Jurnal PKL 1 RS Wahidin Makassar Abses Brain

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

INSTALASI RADIODIAGNOSTIK
RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR
PERIODE 8 AGUSTUS – 9 SEPTEMBER 2022

“TEKNIK PEMERIKSAAN MRI BRAIN CONTRAST


PADA KASUS ABSES OTAK”

Disusun Oleh :
Muhammad Saqri Al Faruq / P21130221931

PROGRAM STUDI D IV ALIH JENJANG


JURUSAN TEKNIK RADIOLOGI PENCITRAAN
POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II

TAHUN 2021
Sanitas Journal; Vol. ....., No. ....; 20.....
ISSN ...................... E-ISSN XXXX-XXXX
Published by
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta 2

ANALYSIS OF MRI BRAIN CONTRAS IN CASE BRAIN ABSCESS


AT Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO HOSPITAL MAKASSAR

Muh. Saqri Al Faruq1)


1
Alih Jenjang Teknologi Radiologi Pencitraan,Poltekkes Kemenkes Jkt II, Jl. Hang
Jebat III No. 4 RT 4 RW 8 Kelurahan Gunung Kecamatan KEbayoran Baru, Jakarta
Selatan, 12120.

E-mail: muhammadsaqri@gmail.com

Abstract

Brain abscess (BA) is defined as a focal infection within the brain parenchyma, which starts
as a localized area of cerebritis, which is subsequently converted into a collection of pus
within a well-vascularized capsule. Considered an infrequent brain infection, BA could be a
devastator entity that easily left the patient into dead. MRI shows ring enhancement lesions
in the brain. The aim of this study was to review the concept of MRI imaging techniques in
identifying brain abscesses. The research was carried out at Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar with 1 sample analysis of a man aged 40 years with an initial diagnosis of
Cerebral abscess + Cerebral infaction + Hemiparese dextra + Active pulmonary TB on
treatment + Positive HIV status. The research was conducted using descriptive qualitative
method with a case study approach. The results of MRI imaging with Sequace Ax T1WI
and FLAIR showed multiple hypointense masses and on T2WI it looked hyperintense.
Post-contrast enhancement on T1WI at the edges which gives a well-defined ring
enhancement and smooth edges on the right frontal lobe and left parietal lobe, with the
largest size +/- 4.41 x 3.74 x 4.11 cm. Conclusion: MRI examination of the contrast head at
sequence Ax T1WI, FLAIR, T2WI and post contrast T1WI is very effective for detecting
brain abscess disease.

.
Abstrak

Abses otak didefinisikan sebagai infeksi fokal di dalam parenkim otak, yang diawali oleh
area serebritis yang terlokalisir yang kemudian berubah menjadi kumpulan nanah di dalam
kapsul yang tervaskularisasi dengan baik. Abses otak dianggap sebagai infeksi otak yang
jarang terjadi dan bisa menjadi entitas perusak yang dengan mudah membunuh pasien. MRI
menunjukan lesi ring enhancing pada otak. Tujuan dari panelitian ini adalah untuk Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk meninjau konsep teknik pencitraan MRI dalam
mengidentifikasi Abses pada otak. Penelitain dilaksanakan di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar dengan 1 sampel analisis seorang pria usia 40 tahun dengan
diagnosa awal Abses cerebri + Cerebral infaction + Hemiparese dextra + TB Paru aktif on
treatment + Status HIV Positif. penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif
deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Hasil pencitraan MRI dengan Sequace Ax T1WI
dan FLAIR tampak multiple massa hipointens dan pada T2WI tampak hiperintens.
Penyengatan post kontras di T1WI pada tepinya yang memberikan gambaran ring
enhancement berbatas tegas dan tepi smooth pada lobus frontal kanan dan lobus parietal
kiri, dengan ukuran terbesar +/- 4.41 x 3.74x 4.11 cm. Kesimpulan pemeriksaan MRI
kepala kontras pada seqance Ax T1WI, FLAIR, T2WI dan post kontras T1WI sangat efektif
untuk mendeteksi penyakit Abses otak.

Kata Kunci: MRI Brain Contras, Abses otak, Infeksi Neurologi , Ring Enhanchement,
Radiologi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
PENDAHULUAN
Abses otak merupakan masalah kesehatan universal dengan angka morbidita dan
mortalitas yang tinggi, dengan demikian, penyakit ini menghadirkan masalah kesehatan
masyarakat terkemuka dan beban utama pada fasilitas perawatan kesehatan diseluruh
dunia[1,2]. Abses otak adalah bentuk fokal dinamis dari nanah intracranial dan keadaan
darurat yang mengancam jiwa yang serius[3]. Kondisi tersebut diawali dari bentuk area
serebritis yang terlokalisir dan berkembang menjadi kumpulan bahan pustular yang di
enkapsulasi yang muncul sebagai lesi seperti massa, mirip dengan abses di tempat
lain[4].
Kemajuan dalam teknik diagnostik neuroimaging dan penggunaan antibiotic selama
abad ke-20 telah secara drastis meningkatkan hasil diagnostik dan terapi dari penyakit
infeksi ini, meskipun morbiditas dan mortalitasnya nya tetap tinggi, khususnya untuk
pasien yang dengan gangguan kekebalan seperti mereka yang memiliki penyakit HIV
lanjut yang mengalami peningkatan insiden Abses otak terlepas dari kemajuan tersebut,
mungkin karena meningkatnya jumlah infeksi oportunistik[5,6]. Dengan demikian,
Abses otak dapat dengan mudah berakibat fatal. Untuk alasan ini, Abses otak harus
dianggap sebagai infeksi serius dan supaya aga di fokuskan untuk terus
mengoptimalkan diagnosis dan menajemen[7]. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
meninjau konsep teknik pencitraan MRI dalam mengidentifikasi Abses pada otak.
Temuan MRI berkorelasi baik dengan yang terlihat pada pencitraan Ct-Scan dan
diyakini cukup khas untuk memungkinkan diagnosis dini dan akurat walaupun hanya
dengan pencitraan MRI saja. Fitur-fitur ini diantaranya [8]:
1. Edema perifer yang menyebabkan gambaran hipointensitas ringan pada TR
pendek/TE pendek (T1WI) dan hiperintensitas yang nyata pada pemindaian TR
panjang/menengah hingga TE panjang (T2WI).
2. Nekrosis sentral dengan gambaran hipointens yang menunjukan cairan abses
relatif terhadap materi putih dan gambaran hiperintens yang relatif terhadap CSF
pada pemindaian TR pendek/TE pendek dan hiperintens relatif terhadap materi
abu-abu pada pemindaian TR panjang/menengah hingga TE panjang.
3. Penyebaran ekstraparenkim (intraventrikular atau subarachnoid), yang lebih
mudah dideteksi pada MR daripada CT dan dimanifestasikan oleh peningkatan
intensitas relatif terhadap CSF normal pada pemindaian TR pendek/TE pendek
dan TR panjang/TE menengah; dan
4. Visualisasi kapsul abses, yang iso hingga hiperintens ringan relatif terhadap otak
pada pemindaian TR pendek/TE pendek dan iso hingga hipointens relatif
terhadap materi putih pada pemindaian TR panjang/menengah hingga TE
panjang.

Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu alat kedokteran di bidang


pemeriksaan diagnostik radiologi, yang menghasilkan rekaman gambar potongan
penampang tubuh/ organ manusia dengan menggunakan medan magnet berkekuatan
antara 0,064 – 3 tesla (1 tesla = 1000 Gauss) dan resonansi getaran terhadap inti atom
hidrogen [9]. Kualitas citra MRI yang optimal ditentukan oleh tiga karakteristik, yaitu
kontras citra, spatial resolusi, dan signal to noise ratio (SNR). SNR adalah perbandingan
intensitas sinyal dan tingkat noise pada suatu citra [10]. Faktor- faktor yang
mempengaruhi SNR antara lain sekuen pulsa SE dan TSE (dengan TSE factor), TR, TE,
flip angle, coil yang digunakan, matrix, field of view (FOV), slice thickness, bandwidth
dan Number of Signal Averages (NSA). CNR diperoleh dari SNR. CNR adalah
perbedaan SNR antara organ yang saling berdekatan [11]. Sedangkan untuk Image
Contrast Parameter yang mempengaruhi adalah TR, TE, TI dan Flip Angle. Semakin
tinggi nilai TR maka akan semakin tinggi SNR yang dihasilkan tetapi semakin lama
scan time-nya. Oleh karena itu Radiografer harus mengatur parameter yang tepat untuk
setiap pemeriksaan [12].

METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan
pendekatan studi kasus pada pasien Data-data dari sampel penelitian ini dikumpulkan
dengan menggunakan cara observasi partisipatif di mana peneliti ikut serta melakukan
pemeriksaan dalam observasi dan pengambilan data sampel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Seorang pasien rawat inap dari Innfection centre laki-laki datang ke instalasi
radiologi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo makassar di antar oleh perawat dengan
diagnosa Abses cerebri + Cerebral infaction + Hemiparese dextra + TB Paru aktif on
treatment + Status HIV Positif untuk dilakukan MRI Brain dengan kontras
menggunakan pedoman dan protokol yang sudah ditetapkan RS saat melakukan
identifikasi. Pemeriksaan MRI Brain kontras menggunakan pesawat MRI GE Signa
Pioner 97-channel (MRI 3 Tesla), pasien datang dengan membawa hasil Laboratorium
cek nilai ureum dan kreatinin tercatat nilai ureum 28 dan kreatinin 0,62 yang
menandakaan kondisi ginjal pasien dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan kontras
media Gadolinium. Persiapan sebelum pemeriksaan : Dijelaskan prosedur pemeriksaan,
pasien dan atau keluarga pasien diminta mengisi kuisioner pemeriksaan MRI yang
berisikan data-data pasien tentang riwayat penyakit, riwayat pemasangan alat, riwayat
operasi, lalu pasien di arahkan untuk ke toilet terlebih dahulu kemudian mengganti baju
menggunakan pakaian yang disediakan RS dengan melepaskan benda-benda logam.
Sebelum memasuki ruang pemeriksaan pasien ditimbang terlebih dahulu berat badannya
dan dilakukan pengecekan menggunakan metal detector untuk memastikan kembali
pasien sudah terbebas dari benda-benda logam.
Masukan data pasien dengan cara melakukan searching data pada PACS yang telah
terintegrasi dengan SIMSRS, lalu lengkapi data seperti berat badan pasien, performing
pycisian, study patient dan patient positioning.
Pasien dimasukkan kedalam ruang pemeriksaan MRI dan pasien diposisikan supine
head first dengan kepala pasien ditempatkan pada head coil dan posisikan kepala lurus
MSP dengan Alignment Light pada Glabella, sambungkan selang injector pada there
Way akses IV Line pasien dan pasangkan headphone kepada pasien untuk meredam
kebisingan, Instruksikan kepada pasien untuk tetap tenang dan tidak bergerak selama
jalannya pemeriksaan, Lalu radiografer kembali ke ruangan operator console untuk
melakukan pemeriksaan MRI Brain dengan protokol Brain CM Rutin yang sudah diatur
sebagai berikut :
Protokol :
a). Plane Localizer e). Ax T2* GRE i). AX T1 + C
b). Ax T2 f). Ax T2 FLAIR j). Cor T1 + C
c). Ax T1 g). Sag T1 K). Sag T1 + C
d). Ax DWI h). Cor T2 L). ADC, eADC

Gambar 1. Plane Localizer

Setelah dilakukan scaning didapatkan hasil :

Gambar 2. T2WI

Gambar 3. Ax T1 + C
Gambar 4. ADC Gambar 5. eADC

Gambar 6. DWI

Pada hasil pencitraan T1WI dan FLAIR tempak multiple massa hipointens, dan
tampak hiperintens di T2WI. Restricted diffusion di DWI/ADC, menyengat post kontras
di T1WI pada tepinya yang memberikan gambaran ring enhancement, berbatas tegas,
tepi smooth, disertai perifocal edema berbentuk finger-like disekitarnya, pada lobus
frontal kanan dan lobus parietal kiri, dengan ukuran terbesar +/- 4.41 x 3.74 x 4.11 cm,
yang mendesak ventrikel lateralis kanan dan menyebabkan midline shift ke kanan
sejauh +/- 1.08 cm.
SIMPULAN
Dari hasil pencitraan MRI Brain Kontras dengan sequence Ax T1WI Post Contrast
menunjukan gambaran Ring enhancement serta Restricted diffusion di DWI/ADC
sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien menderita Abses Cerebri.
Teknik Pemeriksaan MRI Brain Contrast Media untuk Mendeteksi penyakit abses
otak di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar menggunakan sequence yang
disediakan rutin, sudah optimal untuk mendeteksi kelainan pada organ – organnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mathisen GE, Johnson JP. Brain abscess. Clin Infect Dis. 1997;25:763–79. -
PubMed
2. Menon S, Bharadwaj R, Chowdhary A, Kaundinya DV, Palande DA. Current
epidemiology of intracranial abscesses: A prospective 5 year study. J Med
Microbiol. 2008;57:1259–68. - PubMed
3. Nathoo N, Nadvi SS, Narotam PK, Van Dellen JR. Brain Abscess: Management
and Outcome Analysis of a Computed Tomography Era Experience with 973
Patients. World Neurosurg. 2011;75:716–26. - PubMed
4. Wiwanitkit S, Wiwanitkit V. Pyogenic brain abscess in Thailand. N Am J Med Sci.
2012;4:245–8. - PMC – PubMed
5. Britt RH, Enzmann DR, Remington JS. Intracranial infection in cardiac transplant
recipients. Ann Neurol. 1981;9:107–19. - PubMed
6. Vieira J, Frank E, Spira TJ, Landesman SH. Acquired immune deficiency in
Haitians: Opportunistic infections in previously healthy Haitian immigrants. N
Engl J Med. 1983;308:125–9. - PubMed
7. Kumar A, Saeed H, Alamri A, Crocker M, Dave J. Twenty years of intracranial
abscesses: Prognostic indicators and treatment review. J Infect. 2011;63:491–2.
8. Haimes AB, Zimmerman RD, Morgello S, Weingarten K, Becker RD, Jennis R,
Deck MD. MR imaging of brain abscesses. AJR Am J Roentgenol. 1989
May;152(5):1073-85. doi: 10.2214/ajr.152.5.1073. PMID: 2705342.
9. Notosiswoyo, Mulyono; Suswati S. Pemanfaatan Magnetic Resonance (MRI)
Sebagai Sarana Diagnosa Pasien. Vol. XIV, Media litbang kesehatan. 2004. p. 8–
13.
10. Rochmayanti D, Widodo TS, Soesanti I. Analisis Perubahan Parameter Number of
Signals Averaged ( NSA ) Terhadap Peningkatan SNR dan Waktu Pencitraan pada
MRI. Jnteti. 2013;2(4):37–45.
11. Prabawati NC, Masrochah S, Mulyati S. Analisis TSE Factor Terhadap Signal to
Noise Ratio dan Contrast to Noise Ratio pada Pembobotan T2 Turbo Spin Echo
Potongan Axial MRI Brain. J Imejing Diagnostik. 2015;3(2):271–6.
12. Sianturi D. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Poliklinik UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA. J Pembang Wil Kota. 2021;1(3):82–91.

You might also like