Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Masalah yang sering ditemui pada bangunan tadah hujan embung adalah
sedimentasi. Pada saat hujan terjadi, ada material butiran tanah yang terlepas
dari induknya akibat dari tumbukan tetes air hujan yang kemudian dapat
menimbulkan pembentukan lapisan tanah keras pada lapisan permukaan.
Hal ini menyebabkan kapasitas infiltrasi tanah berkurang sehingga aliran
permukaan yang dapat mengikis dan mengangkut butir-butir tanah
meningkat terus-menerus. Proses pengangkutan butir-butir tanah ini akan
terhenti baik untuk sementara atau tetap sebagai pengendapan atau
sedimentasi. Sedimentasi terjadi pada kaki bukit yang relatif datar, sungai
dan waduk. Sedimentasi itu sendiri mengakibatkan semakin menurunnya
daya tampung embung sehingga membawa dampak yang merugikan antara
lain dapat menimbulkan bahaya banjir, penyuburan tanah secara berlebihan,
ketiadaan air sehingga embung tidak bermanfaat lagi, bahkan dapat
merusakan embung tersebut. Selain itu, Perairan pesisir muara Sungai
Komering mempunyai peranan yang penting sebagai jalur transportasi
umum bila ditinjau dari aktifitas ekonomi. Di sisi lain, daerah muara Sungai
merupakan daerah yang mengalami proses sedimentasi tinggi akibat
bermuaranya berbagai sungai yang membawa sedimen. Jika dilihat dari
batimetri, perairan Sungai Komering memiliki kedalaman yang bervariasi.
Morfologi perairan terutama dibentuk oleh hasil endapan sedimen dari
sungai dengan sebaran yang dikontrol oleh aktifitas aliran arus sungai.
Konfigurasi dasar laut mempengaruhi arah dan kecepatan arus, sebaliknya
arus memiliki pengaruh yang besar terhadap pola pergerakan sedimen. Pada
umumnya proses sedimentasi dilakukan setelah proses koagulasi dan
flokulasi, tujuannya adalah untuk dapat memperbesar suatu partikel padatan
sehingga menjadi suatu yang lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu
lebih singkat. Suatu ukuran dan suatu bentuk partikel akan mempengaruhi
rasio permukaan terhadap suatu volume pada partikel (Bunganaen, 2016).
SADIMENTASI 1
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
1.2 Tujuan Percobaan
Mempelajari cara pemisahan padatan dari suatu suspensi dengan
pengukuran laju pengendapan.

SADIMENTASI 2
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sadimentasi

Sadimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang diangkut


oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Proses sadimentasi
berperan penting dalam berbagai proses industri, misalnya pada proses
pemurnian air limbah, pengolahan air sungai, pengendapan partikel padatan
pada bahan makanan cair, pengendapan kristal dari larutan induk,
pengendapan partikel terendap pada industri minuman beralkohol, dan lain-
lain. Ketika suatu partikel padatan berada pada jarak yang cukup jauh dari
dinding atau partikel padatan lainnya, kecepatan jatuhnya tidak dipengaruhi
oleh gesekan dinding maupun dengan partikel lainnya, peristiwa ini disebut
free settling. Ketika partikel suatu padatan berada padasuatu keadaan saling
berdesakan maka suatu partikel akan mengendap pada kecepatan rendah,
peristiwa ini disebut hindered settling. Pada hindered settling, kecepatan
endapan yang turun ke bawah akan semakin lama, sehingga untuk dapat
memperoleh suatu hasil sedimentasi sampai suatu proses pengendapan
berhenti memerlukan suatu waktu yang cukup lama pula (Usman, 2015).
Pada umumnya proses sedimentasi dilakukan setelah proses koagulasi
dan flokulasi, tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan
sehingga menjadi lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih
singkat. Ukuran dan bentuk partikel akan mempengaruhi rasio permukaan
terhadap volume partikel, sedangkan konsentrasi partikel mempengaruhi
pemilihan tipe bak sedimentasi, dan temperatur mempengaruhi viskositas
dan berat jenis cairan. Semua faktor yang disebutkan di atas mempengaruhi
kecepatan mengendap partikel pada bak sedimentasi. Oleh karena itu
dibutuhkan data kecepatan turunnya partikel untuk mendesain bak
sedimentasi yang efektif dan efisien Selama ini persamaan kecepatan
sedimentasi yang dibuat adalah persamaan kecepatan sedimentasi pada
kondisi free settling, yaitu persamaan Stokes, persamaan Farag, persamaan
Ferguson-Church, dan persamaan Gibbs-Mathew-Link. Pada suatu proses
SADIMENTASI 3
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
sedimentasi, data hubungan waktu pengendapan (t) dengan tinggi endapan
(Z) dapat diubah kedalam bentuk persamaan matematika pula. Proses
sedimentasi dapat dilakukan secara batch dan continue. Proses batch sering
digunakan dalam proses komersil dengan mempertimbangkan kecepatan
pengendapan terminal dari partikel-partikelnya. Proses pengendapan terbagi
menjadi dua bagian, yaitu slurry dan supernatant. Slurry adalah bagian
dengan konsentrasi partikel terbesar dan supernatant adalah cairan yang
bening. Ketika konsentrasi suatu suspensi rendah, jarak antara partikel lebih
besar jika dibandingkan dengan ukuran partikel. Kecepatan pengendapan
partikel dalam keadaan tersebut disebut free settling (Soedirman, 2015).
Pengendapan suatu partikel dalam cairan merupakan metode dasar yang
paling sering digunakan dalam menentukan suatu ukuran partikel.
Sedangkan pada saat konsentrasi tinggi, kondisi dalam suspensi jauh
berbeda, terutama dalam kecepatan fluida yang tinggi digantuikan oleh
partikel yang mengendap dan pola dari aliran juga diubah. Proses ini dikenal
sebagai hindered settling dan biasa ditemukan dalam industri yang
memisahkan suatu padatan dan cairan dalam larutan suspensi dengan
bantuan thickener. Thickener dapat diartikan sebagai penghilangan sebagian
cairan dari suatu suspensi, yang biasa kita kenal yaitu pulp yang terdiri dari
campuran padatan halus dan cairan. Langkah awal pengunaan thickener
adalah dengan menyiapkan suatu tangki yang diisi denan unmpan sampai
tangki penuh. Padatan yang menendaap turun ke bawah dan cairan keluar
dari atas, keudian padta yang tertinggal atau mengendap dibuang dan
prosenya terus berulang (kontinyu). Pengendapan seperti itu biasa dilakukan
dengan sejumlah tangki sehingga proses tetap berjalan kontinyu. Metode
yang paling sederhana dalam menghilangkan kotoran adalah dengan cara
sedimentasi. Air diiarkan diatm atau bergerak dengan perlahan melewati
tangi sampai kotoran mengendap dibagian bawah dan relativitas air jernih
ini diambil dari atas. Banyaknya kotoran atau endapan yang tertahan
tergantung waktu pengendapan, Ukuran partikel dan suhu air. Free settling
menngacu pada proses dimana turunnya suatu partikel.(Bunganaen, 2016).

SADIMENTASI 4
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2.2 Metode Pada Sedimentasi
Adapun metode yang ada pada proses sedimentasi:
2.2.1 Metode Batch
Hingga saat ini, proses batch lebih banyak digunakan oleh
kalangan industri. Namun, untuk waktu sedimentasi yang digunakan
lebih berdasarkan pada pengalaman dan tidak berdasarkan pada teori
yang ada. Proses sedimentasi batch merupakan proses yang mudah
dilakukan. batch merupakan metode sedimentasi yang umum
digunakan dalam suatu skala laboratorium maupun industri, karena
cara ini sangat mudah dilakukan. Metode batch merupakan suatu
metode yang dipengaruhi oleh waktu saat proses sedimentasi
berlangsung, sehingga tidak ada suatu bahan yang masuk atau keluar
saat proses berlangsung (Soedirman, 2015).
2.2.2 Metode Semi Batch
Pada sedimentasi semi-batch, hanya terdapat cairan keluar atau
masuk saja. Jadi, kemungkinan hanya ada suatu slurry yang masuk
atau beningan yang keluar. Pada cara semi-batch juga terjadi salah
satu penambahan campuran ataupun suatu pengeluaran campuran
selama proses berlangsung (Yuliani, 2019).
2.2.3 Metode Kontiyu
Pada proses kontinyu, terdapat slurry yang masuk dan cairan
bening yang keluar pada saat yang bersamaan. Saat kondisi steady
state, maka ketinggian cairan akan selalu tetap. Kecepatan
sedimentasi didefinisikan sebagai laju pengurangan atau penurunan
ketinggian daerah batas antara slurry (endapan) dan supernatant
(liquid jernih) pada suhu seragam untuk mencegah pergeseran fluida
karena konveksi Pada keadaan awal, konsentrasi slurry adalah
seragam di seluruh bagian tabung. Kecepatan sedimentasi konstan
terlihat pada grafik hubungan antara yang membentuk garis lurus
untuk periode awal. Periode ini disebut free settling, dimana padatan
bergerak turun hanya karena gaya gravitasi. Kecepatan yang konstan

SADIMENTASI 5
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ini disebabkan oleh konsentrasi di lapisan batas yang relatif masih
kecil, sehingga pengaruh gaya tarik-menarik antar partikel, gaya
gesek dan gaya tumbukan antar partikel dapat diabaikan. Partikel
yang berukuran besar akan turun lebih cepat, menyebabkan tekanan
ke atas oleh cairan bertambah, sehingga mengurangi kecepatan
turunnya padatan yang lebih besar. Hal ini membuat kecepatan
penurunan semua partikel (baik yang kecil maupun yang besar)
relatif sama atau konstan. Semakin banyak partikel yang mengendap,
konsentrasi menjadi tidak seragam diikuti bagian bawah slurry
menjadi lebih pekat. Konsentrasi pada bagian batas bertambah, gerak
partikel semakin sukar dan kecepatan turunnya partikel berkurang.
Kondisi ini disebut hindered settling (Soedirman, 2015).

2.3 Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel-partikel kecil menggunakan zat
koagulan. Penambahan zat koagulan bisa berasal dari bahan kimia maupun
dari bahan alami. Salah satu koagulan yang berasal dari bahan alami yaitu
biji kelor. Efektifitas koagulasi berdasarkan pengurangan COD menyatakan
persen penyisihan senyawa-senyawa organik akibat proses koagulasi. COD
(Chemical Oxygen Demand) merupakan total oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk mendegradasi senyawa-senyawa organik dan
anorganik. Namun yang lebih banyak terdegradasi ialah senyawa organik.
Jumlah oksigen ini ekuivalen dengan jumlah bahan organik yang terdapat di
dalam sampel. persentase efektifitas koagulasi terhadap penurunan COD
bervariasi antara 24-39%, dengan persentase efektifitas koagulasi terbesar
dihasilkan pada waktu pengadukan pelan 10 menit, yaitu 39%. Terdapat
kecenderungan yang sama pada pengaruh penambahan waktu pengadukan
koagulan terhadap efektifitas koagulasi, antara penyisihan partikel padat
terlarut dan penyisihan senyawa organik, yaitu persentase efektifitas
koagulasi meningkat saat waktu pengadukan pelan koagulan dinaikkan dari
5 menit menjadi 10 menit dan kemudian terus turun setiap 5 menit

SADIMENTASI 6
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
penambahan waktu pengadukan dari waktu pengadukan pelan 10 menit 25
menit. Jadi, Koagulasi adalah proses penambahan zat pengikat, dimana zat
pengikat tersebut akan mengikat partikel-partikel halus yang disebabkan
oleh gaya tarik menarik antar partikel. koagulan adalah zat yang digunakan
untuk mengikat partikel-partikel yang halus tersebut (Hardiansyah, 2021).

2.4 Flokulasi
Flokulasi merupakan salah satu proses pengolahan air limbah yang dapat
digunakan. Flokulasi adalah proses pembentukan gumpalan (flok) yang
disebabkan oleh partikel-partikel halus padatan yang berkumpul menjadi
partikel padatan yang lebih besar. Sehingga pembentukan flok akan
menyebabkan ukuran partikel menjadi lebih besar. Flokulasi adalah proses
lambat yang bergerak secara terus menerus selama partikelpartikel
tersuspensi bercampur di dalam air, sehingga partikel akan menjadi lebih
besar dan begerak menuju proses sedimentasi. flokulasi adalah untuk
mengendapkan flok-flok dengan penambahan flokulan (Lissa Sugiri, 2017).
Flokulasi merupakan suatu kombinasi pencampuran dan pengadukan
atau agitasi yang menghasilkan agregasi yang akan mengendap setelah
penambahan flokulan. Flokulasi adalah proses fisika yang mana air yang
terpolusi diaduk untuk meningkatkan tumbukan interpartikel yang memacu
pembentukan partikel-partikel besar sehingga dalam waktu 1-2 jam partikel-
partikel tersebut akan mengendap. Proses flokulasi dalam pengolahan air
bertujuan untuk mempercepat proses penggabungan flok-flok yang telah
dibibitkan pada proses koagulasi. Partikel-partikel yang telah distabilkan
selanjutnya saling bertumbukan serta melakukan proses tarik-menarik dan
membentuk flok yang ukurannya makin lama makin besar serta mudah
mengendap. Gradien kecepatan merupakan faktor penting dalam desain bak
flokulasi. Jika nilai gradien terlalu besar maka gaya geser yang timbul akan
mencegah pembentukan flok, sebaliknya jika akan terjadi dan flok besar
serta mudah mengendap akan sulit dihasilkan. Untuk itu nilai gradien
kecepatan suatu proses flokulasi dianjurkan berkisar antara 90/detik hingga
30/detik. Dan untuk dapat membantu suatu instalasi dalam mengoptimalkan
SADIMENTASI 7
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
suatu proses-proses yang terjadi pada koagulasi flokulasi, perlu ditentukan
suatu dosis optimum dari suatu koagulan yang digunakan dalam proses
suatu pengolahan limbah (Prihantono, , 2018).

2.5 Gaya Pada Sedimentasi


Adapun gaya yang terdapat dalam sadimentasi ialah:
2.5.1 Gaya Apung
Gaya apung ialah kemampuan suatu benda mengapung dalam
cairan ataupun fluida. Dalam hukum Archimedes, bahwa semua
benda yang tercelup ke dalam fluida akan mendapat gaya apung
sebanding dengan berat fluida yang dipindahkannya. Karena tekanan
pada setiap titik di permukaan banda setara dengan specific weight
dari fluida dan kedalaman, maka total gaya yang bekerja pada sebuah
bagian kiri dan kanan benda tersebut menjadi sama dan dapat
diabaikan sebagai suatu kesetimbangan suatu gaya arah horizontal.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita akan menemukan bahwa
benda yang dimasukan ke dalam fluida seperti air misalnya,
memiliki berat yang lebih kecil daripada ketika benda tidak berada di
dalam fluida tersebut. Gaya apung terjadi karena adanya perbedaan
tekanan fluida pada kedalaman yang berbeda. Tekanan fluida
bertambah terhadap kedalaman. Semakin dalam fluida (zat cair),
semakin besar tekanan fluida tersebut. Ketika sebuah benda
dimasukkan ke dalam fluida, maka akan terdapat perbedaan tekanan
antara fluida pada bagian atas benda dan fluida pada bagian bawah
benda. Fluida yang terletak pada bagian bawah benda memiliki
tekanan yang lebih besar daripada fluida yang berada di bagian atas
benda. Fluida yang berada dibagian bawah benda memiliki tekanan
yang lebih besar dari pada fluida yang terletak pada bagian atas
benda. Hal ini disebabkan karena fluida yang berada di bawah benda
memiliki kedalaman yang lebih besar dari pada fluida yang berada di
suatu atas benda. Gaya pada sedimentasi ini terjadi gaya apung Saat
suatu partikel-partikel padatan yang mengapung pada suatu zona

SADIMENTASI 8
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
encer dan pekat saat suatu proses sedimentasi berlangsung, berlaku
suatu hukum Archimedes (Lissa Sugiri, 2017).
2.5.2 Gaya Gesek
Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau
arah kecenderungan benda akan bergerak. Gaya gesek muncul
apabila dua buah benda bersentuhan. Gaya gesek antara dua buah
benda padat misalnya gaya gesek statis dan kinetis. Gaya gesek dapat
merugikan dan juga dapat bermanfaat. Bila permukaan suatu benda
saling kontak, maka permukaan bergerak terhadap benda lainnya dan
menimbulkan gaya tangensial disebut gaya gesek . Gaya gesek statis
(Fgs) adalah gesekan antara dua benda padat yang tidak bergerak
relatif satu sama lainnya. Gaya gesek statis dihasilkan dari sebuah
gaya yang diaplikasikan sebelum benda tersebut bergerak. Ketika
tidak ada gesekan yang terjadi, gaya gesek dapat memiliki nilai dari
nol hingga gaya gesek maksimum. Gaya gesek statis terjadi saat
benda dalam keadaan diam (Hardiansyah, 2021).
Gaya gesek statis (Fgs) adalah gesekan antara dua benda padat
yang tidak bergerak relatif satu sama lainnya. Gaya gesek statis
dihasilkan dari sebuah gaya yang diaplikasikan sebelum benda
tersebut bergerak. Ketika tidak ada gesekan yang terjadi, gaya gesek
dapat memiliki nilai dari nol hingga gaya gesek maksimum. Gaya
gesek statis terjadi saat benda dalam keadaan diam atau tepatnya
akan bergerak. secara mikroskopis, gaya gesek disebabkan oleh
interaksi melalui terbangunnya gaya ikat antara molekul-molekul
yang berada dipermukaan suatu benda dengan molekul-molekul pada
permukaan benda yang lain ketika keduanya saling bersentuhan.
Benda yang dapat bersentuhan atau bergesekan ini dapat berupa
benda padat, cair, dan gas. Gaya gesek antar benda padat yang dapat
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah gesekan antara tanah
dengan sepatu yang kita pakai. Antara benda cair dan padat juga
dapat terjadi gaya gesek, misalya saat kita berenang, maka akan

SADIMENTASI 9
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
terjadi gaya gesek antara sang perenang dengan air. Begitu pula gaya
gesek antara benda padat dengan gas. Misalnya gaya gesek yang
terjadi pada pesawat terbang dan udara. Gaya gesek memliki arah
gerak yang berlawanan dengan kecenderungan benda yang bergerak.
Pada sedimentasi gaya gesek terjadi gesekan antara partikel padatan
dan fluida, saat partikel yang akan mengendap (Arifin, 2016).
2.5.3 Gaya Gravitasi
Pada semidentasi berlaku Saat partikel-partikel padatan akan
jatuh akibat perbedaan rapat massa antar cairan dan padatan. Konsep
gravitasi adalah gaya tarik-menarik antara dua buah massa, dua buah
objek atau dua buah partikel. Gaya gravitasi terjadi antar obyek
sehingga merupakan kekuatan tarik antara semua benda yang ada.
Metode gravitasi adalah metode geofisika berdasar pada hukum
gravitasi Newton atau hukum gaya tarik antar partikel. Jika tidak ada
gravitasi, benda-benda yang ada di permukaan Bumi bisa melayang
karena tidak ada yang dapat menahannya (Rosyadewi, 2020).
Contoh gravitasi yang bisa kita lihat ialah buah yang sudah
matang di pohon akan jatuh ke tanah karena pengaruh gaya gravitasi
Bumi. Contoh lainnya, saat teman-teman melempar koin ke arah
atas, koin itu akan kembali jatuh ke bawah dan tidak terus melayang,
karena adanya gaya gravitasi. Kemudian, air juga selalu mengalir
dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. buah yang
sudah matang di pohon akan jatuh ke tanah karena pengaruh gaya
gravitasi Bumi. Contoh lainnya, saat teman-teman melempar koin ke
arah atas, koin itu akan kembali jatuh ke bawah dan tidak terus
melayang, karena adanya gaya gravitasi. Kemudian, air juga selalu
mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. buah
yang sudah matang di pohon akan jatuh ke tanah karena pengaruh
gaya gravitasi Bumi. Contoh lainnya, saat teman-teman melempar
koin ke arah atas, koin itu akan kembali jatuh ke bawah dan tidak
terus melayang, karena adanya gaya gravitasi. Kemudian, air juga
selalu mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah.

SADIMENTASI 10
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2.5.4 Gaya Dorong Pompa
Pada sedimentasi berlaku suatu gaya dorong pompa saat suatu
sampel sedimentasi akan masuk ke dalam clarifier dibantu dengan
suatu dorongan pompa (Arifin, 2016).

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Sedimentasi


Adapun faktor yang dapat mempengaruhi sadimentasi:
2.6.1 Waktu
Waktu berhubungan dengan proses sedimentasi batch, semakin
lama waktu proses, maka campuran cairan dan padatan akan semakin
terpisah. . Waktu proses pengendapan suatu endapan dapat terjadi
suatu zat yang biasanya dapat larut akan terbawa mengendap dan
peristiwa ini disebut kopresipitasi. Contoh suatu larutan barium
klorida yang mengandung sedikit ion nitrat dan ke dalam larutan ini
ditambah pengendap asam sulfat maka endapan barium sulfat akan
mengandung barium nitrat. Konteks ini diistilahkan nitrat tersebut
dikopresipitasi bersama dengan sulfat (Iswahyudi, 2018).
2.6.2. Ukuran Partikel
Ukuran partikel berhubungan dengan gaya berat, makin besar
ukuran partikel padatan, maka kecepatan sedimentasi juga akan
semakin besar. Luas permukaan partikel berbanding lurus dengan
gaya drag dan volume suatu partikelnya berbanding lurus dengan
suatu gaya apungnya.
2.6.3 Konsentrasi
Semakin besarnya konsentrasi, gaya gesek yang dialami partikel
karena partikel lain semakin besar sehingga drag forcenya pun
semakin besar. Peristiwa ini disebabkan karena dengan semakin
besarnya. konsentrasi berarti semakin banyak jumlah partikel dalam
suatu suspensi yang menyebabkan bertambahnya gaya gesek antara
suatu partikel dengan partikel yang lain. Drag force atau gaya seret
ini bekerja pada arah yang berlawanan dengan suatu gerakan partikel
dalam fluida, sehingga suatu gaya drag ke arah atas dan gerakan
partikel ke bawah (Fitrianto, 2015).

SADIMENTASI 11
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2.6.4 Jenis Partikel
Jika ukuran partikel semakin besar maka semakin besar pula
permukaan dan volumenya. Luas permukaan partikel berbanding
lurus dengan gaya drag dan volume partikelnya berbanding lurus
dengan gaya apungnya. Peristiwa ini disebabkan gaya ke atas (gaya
drag dan gaya apung) semakin besar sehingga gaya total untuk
mengendapkan partikel semakin kecil sehingga kecepatan
pengendapan semakin menurun (Zuhdi, 2019).

2.7 Pengendapan
Proses pengendapan berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel
flokulan yang terbentuk dari proses sedimentasi. Partikel flokulan adalah
partikel yang selama proses pengendapan mengalami perubahan bentuk,
ukuran, dan densitas. Perubahan ini terjadi karena partikel flokulan yang
saling berdekatan dan membentuk partikel-partikel yang lebih besar dari
keadaan awalnya. Pada bak sedimentasi, pengendapan partikel flokulan
berlangsung secara gravitasi. Pengendapan merupakan proses pemisahan
larutan suspensi menjadi fluida jernih supernatant dan slurry yang
mengandung konsentrasi padatan lebih tinggi. Larutan suspensi terdiri dari
campuran fase cair dan fase padat yang bersifat settleable, dapat diendapkan
karena perbedaan density antar fasenya. Proses pengendapan dapat
dilakukan neraca batch dan continue. Proses batch sering dipergunakan
untuk skala laboratorium yang menggambarkan proses sedimentasi
sederhana, sedangkan proses continue dipergunakan dalam skala komersial
dengan mempertimbangkan kecepatan pengendapan terminal dari partikel-
partikelnya. Percobaan pada skala laboratorium dilakukan pada suhu yang
uniform untuk menghindari adanya gerakan fluida atau konveksi karena
adanya perbedaan-perbedaan densitasnya yang dihasilkan dari adanya
perbedaan temperatur. Suatu partikel yang mengendap dalam air karena
adanya gaya gravitasi akan mengalami percepatan sampai gaya dari tahanan
dapat mengimbangi gaya gravitasi. Dalam proses pengendapan juga
diperlukan pula suatu zona ideal kolam pengendapan (Palenga, 2020).

SADIMENTASI 12
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat

3.2 Bahan
1.
Air (H2O)
2.
Asam Klorida
3.
Natrium Hidroksida
4.
Bubuk Kapur (CaCO3)
5.
Koagulan Al2(SO4)3.

3.3 Cara Kerja


Menimbang CaCO3 sebanyak 200 gr lalu membuat larutan Al2(SO4)3,
NaOH, dan HCl masing-masing dengan konsentrasi 0,5 N sebanyak 500 ml.
Kemudian mencampurkan CaCO3 dengan 20 L air sampai homogen
kemudian memompakan ke dalam tabung klarifikasi melalui bagian bawah
tabung hingga mencapai ketinggian tertentu. Mencatat harga ketinggian dan
menandai permukaan cairan sebagai titik acuan pengukuran kedalaman.
Mengambil 3 sampel pada tiap kedalaman dengan menggunakan gelas ukur
masing-masing sebanyak 10 ml dari tiap kran 1,2,dan 3. Mengambil sampel
SADIMENTASI 13
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
setiap 5 menit serta mengukur ketinggian pengendapannya. Menimbang
kertas filter dengan menggunakan neraca elektronik dan catat harganya,
Memasukkan sampel kedalam kertas filter yang telah diberi wadah bagian
bawahnya sebagai penampung air sehingga terpisah antara air dan padatan.
Sampel yang telah di saring dengan kertas filter kemudian di timbang lalu di
oven hingga kadar air dalam padatan berkurang, selanjutnya menimbang
kembali sampel tersebut sebagai bobot akhir. Melakukan prosedur tersebut
diatas dengan menambahkan koagulan Al2(SO4)3 , HCl (0,5 N) dan NaOH
(0,5 N).

SADIMENTASI 14
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, I. N. (2016). Analisis Profil Sedimen MElayang dan Pendugaan Laju


Sedimentasi Pada Saluran Sekunder Lonrong Daerah Irigasi Bissua Kab.
Gowa. Jurnal AgriTechno, 9(2), 92.
Bunganaen, W. (2016). Perubahan Kondisi Tataguna Lahan Terhadap Volume
Sedimentasi Pada Embung Bimoku Di Lasiana Kota Kupang. Jurusan
Teknik Sipil FST Undana, 1(2), 43–56.
Fitrianto, M. B. (2015). Pada specimen halus dalam kondisi dengan pelumas,
semakin kental viskositasnya sudut geseknya semakin besar. Pada spesimen
kasar dengan kondisi pelumas, semakin tinggi viskositas pelumasnya sudut
geseknya semakin kecil. Gaya Gesek, 11(1), 13–18.
H.R, Yuliani. (2019). Neraca Massa dan Neraca Energi. Fisika. Edisi Kedua.
jakarta 2019 77-78. saindasar. 8 (1).
Hardiansyah, I. W. (2021). Penerapan Gaya Gesek Pada Kehidupan Manusia.
INKUIRI: Jurnal Pendidikan IPA, 10(1), 67–70.
https://doi.org/10.20961/inkuiri.v10i1.44531
Iswahyudi, K. (2018). Kajian Sedimentasi Di Sungai Sampean Bondowoso
Menggunakan Program Hec-Ras Versi 4.1. Jurnal Rekayasa Infrastruktur
Hexagon, 3(2), 46–52. https://doi.org/10.32528/hgn.v3i2.2916
Lissa Sugiri, P. (2017). Analisis Gaya Apung (Buoyancy) Pada Sistem Perpipaan
Gas Di Area Flowline Dan Trunkline. Jurnal Geomine, 4(3), 94–97.
https://doi.org/10.33536/jg.v4i3.71
Palenga, M. F.. (2020). Prediksi Erosi Di Daerah Aliran Sungai Dan Sedimentasi
Pada Bendungan Temef. Jurnal Teknik Sipil, 9(2), 241–254.
Prihantono, J., (2018). Pemodelan Hidrodinamika Dan Transpor Sedimen Di
Sekitar Tanjung Pontang, Kabupaten Serang – Banten. Jurnal Kelautan
Nasional, 1(2). https://doi.org/10.15578/jkn.v1i2.6614
Rosyadewi, R.,. (2020). Perbandingan Laju Sedimentasi Dan Karakteristik
Sedimen Di Muara Socah Bangkalan Dan Porong Sidoarjo. Juvenil:Jurnal
Ilmiah Kelautan Dan Perikanan, 1(1), 75–86.
https://doi.org/10.21107/juvenil.v1i1.6832
SADIMENTASI 15
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Soedirman, B., & Ekonomi, T. K. (2015). Dampak Sedimentasi Bendungan
Soedirman Terhadap Kehidupan Ekonomi Masyarakat. JEJAK: Jurnal Ekonomi
Dan Kebijakan, 5(2), 117– https://doi.org/10.15294/jejak.v5i2.3901 Usman, K. O.
(2015). Analisis Sedimentasi pada Muara Sungai Komering Kota
Palembang. Jurnal Teknik Sipil Dan Lingkungan, 2(2), 209–215.
Zuhdi, M. (2019). Buku Ajar Pengantar Geologi. In Penerbit Duta Pustaka Ilmu.
Retrieved from http://eprints.unram.ac.id/14627/1/ Buku ajar pengantar
geologi.pdf

SADIMENTASI 16

You might also like