Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Populisme di Indonesia: Ancaman bagi Integritas Masyarakat dan Reaktualisasi Pancasila

POPULISME DI INDONESIA: ANCAMAN BAGI INTEGRITAS


MASYARAKAT DAN REAKTUALISASI PANCASILA
Feridus Welak
Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana
Email: welakferidus@gmail.com

Abstract

This paper focuses on the theme of populism in Indonesia that threatens the integrity of society.
The phenomenon of populism in Indonesia affiliated with certain identity politics (religions-
cultures) has the potential to accompany the society and or the state to divide with each other.
Actualizing Pancasila as a basic foundation to overcome the occurrence of divisions in society in
particular and Indonesia at large. Populism movements that facilitate religious-culture-based
identity propositions for their political strategies and maneuvers have an effect on the integrity of
society. Religious-cultural issues are able to burn sentimental societies and mobilize political
forces. Based on Pancasila as the basis of the state, Indonesia has committed to overcoming
identity-based politics. Pancasila as the basis of the state is believed to be born and formed by the
existence of the same life values among the Indonesian people. Pancasila wraps and established
the plurality of Indonesia without any discrediting and discriminating behavior against each other.
The reactualization of Pancasila is an inevitability and a fundamental step to re-crystallize
pancasila values and stem the identity politics movement that divides society. This critical study
is intended to investigate the impact of populism on the integrity of society. Pancasila was
appointed as a basis for overcoming identity politics and maintaining community unity. As for the
findings in this paper that the identity politics of populism is contrary to the spirit of Pancasilais
and Indonesianness. Actualizing Pancasila is very urgently needed to stem the phenomenon of
populism for the integrity of society.

Keywords: Populism in Indonesia; Identity Politics; Disintegrity; Reactualization of Pancasila;


Integrity.

Abstrak

Tulisan ini meletakkan fokus pada tema populisme di Indonesia yang mengancam integritas
masyarakat. Fenomena populisme di Indonesia yang berafiliasi dengan politik identitas (agama-
budaya) tertentu berpotensi menggiring masyarakat dan atau negara pada perpecahan satu sama
lain. Mereaktualisasikan Pancasila sebagai landasan dasar mengatasi terjadinya perpecahan dalam
masyarakat secara khusus dan keindonesiaan secara luas. Gerakan populisme yang memfasilitasi
dalil-dalil identitas berbasis agama-budaya untuk strategi dan manuver politiknya sungguh
berpengaruh terhadap integritas masyarakat. Isu agama-budaya mampu membakar sentimental
masyarakat dan memobilisasi kekuatan politik. Berlandaskan Pancasila sebagai dasar negara,
Indonesia telah berkomitmen untuk mengatasi politik berbasis identitas. Pancasila sebagai dasar
negara diyakini lahir dan dibentuk oleh adanya nilai-nilai hidup yang sama di antara suku bangsa
Indonesia. Pancasila membungkus dan mendaulatkan pluralitas Indonesia tanpa adanya perilaku
saling mendiskreditkan dan mendiskriminasi satu dengan yang lain. Reaktualisasi Pancasila
merupakan keniscayaan dan langkah fundamen untuk mengkristalkan kembali nilai-nilai Pancasila
dan membendung gerakan politik identitas yang memecahbelahkan masyarakat. Studi kritis ini
dimaksudkan untuk menyelidiki dampak dari populisme terhadap integritas masyarakat. Pancasila

62
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 62-70
Populisme di Indonesia: Ancaman bagi Integritas Masyarakat dan Reaktualisasi Pancasila

diangkat sebagai dasar untuk mengatasi politik identitas dan tetap menjaga kesatuan masyarakat.
Adapun temuan dalam tulisan ini bahwa politik identitas populisme bertolak belakang dengan
semangat pancasilais dan keindonesiaan. Mereaktualisasikan Pancasila sangat urgen diperlukan
untuk membendung fenomena populisme untuk menjaga integritas masyarakat.

Kata Kunci: Populisme di Indonesia; Politik Identitas; Disintegritas; Reaktualisasi Pancasila;


Integritas.

A. Pendahuluan Kemunculan populisme berbasis


politik identitas di Indonesia dapat ditelaah
Akhir-akhir ini fenomena populisme
dari dunia peristiwa besar. “Pertama, pada
menyedot perhatian publik dan banyak
kontestasi pemilihan Gubernur Daerah
diperbincangkan di negara tercinta ini
Khusus Ibu Kota Jakarta (DKI) 2017 silam.
“Indonesia” tentu tidak tanpa alasan.
Manuver politik Anies Baswedan
Alasannya sederhana: negara sedang dalam
memfasilitasi dan berafiliasi bersama
ancaman. Populisme di Indonesia yang
kelompok politik sayap kanan Islam. Kedua,
berafiliasi dengan politik identitas (agama
terungkap pada kontestasi pemilihan
dan budaya) mengancam integritas
Presiden 2019 mempertemukan Jokowi dan
masyarakat yang mampu menggiring
Prabowo. Kedua tokoh mementaskan
masyarakat dan atau negara pada perpecahan.
pendekatan berbeda, Jokowi tampil sebagai
Politik identitas dibungkus agama dan
aktor populis dengan selogan ‘reformasi
budaya memilki andil besar untuk memantik
birokrasi’ untuk memfasilitasi masyarakat
sentimental dan menarik simpati militan
berpartisipasi akibat terkungkung dalam
pengikut kelompok identitas tertentu.
sistem demokrasi itu sendiri. Sedangkan
Populisme berbasis politik identitas
Prabowo merepresentasikan diri sebagai
memobilisasi kekuatan masa dan bertendensi
suara rakyat terpinggir akibat sistem
mengabaikan keberadaan individu atau
pemerintahan yang kotor. Dalam manuver
kelompok di luar dirinya. Terjadi gejala
politiknya Prabowo memfasilitasi dan
saling mengEksklusivisme berdasarkan
berafiliasi bersama gerakan Muslim sayap
agama dan budaya. Fenomena demikian jelas
kanan yang telah muncul pada pemilihan
menyerang dan menggoyahkan integritas
Gubernur DKI sebelumnya untuk meraup
bangsa.
dukungan dan simpati Muslim tradisional,
Indonesia sebagai suatu bangsa-negara
konservatif, fundamental dan radikal.
merangkul dan mendaulatkan pluralitas
Prabowo bersenyawa bersama Muslim sayap
(budaya, agama, dan ras) tanpa ada
kanan nampak dari pengukuhan dukungan
diskriminasi satu dengan yang lain. Terdapat
Ijtima Ulama jilid II versi GNPF dengan
kesedian mengakui dan menerima masing-
menetapkan dan mendukung penuh Prabowo
masing nilai dari golongan atau kelompok.
dalam pemilihan Presiden”. (Adon, 2021: 82)
Dalam usaha mengayomi pluralitas, para
Manuver politik Anies dan Prabowo bertalian
pendiri bangsa (founding fathers)
dan bersenyawa dalam politik identitas yang
merumuskan dan menetapkan satu asas
dibungkus dalam agama.
fundamen dimana di atas itulah negara
Politik sektarian sungguh bertentangan
berdiri. Pancasila difondasikan sebagai asas
dengan semangat Pancasila. Politik identitas
mendasar bagi Indonesia. Di atas dan di
tidak menampilkan nilai Pancasila yang
dalam Pancasila Indonesia berdiri tegak.
mendaulatkan keberagaman tanpa saling
Demikianlah Pancasila merangkul,
mendiskreditkan. Politik identitas “kerap
menyatukan dan mendaulatkan keberagaman
mengafirmasi ke dalam, lahir dari semangat
yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia.
individu, kelompok sosial, komunitas atau

63
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 62-70
Populisme di Indonesia: Ancaman bagi Integritas Masyarakat dan Reaktualisasi Pancasila

agama tertentu-bertujuan mengukuhkan dan Populisme: A Very Short Introduction


mempertegas keberadaan dan otonomi diri mengartikan “populisme sebagai ideologi
dalam wujud agama, budaya dan gerakan politik” sedangkan pemikir yang lain
lainnya”. (Baghi, 2012: 251) Politik identitas mengartikan populisme sebagai doktrin,
melakoni pada isu sentral sebagai kelompok strategi dan atau gerakan politik seperti yang
yang dimarginalkan. Politik identitas dikemukakan oleh Ernesto Laclau, Chantal
berbasis agama yang mewabah di Indonesia Mouffe dan Kaltwasser”. (Wijanarko, 2021:
merupakan “kemunduran politik Indonesia 2) Para pemikir mendefinisikan populisme
sendiri dimana mengkristalkan sentimental sebagai ideologi, strategi, gerakan dan
sektarian (identitas) tertentu”. (Wijanarko, semuanya bermuara atau berpangkal pada
2021: 1) Gerakan politik identitas dalam politik. Sulit untuk membahas dan
kontestasi dan manuver politik sangat mendefinisikan populisme di luar politik. Hal
mempengaruhi dan berpotensi menggiring ini menegaskan bahwa populisme tumbuh
masyarakat pada perpecahan bahkan konflik dan berkembang dalam ranah politik.
satu dangan yang lain. Populisme tidak dapat dil ihat di luar politik;
Mengingat kondisi di atas, tulisan ini populisme hanya ada dalam politik. Singkat
menitipberatkan pada dampak populisme kata dalam tulisan ini dapat disimpulkan
yang bersenyawa dalam politik identitas bahwa populisme merupakan suatu gerakan
terhadap polarisasi masyarakat. Keadaan politik.
chaos tersebut jika tidak dibenahi dan Sebagai suatu gerakan politik
diminimalisir sedini mungkin akan populisme kerap bersenyawa dengan gerakan
menggiring pada perpecahan bahkan konflik lain untuk membentuk kekuatan dan
di antara masyarakat. Mereaktualisasi mengartikulasikannya sebagai kekuatan
Pancasila adalah langkah urgen dan populum ‘rakyat’. Populisme merupakan
fundamen untuk menangkal fenomena bangkitnya gerakan politik rakyat ‘populum,
populisme identitas. Mereaktualisasikan yang berafiliasi dengan orintasi politik
Pancaila merupakan suatu keharusan untuk tertentu. Secara umum gerakan populisme
menanamkan nilai-nilai Pancasila itu sendiri dimotori atau digerakan oleh seorang aktor
dan pada akhirnya tetap menjadi wadah dan atau kelompok yang memilki pengaruh
kokoh untuk mengintegrasikan masyarakat. cukup kuat dan kharismatik. Kedigdayaan
aktor populis dalam mengonstruksi suatu
B. Pembahasan gerakan atau strategi politik mampu
mempengaruhi emosi bahkan meradikal
1. Apa itu Populisme?
kekauatan masa.
Populisme secara luas dipandang
sebagai dinamika alamiah sistem demokrasi; Populisme merupakan suatau gerakan
memaksudkan bangkit dan bertumbuhnya politik yang dalam pelaksanaannya acapkali
gerakan populisme merupakan reaksi bergandengan dengan pelbagai ideologi
langsung rakyat berkaitan dengan sistem dan lainnya. Populisme selalu menampilkan
model demokrasi yang berjalan tidak normal wajahnya dalam perhelatan dan percaturan
‘disfungsional’”. (Budiman, 2021: 236) politik. Populisme senantiasa berbicara dan
Populisme pertama-tama merupakan respon ada dalam ranah politik. Populisme mendapat
“perlawanan” terhadap pemerintah dan medan dan bergaung dalam percaturan dunia
institusi demokrasi. Populisme dapat politik.
mengarahkan pada multitafsir.
Para pemikir dan teoritikus tidak 2. Fenomena Populisme dan
mencapai kata final dalam mendefenisikan Demokrasi di Indonesia
apa itu populisme. Cas Mudde dan Cristobal
Berbicara mengenai populisme sangat
Rovira Kaltwaser dalam buku yang berjudul
erat kaitannya dengan demokrasi. Umumnya,

64
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 62-70
Populisme di Indonesia: Ancaman bagi Integritas Masyarakat dan Reaktualisasi Pancasila

habitus populisme tumbuh dan berkembang pemilihan legistlatif maupun eksekutif.


di negara-negara yang menerapkan sistem Kiblat demokrasi Indonesia kerap bertalian
demokrasi. Sejarah perkembangan dengan gerakan populisme dengan berbagai
populisme selalu lahir dalam negara sistem wajah ‘politik identitas’. Sebab target utama
demokrasi yang selalu bersenyawa dengan populis untuk berkuasa dalam bidang politik.
paham lainnya bergantung negara Populisme di Indonesia secara umum
bersangkutan seperti liberalisme (mayoritas memainkan politik identitas (agama dan
negara Eropa), Sosialisme (Venezuela), budaya,) sebagai pisau politik. Politik
nasionalisme (Amerika Utara), dan identitas memilki pengaruh yang kuat dalam
kelompok agama tertentu (Amerika dan perpolitik Indonesia. Politik identitas
Indonesia)”. (Wijanarko, 2021: 3) Gerakan berbasis agama di Indonesia umumnya pada
populisme selalu bertalian dengan ideologi umat Islam. Vedi R. Hadis dalam karyanya
lainnya untuk mampu memantik sentimental berjudul Islamic Populism in Asia and the
dan membentuk kekuatan politik. Konteks Middle East (2016) melihat dan mengaitkan
Indonesia populisme agama sangat kuat aksi bela Islam (aksi bela Al Qur’an) atau
pengaruhnya terutama gerakan agama familiar dikenal aksi 411 dan 212 dengan
mayoritas seperti Muslim yang terlihat jelas sasaran Ahok sebagai terdakwa penistaan
pada aksi 212 (bela Islam) dengan sasaran agama-juga bersamaan perhelataan
Ahok sebagai tersangka penistaan agama; pemilihan Gubernur DKI Jakarta merupakan
mengindikasi bangkitnya gerakan sosial fenomena dan momentum kebangkitan
berbasis agama yang bersenyawa untuk populisme Identitas berbasis Agama “Islam”.
mengkristalkan suatu fenomena baru yakni (Arifin, 2019: 17) Populisme identitas di
populisme”. (Sholikin, 2018: 14-16) Gerakan Indonesia lebih mengarah pada identitas
dan aktor populis selalu melakoni isu sentral berbasis agama-budaya.
dan sensitif terutama isu agama. Secara luas demokrasi merupakan
Sistem Demokrasi ‘demokratis’ “paham yang berlaku umum dan bersifat
diklaim dapat memfasilitasi lahirnya universalitas, tetapi dalam implementasinya
populisme politik. Memaksudkan demokrasi selalu berkenan dengan konteks negara-
pada satu sisi membuka pintu untuk setiap negara bersangkutan. Konteks Indonesia
orang berserikat, berpendapat, berpolitik, dan sebagai salah satu negara sistem demokrasi,
berasosiasi. Tetapi pada sisi lain, tujuan prinsip pengaktualisasiannya yakni
demokrasi yakni menciptakan kesejahteraan, demokrasi Pancasila, memaksudkan seluruh
keadilan, dan kebaikan bersama jauh dari sistem, prinsip, nilai berujung dan berpangkal
harapan”. (Wijanarko, 2021: 3) pada Pancasila”. (Tjarsono, 2013: 882)
Ketidakmampuan demokrasi berdasarkan Landasan demokrasi pada Pencasila
prinsip dan tujuannya merupakan suatu mengungkapkan seluruh dimensinya yang
kelemahan ‘kegagalan’ demokrasi itu sendiri. termuat pengalaman serta mencerminkan
Hal mendasar juga terjadi bahwa “kuantitas nilai Pancasila itu sendiri. Demokrasi
wacana demokrasi selalu bertolak belakang Pancasila tidak sekadar konsep belaka tetapi
dengan kualitas demokrasi sendiri”. (Baghi, semangat keseluruhan dalam dinamika
2012: 283) Situasi demikian dimanfaatkan demokrasi yang mengasalkan pada Pancasila.
kaum populis untuk memproduksi ideologi, Kecenderungan Indonesia dalam dinamika
gerakan dan strategi dalam maneuver demokrasinya kerap jatuh dalam demokrasi
politiknya. Isu-isu kegagalan dan kebobrokan Pancasila prinsipil yakni demokrasi
demokrasi dimanfatkan kaum populis untuk Pancasila sebatas gagasan, teori dan ideologi
mengkristalkan dalil-dalil gerakannya. tanpa diaktualisasikan.
Secara umum fenomena populisme di Tujuan utama demokrasi membuka
Indonesia menguak di publik menjelang dan ruang partisipasi aktif seluruh elemen
saat perhelatan politik berlangsung baik pada masyarakat dalam seluruh roda pemerintahan

65
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 62-70
Populisme di Indonesia: Ancaman bagi Integritas Masyarakat dan Reaktualisasi Pancasila

dan menciptakan keadilan-kebaikan bersama prinsip baik itu hukum, norma, ideologi,
justru bertolak belakang dengan realitas. pandangan hidup maupun kontrak sosial
Kesenjangan terus tercipta baik dalam yang mampu mengintegerasikan masyarakat.
politik, sosial, ekonomi dan pendidikan. Indonesia memfondasikan Pancasila
Fenomena ini dilihat dan diklaim kaum sebagai dasar dari segala prinsip. Para pendiri
populis sebagai disfungsional demokrasi. bangsa (founding fathers) telah merumuskan
Dalam artian demokrasi yang sedang dan dasar negara Indonesia berdasarkan
berjalan tidak sesuai dengan cita-cita Pancasila. Soekarno salah satu bapak pendiri
“demokrasi sebatas prosedural”. Wajah bangsa mengasalkan Pancasila sebagai dasar
demokrasi sekarang tidak menampilkan cita- negara “dalam pidatonya 1 Juni 1945
cita awali dan keluhuran dari demokrasi itu mengemukakan dasar negara Indonesia
sendiri. Situasi tersebut digunakan kaum (weltanschauung) yang dinamakannya
populis untuk menyerang pemerintah dan Pancasila”. (Sekretariat Negara Republik
institusi demokrasi yang dinilai tidak mampu Indonesia, 1995: 81) Di atas Pancasila itulah
memenuhi tugasnya. Indonesia berdiri. Fondasi bangsa Indonesia
Gerakan populisme Indonesia tidak lain adalah Pancasila; Indonesia
seringkali bertalian dengan politik identitas berhulu dan bermuara pada Pancasila.
(agama-kultur). Politik identitas berarti Seluruh masyarakat Indonesia (yang begitu
menegasikan atau anti terhadap realitas majemuk: budaya, agama, bahasa, dan ras)
pluralitas; mengabaikan civil society. dipersatukan dalam satu dasar yakni
Fenomena politik identitas (agama-kultur) Pancasila. Singkat kata, Pancasila mengikat
dalam demokrasi Indonesia merupakan dan menyatukan seluruh pluralitas bangsa
regresi dari demokrasi Pancasila. Populisme Indonesia tanpa ada pembedaan satu dengan
di Indonesia yang bersenyawa dalam politik lain.
dan agama mampu memobilisasi dan Kenyataan Indonesia sebagai negara
memfasilitasi untuk membentuk sistem plural terbesar di dunia bukanlah hanya
ekslusivisme dalam masyarakat. kesadaran yang lahir dewasa ini tetapi sejak
Konsekuensi lebih jauhnya ialah terjadinya kemerdekaan. Soekarno menyadari hal
perpecahan dalam masyarakat. Agama dan pluralitas Indonesia tersebut; baginya
budaya mendoktrinkan faham dan ajaran Pancasila mampu membingkai pluralitas
yang bersifat eksklusif. Konteks Indonesia, tanpa harus ada penyekatan yang dibalut
“populisme agama sangat kuat untuk berdasarkan identitas tertentu, “kita hendak
memantik sentimental masyarakat dan mendirikan suatu negara ‘semua buat
mampu memobilisasi masa untuk semua’. Bukan buat satu orang, bukan buat
kepentingan atau manuver politik”. satu golongan, baik golongan bangsawan
(Wijanarko, 2021: 5) Gerakan populisme maupun golongan kaya, tetapi ‘semua buat
Indonesia sangaat dipengaruhi dan diperkuat semua”. (Sekretariat Negara Republik
oleh agama dan politik identitas. Indonesia, 1995: 71) Gagasan Indonesia
berdiri di atas Pancasila bukan untuk digiring
3. Pancasila: Asas Fundamen pada faham sektarian, golongan tertentu dan
Keindonesiaan memetakan masyarakat berdasarkan politik
yang berujung pada disintegritas. Indonesia
Asas fundamen merupakan hal yang
memfondasikan negara berdasarkan
mengikat, menjadi pegangan setiap orang.
Pancasila mengungkapkan eksistensinya
Nilai, norma dan pandangan yang mampu
mengarisbawahi keruntuhan sekat-sekat
menyatukan semua. Dengan kata lain, asas
dalam masyarakat dan kehidupan bernegara.
fundamen merupakan roh pengikat dan
Masyarakat dan negara tidak lagi berada
perekat kehidupan suatu bangsa-negara.
dalam terminologi mayoritas-minoritas,
Setiap lembaga dan negara memilki dasar
kelompok-golongan tertentu tetapi semua
atau tolak ukur sebagai dasar dari segala

66
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 62-70
Populisme di Indonesia: Ancaman bagi Integritas Masyarakat dan Reaktualisasi Pancasila

dalam cakupan dan wilayah yang sama yakni (weltanschauung), serta kontrak sosial
Indonesia. mutlak yang bersumber dan bermuara pada
Keindonesiaan merupakan kenyataan Pancasila”. (Hasan, 2017: 3) Bagi Indonesia
yang merangkum pluralitas yang Pancasila merupakan syarat eksistensial
mengungkapkan kesadaran untuk menjaga untuk membingkai keindonesiaannya.
keutuhan dan merawat nilai Pancasila Indonesia hanya dapat berdiri kokoh
sebagai dasar dari segala prinsip. Kesadaran apabila kenyataan yang paling esensial
‘aku Indonesia-aku Pancasila’ merupakan dihormati dan dijamin yakni Pancasila
langkah konstruktif dan mendesak. diterima dan dijalankan oleh seluruh
Kesadaran “Aku Indonesia-aku Pancasila masyarakat Indonesia baik dalam bidang
memaksudkan kesadaran mendasar yang sosial, pendidikan, hukum maupun politik.
mengungkapkan seluruh identitas historitas, Singkat kata Pancasila menjiwai seluruh
nilai, pluralitas, dan keharmonisan sebagai bidang kehidupan bangsa-negara Indonesia.
satu bangsa”. (Riyanto, 2017: 70) Aku
Indonesia-aku Pancasila merupakan dua 4. Reaktualisasi Pancasila
kesatuan yang tak terpisahkan. Indonesia-
Indonesia telah berkomitmen
Pancasila mengatributkan bahwa setaip
membangun atau mendirikan negara dengan
masyarakat atau bangsa Indonesia benar-
memfondasikan berdasarkan Pancasila
banar Indonesia yang berlandaskan Pancasila
sebagai dasar eksistensialnya. Pemakluman
bukan Indonesia KTP saja; dalam artian
“Pancasila sebagai dasar negara
mengaku Indonesia tetapi menegasikan
mengungkapkan seluruh kebijakan,
Pancasila sebagai dasar negara.
pandangan, nilai, hukum berlandaskan dan
Keindonesiaan juga mengungkapkan
mengamalkan nilai Pancasila itu sendiri.
fakta sejarah bahwa “manusia Indonesia
Singkat kata Indonesia adalah negara
tidak terbangun atau terdiri dari satu suku,
Pancasila yang mengatributkan paham
budaya, agama dan geografis yang sama
Pancasilais: dari, oleh dan untuk Pancasila”.
tetapi lahir dari keanekaragaman”. (Riyanto,
Dalam hal ini Pancasila merupakan syarat
2017: 70) Fakta sejarah negara plural
mutlak-urgen bagi negara Indonesia. Syarat
memaksudkan semua untuk saling
mutlak menerangkan bahwa Pancasila milik
menjunjung tinggi nilai masing masing dan
semua warga Indonesia tanpa harus
tetap menjaga keharmonisan. Pluralitas tidak
dipetakan satu dengan yang lain. Sebagimana
sama dengan relativisme sebagaimana
“Pancasila ditetapkan dalam pembukaan
kebanyakan orang mendefinisikannya.
UUD NRI Tahun 1945 menerangkan bahwa
Pluralisme menekankan pada kesedian untuk
Pancasila menjadi milik semua warga
menerima dan mengakui perbedaan tetapi
Indonesia tanpa ada diskriminasi berdasarkan
tetap satu yakni Indonesia. Sedangkan
identitas masing-masing”. (Suseno, 2015:
relativisme bertendensi melihat semua nilai,
45) Eksistensi Pancasila sebagai dasar negara
budaya dan ras sama saja; tidak ada yang
membingkai pluralitas dalam kesatuan yakni
beda. Sebagai bangsa plural Indonesia
Indonesia.
membingkaikan semuanya dalam satu wadah
Reaktualisasi Pancasila memaksudkan
kokoh yakni Pancasila. Dalam Pancasila
mengaktualisasikan atau mengaplikasikan
termuat sistem pluralitas yang saling
kembali nilai-nilai Pancasila; Melihat
menjunjung tinggi dan kesedian untuk saling
kembali Pancasila sebagai dasar fundamen
menerima perbedaan tanpa harus ada
ideologi dan dasar hukum Indonesia;
diskriminasi. Pancasila menjadi “dasar
membumikan Pancasila sebagai asas
eksistensial bagi masyarakat dan bangsa
eksistensial Indonesia. Reaktualisasikan
Indonesia: norma dasar, hukum (rechtsidee),
Pancasila tidak lain merupakan menghidupi
filosofis (philosofische grondslaag) ideologi
kembali lima sila yakni (1) Ketuhanan Yang
negara, dan pandangan hidup
Maha Esa ‘toleransi hidup beragama’, (2)

67
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 62-70
Populisme di Indonesia: Ancaman bagi Integritas Masyarakat dan Reaktualisasi Pancasila

Kemanusiaan yang adil dan beradab merupakan symptom dari pereduksian


‘Menjunjung tinggi hak setiap orang sebagai Pancasila. Berhadapan fenomena tersebut
sesama manusia, (3) Persatuan Indonesia “Pancasila mesti diamalkan dengan semangat
‘tidak membeda-bedakan suku, agama, Pancasilais “satu untuk semua dan semua
budaya dan ras tertentu’(4) Kerakyatan yang untuk satu” diredusir dalam dogma agama
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam dan politik identitas populisme.
permusawaratan/perwakilan Menilik fenomena tersebut, maka
‘mengutamakan musyawarah mufakat’, dan “reaktualisasi Pancasila merupakan sebuah
(5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat keharusan, keniscayaan dan kemutlakan bagi
Indonesia ‘mengedepankan sikap Indonesia untuk tetap menjaga dan
menghargai satu terhadap yang lain’. melestarikan keindonesiaannya”. (Saeng,
Dengan kata lain, reaktualisasi Pancasila 2017: 179) Pancasila menjadi penangkal
merupakan langkah flashback dan radikal terhadap gerakan sektarian dan dogmatisasi
untuk melihat Pancasila sebagai tolak ukur agama tertentu serta menuntun masyarakat ke
dan nilai mendasar dari segala prinsip. dalam integritas utuh sebagai satu bangsa
Reaktualisasi Pancasila merupakan ‘Indonesia’. Reaktualisasi “Pancasila mesti
“aktualisasi dalam ruang keseharian bersifat terstruktur-masif dengan upaya
masyarakat dan atau bangsa Indonesia baik akseleratif dalam seluruh sistema sosial
dalam politik, budaya, sosial, ekonomi dan berlandaskan nilai-nilai Pancasila sendiri”.
pendidikan. (Sudiarja, 2006: 881) (Manik, 2021: 227) Pancasila tidak akan
Pancasila sebagai dasar negara dan menjadi dasar jika setiap individu tidak
landasan dari segala hukum Indonesia kerap menjadikan dirinya sebagai Pancasilais,
menjadi narasi belaka saja. Sebab dalam artian seluruh dinamika hidup
pengaktualisasian “Pancasila belum masif bernegara bersumber dan mengamalkan
dan intensif ke dalam seluruh dinamika hidup nilai-nilai Pancasila”. (Sudiarja, 2006: 881)
bernegara”. (Manik, 2021: 227) Cita-cita Maka, Pancasila merupakan inti dan dasar
para founding fathers melandaskan dan untuk eksistensial manusia Indonesia untuk
mengamalkan Pancasila dalam keseluruhan mengejawantahkan seluruh realitasnya
hidup bernegara Indonesia jauh dari harapan. kehidupannya berdasarkan niali-nilai
Tidak jarang terdapat individu, kelompok Pancasila.
dan pelbagai gerakan ingin mengkerdilkan Pancasila sebagai ideologi nasional
Pancasila. Dalam ruang keseharian tidak yang definitif; dalam artian kesepakatan
jarang ditemui fenomena pendangkalan semua elemen negara untuk mengakui
Pancasila berdasarkan klaim sepihak kedaulatan Pancasila sebagai dasar, asas,
individu, kelompok dan ormas-ormas. filosofi dan sumber hukum hidup bernegara”.
Termuat intensi dan niat buruk individu atau (Saeng, 2017: 180) Dalam hal ini Pancasila
kelompok tertentu yang memperalat atau dilihat sungguh-sungguh urgen dalam hidup
memfasilitasi Pancasila untuk kepentingan berbangsa-bernegara. Maka, reaktualisasi
tertentu. Pancasila merupakan langkah tepat dan
Fenomena populisme Indonesia yang urgensi untuk mengatasi keterpecahan dalam
bersenyawa dalam agama dan politik masyarakat. Nilai-nilai dasar Pancasila yang
identitas menjadi salah satu habitus perlu diaktualisasikan tak lain adalah
pereduksian nilai Pancasila. Dogma agama kesedian semua masyarakat dan bangsa
dan politik identitas diklaim dan diterima untuk mengamalkan dan membumikan
sebagai dasar pembenaran baru. Fenomena kelima sila dalam ruang hidup bernegara.
ini tentunya menggiring masyarakat ke dalam
sekat-sekat tertentu dan bertendensi C. Simpulan
mengeklusifkan satu terhadap yang lain.
Populisme di Indonesia yang
Eksklusivisme-eksklusivisme tersebut
bersenyawa dalam politik identitas berbasis

68
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 62-70
Populisme di Indonesia: Ancaman bagi Integritas Masyarakat dan Reaktualisasi Pancasila

agama-budaya mengembuskan angin pengap masyarakat, institusi dan negara


bagi keutuhan negara kesataun republik mereaktualisasikan nilai-nilai Pancasila.
Indonesia. Politik identitas yang diumbar Keindonesiaan akan tetap utuh manakala
aktor populis menggoyangkan keutuhan semuanya sepakat dan berkomitmen
masyarakat dan atau negara. Gerakan menghidupi semangat ‘aku Indonesia-aku
populisme secara umum bersifat anti Pancasila. Maka, jadilah manusia dan
pluralistik dan mengidentifikasikan diri perpolitikan Indonesia yang Pancasilais.
sebagai corong rakyat yang mampu
mewakili-memenuhi aspirasi rakyat. Untuk DAFTAR PUSTAKA
memfasilitasi gerakan politik populisme
berafiliasi dengan ideologi lainnya seperti Adon. Mathias Jebaru. Melawan Populisme
agama. Dali-dalih agama dimanfaatkan dengan Semangat Pancasila Sebagai
sebagai bahan bakar untuk memobilisasi Dasar Persatuan dan Kesatuan
kekuatan dan membakar sentimental publik. Bangsa. Jurnal Politik, Hukum dan
Panorama strategi politik populisme Kewarganegaraan. Diakses 4
bertentangan dengan nilai dasar demokrasi Desember 2021.
Pancasila. https://jurnal.unsur.ac.id/jpphk/article/
Menghadapi gelombang dan wabah view/1775/1378.
populisme yang berpotensi tumbuh
kembangnya perpecahan di masyarakat dan Arifin. Syamsul. Islam, Populisme dan Masa
integritas negara goyah, Reaktualisasi Depan Demokrasi di Indonesia, Jurnal
Pancasila adalah syarat mutlak untuk Maarif Vol.14, No. 1 - Juni 2019.
membendung dan meluruskan kembali Diakses 7 Desember 2021.
praktik politik yang menyimpang. Pancasila http://www.jurnal-
sebagai dasar dari segala prinsip negara maarifinstitute.org/index.php/maarif/ar
Indonesia merupakan realitas eksistensial ticle/view/46/20.
bahwa seluruh dinamika baik politik maupun Baghi. Felix. Alteritas: Pengakuan,
sosial berlandaskan dan mengamalkan nilai Hospitalitas, Persahabatan: Etika
Pancasila sendiri. Paham-paham politik Politik dan Postmodernisme.
identitas hanya mampu diberantas atau Maumere: Ledalero. 2012.
dihanguskan jika Pancasila betul-betul
menjiwai seluruh manusia Indonesia dalam Budiman Nur. Bahtiar. Populisme Di
hayat hidup bersamanya. Penghayatan nilai Indonesia Sebagai Ancaman Polarisasi
Pancasila tidak sebatas pada penghafalan Masyarakat. Pancasila: Jurnal
lima sila tetapi lebih pada pengaktualisasian Keindonesiaan Vol. 01, No. 02,
dalam ruang keseharian hidup sebagai Oktober 202.
pribadi aku Indonesia-aku Pancasila. https://ejurnalpancasila.bpip.go.id/inde
Sebagaimana digaungkan Soekarno bahwa x.php/PJK/article/view/53/21.
“di atas Pancasila Indonesia berdiri kekal dan Hasan. Halili. Merawat Kebinekaan,
abadi”. (Sekretariat Negara Republik Membumikan Pancasila: Refleksi Data
Indonesia, 1995: 81) Hal ini mengungkapkan Riset Kondisi Kebebesan
hakiki atau esensi dari Pancasila sebagai Beragama/Berkeyakinan dan Potret
dasar seluruh hukum, pandangan hidup dan Toleransi. Dlm. Mangabdi Tuhan dan
norma hidup bernegara. Mencintai Lyan: Penghayatan Agama
Politik identitas ala populisme yang di Ruang Publik yang Plural.
mampu menghadirkan perpecahan Alphonsus Tjatur Raharso Dkk (Eds).
masyarakat dan negara mendapat jawaban Seri Filsafat Teologi Widya Sasana
tuntas untuk mengatasinya dalam Pancasila. Vol. 27 No. 26, 2017. Hlm 3-324.
Maka, suatu keharusan semua elemen

69
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 62-70
Populisme di Indonesia: Ancaman bagi Integritas Masyarakat dan Reaktualisasi Pancasila

Idjang Tjarsono, Demokrasi Pancasila dan Saeng. Valentinus. Revitalisasi Pancasila


Bhineka Tunggal Ika Solusi Demi Indonesia yang Religius dan
Heterogenitas. Jurnal Transnasional. Beradab. Dalam. Mangabdi Tuhan dan
Vol. 4, No. 2, Februari 2013. Diakses Mencintai Lyan: Penghayatan Agama
06 Desember 2021. Jam 9:9. di Ruang Publik yang Plural.
file:///C:/Users/Owner/AppData/Local/ Alphonsus Tjatur Raharso Dkk (Eds).
Temp/1211-2407-1-SM.pdf. Seri Filsafat Teologi Widya Sasana
Vol. 27 No. 26, 2017. Hlm.158-184.
Manik. Sastrawan Toba. Dkk (Plis),
Revitalisasi Pancasila Melalui Dusun Sholikin. Ahmad. Gerakan Politik Islam di
Pancasila. Pancasila: Jurnal Indonesia Pasca Aksi Bela Islam Jilid
Keindonesiaan, Vol. 01, No. 02, I, II dan III. Madani, Jurnal Politik dan
Oktober 2021. Diakses 7 Desember Sosial Kemasyarakatan, Vol. 10 No. 1
2021. Jam 22: 53. 2018. http://e-
https://ejurnalpancasila.bpip.go.id/inde jurnal.unisda.ac.id/index.php/MADAN
x.php/PJK/article/view/33/14. I/article/view/373/166.
Risalah Sidang Badan Penyelidikan Usaha- Sudiarja. A dkk (Ed). Karya Lengkap
Usaha Persiapan Kemerdekaan Driyarkara: Esai-Esai Pemikir Yang
Indonesia (BPUPKI) & Panitia Terlibat Penuh Dalam Perjuangan
Persiapan Kemerdekaan Indonesia Bangsanya. Jakarta Gramedia 2006.
(PPKI). Jakarta: Sekretariat Negara
Republik Indonesia. 1995. Suseno. Magnis Frans. Kebangsaan,
Demokrasi, Pluralisme: Bunga Rampai
Riyanto. Armada. Aku Indonesia, Aku Etika Politik Aktual. Jakarta: Kompas.
Pancasila: Sebuah Refleksi Kesadaran 2015. Magnis: Bunga Rampai.
Konstruktif Diri Dalam. Mangabdi
Tuhan dan Mencintai Lyan: Wijanarko. Robertus. Religious Populism
Penghayatan Agama di Ruang Publik and Public Sphere in Indonesia. Jurnal
yang Plural. Alphonsus Tjatur Raharso Sosial Humaniora (JSH) 2021. Diakses
Dkk (Eds). Seri Filsafat Teologi Widya 17 Juli 2021.
Sasana Vol. 27 No. 26, 2017. Hlm. 59- https://iptek.its.ac.id/index.php/jsh/arti
70. cle/view/8547.

70
Pancasila : Jurnal Keindonesiaan, Vol. 02, No. 01, April 2022, halaman 62-70

You might also like