Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Vol. 05 No.

01 April 2009 ISSN 0216-9487

Jurnal Ilmiah

Konservasi
Hayati

Thalassia hemprichii (kiri) Cymodocea rotundata (kanan)


DAFTAR ISI

Halaman

Studi Ekologi Jenis–Jenis Burung di Hutan Mangrove Teluk Klowe Pulau Enggano
Kabupaten Bengkulu Utara............................................................................................. 1-10
Wahyudi Arianto

Studi Etnobotani Pemanfaatan Tumbuhan Obat di Hutan Adat Temedak Oleh


Masyarakat Keluru Kabupaten Kerinci........................................................................... 11-23
Revis Asra, Muswita, Pinta Murni dan Nurfaizah

Studi Etnobotani Tumbuhan Obat Oleh Suku Talang Mamak di Buffer Zone Taman
Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) Dusun Semerantihan Kabupaten Tebo, Jambi....... 24-45
Reni Julianti , Revis Asra Agus Subagyo dan Muswita

Studi Pendahuluan Populasi Siamang (Hylobates syndactylus Raffles) di Bukit


Lumut Hutan Lindung Gedang Hulu Lais Kabupaten Lebong...................................... 46-54
M. Faisal dan Wahyudi Arianto

Perkembangan Fenotif dan Penentuan Genotip RFLP-PCR (Restriction Fragment


Length Polymorphism-Polymerase Chain Reaction) Pada Satu Keluarga Albinisme di
Kecamatan Kedurang Bengkulu Selatan......................................................................... 55-67
Sipriyadi

Pengaruh Pemberian Tepung Umbi Gadung Kering (Dioscorea Hispida) Dennt


Dennt Terhadap Abnormalitas Spermatozoa Mencit (Mus Musculus) Swiss Webster.. 68-70
Marini dan Abdul Kadir

Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Tapak Dara (Catharanthus Roseus L.G.Don)


Terhadap Jumlah Reritrosit dan Leukosit Mencit (Mus Musculus) Swiss Webster…... 71-73
Abdul Kadir

Sea Grasses Diversity and Distribution in Intertidal Area Of Teluk Sepang Selebar
Region The City of Bengkulu…………………………………………………………. 74-80
Rochmah Supriati

Telaahan
Biodiversty Conservation in Indonesia Requires Religious Foundation……………… 81-84
Wiryono
Konservasi Hayati Vol. 05 No. 01 April 2009, hlm. 74-80
ISSN 0216-9487

SEA GRASSES DIVERSITY AND DISTRIBUTION IN INTERTIDAL AREA OF


TELUK SEPANG SELEBAR REGION THE CITY OF BENGKULU*

Rochmah Supriati1
1)
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Bengkulu
Gedung T. Unib Jl. Raya Kandang Limun Bengkulu, HP 08127387685
Accepted, January 18th 2009 ; Revised, March 4th 2009

ABSTRACT

The sea grasses diversity and distribution has been investigated in intertidal area of Teluk
Sepang, Selebar region, the city of Bengkulu in period of May to September 2005. Species
diversity, frequency and shoots density of the sea grasses, were investigated by Count
quadrate method; while sea grasses zonation and coverage was investigated by line intercept
transect. It was found only two species of the Seagrasses community in Teluk Sepang
intertidal area; Cymodocea rotundata and Thalassia hemprichii. Cymodocea rotundata has
wider distribution than Thalassia hemprichii, as well as higher in the density value and the
distribution evennes. Both species distributed near the coastline to the seaward. Mostly, these
species were inhabited the same area (multispecific); only few transect were inhabited
monospecificly.

Keywords: Cymodocea rotundata, Thalassia hemprichii and Teluk Sepang

PENDAHULUAN kungan perairan antara lain adanya aerenkim


Salah satu komunitas bahari yang paling dan sel epidermis tipis yang tidak berlignin.
produktif adalah lamun; satu-satunya sper- Stele pada akar semua jenis lamun dike-
matophyta yang telah beradaptasi untuk hi- lilingi oleh endodermis floem berkembang
dup dan berkembang dalam lingkungan laut. baik tetapi xilem kurang berkembang (La-
Lamun berasosiasi dengan berbagai macam nyon, 1986; Arber 1920).
terumbu karang, lamun mampu menahan se- Batang lamun berupa rizoma yang
dimen serta mengurangi tekanan arus dan hampir silindris, terletak mendatar dan ter-
gelombang, sehingga dapat menstabilkan pendam dalam substratum. Rhizoma berben-
dasar perairan dan melindungi pantai dari tuk hampir silindris, herbaceous hampir pada
erosi dan degradasi. Lamun juga sangat ber- semua lamun, kecuali pada Thalassodendron
peran bagi berbagai biota laut sehingga sa- cilliatum dapat berkayu. Pada rhizoma ter-
ngat menunjang kehidupan flora dan fauna dapat nodus yang merupakan goresan daun
yang beraneka ragam seperti ikan baronang, yang telah gugur. Meristem terletak diujung-
kakap merah dan kakap putih, kerapu, ber- ujung rhizoma dan cabang-cabangnya ditu-
bagai jenis kerang serta udang. Di beberapa tupi oleh pelepah daun. Cabang samping
daerah lamun juga dimanfaatkan sebagai rhizoma yang tumbuh tegak lurus dan
pakan ternak dan sebagai makanan peleng- memuat daun dinamakan tunas tegak. Stele
kap (biji Enhalus acoroides dan rhizoma rhizoma memiliki berkas-berkas pmbuluh
Cymodocea) (Tomascik et.al, 1997). Dengan dengan susunan yang berbeda antar lamun
demikian, lamun berpengaruh dalam men- (Tomascik et.al, 1997).
dukung perekonomian masyarakat setempat Lamun ada yang memiliki daun
(Kiswara, 1912; Nontji, 1987; Long et.al, tunggal atau daun majemuk. Daun lamun
1994; Muchtar, 1994; Lanyon, 1986; To- memiliki kutikula tipis yang tidak bersto-
mascik et.al, 1997). mata. Epidermis daun memiliki dinding luar
Tubuh lamun terdiri atas akar, ba- yang menempel tetapi tidak erlignin dan
tang dan daun, menghasilkan bunga, buah mengandung banyak khloroplas sehingga
dan biji. Akar muncul dengan berbagai menjadi tempat utama berlangsungnya foto-
adaptasi khusus untuk menghadapi ling- sintesis. Pada sebagian jenis lamun memiliki

Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati Vol. 05 No. 01 April 2009 ISSN 0216-9487
74
khlorenkim tanpa tannin seperti pada Enha- Indonesia belum dipelajari. Di perairan
lus dan Thalassodendron sedangkan epider- Sumatera hanya komunitas lamun Teluk
mis pada tanaman yang lain memiliki khlo- Lampung dan Pulau Belitung yang telah
renkim dan tannin seperti pada Syringodium, diteliti secara rinci (Tomascik et.al, 1997;
Halodule, Cymodocea, Thalassia dan Halo- Hutomo, et.al 1992). Di Bengkulu sendiri
phyla. Sel-sel mesofil berdinding tipis me- baru komunitas Lamun di Pantai Air Long
miliki vakuola dan hanya sedikit memiliki Bengkulu Selatan (Fathoni, 2003) yang telah
kloroplast. Di dalam lapisan mesofil terdapat diteliti. Dari seluruh habitat lamun yang ada
ruang udara atau lacuna untuk melepaskan di kota Bengkulu, komunitas padang lamun-
sebagian oksigen hasil fotosintesis (Tomas- nya sampai saat ini belum ada laporan pene-
cik et.al, 1997). litiannya.
Bunga jarang ditemukan pada la- Dari hasil observasi lapangan, di
mun, bunga lamun umumnya berukuran ke- Pantai Teluk Sepang Kota Bengkulu terda-
cil dan tidak mencolok. Pollen dan stig- pat hamparan padang lamun yang tumbuh
manya umumnya tahan air, sebagian jenis bersama-sama dengan makroalga. Lamun di
lamun mempunyai pollen yang berstruktur teluk Sepang belum dimanfaatkan secara
mirip benang, pada jenis lainnya berbentuk langsung untuk tujuan ekonomi oleh pen-
bundar. Beberapa jenis lamun bersifat mono- duduk setempat. Untuk menentukan strategi
ecious dan sebagian bersifat dioecious (To- pemberdayaan yang tepat bagi komunitas di
mascik et.al, 1997). suatu area pesisir dibutuhkan landasan beru-
Klasifikasi Lamun pa data yang rinci/komprehensif tentang
Contoh klasifikasi lamun dari divisi sampai komunitas serta habitatnya (Hutomo, et.al
famili adalah Divisi Magnoliophyta, Kelas 1992). Begitupun, dengan komunitas lamun
Liliopsida, Sub Kelas Alismatiade, Ordo di Teluk Sepang Kecamatan Selebar Kota
Hydrocariales dan Famili Hydrocariaceae Bengkulu, data tersebut sangat dibutuhkan
(Tomascik et.al, 1997; lanyon, 1986; Sul- secara mendesak.
livan 1994).
Keragaman dan Sebaran Geografi BAHAN DAN METODA
Ada 58 jenis (12 marga) lamun di seluruh Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dunia. Sebanyak 49 jenis lamun tercatat keanekaragaman dan persebaran masing-
dalam publikasi Denhartog ” The Seagrasses masing jenis lamun berdasarkan persentase
of the world” dan 9 jenis lamun lainnya tutupan tajuknya di Teluk Sepang Keca-
adalah jenis-jenis baru yang ditemukan di matan Selebar Kota Bengkulu, dan telah
Australia. 7 marga lamun merupakan peng- dilakukan dari bulan April sampai septem-
huni perairan tropis sedangkan 5 marga lain ber 2005 di Teluk Sepang Kecamatan
menghuni perairan subtropics (Tomascik Selebar Kota Bengkulu dan Laboratorium
et.al, 1997). Biologi FMIPA-UNIB.
Perairan Asia Tenggara memiliki Untuk melihat luas sebaran jenis
lamun yang relatif beragam terdiri atas 16 lamun di Teluk Sepang Kecamatan Selebar
jenis dan 7 marga. Perairan Indonesia dipas- Kota Bengkulu, ditentukan dengan melihat
tikan memiliki 12 dari 16 jenis itu. 3 dari 12 persentase tutupan tajuknya; semakin tinggi
jenis menyebar di wilayah timur Indonesia, persentase tutupan tajuk suatu jenis, semakin
Halophyla spinulosa hanya tercatat di kepu- luas sebarannya di lokasi tersebut. Untuk
lauan Riau, Anyer, Baluran Utara, dan Irian keeperluan ini digunakan metode line inter-
jaya, dan H. decipiens hanya tercatat di cept transect. Sebanyak 12 transect sepan-
Teluk Jakarta, Teluk Moti (Sumbawa) dan jang 66 m di letakkan di garis pantai menuju
kepulauan aru. Jenis-jenis lamun yang me- tubir. Semua jenis lamun yang terlewati oleh
miliki sebaran terluas adalah Thalassia hem- garis transek, masing-masing diukur tu-
pricii dan Enhalus acoroides (Tomascik tupannya. Untuk tegakan yang tumpang tin-
et.al, 1997). dih, pengukuran tetap dilakukan pada
Walaupun Informasi tentang ekologi masing-masing jenis.
dan biologi lamun telah bertambah dalam Sedangkan untuk melihat keaneka-
beberapa tahun terakhir, tetapi komunitas ragaman jenis, ditentukan dengan meng-
lamun di sebagian besar wilayah perairan hitung jumlah jenis, jumlah tegakan masing-

Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati Vol. 05 No. 01 April 2009 ISSN 0216-9487
75
masing jenis dan jumlah tegakan semua jenis tegakan jenis x 100
lamun yang ditemukan. Untuk itu digunakan Banyak kuadrat
metode count quadrate (Smith, 1980). Pada Frekuensi relatif (Fr dalam %)
setiap transek diletakkan 3 buah kuadrat F R = frekuensi jenis x100
berukuran 1x1m, dan dibagi menjadi 100 jumlah frekuensi semua jenis
buah kuadrat berukuran 10x10 cm. Dari 100 Indeks Nilai penting
kuadrat tersebut dipilih 10 buah secara acak. INP = KR + TTR + F R
Setiap tegakan yang terdapat pada kuadrat
terpilih dihitung dan diidentifikasi jenisnya. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dominansi dari jenis lamun yang ditemukan, Keanekaragaman jenis lamun di daerah in-
ditentukan dengan menghitung INP (dalam tertidal Teluk Sepang Kecamatan Selebar
%); diperoleh dari penjumlahan nilai kera- Kota Bengkulu sangat rendah; dari 12 jenis
patan relatif, tutupan tajuk relatif dan fre- lamun yang diketahui tumbuh di seluruh per-
kuensi relatif jenis lamun pada semua tran- airan Indonesia, hanya terdapat 2 jenis yang
sek. Jenis lamun yang ditemukan, difoto ditemukan di daerah ini, yaitu Cymodocea
untuk diidentifikasi berdasarkan kunci iden- rotundata dan Thalassia hemprichii
tifikasi (Lanyon, 1987). (Tabel.1). Rendahnya keanekaragaman jenis
Rumus-rumus yang digunakan untuk lamun di daerah Teluk Sepang ini diduga
analisis data adalah sebagai berikut : terutama berkaitan dengan faktor jenis
Tutupan tajuk (TT dalam %) substratum. Sebagian besar jenis lamun di
TT = Panjang tutupan tajuk X 100 % perairan Indonesia, seperti Halodule
Panjang Transek pinifolia, Halophil uninervis, Halophila
Tutupan tajuk relatif (TTR, dalam %) ovalis, H. ovata, Syringodium isoetifolium
masing-masing jenis lamun dihitung dengan dan Enhalus acoroides, umumnya tumbuh
rumus: pada substratum lumpur (Kiswara, 1992;
TTR = Panjang tutupan tajuk jenis X 100 % Tomascik, et.al., 1977; Bengen, 2001).
Total Panjang tutupan Sedangkan jenis substratum di teluk sepang
tajuk semua jenis terdiri atas pasir dan pecahan karang mati
Kerapatan absolut (K) dan kerapatan relatif serta karang (Tabel.2). Substratum ini
(KR) masing-masing jenis lamun dihitung nampaknya terlalu keras bagi jenis-jenis
dengan rumus-rumus sbb: lamun selain Thalassodendron ciliatum
Kerapatan absolut suatu jenis lamun (Tomascik, et.al., 1977). Tegakan-tegakan
K = Jumlah tegakan lamun jenis tersebut kedua jenis lamun ini membentuk padang
Jumlah Kuadrat yang berisi tegakan lamun yang multispesifik.
lamun jenis tersebut Klasifikasi Lamun Teluk Sepang
Kerapatan relatif (dalam %) suatu jenis Klasifikasi jenis-jenis lamun yang
lamun ditemukan di daerah intertidal Teluk Sepang
KR = Jumlah tegakan jenis Kecamatan Selebar Kota Bengkulu dibuat
Jumlah tegakan semua jenis berdasarkan sistem klasifikasi tumbuhan
Frekuensi (F dalam %) berbunga menurut Cronquist (1981) dalam
F = jumlah kuadrat berisi Sullivan, (1994)

Gambar 1. Thalassia hemprichii (kiri) dan Cymodocea rotundata (kanan)

Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati Vol. 05 No. 01 April 2009 ISSN 0216-9487
76
Klasifikasi Thalassia hemprichii adalah Di- T. hemprichii memiliki rhizoma
visi Magnoliophyta, Kelas Liliopsida, Sub- yang kokoh, terdapat garis-garis yang men-
kelas Alismatidae, Ordo Hydrocharitales, colok diantara dua tunas tegak yang ber-
Famili Hydrocharitaceae, Genus Thalassia turutan. Buku-buku (nodus-nodus) diantara
dan Spesies Thalassia hemprichii. Klasifi- dua tunas tegak yang berturutan memiliki
kasi Cymodocea rotundata adalah Divisi sisik yang dapat dilihat dengan jelas. Dari
Magnoliophyta, Kelas Liliopsida, Subkelas permukaan bawah rhizoma ini keluar akar-
Alismatidae, Ordo Najadales, Famili Cymo- akar yang menyediakan penjangkaran se-
doceaceae, Genus Cymodocea dan Spesies hingga jenis lamun ini mampu menahan
Cymodocea rotundata. terpaan arus gelombang.
Deskripsi Lamun Teluk Sepang Bunga dan buah T.hempricii tidak
Deskripsi jenis lamun dibuat berdasarkan ditemukan selama penelitian dilakukan. Me-
hasil pengamatan terhadap struktur vegetatif nurut Den Hartog (1970), dalam Kiswara
spesimen-spesimen lamun yang ditemukan (1992), bunga dan buah T. hempricii umum-
di daerah intertidal Teluk Sepang. Struktur nya ditemukan pada bulan Desemer, Januari,
vegetatif yang diamati adalah rhizoma dan Februari dan Mei. Di daerah Teluk Sepang,
daun (Lanyon, 1986), sebagai data tam- T.hemprichii dijumpai tumbuh pada substra-
bahan, jenis substratum turut juga disertakan tum pasir dan pecahan karang. Deskripsi ini
dalam deskripsi ini. sesuai dengan deskripsi yang dikemukakan
Deskripsi Thalassia hemprichii oleh Lanyon (1986).
Thalassia hemprichii memiliki daun tunggal Deskripsi Cymodocea rotundata
yang tidak lengkap; tersusun atas vagina C. rotundata memiliki rhizoma yang kokoh,
(pelepah daun) dan lamina (helaian daun), namun penampakannya polos, de-ngan
tidak memiliki tangkai daun. Bangun daun- permukaan yang halus tanpa garis-garis dan
nya memanjang menyerupai pita dan sering sisik-sisik pada nodus-nodus di an-tara dua
melengkung ke samping. Panjang daun  8 – tegakannya, seperti pada T. hem-prichii.
11 cm dan lebar daun  0,6 cm. Tidak Lingkaran-lingkaran yang sambung-
terdapat ligula pada pertemuan antara helai menyambung disekeliling tunas tegak meru-
dan pelepah daun. Ujung daun umumnya pakan gresan-goresan bekas pelepah daun
membundar, di dalam daun terdapat 10 – 14 yang gugur.
vena yang membujur.

Tabel 1. Perbandingan Jumlah Jenis Lamun di Daerah Intertidal Teluk Sepang dan Jumlah
jenis Lamun di Seluruh Perairan Indonesia
No JENIS Teluk Sepang Perairan Indonesia *
1. Thalassia hemprichii + +
2. Cymodocea rotundata + +
3. C. serrulata - +
4. Enhalus acoroides - +
5. Halodule pinifolia - +
6. H. uninervis - +
7. Halophila decipiens - +
8. H. ovalis - +
9. H. ovata - +
10. H. spinulosa - +
11. Syringodium isoetifolium - +
12. Thalassodendron ciliatum - +
JUMLAH 2 12

Keterangan: “+” = ditemukan “ – “ = tidak ditemukan


(*) Sumber : Den Hartog (1970, dalam Kiswara, 1992)

Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati Vol. 05 No. 01 April 2009 ISSN 0216-9487
77
Tabel 2. Jumlah Tegakan, Tutupan Tajuk Thalassia hemprichii dan Cymodocea rotundata
pada masing-masing Transek dan Substratum
Thalassia hemprichii Cymodocea rotundata
Transek /
Tutupan Jumlah Tutupan Jumlah Substratum
Kuadrat
Tajuk (%) Tegakan Tajuk (%) Tegakan
1.1 33 55 Pasir, Pecahan karang
1.2 64 52 64 144 Pasir, Pecahan karang
1.3 56 56 Pasir, Pecahan karang
2.1 - - Karang
2.2 37,9 90 27,6 31 Pasir, Pecahan karang
2.3 58 41 Pasir, Pecahan karang
3.1 148 21,2 41 Pasir, Pecahan karang
3.2 30,3 3 91 Pasir, Pecahan karang
3.3 - - Karang
4.1 89 73 Pasir, Pecahan karang
4.2 13,6 - 25,8 78 Karang
4.3 40 24 Pasir, Pecahan karang
5.1 10 39 Pasir, Pecahan karang
5.2 18,2 66 18,2 53 Pasir, Pecahan karang
5.3 - - Karang
6.1 23 167 Pasir, Pecahan karang
6.2 28,8 - 38 - Karang
6.3 - - Karang
7.1 58 18 Pasir, Pecahan karang
7.2 57,6 29 60 74 Pasir, Pecahan karang
7.3 - - Karang
8.1 31 11 Pasir, Pecahan karang
8.2 4,5 - 12 - Karang
8.3 - - Karang
9.1 111 161 Pasir, Pecahan karang
9.2 10,1 169 14 112 Pasir, Pecahan karang
9.3 - - Karang
10.1 86 8 Pasir, Pecahan karang
10.2 10,6 - 8 - Karang
10.3 - - Karang
11.1 12 134 Pasir, Pecahan karang
11.2 5,58 - 60 - Karang
11.3 - - Karang
12.1 111 2 Pasir, Pecahan karang
12.2 58 - 10,4 - Karang
12.3 - - Karang
Σ 338,6 1275 359,2 1461

Daun C. rotundata, seperti halnya 15 vena yang membujur. Terdapat sel-sel


pada T. hemprichii, memiliki daun tidak tanin berbentuk lingkaran yang agak samar.
lengkap, karena hanya memiliki pelepah Bunga dan buah C. rotundata tidak dite-
(vagina) dan helaian (lamina), tanpa tangkai mukan selama penelitian dilakukan. Menu-
(petiolus). Daun memanjang menyerupai pi- rut Menez et.al. (1982), dalam Kiswara
ta agak melengkung. Panjang daun  7-9 cm (1992), bunga dan buah C. rotundata umum-
dengan lebar 0,4 - 0,6 cm. Pada pertemuan nya ditemukan pada bulan Maret, April,
antara helai dan pelepah daun terdapat li- Juni, Juli dan November. Sama sepeti pada
gula. Ujung daun membundar, pada bebe- T. hemprichii, C. rotundata di Teluk Sepang
rapa spesimen pada ujung daun ini terdapat Kecamatan Selebar Kota Bengkulu ditemu-
lekukan. Di dalam helai daun terdapat 7 – kan tumbuh pada substratum pasir dan

Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati Vol. 05 No. 01 April 2009 ISSN 0216-9487
78
pecahan karang. Deskripsi ini sesuai dengan Bengkulu kali ini, tidak satupun dite-mukan
deskripsi yang dikemukakan oleh Lanyon lamun dengan struktur yang lebih lengkap
(1986). selain organ–organ pokoknya yaitu akar,
Dari hasil analisis data (Tabel.3), batang dan daun. Bunga sebagai alat repro-
diketahui bahwa C. rotundata memiliki per- duksi generatifnya, sama sekali tidak dite-
sentase tutupan tajuk relatif sebesar 51,5 %, mukan pada penelitian kali ini. Hal ini dise-
kerapatan relatif sebesar 53,4 %, frekuensi babkan oleh terbatasnya waktu dan dana
relatif sebesar 50 % dan INP sebesar 156, 1 untuk penelitian. Padahal hal ini sangat pen-
%. Sementara T. hemprichii memiliki per- ting untuk diketahui, agar data lamun di
sentase tutupan tajuk relatif sebesar 48,5 %, daerah ini lebih komprehensif dan repre-
kerapatan relatif sebesar 46,6 % frekuensi sentatif. Oleh karena itu pada studi-studi
relatif sebesar 50 % dan INP sebesar 143,9 tentang lamun berikutnya, perlu dicakupkan
%. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran C. pengamatan terhadap hal tersebut. Sehingga
rotundata memiliki sebaran lebih luas dari- akan memberikan manfaat yang lebih besar
pada T. hemprichii, walaupun perbedaannya bagi kegiatan konservasi di Teluk Sepang
tidak terlalu mencolok. Demikian juga, C. Kecamatan Selebar Kota Bengkulu dimasa
rotundata memiliki INP yang lebih besar, yang akan datang.
sehingga tingkat dominansinyapun lebih
tinggi daripada T. hemprichii. DAFTAR PUSTAKA
Bengen, Dietriech G. 2001. Sinopsis
KESIMPULAN DAN SARAN Ekosistem dan sumber Daya Alam
Kesimpulan Pesisir dan Laut, Pusat Kajian
Keanekaragaman jenis lamun di daerah Sumber Daya Pesisir dan Lautan,
intertidal Teluk Sepang Kecamatan Selebar IPB, Bogor, hlm.25.
Kota Bengkulu sangat rendah. Hanya dua Hutomo, M., W. Kiswara dan M.H. Azkab.
jenis lamun ditemukan di daerah ini dari 12 1992. Status dan Khasanah Penge-
jenis lamun yang diketahui tumbuh di Indo- tahuan Ekosistem Lamun di Indo-
nesia; yaitu Thalassia hemprichii dan Cymo- nesia, Makalah diajukan dalam Lo-
docea rotundata. kakarya Nasional Penyusunan Pro-
Kelompok tegakan lamun di Teluk gram Penelitian biologi Kelautan
Sepang Kecamatan Selebar Kota Bengkulu dan Proses dinamika Pesisir, Kerja-
secara umum tumbuh bersama-sama mem- sama LIPI dan Universitas Dipo-
bentuk komunitas multispesifik; hampir pa- negoro, Semarang, hlm. 1-3, 5-6, 9-
da semua transek kuadrat kedua jenis lamun 11, 15, 19.
ditemukan bersama-sama, hanya pada sedi- Hutomo, M. dan Parino. 1994. Fauna Ikan
kit saja area yang ditumbuhi lamun secara Padang lamun di lombok Selatan,
monospesifik. Dari fenomena ini dapat di- dalam Struktur Komunitas Biologi
prediksi, dimasa yang akan datang padang Padang lamun di Pantai Selatan
lamun di daerah ini akan terdiri dari per- Lombok dan Kondisi Lingkungan-
campuran tegakan yang multispesifik; terdiri nya, Laporan Penelitian pengem-
atas T. hemprichii dan C. rotundata. bangan Kelautan (MREP), 1993-
Frekuensi kehadiran C. rotundata 1994, Puslitbang Oseanologi–LIPI,
dan T. hemprichii di Teluk Sepang Keca- Jakarta, hlm. 97.
matan Selebar Kota Bengkulu memiliki nilai Kiswara, W. 1992. Vegetasi Lamun
yang sama, yaitu 55 %, juga frekuensi relatif (Seagrass) di Rataan Terumbu
yang sama yaitu 50 %. Namun demikian Pulau Pari Pulau Seribu, Jakarta,
nilai tutupan tajuk dan kerapatannya C. dalam Oseanologi di Indonesia no.
rotundata lebih tinggi dari pada T. hem- 25, Puslitbang Oseanologi – LIPI,
prichii, sehingga Indeks Nilai Penting dan Jakarta, hlm. 32-36.
dominansinya pun C..rotundata lebih tinggi Kiswara, W., dan Winardi. 1994. Keaneka-
daripada T.hemprichii. ragaman dan Sebaran lamun di
Saran Teluk Kuta dan Teluk gerupuk, di
Dari hasil identifikasi jenis-jenis lamun di Pantai Selatan Lombok dan Kondisi
Teluk Sepang Kecamatan Selebar Kota Lingkungannya, Laporan Penelitian

Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati Vol. 05 No. 01 April 2009 ISSN 0216-9487
79
pengembangan Kelautan (MREP), 1994, Puslitbang. Oseanologi-LIPI,
1993-1994, Puslitbang Oseanologi– Jakarta, hlm. 71-72.
LIPI, Jakarta, hlm. 15-17. Nontji, A. 1987. Laut Nusantara, Djam-
Lanyon, J. 1986. Guide to the identification batan, Jakarta, hlm. 156-158.
of seagrasses in the Great Barrier Rivaya, S., B. Ludvianto, dan S. Hidayat.
Reef region, Special Publication 1999. Keanekaragaman biota laut di
Series (3), Great Barrier Reef Ma- daerah pasang surut (intertidal)
rine Park Authority, Queensland, Desa Airlong, Bintuhan, Bengkulu
Australia, hlm. 1, 5-8, 43. Selatan. Laporan pada Lembaga
Long B.G., T.D. Skewes, and I.R. Poiner. Penelitian Universitas bengkulu (ti-
1994. An efficient method for esti- dak dipublikasikan), hlm. 6.
mating seagrass biomass, dalam Smith, R.L. 1980. Ecology and field biology,
Aquatic Botany No. 47, Elsevier third edition, Harper and Row
Science B.V., Cleveland, Queens- Publishers, New York, hlm. 668-
land, Australia, hlm. 277. 669.
Muchtar, M. 1994. Karakteristik dan sifat- Sullivan, Maureen L. 1994. The taxonomy of
sifat kimia padang lamun di Lombok seagrasses surveyed from the higher
Selatan, dalam Struktur Komunitas taxa down through to the family
Biologi padang lamun di pantai level, Florida International Univer-
Selatan Lombok dan Kondisi ling- sity, Versi on-line, hlm. 4-8.
kungannya, laporan penelitian Pro- Supriharyono, 2000, Pelestarian dan penge-
yek Pengembangan Kelautan lolaan sumber daya alam di wilayah
(MREP), 1993-1994, Puslitbang pesisir tropis, PT Gramedia Utama,
Oseanologi-LIPI, Jakarta, hlm.1. Jakarta hlm. 36.
Mudjiono dan B. Sudjoko. 1994. Fauna Tomascik, T., A.J. Mah, A. Nontji, dan
moluska padang lamun dari pantai M.K. Moosa, 1997, The ecology of
pulau Lombok Selatan, dalam Indonesian seas, The ecology of
Struktur komunitas biologi padang Indonesia series, Vol. VIII, Part 2,
lamun di pulau Selatan Lombok dan Periplus editions (HK) Ltd., Singa-
kondisi lingkungannya. Laporan- pore, hlm. 829-830, 833-834, 836-
laporan penelitian Proyek Pengem- 837, 842, 844, 849, 860-861.
bangan Kelautan (MREP), 1993-

Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati Vol. 05 No. 01 April 2009 ISSN 0216-9487
80

You might also like