Professional Documents
Culture Documents
Peranan Forensic Auditing Dalam Penegakan Good Corporate Governance
Peranan Forensic Auditing Dalam Penegakan Good Corporate Governance
Peranan Forensic Auditing Dalam Penegakan Good Corporate Governance
Pre-1997
Australia (2002)
2003
Canada (2004)
Cyprus
France (2002)
Mauritiu
s
Ireland (1999)
Oman
New Zealand
41
39 38
27
25 25 24 24 24
23 23 22 22 22
21 21 21 20 20
19 19 18
16 15
14 14 13 13 13
12 11
Indonesia
Taiwan
U.S.
Thailand
U.K.
Morocco
France
Egypt
Turkey
Poland
Chile
Spain
Japan
Sweden
Switzerland
China
Malaysia
Singapore
Mexico
Russia
Venezuela
Brazil
India
Philippines
Argentina
Italy
Germany
South Africa
Canada
South Korea
Colombia
Source : Advanced Risk Management Workshop, The World Bank, Washington, DC, May 2004
PROGRESS ACROSS THE REGION ON SOME ISSUES
Independent director and audit committee requirements
1997 2003
Independent Independent
directors? Audit committees? directors? Audit committees?
China
Hong Kong
India
Indonesia
Malaysia
Philippines
Singapore
South Korea
Taiwan
Thailand
Source: Asian Corporate Governance Association
Good Governance in ASEAN Countries
Angka CPI Indonesia Diantara Negara-negara ASEAN
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Quintile Countries/Territories
Top quintile:
Albania, Cambodia, Cameroon, FYR Macedonia, Kosovo,
More than 32%
Nigeria, Pakistan, Philippines, Romania, Senegal
% of
Second quintile: Bolivia, Dominican Republic, Greece, India, Indonesia, Lithuania,
respondents
18 – 32% Moldova, Peru, Serbia, Ukraine
reporting
Third quintile: 6 – Bulgaria, Croatia, Czech Republic, Luxembourg, Malaysia,
they paid a
18% Panama, Russia, Turkey, Venezuela, Vietnam
bribe to
obtain a
Fourth quintile: 2 Argentina, Bosnia-Herzegovina, Finland, Hong Kong, Ireland,
service
– 6% Portugal, South Africa, Spain, United Kingdom, United States
Bottom quintile: Austria, Canada, Denmark, France, Iceland, Japan, South Korea,
Less than 2% Netherlands, Sweden, Switzerland
Source: Transparency International Global Corruption Barometer 2007.
Mengapa GCG harus
diimplementasikan ?
Company
Company
SISTEM (SYSTEM):
Mengatur bagaimana korporasi diarahkan dan dikendalikan untuk
meningkatkan kemakmuran bisnis secara accountable untuk
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan
tidak mengabaikan kepentingan stakeholder lainnya.
STRUKTUR (STRUCTURE):
Memberikan kejelasan fungsi, hak, kewajiban dan tanggungjawab
antara pihak-pihak yang berkepentingan atas korporasi, mencakup
proses kontrol internal dan eksternal yang efektif serta menciptakan
keseimbangan internal (antar organ perusahaan) dan keseimbangan
eksternal (antar stakeholders)
Pembuktian fraud secara timbal balik (reverse proof /audit dua sisi) :
Untuk mendapatkan bukti bahwa fraud tidak terjadi, auditor
Proses fraud :
1. pencurian (theft).
2. konversi (conversion) .
3. pengelabuhan / penutupan (concealment).
Unsur-unsur fraud :
1. Minimal ada dua pihak (collussion),
2. tindakan penggelapan (false representation).
3. dilakukan dengan sengaja.
4. menimbulkan kerugian nyata atau potensial
PENYEBAB / FAKTOR
PEMICU FRAUD
Pengendalian intern suatu organisasi (perusahaan) tidak ada atau lemah atau
dilakukan dengan longgar dan tidak efektif.
Pegawai dipekerjakan tanpa memikirkan kejujuran dan integritas mereka.
Pegawai diatur, dieksploitasi dengan tidak baik, disalahgunakan atau ditempatkan
dengan tekanan yang besar untuk mencapai sasaran dan tujuan keuangan yang
mengarah tindakan fraud.
Model manajemen sendiri melakukan fraud, tidak efsien dan atau tidak efektif serta
tidak taat terhadap hukum dan peraturan yang berlaku..
Pegawai yang dipercaya memiliki masalah pribadi yang tidak dapat dipecahkan ,
biasanya masalah keuangan, kebutuhan kesehatan keluarga, gaya hidup yang
berlebihan.
Industri dimana perusahaan menjadi bagiannya, memiliki sejarah atau tradisi fraud .
SYMPTOMS
Sebagian besar bukti-bukti kecurangan merupakan bukti-
bukti tidak sifatnya langsung.
Petunjuk adanya kecurangan biasanya ditunjukkan oleh
munculnya gejala-gejala (symptoms) sbb :
1. Adanya perubahan gaya hidup atau perilaku seseorang.
2. Dokumentasi yang mencurigakan.
3. Keluhan dari pelanggan (customer) / pemasok (supplier).
Menurut Standar Profesi Audit Internal (2004 : 66-67) , dalam melakukan investigasi,
auditor internal diwajibkan :
a. Melakukan asesmen yang seksama atas kemungkinan terjadinya fraud.
b. Meyakini bahwa pengetahuan, ketrampilan dan kompetensi yang diperlukan untuk
menangani investigasi ini secara kelompok memang dimiliki oleh auditor internal.
c. Membuat suatu alur prosedur untuk mengidentifikasi : siapa yang terlibat (pelaku
fraud), sejauhmana luasnya fraud, kapan dan dimana dilakukan serta bagaimana
teknik fraud yang dipakai dan tentunya juga berapa potensi kerugian yang diderita
akibat perbuatan fraud tadi.
d. Dalam melakukan investigasi diharapkan auditor internal selalu berkoordinasi
dengan pihak-pihak terkait, misalnya bagian Personalia, Hukum, Security dan lain
sebagainya.
e. Untuk menjaga reputasi organisasi, pelaksanaan investigasi agar menjunjung tinggi
harkat dan martabat personil yang diinvestigasi.
FORENSIC AUDIT :
Investigation Technique
Agar forensic audit yang dilakukan oleh auditor internal & auditor
eksternal dapat optimal, serta menghasilkan pembuktian yang meyakinkan
maka auditor harus menguasai beberapa teknik investigasi, sbb :
COMPLAINT/
IDENTIFICATION ANALYSIS
RED FLAGS
ADDITIONAL
EVALUATION INFORMATION
Indication
YES
NO
STOP
Indication
Forensic Audit
PROBLEM RECOGNITION :
5W+1H
1. What.
2. Who.
3. Where.
4. When.
5. Why.
6. How.
PROBLEM RECOGNITION :
What
Variabel struktural :
Peran setiap individu
Ruang lingkup
Tujuan
Kedalaman analisis
Situations
Missions
Execution
Administration & Logistic
Communications.
REVIEW PLANNING :
Situations
Substansi pengaduan/penyimpangan
yang akan dibuktikan.
REVIEW PLANNING :
Missions
1. Keterangan Saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
COLLECTIONS :
Evidence Source
1. Saksi
2. Client agency
3. Instansi Pemerintah
4. Perusahaan / Badan-badan Swasta
5. Informasi elektronik
6. Bukti forensik
7. Alat komunikasi elektronik
8. Tersangka
9. Kepolisian dan badan intelijen
10. Sumber informasi lain (umum).
COLLECTIONS :
Quantity Evidence
1.Relevant
2.Competent
3.Material
COLLECTIONS :
Relevant Evidence
Bentuk
Sumber
Cara Perolehannya
COLLECTIONS :
Method
• Elemen-elemen fraud
EVALUATIONS
Testimonial Documentary
Evidence Evidence
Physical Personal
Evidence Observation
EVALUATIONS
CONVERSION
1. Find
2. Read and Interpret Document
3. Determined Relevance
4. Verify The Evidence
5. Assemble The Evidence
6. Draw Conclusions
EVALUATIONS
Evidence
Forensic Audit Hukum
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), Standar Auditing,
Standar Atestasi, Standar Jasa Akuntansi dan Review per 1 Agustus 1994, Jakarta, 1994.
The Accounting Standard Boardi (ASB) of the American Institute of Certified Public
Accountants (AICPA) , Statement on Auditing Standard (SAS) No. 99, Consideration of
Fraud in a Financial Statement Audit, a revision of SAS No. 82, October, 2002.