Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 2, Hlm.

311-323, Desember 2013

KECERNAAN NUTRIEN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK


BERBEDA PADA JUVENIL IKAN KERAPU PASIR (Epinephelus corallicola)

NUTRIENT DIGESTIBILITY FEED WITH DIFFERENT LEVELS OF PROTEIN


AND LIPID ON CORAL ROCK GROUPER (Epinephelus corallicola) JUVENILE

Muhammad Marzuqi1* dan Dewi Nasbha Anjusary2


1
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut, Gondol
*
email:marzuqi_rim@yahoo.co.id
2
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang

ABSTRACT
The aims of this study was to determine the nutrient digestibility coefficient of diet with
diertary levels of protein and lipid on coral rock grouper (Epinephelus corallicola) juvenile.
This study used completely randomized design with factorial arranged in 3 different treatment
of dietary protein levels i.e., 36%, 42%, and 48%;and 2 different treatment of dietary lipid
levels i.e., 9% and 18%; with 3 repetition. The average initial body weight of fishes for this
study was 29.19 ± 0.97 g/fish. Fishes were reared in 18 pieces of polycarbonate tank with water
volume of 30 liters with stocked density of 7 fishes/tank. The tank equipped with aeration with
water flow change of 20 liters/hour. Fish were fed 2 times per day on at satiation and fish
rearing for 150 days. Parameters measured were protein, lipid, carbohydrate and energy of
digestibility coefficient . The results showed that the interaction of protein and lipid levels that
differ in feed ratio significantly affected on protein, lipid, carbohydrate, and energy digestibility
coefficients. In general, feed with a protein content of 36% and 9% lipid produced good
nutrient digestibility coefficient and better economic value.

Keywords: protein, lipid, feed nutrient digestibility, coral rock grouper

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecernaan nutrien pakan dengan kadar protein dan
lemak berbeda pada juvenil ikan kerapu pasir (Epinephelus corallicola). Penelitian ini
menggunakan rancangan acak lengkap yang disusun secara faktorial dengan 3 perlakuan kadar
protein pakan berbeda yaitu 36%, 42% dan 48%, dan 2 perlakuan kadar lemak pakan berbeda
yaitu 9% dan 18%, masing-masing diulang 3 kali. Ikan uji untuk penelitian ini mempunyai
kisaran bobot awal rata-rata 29,19 ± 0,97 g/ekor, dipelihara dalam 18 buah bak polikarbonat
dengan volume air 30 liter dan masing-masing ditebar dengan kepadatan 7 ekor/bak. Bak
dilengkapi sistem aerasi dan air mengalir dengan pergantian air 20 liter/ jam. Pakan diberikan
sebanyak 2 kali setiap hari secara at satiation (pemberian pakan buatan sampai kenyang) dan
ikan dipelihara selama 150 hari. Parameter yang diamati adalah nilai kecernaan protein, nilai
kecernaan lemak, nilai kecernaan karbohidrat dan nilai kecernaan energi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa interaksi kadar protein dan lemak yang berbeda dalam ransum pakan
memberikan pengaruh nyata terhadap nilai kecernaan protein, nilai kecernaan lemak, nilai
kecernaan karbohidrat dan nilai kecernaan energi. Secara umum, pakan dengan kandungan
protein 36% dan lemak 9% menghasilkan nilai kecernaan pakan lebih baik serta memiliki nilai
yang lebih ekonomis.

Kata kunci: protein, lemak, kecernaan, ikan kerapu pasir

©Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia dan


Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB 311
Kecernaan Nutrien Pakan dengan…

I. PENDAHULUAN Epinephelus akaara membutuhkan


protein dalam pakan 49,5% (Chen and
Ikan kerapu pasir (Epinephelus Tsai, 1994), Epinephelus striatus lebih
corallicola) merupakan salah satu jenis dari 55% (Ellis et al., 1996), juvenil
ikan laut yang memiliki nilai ekonomis kerapu bebek (Cromileptes altivelis)
penting, karena mempunyai harga jual ukuran 5,5 g adalah 54,2% dan ukuran 17
cukup tinggi. Keberhasilan produksi g dibutuhkan 50,1% (Giri et al., 1999;
benih ikan kerapu ini akan mendorong Rahmansyah et al., 2001), juvenil kerapu
berkembangnya usaha pembesaran baik di batik (E. polyphekadion) 48% (Marzuqi et
tambak maupun keramba jaring apung. al., 2004) dan juvenil kerapu sunu
Pada budidaya ikan kerapu, ketersediaan (Plectropomus leopardus) sebesar 48%
pakan merupakan faktor penting yang (Marzuqi et al., 2007)
dapat mendukung keberhasilan dan Disamping kebutuhan protein
keberlanjutan usaha. Biaya yang diatas untuk mengoptimalkan
dikeluarkan untuk penyediaan pakan pertumbuhan ikan, maka pada pakan perlu
cukup tinggi mencapai 35-60% dari total ditambahkan lemak sebagai pengganti
biaya operasional usaha. Kendala yang sumber energi yang disumbangkan oleh
terjadi di lapangan adalah harga pakan protein, sehingga protein dapat
ikan yang tinggi terutama disebabkan dimanfaatkan secara optimal untuk
sebagian besar bahan baku penyusun pertumbuhan. Kebutuhan lemak bagi ikan
pakan ikan khususnya sumber protein berbeda-beda dan sangat tergantung dari
diperoleh dari impor. stadia ikan, jenis ikan dan lingkungan.
Pakan diperlukan untuk Pada fase pendederan, ikan
pertumbuhan, kesehatan ikan dan untuk membutuhkan lemak berkisar 8-14%
peningkatan mutu produksi. Untuk (Cho dan Watanabe, 1985 dalam
keperluan tersebut ikan memerlukan Watanabe, 1988), juvenil ikan kerapu
nutrien berupa protein, lemak, bebek (Cromileptes altivelis) berkisar 9-
karbohidrat, vitamin, dan mineral yang 10% (Giri et al., 1999), ikan Labeo rahita
kebutuhannya berbeda sesuai dengan ukuran 7,5 g membutuhkan lemak 6%
umur dan jenis ikan (Suwirya et al., (Gangadhara et al., 1997).
2001). Kandungan nutrisi pakan yang Pemanfaatan nutrien berupa
lengkap selalu dikaitkan dengan bahan protein dan lemak sangat erat hubu-
yang digunakan dalam menyusun ngannya dengan proses pencernaan.
formulasi pakan. Salah satu nutrien pakan Kemampuan ikan untuk mencerna sangat
yang penting yang dibutuhkan ikan yaitu dipengaruhi oleh kandungan nutrien yang
protein dan lemak. Protein merupakan terdapat dalam pakan. Menurut Anggordi
sumber energi selain karbohidrat bagi (1990), daya cerna pakan dari suatu
kelangsungan hidup dan pertumbuhan, organisme dipengaruhi oleh beberapa
sedangkan lemak merupakan sumber faktor, di antaranya adalah: komposisi
energi yang terbesar bagi tubuh ikan. Ikan pakan, pemberian pakan dan jumlah
kerapu sebagai ikan karnivora cenderung konsumsi pakan. Proses fisika dan kimia
membutuhkan pakan dengan konsentrasi dalam tubuh mempunyai peranan penting
protein yang tinggi yaitu 45-55% (Ellis et pada proses pencernaan (Zonneveld et al.,
al., 1996; Giri et al., 1999; Rahmansyah 1991). Untuk itu, agar protein dan lemak
et al., 2001; Laining et el., 2003; pakan dapat dimanfaatkan dengan baik
Kabangga et al., 2004) Beberapa dan maksimal, maka diperlukan adanya
penelitian terhadap ikan ukuran informasi yang jelas tentang daya cerna,
pendederan (juvenil) pada kerapu sehingga diketahui komposisi pakan yang

312 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt52
Marzuqi dan Anjusary

tepat untuk juvenil ikan kerapu pasir. pakan dilakukan secara sedikit demi
Tujuan penelitian ini adalah untuk sedikit sampai ikan tidak mau makan atau
mengetahui nilai kecernaan pakan kenyang (at satiation). Jumlah pakan
dengan kadar protein dan lemak yang yang diberikan per hari dihitung dengan
berbeda pada juvenil ikan kerapu pasir. melihat selisih bobot pakan antara
sesudah dan sebelum pemberian pakan.
II. METODE PENELITIAN Pengamatan kecernaan nutrien
pakan dilakukan dengan menggunakan
Ikan yang digunakan dalam indikator Cr2O3. Sebelum pengumpulan
penelitian ini adalah juvenil ikan kerapu feses, terlebih dahulu ikan diadaptasikan
pasir (Epinephelus corallicola) yang dengan pakan uji selama 3 hari, kemudian
sudah mencapai umur 150 hari dengan pada hari ke 4 setelah pemberian pakan,
bobot rata-rata 29,19 ± 0,97 g dan sisa pakan segera diambil (disifon).
panjang 12,5 ± 0,71 cm. Ikan kerapu ini Pengambilan feses setiap satu jam sekali.
berasal dari hasil pembenihan Balai Besar Feses yang diperoleh dikumpulkan dan
Penelitian dan Pengembangan Budidaya disentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm
Laut Gondol, Bali. selama 10 menit, kemudian disimpan
Air media pemeliharaan menggu- dalam freezer untuk menunggu dianalisis.
nakan air laut dengan salinitas 33-34 yang Penentuan kadar Cr2O3 pakan dan feses
ditempatkan pada bak-bak penelitian dilakukan berdasarkan metode yang
berjumlah 18 buah dengan volume 30 digunakan Takeuchi (1988).
liter. Semua bak dilengkapi sistem aerasi Parameter yang diamati meliputi
dan air mengalir dengan pergantian air 20 nilai kecernaan protein, lemak, karbo-
liter/jam dengan kepadatan ikan sebesar 7 hidrat, dan energi. Penghitungan daya
ekor/30 liter. cerna nutrien meliputi daya cerna protein,
Rancangan penelitian yang di lemak, karbohidrat, dan daya cerna
gunakan adalah rancangan acak lengkap energi. Rumus perhitungan daya cerna
faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama nutrient (apparent digestibility / AD)
adalah kadar protein berbeda yaitu 36%, menurut Takeuchi (1988) adalah sebagai
42% dan 48%, dan faktor kedua adalah berikut:
kadar lemak berbeda yaitu 9% dan 18%, AD (%) =
sehingga didapatkan 6 perlakuan, masing- 
100  100 x

 %Cr2 O3 pakan x %nutrient feses 
masing (A= protein 36%: lemak 9%; B=    
%Cr2 O3 feses x %nutrient pakan 
protein 42%: lemak 9%; C= protein 48%: Sehingga untuk menghitung daya cerna
lemak 9%; D= protein 36%: lemak 18%; protein, lemak, karbohidrat dan daya
E= protein 42%: lemak 18%; F= protein cerna energi yaitu dengan rumus sebagai
48%: lemak 18%). Setiap perlakuan berikut:
diulang sebanyak 3 kali. Komposisi a. Daya cerna protein
pakan disajikan pada Tabel 1. Analisa DP =
komposisi proksimat pakan meliputi   %Cr2 O3 pakan x % protein feses 
100  100 x
analisis kadar air dan kadar abu, protein,
lemak dilakukan menurut metode AOAC   %Cr2 O3 feses x % protein pakan 


(1990).
Pakan uji yang digunakan dalam b. Daya cerna lemak
bentuk pelet kering dengan diameter 4,2 DL =
mm. Pemberian pakan ini dilakukan 2 kali   %Cr2 O3 pakan x %lemak feses 
100  100 x
setiap harinya yaitu pada pukul 08.00  %Cr2O3 feses x %lemak pakan 
WITA dan 15.00 WITA. Pemberian

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 2, Desember 2013 313
Kecernaan Nutrien Pakan dengan…

Tabel 1. Komposisi dan analisis proksimat pakan penelitian (% bobot kering)

Pakan uji (protein %, lemak %)

Bahan pakan (%) A B C D E F


(36, 9) (42, 9) (48, 9) (36, 18) (42, 18) (48, 18)
Tepung ikan 28,55 33,31 38,07 28,55 33,31 38,07
Tepung rebon 28,78 33,57 38,37 28,78 33,57 30,70
Kasein 0 0 0 0 0 5,96
Dekstrin 31,60 22,82 14,06 10,85 2,07 0,08
Minyak cumi 4,74 4,04 3,33 13,74 13,04 12,68
Campuran vitamin1 1,30 1,30 1,30 1,30 1,30 1,30
Campuran mineral2 1,70 1,70 1,70 1,70 1,70 1,70
Carboxy methyl 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
cellulose /CMC
Astaxantin 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10
Cr2O3 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Afisel 0,23 0,16 0,08 11,98 11,91 6,42
Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Analisis proksimat (%)
Protein 37,56 43,62 46,87 37,35 43,34 48,93
Lemak 9,38 9,01 9,09 18,66 18,95 17,30
Abu 16,26 18,75 20,26 28,19 29,49 25,56
Serat 1,85 2,15 2,48 1,85 2,16 1,54
Energi (kkal)3 4,57 4,55 4,72 4,52 4,58 4,77
E-P Ratio 12,57 10,29 9,56 12,10 10,57 9,69
Karbohidrat/BETN4 36,76 28,62 23,79 15,80 8,23 8,21
1
Campuran vitamin (mg/100 g pakan): Thiamin-HCl 5.0; riboflavin 5.0; Ca-
pantothenate 10.0; niacin 2.0; pyridoxin-HCl 4.0; biotin 0.6; folic acid 1.5;
cyanocobalamin 0.01; inositol 200; ρ-aminobenzoic acid 5.0; menadion 4.0; vit A
palmitat 15.0; chole-calciferol 1.9; α-tocopherol 20.0; cholin chloride 900.0
2
Campuran mineral (mg/100g pakan): KH2PO4 412; CaCO3 282; Ca(H2PO4) 618;
FeCl3.4H2O 166; ZnSO4 9.99; MnSO4 6.3; CuSO4 2; CoSO4.7H2O) 0.05; KJ
0.15; Dekstrin 450; Selulosa 553.51.
3
Energi={(protein x 5,65 kkal/gr)+(lemak x 9,45 kkal/gr)+(karbohidrat x 4,10
kkal/gr)}/100 (NRC, 1993)
4
Karbohidrat=((100-(protein+lemak+abu))

c. Daya cerna karbohidrat 2.1. Analisis Data


DK = Penelitian ini menggunakan analisis
  %Cr2 O3 pakan x %karbohidrat feses  kuantitatif. Data dari hasil penelitian ini
100  100 x
 %Cr2O3 feses x %karbohidrat pakan   sebelumnya diuji kenormalan data dengan

d. Daya cerna energi menggunakan program SPSS 15


DE = (Statistical Product and Solve Solution
15), selanjutnya data yang tidak normal
  %Cr2 O3 pakan x %energi feses  kemudian dianalisis ragam untuk
100  100 x
 %Cr2O3 feses x %energi pakan  ditransformasi ke arcsin (√%). Setelah
data normal, kemudian dianalisis ragam

314 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt52
Marzuqi dan Anjusary

untuk mengetahui pengaruh pada tiap analisis regresi. Hubungan antara


perlakuan yang dilanjutkan dengan uji persentase protein dan lemak yang
beda nyata terkecil (BNT) pada taraf berbeda terhadap nilai kecernaan protein
kepercayaan 5% (P>0,05) dan 1% pada juvenil ikan kerapu pasir dapat
(P<0,01). Dari hasil perhitungan uji beda dilihat pada Gambar 1.
nyata terkecil (BNT) tersebut, perlakuan Nilai kecernaan protein tertinggi
yang berbeda nyata kemudian diuji respon didapat pada perlakuan pakan E yaitu
dengan polynomial orthogonal untuk sebesar 96%. Dari perlakuan lemak yang
mengetahui perlakuan yang terbaik. sama sebesar 18%, dengan jumlah kadar
protein yang lebih rendah sebesar 36%,
III. HASIL DAN PEMBAHASAN nilai kecernaan protein menurun menjadi
95,16% (Tabel 2). Hal ini sesuai dengan
Kecernaan nutrien pakan penjelasan Laining et al. (2003) bahwa
merupakan salah satu indikator penting koefisien kecernaan protein cenderung
untuk pengujian pakan. Hasil pengamatan meningkat dengan meningkatnya kadar
terhadap nilai kecernaan nutrien pakan protein dalam pakan, namun hal ini tidak
pada juvenil ikan kerapu pasir diberi terjadi pada perlakuan pakan dengan
pakan yang mengandung kadar protein protein 48% dan lemak 18% serta pada
dan kadar lemak yang berbeda dalam perlakuan pakan A (36%), B (42%) dan C
pakan dapat dilihat pada Tabel 2. (48%) dengan penambahan lemak sebesar
Perbedaan kadar protein dan kadar lemak 9%, nilai kecernaan ikan terhadap protein
yang berbeda dalam pakan cenderung menurun dengan penambahan
mempengaruhi nilai kecernaan pakan kadar protein.
pada juvenil ikan kerapu pasir (P<0,05). Hal ini dapat terjadi karena adanya
Pengaruh nyata ini terlihat pada pengaruh aktivitas enzim. Dijelaskan oleh
pemberian persentase protein, persentase Afrianto et al. (2005) bahwa pada
lemak dan interaksi antara keduanya. prinsipnya, nilai kecernaan ikan terhadap
Untuk mengetahui sejauh mana pakan buatan yang diberikan tergantung
kecenderungan atau respon hasil pada tingkat penerimaan ikan dan enzim
penelitian yang diamati maka dilakukan yang dimilikinya.

Tabel 2. Data nilai rata-rata kecernaan nutrien pada juvenil ikan kerapu pasir
(Epinephelus corallicola).

Pakan uji (protein Parameter uji


%, lemak %)
Protein Lemak Karbohidrat Energi
b bc d
A (36, 9) 94,98 ±0,24 95,75 ±0,19 89,89 ±0,42 93,51c±0,20
b a c
B (42, 9) 94,88 ±0,13 94,80 ±0,84 84,59 ±1,42 92,28a±0,68
C (48, 9) 93,69a±0,06 93,44a±0,42 77,25b±1,57 90,56a±0,38
D(36,18) 95,16bc±0,36 96,10bc±0,78 71,47b±1,75 92,13a±0,81
c c a
E(42,18) 96,00 ±0,33 97,17 ±0,49 43,41 ±5,30 92,59a±1,03
F(48,18) 95,67bc±0,13 96,44bc±0,29 38,47a±0,05 91,93a±0,05
*) Nilai dalam kolom yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata (P>0,05).

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 2, Desember 2013 315
Kecernaan Nutrien Pakan dengan…

96,5
2
y = -0,0165x + 1,4308x + 65,08
Lemak 18 P36L9 P42L9
96 P48L9 P36L18

Daya Cerna Protein (%)


95,5 P42L18 P48L18
95 Lemak 9 Lemak 18
Protein dalam lemak 9% Protein dalam lemak 18%
94,5

94
y = -0,175x + 101,87
93,5 Lemak 9

93
30 36 42 48 54
Protein (%)

Gambar 1. Hubungan antara persentase protein dan lemak terhadap nilai kecernaan
protein pada juvenil ikan kerapu pasir (Epinephelus corallicola)

Sedangakan Hasan (2000) dalam Ross, 2000). Selain dipengaruhi oleh


Amalia et al., (2013) yang menyatakan tingkat penerimaan ikan dan enzim yang
bahwa kehadiran enzim dalam pakan dimilikinya, penurunan nilai kecernaan
buatan dapat membantu dan mempercepat juga dipengaruhi oleh nilai kadar
proses pencernaan sehingga nutrien dapat komponen nonprotein yang diberikan
cukup tersedia untuk pertumbuhan dan pada tiap perlakuan. Menurut Hasting
kelangsungan hidup ikan. Semakin (1969) dan Choubert (1983) dalam
banyak enzim yang ditambahkan ke Usman et al., (2003) bahwa kecernaan
dalam pakan, maka akan menghasilkan protein dipengaruhi oleh beberapa faktor
lebih banyak protein yang dihidrolisis antara lain sumber protein, ukuran
menjadi asam amino, sehingga akan partikel, perlakuan sebelum dan setelah
meningkatkan daya cerna ikan terhadap pembuatan pakan, jenis dan ukuran ikan,
pakan. jumlah konsumsi pakan, suhu, dan
Selanjutnya Fujaya (2004) komponen nonprotein dalam pakan.
melaporkan bahwa aktivitas enzim Ikan membutuhkan energi untuk
dipengaruhi oleh konsentrasi enzim dan aktivitas hidupnya. Dikatakan Mudjiman
substrat, suhu, pH, serta inhibitor Dalam (2004) bahwa secara alami, semua energi
penelitian ini digunakan jumlah substrat yang dibutuhkan oleh seekor ikan berasal
yang berupa nutrien dengan jumlah dari protein. Jadi, protein digunakan
berbeda, oleh karena itu nilai kecernaan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan
yang menurun diduga disebabkan oleh tubuh. Di samping itu, untuk
jumlah nilai kadar nutrien pada komposisi pemeliharaan tubuh dapat digunakan
pakan. Menurut Mudjiman (2004), energi yang berasal dari lemak dan
aktivitas enzim amilase, lipase, dan karbohidrat. Oleh karena itu, secara
protease sangat dipengaruhi oleh terbatas lemak dan karbohidrat dapat
komposisi makanan. Aktivitas enzim digunakan untuk menggantikan peran
pencernakan secara umum bervariasi protein sebagai sumber energi dalam
menurut umur ikan, faktor fisiologis dan pemeliharaan tubuh. Dengan demikian
musim (Hepher, 1988) Pada prinsipnya protein akan lebih terarah untuk sumber
kerja enzim sebagian besar bekerja secara energi pertumbuhan. Berdasarkan nutrien
khas, yang artinya setiap jenis enzim pakan dalam peneltian ini memberikan
hanya dapat bekerja pada satu macam gambaran bahwa kadar karbohidrat yang
senyawa atau pada reaksi kimia yang digunakan diduga mempengaruhi
tertentu saja (Copeland, 1996; Enger and penurunan nilai kecernaan protein.

316 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt52
Marzuqi dan Anjusary

Menurut Hardy (1991) bahwa salmoides membutuhkan protein sebesar


perbandingan antara karbohidrat dan 50%, E. akaara sebesar 49,5% (Chen et
protein dalam pakan sangat al. 1995), E. malabaricus sebesar 47,8%
mempengaruhi pemanfaatan protein untuk (Chen & Tsai, 1994), dan E. striatus lebih
pembentukan jaringan. Apabila dari 55% (Ellis et al., 1996). Ikan kerapu
karbohidrat dalam pakan tidak mencukupi sebagai ikan karnivora membutuhkan
sebagai sumber energi maka ikan pakan dengan persentase protein yang
terutama ikan buas seperti ikan kerapu, relatif tinggi. Giri et al. (1999)
akan memanfaatkan protein tidak hanya menyatakan bahwa kebutuhan protein
untuk pembentukan jaringan tetapi juga untuk pertumbuhan berbagai ikan kerapu
sebagai sumber energi untuk gerak. relatif tinggi yaitu 47,8 – 60% dan ikan
Persentase karbohidrat yang diberikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis)
pada perlakuan lemak 9% lebih tinggi membutuhkan protein sebesar 54,2%.
daripada perlakuan lemak 18%, tetapi Ditambahkan oleh Marzuqi et al.
kadarnya menurun seiring dengan (2007), kebutuhan protein optimum untuk
penambahan persentase protein yang benih ikan kerapu sunu adalah 47,02 %.
diberikan. Dapat dilihat pula bahwa pada Sedangkan untuk komposisi pakan untuk
perlakuan pakan dengan persentase jenis ikan kerapu baik untuk pendederan
protein yang lebih rendah, maka maupun pembesaran agak berbeda karena
persentase karbohidrat lebih tinggi. komposisi pakannya harus disesuaikan
Karbohidrat yang diberikan menggantikan dengan spesies dan stadia (umur) ikan
peran protein sebagai sumber energi kerapu.
dalam pemeliharaan tubuh, sehingga Dari hasil penelitian ini diperoleh
protein dimanfaatkan sepenuhnya untuk bahwa nilai kecernaan protein pada ikan
pertumbuhan. Hal ini menunjukkan kerapu pasir tinggi yaitu sekitar 93,69%-
bahwa nilai kecernaan protein pada 96,00%. Menurut Zonneveld et al. (1991)
perlakuan lemak 9% dengan persentase bahwa pakan yang dikonsumsi ikan harus
protein tinggi memiliki nilai yang lebih dapat dicerna untuk mendukung
rendah daripada perlakuan dengan pertumbuhannya. Dijelaskan oleh
pemberian persentase protein yang lebih Mudjiman (2004) bahwa daya cerna
rendah dikarenakan pencernaan ikan protein pada umumnya sangat tinggi
terhadap protein sebagai energi digantikan hingga dapat mencapai lebih dari 90%.
dengan pencernaan karbohidrat sehingga Menurut Marzuqi et al. (2006), nilai
nilai kecernaan karbohidrat juga tinggi kecernaan protein yang tinggi itu sangat
(Tabel 2). penting artinya karena protein tersebut
Jika dilihat dari nilai konversi merupakan sumber energi utama. Di
kecernaan terhadap persentase protein samping digunakan sebagai sumber
yang diberikan, asupan protein yang energi, protein juga digunakan untuk
terkonsumsi oleh ikan cenderung pembentukan sel-sel baru dalam proses
meningkat pada setiap perlakuan. Dari pertumbuhan.
nilai asupan protein tersebut diperoleh Berdasarkan Tabel 2 di atas
nilai kebutuhan protein juvenil ikan dilanjutkan dengan uji statistik sehingga
kerapu pasir yang berkisar antara 34,19- didapatkan hasil bahwa perbedaan
45,92%. Menurut Marzuqi et al. (2004), persentase protein dan persentase lemak
nilai kebutuhan protein dari tiap ikan berpengaruh nyata (P <0,05) terhadap
berbeda-beda menurut umur dan spesies nilai kecernaan lemak pada juvenil ikan
ikan tersebut. Teng et al. (1978) kerapu pasir. Pengaruh nyata ini terlihat
melaporkan bahwa juvenil Epinephelus pada pemberian persentase protein,

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 2, Desember 2013 317
Kecernaan Nutrien Pakan dengan…

persentase lemak dan interaksi antara sumber energi daripada ikan omnivora
keduanya. Hubungan antara persentase (pemakan segalanya) atau herbivora
protein dan lemak yang berbeda terhadap (pemakan tumbuhan) (Buwono, 2000).
nilai kecernaan lemak pada juvenil ikan Dijelaskan pula oleh Laining et al. (2003)
kerapu pasir dapat dilihat pada Gambar 2. bahwa ikan kerapu bebek memerlukan
Nilai kecernaan lemak tertinggi lemak dalam pakannya antara 9%-11%.
diperoleh pada perlakuan pakan E pada Menurut Jauhari (1990) menyatakan
kadar protein 42% dan lemak 18% dengan bahwa lemak dan karbohidrat merupakan
nilai 97,17%. Nilai kecernaan lemak sumber energi alternatif untuk memenuhi
menurun pada perlakuan pakan A (36%), kebutuhan metabolik dengan tujuan untuk
B (42%) dan C (48%) karena adanya menghemat energi.
penurunan jumlah pemberian lemak pada Selanjutnya pada Tabel 2
perlakuan tersebut menjadi 9%. Menurut menunjukkan bahwa pada tingkat
Wiramiharja et al. (2007), lemak berperan kecernaan lemak yang tinggi mengha-
penting sebagai sumber energi terutama silkan kecernaan protein yang tinggi pula,
sebagai asam lemak essensial dalam begitupun sebaliknya. Hal ini dapat terjadi
pakan ikan budidaya terutama untuk ikan karena asam lemak yang ada pada lemak
karnivora di mana keberadaan karbohidrat yang digunakan dapat memberikan
sebagai sumber energi rendah sedangkan kontribusi pada metabolisme ikan,
ikan membutuhkan pakan dengan kadar sehingga mempengaruhi tingkat kecer-
protein tinggi. Karena keberadaan naan dari protein. Menurut penelitian
karbohidrat sebagai energi rendah, maka Palinggi et al. (2002), ikan kuwe yang
beberapa bagian protein digunakan dipelihara dengan pakan yang mengan-
sebagai sumber energi. dung sumber lemak, asam lemak yang
Lemak memiliki kandungan dibutuhkan ikan kuwe dapat memberikan
energi yang paling besar bila kontribusi pada fungsi metabolismenya,
dibandingkan dengan protein dan akibatnya mempengaruhi tingkat
karbohidrat. Umumnya, ikan dapat kecernaan dari protein. Salah satu fungsi
mencerna dan memanfaatkan lemak lebih protein yaitu sebagai sumber energi
efisien dibanding hewan darat. Ikan sepenuhnya telah terpenuhi melalui lemak
karnivora (pemakan daging) lebih efisien yang ada.
dalam memanfaatkan lemak sebagai
98
97,5 y = -0,025x2 + 2,1283x + 51,88
P36L9 P42L9
Daya Cerna Lemak (%)

97 P48L9 P36L18
96,5 Lemak 18 P42L18 P48L18
96 Lemak 9 Lemak 18
95,5 Protein dalam lemak 9% Protein dalam lemak 18%
95 Lemak 9
94,5 y = -0,19x + 102,64
94
93,5
93
92,5
30 36 42 48 54
Protein (%)

Gambar 2. Hubungan antara persentase protein dan lemak terhadap nilai kecernaan
lemak pada juvenil ikan kerapu pasir (Epinephelus corallicola).

318 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt52
Marzuqi dan Anjusary

Secara umum, nilai kecernaan 89,89% dari pakan A (36, 9). Setelah
lemak tinggi yaitu sekitar 93,46%- kadar protein dan lemak dinaikkan pada
96,78%. Nilai kecernaan lemak yang perlakuan pakan B (42, 9), pakan C (48,
tinggi membuktikan bahwa konsumsi ikan 9), pakan D (36, 18), pakan E (42, 18) dan
terhadap lemak juga tinggi. Nilai pakan F (48, 18), nilai kecernaan ikan
koefisien kecernaan lemak tergantung terhadap karbohidrat menurun. Hal ini
pada sumber lemak, dan nilainya akan mungkin karena sumber karbohidrat yang
menurun bila titik cair lemak meningkat berupa dextrin, penggunaannya dalam
(Usman et al., 2003). formulasi dan pembuatan pakan dikurangi
Berdasarkan Tabel 2 di atas pada setiap perlakuan. Jumlah pemberian
dilakukan uji statistik sehingga dextrin (karbohidrat) berkurang pada
didapatkan hasil bahwa perbedaan setiap perlakuan dengan penambahan
persentase protein dan persentase lemak kadar protein dan kadar lemak (Tabel 2).
berpengaruh nyata (P< 0,05) terhadap Penurunan nilai kecernaan karbohidrat
nilai kecernaan karbohidrat pada juvenil juga disebabkan pula oleh adanya
ikan kerapu pasir. Pengaruh yang berbeda penggunaan filler yang berupa avisel
nyata ini terlihat pada pemberian (alfa-selulosa) dalam formulasi tersebut.
persentase protein, persentase lemak dan Banyak jenis ikan yang tak memiliki
interaksi antara keduanya. Hubungan enzim selulose yang dapat mencernakan
antara persentase protein dan lemak yang selulosa. Oleh karena itu, serat biasanya
berbeda terhadap nilai kecernaan digolongkan sebagai bahan bukan sumber
karbohidrat pada juvenil ikan kerapu pasir energi. Nilai rata-rata nilai kecernaan
dapat dilihat pada Gambar 3. karbohidrat pada perlakuan lemak 18%
Dalam penelitian ini digunakan lebih rendah dari perlakuan lemak 9%
sumber karbohidrat yang berupa dextrin. dikarenakan pada perlakuan lemak 18%,
Nilai kecernaan karbohidrat berkisar rata-rata nilai pemberian avisel semakin
antara 38,47-89,89% %. Menurut tinggi. Menurut Buwono (2000),
penelitian Usman et al. (2003), nilai kandungan serat kasar dalam ransum
koefisien kecernaan dextrin berkisar pakan tidak boleh terlalu banyak/tinggi
antara 82,84-95,56%. Berdasarkan Tabel karena justru dapat mengganggu daya
2 di atas, untuk nilai kecernaan cerna dan daya serap dalam sistem
karbohidrat didapatkan hasil bahwa pencernaan pada ikan.
perlakuan tertinggi diperoleh sebesar
100 y = -1,05x + 128,01
Lemak 9
90
P36L9 P42L9
Daya Cerna Karbohidrat (%)

80
P48L9 P36L18
70
P42L18 P48L18
60
Lemak 9 Lemak 18
50
y = -2,75x + 166,62 Protein dalam lemak 9% Protein dalam lemak 18%
40
30 Lemak 18

20
10
0
30 36 42 48 54
Protein (%)

Gambar 3. Hubungan antara persentase protein dan lemak terhadap nilai kecernaan
karbohidrat pada juvenil ikan kerapu pasir (Epinephelus corallicola).

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 2, Desember 2013 319
Kecernaan Nutrien Pakan dengan…

Penurunan nilai daya cerna juga persentase protein dan lemak yang
dapat disebabkan karena jenis sumber berbeda terhadap nilai kecernaan energi
karbohidrat yang digunakan. Seperti pada juvenil ikan kerapu pasir dapat
dijelaskan oleh Shimeno (1974) bahwa dilihat pada Gambar 4.
ikan karnivora umumnya memiliki Dari Tabel 2 dapat terlihat bahwa
aktivitas enzim pencernaan yang rendah. nilai kecernaan energi tertinggi diperoleh
Hal ini menyebabkan tingkat kecernaan pada perlakuan pakan A dengan
pakan yang mengandung pati sangat penambahan protein 36% dan lemak 9%
rendah. Proses yang sama juga terjadi yaitu sebesar 93,51%. Nilai kecernaan
pada pakan yang mengandung dextrin dan menurun pada pakan B dengan
sukrosa. Sehingga secara otomatis tingkat penambahan protein 42% dan lemak 9%
kecernaan ikan terhadap karbohidrat kecil yaitu sebesar 92,28%. Pada pakan C
dan semakin menurun seiring adanya dengan penambahan protein 48% dan
penurunan jumlah dextrin (karbohidrat) lemak 9%, nilai kecernaan menurun
yang digunakan. Selain itu, kemampuan kembali menjadi 90,56%. Pada perlakuan
ikan untuk memanfaatkan karbohidrat lemak 18%, hal serupa tidak terjadi.
tergantung pada kemampuannya dalam Pengurangan nilai daya cerna energi ini
menghasilkan enzim amilase (pemecah diduga disebabkan adanya kebutuhan
karbohidrat). Karbohidrat diserap oleh energi yang tinggi sedangkan kebutuhan
jaringan tubuh terutama dalam bentuk protein untuk pertumbuhan juga tinggi.
glukosa, yang berfungsi dalam Menurut Widyatmoko (2007), ikan
metabolisme yaitu sebagai sumber energi, kerapu membutuhkan makanan yang
sebagai cadangan energi yang ditimbun mengandung protein dan energi yang
dalam bentuk glikogen, dan untuk diubah tinggi. Pada pakan A (36%) dengan kadar
menjadi trigliserida maupun asam-asam protein paling rendah di antara pakan B
amino non esensial. Umumnya, ikan (42%) dan C (48%) dengan kadar lemak
menyimpan pati dalam bentuk α-amilase 9%, mempunyai kebutuhan protein yang
(Buwono, 2000). sama untuk aktivitas dan pertumbuhan,
Menurut Shiau and Lan (1996) namun protein yang tersedia paling
bahwa kebutuhan kandungan karbohidrat rendah, sehingga pemanfaatan energi
pakan berbeda-beda untuk setiap menjadi tinggi dan harus disuplai dari
kelompok ukuran dan spesies ikan. karbohidrat dan lemak. Pada perlakuan
Suwirya et al. (2002) melaporkan bahwa pakan D (36%), E (42%) dan F (48%)
yuwana ikan kerapu bebek akan tumbuh meskipun kadar lemak lebih tinggi yaitu
dengan baik apabila diberikan pakan sebesar 18%, namun pada perlakuan ini
dengan kadar karbohidrat sekitar 8,21%- terjadi penurunan yang nyata terhadap
28,68% dengan kadar optimumnya adalah jumlah dextrin (karbohidrat) yang
15,66%. diberikan dan merupakan sumber energi
Berdasarkan Tabel 2 di atas yang termasuk dalam karbohidrat.
dilanjutkan dengan uji statistik sehingga Jumlah energi yang diperlukan
didapatkan hasil bahwa perbedaan bagi pertumbuhan dan pemeliharaan
persentase protein dan persentase lemak (maintenance), dipengaruhi oleh beberapa
berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap nilai faktor, antara lain spesies ikan, umur ikan,
kecernaan energi pada juvenil ikan kerapu komposisi ransum, tingkat reproduksi dan
pasir. Pengaruh nyata ini terlihat pada tingkat metabolisme standar (Buwono,
pemberian persentase protein, dan 2000). Menurut Indriani (2008), nilai
interaksi antara penambahan persentase daya cerna energi pada ikan kerapu pasir
protein dan lemak. Hubungan antara dengan pemberian substitusi PST (protein

320 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt52
Marzuqi dan Anjusary

95 y = -0,43x + 110,18 P36L9 P42L9


P48L9 P36L18
Lemak 9
94 P42L18 P48L18
Daya Cerna Energi (%)

Lemak 9 Lemak 18
93 Lemak 18
Protein dalam lemak 9% Protein dalam lemak 18%

92
y = -0,0156x 2 + 1,2867x + 65,91
91

90

89
30 36 42 48 54
Protein (% )

Gambar 4. Hubungan antara persentase protein dan lemak terhadap nilai kecernaan
energi pada juvenil ikan kerapu pasir (Epinephelus corallicola).

sel tunggal) yaitu berkisar antara 85,80- kecernaan lemak sebesar 95,75%, nilai
92,08%. kecernaan karbohidrat sebesar 89,89%
Pada penelitian ini, secara umum dan nilai kecernaan energi sebesar
nilai kecernaan energi pada ikan tinggi 93,51%.
yaitu sekitar 90,56%-93,51%. Hal ini
dikarenakan, perlakuan pakan UCAPAN TERIMA KASIH
menggunakan penambahan protein dan
lemak yang merupakan sumber energi Terima kasih disampaikan kepada
selain karbohidrat yang dibutuhkan oleh Bapak Sumardi, Bapak Sar’i, Bapak
ikan. Menurut Palinggi et al. (2002), Darsudi, Ibu Ayu Kenak dan Ibu Ari
lemak merupakan sumber energi yang Arsini atas peran sertanya dalam
potensial dan mudah dicerna, sebagai membantu dan mendukung penelitian ini
pembawa vitamin yang terlarut, khususnya analisis pakan dan
komponen membran sel yang menguatkan pemeliharaan ikan sampai penelitian ini
ketahanan membran, dan meningkatkan terlaksana dengan baik.
absorbsi nutrien.
DAFTAR PUSTAKA
IV. KESIMPULAN
Afrianto, E., dan E. Liviawaty. 2005.
Interaksi persentase protein dan Pakan ikan. Kanisius. Yogyakarta.
lemak yang berbada dalam pakan 148hlm.
memberikan pengaruh nyata terhadap Amalia, R., Subandiyono, and E. Arini.
nilai kecernaan protein, nilai kecernaan 2013. The effect of papain on
lemak, nilai kecernaan karbohidrat dan dietary protein utility and growth
nilai kecernaan energi pada juvenil ikan of african catfish (Clarias
kerapu pasir. Secara umum penggunaan gariepinus). J. Aquaculture Mana-
pakan dengan kandungan protein 36% gement and Technology, 2(1):136-
dan lemak 9% menghasilkan nilai 143.
kecernaan yang baik. Nilai kecernaan
protein yaitu sebesar 94,98%, nilai

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 2, Desember 2013 321
Kecernaan Nutrien Pakan dengan…

Anggordi, R. 1990. Ilmu makanan ternak (Epinephelus corallicola). Skripsi.


umum. PT Gramedia. Jakarta. Fakultas Perikanan dan Ilmu
145hlm. Kelautan. Universitas Brawijaya.
AOAC (Assocation of Official Analytical Malang. Tidak diterbitkan. 88hlm.
Chemists). 1990. Official methods Jauhari, R. Z. 1990. Kebutuhan protein
of analysis, 12th Edition. Associa- dan asam amino pada ikan
tion of Official Analytical Teleostei. Fakultas Perikanan
Chemists. Washington, D.C. Universitas Brawijaya. Malang.
1141p. 60hlm.
Buwono, I.D. 2000. Kebutuhan asam Kabangnga, N., N.N. Palinggi, A.
amino esensial dalam ransum ikan. Laining, dan D.S. Pongsapan.
Kanisius. Yogyakarta. 56hlm. 2004. Pengaruh sumber lemak
Chen, X., L. Lin, and H. Hong. 1995. pakan yang berbeda terhadap
Optimum content of protein in pertumbuhan, retensi, serta
artificial diet for Epinephelus koefisien kecernaan nutrien pakan
akaara. J. Oceanogr, 14:407-412. pada ikan kerapu bebek,
Ellis, S, S., G. Viala, and W.O. Watanabe. Cromileptes altivelis. J. Penelitian
1996. Growth and feed utilization Perikanan Indonesia, 10(5):71-79.
of hatchery-reared juvenil of Laining, A., N. Kabangnga, dan Usman.
nassau grouper fed four practical 2003. Pengaruh protein pakan
diets. Prog. Fish. Cult., 58:167- yang berbeda terhadap koefisien
172. kecernaan nutrien serta perfor-
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi ikan dasar mansi biologis kerapu macan,
pengembangan teknik perikanan. Ephinephelus fuscoguttatus dalam
Cetakan pertama. Rineka Putra. keramba jaring apung. J.
Jakarta. 165hlm. Penelitian Perikanan Indonesia,
Gangadhara, B., M.C. Nandeesha, T.J. 9(2):29-34.
Varghese, and P. Keshavanath. Marzuqi, M., N.A. Giri, dan K. Suwirya.
1997. Effect of varying and lipid 2004. Kebutuhan protein dalam
levels on growth of rohu, Labeo pakan untuk pertumbuhan yuwana
rohita. Asian Fish. Sci., 10(2):139- ikan kerapu batik (Epinephelus
147. polyphekadion). J. Penelitian
Giri, N. A., K. Suwirya, dan M. Marzuqi. Perikanan Indonesia, 10(1):25-32.
1999. Kebutuhan protein, lemak Marzuqi, M., N.A. Giri, dan K. Suwirya.
dan vitamin C pada juwana 2007. Kebutuhan protein optimal
kerapu tikus (Cromileptes dan kecernaan nutrien pakan untuk
altevelis). J. Penelitian Perikanan benih ikan kerapu sunu
Indonesia, 5(3):38-46. (Plectropomus leopardus). J.
Hardy, R.W. 1991. Feed manufacturing Aquacultura Indonesiana, 8(2):
and use. Takeda Chemical 113-119.
Industries, Ltd. Japan. 48p. Mudjiman, A. 2004. Makanan ikan.
Hepher, B. 1988. Nutrition of pond fishes. Penebar Swadaya. Jakarta.
Cambridge University Press, 182hlm.
Cambridge, New York. 388p. Palinggi, N., Rachmansyah, dan Usman.
Indriani, W. 2008. Pemanfaatan protein 2002. Pengaruh pemberian sumber
sel tunggal dalam ransum pakan lemak berbeda dalam pakan
buatan terhadap daya cerna nutrien terhadap pertumbuhan ikan kuwe,
pada juvenil kerapu pasir

322 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt52
Marzuqi dan Anjusary

Caranx sexfasciatus. J. Penelitian Usman, N.N. Palinggi, dan N. A. Giri.


Perikanan Indonesia, 8(3):25-29. 2003. Pemanfaatan beberapa jenis
Rachmansyah, P.R., P. Masak, A. karbohidart bagi pertumbuhan dan
Laining, dan A. G. Mangawe. efisiensi pakan yuwana ikan
2001. Kebutuhan protein pakan kerapu bebek (Cromileptes
bagi pembesaran ikan kerapu altivelis). J. Penelitian Perikanan
bebek, Cromileptes altivelis. J. Indonesia, 9(2):21-28.
Penelitian Perikanan Indonesia, Watanabe, T. 1988. Fish nutrition and
7(4):40-45. mariculture, JICA textbook, the
Shiau, S.Y. and C.W. Lan. 1996. general aquaculture course,
Optimum dietary protein level and Departement of Aquatic Bio-
protein energy ratio for growth of science, Tokyo University of
grouper Epinephelus malabaricus. Fisheries. Tokyo. 233p.
Aquaculture, 145:259-266. Widyatmoko. 2007. Peranan pakan buatan
Suwirya, K., N.A. Giri, dan M. Marzuqi. dalam pengembangan budidaya
2001. Pengaruh n-3 HUFA kerapu. PT. Suri Tani Pemuka.
terhadap pertumbuhan dan Aquafeed Operation. Pengem-
efisiensi pakan yuwana ikan bangan teknologi budidaya
kerapu bebek Cromileptes perikanan. Balai Besar Riset
altivelis. J. Penelitian Perikanan Perikanan Budidaya Laut. Badan
Indonesia, 5:38-46. Riset Kelautan dan Perikanan.
Suwirya, K. Wardoyo, N. A. Giri, dan M. 25hlm.
Marzuqi. 2002. Pengaruh asam Wiramiharja, H. Rina, M.H. Irma, and N.
lemak esensial terhadap sintasan Yukiyasu. 2007. Nutrisi dan bahan
dan vitalitas larva kerapu bebek pakan ikan budidaya. Fresh water
Cromileptes altivelis. J. Penelitian aquaculture development project.
Perikanan Indonesia, 9(2):15-20. Balai Budidaya Air Tawar Jambi
Takeuchi, T. 1988. Laboratory work- dan Japan International Coorpo-
chemical evaluation of dietary ration Agency. 78p.
nutrient. In Watanabe, T. (ed.). Zonneveld, N.E.A Huisman, dan J.H
Fish nutrition and mariculture. Boon. 1991. Prinsip-prinsip
Department of Aquatic Bio- budidaya ikan. PT. Gramedia
science, Tokyo University of Pustaka Utama. Yakarta. 128hlm.
Fisheries. 179-233pp.
Teng S.K., T.E. Chua, and P.E. Lim. Diterima :18 Oktober 2013
1978. Preliminary observation on Direvisi :28 Oktober 13
the dietary protein requirement of Disetujui :6 Desember 2013
estuary grouper, Epinephelus
Salmoides Maxwell cultured in
floating net-cages. Aquaculture,
15:257-271.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 2, Desember 2013 323
324

You might also like