Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

TEORI DASAR MODUL RADIX

I. Akar
1.1 Pengertian dan Morfologi Akar

Akar adalah bagian utama dari tumbuhan setelah batang dan daun. Akar memiliki fungsi
memperkuat berdirinya tumbuhan, menyerap air dan zat mineral dari dalam tanah, mengangkut
air dan zat mineral ke bagian lain yang membutuhkan dan juga bisa sebagai tempat menyimpan
cadangan makanan. Ciri-ciri dari akar ini biasanya ada di dalam tanah, tidak berbuku dan tidak
beruas, biasanya berwarna keputih-putihan atau kekuning-kuningan, tumbuh terus pada ujungnya,
dan bentuknya meruncing (Tjitrosoepomo, 2011).

Akar merupakan organ tumbuhan yang paling sederhana yang berasal dai
radikula. Radikula berasal dari biji strukturnya halus dan bergerak menembus tanah.
Radikula dari biji akar berkembang menjadi akar utama atau sering disebut dengan akar
tunggang. Berikut ini merupakan beberapa karakter atau ciri dari akar:
 Akar umumnya tidak bewarna hijau dan berada di dalam tanah dan
bersifat: (+) geotropic, (–) phototropic, and (+) hydrotropic.
 Tidak memiliki mata tunas.
 Tidak memiliki nodus dan internodus.
 Akar memiliki rambut-rambut akar yang bersifat uniselluler.

Berikut ini merupakan fungsi dari akar:

 Menentukan posisi tanaman


 Absobsi air dan garam-garam mineral
 Tempat penyimpanan makanan
 Membawa air dari dalam tanah menuju batang
 Pada beberapa tanaman sebagian berfungsi untuk fotosisntesis maupun
respirasi. (Marina, 2016)
1.2 Anatomi Akar

Akar merupakan bagian sumbu tumbuhan kormus yang biasanya tumbuh di


bawah permukaan tanah dengan arah tumbuh menuju pusat bumi atau ke air, dan
meninggalkan cahaya. Akar berfungsi untuk menunjang tumbuhan, penyerap, penyalur
zat makanan, serta sebagai organ penimbun. Berkaitan dengan fungsi, akar mempunya
bentuk dan struktur yang beragam, misalnya akar nafas, akar penimbun, akar pelekat,
akar penghisap dan akar penunjang (Hasanuddin, 2017).

Akar pada tumbuhan terbagi menjadi dua, yaitu akar primer dan akar sekunder.
Akar tunggang pada tumbuhan merupakan hasil dai akar primer, sehingga akar tersebut
dapat pertumbuhan secara sekunder serta membentuk cabang-cabangnya, sedang akar
adventif biasanya tidak mengadakan pertumbuhan secara sekunder (Wahyuni, 2019).

Pada tumbuhan monokotil memiliki sistem perakaran serabut menyebabkan


tumbuhan mendapatkan banyak air dan mineral tanah (Hasanuddin, 2017).

Jaringan penyusun akar dalam keadaan pertumbuhan primer, irisan membujur


ujung akar muda menunjukkan empat daerah pertumbuhan yang batasnya tidak terlalu
jelas, yaitu: tudung akar, daerah pembelahan sel, daerah pembentangan sel, dan daerah
diferensiasi atau pemasakkan sel. Irisan melintang akar dari luar ke dalam jaringan-
jaringan penyusun: epidermis dan bulu akar, korteks, stele, tudung akar. Susunan akar
dalam keadaan sekunder itu bervariasi. Tidak semua tumbuhan mengalami pertumbuhan
sekunder (Wahyuni, 2019).

Secara umum, tanaman tingkat tinggi mempunyai empat bagian penting akar, yaitu akar
primer atau akar utama, akar lateral atau akar sekunder atau akar cabang, rambut atau bulu akar,
dan tudung akar (Hidayat, 1995). Secara umum, tanaman tingkat tinggi mempunyai empat bagian
penting akar, yaitu : (Hidayat, 1995).

a) Akar primer atau akar utama

b) Akar lateral atau akar sekunder atau akar canbang,

c) Rambut atau bulu akar yaitu bagian akar yang merupakan penonjolan sel-sel kulit luar akar
d) Tudung akar terletak pada ujung akar, berfungsi melindungi promeristem akar serta membantu
penembusan tanah oleh akar. Tudung akar terdiri atas sel-sel parenkimatis dengan berbagai
tingkatan diferensiasi. Selnya terkadang tersusun atas deretan radial yang berasal dari permulaan
tudung akar. Pada beberapa tumbuhan, sel sentral di tudung akar membentuk struktur yang lebih
jelas dan tetap yang disebut kolumela.

Secara umum struktur anatomi akar tersusun atas jaringan epidermis , system jaringan
dasar berupa korteks, endodermis, empulur, serta sistem berkas pembuluh. Pada akar sistem
berkas pembuluh terdiri atas xilem dan floem yang tersusun berselang-seling. Struktur anatomi
akar tumbuhan monokotil dan dikotil berbeda (Iserep, 1993).

1. Tudung Akar

Tudung akar terletak pada ujung akar, berfungsi melindungi promeristem akarserta
membantu penembusan tanah oleh akar. Tudung akar terdiri atas sel-sel parenkimatis dengan
berbagai tingkatan diferensiasi. Selnya terkadang tersusun atas deretan radial yang berasal dari
permulaan tudung akar. Pada beberapa tumbuhan, sel sentral di tudung akar membentuk struktur
yang lebih jelas dan tetap yang disebut kolumela (Hidayat, 1995).

Tudung akar akan berkembang secara terus menerus. Bila sel paling luar mati,maka
pemula akan membentuk sel-sel baru yang menggantikan fungsi sel yang mati (Hidayat, 1995).

2. Epidermis

Pada kebanyakan akar, epidermis berdinding tipis. Rambut-rambut akar berkembang dari
yang khusus, dan sel tersebut mempunyai ukuran yang berbeda dengan sel epidermis, dinamakan
trikhoblas. Trikhoblas sendiri berasal dari pembelah protoderm. Epidermis akar yang berfungsi
untuk penyerapan.serta bulu-bulu akar yang memiliki kutikula tipis (Iserep, 1993).

Ciri khas dari epidermis akar ialah pembentukan rambut akar yang merupakan organ
yang sangat sesuai untuk pengambilan air dan garam yang efisien. Daerah rambut akar biasanya
terbatas beberapa sentimeter dari ujung akar. Rambut akar tidak ada di dekat meristem apikal dan
biasanya mati/mengering pada bagian akar yang lebih dewasa (Fahn, Anatomi Tumbuhan edisi ke
tiga, 1991).
3. Korteks Akar

Korteks akar umumnya terdiri atas sel-sel prenkimatis selama perkembangannya,


ukuran sel-sel korteks yang mengalami diferensiasi bertambah, sebelum terjadi vakuolisasi
dalam sel tersebut (Iserep, 1993). Korteks akar lebih lebar daripada korteks batang, karena
itulah korteks akar berperan lebih banyak dalam penyimpanan. Lapisan paling dalam dari
korteks merupakan endodermis (Kartasapoetra I. A., 1991).

4. Eksodermis

Pada sebagian besar tumbuhan, dinding sel pada lapisan sel terluar korteks akan
membentuk gabus, sehingga terbentuk jaringan pelindung baru yaitu eksodermis yang akan
menggantikan epidermis. Struktur dan sifat sitokimiawi sel eksodermis mirip sel endodermis.
Dinding primer dilapisi suberin dan lapisan itu dilapisi lagi oleh selulosa. Lignin juga
ditemukan disana (Hidayat, 1995). Sel-sel eksodermis juga mengandung protoplas. Tebalnya
eksodermis ini berbeda- beda pada lapisan sel tunggal sampai yang berlapis-lapis.
Eksodermis biasanya disertai pula oleh jaringan sklerenkim seperti pada akar Ananas,
Graminae dan Cyperaceae (Iserep, 1993).

5. Endodermis

Endodermis tersusun oleh satu lapis sel yang berbeda secara fisiologi, struktur, dan fungsi
dengan lapisan sel di sekitarnya. Berdasarkan perkem-bangan dicincin selnva, endodermis
dapat dibedakan menjadi:

 Endodermis primer yang mengalami penebalan berupa titik-tirik Caspary dari suberin
dan kutin.
 Endodermis sekunder, apabila penebalan berupa pita Caspary dari zat lignin.
 Endodermis tersier apabila penebalan membentuk huruf U yang mengandung

lapisan suberin dan selulose pada dinding radial dan tangensial bagian dalam. Di antara sel-
sel endodermis terdapat bebe-rapa sel yang tidak mengalami penebalan dinding, yaitu sel-sel
yang ter-letak berhadapan dengan protoxilem. Sel-sel ini disebut sel peresap (Nugroho,
2006).

6. Sistem jaringan pengangkut

Bagian terluar dan berbatasan langsung dengan endodermis, selapis sel atau mungkin
beberapa lapis sel berupa lapisan sel parenkim yang berasal dari inisial yang sama dari xilem
dan floem, lapisan ini disebut periskel atau perikambium. Periskel kadang-kadang berdinding
tebal. Perisikel ini mampu menghasilkan primodia akar lateral (akar cabang), sebagian
felogen, dan sebagian dari kambium pembuluh. Selain periskel adalagi jaringan yang bersifat
parenkimatis terletak di pusat silinder akar, yaitu parenkim empulur, jika bagian tengah ini
tidak ditempat jaringan pembuluh (Savitri, 2008).

Dibagian dalam periskel langsung berbatasan dengan protofloem dan protoxilem.


Biasanya xilem clan floem akar tersusun secara radiasi. Bila berkas pembuluh tidak banyak,
maka sering xilem bersatu di bagian tengah akar sehingga akar tidak berempulur.
Berdasarkan jumlah protoxilem atau jumlah lengan (jari-jari) xilem, akar dikenal dengan
xilem diarkh, triakh, tetrakh, pentrakh, poliarkh (masing-masing artinya 2,3,4,5, banyak
kelompok protoxilem atau berkas xilem). selain itu xilem primer dengan arah pendewasaan
dari luar ke dalam eksarkh. Arah pendewasaan sel dalam floem juga dari luar ke dalam
(Savitri, 2008).

1.3 Manfaat Akar di Bidang Farmasi

Akar tapak dara (Catharanthi radix) sebagai obat atau campuran obat
penderita kanker, diabetes melitus, demam, batuk, sariawan, keputihan dan juga
dapat dipakai sebagai peluruh kencing atau diuretik (Laksmi, 2014).

Kelembak (Rhei Officinali radix) akar dan batangnya dapat digunakan


dalam pengobatan sembelit, membantu mengatasi penggumpalan darah,
melancarkan haid, membantu menghentikkan perdarahan, membantu dalam
pengobatan hepatitis B, dan memperlancar buang air besar (BAB) karena
mengandung senyawa antrakironin yang berfungsi sebagai laksansia
(Sastroamidjojo, 2001).

Akar tapak liman (Elephantopi radix) memiliki manfaat sebagai pereda


diare, mengurangi gejala batuk, dapat mengobati sariawan, obat diuretik,
mengatasi masalah pernapasan, serta meredakan penyakit kulit yang disebabkan
oleh jamur (Sugiarti, 2005)
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G. (2007). Teknologi Bahan Alam. Bandung: ITB.

Agustina. (2004). Dasar Nutrisi Tanaman. Jakarta: Rineka Cipta.

Amir. (2012). Analisis Tanaman. Yogyakarta: UGM.

Dalimartha, S. (1999). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Dalimartha, S. (2005). Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar. Jakarta: Puspa Swara.

Depkes. (1997). Materia Medika Indonesia Jilid I. Jakarta: BPOM.

Estiti. (2008). Struktur Akar Tumbuhan. Jakarta: Panerama Swadaya.

Fahn, A. (1991). Anatomi Tumbuhan edisi ke tiga. Yogyakarta: UGM Press.

Fahn, A. (1995). Anatomi Tumbuhan edisi ketiga. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Gembong, T. (1985). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.

Savitri, E. S. (2008). Struktur Perkembangan Tumbuhan (Anatomi Tumbuhan).Malang: UIN


Press.

Sutrian, Y. (2004). Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan tentang Sel dan Jaringan. Jakarta:
Rineka Cipta.

Newall, C. (1997). Herbal Medicines: A Guide for Health-Care Professionals


2nded .London:Pharmaceutical Press.p.1912.

Nugroho, H. L. (2006). Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Depok: Penebar Swadaya.

Hasanuddin, M. W. (2017). Anatomi Tumbuhan. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press.

Wahyuni, S. E. (2019). Anatomi Fisiologi Tumbuhan. Malang: UMM Press.

You might also like