Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 54

Indonesian

Women Artists

26-02–2019 – 16-03-2019
Gedung A
Galeri Nasional Indonesia

Kurator | Curators:
Carla Bianpoen
Citra Smara Dewi

E-Catalog
E-Catalog
Diselenggarakan oleh | Organized by:

Didukung oleh | Supported by:


“Art, Science, Technology and The Female Spirit
Signifiers of Today and the Coming Era”
Ketua | Chairman
Dr. Inda C. Noerhadi
Penasehat | Adviser
Ade K Syarfuan
Kurator | Curators
Carla Bianpoen
Citra Smara Dewi
Desain Cover | Cover Design
Rie Naftali | After Hours
Desain | Design
Ardiles Hamzah
Foto | Photo
Fendi Siregar
Sri Daryani Daftar Isi | Content
Carla Bianpoen
Manajer Pameran | Exhibition Manager
Rifky Effendy
Sambutan Ketua Yayasan Cemara Enam | Chairperson Cemara Enam Foundation Preface 4
Terima Kasih kepada | Thanks to:
Konfir Kabo Sambutan Ketua Galeri Nasional Indonesia | Chairperson National Gallery Indonesia Preface 5
Ignatia Nilu Catatan Kuratorial | Curatorial Notes 6
Perupa | Artists 12
E-Catalog
Karya | Works 14
Berdasarkan pameran yang di adakan sebagai extension dari launching buku dengan penerbit Cemara
CV Perupa | Artists’ CVs 56
Enam Foundation dengan judul yang sama yang di tulis Carla Bianpoen
CV Kurator | Curators’ CVs 92
Based on the exhibition held as an extension of the book launch of the same title Peliputan Media | Media Coverage 97
authored by Carla Bianpoen, published by Cemara Enam Foundation.
3
Cemara 6 Galeri-Museum Pesan dari Galeri Indonesia | Message
from the National Gallery of Indonesia (GNI)
dan Keberpihakannya
pada Perupa Perempuan
Cemara 6 Galeri-Museum
and its support for women artists

Inda Citraninda Noerhadi Ketua Yayasan Cemara Enam Pustanto Kepala Galeri Nasional Indonesia
Chairperson Cemara Enam Foundation Head of National Gallery of Indonesia

Cemara 6 Galeri Museum didirikan pada 4 Desember Cemara 6 Galeri Museum was established on Pameran Indonesia Women Artist (IWA) 2019 The importance of the exhibition Indonesian
1993, disertai oleh semangat feminisme pendirinya, 4 December, 1993. Its set up was inspired by a “Into The Furture” , yang diadakan di Gedung A Women Artists: “Into the Future”, which was held
Prof. Dr. Toeti Heraty N-Roosseno. Semangat itu yang feminist spirit of her founder Prof. Dr. Toeti Heraty Galeri Nasional Indonesia (GNI), memiliki peran at the Nastional Gallery here lies in its providing
membuat kami akan selalu mendukung proses kreatif N-Roosseno. Consequently, this spirit has been penting karena memperluas kesempatan bagi publik the general public with in-depth information and
perupa perempuan Indonesia. Misal tahun 1998, our all-time inspiration to support women artists’ untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan knowledge on art development in Indonesia, and
kami menyelenggarakan “Women in the Realm of creative forces. In 1998, for instance, we organized yang lebih mendalam tentang perkembangan seni women artists’ particular roles in it. Watching the
Spirituality”, pameran karya 16 perupa perempuan di “Women in the Realm of Spirituality”, an exhibition rupa Indonesisa khususnya melalui peran perupa works in person and from close-by, the public,
Galeri Nasional Indonesia dan Pontifical University of of 16 Indonesian women artists, which was held at perempuan. Dengan menyaksikan secara langsung enjoyed access to visual and aesthetic experience,
Gregoriana, Roma-Italia. the National Gallery of Indonesia as well as at the karya-karya pada pameran IWA 2019, masyarakat which GNI is happy to have helped facilitate.
Pontifical University of Gregoriana, Roma-Italia. mendapatkan pengalaman estetis dan rekreasi visual
Awal tahun 2019 kami menerbitkan dan meluncurkan yang sangat berharga, sehingga peran GNI dalam
Perdana buku Indonesian Women Artists: “Into the In early 2019 we ventured into our maiden peningkatan edukasi publik melalui pameran seni
Future” oleh Carla Bianpoen, disertai pameran “Into publication of an arts book on women artists. rupa terlihat nyata. Pada sisi lain diharapkan pameran
the Future” dengan narasi yang dipresentasikan oleh Authored by the senior writer of contemporary ini dapat memperkaya sekaligus melengkapi arsip seni
perjalanan artistik 21 perupa perempuan kontemporer art, Carla Bianpoen, the book titled “Indonesian rupa Indonesia.
dan mengisi diskursus seni rupa kita dengan narasi Women Artists: “Into the Future” was launched
perempuan yang berlangsung 26 Februari – 16 along with an exhibition of the same title, informing
Maret 2019 di Galeri Nasional Indonesia, didukung on the works of 21 contemporary women artists
rangkaian program edukasi publik seperti Bedah representing a new direction in contemporary art.
Buku, Art Talk, dan Diskusi. Held at the National Gallery of Indonesia from 26
February – 16 March 2019, the event extended with
a range of public programs, such as a Book Launch,
Art Talks and Discussions.
Salam budaya,

5
Catatan Kuratorial | Curatorial Notes kekhawatiran yang baru dan ketidakpastian tentang installation titled Distorted Reality. To what extend
dimana kita harus berpijak. is the ‘I’ authentic ? Featuring dresses made of
transparent organdy as metaphors of the self; are
Into the Future : Dita Gambiro (kelahiran 1986) mengungkapkan
kegelisahan akan kepastian the self yang dibanjiri
set in suspended circular formation, layered and
casting shadows one on the other.

The Future has Arrived! pengaruh global sehingga menutupi jati diri dengan
Instalasi Distorted Reality yang memakai pakaian A dwindling of the ‘I’ is a more than worrisome
sebagai metafora diri, persepsi, presentasi diri, baik outlook of today’s presence which is yesterday’s
sebagai individu dan kelompok individu. Pada display future, and we might be worndering about tomorrow
yang melingkar terlihat layer baju baju yang berbayang or the coming future. Sanchia Hamidjaja (b.1983)
satu pada yang lain. in The Future is Abandoned presents the delusion
of the present day that was yesterday’s future: a
Hari ini merupakan “Future” (masa depan) yang Today’s Present Time was yesterday’s Future and Sanchia Hamidjaja (kelahiran1983) dengan karya The digital illustration set in a light box, appearing like
kemarin dan akan menjadi masa lalunya hari esok. will tomorrow be the Past. Future is Abandoned menampilkan kekecewaan hari the ideal of a modern city, but a closer look reveals
Jadi kita berada di tengah tengah masa depannya ini yang merupakan masa depan kemarin: ilustsrasi its built on trash, unlivable for human beings. It is
kemarin, dan apa yang kemarin merupakan mimpi So we are today in the midst of yesterday’s ‘future’ , digital pada sebuah kotak cahaya menyerupai a frightening picture that evokes the question what
belaka, hari ini sudah menjadi kenyataan yang tak and what was yesterday visionary has now become sebuah kota modern, namun jika diamati lebih tomorrow will bring. A second work
terbantahkan. Teknologi sedang berkembang pesat, reality. Technology is thriving, new findings in dekat mengungkapkan sebuah kota yang dibangun
penemuan baru ilmu pengetahun memperkaya science are life-enriching and the female spirit is diatas sampah yang tidak layak dihuni manusia. Undisposable Guilt is a personal guilt trip that
kehidupan, dan roh perempuan sedang membuat making a breakthrough, all of which are opening up Menghadirkan sebuah masa depan yang mengerikan. brings the plastic bag into question. For personal
terobosan.yang tidak dapat ditahan lagi. Semua itu new challenges, new possibilities and a new way Karya kedua Undisposable Guilt merupakan jawaban reasons feeling guilty to have treated the plastic
membuka tantangan dan kemungkinan serta cara doing in contemporary art evoking Art of another personal. Merasa bersalah telah memberlakukan bag as an easily disposable item, without having
baru dalam seni rupa kontemporer yang menciptakan kind, which we may name “NOW ART”. plastik sebagai item yang dibuang tanpa perasaan had the least of feeling, she wants to make good. In
“Art of Another Kind”, seni rupa baru, atau Seni Rupa sedikitpun, ia ingin perbaiki sikap dan membuat a personal take, she makes replicas of disposable
Kekinian, “NOW ART”. Infused with the female spirit, and amplified with replika dari obyek sekali pakai itu dengan bahan yang objects of delicate fabric to which she has an
new technology and scientific knowledge, they signify memiliki keterikatan emosional baginya, seperti bahan emotional attachment. Sewing and ironing each
Diliputi roh perempuan, dan diperkuat dengan the spirit of the present time and the coming era. untuk baju pengantin atau baju pesta. Menjahit dan item intensifies the emotional that was missing in
teknologi baru serta penemuan sains yang mutakhir, menyeterikanya membangkitkan emosi yang hilang her treatment of disposable plastic bags.
karya karya dalam pameran ini menandakan spirit hari Some issues and themes in the exhibition may pada prilakunya terhadap kantong plastik.
ini menjelang hari esok. sound the same as before, and the state of the Identity and how we appear through the gaze of
world’s constellation as viewed by the artists may Identifikasi dan bagaimana kita tampil melalui tatapan others remains an important issue of self. Erika
Beberapa isu dan tema yang digarap mungkin sama appear darker than would be expected, but the orang lain merupakan masalah penting bagi diri Ernawan (b. 1986) whose works used to emphasize
dengan yang terdapat sebelumnya; konstelasi dunia way they are dealt with is replete with the female seseorang. Erika Ernawan (kelahiran 1986) yang sering the gaze related to the body, now aims to put
sebagaimana dirasakan perupa mungkin terkesan spirit (roh perempuan), a female take of Sense and merepresentasikan konsep “tatapan” dan ketubuhan” forward the gaze in the artist’s perspective, offering
lebih gelap dari yang diharapkan, tapi cara mereka Sensitivity marking works that talk about identity, yang dipandang orang lain, pada karya Ways of Seeing, the audience to experience the change in Ways of
menggarapnya diliputi roh perempuan, suatu “sense” frustration, anguish, grief, critique and profound ia ingin mengedepankan pandangan dan perspektif Seeing, an installation of racks displaying materials
dan “sensitivitas” yang khas perempuan. social and environmental concerns, leading to dirinya sendiri tentang konsep dan latar belakang as is, including neon lights and a painting with a
visions of yet another future. “tatapan”. Dengan sebuah instalasi berupa konstruksi moving image). Identity is also an issue at the work
Karya karya mereka berbicara mengenai identitas, besi, digital print pada bidang acrylic/Perspex dengan by Fika Ria Santika (b.1987), whose sculpture
frustrasi, kegetiran, kedukaan, kritik dan keprihatinan Maradita Sutantio (1984)’s wall installation of penggunaan cahaya neon Erika sekaligus memberi aided with advanced technology still speaks about
intens mengenai keadaan sosial dan lingkungan. pendulums accentuates, that Past and Future tawaran kepada penonton untuk mengalami perubahan women’s existence in her home land Minangkabau.
are only one minute apart. Today is a time when pengertian “tatapan” tersebut.
Instalasi dinding Maradita Sutantio (kelahiran boundaries have broken down, letting in an Borders, an issue of world scale, is also poignant
1984) berjudul Speculative Present berupa overwhelming influx of global information and Identitas juga merupakan masalah penting pada at the tiniest local level, where house gates are
sejumlah pendulum memberi aksen pada pendapat new challenges are opening up new ways of doing. karya Fika Ria Santika (kelahiran1987). Karya patung meant to function as a protector of one’s private
bahwa hari kemarin dan hari ini hanya berbeda Titled Speculative Present it, however, also puts Tumpuk Lapis Tampak Isi:Limpapeh 3 memakai area. Illegal crossing the gate into a private
satu menit. Hari ini adalah momen penerobosan forward insecurity of where we stand and concern tehnik etnik canggih. Tulisan dari petatah petitih yang domain is an act of contempt evoking unwanted
batas batas, membanjirnya informasi global yang of the impermanence of things. Dita Gambiro (b. dijahit manual dengan benang putih pada patung ini negative emotions. Restu Ratnaningtyas (b.
membuka berbagai kesempatan baru dan cara 1986) expresses such state of overwhelming impact ia ingin mengungkapkan keberadaan perempuan di 1981) expresses that with her participatory work
kerja yang baru. Namun menandakan juga suatu in the dwindling security of the real self with an kampong halamannya di Minangkabau. Invisible Boundaries featuring polyester boxes tied

7 Catatan Kuratorial | Curatorial Notes


“Perbatasan”, isu global, tapi juga pedih dirasakan to the wall with thin threads. Anyone wanting to see seperti hari ini, meninggalkan dampaknya terhadap gauze cotton denotes the imminent need of healing
pada tingkat lokal. Pintu gerbang rumah-rumah what’s in the boxes has to step over the threads. seluruh dunia, termasuk seniman. the wounds.
memiliki fungsi sebagai pelindung dari ranah pribadi. But borders in Germany have a specific meaning,
Pelanggaran ilegal menyeberang pintu gerbang as refugees and migrants are looked at with a Alienasi yang terjadi antara manusia dan alam The Past is reviewed in works that signal its
ke area pribadi, merupakan tindakan pelanggaran suspicious eye. berdampak mendalam termasuk pada para perupa. importance in seeking a better future. Octora
yang membangkitkan emosi negatif yang tidak Etza Meisyara (kelahiran 1991) merasa keresahan (b.1982) believes that proceeding to the future
diinginkan. Restu Ratnaningtyas (kelahiran 1981) Elia Nurvista (b. 1983) who made her work in a yang sangat ketika ia mendengar mengenai bencana needs to be preceded by settling the past. A large
mengungkapkannya dengan karya partisipatoris residency in Berlin, reflects on the ambiguity she tsunami yang terjadi di Sulawisi Selatan. Suasana hatinya installation of keywords on ceramic tiles referencing
Invisible Borders. Visi ditampilkan melalui kotak found there, when on the one hand migrants and mengilhami karya Ode to the Homeland. Etsa yang ia 1965 actions against communism, tied in the title
polyester yang terikat pada dinding dengan benang the refugees tend to be loathed, but on the other buat dengan oksidasi dalam air laut membangkitkan Kuburan Kata (Sepulchre of words) denotes how
tipis. Siapa saja yang ingin melihat apa yang ada di hand tropical an exotic fruits are considered cool. rasa iba yang terekspresi dengan warna turquois. Karya years have gone by without adequate settlement
dalam kotak harus melangkah di atas benang dengan Twisting the word Fluchtling (refugee) she calls her instalasi diberi aksen dengan karya multimedia Tree of of the horrors of injustice. But in response to the
resiko menginjaknya. installation Früchtlinge (referring to fruit). Life yang mengeluarkan bunyi2an alam. gloom another work Puisi untuk masa depan
(Poetry for the Future) features an iron plate where
Namun konsep”Perbatasan” di Jerman Today life is like in the wilds, finds Andrita Yuniza Theresia Agustina Sitompul (kelahiran 1981) sangat hope should shine through the rust. Maharani
merupakan isu pengungsi dan pekerja migran Orbandy (b. 1994) who wishes to be free as a prihatin dengan kondisi tersebut. Rasa prihatinnya Mancanagara (b.1990) who has delved into
yang melewati perbatasan dan oleh masyarkat bird and living in peace and happiness. To that end ditunjukkan melalui karya Instalasi Menabur her grandfather’s documents found journals of
Jerman dipandang dengan tatapn mata curiga. Elia she finds she needs to protect her freedom and Benih , sebagai ungkapan mendesaknya proses journalists narrating how they survived injustice
Nurvista (kelahiran 1983) melalui karya instalasi strengthen the inner being. Following birds’ lives menyembuhkan luka tersebut. Karya didahului while incarcerated. While her grandfather suffered
Früchtlinge menggambarkan pemukiman di Berlin who build their nests as havens of protection, she dengan menyelesaikan masa lalu. Sebuah Instalasi under the colonial rule, ironically the tide of national
dan mencerminkan ambiguitas yang dia temukan constructs a fort-like structure of tree branches in berupa sederet instalasi ini menggunakan media kain liberation saw him incaracerated again. Maharani
disana, ketika di satu sisi pendatang dan pengungsi analogy of a bird’s nest, calling her work Weaving kasa hidrofil dengan proses teknik linocut. is intent to correct injustice with art. Yaya Sung
cenderung akan dibenci, tapi di sisi lain buah-buahan Joints of Self. (b. 1986) with her white and somber installation
tropis yang eksotis dianggap keren. “memelesatkan” Octora (kelahiran 1982) percaya bahwa melanjutkan Liberty Markers: An Entity 100 Years Away
kata Fluchting (pengungsi) menjadi Früchtlinge Energy, food, health and industry are closely related ke masa depan perlu penyelesaian masa lalu. retraces the her involvement in various actions of
(merujuk ke buah2an). to our eating habits and food intake. What will we Instalasi berupa ubin keramik bertuliskan kata protest imagining the tools and objects infused with
have for breakfast, asks Prilla Tania (b. 1979) kata kunci yang merujuk pada aksi 1965 terhadap her emotions at the time, in a hundred years from
“Hidup hari ini seperti di belantara” kata Andrita presenting her participatory installation of a choice Komunisme dan terikat dalam judul Kuburan Kata now. They will have faded into artifacts buried in the
Yuniza Orbandy (kelahiran 1994) yang menginginkan of local traditional food and ‘fabricated’ food items menandakan waktu yang panjang telah berlalu tanpa ashes of oblivion.
kebebasan seperti burung yang tinggal dalam titled Demokratisasi Karbohidrat (Democratic penyelesaian yang jelas mengenai ketidakadilan yang
perdamaian dan kebahagiaan. Sampai akhirnya ia selection of Carbo). A second work consists of mengerikan. Tetapi dalam menanggapi kesuraman As the future is setting in into the present time,
menemukan dia perlu melindungi kebebasannya charcoal drawings of plants growing local produce Octora menciptakan karya lain sebagai respons. Puisi some great advances have evolved. Science and
dan memperkuat batinnya. Mengikuti kehidupan as healthy alternatives to growing imported, Untuk Masa Depan menampilkan plat besi dimana technology have previously been considered an
burung yang membangun sarang mereka sebagai unhealthy foods. karat tetap menyinarkan harapan. exclusive prerogative of men, but open source
tempat perlindungan, dia membangun struktur technology and women creating their own women
seperti benteng dan terbuat dari ranting ranting Alienation between man and nature has led to Maharani Mancanagara (kelahiran 1990) yang telah friendly technology have provided access to new
pohon dan memberinya judul Weaving Joints of Self disasters of the gravest kind today, leaving its menggali kedalam dokumen-dokumen kakeknya challenges and new ways of doing, as proven
(Menganyam Sendi-Sendi Diri). impact on the entire world, including artists. A menemukan jurnal wartawan, yang menceritakan by Irene Agrivina Widyaningrum. For her work
deeply saddened Etza Meisyara (b. 1991) created bagaimana mereka menahan ketidakadilan ketika Tajin, she used a biological process with open
Enerji, makanan, kesehatan dan industri, sangat Ode to the Homeland when she was abroad in dipenjara. Sementara kakeknya menderita di bawah source software and hardware to create underwear
erat berhubungan dengan kebiasaan makan kita. residency at the time a Tsunami shocked South pemerintahan kolonial, ironisnya ketika terjadi that protects the female body against harmful
Apa yang akan kita makan sebagai sarapan pagi Sulawesi and the world. To express her grief she gelombang pembebasan nasional, kakeknya kembali pollutants that are usually used in modern fashion
ini?, tanya Prilla Tania (kelahiran 1979 ). Karya had her photo etchings oxidized in the waters of dipenjara. Maharani bermaksud untuk memperbaiki industry. She converted porridge (air tajin) into
instalasi ini menawarkan konsep partisipatoris the ocean, at the same time evoking a melancholic ketidakadilan melalui karya seni yang dihadirkan cellulose, then added a number of bacteria such
pengunjung dengan memberi pilihan pada jenis turquoise hue. Meanwhile earth quakes, fires, dengan instalasi Looking Back to the Future berupa as acetobacter, xylinum as well as floral bacteria
makanan tradisional daerah dan makanan ‘pabrikan’ floods, social conflicts and killings continued kotak kotak penyimpanan bahan dokumentasi beserta from the female genitalia. Tajin (starch) made with
apa yang akan diplih, melalui karya berjudul in unprecedented frequency leaving Theresia instalasi berupa Koran dalam proses percetakan. simple tools and materials that are easily found
Demokratisasi Karbohidrat (pemilihan demokratis Agustina Sitompul (b.1981) deeply concerned around women’s daily lives, is a momentum in art
Karbo). Keterasingan antara manusia dan alam telah with the human condition. Her installation Menabur Yaya Sung (kelahiran 1986) dengan instalasi nya history that must chronicle this female innovation
menyebabkan bencana yang paling menyedihkan Benih (sowing) consisting of linocuts on hydrophilic yang muram berwarna putih Liberty Markers : An in technology. Certainly the delicate and beautiful

9 Sambutan
Entity 100 years menapak kembali keterlibatannya glass tubes in the installation Silent 2 by Cecilia Syagini Ratna Wulan (kelahiran 1979) yang banyak extinction events and epochal transformation might
dalam berbagai tindakan protes pada zamannya. Ia Patricia Untario (b. 1984) touch deeply into terinspsirasi oleh kekuatan cahaya, dan gelombang be the key to a sustainable future. In this she leans
membayangkan kembali alat dan benda-benda yang women’s lives today as they seek to embolden the warna sering memberi judul karya dengan cara angka on the Manifesto of Xenofeminism that the future
mengandung penuh emosi ketika digunakan pada self with sexual protection. Featuring five panels angka. Kali ini karya yang memakai lacquer paint, includes non-humans. From Pest to Power is a
aksi protes dulu. Membayangkannya pada 100 each carrying twelve beautiful and delicately self- berwarna putih diatas plexiglass, diberi judul 31.85 project that is still in progress.
tahun kemudian ia sadar bahwa semua benda itu blown glass tubes symbolizing modern condoms; it (6.21462, 106.84513). Menurutnya, ia memakai
akan telah menjadi artefak yang terkubur dalam abu speaks of the importance of early sexual education. hitungan fisika dan geografi .Angka 31.83 adalah
kelupaan zaman. derajat kemiringan pelangi. Yang dalam kurung itu
The seven panels of mixed media works by Ayu koordinat kota Jakarta.
Disamping masa kelabu yang terbayang dari beberapa Arista Murti (b.1979) is about hope in the face of
karya, perlu diperhatikan masa yang namanya Future disasters. Instrumental in creating the works are Sementara Tara Astari Kasenda (kelahiran 1990) Carla Bianpoen
yang sudah menjadi masa kini, telah membawa water, wind and the sun by which lines are formed, terinspirasi ide impresionis yang pada waktunya Citra Smara Dewi
kemajuan yang dahsyat. Sains dan teknologi yang paint is dried. Its title Embryo Harapan (Embryo of mempelajari pengaruh warna ‘en plein air’. Ia ingin
sedianya dianggap wilayah kaum pria, kini sudah Hope) says it all. membawa kembali gagasan para impresionis dulu
berubah dengan masuknya open source technology ke abad 21. Untuk itu ia menggunakan teknologi
serta teknologi ramah perempuan yang diciptakan The development of new media art is emphasized dan media baru. Mengamati perubahan cahaya di
perempuan sendiri, sebagaimana dibuktikan Irene by focusing on color. Syagini Ratna Wulan (b. 1979) cakrawala awan diatas kota Paris dan bagaimana hal
Agrivina Widyaningrum. Pada karyanya Tajin, Irene who previously had been impressed by the power itu mempengaruhi lingkungan, ia memotret perubahan
menggunakan proses biologis dengan open source of light and giving her works numerical titles, this langit diatas kota Paris tidak kurang dari 400 kali sejak
perangkat lunak dan perangkat keras untuk membuat time makes a huge work with lacquer paint. Syagini Agustus 2018. Lalu ia abstraksi ribuan wana menjadi
pakaian yang melindungi tubuh perempuan terhadap denotes color by its waves. ‘Even as I imagine the 9 RGB dengan menggunakan Photoshop dan coding.
polutan berbahaya yang biasanya digunakan dalam world without any human being, there will always be Proses proses perubahan langit divisualisasikan
industri fashion modern. Melalui proses air tajin light”. Her work with lacquer paint on plexiglass is dalam proyeksi video berjudul Sous Les Cumulus
ia membuat selulosa, kemudian menambahkan titled 31.85 (6.21462,106.84513) referring to the Humilis (di bawah jaringan awan)
sejumlah bakteri seperti acetobacter, xylinum, serta level of the rainbow’s slant and the longitude and
bunga bakteri dari alat kelamin perempuan. Tajin latitude of Jakarta. Kinez Riza (kelahiran 1989) juga menatap langit
(Pati) dibuat dengan alat-alat sederhana dan bahan dan menemukan bulan sebagai obyek yang penuh
nonformal yang didapat dengan mudah, ditemukan di Meanwhile Tara Astari Kasenda , mimicking the misteri. Iapun menggunakan kamera untuk merekam
sekitar kehidupan sehari-hari perempuan. Merupakan idea of the impressionists who used to study color fenomena alam pada perubahan perubahan yang
inovasi perempuan yang perlu dicatat dalam penulisan ‘en plein air’, to observe the changing light and how terjadi pada cyclus bulan. Tujuh foto detail pergerakan
sejarah senirupa. it affects the environment, brings back the idea bulan dari kuartal pertama hingga akhir cyclus di
to the 21st century by using technology and new presentasi dengan print berukuran (15.42x21,59cm)
Tabung-tabung yang terbuat dari kaca yang halus media. Photographing the changing Parisian sky diatas kertas Ilford mutiara halus.
dan indah pada instalasi sunyi Silent 2 karya Cecilia no less than 400 times since August 2018, she has
Patricia Untario (kelahiran 1984) menyentuh secara condensed the colors to 9 RGB using Photoshop Masa depan sebagaimana dibayangkan Natasha
mendalam pada kehidupan perempuan hari ini. and coding in open proceedings and presents the Tontey (kelahiran 1989), mempertanyakannya
Melambangkan kondom modern yang merupakan changing skies in a video projection titled Sous Les dengan spekulasi yang memakai metoda fiksi-nyaris-
pelindung seksual, karya ini yang menampilkan lima Cumulus Humilis (under a network of clouds). ilmiah (science-quasi-fiction) dan mengeksplorasi ide
panel masing-masing terdiri dari dua belas tabung masa depan yang lebih eco-sentris.
kaca indah halus, berbicara mengenai pentingnya Kinez Riza (b. 1989) uses her camera to make
pendidikan seksual. Cecilia meniupnya sendiri ala pictures of the changing moon as it captures Instalasi video yang berjudul From Pest to Power
peniup Murano (Itlia). nature’s phenomena. A series of 7 photographs mengangkat kecoa, mahluk yang marjinal dan
each measuring 15.42x2159 cm are printed on tersingkirkan, tapi yang merupakan satusatunya
Tujuh panel mixed media karya-karya Ayu Arista Ilford smooth pearl. species yang dapat bertahan dan yang mungkin saja
Murti (kelahiran 1979) berjudul Embryo Harapan. menjadi kunci untuk masa depan yang berkelanjutan.
Ditengah segala kemuraman masa kini, Ayu ingin The Future as Natasha Tontey (b. 1989) imagines Terinspirasi oleh Manifesto Xenofeminism bahwa
menyampaikan harapan untuk masa mendatang. Ia it, takes away the center from the human being. masa depan tidak lagi berpusat pada manusia saja
percaya pada alam dan sering menciptakan karya In a science quasi-fictional quest she explores the tetapi ikut memfokus mahluk mahluk lainnya, karya ini
karyanya dengan memakai bantuan air, angin dan idea of eco-centric futurism in which the cockroach masih dalam proses pengembangan.
matahari untuk membentuk garis dan warna cerah. as the only single species able to survive the many

11
Perupa | Artists Andrita Yuniza Orbandi Bandung

Ayu Arista Murti Yogyakarta

Cecilia Patricia Untario Bandung

Dita Gambiro Jakarta

Elia Nurvista Yogyakarta

Erika Ernawan Bandung

Etza Meisyara Bandung

Fika Ria Santika Yogyakarta

Irene Agrivina Yogyakarta

Kinez Riza Jakarta

Maharani Mancanagara Bandung

Maradita Sutantio Bandung

Natasha Tontey Jakarta - Yogyakarta

Octora Bandung

Prilla Tania Bandung

Restu Ratnaningtyas Yogyakarta

Sanchia Tryphosa Hamidjaja Jakarta

Syagini Ratna Wulan Bandung

Tara Astari Kasenda Jakarta

Theresia Agustina Sitompul Yogyakarta

Yaya Sung Jakarta

13
Andrita Yuniza Orbandi
Segala yang ada di dunia ini Everything in this world is
bertumpu pada waktu. Segala time-based. Everything has its
sesuatunya memiliki periode own period. There will be an
masing-masing. Akan ada akhir end for every start. Life is about
bagi setiap awal. Hidup seperti repeating the same exact 24
mengulang 24 jam yang persis hour a day, over and over again,
sama sampai kesempatannya until we run out of chance. The
habis. Satu-satunya perbedaan only difference is what we do
hanyalah apa yang kita lakukan with our time. Control or be
dalam 24 jam tersebut. controlled. Therefore, I think in
Mengontrol atau dikontrol. order to survive life and make
Oleh sebab itu, saya pikir untuk the best out of 24 hour we have,
dapat bertahan hidup dan we must develop a strong heart.
melakukan yang terbaik dari Hence, no matter what happens
24 jam yang kita miliki, kita outside, today or tomorrow, we
harus mengembangkan hati will be able to stand strong and
yang kuat. Sehingga, apapun attain the peace inside.
yang terjadi diluar diri, baik hari
ini atau esok hari, kita tetap To me, the world today is like
dapat kuat mempertahankan living in a jungle—where the
kedamaian dalam diri. strongest beats the weakest.

“Hidup hari ini seperti di Birds create its nest as their


belantara” yang menginginkan home as well as their sanctuary
kebebasan seperti burung yang and fort. Birds can’t change the
tinggal dalam perdamaian dan weather and the predators but
kebahagiaan. Sampai akhirnya they can control their sanctuary
ia menemukan dia perlu by creating a strong structure.
melindungi kebebasannya If we think of the nest as the
dan memperkuat batinnya. analogy of a human’s heart,
Mengikuti kehidupan burung I think heart is the center of
yang membangun sarang our universe. Just like nest
mereka sebagai tempat to birds when surviving their
perlindungan, dia membangun jungle life. Our only fort is not
struktur seperti benteng dan a big house, great career and
terbuat dari ranting ranting tons of money, but a strong
pohon. heart. Change takes time.
In order to attain a strong
heart we need perseverance
and endurance. Therefore,
freedom is not when we have
no enemy or problems—just
like predators, bad weathers or
threats. Freedom is when we
have an utmost authority over
ourselves, whenever it is.

Menganyam Sendi–sendi Diri, 2019


Diameter 3 m
Instalasi, Ranting Pohon dan Mixed Media
Dimensi: variabel

15
Ayu Arista Murti

Ini adalah cerita This is a tale of the rainy season


Di musim penghujan A poem about water that flows
Saat air mengalir mengisi cererukan like flash floods over the earth
Tak bertepi when all is dusk and breath
Bagai banjir bandang anyer panarukan stops before the night
Yang luber membasahi bumi
Melalui belah rekah But you know my dear, that
Atau urat nadi At every rainy season
Pipa Api Water washes and cleanses the
thrash
Maka waktu itu It evokes the seed of life
Seperti senjakala mati And when morning breaks
Seperti tercerabut nafasnya the rays of the morning sun
Dalam kaisan kaki will shine again denoting hope
Pada kelam malam sunya ruri and new life…

Tapi sayangku
Tahukah kamu…
Pada setiap musim hujan
Adalah air yang membasuh kotoran
Juga memberikan benih kehidupan
Seperti mentari pagi yang kembali lagi
Memberikan sinaran
Memberikan sinaran
Dan harapan
Kehidupan

Embryo Harapan, 2019


Mixed media
250 x 180 cm

17
Cecilia Patricia Untario Silent 2, 2019
560 cm x 20 cm
Instalasi, Glass dan Mixed Media

Di Indonesia masih saja In Indonesia, to discuss sex is


tabu dalam membicarakan still taboo, but sex education
seks, terutama pentingnya is particularly for the youth is
pendidikan seks pada anak. particularly important in order
Pendidikan seks sangatlah to prevent negative divergences
penting untuk menghindari for girls and children. Sex
penyimpangan - penyimpangan education will inspire the
negatif seks pada perempuan meaning of reproduction,
ataupun anak. Pendidikan seks and not only in terms of
dapat membuat manusia lebih exploitation. When I studied in
menghargai arti reproduksi Italy, my friends often talked
dan bukan hanya pada sisi about these issues. One of the
eksploitasinya saja. Ketika saya girls even said she was only in
bersekolah di Italia, kami sering middle school when her mother
berdiskusi hal-hal mengenai took her to a medical doctor
seks dengan teman-teman to choose a contraceptive. I
perempuan saya, adapun guess such will only occur in
salah satu teman sejak sekolah Indonesia after one or two
menengah pertama sudah generations.
bersama sang ibu ke dokter
untuk memilih alat kontrasepsi The tubes in my work is an
apa yang cocok. Saya rasa adaptaion the shape of a
contoh kasus seperti ini baru condom mould made of glass
akan hadir dalam satu atau dua which is usually used for
generasi lagi di Indonesia. condom production. These
condom moulds were made
Ide karya ini diadaptasi dari different from one another and
bentuk condom mould yang with unique shapes, hoping to
terbuat dari bahan kaca yang give the impression of fun, but
biasanya digunakan untuk the glass nevertheless attaches
memproduksi kondom secara a touch of fragility. This I
masal dalam pabrik. Condom present here to discuss sex, not
mould ini akan dibuat dengan as a forbidden discussion, but
bentuk unik dan berbeda satu rather to inspire the people with
sama lain yang diharapkan understanding what sex really
akan memiliki kesan fun, means.
namun dengan material kaca
diharapkan pula masih tetap
memberikan kesan fragile.
Kedua hal ini saya bawa untuk
menghadirkan pesan bahwa
membicarakan seks bukanlah
diskusi terlarang, melainkan
dapat membantu masyarakat
untuk semakin lebih memahami
arti sesungguhnya dari seks.

19
Dita Gambiro

Masa yang akan datang akan In the future, evermore Distorted Reality, 2019
semakin banyak manusia yang people will experience a Instalasi, Kain organdi
mengalami sensory overload, sensory overload, with the dan Mixed Media
Gantungan berlingkar,
dimana satu atau lebih indra body experiencing more
Diameter 1,5 x 2 meter
tubuh mengalami rangsangan and more stimulants from
berlebih dari lingkungan. its environment. Stimulants
Ada banyak elemen yang come from multiple elements,
mempengaruhi, contohnya for instance, urbanization,
urbanisasi, kebisingan, noise, the mass media,
media massa, teknologi dan technology and explosive
pertumbuhan informasi yang growth of information. For
eksplosif. Selama berabad- ages, technology has been
abad, persepsi tentang realitas changing the perception
telah diubah oleh teknologi. of reality. Instruments like
Alat-alat seperti teleskop, the telescope, the camera,
kamera, komputer, smart phone computers, smart phones
telah membuka dunia visual and the like have opened up
baru, menumbuhkan berbagai a new visual world, adding a
persepsi baru, dan mendorong host of new perceptions, and
tumbuhnya preferensi baru di supported new preferences in
masyarakat. Persepsi manusia society. Human views about
berubah dalam kaitannya the environment and culture
dengan lingkungan visual dan are changing. We are daily
budaya kita. Hari ini, orang bombarded with thousands of
dibombardir setiap hari dengan changing visual images, evoking
ribuan gambar visual yang many visual layers at the same
berubah. Masyarakat saat ini time. Seeing images in patches
terbiasa melihat banyak layar/ rather than the entirity of each
visual sekaligus. Ini mengubah image, we tend to just see the
cara kita melihat sesuatu surface without diving deeper
karena kita hanya melihat into the matter.
sedikit demi sedikit daripada
keseluruhan gambar. Hanya
melihat di permukaan tanpa
menyelami lebih dalam.

21
Elia Nurvista

Karya ini terinspirasi dari Made while in a residency in


pengalaman seniman nya, ketika Berlin, the video reflects on the
mendapat kesempatan tinggal ambiguity found there, when on
di Berlin. melalui karya video the one hand migrants and the
Früchtlinge menggambarkan refugees tend to be loathed, but
salah satu fenomena pemukiman on the other hand tropical an
di Berlin yang mencerminkan exotic fruits from their countries
ambiguitas. Sikap ambiguitas are considered cool. Twisting
dalam hal ini terlihat dalam the word Fluchtling (refugee)
dua sisi berlawanan, yaitu the vieo installation is therefore
ketika di satu sisi pendatang called Früchtlinge (referring to
dan pengungsi cenderung akan fruit).
dibenci, tapi di sisi lain hasil
bumi yang menyehatkan seperti
buah-buahan tropis yang eksotis
dianggap keren. “memelesatkan”
kata Fluchting (pengungsi)
Fluchtling (refugee).

Früchtlinge, 2019
265 cm x 200 cm
Video art

23
Erika Ernawan

Kata “Future” sering kali The word “Future” is often used


ditujukan pada sesuatu yang to denote something which is
belum hadir, harapan, visi yet to come, hopes, vison even
bahkan ramalan tentang predictions about something to
bagaimana wujud nyata dari be understood or intrpreted in
sesuatu yang akan dimaknai a time to come. A reality which
atau dipahami sebagai masa comes with the understanding
yang akan datang. Realita and the appearance of light
dapat mulai dipahami bersama which is identical to progress,
hadirnya cahaya yang identik modernity and everything that
dengan kemajuan, modernitas is considered more civilised.
dan segala sesuatu yang Light that we experience now,
dianggap lebih beradab. Cahaya constitutes waves that have
yang kita terima saat ini adalah been raditated a million years
gelombang cahaya yang telah ago, in other words, in the
dipancarkan dari berjuta tahun distant past. Light helps us to
lalu, dengan kata lain dari masa see form, color and the like.
lampau. Cahaya membantu Looking deeper precisely places
manusia dalam persepsi us for the big question: What
melihat bentuk, warna, dan lain reality is it in fact that we are
sebagainya. Bila kita melihat experiencing now, or what part
lebih dalam, justru pertanyaan of which reality ? Is what is
besarnya adalah : Realita yang really happening now, already
kita jalani saat ini sebetulnya past or is it yet to come?
bagian dari realita yang mana?
Yang saat ini betul-betul sedang The use of light in or as a
terjadi, sudah lampau atau concept is often seen in works
justru sama sekali yang belum of art. In painting , for instance,
datang belum kita pahami? a changing trend in painting
involves light, the way we view
Penggunaan cahaya dalam a new phenomena which tends
ataupun sebagai sebuah kosep to alter a previous opinion.
sering kali pula dapat ditemui The way we view, or the gaze
dalam karya-karya seni rupa. has been a grand theme in
Misalnya saja pada seni lukis. my works. The word gaze is
Perubahan gaya dalam seni synonimous to the essence Ways of Seeing, 2019
lukis melibatkan cahaya, cara of the way of seeing; before a makna, dst. Dalam seni lukis, menjadi material mentah ketika the artist’s perspective, judged 255 cm x 165 cm x 75 cm
melihat, cara memandang piece of work is being judged, sebuah ram hanya sebagai karya tsb kembali ke studio and given meaning; also how it Digital Print on Perspex, Neon, Shelf
yang baru, dan cenderung the work undergoes a process struktur untuk menahan senimannya. Efek refleksi yang is perceived by the viewer, and
mengecilkan pemikiran of objectification which involves bentangan kanvas, namun bagi timbul dari gabungan neon dan then returns to its raw version
sebelumnya. Cara melihat/ gaze the seeing and an effort to saya ram menjadi bagian karya perspex menjadi saksi dari in the artist’s studio. The effect
ini yang menjadi tema besar di denote. In painting, a ram is yang membuat karya tersebut proses ‘gazing’. and reflection that arises from
dalam karya saya. Kata gaze just to hold the canvas, but for utuh bukan hanya sebagai the combination of neon light
bersinonim dengan banyak me a spanram is not only a struktur yang ditutupi. Seperti and perspex stand witness to
kata dan bermuara pada inti structure to support or hold; it halnya rak besi di karya saya. the gaze.
dari (cara) melihat, sebelum is part of the work, something Instalasi ini memperlihatkan
sebuah karya diberi nilai, karya that makes the work whole. proses bagaimana sebuah
akan melewati serangkaian Similarly, this iron structure material mentah menerima
objektifikasi yang melibatkan in my work. This installation gaze dari senimannya diberi
seluruh aktifitas melihat, shows the process how raw nilai dan makna, menerima
menatap, mencoba memberi material is being looked at from asumsi dari viewer, dan kembali

25
Etza Meisyara

Ketika saya sedang residensi di This work refers to my love


Perancis Selatan saya merasa adventures in foreign lands
keresahan yang sangat ketika where rustique landscape
mendengar berita mengenai and the scent of age old
bencana tsunami yang terjadi buildings evoked in my sense
di Sulawisi Selatan. Suasana of undefined melancholy. At
hati mengilhami karya Ode to September and December
the Homeland. Etsa yang saya 2018, there was a natural
buat dengan oksidasi dalam air disaster of tsunami and earth
laut membangkitkan rasa iba quake in Palu and Selat Sunda,
yang terekspresi dengan warna Indonesia. The Idea of the sea
turquoise is taking into a deep meaning
as beauty and tragedy at the
same time. I went to the sea
dipped the photographs of

the scenery and disaster on


the copper plate. By the time,
the copper plate is oxidized
by the sea salt and ammoniac.
The greenish blue hue that
marks these etching refers
to my feeling at that time. It
is a hue that is not colored
on the plates, but emerged
as a result of chemical liquid
predestined to touch on several
points of the copper plate.
Disclosure of sadness, feeling
of emotion, or pain that cannot
be fully controlled, it becomes a
metaphor as negatively charged
in the oxidation process.
The essence of this art work
delivers humanistic nuances in
favor of the existence of human
beings to involve in the feeling
of melancholia.

Ode to My Homeland, 2019


500 cm x 500 cm
Art Video, Instalasi etsa, video dan pelat etsa

27
Fika Ria Santika Tumpuk Lapis Tampak Isi: Limpapeh 3, 2019
Instalasi, mixed media

Karya ini merupakan lanjutan This work is a continuation of


dari karya saya sebelumnya previous works “limpapeh” .
“limpapeh” . Karya ini terdapat It is covered with texts taken
tulisan yang diambil dari from “petatah petitih” which
“petatah petitih” yang berisi denotes how a Minang woman
tentang bagaimana seharusnya should behave. I am using
perempuan Minangkabau these texts as symbolic of
menjalani kehidupan, saya identity in exploring culture.
menggunakan tulisan sebagai Like the works Tumpuk Lapis
simbol identitas yang sedang Tampak Isi. Whether these
saya dalami dan pelajari, petatah petitih can indeed
seperti karya-karya lainnya be understood and made to
pada seri Tumpuk Lapis Tampak realise is a question for me the
Isi. Dan apakah petatah petitih answer to which is still unclear.
ini dapat benar-benar dipahami Materials used consist of nylon
dan diterapkan juga menjadi nets, thread to sew abstract
pertanyaan bagi saya, masih 3-dimentional forms with
dalam bayang dan samar. writings using white thread,
Material yang digunakan jaring spotlight.
nilon dan benang, jaring dibuat
dengan abtrak 3 dimensi,
dengan tulisan tang dijahit
manual menggunakan benang
putih, menghukum lampu spot
sebagai pendukung untuk
membuat bayangan. Material
transparan dan tulisan akan
membuat bayangan dan bentuk
tang tumpang tindih, saling
bertumpuk.

29
Irene Agrivina
Beras dan nasi adalah sesuatu penting pula. Terlebih pakaian The work Tajin, shows the
yang sangat dekat dengan dalam yang sifatnya sangat intim basic materials to produce
kehidupan kita. Terlebih untuk dan privasi. Namun jika kita female underwear that protect
perempuan Indonesia, dimana melihat lebih jauh sampah yang the body against harmful
pekerjaan domestik dan dapur dihasilkan oleh pakaian dalam pollutants. Women can produce
adalah merupakan sebuah daerah yang digunakan perempuan, themselves, with materials
kekuasaan. Beras mempunyai maka itu sangat mengejutkan easily found around their daily
banyak kegunaan, terutama bagaimana itu proses pembuatan lives. Applying a biological
sebagai penyuplai kebutuhan dan sampah yang dihasilkan oleh process, aided by open source
pangan bagi tubuh. Kegunaan pakaian dalam sangat merusak software and hardware, the
beras sudah tidak terhitung, lingkungan. Karya ini berusaha process converts porridge
bahkan airnya-pun yang selama membuat ide-ide pembuatan into cellulose, then adds a
ini sering kita sia-siakan dengan pakaian dalam perempuan number of bacteria such as
membuangnya begitu saja, yang ramah lingkungan sebuah acetobacter, xylinum as well as
sebenarnya memiliki kandungan sistem loop (berputar) dan floral bacteria from the female
gizi yang tinggi. Susu beras ini sirkular, yang dapat dikerjakan genitalia.
banyak sekali kegunaannya atau ditumbuhkan sendiri oleh
mulai dari minuman, remedies, perempuan manapun dengan
ataupun sebagai kosmetik. bahan terdapat di sekitar kita
Ketika kita melihat kehidupan melalui proses biologis yang
seorang perempuan, selain dapat dikerjakan dengan
dapur maka sandang adalah peralatan sederhana yang
salah satu hal yang cukup terdapat di dapur.

Tajin, 2019
Instalasi, Mixed Media

31
Kinez Riza

Karya ini terinspirasi dari These are pictures of the


fenomena alam yaitu saat changing cycle of the moon as it
menatap langit dan menemukan captures nature’s phenomena.
bulan sebagai obyek yang A series of 7 photographs each
penuh misteri. Tekstur alam measuring 15.42x2159 cm are
dengan bebagai sensasi dan printed on Ilford smooth pearl.
karakter yang menakjubkan
terekam pada karya ini. Gema
Alam menjadi penekanan
konsep berkarya. Teknik yang
digunakan pada karya ini
menggunakan kamera untuk
merekam perubahan perubahan
yang terjadi pada cyclus bulan.
Foto detail pergerakan bulan
dari kuartal pertama hingga
akhir cyclus di presentasikan
khusus diatas kertas Ilford
mutiara halus, dengan
dengan print berukuran 7x
(15.42x21.59 cm).

Earth Echoes, 2019


7 x (15.42 x 21.59 cm)
Print diatas kertas Ilford mutiara
halus | Print on Ilford smooth pearl

33
Maharani Mancanagara

Banyak hal yang terjadi selama Much has happened during the
masa pengasingan tahun time of seclusion from 1965
1965 s.d. 1979 (pemulangan - 1979 (the last repatriation).
terakhir). Dengan latar belakang Various backgrounds color
yang beragam, banyak cerita the stories of how the political
bagaimana para tahanan politik prisoners had to try to survive.
berusaha untuk mempertahankan Indeed much can be told
hidup disana. Bahkan juga banyak also about the process of
cerita mengenai bagaimana incarceration, the traumas
proses penangkapan, bagaiaman after returning home. This all
trauma setelah kepulangan made me try figure out how
ke rumah masing- masing. the political prisoners who
Berangkat dari hal tersebut, saya were journalist were able to
mencoba merangkum beberapa survive in Nusakambangan and
strategi dari cerita para tahanan Buru island, how they faced
politik yang berprofesi sebagai challenges and hardships
jurnalis, bagaimana mereka bisa in order to preserve it as a
bertahan di Nusakambangan collective reflection, that it may
dan Pulau Buru menghadapi never again happen today.
tantangan dan cobaan, sehingga
hal- hal tersebut bisa menjadi
refleksi kolektif supaya tidak akan
terjadi lagi di masa sekarang.

Terompet Masyarakat #1– #3, 2019


Warta Pijar # 6, 2019
Instalasi, Mixed Media

35
Maradita Sutantio
Jam yang menjadi alat pengukur The clock as an instrument
dan penanda waktu pada masa to measure and denote time,
kini telah menjadi objek yang has become an object analog
dianalogikan sebagai sesuatu to something that pushes
yang mengejar manusia. Diterpa mankind. Faced with routinity
berbagai rutinitas dan berbagai and time limits that often trap
tenggang waktu atas segala the urban person in a concept of
sesuatu, menjadikan manusia time, the past, the present and
urban seringkali terjebak dalam the future. Anxiety about the
konsep waktu, masa lalu, future and shadows of the past,
masa kini (present), dan masa are impairing the present time
depan. Kuatir akan masa depan which Giorgio Agamben calls an
dan dibayangi masa lalu telah impoverishment of experience.
mencederai masa kini (present) In such a condition, people
dan disebutkan Giorgio Agamben think too much about things or
sebagai pemiskinan pengalaman. events outside the self, leaving
Dalam kondisi seperti ini, little time for the real self as a
manusia menjadi terlalu human being. In the beginning
memikirkan kejadian-kejadian the concept of a second was
atau peristiwa di luar dirinya, about measuring time which
dan mengesampingkan waktu was achieved by observing
untuk mencari nilai kedirian nature and its signs that
yang utuh sebagai seorang eventually became a cycle, until
manusia. Pada awalnya konsep in the course of developments,
mengenai detik jam adalah time became an agreed
mengenai terukurnya waktu measuring tool, as evident
yang dihasilkan dari pengamatan when, for instance a person’s
manusia akan tanda-tanda age adds up with a year after
alam yang berpola dan menjadi the passing of 356 days. The
siklus. Hingga akhirnya pada future is only a second away
perkembangannya waktu menjadi from the present time and
alat satuan ukur yang disepakati similarly the past is also only
manusia. Misalnya mengenai usia a second away. In considering
seseorang yang berulang tahun, the future, many scenarios give
hari yang berputar menjadi tahun way to speculations, which
setelah melewati 356hari, dan potentially materialize and can Speculative Present, 2019
seterusnya. Masa depan hanya become reality, and nothing is Instalasi, Mixed Media
berselisih “1 detik” dari masa certain anymore. The result
sekarang yang kita sadari, dan is a host of possibilities, and a
masa lalu juga berjarak selisih “ 1 variety of speculations about
detik” dari yang tidak sadari telah the now and the future.
berlalu. Dalam memandang masa
depan banyak sekali spekulasi
yang dapat diskenariokan.
Berbagai hal dapat menjadi
kebenaran sekaligus tidak ada
lagi hal yang mutlak. Sekalinya
kita meng-spekulasikan, maka
seluruhnya menjadi tidak
terbendung lagi. Hingga yang ada
adalah berbagai kemungkinan,
beragam spekulasi realisme akan
waktu masa kini dan masa depan.

37
Natasha Tontey
Karya ini membayangkan masa “In this project, I look to the idea of ‘proper lifestyle’ in eco-centric futurism—which the cenacle of transferring From Pest to Power, 2019
depan dengan spekulasi yang possibility of unlearning human which overproduction of means human is not the center knowledge. The performance, Video Installation, Wallpaper
memakai metoda fiksi-nyaris- evolution for manufacturing synthetic commodity and the for everything. The artistic which consists of human being Installation, Reading Performances
ilmiah (science-quasi-fiction) future by gaining knowledge human dis-attachment to gesture of this artwork is that reading the passage from the
dan mengeksplorasi ide masa through the agency of waste generated cockroach of presenting a collection of publish book while passively
depan yang lebih eco-sentris. cockroaches. What is consider as a peripheral creature texts and images in the form interacting with the audience,
Instalasi video yang berjudul as pest might be a key to lead outside human’s cupola. When of published book for inter- is an act of mimicking the
From Pest to Power mengangkat the sustainable future. Being everything has to be related species reciprocity between existence of cockroach—that
kecoa, mahluk yang marjinal marginalized for thousand to the human activities, the human and cockroach. This being somehow ignored but
dan tersingkirkan, tapi yang years as a creature carrying filthy cockroaches are not part publication will explore the yet menacing. The installation
merupakan satusatunya diseases and treated as of the nature. Human idea to potential of future-developing and performance draws on a
species yang dapat bertahan a fear-some species by differentiate the nature and involving cockroach as a source mode of representation and
dan yang mungkin saja menjadi the human counterpart, culture embraced the notion of material. In addition, a video expression of the immersed
kunci untuk masa depan yang cockroaches bear its agency speciesism for the cockroach. displays the visuality of the image for the complex and
berkelanjutan. Terinspirasi oleh as the only single species This project is a science-quasi- research will also be installed fragile interactions and
Manifesto Xenofeminism bahwa that could survive the many fictional quest into a peculiar as part of the installation. In responses between human and
masa depan tidak lagi berpusat extinction events and epochal behavior of cockroach that is order to extend the artistic cockroach”.
pada manusia saja tetapi ikut transformation. Moreover, the constituted as an assemblage expression of this phenomenon,
memfokus mahluk mahluk judgement toward cockroach of nocturnal, habitable, a reading-performance will
lainnya. Karya ini masih dalam is built by the hyper-sterilized homeopathic, and resourceful be held while implementing
proses pengembangan. semiocapitalism/biopolitics material to explore the idea of the installation space as

39
Octora
“Puisi Baru Untuk Esok Hari” “Puisi Baru Untuk Esok Hari” is intervensi dalam pemaknaan dan history. In my new work titled
adalah karya yang saya buat a work that I created to respond penggunaan element linguistic “Puisi baru untuk Esok Hari “
sebagai respond terhadap karya to the installation “Kuburan maka aka ada implikasi terhadap (A new poem for tomorrow),
“Kuburan Kata” yang pernah saya Kata” which I had made earlier. pengkonstruksian sejarah. two framed metal plates
buat. “Kuburan Kata” merupakan “Kuburan Kata” is my reaction Dalam karya baru “Puisi baru are left to follow its natural
reaksi saya terhadap bagaimana to the way a change of ideology untuk Esok Hari “, dua lempeng process towards rust. honesty
perubahan ideology berimplikasi impacts on the use of a certain logam dengan figura saya and sincerity to accept and
terhadap berhentinya saying in society. I do not mean biarkan untuk merangkul proses value the passing of time area
penggunaan istilah tertentu to take sides towards the way alamiahnya, berkarat . Saya reflected in the material I am
dalam masyarakat,. Saya tidak those words are interpreted melihat kejujuran dan keikhlasan using to question the future.
memiliki intensi untuk berpihak as good or bad. As an artist, untuk menerima dan menghargai
terhadap pemaknaan kata kata I observe how power is able perjalanan waktu dalam material In the context of Indonesia’s
ini sebagai baik dan buruk. to implicate on linguistic besi dan saya menggunakan ini national history, particularly
Sebagai seniman saya mengamati expression of a society, and untuk mempertanyakan perihal how even today we are still
bagaimana kekuasaan dapat relates to the construction of masa depan. confused about our past as
berimplikasi terhadap dinamika “History”. When History in a nation and have a problem
linguistic suatu masyarakat the context of modern society Dalam konteks kesejarahan understanding events related
yang mana berkaitan dengan is about writing, linguistic bangsa Indonesia, terkhusus to communism in 1965, history
konstruksi “Sejarah”. Sejarah expression and when meaning bagaimana di hari ini kita has become an arrangement
dalam konteks masyarakat and use of linguistic elements masih mengalami kebingungan dominated by power. Being part
modern adalah tentang tulisan is intervened, then it will mengenai masa lalu kita of this nation, I as a child of the
, ekspresi linguistic, ketika ada implicate on the construction of sebagai bagsa dalam memahami nation, feel separated from the
peristiwa komunisme di tahun future. The future is like poetry
1965 , sejarah menjadi sebuah where I have no part in deciding
gubahan yang didominasi oleh on a vision, again as part of the
kekuasaan. Sebagai bagian dari grass root, we only have to go
bangsa ini, saya sebagai anak with how the power wishes to
bangsa merasa keterpisahan write it. Power that refuses to
dalam perihal masa esok. Masa face the past will never be fit to
esok menjadi sebuah puisi write its future.
dimana saya tidak memiliki
agensi dalam menentukan bahan
bervisi, sekali lagi sebagai bagian
dari golongan “akar rumput” ,
kita hanya bias mengikuti alr
bagaimana kekuasaan ingin
menulisnya. Kekuasaan yang
menolak untuk menghadapi masa
lalu tidak akan menjadi utuh
dalam menulis masa depannya.

Kuburan Kata
Puisi Baru untuk Esok Hari, 2019
Instalasi, Mixed Media

41
Prilla Tania

Karbohidrat yang terkandung Carbohydrate in food is a major


dalam makanan merupakan source of energy for human
sumber energi utama activity. There are many plants
bagi manusia untuk dapat that contain carbo, but at a time
beraktifitas. Banyak jenis when everything is available,
tanaman bahan pangan yang the choice for karbo contained
mengandung karbohidrat. food is getting limited. Grains,
Namun di masa serba “ada” rice, maize and potatoes are
justru pilihan jenis pangan within the limitation o choice at
(sumber karbohidrat) semakin the market. So what happens
sedikit/terbatas. Gandum, to the tens of plants with good
beras, jagung, dan kentang carbo content in our garden
menjadi sedikit pilihan or in nature. If they are re-
yang tersedia di pasar. Lalu included how would agriculture,
bagaimana nasib puluhan jenis the food industry and our
tanaman penghasil karbohidrat market look like?
baik di kebun ataupun di alam.
Jika pilihan yang banyak itu
dihadirkan kembali bagaimana
kiranya wajah pertanian,
industri pangan, dan pasar kita?

Demokratisasi Karabohidrat, 2019


500 x 350 cm
Mixed Media, Mural, Interaktif

43
Restu Ratnaningtyas
Mengenai batasan batasan Boundaries that nowadays
yang saat ini semakin tidak are becoming more and more
terlihat, membuat kita dengan unclear, make us easily bypass
mudah melewati batas batas them. Without realizing,
tersebut. Tanpa kita sadari those thinning boundaries
batasan batasan yang semakin are growing like ghosts that
tipis itu kemudian lama live within the self This idea
kelamaan menjadi seperti is visualized through boxes
hantu yang hidup didalam diri of polyester that are linked
kita. Ide tersebut ditampilkan to the wall with thin threads.
melalui kotak polyester yang Whoever shoukd want to see
terikat pada dinding dengan what is in those boxes must
benang tipis. Siapa saja yang step over the threads, running
ingin melihat apa yang ada di the risk of stepping on it.
dalam kotak harus melangkah
di atas benang dengan resiko
menginjaknya. Namun
konsep”Perbatasan” di Jerman
merupakan isu pengungsi dan
pekerja migran yang melewati
perbatasan dan oleh masyarkat
Jerman dipandang dengan
tatapn mata curiga.

Invisible Boundaries, 2019


Instalasi, mixed media

45
Sanchia Tryphosa Hamidjaja
Sepanjang praktek saya dalam Plastic bag is something that a designed representation of Throughout my drawing /
media ilustrasi, saya sangat is designed to be inherently supermarket / department stores illustration practice, I have
tertarik dengan tema-tema disposable. This inherent logos found in the environment been interested in creating a
pemandangan perkotaan yang disposability of things is reflecting where I live. The process of fantastical dystopian themed
bergaya distopia. Karya kali on the culture of consumerism, its ironing each fabric, sewing each cities. This illustration have
ini mendorong saya untuk all about mass producing objects one into “plastic bag” replicas pushed me towards a more
menggambar representasi that has to be thrown away, unlike give it a much more intimate realistic representation of what
suatu kota yang lebih realistis. teddy bears thats designed to treatment. I believe the near future might
Penggambaran kota masa trigger emotion and to be given be, which is no different from
depan yang sangat mungkin sentimental value, while plastic Displayed like clothes, hung where we are currently. A piece
terjadi, yang tidak terlalu beda bags are made to be thrown away. from a clothes hanger. Giving it a of full color digital illustration
jauh dengan yang kita hidupi Through this art work i want sense of preciousness and well displayed in a way that an
sekarang. Sebuah ilustrasi to give sentimental emotional cared for. I want to project my advertisement would, a glowing
digital penuh warna yang di quality to seemingly look like a guilt for over consuming cheap billboard.
display seperti layaknya sebuah disposable object. By sewing inherently disposable objects.
iklan bilboard. Terlihat sangat materials that carries personal Also being born into a family Which from a distance may
penuh warna, menyenangkan attachment into the shape of a that owns a plastic packaging seem like a happy idealistic
dari kejauhan, tapi ketika disposable object. factory, and experienced work city scape, that promises
di dekati, mulai terlihat in the advertisement industry you a better life, but as you
kebusukan-kebusukan yang The fabrics I use, are the same that played a massive part in the get a closer look, you start
terakumulasi didalamnya. fabrics I would use to make consumerism culture, makes noticing all the accumulation
Tumpukan mobil, properti- wedding gowns, such as silk, the guilt even more validated. of rubbish, cars, motorbikes,
properti yang tidak terjual, delicate cottons for traditional To remind myself that seeming unsold properties, abandoned
struktur-struktur pembangunan kebaya encim worn at family ordinary disposable object, in structures, and the absence
setengah jadi dan ketiadaan events, and organzas from left accumulation is inevitably deadly of human and culture. An
eksistensi manusia dan over bridemaids dresses, reduced Undisposable Guilt, 2019 The Future is Abandoned, 2019 towards our environment. unliveable habitat.
kulturnya. Sebuah habitat yang to a replica of “kantong kresek” Variable sizes 350 x 100 cm, Digital Print on fabric,
tak bisa di hidupi. / plastic bag. Embroidered with Mixed media lightbox display. LED Light

47
Syagini Ratna Wulan

Karya ini terinspirasi dari This work is inspired by the


kekuatan cahaya, dan strength of light and color
gelombang warna sering waves. The title of the work
memberi judul karya dengan is denoted with numbers,
cara angka angka. Kali ini 31.85 (6.21462, 106.84513).
karya yang memakai lacquer Made with lacquer painteon
paint, berwarna putih diatas plexiglass, the artist says she
plexiglass, diberi judul. uses the countings in physics
31.85 (6.21462, 106.84513). and geography with the number
Menurutnya, ia memakai 31.83 referring to the rainbow
hitungan fisika dan geografi slant and the numbers in
dan angka 31.83 adalah derajat brackets refers to the Jakarta
kemiringan pelangi. Yang dalam city coordinate.
kurung itu merupakan koordinat
kota Jakarta.

31.85 (6.21462.106.84513), 2019


3x2m

Lorem Ipsum Dolor Amet Lorem


Ipsum Dolor Amet Lorem Ipsum
Dolor Amet Lorem Ipsum Dolor Amet

49
Tara Astari Kasenda
Sejak kecil saya terinspirasi I see the world through pastel color, the blurriness, everything. Sous Les Cumulus Humilis, 2019
Impresionisme, yang pada color goggles. After receiving my But as my work developed, I feel Transdisciplinary new media
waktunya mempelajari bachelor’s degree in painting, in like I needed to find more reason (photography, coding, photoshop)
pengaruhwarna ‘en plein air’. my practice, I delve more into why I continued to make pastel
Saya ingin membawa kembali exploring installation art and colors as the heart of my work.
gagasan para impresionis try to redefine the meaning of So I decided to come to France,
dulu ke masa kini, abad ke-21 painting with unconventional the place where impressionism
dengan menggunakan teknologi mediums. Many of my works was born. So since my first day
dan media baru. Di Paris saya show blurry portraits that in Paris, August 1st, 2018, I’ve
mengamati perubahan cahaya emphasized the issue of identity been doing a data collection
di cakrawala awan diatas and the vagueness of being. research by taking more or less
kota Paris dan bagaimana The one thing that has been 400 pictures of the sky with
hal itu mempengaruhi consistent in my work is the my phone. And with digital
lingkungan. Saya memotret color. Muted pastel colors. I tools such as Photoshop and
perubahan langit diatas kota was always obsessed with soft especially with coding in open
Paris tidak kurang dari 400 pastel colors ever since I was processing, I was able to narrow
kali sejak Agustus 2018, a child. This comes from early down the color of the sky of Paris
lalu mengabsraksi warna experience in my life. When I to exactly 9 RGB colors (10 in
warna menjadi 9 RGB dengan was a child, my painting teacher total after adding white, being
menggunakan Photoshop dan introduced me to impressionism, an essential pigment on the
coding in open proceedings. and I fell in love with it. The soft impressionist’s palette).

51
Theresia Agustina Sitompul
Karya ini bersumber dari This work came to be as I
kegelisahan dan kecemasan worried at the situation around
saya ketika mengamati serta me, like natural disasters, wars,
merasakan situasi di sekitar saya social conflicts that somehow
seperti terjadinya bencana alam, result from human greed. Inter
peperangan, konflik sosial yang human relations and relations
sedikit banyak diakibatkan oleh between man and nature are
keserakahan dan kerakusan no more harmonious. Greed
manusia. Relasi yang dibangun exploits nature at a level that
antara manusia dengan alam distorts the balance. The result
atau manusia dengan sesama being many natural disasters
manusia tidak lagi harmonis. like floods, erosion, forest fires,
Manusia yg rakus mengambil atau and the likes. Similarly, social
mengeksploitasi alam sedikian tensions tend to augment, with
rupa sehingga tidak lagi ada clashes ending up in violence.
keseimbangan. Akibatnya kita
bisa lihat banyak bencana alam
seperti banjir, longsor, kebakaran
hutan dll. Begitu pula situasi
sosial yg cenderung memanas
dan mudah terjadi gesekan yg
ujung-ujungnya berakhir pada
kekerasan.

Menabur Benih, 2019


Dimensi variabel, linocut on
hydrophile gauze catton

53
Yaya Sung
Karya ini merupakan The work imagines the situation biasa kita jumpai penuh dengan objects that were once most
pengandaian tentang kondisi in a hundred years to come, kata-kata, tulisan, seruan, dan powerful in the community and
100 tahun lagi di masa depan and at the same time reflects tuntutan, namun di dalam karya became signifiers of Freedom,
sekaligus refleksi dari praktek on Yaya Sung’s artistic practice ini, semua bentuk ekspresi particularly Hope, in our life
kesenian Yaya Sung selama during 5 years. Her search emosi tersebut kemudian time. A set of objects that
5 tahun terakhir. Pencarian for identity as a Chinese direduksi dengan warna putih we usually find with words,
identitas diri sebagai warga Indonesian, retraces the May bersih tanpa sedikitpun kata- writing, calling and demands,
Indonesia keturunan Tionghoa, 1998 event which brought kata atau makna gambar. Yaya but in this work all forms of
mengantarkan Yaya menelusuri her into the kamisan action mengandaikan, 100 tahun lagi, such emotional expression is
kembali peristiwa Mei 1998, (an enduring protest demo manusia di bumi ini memiliki reduced using a white color
mengajaknya berkenalan held every Thursday) in front satu perjuangan bersama yaitu without any words or image.
dengan aksi Kamisan di depan of the palace which became menyelamatkan bumi manusia Yaya imagines that a hundred
istana negara yang menjadi a repository for all human dari perubahan alam, kemudian years from now people on this
wadah bagi semua penyintas rights survivors and introduced perangkat kebendaan yang earth had a joint struggele
kasus HAM di Indonesia, her to the demolition of the pada jaman ini kita gunakan which is to save the earth of
mengantar penemuannya progressive women movement untuk berjuang, sudah menjadi humans from nature’s change,
tentang penghancuran gerakan movement of 196., Learning sebuah bentuk artefak sejarah. and the set of objects that
perempuan progresif tahun about history while going we used to apply to fight, has
1965. Mempelajari sejarah, about daily life and wondering become an artefact of history.
menjalani hidup keseharian, about the future, the era that
dan mereka-reka tentang Yaya got to know was an era of
masa depan, Jaman yang oppression, discrimination of
Yaya ketahui adalah jaman ethnic groups, religion, race,
dimana opresi, diskriminasi gender and an
suku, agama, ras, gender, overwhelming
dan ketimpangan keadilan imbalance of
sosial subur dan merajalela. an arbitrary
Seyogianya, ketika Tekanan social justice.
disiram dan dipupuk dengan In fact, when
Keberanian dan Kepedulian, such emphasis
disitu tumbuh dengan subur was met with
Perlawanan. courage and
concern, it
Karya-karya dalam projek ini became a
memberi fokus pada perangkat fruitful ground
kebendaan yang menjadi peran for Resistance.
utama dalam aksi demonstrasi,
protes, dan marching. The works in
Perangkat dengan metode this project
paling primitif; secarik kertas are focused
yang ditulis, sebentang kain on the set of
yang digambar telah menjadi objects that
wadah mengekspresikan had a major
diri, menuangkan emosi, role in the
menyerukan perlawanan, actions of demonstration,
dan menyuarakan tuntutan. protests and marching. Using a
Perangkat yang paling ampuh most primitive method, a piece
ketika saling berpaguyuban of paper that is written on, a
ini menjadi penanda sebuah stretch of imaged cloth were the
Kebebasan, terutama Harapan, mediums for expression, to vent
di masa kehidupan kita kini. emotion, calling for resistance Liberty Markers, An Entity 100 Years Away”, 2019
Perangkat kebendaan yang and voicing demands. A set of 200 x 100 cm dan 60 x 80 cm, Digital print on Neon Box

55
CV Perupa | Artists’ CVs Andrita Yuniza Orbandi

Education 2014 15x15x15 Mini Art Project #5: Colossal, Galeri

2012 Proctor High School, Minnesota, US Soemardja Bandung, Indonesia

2016 BFA Visual Arts, Faculty of Art and Design, Bandung Awards
Institute of Technology, Indonesia 2018 Finalist Gudang Garam Indonesia Art Award ‘Dunia

2017 Erasmus in Freie Kunst (Visual Arts), Hochschüle Komik’, Indonesia


für Bildende Künste, Braunschweig, Germany 2017 Finalist Bandung Contemporary Art Award 5,

Solo Exhibitions Indonesia

2017 ‘Spielen’ – Solo show for researching happiness 2017 Winner LED Wettbewerb von Volksbank Brawo,

project, Artmax, Braunschweig, Germany Germany

2016 ‘Menuju Titik Ba’, BFA Final Presentation at CC 2017 Awardee DAAD Stipendium Programme Stibet

Timur Yard of Institut Teknologi Bandung, Indonesia 2016 Finalist Ganesha Prize Institut Teknologi Bandung,
Selected Group Exhibitions Indonesia

2018 Indonesian Art Award 2018: Dunia Komik, Galeri 2016 Awardee The Most Oustanding Student of Art and

Nasional, Jakarta, Indonesia Design Faculty ITB, Indonesia

2018 Soemardja Sound Art Project 2018, Galeri Soemardja 2016 AwardeeDAAD Stipendium – ISAP Program

Bandung, Indonesia 2016/2017

2017 Bandung Contemporary Art Awards 5, Lawang 2015 Winner of ASEAN-Korea Multimedia Art

Wangi, Bandung, Indonesia Competition ‘Lifestyle of ASEAN’, South Korea

2017 ‘Protest’ – Rundang bei Klasse Kummer, Artmax, 2012 Awardee President’s Award for Educational

Braunschweig, Germany Excellence 2012 by US Department of Education

2017 ‘Sergi’, TBMYO Cam Atölyesi, Adiyaman, Turkey

2017 Participant Documenta 14, Athens, Greece

2017 Performer ‘Silent Condition’ by Enric Fort Ballester,


Kunstverein Wolfenbüttel, Germany

2016 ‘Tilu’, HBK Braunschweig, Germany

2015 ‘Lifestyle of ASEAN’–“Against All Odds”,


Dongdaemun Design Plaza, Seoul, South Korea – Hanam
Art Center, Gyeonggi Province, South Korea – Gyeonju Arts
Center, Gyung-buk Province, South Korea

2015 Chiang-Mai Photo Festival 2015—“Family Means


Nobody is Left Behind”, Chiang Mai, Thailand

57
Ayu Arista Murti

Education 2017 Yogya Annual Art #2, Sangkring, Yogyakarta, 2014 Bazaar Art, Jakarta 2011 Bazaar Art Jakarta, Ritz Carlton, Pacific Place,

2004 Graduated from Faculty of Fine Arts and Design, Indonesia Jakarta
2014 “Indonesia–Thailand Artist”, Bentara Budaya,
Indonesia Institute of Arts (ISI), Yogyakarta, Indonesia 2017 “Turbulence”, by Martel, Edwin’s Gallery, Jakarta Yogyakarta, Indonesia 2011 “The Everyday Fantastic”, S. Bin Art Plus, Singapore

Solo Exhibitions 2017 “Hanoi March Connection”, Art Exhibition and 2014 “Iconoclast”, Langgeng Gallery, Magelang, Indonesia 2011 Art Stage Singapore, Marina Bay Sands, Singapore

2017 “Flowing with the Water”, Ark Gallery, Yogyakarta, Workshop, by Hanoi University of Industrial Fine Arts and
2014 “Manifesto #4: Keseharian: Mencandra Tanda Masa”, 2010 “Survey #1.10”, Edwin’s Gallery, Jakarta
Indonesia Asia Art Link, Hanoi, Vietnam
National Gallery of Indonesia, Jakarta
2010 “Dua Kota Dua Cerita”, Semarang Gallery, Semarang,
2011 Solo Exhibition, Wada Gallery, Tokyo 2017 “Bumbon #2”, Sangkring, Yogyakarta
2014 ArtJog 14, Legacies of Power, Cultural Park/Taman Indonesia
2010 “Cloning Garden”, Valentine Willie Fine Art, Kuala 2016 Art Stage 2016, Marina Bay, Singapore Budaya, Yogyakarta, Indonesia
Awards
Lumpur—“Cloning Garden”, organized by Edwin’s Gallery, 2016 “Equilibrio”, Artemis Gallery, Kuala Lumpur 2014 Parallel Event Biennale Jogja XII, Knyt Somnia—
2003 Top 5 of Indonesian Art Awards by Phillip Morris
Jakarta Art District, Grand Indonesia, Jakarta Genesis of Terror, Yogyakarta, Indonesia
2016 “Equilibrio”, China House, Penang, Malaysia Company and YSRI, Indonesia
2008 “Rhyme of Lines”, Edwin’s Gallery, Jakarta 2013 Bazaar Art ++, Edwin’s Gallery, Jakarta
2016 “Kecil itu Indah”, Edwin’s Gallery & Bazaar Art 2003 Finalist South East Asian Art Awards by Phillip

Jakarta 2013 “Homoludens 4”, Bentara Budaya, Denpasar, Bali, Morris Company
2006 “Sweet Bitter Sour”, 24HR ART Gallery, Darwin, Indonesia
2016 “Print Parade”, Grafis Minggiran, Yogyakarta 2002 Best Artwork, Dies Natalis Indonesian Institute of
Australia
2013 “Unforgettable”, Exhibition Hall, Jakarta Art District, Art, Yogyakarta, Indonesia
2015 “Dystopia 1000 Pulau”, Cata Odata, Bali, Indonesia
2005 “Metafora Metamorfosa”, Edwin’s Gallery, Jakarta Grand Indonesia, Jakarta
2001 Total Indonesia Award from YSRI and Total
Selected Group Exhibitions 2012 “Vertigo”, The Indonesian Ugliness, Ode To Art, Company
2015 Bazaar Art, Jakarta
2018 Art Stage Singapore, Gajah Gallery, Marina Bay, Singapore
2000 The Best Drawing Sketch from Indonesian Institute
2015 “Polychromatic”, Green Host Hotel, Yogyakarta,
Singapore 2012 The Winner’s Creation, Indonesian Arts Award, of Art, Yogyakarta, Indonesia
Indonesia
2017 “Kembulan”, Studio Kalahan, Yogyakarta, Indonesia National Gallery of Indonesia, Jakarta
1999 The Best Water Color and Sketch from Indonesian
2014 “Socio Landscape—Indonesia & Cambodia Artist”,
2011 “Beauty Case”, Jakarta Art District, Grand Indonesia, Institute of Art, Yogyakarta, Indonesia
National Museum, Cambodia Communicating In Art
2017 Open Studio, Gajah Gallery, Yogyakarta Jakarta
Making Today, Edwin’s Gallery, Jakarta 1996 “The Best Encounter of Two Millennial Country

2017 “Lost and Found”, Art Merdeka, Bumbon #3, Pararel 2011 Jakarta Biennale #14, Jakarta Peru-Indonesia”, Embassy of Peru, Jakarta
2014 “ReDraw”, Edwin’s Gallery, Jakarta
Biennalle, Yogyakarta, Indonesia 2011 “Lintas”, Edwin’s Gallery, Jakarta
2014 KIAF, Coex, Seoul

59
Cecilia Patricia Untario Dita Gambiro

Education 2015 UGLY “Palmistry”, The Goods, Jakarta

2009–2011 Vetroricerca Glas & Modern, Bolzano, Italy 2015 Sovereign Asian Art Prize 2015 Finalists, Hong Kong

2006 Tittot Glass Museum Summer Camp, Taipei, Taiwan 2014 “Versi”, Trienal Seni Patung Indonesia, Jakarta

2003–2008 Bandung Institute of Technology, Fine Art 2014 Bazaar Art Jakarta 2014, The Ritz-Carlton, Pacific
Department, majoring in Sculpture, Bandung, Indonesia Place, Jakarta
Exhibitions 2013 “OLD NEW”, Art1, Jakarta

2018 Sovereign Asian Art Prize 2018 Finalists, Hong Kong 2013 “Everyday is Like Sunday”, Langgeng Gallery,

2018 ArtJog 11 2018 “Enlightenment”, Jogja National Magelang, Indonesia


Museum, Yogyakarta, Indonesia 2013 “Disthing”, Gallery Rachel, Jakarta

2018 “Spektrum Hendra Gunawan”, Ciputra Artpreneur, 2013 Asia Contemporary Art Show, Hong Kong
Jakarta
2013 Bandung Contemporary Art Awards#3,
Education Indonesia
2018 “Open P.O.”, Omnispace, Bandung, Indonesia Lawangwangi Art Space, Bandung, Indonesia
2009 BFA, Bandung Institute of Technology, Faculty of Art 2016 “Artmosphere”, Galeries Lafayette, Jakarta
2017 Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) 8: 2012 “Renegotiating Boundaries”, Lawangwangi Art
and Design, majoring Sculpture
MURNI, Jakarta Space, Bandung, Indonesia 2016 “Constituent Concreteness”, Mizuma Gallery,
2013 MA, Kingston University London, Production Singapore
2017 “Re: Emergence”, Selasar Sunaryo Art Space, 2012 “Contemporary Ceramics”, Museum Seni dan
Design for Film and TV
Bandung, Indonesia Keramik, Jakarta 2015 “(Un)usual” by Wang Lei & Dita Gambiro, Redbase
Solo Exhibitions Gallery, Jakarta
2017 Art Jakarta 2017, The Ritz-Carlton, Pacific Place, 2012 MACEF Milan 2012, Milan, Italy          
Jakarta 2011 “White Lies”, Inkubator at Forme Building, Jakarta 2015 Bazaar Art, Redbase Gallery, Jakarta
2012 Bandung Contemporary Art Awards#2,
2017 “Perjalanan Senyap”, Orbital Dago, Bandung, Lawangwangi Art Space, Bandung, Indonesia 2012 Art Stage Singapore: Project Stage, Galerie Michael 2015 Fashion TV: F Party, Jakarta
Indonesia Janssen (Berlin), Marina Bay Sands, Singapore
2011 Jakarta Biennale#14, Jakarta     2015 “Sequence”, Nu Art Sculpture Park, Bandung,
2016 Art Stage Jakarta, Sheraton Grand Jakarta, Gandaria Selected Group Exhibitions Indonesia
2010 “Beyond The Dutch”, Utrecht Central Museum,
City Hotel, Jakarta 2017 “What You Wear is (not) What You Are. You are (not)
Netherlands   2014 “Versi”: Triennale Patung Kontemporer Indonesia,
2016 “Artmosphere”, Galleries Lafayette, Pacific Place, What You Wear”, The Warehouse, Plaza Indonesia, Jakarta National Gallery of Indonesia, Jakarta
Awards
Jakarta 2017 Asia Woman Artist, Jeonbuk Museum of Art, South 2014 “Symbol, Spirit, Culture (To Communicate in Art
2018 Sovereign Asian Art Prize Finalist
2016 “Art for Education”, Plaza Indonesia 26th Korea Making Today)”, Edwin’s Gallery, Jakarta
Anniversary, Plaza Indonesia, Jakarta 2015 Sovereign Asian Art Prize Finalist
2017 “Perjalanan Senyap”, Orbital Dago, Bandung, 2013 Graduation Show, MA Production Design for Film &
2016 “Janji Kang Jait”, APA Space, Plaza Indonesia, 2013 Bandung Contemporary Art Award Finalist Indonesia TV, Kingston University, London, United Kingdom
Jakarta 2012 Bandung Contemporary Art Award Finalist 2016 South East Asia Plus (SEA+) Triennale, National 2013 “Everyday is Like Sunday”, Langgeng Gallery,
2015 Bazaar Art Jakarta 2015, The Ritz-Carlton, Pacific 2008 Indonesian Art Award Finalist Gallery of Indonesia, Jakarta Magelang, Indonesia
Place, Jakarta 2016 “Beyond Masculinity”, Ark Galerie, Yogyakarta, 2012 “Fountain of Lamneth”, Gajah Gallery, Singapore

61
Elia Nurvista

Education 2015 “High Water”, Fukutake House, Shodoshima Island,

2003 BFA Visual Arts, Indonesian Institute of Arts, Japan


Yogyakarta, Indonesia 2015 “Liminal”, Cemeti Art House, Yogyakarta,

Solo Exhibitions Indonesia


2012 “Role Play: Parallab”, Artsphere, Jakarta 2011 Contemporary Archaeology chapter 3, Sigi Gallery,
Jakarta 2013 Adiboga Wonoasri Kedai Kebun Forum, Yogyakarta, 2015 “Made in Commons: Indonesian Iteration”, Jogja
2012 “Re.Claim”, National Gallery of Indonesia, Jakarta
Indonesia National Museum, Yogyakarta, Indonesia
2011 “Fiber Face #3: Transformation”, Taman Budaya
2012 ARTHK#12, Galerie Michael Janssen, Hong Kong
Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia Selected Group Exhibitions 2014 “Lizard Says You’re a Liar”, Vargas Museum,
2012 “FLOW”, Galerie Michael Janssen, Berlin, Germany University of the Philippines, Manila, Philippines
2011 Bandung Contemporary Art Award, Lawangwangi, 2018 “How Little You Know About Me”, National Museum
2012 “Prismatic Vibe”, Fang Gallery, Jakarta Bandung, Indonesia of Modern and Contemporary Art (MMCA), Seoul
2014 “1 × 25 Jam”, Cemeti Art House, Yogyakarta,
2012 Bazaar Art, Edwin Gallery, Jakarta 2011 “1001 Doors: Reinterpreting the Tradition”, Ciputra 2018 Ninth Asian Pacific Triennial 9 (APT9), QAGOMA, Indonesia
2012 “Revisited”, One East Asia, Singapore Marketing World, Jakarta Brisbane, Australia
2013 “Disana Project”, Cemeti Art House, Yogyakarta,
2012 “Romancing Indonesia”, One East Asia—Royal Opera 2010 “Tapak Telu”, an installation & performance art, 2017 “Recipro(vo)cation”, National Gallery Jakarta Indonesia
Arcade Gallery, London, United Kingdom collaboration with Sujana ‘Suklu’ and Ngurah Sudibya, ISI
2017 “Urban Implosion”, Asia Culture Center, Gwangju, 2013 Jakarta Biennale 2013 in collaboration
Denpasar, Bali, Indonesia
2011 “Beauty Case”, Jakarta Art District, Grand Indonesia, South Korea with Lifepatch, Basement Taman Ismail Marzuki,
Jakarta 2010 “Tribute to Sudjojono Sang Ahli Gambar dan
2017 “OK Pangan”, OK Video Festival, Gudang Sarinah Jakarta
Kawan-kawan”, Titik Orange Gallery, Bandung, Indonesia
2011 “PMR Cube”, Contemporary Culture Interplay, The Ekosistem, Jakarta 2012 “Story of Thread”, Koganecho Bazaar 2012,
Atrium Sampoerna Strategic Square, Jakarta 2010 “Percakapan Masa”, Indonesian National Gallery,
2017 “Behind the Terrain”, Nhà Sàn Collective, Hanoi, Yokohama, Japan
Jakarta
2011 “Flight for Light: Indonesian Art and Religiosity”, Vietnam 2012 “Des Indes Orientales”, Parallel Events Jogja
Mon Decor Gallery, Jakarta 2010 The 25th Asian International Art Exhibition,
2016 “Behind the Terrain”, Studio Kalahan, Yogyakarta, Biennale, iCan, Yogyakarta, Indonesia
Mongolia
2011 Bazaar Art Jakarta: Special Exhibitions, The Ritz- Indonesia Selected Events and Performances
Carlton, Pacific Place, Jakarta 2010 Bandung New Emergence vol. 3, Selasar Sunaryo
2016 “Dialogue with the Senses”, Galeri Fatahillah, 2016 Feast on the Evolution of Taiwan, Polymer, Taipei
Art Space, Bandung, Indonesia
2011 “Ekspansi”, Indonesian National Gallery, Jakarta Jakarta
2010 Art Festival, Plaza Indonesia, Jakarta
2011 “Dysfashional #6”, Indonesian National Gallery, 2016 “Simmer”, Kunstraum LLC, New York, USA 2015 Choreographer’s LAB, Mousonturm, Frankfurt,
Jakarta 2010 “Cross/Piece”, The 8th Anniversary of Canna Gallery,
2015 Jogja Biennale XIII, “Hacking Conflict”, Jogja Germany
Jakarta
2011 “Art & Motoring”, Indonesian National Gallery, National Museum, Yogyakarta, Indonesia
Jakarta 2015 “Seni Indonesia Berkabung”, PKKH, Yogyakarta,
Indonesia

63
Erika Ernawan

Education and Training 2017 “Migrating in Your Own Home”, Can’s Gallery, 2013 “100th S.Sudjojono”, Tonyraka Art Gallery, Bali, 2011 Jogja Biennale XI: “The Equator #1”, Yogyakarta,

2012 Auditory Architecture, Berlin University of Art Jakarta Indonesia Indonesia

2008–2010 M.F.A. Fine Arts, Faculty of Fine Art and 2016 Art for Education, Artdept, Jakarta 2013 SEA+ Triennalle, National Gallery, Jakarta 2010 “Veduta”, Bandung Initiative #5, Vanessa Art Link,

Design, ITB, Bandung, Indonesia Jakarta


2016 Singapore Contemporary, Artsphere, Singapore 2012 “40 × 40”, dia.lo.gue Artspace, Jakarta

2009 Extension Course Culture and Philosophy, 2010 “Current(s)”, Soemardja Gallery, Bandung, Indonesia
2016 “Waiting for it to Happen”, Nadi Galleri, Platform3, 2012 Book Launching “Indonesian Art World” and Group
Parahyangan Catholic University, Bandung, Indonesia Jakarta Exhibition “RE. Claim”, National Gallery of Indonesia, 2010 “On Desire”, Duet with Erik Pauhrizi, Darga Gallery,

2003–2007 B.F.A. Fine Arts, Majoring in Painting, Jakarta Sanur Bali, Indonesia
2016 “The Artists’s Storage”, Duet with Erik Pauhrizi,
Faculty of Fine Art and Design, ITB, Bandung, Indonesia Platform3, Bandung, Indonesia 2012 “Mother Earth”, Green Art Space, Jakarta 2010 “Tribute to Sudjojono”, Rumah Proses, Bandung,
Indonesia
2016 Pameran Bersama Perupa/Pengajar Bandung, 2012 “Flow”, Michael Janssen Galerie, Berlin, Germany
Solo Exhibitions Bandung, Indonesia 2010 “Leisure on Mine, Play Dead #2”, Padi Art Ground,
2012 Kulturbeilage, Berlin, Germany
2011 “Der Spiegel: Her Space (subvert) His Gaze”, Viviyip Bandung, Indonesia
2016 Artstage, d’gallerie, Jakarta
2012 “Indonesian Contemporary Fiber Art#1: Mapping”,
Art Room, Jakarta 2009 “My Body”, Andi’s Gallery, Jakarta
2016 Bazaar Art, Jakarta Art:1, Jakarta
2012 “Ruhe in Frieden”, Lawangwangi Art & Science 2009 “Fairies”, Vivi Yip Art Room, Jakarta
2015 “The Contemporary Alternative”, Artsphere, Jakarta 2011 Bandung Contemporary Art Awards (BaCAA),
Estate, Bandung, Indonesia
Lawangwangi Art & Science Estate, Bandung, Indonesia Award and Scholarship
2015 “No Other Color”, Kunstkring, Jakarta
2017 “Migrating in Your Own Home”, Can’s Gallery,
2011 “Fluid Identity”, CG Art Space, Jakarta 2011 Residency and Studio Project in Berlin, Germany
Jakarta 2015 “Shout!”, The Meat Market Stable, MAV, Melbourne,

Australia 2011 “A Room of Her Own”, Dimensi Art Gallery,
Selected Group Exhibitions
Surabaya, Indonesia 2011 2nd place Winner Bandung Contemporary Art
2014 “Symbol; Spirit; Culture”, Edwin’s Gallery, Jakarta
2017 “Beyond Boundaries–Globalisierung and Identity”, Awards, Lawangwangi Art & Science Estate, Bandung,
2011 “Dysfashional Jakarta #6”, National Gallery of
Liechtenstein Landes Museum, Vanduz, Germany 2014 “Shout!”, Indonesian Contemporary Art, Museo Indonesia for artwork titled: “Mirror Sees Me” series
Indonesia, Jakarta
D’Arte Contemporanea, Roma, Italy
2017 “Mashup Syndicate”, Gudang Sarinah Ekosistem, 2008 Magister Program FSRD ITB Scholarship
2011 “Homo Ludens #2”, Emmitan Gallery, Surabaya,
Jakarta 2013 Indonesian Pavilion, Artstage Singapore
Indonesia
2017 “Perjalanan Senyap”, Orbital Dago, Bandung, 2013 “Undisclosed Territory #7”, Solo, Indonesia
2011 “Flight for Light: Indonesian Art and Religiosity”,
Indonesia 2013 ArtJog13, Taman Budaya Yogyakarta, Indonesia Art:1, Jakarta
2017 “Re-emergence”, Selasar Sunaryo Art Space, 2013 “Homoludens #4”, Bentara Budaya Bali, Indonesia
Bandung, Indonesia

65
Etza Meisyara

Education 2015 Bazaar Art Installation Works, Ritz Carlton Pacific Satellite # 5”, Institut Français d’Indonésie, Lawangwangi 2012 “Maximum City” Jakarta Biennale: Collaboration Art

2009 Intermedia and New Media Art, Bandung Institute of Place, Indonesia Creative Space, Bandung, Indonesia Work, National Gallery of Indonesia, Jakarta
Technology (ITB) Bandung, Indonesia 2015 “Temporal”, Installation Works & Sound 2014 “Terra Clout Union”, Experimental Acts & Sound, Awards
2015 Magister of Fine Art Practice, Bandung Institute of Performance, Gedung Gas Negara, Bandung, Indonesia IARC, Singapore
2015 2nd Winner, Young Creator of Tokyo Design Week
Technology (ITB) Bandung, Indonesia 2015 Jogja Art Moment, Jogjakarta Nasional Museum, 2014 “Gulayu Wants You!!” with Gulayu Arkestra, a
2015 Nominee, Gudang Garam Indonesia Art Award
2016 Sound Art—KLANG KUNST HBK Braunschweig, Indonesia performance in conjunction with SOUND: Latitudes and
Attitudes, Lasalle College of the Arts, Singapore 2015 Nominee, BaCAA Bandung Contemporary Art
Germany 2015 “Void”, Langgeng Art Magelang, Indonesia
Awards
2018 Master of Fine Art, Bandung Institute of Technology 2014 “05 Seniman, Suara, Ruang”, Sound Performance,
2015 “I don’t need to edit the reality, The reality is always
Gallery Geriliya, Bandung, Indonesia 2016 Nominee, Sovereign Asian Art Award Prize
(ITB) Bandung, Indonesia modifiying itself”, Gallery Gerilya, Bandung Indonesia
2013 “Space Intruders”, Sound Performance, Vanilla 2017 3rd Winner BaCAA Bandung Contemporary Art
Selected Exhibitions 2015 “Outdoor Analog”, Sound & Music Experiments,
Kitchen and Dine, Bandung, Indonesia Awards #5
and Performances Kent Ridge Park, Singapore
2013 “Tips for Those Who Wants to be a Spiritual Artist in 2017 Scholarship from Hochschule für Bildende Künste
2017 “Tilu”, Exhibition at KLANG KUNST HBK University 2015 “Constellation #4”, Sound & Music Performance,
Five Minutes”, Video Performance, Bandung and Germany Braunschweig (HBK) Professor Ulrich Eller
Braunschweig, Germany Toulon, France
2017 Sound Art Festival in Braunschweig, Germany 2013 “Video Sonic”, Video Art, Sunaryo Art Space,
2015 “Experimental Space”, Sound & Music Performance,
Bandung, Indonesia
2016 Installation Work, Titik Temu Art Space, Bandung, Reykjavic, Aleph
Indonesia 2013 “Video Killed Radiostar”, Video Art Screening,
2015 “Manifesto #4 Keseharian”, Pameran Besar Seni
Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia
2016 “Today’s Presence”, Sound Performance, VillaTelle Rupa Indonesia, National Gallery of Indonesia, Jakarta
Salse, Bandung, Indonesia 2013 “Art Act”, Sound Installation, Padi Art Ground,
2014 “Mencandra Tanda-Tanda Masa”, Opening Act:
Bandung, Indonesia
2015 Tokyo Design Week, Installation Works, Tokyo, Sound Performance, National Gallery of Indonesia, Jakarta
Japan 2013 “Dark Room”, Sound Installation, ITB Art Fair,
2014 “Constellations. Kubilai Khan Investigations
Bandung, Indonesia

67
Fika Ria Santika Irene Agrivina

Education 2017 “The Artling Pop-Up”, Artspace@Helutrans, Education 2010 “S.A.T.U/Saturn Analogy of Trans Urgency”, Next

2005–2010 Padang State University, Indonesia Singapore 1991–1996 Visual Communication Design (BA), Wave Festival, Melbourne, Australia

2017 “Knowing Incompleteness”, Gajah Gallery, Indonesian Institute of the Arts (ISI), Yogyakarta, Indonesia 2010 “C.O.S, Circle of Satan ver 0.2”, PlayAround Festival,
2010–2012 Post Graduate Indonesian Institute of Arts,
Yogyakarta, Indonesia Yogyakarta, Indonesia 2000–2003 Science of Religion and Culture Master Taiwan

2017 “Indonesia, BAKABA #6”, Jogja Gallery, Yogyakarta, Program, Sanata Dharma University, Yogyakarta, Indonesia 2011 “IB:SC”, Gaite Lyrique, Paris, France
Solo Exhibitions
Indonesia Media Art Projects: Performances/
2013 “[ s p a c e ]”, Tembi Rumah Budaya Yogyakarta dan 2011 “Open Apparel, Velocity”, KHM, Cologne, Germany
2016 “Redbase Young Artist Award Exhibition”, Jogja Installation/Platform/Interactive Media
Jakarta 2011 “Open Apparel, WORM”, Rotterdam, Netherland
Gallery, Yogyakarta, Indonesia 2003–2004 “Electrophonicanalog” (based on frequency
2012 “Melancholia: Voice from the Darkness”, Kersan Art 2011 “HOLYSHIT”, Jakarta Biennale, Jakarta
2016 “Third Space”, ROH Projects, Jakarta + electromagnetic spectrum), electro contact project
Studio, Yogyakarta, Indonesia
(collaboration with Daniel Hiu), live in public space, 2012 “HOLYSHIT”, Umahseni Gallery, Jakarta
Selected Group Exhibitions 2016 “Cadiak Indak Mambuang Pandai, BAKABA #5”,
Indonesia 2012 “C.O.S, Circle of Satan”, New Museum Triennial,
Jogja Gallery, Yogyakarta, Indonesia
2018 Art Jakarta, Indonesia 2004 “BLUEPOPROJECT”, fashion performance, New York, USA
2015 “Zona Biru, Pameran Bersama Perupa Indonesia-
2018 “Power, Play, Perception”, Gajah Gallery, Kuala Indonesia-Singapore-Malaysia 2012 “MICRONATION/MACRONATION 2012 Project”,
Malaysia”, Kersan Art Studio, Yogyakarta, Indonesia
Lumpur 2005 “CAUS#3 (Citizen Against UFO Secrecy #3)”, Langgeng Art Foundation, Yogyakarta, Indonesia
2015 “Horison, Residensi Transit”, Selasar Sunaryo Art
2018 “Medium at Play”, Gajah Gallery, Yogyakarta, Transmediale 05, Berlin 2012 “MICRONATION/MACRONATION 2012 Project”,
Space, Bandung, Indonesia
Indonesia 2006 “KINGDOM OF REBEL”, new media art project Cellsbutton #06 2012, Yogyakarta, Indonesia
2014 “Foreverfat Mural”, National Gallery of Indonesia,
2018 “Zaman Now, BAKABA #7”, Jogja Gallery, Indonesia-Malaysia, Kuala Lumpur 2012 “MICRONATION/MACRONATION 2012 Project”,
Jakarta
Yogyakarta, Indonesia 2009 “up:DATE”, HONF project/a tour, Nova Gorica, Celje, Moscow Biennale 2012, Moscow
2014 “Kini, BAKABA #3”, Jogja Gallery, Yogyakarta,
2018 “Efflorescence”, Gajah Gallery, Yogyakarta, Maribor, Ljubljana 2012 “MICRONATION/MACRONATION 2012 Project”,
Indonesia
Indonesia 2009 “up:DATE”, Indonesia-Romania, National Dance Science Museum, Moscow
2014 “Luar untuk Dalam”, Syang Gallery, Magelang,
2018 “Landscape’s Legacies”, Gajah Gallery, Singapore Theatre, Bucharest C.O.S, DOX, Prague 2012 “KOR#3 Black Energy”, B-Side, Manila
Indonesia
2018 Artstage Singapore, Singapore 2010 “P.A.D.I/Paradigm of Antidotes to Deconstruct the 2013 “KOR#3.5”, Fab Café, Tokyo
Awards
Infrastructure Performance”, Royal Danish Academy,
2017 “Menolak Sekaligus Merengkuh”, Nadi Gallery, 2014 Winners of Mural Design Contest National Gallery 2013 “Beast/Bloom for Thee: Biota Etc”, Canna Gallery,
Copenhagen
Indonesia of Indonesia Jakarta
2010 “P.A.D.I/Paradigm of Antidotes to Deconstruct the
2017 “Gajah Open House”, Gajah Gallery, Yogyakarta, 2016 Finalist Redbase Young Artist Award 2013 “WSIS + 10 Review Meeting”, UNESCO
Infrastructure Performance”, Narodni Technicka Knihovna
Indonesia Headquarters, Paris
Technicka, Prague
2013 “PiXELACHE”, Bricolabs Curatorial, Helsinki
2010 “Upgrade Paris #32-33-34”, Ars Longa, Paris

69
Kinez Riza

2014 “B.I.O ESM”, Arboctics, Jakarta Awards

2014 “Jalan Emas”, The Game, Yogyakarta, Indonesia 2015 SOYA C(O)U(L)TURE - XXLAB, Prix Ars Electronica
(Next Idea), Voelstapine Art & Technology, Austria
2014 “WATI: Domestic Hacking”, Pixel Festival Bergen,
Norway 2015 Mac George Award, Australia

2015 “GROW KITCHEN”, Bel Ordinaire, Pau, France 2016 Runner up for the best concept and design, Jogja
Fashion Week 2016, Indonesia
2015 “SOYA C(O)U(L)TURE, Prix Ars Electronica (Next
Idea)”, Voelstapine Art & Technology, Austria 2017 Silver Award for IFVA (Incubator for Film & Visual
Media) 2017, New Media Art Category, Hong Kong Solo Exhibitions 2014 World Trade Center, Jakarta
2015 “SOYA C(O)U(L)TURE, Wasted Beauty”, ArtJog 2015,
Yogyakarta, Indonesia 2017 Vera List Prize Nominee, Centre of Arts and Politics 2012 d’Gallerie, Jakarta 2014 Museum Fatahillah, Jakarta
New School, New York, USA 2012 Art Dubai, United Arab Emirates
2015 “AFSNIT I Festival”, Stenlose, Denmark 2015 Art Bazaar, Jakarta

2015 “SOYA Colabs”, Yogyakarta, Indonesia 2014 “Unseen Photo Fair”, Amsterdam 2015 Hong Kong Land Group, China

2016 “SOYA C(O)U(L)TURE”, Museum Taiwan of Fine Art, 2015 Ruci Art Space, Jakarta 2016 Art Stage Jakarta, Jakarta
Taiwan 2015 Salian Art, Bandung, Indonesia 2017 Art Stage Jakarta, Jakarta
2016 “SOYA C(O)U(L)TURE”, Axe Direction, Montreal, 2016 Art Stage Singapore, Singapore 2017 World Trade Center, Jakarta
Canada
Selected Group Exhibitions 2017 Jogja Biennale, Yogyakarta, Indonesia
2016 “C6H12O6 + O2, Visualising the Invisible, Data for
2012 dia.lo.gue, Jakarta Award
Life”, Pacific Place, Jakarta
2013 Art Bazaar, Jakarta 2013 Featured Emerging Artist, Global Archive
2016 “Anyang Public Lab (APL) for APAP 5”, Anyang,
South Korea 2014 Geology Museum, Bandung, Indonesia Photography

2017 “C6H1206 + 02”, IFVA New Media Art Festival, Hong 2014 “LandArt Mongolia 360”, Orkhon Valley and
Kong Art Centre, Hong Kong Ulaanbaatar

71
Maharani Mancanagara

Education 2016 “Constituent Concreteness”, Mizuma Gallery, 2015 “Bandung Contemporary Art Award #4”, 2013 Soemardja Award, Galeri Soemardja, Bandung,

2008–2013 Bandung Institute of Technology, Faculty of Singapore Lawangwangi Creative Space, Bandung, Indonesia Indonesia
Art and Design, Printmaking Studio, Indonesia 2016 “Kolektif Kolegial”, Cemeti Art House, Yogyakarta, 2015 “Jerman Fest: Market Share”, Pasar Tebet Timur, 2013 “Lima Pembuka Tabir”, Roemah Seni Sarasvati,

Solo Exhibitions Indonesia Jakarta Bandung, Indonesia

2017 “Parodi Partikelir”, Visma Gallery, Surabaya, 2016 “Kecil itu Indah”, Edwin’s Gallery, Jakarta 2015 “SHOUT! Mapping Melbourne 2015”, Melbourne, 2012 “Ranah Bertabur Kreasi”, Medco, Jakarta

Indonesia Australia
2016 “Art Mosphere”, Galleries Lafayette, Pacific Place, 2012 “Design Statement: A Design Weekend, Industrial

2018 “Zero Sum Game”, Galeri Soemardja, Bandung, Jakarta 2014 “Arte Indonesia 2014, Regenerasi”, Jakarta Design Exhibition”, dia.lo.gue Artspace, Jakarta
Indonesia Convention Centre, Jakarta
2016 Art Stage Jakarta—Bale Project, Ballroom Sheraton 2012 “The Billboard Art Project”, Digital LED Billboards

Selected Group Exhibitions Hotel, Gandaria City, Jakarta 2014 “BEXCO Young Artist Award”, Art Show Busan 2014, Exhibition, Salem, Oregon, USA
Busan, South Korea
2017 “Kaya Kayu: Care of Wood”, The Space The Parlor, 2015 “Aku Diponegoro”, National Gallery of Indonesia, 2012 “15×15×15 Mini Art Project #4: Mind Eye Perception”,

Bandung, Indonesia Jakarta 2014 “Detournement”, Duo-Solo Exhibition, ROH Projects, Galeri Soemardja, Bandung, Indonesia
Jakarta
2017 “Bandung Drawing Festival”, NuArt Sculpture Park, 2015 “Contemporary Alternative”, Ar+otel, Jakarta 2012 “Atlanta Billboard Art Project”, Digital LED

Bandung, Indonesia 2014 “When in Bali Do Like the Balinese Do”, Kendra Billboards Exhibition, Atlanta, Georgia, USA
2015 “Connection, Commemorative 60th Years of Asian
Artspace, Bali, Indonesia
2017 “Mereka-reka”, Galeri Lorong, Yogyakarta, Indonesia African Conference”, Roemah Seni Sarasvati, Bandung, Awards
Indonesia 2014 “Indonesia Sekarang”, Plaza Indonesia, Jakarta
2017 “Ace Mart”, Ace House Collective, Yogyakarta, 2013 Finalist, Gudang Garam–Indonesia Art Award,

Indonesia 2015 “Void”, Langgeng Gallery, Magelang, Indonesia 2014 Korea International Art Fair 2014, COEX Hall A&B, Yayasan Seni Rupa Indonesia, National Gallery of
Seoul Indonesia, Jakarta
2017 “Kecil Itu Indah #15”, Edwin’s Gallery, Jakarta 2015 “Artmoments Jogja”, Jogja National Museum,
Yogyakarta, Indonesia 2014 “Art Tech”, Art Dept and Samsung, Pacific Place, 2013 First Prize, Soemardja Award, Galeri Soemardja,
2017 “Re:Emergence”, Selasar Sunaryo Art Space, Jakarta Bandung, Indonesia
Bandung, Indonesia 2015 “Langkah Kepalang Dekolonisasi”, National Gallery
of Indonesia, Jakarta 2014 “Bandung New Emergence vol. 5”, Selasar Sunaryo 2014 Finalist, BEXCO Young Artist Award, Art Show
2017 “Equidistant Night”, Provenance Gallery, Manila Artspace, Bandung, Indonesia Busan, Busan, South Korea
2015 “Art Sneakers”, Art Bazaar Jakarta, Pacific Place,
2017 “X”, Orange Gallery, Bacolod, Philippines Jakarta 2014 “Symbol, Spirit, Culture”, Edwin’s Gallery, Jakarta 2015 Finalist, Gudang Garam–Indonesia Art Award,
2017 “What You Wear is (Not) What You Are, You are (Not) Yayasan Seni Rupa Indonesia, National Gallery of
2015 “Gagasan: Getok Tular”, Omni Space, Bandung, 2013 Indonesia Art Award 2013, National Gallery of
What You Wear”, The Warehouse, Jakarta Indonesia, Jakarta
Indonesia Indonesia, Jakarta
2017 “Infamy”, Pinto Art Museum, Antipolo, Philippines 2015 Finalist, Bandung Contemporary Art Award #4,
2015 “Bardo”, Edwin’s Gallery, Jakarta 2013 “Bandung Contemporary: Disposition”, Selasar
Lawangwangi Creative Space, Bandung, Indonesia
2016 “Historia Docet, Historia Vitæ Magistra”, d’Gallerie, Sunaryo Art Space, Bandung, Indonesia
2015 “New Future”, Art:1 New Museum, Jakarta
Jakarta 2013 “Stepping into the Light”, Tugu Kunstkring Paleis,
2015 “Friends and Family”, ROH Projects, Jakarta
2016 “A.S.A.P”, G13 Gallery, Kuala Lumpur Jakarta
2015 “Gudang Garam Indonesia Art Award—Respublica”,
2016 “Redraw II: Discovery”, Edwin’s Gallery, Jakarta 2013 “Spot Art”, MICA Building, Singapore
National Gallery of Indonesia, Jakarta

73
Maradita Sutantio

Education 2016 “Hidden Treasure”, Museum Tekstil, Jakarta 2013 “Collision of Nature and Culture”, Art Bromo, Java 2011 “Contemporary Landscape”, Lawang Wangi,

2003–2007 Bandung Institute of Technology, Faculty of Banana Art Gallery, Bromo, Indonesia Bandung Artist Studio Exhibition, Paris Van Java Mall,
2015 “The Interconnectedness”, Wastu Creative Space,
Arts and Design majoring in Textile and Craft (S.Ds/BA) Bandung, Indonesia
Bandung, Indonesia 2013 “Indonesia Frying Tofu”, Soemardja Gallery,

2016–2018 Bandung Institute of Technology, Faculty of Bandung, Indonesia 2011 “Fluid Identity”, CG Art Space, Jakarta
2015 KSCS International Exhibition of Color Works,
Arts and Design majoring in Fine Art  Soongsil University, Korea 2012 “Indonesia Contemporary Fiber Art #1: Mapping”, 2011 “Fiber Face 3”, Indonesian International Fiber Art
(M.Sn/MA) Art:1 Mondecor, Jakarta Exhibition, Taman Budaya Yogyakarta, Indonesia
2014 “Manifesto No. 4”, National Gallery of Indonesia,
Solo Exhibitions Jakarta 2012 “Renegotiating Boundaries”, Lawangwangi Art and 2010 “Bandung New Emergence vol. 3”, Selasar Sunaryo,

2014 “Identity Parade”, ViaVia Alternative Space, Science Estate, Bandung, Indonesia Bandung, Indonesia
2014 “ARTE–Indonesian Art Festival”, Jakarta
Yogyakarta, Indonesia 2012 “International Color Works”, Korea Society of Color 2010 “Play Dead 2, Leisure All Mine”, Galeri Padi,
2014 KSCS International Exhibition of Color Works,
2013 “Equanimity”, Artsphere Gallery, Jakarta Studies, Xi Gallery, Seoul Bandung, Indonesia
Seogyodong Xi Gallery, South Korea 
2012 “I am You”, Galeri Gerilya Bandung, Indonesia 2012 “KSDT International Design Trend”, Korea Design 2010 Korea International Art and Design Exhibition,
2013 “Spot Art”, Parallel exhibition to the Singapore
Center Exhibition, Seongnam, South Korea South Korea
Biennale, MICA Building, Singapore
Selected Group Exhibitions 2012 “Reposisi”, National Gallery of Indonesia, Jakarta 2010 “The 7th Asia Fiber Art (AFA) Exhibition”, Beijing
2013 “Art at Your Own Risk: Frying Tahu”, Santeria

2017 “Emang Jadi Pilihan”, Lawangwangi Creative Space, Milano, Milan, Italy 2012 “15 × 15 × 15 Mini Art Project #4: Mind-Eye”, 2010 “Upperdogs”, Garasi 10, Bandung, Indonesia

Bandung, Indonesia Soemardja Gallery, Bandung, Indonesia  


2013 “International Design Trend 2013”, Korea Society of 2009 “Fiber Art Exhibition Play Dead”, Galeri Kita,

2017 “Emang Jadi Omongan”, Galeri Hidayat, Bandung, Design Trend, Gyeonggi–Do, South Korea  2011 “PMR CUBE Contemporary Culture Interplay”, Bandung, Indonesia
Indonesia Sampoerna Strategic Building, Jakarta
2013 “Pasar Seni Jakarta 2013”, Gelora Bung Karno, 2009 “Fiber Face 2 Evolution”, Taman Budaya Yogyakarta,

2017 A Group Show; Platform3 Gallery, Bandung, Jakarta 2011 “La Composition Seduisante”, Edwin’s Gallery, Indonesia
Indonesia Jakarta
2013 Art Bazaar 2013, Pacific Place, Jakarta 2008 “The 6th International Asia Fiber Art (AFA)

2017 “Getok Tular 2: Spacing Out”, Omni Space, Bandung, 2011 “The 8 Asia Fiber Art (AFA) Exhibition”, Perak,
th
Exhibition”, Bentara Budaya, Jakarta
2013 KSCS International Exhibition of Color Works,
Indonesia Malaysia
Korea Design Center Gallery, South Korea
2016 “Fiber Face 4”, Taman Budaya Yogyakarta Beaten
Bark, Yogyakarta, Indonesia

75
Natasha Tontey

Education 2018 ‘MASS’ working as collaborator for Auto Italia South- 2014 Youth of Today, at Ruang MES56, Yogyakarta, 2016 Judge Award Shuji Nagai (Tokyo Culturart BEAMS)

2007–2011 BA Visual Communication Design, East, at Cemeti Institute for Art and Society, Yogyakarta, Indonesia at Unknown Asia
Universitas Pelita Harapan Indonesia
2014 Exquisite Corpstallation (working with Kunci 2016 Judge Award Hiro Sugiyama (Enlightment Japan) at

Solo Exhibition 2017 Craft as Method of Thinking at Galeri Lorong Cultural Studies Centre and Dr. Marnie Badham & Alia Unknown Asia
(Yogyakar ta, Indonesia) Gabres of Footscray Arts), at Ace House Collective,
2018 “Almanak”, Cemeti Institute for Art and Society, 2016 Judge Award Keita Kusaka (Dentsu Kansai/UFO
Yogyakarta, Indonesia
Yogyakarta, Indonesia 2017 Koganecho Bazaar 2017 at Koganecho Area Conductor) at Unknown Asia
Management, Yokohama, Japan 2013 SEKS VOL. 3, at Waga Gallery, Jakarta, Indonesia
Performances 2016 Playking Grant 2016 for Next Wave Festival 2016
2017 Here is Zine Tokyo 15 at Tokyo CultuArt by BEAMS, 2013 The Age of Photography, at Tony Raka Gallery, Ubud, together with Rafaella McDonald, Australia
2018 LA DANSE MACABRE (in collaboration with Tokyo, Japan Indonesia
choreographer I Putu Bagus Bang Sada Graha Saputra) for 2009 Indonesian Graphic Design Award,

Indonesian Dance Festival 2016 OKVIDEO MuVi Festival, at Ruangrupa Gudang 2013 Body Festival, at Ruangrupa, Jakarta, Indonesia Indonesia
Sarinah Ekosistem, Jakarta, Indonesia
2018 The work was presented several times as work in Selected Press / Publication / Interviews Residency
progress in: ASIA DRAMATURGS NETWORK September 2016 UNKNOWN ASIA 2016 at Herbis Hall, Osaka, Japan
2019 The Future is A Cockroach, Interview by Schloss- 2019 >>Planetary Glitch<< Web Residency by ZKM &
2018(Yogyakar ta, Indonesia) 2016 Toko Pura-pura (Ruangrupa Quasi-shop)’ at Asia Ar t Post (Akademie Schloss-Solitude & ZKM) Akademie Schloss-Solitude
2018 Jejak-Tabi Exchange: Wandering Asian Archive, Hong Kong
2018 The Fear Producer’ written by Nuraini Juliastuti of 2015 Koganecho Bazaar 2015, Yokohama, Japan
Contemporary Per formance 2018 (Yogyakarta and Kuala 2016 Fieldtrip Project at Ruangrupa Gudang Sarinah KUNCI Cultural Studies Center (October 2018)
2014 Youth Of Today, Ruang MES56, Yogyakarta,
Lumpur) Ekosistem, Jakarta, Indonesia
2018 Alia Swastika ‘Merayakan Feminisme Baru’ Indonesia
2018 Jalur Pinggir Tak Selalu Ada di Peta Kota at Institut 2016 Next Wave Festival 2016 (Melbourne, VIC, Australia) published at Koran Tempo July 2018
Francais Indonesie, Yogyakarta, Indonesia
2015 Unjuk Rasa: Protest and Political Affirmation in 2018 Mempertebal Harapan Dari Panggung “Pinggiran”,
2017 Makan Mayit, a self initiated per formative dinner Poster Design, at C20 Library, Surabaya, Indonesia written by Michael HB Raditya, published in terasseni.
2016 Angkot Alien (in collaboration with Rafaella com on May 2018, ht tp://www.teraseni.com/2018/05/
2015 Koganecho Bazaar 2015, at Koganecho Area
McDonald) at NEXT WAVE Festival 2016 in Melbourne, mempertebal-harapan-dari-panggung.html
2015 Management Center, Yokohama, Japan
Australia Awards and Grants
2015 LIMINAL, at Cemeti Art House, Yogyakarta,
Selected Group Exhibitions 2016 OK Video, MUVI Party Festival 5 best Music Video
Indonesia
2018 ‘THE INSTRUMENT BUILDERS PROJECT - from OK Video Ruangrupa
2014 ‘Mama Nggak Boleh Tahu’ Router Art Project, at
Circulating Echo’, at Kyoto Art Centre (Kyoto, Japan)
Cemeti Art House, Yogyakarta, Indonesia

77
Octora

Education 2016 “What Can We All Agree On”, VCA Student Gallery, 2011 “Beastly”, Cemeti Art House, Yogyakarta, Indonesia Awards

2016 Master of Contemporary Art, Victorian College Melbourne, Australia and Salihara Gallery, Jakarta 2017 Fiona Myer Awards for excellence, Faculty of VCA
of The Arts, The University of Melbourne, Melbourne, 2016 “Kait Kelindan”, Salihara Gallery, Jakarta 2011 “Sculpture Triennale #1: Ekspansi (Expansion)”, and MCM, The University of Melbourne
Australia National Gallery of Indonesia, Jakarta
2016 “Historia Docet Historia Vitæ Magista”, d’Gallerie, 2016 Mentorship Award, Faculty VCA and MCM, The
2002 Bachelor of Fine Art (Sculpture), Faculty of Art Jakarta 2011 “Motion Sensation”, Edwin’s Gallery, Jakarta University of Melbourne
and Design, Bandung Institute of Technology, Bandung,
2015 “Maju Kena, Mundur Kena”, Jakarta Biennale 2015 2011 “Jogja Biennale XI: The Equator #1, India”, Jogja 2013 Runner-up of Trimatra National Competition,
Indonesia
National Museum, Yogyakarta, Indonesia held by Indonesian Ministry of Tourism and Creative
2015 “(Neither Forward nor Back: Acting in the Present)”,
2001 Bachelor of Law, Faculty of Law, Parahyangan Industries, Salihara Gallery, Louis Vuitton, Jakarta
Jakarta 2010 “Mental Archieve”, Cemeti Art House, Yogyakarta,
Catholic University, Bandung, Indonesia
Indonesia 2012 Winner at Bandung Contemporary Art Awards
2015 “Mapping Melbourne 2015, Independent
Solo Exhibitions
Contemporary Asian Arts: SHOUT!”, The Meat Market 2010 “Landing Soon #6–#11”, Erasmus Huis, Jakarta
2015 “On The Edge of Awareness”, Canna Gallery, Jakarta Stables, Melbourne, Australia
2009 “Asian Art Project: Darimana?”, Ma-Sui Gallery,
2012 “After Happiness”, d’Gallerie, Jakarta 2014 “Playing with Boundaries, Tetangga Seniman”, Al- Kawaguchi, Japan
2011 “Mimi/Secret”, Stock20, Taichung, Taiwan Munawir Islamic Education Centre, Yogyakarta, Indonesia
2009 “Everything You Know About Art is Wrong”, Selasar

2007 “The Nonya’s Project”, Centre Culturel Français de 2014 “Di Antara/In Between”, Salihara Gallery, Jakarta Sunaryo Art Space, Bandung, Indonesia
Bandung (CCF Bandung), Bandung, Indonesia 2014 “Sculpture Triennale #2: Versi (Version)”, National 2009 “Landing Soon #10”, Cemeti Art House, Yogyakarta,

Selected Group Exhibitions Gallery of Indonesia, Jakarta Indonesia

2017 VCA Master Graduate Show 2017, Margaret 2012 “Manis”, Centre Intermondes, La Rochelle, France 2008 “Bandung New Emergence Vol. 2”, Selasar Sunaryo

Lawrence Gallery, Melbourne, Australia Art Space, Bandung, Indonesia


2012 “The Jakarta 2nd Contemporary Ceramics Biennale:

2017 “Power and Other Things”, BOZAR (Centre for Fine Crafting Identity”, North Art Space, Jakarta 2008 “15 × 15 Exhibition: Metaphoria”, Soemardja Gallery,

Arts), Brussels Bandung, Indonesia

79
Prilla Tania

Education 2016 “Neglected Ordinaries”, Redbase Foundation, 2011 “Contemporary Landscape”, Lawangwangi, 2008 “Beyond the Boundary”, IASKA (International Art

2001 BA Faculty of Art and Design, Sculpture Studio, Yogyakarta, Indonesia Bandung, Indonesia Space Kellerberrin Australia)
Bandung Institute of Technology 2015 “Vertical Horizon”, ICAD, Grand Kemang, Jakarta 2010 “Close The Gap: Indonesian Art Today”, MiFA, 2008 “The Past, The Forgotten”, Bizart, Shanghai,

Solo Exhibitions Melbourne, Australia China; Rumah Seni Yaitu, Semarang; Erasmus Huis,
2014 “Fukuoka Triennale 5”, Fukuoka Asian Art Museum,
Jakarta; Rumah Seni Cemeti, Yogyakarta, Indonesia; The
2013 “E”, Selasar Sunaryo Art Space, Bandung, Indonesia Fukuoka, Japan 2010 “Contemporary Art Indonesia-ID”, Kunstraum
Netherlands Institute of War Documentation (NIOD),
Kreuzberg/Bethanien, Berlin
2012 “Ik Ben De Chloroman, Hier Heden”, Den Haag, The 2014 “Media/Art Kitchen”, Aomori Contemporary Art Amsterdam; Artotek, Den Haag, The Netherlands
Netherlands Center, Aomori, Japan 2010 “MEDIACTION”, Chiyoda Arts 3331, Tokyo
2007 “Intimate Distance, Indonesian Women Artists”,
2011 “Video Out, Focus On Prilla Tania; 5th OK.Video 2014 “ArtJog 2014: Legacies of Power”, Yogyakarta, 2010 “Eattoipa”, Taiwan International Video Art Indonesian National Gallery, Jakarta with VideoBabes,
Festival, Flesh”, Linggar Seni, Jakarta Indonesia Exhibition, Hong Gah Museum, Taipei Indonesia

2009 “Mikrokosmos”, MD Art Space, Jakarta 2014 “Not a Dead End”, Jogja Biennale XII, Jogja National 2010 “Lihat! Video Art from Indonesia”, Jesús Gallardo, 2007 “OK Video Militia”, Jakarta International Video
Museum, Yogyakarta, Indonesia León, Mexico Festival, Indonesian National Gallery, Jakarta
2008 “Tanah di Dasar Samudera”, Cemara 6 Gallery,
Jakarta 2014 “Crossing Contemporary Culture”, MiFA, 2010 “n.b.k. Video-Forum”, Neuer Berliner Kunstverein, 2006 Jakarta Biennale, “Beyond”, Cipta II Gallery, Taman
Melbourne, Australia Berlin, Germany Ismail Marzuki, Jakarta
2005 “Watching me watching you watching me, Room#1”,
Bandung, Indonesia 2014 “Inside The Moment”, Crane Arts, Philadelphia, USA 2009 “Halimun”, Lawangwangi Art and Science Estate, 2006 “Passing on Distance”, Base Gallery, Tokyo
Bandung, Indonesia
2003 “Phiruku”, CCF Bandung, Indonesia 2012 “Drift”, Ruang Rupa, Jakarta 2006 “Fraicheur de vivre”, public art project in
2009 “Beyond The Dutch”, Centraal Museum Utrecht, The TransJakarta stations, Jakarta
Selected Group Exhibitions 2012 “Manifesto #3”, National Gallery of Indonesia,
Netherlands
Jakarta 2005 “OK Video Subversion”, Indonesian National Gallery,
2017 “Pekan Seni Media”, Pekanbaru, Indonesia 2009 “Fluid Zones”, Jakarta Biennale, Indonesian
2012 “The Fountain of Lamneth”, Gajah Gallery, Jakarta, with Rani Ravenina, Indonesia
2016 “Panoptic”, Galeri Cipta, TIM, Jakarta National Gallery, Jakarta with VideoBabes, Indonesia
Singapore
2016 “Hacking Urban Reality #3”, DIAS, Vallensbaek 2008 “MANIFESTO”, Indonesian National Gallery, Jakarta
2012 “Bandung Contemporary Art Awards #2”,
Station, Copenhagen Lawangwangi Art and Science Estate, Bandung, Indonesia 2008 “The Past, The Forgotten”, Singapore National
2016 “Koneksi/Connectie: Rethinking Home”, Niew Museum, Singapore
2011 “Flight for Light: Indonesian Art and Religiosity”,
Dakota, Amsterdam Art:1 New Museum, Jakarta

81
Restu Ratnaningtyas

Education 2016 “Fast and Forward”, Cemeti Art House, Yogyakarta, 2012 “Personal Project”, dia.lo.gue Artspace, Jakarta 2010 ArtJog 2010, Taman Budaya Yogyakarta, Indonesia

2000 Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Universitas Negeri Indonesia


2012 “UNDER REFLECTION”, Lokanat Gallery, Yangon 2009 “HeRe is here”, Vivi Yip Art Room, Jakarta
Jakarta 2016 “REDRAW II”, Edwin’s Gallery, Jakarta
2012 “Gangster Nation”, Art Bazaar, Pacific Place, Jakarta
Solo Exhibitions 2015 “Polychromatic”, Green House Hotel, Yogyakarta, 2009 “Deer Andry, Ruang Rupa and Mes 56”, Jakarta and
2012 “Domestic Stuff”, Salihara Gallery, Jakarta; Cemeti
2017 “Subsume”, Baik Art Gallery, Los Angeles, USA Indonesia Yogyakarta, Indonesia
Art House Yogyakarta, Indonesia
2015 “Membaca Widayat”, Museum Widayat, Magelang, 2009 Jakarta Biennale XIII, Indonesian National Gallery,
2012 “Kiniyakini” website launching, Frank
2016 “Tantrum”, Kedai Kebun Forum, Yogyakarta, Indonesia Jakarta
Welkenhuysen Galerie & Kunstmakelaardij, Utrecht, The
Indonesia 2014 “Hisashi Tenmyouya × Indieguerillas Curatorial Netherlands Projects and Residency
2008 “Memento: Privatization Room”, Vivi Yip Art Room, Exhibition”, Mizuma Gallery, Singapore
2012 ArtJog 2012, Taman Budaya Yogyakarta, Indonesia 2017 Baik Art Gallery Residency, Davidson College, North
Jakarta 2014 “The Roving Eye”, Arter, Istanbul, Turkey Carolina, USA
2011 “Pause; Automatic Drawing Simple and Dangerous”,
Selected Group Exhibitions 2014 “REDRAW”, Edwin’s Gallery, Jakarta Langgeng Art Foundation, Yogyakarta, Indonesia 2013 “Dobrak”, Cemeti, Yogyakarta Indonesia

2018 “Redraw 3”, Edwin’s Gallery, Jakarta 2013 “Not a Dead End”, Biennale Jogja, Yogyakarta, 2011 “Beastly”, Cemeti Art House Yogyakarta, Salihara 2010 “Hotwave#1”, Cemeti, Yogyakarta Indonesia

2018 “Multipolar: Pameran Manifesto 6”, National Gallery Indonesia Gallery, Jakarta
2010 “+ Road”, Cemeti, Yogyakarta Indonesia
of Indonesia, Jakarta 2013 “Art Gwangju 2013”, Dong-gu, Gwangju, South Korea 2011 “Tongtong Festival”, The Hague, The Netherlands

2017 “Performing Craft”, Galeri Lorong, Yogyakarta, 2013 “Mnēmonikos: Art of Memory”, Jim Thompson Art 2011 “Brest: Mengintip Laut”, LIP Yogyakarta, Indonesia
Indonesia Center, Bangkok
2011 ArtJog 2011, Taman Budaya Yogyakarta, Indonesia
2017 “POLA”, Jim Thompson Art Center, Bangkok 2013 “Dobrak”, Cemeti Art House, Yogyakarta, Indonesia
2010 “Wouw!”, Tujuh Bintang Gallery, Yogyakarta,
2016 “Art With Purpose”, Museum Nasional Indonesia, 2013 Krack studio launching, Yogyakarta, Indonesia Indonesia
Jakarta
2013 “Girls Gang of Indonesia”, Newagency Gallery, 2010 “+ ROAD”, Cemeti Art House Yogyakarta, Indonesia
2016 “Beyond Masculinity”, Ark Gallery, Yogyakarta, Sydney, Australia
2010 “Hotwave #1”, Cemeti Art House Yogyakarta,
Indonesia
2013 “BACAA #3”, Lawangwangi Artspace, Bandung, Indonesia
2016 “Concept Context Contestation: Art and the Indonesia
2010 “The lazy dog jumps over the quick brown fox”,
Collective in Southeast Asia”, Cemeti Art House,
2012 “Mom, My Dearest”, Via Via Café, Yogyakarta, Smarta Gallery, Jakarta
Yogyakarta, Indonesia
Indonesia

83
Sanchia Tryphosa Hamidjaja

Education 2014 KIAF (Korean International Art Fair) with ROH Published Works 2014 Vodka & Latte Dog Grooming, Kemang, Jakarta,

2002–2004 Bachelor Degree of Communication Design Gallery, Seoul 2016 Stack City Coloring Book, published by Gramedia Indonesia
Swinburne National Institute of Design, Melbourne, 2014 “Symbol, Spirit, Culture”, Edwin’s Gallery, Jakarta, Pustaka 2014 Packer Lodge, Kemurnian, Jakarta, Indonesia
Australia Indonesia Commissioned Mural Works 2014 Pong Me! Ping Pong Lounge, Gunawarman, Jakarta,
Solo Exhibitions 2014 “Redraw”, Edwin’s Gallery, Jakarta, Indonesia Indonesia
2017 Go-Jek Office Mural, Pasaraya, Jakarta, Indonesia
2011 “The Yin & Yang Dogs”, Inkubator Asia Gallery, 2014 “Manifesto”, National Gallery of Indonesia, Jakarta, 2012–2013 Kosenda Hotel, Wahid Hasyim, Jakarta,
2016 Nike Store Gandaria City, Jakarta, Indonesia
Jakarta Indonesia Indonesia
2015 Kiubi Waxing Studio, Tanjung Duren, Jakarta,
Selected Group Exhibitions 2014 Collaboration Zine with Empat Lima (Australia), Art Biennale
Indonesia
2018 “On Traces”, Edwin’s Gallery, Jakarta, Ruang Rupa, Jakarta, Indonesia
2015 The Cubbyhole Restaurant, Temple Trees, Senopati, 2015 Jakarta Biennale “Maju Kena Mundur Kena”,
Indonesia 2014 “Scribble Project”, Melbourne, Australia Gudang Sarinah, Jakarta, Indonesia
Jakarta, Indonesia
2017 “Kecil itu Indah”, Edwin’s Gallery, Jakarta, 2013 “Begadang Neng?”, Ruang Rupa Gallery, Jakarta, Art Residencies
2015 Nam Nam Noodle, Plaza Indonesia, Jakarta,
Indonesia Indonesia Indonesia 2017 Comic Art Workshop, Krack! Studio, Yogyakarta,
2016 “Pong Pong Balong”, dia.lo.gue Artspace, Jakarta, 2012 Rachel Gallery Opening Exhibition, UOB Building, Indonesia
2015 Nam Nam Noodle, Gandaria City, Jakarta, Indonesia
Indonesia Jakarta, Indonesia
2014 Club Kembang (Sekolah Kembang), Kemang, 2016 Exquisite Corpstallation, Footscray Community Art
2016 “FemaleArtivism-Jakarta!”, FCAC, Gabriel Gallery, 2012 “Blended By Desire”, Michael Janssen Gallery, Center, Melbourne, Australia
Jakarta, Indonesia
Melbourne, Australia Gillman Barracks, Singapore
2015 “Ugly”, ArtDept, Jakarta, Indonesia 2011 “Finding Me” Gallery Semarang, Semarang,
Indonesia

85
Syagini Ratna Wulan

Education 2015 “Effervescence”, ROH Projects, Gillman Barracks, 2012 “Fountain of Lamneth”, Gajah Gallery, Singapore 2010 “Post-Psychedelia”, Selasar Seni Sunaryo, Bandung,

1997 Bandung Institute of Technology, Fine Art, Singapore Indonesia


2012 “40 × 40”, dia.lo.gue, Jakarta
Printmaking 2015 “Family and Friends”, ROH Projects, Jakarta Residency
2011 “Beauty Case”, JAD, Jakarta
2005 Goldsmiths College, University of London, MA 2015 Bazaar Art Jakarta, Vivi Yip Artroom, Jakarta April–July 2011 Art Initiative Tokyo
2011 “Rounds at Bar Vol. 5”, Roppongi, Tokyo
Cultural Studies
2014 “Ayatana”, 5 ICAD, Grand Kemang, Jakarta
th
Public Collections
2011 “IVAA (Indonesian Visual Art Archive ) ArchiveAID
Solo Exhibitions
2014 “Xero- Fest”, Art Department, The Goods, Pacific no. 4”, Jakarta Art District, Jakarta Singapore Art Museum
2016 “Spectral Fiction”, ROH Projects, Jakarta Place, Jakarta
2011 Grand Indonesia, Jakarta Indonesia Stock Exchange (IDX)
2016 ROH Projects, Art Stage Singapore 2014 Biennale Jogja XII “Equator #2. Not A Dead End”,
2011 Art Stage, Canna Gallery, Marina Bay Sands,
2015 “Catharsis”, Mizuma Gallery, Gillman Barracks, Yogyakarta, Indonesia
Singapore
Singapore 2014 “Indonesia Encounters the Arab Region” Jogja
2010 “Decompressed, 10 Years of Ruang Rupa Artspace”,
2012 “100 Years of Tempest”, Ark Galerie, Jakarta National Museum, Yogyakarta, Indonesia
National Gallery of Indonesia, Jakarta
2011 “Bibliotea”, AsiaOne, Vivi Yip Artroom, ArtHK, Hong 2013 “Sip! Indonesian Art Today”, Arndt Gallery, Berlin,
2010 “Mental Archive”, Cemeti Art House, Yogyakarta,
Kong Germany
Indonesia
2010 “Love Affair Pt. 1: The Dining Room/White Lies”, Vivi 2013 “Some Like it Hot”, Shanghai Gallery of Art,
2010 “Lompat Pagar/Crossing Borders”, National Gallery
Yip Art Room, Jakarta Shanghai, China
of Indonesia, Jakarta
Selected Group Exhibitions 2012 “AIT Reunion”, Hara Museum, Tokyo
2010 “Critical Points”, Edwin’s Gallery, Jakarta

2016 “Bazaar Art”, ROH Projects, Jakarta 2012 Singapore Art Museum, Singapore
2010 “Shopping”, Nadi Gallery, JAD, Jakarta

2016 Art Stage Jakarta, ROH Projects 2012 Bandung Pavilion, Shanghai Biennale, Shanghai

87
Tara Astari Kasenda Theresia Agustina Sitompul

Education 2016 “A.S.A.P”, G13 Gallery, Selangor, Malaysia Education 2017 “Slow Fashion Lab”, Ark​ ​Galerie,​ ​Yogyakarta,​ ​

2008–2013 Bachelor of Fine Arts Bandung Institute of 1999–2007 Fine​ ​Art​ ​dept.​ ​Printmaking,​ ​Indonesia Indonesia   
2016 “Mulat Sarira Nagri Parahyangan”, NuArt Sculpture
Technology (ITB), Bandung, Indonesia Faculty of Fine Art Park, Bandung, Indonesia Institute of Art​,​ ​Yogyakarta 2017 “Babon,​ ​​Bumbon #2”,​ ​Project Bale​ ​Banjar​ ​Sangkring,​ ​
and Design, majoring in Painting Yogyakarta,​​Indonesia     
2015 “Bipolarity to Multipolarity”, Yogyakarta, Indonesia 2009–2011 Postgraduate,​ ​Fine​ ​Art​ ​Dept.​ ​Printmaking,​ ​
2018 Ongoing to obtain Master of Arts in Indonesia​ ​Institute​ ​of​ ​Art​ ​Yogyakarta 2017 “Buku​​Mini II, Juara​​Dunia”,​​Yogyakarta,​​Indonesia   
2015 “AGSI Artsy Weekend”, Edwin’s Gallery, Jakarta
Transdisciplinary New Media, Paris College of Art, Paris
Solo Exhibitions 2017 “Sikat Sekat​”, Taman​​Budaya​​Surakarta,​​Indonesia 
2015 “Bazaar Art Jakarta 2015”, Jakarta
Solo Exhibitions
2014–​2015 “Pada Tiap Rumah Hanya Ada Seorang 2016 SEA+​​Triennale​​​“ENCOUNTER: Art from Different
2015 “New Future, The 3rd Korea-Indonesia Media
2015 “Wheedled Beings”, Art Taipei 2015, Taipei Ibu (within​ ​each​ ​house​ ​there​ ​is​ ​only​ ​a​ ​mother)”, Bentara​ ​ Lands”, National Gallery of Indonesia, Jakarta 
Installation Art Exhibition”, Art:1 Museum, Jakarta
Budaya,​​Jakarta,​​Bali,​​Solo,​​Yogyakarta,​​Indonesia 
2015 “Section for Young Emerging Artist”, Taipei 2016 “Bazaar Art Jakarta”, Ritz​​Carlton​​Ballroom,​​Jakarta 
2015 “VOID”, Langgeng Gallery, Magelang, Indonesia
2012 “Prints of the Book of Genesis: Seeds of Peace”,
2014 “Somatic Markers”, Langgeng Art Foundation (LAF), 2016 “Collective Society (Grafis​​Minggiran)”  BEKRAF​​
2015 “Here-There-Everywhere”, Galeri Semarang, Lawang​ ​Wangi,​ ​Bandung,​ ​Indonesia
Yogyakarta, Indonesia SPACE,​​Art​​Stage​​2016,​Sheraton​​Grand​​Jakarta   
Semarang, Indonesia
2011 “Spirit of Noah”, Bentara​​Budaya,​​Yogyakarta,​​
2013 “Taksa”, Ark Galerie, Jakarta 2016 “Print Parade #02”, Studio​​Grafis​​Minggiran,​​
2014 “Mini Mart Now”, Pasar Seni ITB 2014, Bandung, Indonesia
Selected Group Exhibitions Yogyakarta,​​Indonesia   
Indonesia
2010 “Happyartland”, Vivi Yip​ ​Art​ ​Room​ ​2,​ ​Jakarta
2017 “Bandung Contemporary Art Awards #5 (BaCAA 2016 “ArtJog​​9:​Universal Influence”, Jogja​​National​​
2014 “Hole In The Wall”, Ruci Gallery, Jakarta
2010 “Happyartland”, S​​Bin​​Art​​Plus,​​Singapore  Museum,​​Yogyakarta,​​Indonesia 
#5)”, Lawangwangi Art Space, Bandung, Indonesia
2014 “Cut & Re-Mix”, Jogja Gallery, Yogyakarta, Indonesia
2009 “Confession”, Vivi​ ​Yip​ ​Art​ ​Room,​ ​Jakarta 2016 “Charity Art and Design​Against Cancer”,​​Jakarta   
2017 “Murni”, Grand Kemang Hotel, Jakarta
2014 “Kamarisahari”, Hidayat Gallery, Bandung,
2009 “Confession”, Richard​​Koh​​Fine​​Art,​​Kuala Lumpur    2016 “Singapore Contemporary”, Suntec​​City,​​Singapore
2017 “X”, Orange Gallery, Bacolod, Negros Occidental, Indonesia
Philippines 2004 “Yearnin”, Via-Via​ ​Café, ​Yogyakarta,​ ​Indonesia 2016 “Bumbon”, Sangkring​ ​Artspace,​ ​Yogyakarta,​ ​
2013 “Everyday is Like Sunday”, Langgeng Gallery,
2017 “Equidistant Night” Selected Group Exhibitions Indonesia   
Magelang, Indonesia
2017 “Young Artists”, Provenance Gallery, Shangri-La at 2017 “ASYAAF- Asian Students and Young Artists Art 2016 “Martell Contemporary Art Exhibition Historia
2012 “Humanity in Motion”, Mercantile Athletic Club,
the Fort, Manila Festival”, LVS​ ​Project,​ ​Seoul Docet,​ ​Historia​ ​Vitæ​ ​Magistra”, d’​Gallerie,​ ​Jakarta
Jakarta
2017 “Bazaar Art 2017”, The Ritz Carlton, Jakarta 2017 “Art Jakarta 2017”, The​​Ritz​​Carlton​​Jakarta​​Pacific​​ 2015 “Mencegah Bara”, Galeri​​Fatahillah,​​Jakarta 
2012 “ArtJog 12, Looking East: A Gaze Upon Indonesian
Contemporary Art”, Taman Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, Place,​​Jakarta    2015 “Belum Ada Judul”, Sangkring​ ​Art​ ​Space,​ ​
2017 “Sekata Living”, BRAVACASA, The Ritz Carlton,
Jakarta Indonesia 2017 “Pekan Seni Grafis Yogyakarta (Grafis​​Minggiran)”, Yogyakarta,​​Indonesia   

2012 “Lubberland”, W Space Kemang, Jakarta Jogja​ ​National​ ​Museum,​ Yogyakarta,​ ​Indonesia 2015 5th Anniversary Exhibition, Element​ ​Art​ ​Space,​ ​
2017 “Social Turbulence”, Edwin’s Gallery, Jakarta
2017 “Peek × Grafis Minggiran Intaglio​​Exhibition”,​​Dong​​ Singapore   
2016 “Universe Behind the Door”, Ar+otel, Jakarta 2012 “Kartini Effect”, Medco, Jakarta
Po​​Colonial​​Cafe,​​Singapore     2015 Fundraising Biennale Yogya, RUCI​ ​Art​ ​Space,​ ​
2016 “Bazaar Art Jakarta 2016”, The Ritz Carlton, Jakarta 2011 “Lavishly Silent”, Lawangwangi Art Space, Bandung,
2017 “I​too am Untranslatable”, Ruci​​Art​​Space,​​Jakarta    Yogyakarta,​​Indonesia   
Indonesia
2016 “Waiting for It to Happen”, Nadi Gallery, Jakarta 2015 31st Dies Natalis​ ISI, ISI​ ​Yogyakarta,​ ​Indonesia
Award 2017 “Interpersonal Encounter Exhibition”, Museum​​dan​​
2016 “Saya Kata Maka Saya Percaya”, Galeri Chandan, Tanah​ ​Liat,​ Yogyakarta, Indonesia
Kuala Lumpur 2017 Finalist, Bandung Contemporary Art Award (BaCAA)
#5

89
Yaya Sung

2014 “ArtJog 14: Legacies of Power”, Taman​​Budaya​​ 2013 “Girl​ ​Gangs​​ of ​Indonesia”, News​ ​agency​ ​Gallery,​ ​ Education 2015 “Wanita: Female Artivism-Jakarta”, Footscray
Yogyakarta,​​Indonesia  Sydney    2004–2008 BA, Visual Communication and Design, Community Art Center, Gabriel Gallery, Melbourne,
University of Pelita Harapan, Jakarta Australia
2014 “Manifesto #4: Keseharian”, National Gallery of 2013 Fundraising “Steak Daging Kacang Ijo”​, Museum​​
Indonesia, Jakarta dan​​Tanah​​Liat,​​Yogyakarta,​Indonesia      2009–2010 Pre-Master for Fine Art Programme, 2015 “NOW: Here–There–Everywhere”, Semarang

Cambridge School of Visual and Performing Arts Contemporary Art Gallery, Semarang, Indonesia
2014 “Wood & Good: Meta-Kriya Nusantara”, Ciputra​​ 2013 “Dermawan​ ​untuk​ ​Darmawan”, Nadi​ ​Gallery,​ ​
Artpreneur​​Center,​​Jakarta    Jakarta  Cambridge, United Kingdom 2015 “Koganecho Passage: Revisited”, Koganecho Area

Solo Exhibitions Management Center, Yokohama, Japan


2014 “Untukmu Guru”, Museum​ ​Widayat,​ ​Muntilan,​ ​ Awards
Indonesia  2016 “Open Calling”, Taipei Cultural Foundation, Treasure 2014 “Afterimage: Contemporary Photography
2015 Nominee​ ​of​ Prudential Eye Art Award​​,​ ​Emerging​ ​
Hill Artist Village, Taipei in Southeast Asia”, Singapore Art Museum,
2013 “ArtEdition”,​ ​Seoul Artist​in​​Sculpture   
Singapore
2013 “Membaca Kota #01”, House​​of​​Sampoerna,​​ 2013 Winner​ ​of​ ​Young Artist Award, ArtJog ​2013,​ ​ 2014 “57: Lima Puluh Tujuh Tahun Api Kartini”, Petak 9
Sektor 9, Tangerang Selatan, Indonesia 2014 “1 × 25 Jam”, Cemeti Art House, Yogyakarta,
Surabaya,​​Indonesia      Yogyakarta,​ ​Indonesia
Indonesia
2013 “Paperium”, Museum​ ​Sri​ ​Baduga,​ ​Bandung,​ ​ 2013 Finalist​ ​of​ ​Indonesian​ ​Art​ ​Awards​ Idiolect​,​ ​National 2014 “Black Umbrella Thursday Memorial”, Koganecho
Bazaar 2014, Yokohama, Japan 2014 “49 - 39 = 10th …Menolak Diam”, Omah Munir
Indonesia Gallery of Indonesia
Museum, Malang, Indonesia
2013 “Print Parade”, Studio​​Grafis​​Minggiran,​​Yogyakarta,​​ 2012–2013 Finalist​​Sovereign Asian Art Prize, Espace​​ 2013 “Legal Artist Series: Jalan Kemenangan”, Ruang
MES56, Yogyakarta, Indonesia 2014 “Contract & Other Transactions”, Ruang MES56,
Indonesia  Louis​ ​Vuitton​ ​Island​ ​Maison​ ​and​ ​W Hotel,​ ​Korea​ ​and​ ​
Yogyakarta, Indonesia
Singapore Selected Group Exhibitions
2013 “ArtJog 13: Maritime Culture”, Taman​​Budaya,​​
2013 “SEKS Vol.III”, Waga Gallery, Jakarta
Yogyakarta,​​Indonesia    2012 3​rd​​ ​Winner Indonesia Triennal Printmaking IV​ 2017 “Exi(s)t 2017: Tomorrow As We Know It”, National
Gallery of Indonesia, Jakarta 2013 “Blink/Glance/Gaze, dia.lo.gue Artspace, Jakarta
2013 “Kuota #4: Kepingan”, Langgeng​​Art​​Foundation,​​ 2005 First Winner Belanja Grosir Sambil Plesir,​​Mural​​
Yogyakarta,​​Indonesia  Competition,​ ​ITC,​ ​Surabaya 2017 “The History of the Boys: the MES 56 and Beyond”, 2013 “ARTE: Indonesia Arts Festival”, Jakarta Convention

DECK, Singapore Center, Jakarta


2013 Silkscreen Exhibition,​ KRACK​ ​Studio,​ ​Yogyakarta,​ ​
Indonesia  2015 “Wani Ditata Project”, Jakarta Arts Council, Taman Grant

2013 “Sovereign Asian Art Prize”, ​Espace​ ​Louis​ ​Vuitton​ ​ Ismail Marzuki, Jakarta 2017 16th IPA Mentorship Grants Invisible Photographer
Island​​Maison​​and​​W Hotel,​​in​​Korea​​and​​Singapore  Asia, Singapore

91
CV Kurator | Curators’ CVs Carla Bianpoen

Education - Author “Han Sai Por: Revealing the Tao of her Soul”
Studied social sciences, Wilhelms University, Muenster/ - in Beyond the Dutch: Art and The Nation, The Cultural
Westfalen, Germany Politics of Soekarno

- Examiner S-2 at IKJ (November 2016)


Freelance Arts Journalist since 1990, contributing to - Juror for the Akademi Jakarta Award 2016
Travel Indonesia, Garuda Magazine, The Jakarta Post, The
- Author Indonesian Women Artists: Into the Future 2019
Indonesian Observer, Indonesia Times, Asian Art News,
Visual Arts Magazine, Tempo daily and magazine, The - Curator exhibition Into the Future (with Citra Smara
Jakart Globe, ArtRepublik Singapore, CoBo Social, HK Dewi), 2019

Selected engagements Selected Awards

- World Bank, Jakarta (1989-1998) - Hivos to attend “Speak Memory” seminar, Cairo/Egypt,
2010
- freelance art journalist (1989- todate);
- Mondriaan Fonds to tour Museums in The Netherlands
- Senior Editor, C-Arts Magazine 2007 - late 2011;
- French Cultural Center to visit Lyon Biennale, 2009
- Juror, Bandung Contemporary Art Award (5 editions)
- Prince Claus Fund to attend teatrical presentation
- Artistic Director, Indonesia Pavilion in the 55th Venice
of reworked “I LaGaligo” (South Sulawesi epos),
Biennale (2013)
Amsterdam 2004
- Co-Curator, Indonesia Pavilion, 56th Venice Biennale
- Koc Foundation to cover The Roving Eye Exhibition on
(2015)
SE Asian Contemporary art at ARTER, Istanbul, 2013
- Co-author/editor “Indonesian Women Artists: The
- Van Loon Museum’s Suspended Histories (2013)
Curtain Opens” (2007)
- Prince Claus Fund to attend Prince Claus Awards
- author of (unpublished ) book on emerging Indonesian
Ceremony , Amsterdam ( with Dutch Embassy-Jakarta
artists, commissioned by IndoArt Now (2011).
and National Gallery Jakarta support), 2014
- Van Loon Museum’s Suspended Histories (2013)
Honors
- Author “Revealing Sakti”, retrospective essay for Sri
- Visual Art Award from Visual Art Magazine (2011)
Astari Rasjid (2015)
- Contemporary Art Award from the Government of
- Author ‘To Take a Bath’. The Story of Prof.Dr. Saparinah
Indonesia (2014)
Sadli (2016)

93
Citra Smara Dewi

Lahir Jakarta 29 Oktober 1968. Menyelesaikan Pendidikan


Sarjana (S1) 1998, pada Fakultas Seni Rupa, Institut
Kesenian Jakarta, program studi Desain Interior,
Menyelesaikan Pendidikan Pasca Sarjana (S2) 2004
pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, program studi
Ilmu Komunikasi, Universitas Indonesia. Saat ini
tengah menyelesaikan Program Doktoral (S3), Fakultas
Ilmu Budaya, program Studi Ilmu Sejarah, Universitas
Indonesia. Mengikuti Pelatihan Jurnalistik di Lembaga
Jurnalis Dr. Soetomo, Jakarta. Saat ini selain sebagai
Dosen Tetap di Fakultas Seni Rupa, Institut Kesenian
Jakarta, juga Aktif sebagai nara sumber/konsultan seni,
juri, penulis lepas, peneliti. Menjadi Tim Kurator Galeri
Nasional Indonesia sejak tahun 2012 hingga saat ini.

Pameran yang pernah dikuratori antara lain

Pameran Indonesian Women Artist, Into The Future,


Galeri Nasional Indonesia tahun 2019, Pameran Manifesto
6.0 “Multipolar”, Seni Rupa 20 Tahun Setelah Reformasi,
Galeri Nasional Indonesia tahun 2018, Pameran “Wonders
of Indonesia”, Koleksi Galeri Nasional Indonesia di The
National Art Gallery (The Palace), Sofia, Bulgaria,tahun
2017, Pameran Visualisasi Pahlawan dan Tokoh
Perempuan, Eksplorasi Batik Gutha Tamarin dalam Kain
Sutra , Kementerian Pendidikan dan kebudayaan RI.
Pameran “Art with Purpose”, United Nations Information
Centre Jakarta (UN PBB), Museum Nasional Indonesia
tahun 2016, Pameran Pelukis Taiwan Chen Yang-Chun,
The Beauty of Taiwan, Galeri Nasional Indonesia tahun
2016, Pameran Basuki Abdulah Art Award #2, Museum
Basuki Abdulah, Jakarta Selatan, Pameran Tunggal Titis
Jabarudin, “Titis Liris Garis”, Galeri Nasional Indonesia
2016, Pameran Seni Rupa Karya Guru Seni Budaya, “Alur”,
Plaza Insani Berprestasi, Gedung Ki Hajar Dewantara
(Gedung A) Kemendikbud 2014, Pameran Seni Rupa karya
“Residensi Seniman” : Indonesia, Korea Selatan, Jepang,
Perancis, Italy ”, Galeri Nasional Indonesia.

95
Peliputan Media Media Online – Artikel Melaju ke Masa Depan
13-02-2019, Ars Media, https://arsmediatama.com/post/melaju-ke-masa-
| Media Coverage depan
Titian Masa Lalu, Menembus Masa Depan
22-02-2019, Facebook- Bambang Asrini Widjarnako, https://www.
facebook.com/bambang.a.widjanarko/posts/10213297297643026
21 Perempuan Perupa dalam Indonesian Women Artist 2019
24-02-2019, 19:07 WIB, Koran Sindo, https://lifestyle.sindonews.com/
read/1381597/166/21-perempuan-perupa-dalam-indonesian-women-
artist-2019-1551010015
Peluncuran Buku dan Pameran Indonesian Women Artist “Into the Future” di Galnas
24-02-2019, 20:52 WIB, Kompas.id, https://kompas.id/baca/
utama/2019/02/24/peluncuran-buku-dan-pameran-indonesian-women-
artist-into-the-future-di-galnas/
Perempuan Perupa Menuju Seni Kekinian
25-02-2019, 07:44 WIB, Harian Nasional, http://www.harnas.
co/2019/02/24/perempuan-perupa-menuju-seni-kekinian
http://berita.baca.co.id/30108009?origin=relative&pageId=9620f824-
6fa1-4fb8-b1e7-c9e56b892db0&PageIndex=2
Press Release Pameran Indonesian Women Artists: Into the Future
25-02-2019, Indonesiana, https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/
galerinasional/press-release-pameran-indonesian-women-artist
Bekraf Dukung Peluncuran Buku Indonesian Women Artists: Into The Future
BEKRAF, http://www.bekraf.go.id/kegiatan/detail/bekraf-dukung-
peluncuran-buku-indonesian-women-artists-into-the-future
Peluncuran Buku Indonesian Women Artists: Into The Future
26-02-2019, BEKRAF, http://www.bekraf.go.id/galeri/detail/peluncuran-
buku-indonesian-women-artists-into-the-future
INDONESIAN WOMEN ARTIST: INTO THE FUTURE
26-02-2019, KlikDirektori.com, https://www.klikdirektori.com/indonesian-
women-artist/
Into the Future: Menilik Karya Perempuan Perupa Indonesia
26-02-2019, 18:00 WIB, MNEWS.co.id, https://www.mnews.co.id/read/
SENI/into-the-future-menilik-karya-perempuan-perupa-indonesia
21 Perempuan Merajut Masa Depan
27-02-2019, 16:08 WIB, Beritasatu.com, https://www.beritasatu.com/
hiburan/540339-21-perempuan-merajut-masa-depan.html
Dosen FSRD ISI Surakarta, masuk dalam 21 Perupa Perempuan Muda
Kontemporer Indonesia
27-02-2019, Fakultas Seni Rupa dan Desain, https://fsrd.isi-ska.
ac.id/2019/02/dosen-fsrd-isi-surakarta-masuk-dalam-21-perupa-
perempuan-muda-kontemporer-indonesia/

97
Buku ‘Into The Future’ Ungkap Seluk Beluk 21 Perupa Perempuan Indonesian Women Artists: “Into the Future”, Memaknai Masa
27-02-2019, 17:14 WIB, Detik Hot, https://hot.detik.com/ 10-03-2019, A Medium Corporation, (Rima Aisha), https://medium.
celebofthemonth/art/d-4446659/buku-into-the-future-ungkap-seluk- com/@aysazara/indonesian-women-artists-into-the-future-
beluk-21-perupa-perempuan memaknai-masa-53142fe9a8b
Ragam Karya 21 Perupa Perempuan Kontemporer Lewat Pameran ‘Into KARYA KONTEMPORER : Roh Perempuan dalalm Seni Instalasi
the Future 15-03-2019, 02:00 WIB, Koran.bisnis.com, https://koran.bisnis.com/
27-02-2019, 10:40 WIB, Detik Hot, https://hot.detik.com/ read/20190315/466/899916/karya-kontemporer-roh-perempuan-
art/d-4445863/ragam-karya-21-perupa-perempuan-kontemporer- dalalm-seni-instalasi
lewat-pameran-into-the-future Indonesian Women Artists art exhibition: Into the Future
Memetakan Gelap-Terang Masa Depan dari Kacamata Perempuan 15-03-2019, 13:00 WIB, Independent Observer, https://observerid.
27-02-2019, Whiteboard Journal, https://www.whiteboardjournal. com/indonesian-women-artists-art-exhibition-into-the-future/
com/ideas/art/memetakan-gelap-terang-masa-depan-dari- For Indonesian Women in the Arts, The Future is Now
kacamata-perempuan/ 01-04-2019, NOW!JAKARTA, https://nowjakarta.co.id/art-and-
Melaju ke Masa Depan culture/arts/for-indonesian-women-in-the-arts-the-future-is-now
27-02-2019, Facebook- Bambang Asrini Widjarnako, https://www. Are We There Yet? Into The Future, with Carla Bianpoen
facebook.com/lennyratnasari.weichert/posts/10157041946941774 13-04-2019 Plural Art, https://pluralartmag.com/2019/04/13/are-
Perupa Perempuan Indonesia Diakui Dunia Internasional we-there-yet-into-the-future-with-carla-bianpoen/
28-02-2019, SIAR.com, https://siar.com/perupa-perempuan- Spellbound by ‘Into the Future: Indonesian Women Artists’
indonesia-diakui-dunia-internasional/ 11-05-2019, thejakartapost.com, https://www.thejakartapost.com/
Roh Perempuan dalam Karya Seni Rupa Baru: Air Tajin, Kecoak, Hingga life/2019/05/10/spellbound-by-into-the-future-indonesian-women-
Demokratisasi Karbohidrat artists.html
28-02-2019, 17:34 WIB, MNEWS.co.id, https://mnews.co.id/read/
SENI/roh-perempuan-dalam-karya-seni-rupa-baru-air-tajin-kecoak-
hingga-demokratisasi-karbohidrat
Perempuan Muda Pilihan Carla Media Online – Berita Foto PAMERAN SENI RUPA INTO THE FUTURE
02-03-2019 Tempo.co, https://majalah.tempo.co/read/157204/ 27-02-2019, 12:20 WIB, ANTARA Foto, https://www.antarafoto.com/
perempuan-muda-pilihan-carla?hidden=login seni-budaya/v1551244811/pameran-seni-rupa-into-the-future
Gebrakan Instalasi 21 Perupa Perempuan Pameran Seni Rupa
03-03-2019, 00:40 WIB, Media Indonesia, http://mediaindonesia. 28-02-2019, 01:00, Koran Jakarta, http://www.koran-jakarta.com/
com/read/detail/220387-gebrakan-instalasi-21-perupa-perempuan pameran-seni-rupa44/
21 Seniman Perempuan Unjuk Karya di Galeri Nasional Indonesia BEDAH BUKU PERUPA 21 PEREMPUAN
05-03-2019, ItjeHer, http://www.itjeher.com/seni-budaya/20737/21- 01-03-2019, 18:45 WIB, ANTARA Foto, https://www.antarafoto.com/
seniman-perempuan-unjuk-karya-di-galeri-nasional-indonesia/ peristiwa/v1551440715/bedah-buku-perupa-21-perempuan
‘Into the Future’ celebrates female Indonesian artists Menikmati 21 Karya Imaji Perempuan di Pameran Into The Future
07-03-2019, 15.51, Line Today, https://today.line.me/id/pc/article/% 04-03-2019, 14:14 WIB, Suara.com, https://www.suara.com/
E2%80%98Into+the+Future%E2%80%99+celebrates+female+Indo foto/2019/03/04/141452/menikmati-21-karya-imaji-perempuan-di-
nesian+artists-1jq8M3 pameran-into-the-future
Menangkap ‘Roh’ Perempuan dalam Ekshibisi “Into The Future” FOTO: Kala 21 Seniman Perempuan Indonesia Bersatu
08-03-2019, Indonesiana, https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ 04-03-2019, 10:33 WIB, CNN Indonesia, https://www.cnnindonesia.
galerinasional/indonesian-women-artist-into-the-future/ com/hiburan/20190303190817-243-374214/foto-kala-21-
‘Into the Future’ celebrates female Indonesian artists seniman-perempuan-indonesia-bersatu
08-03-2019, 09:01 am, The Jakarta Post, https://www.
thejakartapost.com/life/2019/03/07/into-the-future-celebrates-
female-indonesian-artists.html

99
Media Cetak 21 Perempuan Dalam IWA 2019 Media Televisi Mengenal 21 Perempuan Perupa Indonesia Lewat Pameran Into the
Minggu, 24-02-2019, Koran Sindo, Harian, Budaya Hal. 8 Future (1)
Indonesian Women Artist: Into The Future 21-02-2019, 11:00 wib, Metro TV, http://m.metrotvnews.com/video/
Rabu, 27-02-2019, Kabar Banten, Harian , Kabar Pendidikan Hal. 9 selamat-pagi-indonesia/1bVVOO7b-mengenal-21-perempuan-
Indonesian Women Artist: Into The Future perupa-indonesia-lewat-pameran-into-the-future-1
Jumat, 01-03-2019, Koran Tempo, Harian, Seni Hal. 26 Mengenal 21 Perempuan Perupa Indonesia Lewat Pameran Into the
Menyuarakan Identitas, Frustasi, dan Kegetiran Future (2)
Minggu, 03-03-2019, Jawa Pos, Harian, Lifestyle Hal. 24 21-02-2019, 11:00 wib, Metro TV, http://video.metrotvnews.com/
Membingkai Roh Perempuan selamat-pagi-indonesia/DkqqOZnk-mengenal-21-perempuan-
Minggu, 03-03-2019, Kompas, Harian, Seni Hal.18 perupa-indonesia-lewat-pameran-into-the-future-2
Gebrakan Instalasi 21 Perupa Perempuan Buku ‘Into the Future’ Angkat Sosok 21 Perupa Perempuan
Minggu, 03-03-2019, Media Indonesia, Harian, Tifa Hal.10 02-03-2019, 07:25 wib, Metro TV, http://m.metrotvnews.com/video/
Indonesian Women Artist: Into The Future metro-pagi-prime-time/ybJ9PmaN-buku-into-the-future-angkat-
Jumat, 08-03-2019, Koran Tempo, Harian, Seni Hal.26 sosok-21-perupa-perempuan
Into The Future: Celebrates Female Indonesian Artist Pameran Seni Rupa ‘Women Artist, Into the Future’
Jumat, 08-03-2019, The Jakarta Post, Harian, Features Hal.20 03-03-2019, RTV - LENSA INDONESIA, https://www.youtube.com/
Kegelisahan 21 Perempuan watch?v=bRtlVPsBpfw
Kamis, 14-03-2019, Koran Tempo, Harian, Seni Hal.26
Roh Perempuan Dalam Seni Instalasi
Minggu, 07-03-2019, Bisnis Indonesia, Harian, Art Hal.15 Media Radio Brava

Perempuan Muda Pilihan Carla
Cosmo
Minggu, 10-03-2019, Tempo, Majalah, Seni Hal. 48-49

Agenda Acara Galeri Nasional Indonesia


http://galeri-nasional.or.id/newss/517-pameran_indonesian_
women_artists_into_the_future
Qubicle
https://qubicle.id/art/art-event-bulan-maret-2019

Sosial Media Lain Twiter, Amir Sidharta


18-02-2019, https://twitter.com/senirupa/
status/1097741101165817856

101
Indonesian
Women Artists

You might also like