan.
Propinsi dan/atau Kabupaten/kota. Kurikulum
yang digunakan di kelas inklusi adalah 3. Implementasi Manajemen Tenaga
kurikulum kelas regular yang Kependidikan
disesuaikan (dimodifikasi) dengan Manajemen tenaga kependidikan antara
kemampuan awal dan karakteristik anak lain adalah 1) inventarisasi pegawai, 2)
berkebutuhan khusus. Model pengembangan pengusulan formasi pegawai, 3) pengusulan
kurikulum tersebut dinamakan dengan jenis pengangkatan, 4) mengatur usaha
model modifikasi (Kemendiknas, 2010: 75- kesejahteraan, 5) mengatur pembagian tugas.
77). Komponen berupa aspek pembelajaran Tenaga kependidikan bertugas
yang dimodifikasi terletak pada empat menyelenggarakan kegiatan mengajar,
komponen utama pembelajaran yaitu silabus, melatih, meneliti, mengembangkan,
RPP, dan sistem evaluasi. mengelola dan/atau meberikan pelayanan
Kurikulum yang dimiliki SD Bina teknis dalam bidang pendidikan. Tenaga
Harapan Semarang masih menggunakan yang kependidikan di sekolah inklusi sebagian
masih sama sehingga kebutuhan dan besar sama dengan sekolah regular meliputi
penanganan siswa ABK belum bisa guru, laboran, dan teknis sumber belajar.
Dalam implementasinya guru cenderung terbina dengan baik. Dampaknya, orang tua
belum mampu bersikap proactive dan ramah sering bersikap kurang peduli dan realistik
terhadap semua anak, menimbulkan komplain terhadap anaknya.
orang tua, dan menjadikan anak cacat sebagai Berikut adalah foto interaksi antara guru
bahan olok-olokan. Proses pembelajaran dengan anak berkebutuhan khusus:
belum dilaksanakan dalam bentuk team
teaching, tidak dilakukan secara
terkoordinasi. Guru cenderung masih
mengalami kesulitan dalam merumuskan
flexible curriculum dalam menentukan tujuan,
materi, dan metode pembelajaran.
Tidak ada guru khusus, tetapi ini justru
tantangan untuk menemukan metode baru
(kreatif) melalui kebersamaan, saling diskusi,
saling berbagai. Masih terjadi kesalahan
praktek kurikulum bagi anak berkebutuhan
khusus masih sama dengan siswa lainnya Gambar 3. Suasana Pembelajaran di kelas
serta anggapan bahwa siswa cacat tidak
memiliki kemampuan yang cukup untuk Untuk menambah wawasan guru-guru
menguasai materi belajar. Karena regular maka sekolah sesekali secara rutin
keterbatasan fasilitas sekolah, pelaksanaan sesuai alokasi anggaran yang dimiliki akan
pembelajaran belum menggunakan media, mengirim 2 guru tiap 3 bulan sekali untuk
resource dan lingkungan yang beragam mengukuti pelatihan-pelatihan pendampingan
sesuai kebutuhan anak. ABk dan pendidikan inklusi. Serta pihak
Kondisi guru belum didukung dengan sekolah telah bekerjasama dengan fakultas
kualitas guru yang memadai. Guru kelas psikologi USM dan UNIKA, dalam 6 bulan
masih dipandang not sensitive and proactive sekali dari pihak kampus akan mengadakan
yet to the special needs children. Lebih pelatihan dan pendampingan bagi guru-guru
khusus, tenaga kependidikan yang dimiliki dan karyawan atau staf TU yang ada di SD
sekolah inklusi adalah guru kelas, guru mata Bina Harapan Semarang. Sehingga jika
pelajaran dan guru pendamping khusus sewaktu proses pembelajaran dikelas guru
(GPK). Di SD Bina Harapan Semarang semua membutuhkan bantuan pendamping maka staf
hal tersebut belum dilakukan karena TU akan membantu mendampingi beberapa
keterbatasan banyak hal. Manajemen tenaga siswa di kelas.
pendidikan dilakukan sesuai dengan standar
reguler. Serta keterbatasan guru regular pada 4. Implementasi Manajemen Sarana
pemahaman siswa ABK hanya diperoleh dan Prasarana
berdasarkan keseharian dalam menangani Sekalipun sudah didukung dengan visi
anak berkebutuhan khusus (otodidak). yang cukup jelas, menerima semua jenis anak
Keberadaan guru khusus masih dinilai cacat, sebagian sudah memiliki guru khusus,
belum sensitif dan proaktif terhadap mempunyai catatan hambatan belajar pada
permasalahan yang dihadapi anak masing-masing ABK, dan kebebasan guru
berkebutuhan khusus. Belum didukung kelas dan guru khusus untuk
dengan sistem dukungan yang memadai. mengimplementasikan pembelajaran yang
Peran orang tua, sekolah khusus, tenaga ahli, lebih kreatif dan inovatif, namun cenderung
perguruan tinggi-LPTK PLB, dan pemerintah belum didukung dengan koordinasi dengan
masih dinilai minimal. Sementara itu fasilitas tenaga profesional, organisasi atau institusi
sekolah juga masih terbatas. Keterlibatan terkait. Anak berkebutuhan khusus perlu
orang tua sebagai salah satu kunci menggunakan sarana prasarana khusus sesuai
keberhasilan dalam pendidikan inklusi, belum dengan jenis kekhususan atau kebutuhan anak
berkebutuhan khusus. Manajemen sarana
6. Implementasi Manajemen
Lingkungan (Hubungan Sekolah dan
Masyarakat)
Sekolah sebagai suatu sistem sosial,
sekolah merupakan bagian integral dari
sistem sosial yang lebih besar, yaitu
masyarakat. Kemajuan sumber daya manusia
(SDM) pada suatu daerah tidak hanya
bergantung pada upaya-upaya yang dilakukan
sekolah, namun sangat bergantung kepada
tingkat partisipasi masyarakat terhadap
pendidikan. Semakin tinggi tingkat partisipasi
masyarakat terhadap pendidikan di suatu
daerah, makin maju pula sumber daya
manusia pada daerah tersebut. Sebaliknya,
makin rendah tingkat partisipasi masyarakat
dalam pendidikan di suatu daerah, akan
makin mundur pula sumber daya masyarakat
di daerah tersebut. Oleh karena itu
masyarakat hendaknya selalu dilibatkan
dalam pembangunan pendidikan di daerah.
Kepala SD Bina Harapan Semarang
selalu berupaya untuk melibatkan masyarakat
termasuk orangtua wali siswa yang tergabung
dalam Komite Sekolah, termasuk untuk
menangani siswa ABK. Tetapi meskipun
demikian karena keterbatasan pengetahuan
masyarakat tentang penyelenggaraan
pendidikan inklusi di sekolah, banyak
diantara anggota komite yang ikut serta
mempercayakan saja semua keputusan pada
pihak sekolah.
PENUTUP
Implementasi Manajemen Pendidikan
Inklusi bagi (ABK) di SD Bina Harapan
Semarang belum sesuai dengan ketentuan.
Hal ini disebabkan oleh belum adanya SK
Penunjukkan Penyelenggaraa Pendidikan
Inklusi sehingga pemenuhan berbagai
komponen pendukung penyelenggaraan
pendidikan inklusi belum bisa terpenuhi
secara maksimal. Sekalipun perkembangan
pendidikan inklusi di Indonesia saat ini
semakin diterima dan berkembang cukup
pesat, namun dalam tataran implementasinya
masih dihadapkan kepada berbagai
problema, isu, dan permasalahan yang harus
disikapi secara bijak sehingga
implementasinya tidak menghambat upaya
dan proses menuju pendidikan inklusif itu
sendiri serta selaras dengan filosofi dan
konsep-konsep yang mendasarinya.
Kurikulum yang digunakan di SD Bina
Harapan Semarang adalah kurikulum regular
sedangkan mayoritas siswa adalah anak
berkebutuhan khusus sedangkan guru- guru
yang ada adalah guru regular yang minim
pengetahuan tentang anak berkebutuhan
khusus, adapun pengetahuan dan pelayanan
guru yang diberikan kepada anak
berkebutuhan khusus di SD Bina Harapan
Semarang bersifat otodidak karena
penanganan keseharian/kebiasaan menangani
anak berkebutuhan khusus sehari-hari.
Dalam pelaksanaan pendidikan inklusi
ada beberapa permasalahan dan kendala
yang dihadapi dalam implementasinya.
Untuk itu diperlukan komitmen tinggi dan
kerja keras melalui kolaborasi berbagai
pihak, baik pemerintah maupun masyarakat
untuk mengatasinya. Dengan demikian,
tujuan akhir dari semua upaya di atas yaitu
kesejahteraan para penyandang cacat dalam
memperoleh segala haknya sebagai warga
Negara dapat direalisasikan secara cepat dan
maksimal. Pemerintah terkait perlu
memperjelas dan mengelola serta meninjau
kembali perizinan
p-ISSN:2579 – 5112 | e-ISSN: 2579 – 12
JURNAL TAMAN CENDEKIA VOL. 03 NO. 01 JUNI 2019