Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/330008675

PENGARUH PENAMBAHAN NaOH-NH4OH UNTUK PRODUKSI BIOETANOL


DARI AMPAS TEBU DENGAN METODE SIMULTANEOUS SACCHARIFICATION
FERMENTATION (SSF)

Article · October 2013

CITATION READS

1 2,337

3 authors, including:

Melysa Putri
Politeknik ATI Padang
2 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Melysa Putri on 31 December 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENGARUH PENAMBAHAN NaOH-NH4OH UNTUK PRODUKSI
BIOETANOL DARI AMPAS TEBU DENGAN METODE SIMULTANEOUS
SACCHARIFICATION FERMENTATION (SSF)

Melysa Putri, Marniati Salim, Elida Mardiah

Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas

e-mail : bo_cha27@yahoo.com
Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163

Abstract

Bagasse can be used as a basic ingredient in the manufacture of bio-ethanol and cellulose in
bagasse first should be released from lignin by using pretreatment method. Pretreatment was
done by using a mixture of 2% NaOH with NH 4OH concentrations that varied from 2% to 10%.
The solids ratio variation (bagasse): liquid (NaOH-NH4OH) pretreatment was 1:10, 1:15, and
1:20. Pretreatment condition which provided the optimum sample weight reduction was at
concentration of 2% NaOH and 2% NH4OH with a ratio of 1:20. The results of bagasse
saccharification using cellulase enzyme crude extract of Trichoderma viride strain T1 sk against
CMC pure substrates showed enzyme activity of 0,188 units. Saccharification was also done to
the variation of the amount of bagasse substrate 0,1g to 1 g and the variations of the time of
saccharification from 30 min to 120 min. The maximum glucose concentration was 1528.57 µg /
mL which obtained at 0.6 g substrate of bagasse with a long of saccharification 60 minutes. Bio-
ethanol obtained by the method of SSF for 84 hours with 30 mL inoculum of Saccharomyces
cerevisiae and 10 mL of crude extract of the enzyme cellulase was determined by using gas
chromatography, is equal to 0,4278 mL.

Keywords: bagasse, pretreatment, SSF

I. Pendahuluan
Pada saat ini, bioetanol merupakan bahan destilasi. Pretreatment alkali dapat
bakar mobil terbarukan yang paling umum memberikan efektifitas delignifikasi dan
digunakan sesuai dengan PP No. 5 tahun depolimerisasi selulosa, serta biaya dan
2006 tentang kebijakan energi nasional. energi yang dibutuhkan cukup kecil. Alkali
Sebagian besar bioetanol dihasilkan dari yang paling sering digunakan adalah
fermentasi gula atau bahan makanan yang NaOH dan NH4OH4,5.
mengandung pati, seperti tebu, jagung, dan
gandum1. Penggunaan NaOH encer dapat
meningkatkan luas permukaan internal
Menurut Anwar (2008), ampas tebu bahan dengan pembesaran permukaan.
memiliki komposisi kimia yang terdiri dari Pembesaran permukaan menyebabkan
3,82% abu, 22,09% lignin, 37,65% selulosa, terjadinya penurunan derajat polimerisasi,
1,81% sari, 27,97% pentosan, dan 3,01% pemisahan ikatan struktur lignin dan
SiO23. Menurut Samsuri (2007), ampas tebu karbohidrat, serta merusak struktur lignin.
merupakan bahan baku potensial untuk Ammoniak efektif dalam menghilangkan
produksi bioetanol. Teknik produksi lignin dari biomassa dengan reaksi utama
bioetanol terdiri dari empat jalur, yaitu menghidrolisis ikatan eter. Keuntungan
pretreatment, hidrolisis, fermentasi, dan dari penggunaan ammoniak adalah
mempunyai selektifitas yang tinggi 2.2. Prosedur penelitian
terhadap lignin, mempertahankan a. Pretreatment sampel
karbohidrat dalam bentuk aslinya, Sampel ampas tebu dipotong menjadi
memperlihatkan efek pengembungan potong-potongan kecil. Kemudian sampel
lignoselulosa yang signifikan, interaksi tersebut dijemur dan dihaluskan dengan
yang sangat sedikit dengan hemiselulosa, menggunakan gerinda. Pretreatment
dan sangat volatil. Ammoniak sangat dilakukan dengan menggunakan campuran
efektif untuk bahan dengan kandungan larutan NaOH 2 % dengan NH4OH dengan
lignin yang rendah6,7. variasi konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8%, dan
10%. Sebanyak 10 g sampel direndam
Pada penelitian sebelumnya, pembuatan dalam campuran larutan ammonium
bioetanol dari tongkol jagung dengan hidroksida (NH4OH) dan natrium
metode SSF. Pretreatment dilakukan dengan hidroksida (NaOH) dengan variasi
menggunakan NaOH 1%, NH4OH 4% dan perbandingan padatan (sampel) : cairan
8% dengan variasi konsentrasi cairan (campuran NH4OH dengan NaOH) 1:10,
pretreatment 1% NaOH, 8% NH4OH, 1% 1:15, dan 1:20 dengan volume cairan 100
NaOH + 4% NH4OH, dan 1% NaOH + 8% mL untuk (1:10), 150 mL untuk (1:15), dan
NH4OH selama 48 jam. Berdasarkan variasi 200 mL untuk (1:20). Pretreatment dilakukan
konsentrasi tersebut, cairan dengan selama 24 jam pada suhu 50oC. Kemudian,
konsentrasi 1% NaOH + 8% NH4OH hasil pretreatment disaring dan dicuci
memberikan hasil pengurangan lignin yang dengan menggunakan akuades sampai pH
lebih baik. Pada proses SSF, enzim selulase netral (pH 7). Endapan yang diperoleh
yang digunakan adalah selulase murni dikeringkan pada suhu 50oC dalam oven
dengan mikroorganisme Pichia stipitis CBS selama lebih dari 24 jam. Sampel ini siap
6054. Produksi bioetanol dengan metode untuk produksi bioetanol8,9,10.
SSF menghasilkan etanol sebesar 36,1 g/L
dengan fermentasi selama 72 jam8.
b. Uji kualitatif lignin
Dengan mengamati kandungan selulosa Uji lignin dilakukan dengan beberapa tetes
(37,65%) yang terdapat pada ampas tebu air hasil saringan pretreatment yang
sebagai bahan dasar bioetanol, peneliti ditambahkan dengan larutan FeCl3. Uji
ingin melakukan “Pengaruh Penambahan positif adanya lignin pada air sisa saringan
NaOH-NH4OH Untuk Produksi Bioetanol ditandai dengan perubahan warna larutan
Dari Ampas Tebu Dengan Metode menjadi merah bata pada larutan sampel11.
Simultaneous Sacharification Fermentation
(SSF)”, dengan variasi konsentrasi NH4OH c. Pengujian aktivitas enzim selulase
pada suhu pretreatment 50oC dan jamur Biakan jamur Trichoderma viride strain T1 sk
Trichoderma viride strain T1 sk. diremajakan terlebih dahulu dengan cara
menginokulasikan biakan murni
II. Metode Penelitian Trichoderma viride ke dalam medium agar
2.1. Bahan, peralatan dan instrumentasi miring (PDA) secara aseptik. Kemudian
Bahan yang digunakan adalah sampel diinkubasi pada suhu kamar selama 7 hari
ampas tebu yang diambil di Pasar Raya dan biakan siap digunakan. Sebanyak 2
Padang, kertas saring, ammonium tabung reaksi biakan Trichoderma viride
hidroksida (Merck), natrium hidroksida strain T1 sk yang ditambahkan dengan 10
(Merck), jamur Trichoderma viride strain T1 mL akuades steril, disuspensikan ke dalam
sk, Saccharomyces cerevisiae, akuades, 100 mL medium produksi enzim dan
glukosa (Merck), medium andreoti, buffer diinkubasi pada suhu 30oC selama 7 hari.
sitrat, buffer asetat, dan PDA (Merck). Alat Setelah 7 hari, ke dalam medium tersebut
yang digunakan pada penelitian ini adalah ditambahkan 0,2 mL tween 80 0,1% dan
spektrofotometer UV-Vis (Genesys20), disaring. Kemudian, hasil supernatan
Kromatografi Gas (GC 2010 Shimadzhu), disentrifus 4000 rpm pada suhu 5oC, selama
autoklaf, inkubator, peralatan gelas. 30 menit. Supernatan yang diperoleh
digunakan sebagai ekstrak kasar enzim. Uji
aktivitas enzim selulase ditentukan dengan efektif dalam menghilangkan lignin,
menggunakan metode Somogy-Nelson kelarutan selulosa dan hemiselulosa sangat
dengan variasi jumlah ampas tebu dengan kecil jika dibandingkan dengan asam. Hal
lama sakarifikasi. ini disebabkan oleh fungsi utama dari
NaOH adalah mendegradasi lignin dengan
d. Produksi bioetanol memutus ikatan eter, sehingga
Sebanyak 0,6 g ampas tebu ditambahkan menciptakan porositas biomassa serta
dengan 1 g ekstrak ragi dan 2 g pepton, meningkatkan luas permukaan ampas tebu,
ditempatkan dalam erlenmeyer 250 mL. penurunan derajat polimerisasi, penurunan
Selanjutnya 80 mL buffer sitrat 50 mM pH 5 kristalinitas, pemisahan hubungan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer tersebut struktural antara lignin dan karbohidrat,
dan disterilisasi pada 121oC selama 15 dan gangguan struktur lignin. Sedangkan
menit. Setelah medium dingin, 10 mL NH4OH dapat menyebabkan terjadinya
ekstrak kasar enzim selulase dan 30 mL pembengkakan, menurunkan derajat
inokulum Saccharomyces cerevisiae, polimerisasi dan kristalinitas selulosa,
disuspensikan ke dalam medium dan sehingga menyebabkan terganggunya
diinkubasi dalam water-bath shaker 110 rpm struktur lignin13,14.
pada suhu kamar selama 84 jam. Hasil
fermentasi disaring dan supernatan yang Semakin tinggi konsentrasi NH4OH dan
diperoleh didestilasi. Destilat disimpan semakin tinggi rasio perbandingan padatan
untuk analisis etanol pada kromatografi : cairan yang diberikan, semakin tinggi
gas12. pengaruhnya terhadap kehilangan berat
ampas tebu. Namun terdapat beberapa
III.Hasil dan Pembahasan hasil yang menunjukkan adanya
a. Pretreatment sampel penurunan pada proses delignifikasi.
Penurunan terjadi pada perbandingan
80.00% (1:20). Adanya sampel yang terapung
setelah ditambahkan dengan larutan
persentase kehilangan

60.00%
NaOH-NH4OH menyebabkan luas
40.00% 1:10
permukaan kontak antara sampel dengan
berat

20.00% 1:15 larutan tidak sempurna sehingga kontak


0.00% antara sampel dengan larutan dalam proses
1:20
2 4 6 8 10 delignifikasi tidak optimal. Hal ini
Konsentrasi NH4OH (%) menyebabkan berkurangnya lignin yang
dapat dilepaskan dari sampel15.
Gambar 1. Kurva pengaruh konsentrasi
NH4OH terhadap persentase pengurangan b. Uji kualitatif lignin
berat ampas tebu Uji kualitatif terhadap lignin dilakukan
Perbandingan berat ampas tebu dengan pada cairan hasil saringan pretreatment 1:20.
volume larutan perendam 1:10 Pada pengujian ini menunjukkan bahwa
Perandingan berat ampas tebu dengan cairan yang telah ditetesi dengan FeCl3
volume larutan perendam 1:15 berubah warnanya menjadi merah bata.
Perbandingan berat ampas tebu dengan Hal ini membuktikan bahwa lignin telah
volume larutan perendam 1:20 larut dalam cairan tersebut. Gambar 2
menunjukkan bahwa cairan hasil
Gambar 1 menunjukkan pengurangan berat pretreatment positif mengandung lignin.
ampas tebu setelah dipretreatment dengan
berbagai variasi konsentrasi dan
perbandingan padatan (ampas tebu) :
cairan (NaOH-NH4OH). Dengan
menggunakan senyawa alkali seperti
NaOH dan NH4OH dapat meningkatkan
daya cerna terhadap selulosa dan sangat
menghasilkan glukosa sebesar 1528,57
µg/mL. Semakin besar jumlah ampas tebu
yang diberikan, aktivitas enzim juga akan
semakin meningkat karena sisi aktif enzim
makin banyak mengikat substrat. Namun,
pada berat sampel tertentu (0,7 g – 1 g),
terjadi penurunan konsentrasi glukosa
1 2
yang dihasilkan. Hal ini dapat terjadi
Gambar 2. 1. Sebelum ditetesi FeCl3 dan 2.
karena sisi aktif enzim selulase telah
Setelah ditetesi FeCl3
membentuk kompleks enzim-substrat
A. Hasil penyaringan setelah 2 hari
sehingga tidak ada lagi sisi aktif enzim
B. Hasil penyraingan setelah 5 hari
yang bebas. Jadi, semakin besar sampel
C. Hasil penyaringan setelah 7 hari
yang diberikan, tidak akan meningkatkan
konsentrasi glukosa yang dihasilkan16.
c. Pengujian aktivitas enzim
Sebelum ekstrak enzim digunakan dalam
Pengaruh lama sakarifikasi terhadap
proses SSF, ekstrak enzim tersebut harus
konsentrasi glukosa dapat dilihat gambar 4
diuji terlebih dahulu terhadap substrat
:
CMC. Substrat CMC yang digunakan
adalah substrat CMC 0,1 %. Konsentrasi 2000
Konsentrasi Glukosa
gula reduksi maksimum yang diperoleh 1500
setelah sakarifikasi selama 30 menit adalah
(µg/mL)

1000
sebesar 1528,57 µg/mL dengan aktivitas
enzim sebesar 0,188 unit. 500
0
Setelah dilakukan pengujian aktivitas 0 50 100 150
ekstrak enzim terhadap substrat murninya, Lama Sakarifikasi (menit)
selanjutnya aktivitas ekstrak enzim diuji
terhadap sampel ampas tebu dengan
Gambar 4. Kurva pengaruh lama
variasi jumlah ampas tebu 0,1 g hingga 1 g
sakarifikasi terhadap konsentrasi glukosa
dengan volume ekstrak enzim tetap yaitu
yang dihasilkan
sebesar 3 mL. Pengaruh jumlah ampas tebu
terhadap konsentrasi glukosa yang
Variasi lama sakarifikasi dilakukan
dihasilkan dapat dilihat pada kurva berikut
terhadap ampas tebu 0,6 g selama 30, 45,
:
60, 75, 90, 105, dan 120 menit. Variasi lama
Konsentrasi Glukosa

2000 sakarifikasi dilakukan dengan tujuan untuk


1500 menentukan waktu yang optimum untuk
(µg/mL)

1000 enzim menghidrolisis selulosa supaya


menghasilkan konsentrasi glukosa yang
500
optimum. Pada penelitian ini didapatkan
0 waktu optimum untuk sakarifikasi adalah
0 0.5 1 1.5 pada menit ke 60. Dari gambar di atas
Jumlah Ampas Tebu (g) terlihat bahwa semakin lama waktu
sakarifikasi yang diberikan juga
Gambar 3. Kurva hubungan jumlah ampas menurunkan konsentrasi glukosa yang
tebu terhadap konsentrasi glukosa dihasilkan karena stabilitas dan ketahanan
yang dihasilkan ekstrak enzim menurun.

Gambar 3 menunjukkan kemampuan dari d. Produksi bioetanol


enzim selulase dalam menghidrolisis Pada penelitian ini, etanol yang dihasilkan
selulosa menjadi glukosa. Semakin besar selama 84 jam dengan 30 mL inokulum
sampel yang diberikan, semakin besar pula Saccharomyces cerevisiae adalah sebesar
konsentrasi glukosa yang dihasilkan seperti 0,4278 mL dengan persen area 14,26%,
ditunjukkan pada berat sampel 0,6 g seperti yang ditunjukkan pada gambar 5 :
Sehingga pada saat dilakukan fermentasi
bioetanol hingga 84 jam, tidak lagi terjadi
pembelahan sel, namun jumlah nutrien
yang semakin berkurang sehingga terjadi
kompetisi nutrisi yang menyebabkan
beberapa sel mati17.

IV.Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat
Gambar 5. Kromatogram bioetanol
disimpulkan bahwa lignin dapat
dilepaskan dari ampas tebu dengan
Produksi etanol ditentukan oleh banyaknya
menggunakan metode pretreatment alkali
glukosa yang dikonversi oleh enzim
(NaOH 2%-NH4OH 2%) dengan persentase
invertase yang dihasilkan oleh inokulum
penurunan berat sampel sebesar 58,16%,
Saccharomyces cerevisiae. Semakin besar
dengan perbandingan padatan (ampas
jumlah glukosa yang dikonversi, maka
tebu) : cairan (NaOH-NH4OH) (1:20)
akan semakin besar pula jumlah etanol
selama 24 jam pada 50oC. Konsentrasi
yang dihasilkan. Namun, kinerja dari
glukosa maksimum yang dihasilkan oleh
enzim invertase akan terhambat jika jumlah
enzim selulase dari Trichoderma viride
glukosa yang dihasilkan selama proses
strain T1 sk adalah sebesar 1528,57 µg/mL
sakarifikasi terlalu tinggi. Konsentrasi
dari 0,6 g ampas tebu dengan lama
substrat yang tinggi akan mengurangi
sakarifikasi 60 menit. Aktivitas enzim
jumlah oksigen terlarut sehingga
selulase itu sendiri terhadap substrat murni
kehidupan Saccharomyces cerevisiae akan
CMC 0,1% adalah 0,188 unit. Sedangkan
terganggu14.
etanol yang dihasilkan dengan metode SSF
adalah sebesar 14,26% persen area dengan
Jika dibandingkan dengan penelitian
rendemen sebesar 0,4278 mL.
Zhuang Zuo (2011), hasil yang diperoleh
sangat sedikit. Hal ini dapat disebabkan
V. Ucapan terima kasih
oleh kondisi pretreatment dan enzim yang
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
digunakan berbeda. Pada penelitian ini,
analis Laboratorium Biokimia FMIPA
enzim yang digunakan berupa ekstrak
Universitas Andalas yang telah membantu
kasar enzim sehingga tidak hanya selulosa
dalam menyelesaikan penelitian ini. Rekan-
yang akan dikonversi menjadi glukosa
rekan dan semua pihak yang telah
tetapi juga dihasilkan enzim hemiselulase
membantu dan memberikan dukungan
yang dapat mendegradasi hemiselulosa
sepenuh hati kepada penulis dalam
menjadi glukosa dan enzim endo-1,4-β-
menyelesaikan penelitian ini.
xilanase yang dapat mendegradasi xilan.
Sehingga jumlah glukosa yang dihasilkan
Referensi
selama proses sakarifikasi akan semakin
1. Alriksson, B., H. Rose, S., H. Van,
banyak. Banyaknya glukosa yang
dihasilkan menghambat kerja enzim Z.W., Sjode, A., Nilvebrant, N., and J.
invertase sehingga etanol yang dihasilkan Jonsson, L., 2009 , Cellulase Production
sedikit. Selain itu, dapat juga disebabkan from Spent Lignocellulose
oleh kondisi pretreatment yang diberikan. Hydrolysates by Recombinant
Aspergillus niger, Appl. Environ.
Hal ini juga dapat disebabkan karena Microbiol, 75(8) : 2366.
waktu fermentasi yang terlalu lama yang
2. Peraturan Presiden Republik
telah melebihi dari fasa eksponensial. Fasa
Indonesia No. 5 Tahun 2006 Tentang
eksponensial untuk Saccharomyces cerevisiae
Kebijakan Energi Nasional.
terjadi pada 36 jam hingga 72 jam. Pada
3. Samsuri, M., Gozan, M., Prasetya, B.,
fasa tersebut, terjadi pembelahan sel yang
sangat cepat sehingga membutuhkan gula and Nasikin, M., 2009, Enzymatic
sederhana dalam jumlah yang banyak juga. Hydrolysis of Lignocellulosic Bagasse
for Bioethanol Production, Journal of Dengan Variasi Temperatur, Chem Info,
Biotechnology Research in Tropical 1 (1), 220-225.
Region, 2 (2). 12. Setyawati, H., Astuti R.N., Bioetanol
4. A. Silva, K., H.M.Godoy, P., Cardoso, dari Kulit Nanas Dengan Variasi
Massa Saccharomyces cerevisiae dan
J., P. P. Mendes, T., A. Seolatto, A.,
Waktu Fermentasi, http://ejournal.
and F. Freitas, F, 2013, Study of Orange
upnjatim. ac.id/ index.php/tekkim/
Bagasse Digestibility by Chemical
article/download/76/60. 07/14/2013.
Pretreatments, Chemical Engineering
13. Irfan, M., Gulsher, M., Abbas, S., Syed,
Transactions, 35.
Q., Nadeem, M., and Baig, S., 2011,
5. Gede, W. I., 2011, Proses Fermentasi
Limbah Rumput Laut Eucheuma Effect of Various Pretreatment
Conditions on Enzymatic
Cottonii Sebagai Tahap Awal
Saccharification, Songklanakarin J. Sci.
Pembuatan Etanol Generasi Kedua,
Technol, 33 (4), 397-404.
Tesis Magister, Jurusan Teknik Mesin,
14. Cao, S., 2012, Effect of Surfactants on
Fakultas Teknik, Universitas Udayana,
The Pretreatment of Sugarcane
Denpasar.
Bagasse With Dilute Ammonia, A
6. Octavia, S. H, S, T. Purwadi, R. I. D. G.
Thesis Submitted to the Graduate Faculty
Putrawan, A., 2011, Pengolahan Awal
of the Louisiana State University and
Lignoselulosa Menggunakan Amoniak
Agricultural and Mechanical College in
Untuk Meningkatkan Perolehan Gula
partial fulfillment of the requirements for
Fermentasi, Prosiding Seminar
the degree of Master of Science in The
Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”,
Department of Food Science, Henan
Yogyakarta.
University.
7. Zuo, Z., Tian, S., Chen, Z. And Li, J.,
15. Rachmaniah,O., Krishnanta W.A., and
2012, Soaking Pretreatment oh Corn
Ricardo, D., Acid Hydrolysis
Stover for Bioethanol Production
Pretreatment of Bagasse-
Followed bg Anaerobic Digestion
Lignocellulosic Material for Bioethanol
Process, Appl Biochem Biotechnol, 167,
Production, Jurnal ITS.
2088-2102.
16. Masfufatun., Isolasi dan
8. Wyman, C.E., 1994, Ethanol from
Lignocellulosic Biomass: Technology, Karakterisasi Enzim Selulase,
Economics, and Opportunities, http://fk.uwks.ac.id/archieve/jurnal
Bioresource Technology, 50, 3-16. /Vol Edisi Khusus Desember 2009/.
9. N. Chinedu, S., C. Yah, S., C. Nwinyi, 17. Permata, S. D., Wuryanti, Anam, K.,
O., I. Okochi,V., A. Okafor, U., and M. 2013, Isolasi, Purifikasi dan
Onyegeme- Okerenta, B., 2008, Plant Karakterisasi α-amilase dari
Waste Hydrolysis by Extracellular Saccharomyces cerevisiae FNCC 3012,
Enzymes of Aspergillus niger and Chem Info, 1 (1), 337-344.
Penicillium chrysogenum: Effect of
Ammonia Pretreatment, Nigerian
Journal of Biochemistry and Molecular
Biology, 23 (1), 1-7.
10. Bagus, W.G.I., Redi, A.W dan Bagus,
N.S.D., 2011, Produksi Selulase Kasar
dari Kapang Trichoderma viride dengan
Perlakuan Konsentrasi Substrat
Ampas Tebu dan Lama Fermentasi,
Jurnal Biologi, XV (2), 29 – 33.
11. S.Rosdiana,N., R.Sarjono, P., S.
Mulyani, N., 2013, Aktivitas Fusarium
oxysporum Dalam Menghidrolisis
Enceng Gondok (Eichhornia crassipes)

View publication stats

You might also like