Professional Documents
Culture Documents
2019 - Into The Future - Katalog - 310519 - Small - Res
2019 - Into The Future - Katalog - 310519 - Small - Res
Women Artists
26-02–2019 – 16-03-2019
Gedung A
Galeri Nasional Indonesia
Kurator | Curators:
Carla Bianpoen
Citra Smara Dewi
E-Catalog
E-Catalog
Diselenggarakan oleh | Organized by:
Inda Citraninda Noerhadi Ketua Yayasan Cemara Enam Pustanto Kepala Galeri Nasional Indonesia
Chairperson Cemara Enam Foundation Head of National Gallery of Indonesia
Cemara 6 Galeri Museum didirikan pada 4 Desember Cemara 6 Galeri Museum was established on Pameran Indonesia Women Artist (IWA) 2019 The importance of the exhibition Indonesian
1993, disertai oleh semangat feminisme pendirinya, 4 December, 1993. Its set up was inspired by a “Into The Furture” , yang diadakan di Gedung A Women Artists: “Into the Future”, which was held
Prof. Dr. Toeti Heraty N-Roosseno. Semangat itu yang feminist spirit of her founder Prof. Dr. Toeti Heraty Galeri Nasional Indonesia (GNI), memiliki peran at the Nastional Gallery here lies in its providing
membuat kami akan selalu mendukung proses kreatif N-Roosseno. Consequently, this spirit has been penting karena memperluas kesempatan bagi publik the general public with in-depth information and
perupa perempuan Indonesia. Misal tahun 1998, our all-time inspiration to support women artists’ untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan knowledge on art development in Indonesia, and
kami menyelenggarakan “Women in the Realm of creative forces. In 1998, for instance, we organized yang lebih mendalam tentang perkembangan seni women artists’ particular roles in it. Watching the
Spirituality”, pameran karya 16 perupa perempuan di “Women in the Realm of Spirituality”, an exhibition rupa Indonesisa khususnya melalui peran perupa works in person and from close-by, the public,
Galeri Nasional Indonesia dan Pontifical University of of 16 Indonesian women artists, which was held at perempuan. Dengan menyaksikan secara langsung enjoyed access to visual and aesthetic experience,
Gregoriana, Roma-Italia. the National Gallery of Indonesia as well as at the karya-karya pada pameran IWA 2019, masyarakat which GNI is happy to have helped facilitate.
Pontifical University of Gregoriana, Roma-Italia. mendapatkan pengalaman estetis dan rekreasi visual
Awal tahun 2019 kami menerbitkan dan meluncurkan yang sangat berharga, sehingga peran GNI dalam
Perdana buku Indonesian Women Artists: “Into the In early 2019 we ventured into our maiden peningkatan edukasi publik melalui pameran seni
Future” oleh Carla Bianpoen, disertai pameran “Into publication of an arts book on women artists. rupa terlihat nyata. Pada sisi lain diharapkan pameran
the Future” dengan narasi yang dipresentasikan oleh Authored by the senior writer of contemporary ini dapat memperkaya sekaligus melengkapi arsip seni
perjalanan artistik 21 perupa perempuan kontemporer art, Carla Bianpoen, the book titled “Indonesian rupa Indonesia.
dan mengisi diskursus seni rupa kita dengan narasi Women Artists: “Into the Future” was launched
perempuan yang berlangsung 26 Februari – 16 along with an exhibition of the same title, informing
Maret 2019 di Galeri Nasional Indonesia, didukung on the works of 21 contemporary women artists
rangkaian program edukasi publik seperti Bedah representing a new direction in contemporary art.
Buku, Art Talk, dan Diskusi. Held at the National Gallery of Indonesia from 26
February – 16 March 2019, the event extended with
a range of public programs, such as a Book Launch,
Art Talks and Discussions.
Salam budaya,
5
Catatan Kuratorial | Curatorial Notes kekhawatiran yang baru dan ketidakpastian tentang installation titled Distorted Reality. To what extend
dimana kita harus berpijak. is the ‘I’ authentic ? Featuring dresses made of
transparent organdy as metaphors of the self; are
Into the Future : Dita Gambiro (kelahiran 1986) mengungkapkan
kegelisahan akan kepastian the self yang dibanjiri
set in suspended circular formation, layered and
casting shadows one on the other.
The Future has Arrived! pengaruh global sehingga menutupi jati diri dengan
Instalasi Distorted Reality yang memakai pakaian A dwindling of the ‘I’ is a more than worrisome
sebagai metafora diri, persepsi, presentasi diri, baik outlook of today’s presence which is yesterday’s
sebagai individu dan kelompok individu. Pada display future, and we might be worndering about tomorrow
yang melingkar terlihat layer baju baju yang berbayang or the coming future. Sanchia Hamidjaja (b.1983)
satu pada yang lain. in The Future is Abandoned presents the delusion
of the present day that was yesterday’s future: a
Hari ini merupakan “Future” (masa depan) yang Today’s Present Time was yesterday’s Future and Sanchia Hamidjaja (kelahiran1983) dengan karya The digital illustration set in a light box, appearing like
kemarin dan akan menjadi masa lalunya hari esok. will tomorrow be the Past. Future is Abandoned menampilkan kekecewaan hari the ideal of a modern city, but a closer look reveals
Jadi kita berada di tengah tengah masa depannya ini yang merupakan masa depan kemarin: ilustsrasi its built on trash, unlivable for human beings. It is
kemarin, dan apa yang kemarin merupakan mimpi So we are today in the midst of yesterday’s ‘future’ , digital pada sebuah kotak cahaya menyerupai a frightening picture that evokes the question what
belaka, hari ini sudah menjadi kenyataan yang tak and what was yesterday visionary has now become sebuah kota modern, namun jika diamati lebih tomorrow will bring. A second work
terbantahkan. Teknologi sedang berkembang pesat, reality. Technology is thriving, new findings in dekat mengungkapkan sebuah kota yang dibangun
penemuan baru ilmu pengetahun memperkaya science are life-enriching and the female spirit is diatas sampah yang tidak layak dihuni manusia. Undisposable Guilt is a personal guilt trip that
kehidupan, dan roh perempuan sedang membuat making a breakthrough, all of which are opening up Menghadirkan sebuah masa depan yang mengerikan. brings the plastic bag into question. For personal
terobosan.yang tidak dapat ditahan lagi. Semua itu new challenges, new possibilities and a new way Karya kedua Undisposable Guilt merupakan jawaban reasons feeling guilty to have treated the plastic
membuka tantangan dan kemungkinan serta cara doing in contemporary art evoking Art of another personal. Merasa bersalah telah memberlakukan bag as an easily disposable item, without having
baru dalam seni rupa kontemporer yang menciptakan kind, which we may name “NOW ART”. plastik sebagai item yang dibuang tanpa perasaan had the least of feeling, she wants to make good. In
“Art of Another Kind”, seni rupa baru, atau Seni Rupa sedikitpun, ia ingin perbaiki sikap dan membuat a personal take, she makes replicas of disposable
Kekinian, “NOW ART”. Infused with the female spirit, and amplified with replika dari obyek sekali pakai itu dengan bahan yang objects of delicate fabric to which she has an
new technology and scientific knowledge, they signify memiliki keterikatan emosional baginya, seperti bahan emotional attachment. Sewing and ironing each
Diliputi roh perempuan, dan diperkuat dengan the spirit of the present time and the coming era. untuk baju pengantin atau baju pesta. Menjahit dan item intensifies the emotional that was missing in
teknologi baru serta penemuan sains yang mutakhir, menyeterikanya membangkitkan emosi yang hilang her treatment of disposable plastic bags.
karya karya dalam pameran ini menandakan spirit hari Some issues and themes in the exhibition may pada prilakunya terhadap kantong plastik.
ini menjelang hari esok. sound the same as before, and the state of the Identity and how we appear through the gaze of
world’s constellation as viewed by the artists may Identifikasi dan bagaimana kita tampil melalui tatapan others remains an important issue of self. Erika
Beberapa isu dan tema yang digarap mungkin sama appear darker than would be expected, but the orang lain merupakan masalah penting bagi diri Ernawan (b. 1986) whose works used to emphasize
dengan yang terdapat sebelumnya; konstelasi dunia way they are dealt with is replete with the female seseorang. Erika Ernawan (kelahiran 1986) yang sering the gaze related to the body, now aims to put
sebagaimana dirasakan perupa mungkin terkesan spirit (roh perempuan), a female take of Sense and merepresentasikan konsep “tatapan” dan ketubuhan” forward the gaze in the artist’s perspective, offering
lebih gelap dari yang diharapkan, tapi cara mereka Sensitivity marking works that talk about identity, yang dipandang orang lain, pada karya Ways of Seeing, the audience to experience the change in Ways of
menggarapnya diliputi roh perempuan, suatu “sense” frustration, anguish, grief, critique and profound ia ingin mengedepankan pandangan dan perspektif Seeing, an installation of racks displaying materials
dan “sensitivitas” yang khas perempuan. social and environmental concerns, leading to dirinya sendiri tentang konsep dan latar belakang as is, including neon lights and a painting with a
visions of yet another future. “tatapan”. Dengan sebuah instalasi berupa konstruksi moving image). Identity is also an issue at the work
Karya karya mereka berbicara mengenai identitas, besi, digital print pada bidang acrylic/Perspex dengan by Fika Ria Santika (b.1987), whose sculpture
frustrasi, kegetiran, kedukaan, kritik dan keprihatinan Maradita Sutantio (1984)’s wall installation of penggunaan cahaya neon Erika sekaligus memberi aided with advanced technology still speaks about
intens mengenai keadaan sosial dan lingkungan. pendulums accentuates, that Past and Future tawaran kepada penonton untuk mengalami perubahan women’s existence in her home land Minangkabau.
are only one minute apart. Today is a time when pengertian “tatapan” tersebut.
Instalasi dinding Maradita Sutantio (kelahiran boundaries have broken down, letting in an Borders, an issue of world scale, is also poignant
1984) berjudul Speculative Present berupa overwhelming influx of global information and Identitas juga merupakan masalah penting pada at the tiniest local level, where house gates are
sejumlah pendulum memberi aksen pada pendapat new challenges are opening up new ways of doing. karya Fika Ria Santika (kelahiran1987). Karya patung meant to function as a protector of one’s private
bahwa hari kemarin dan hari ini hanya berbeda Titled Speculative Present it, however, also puts Tumpuk Lapis Tampak Isi:Limpapeh 3 memakai area. Illegal crossing the gate into a private
satu menit. Hari ini adalah momen penerobosan forward insecurity of where we stand and concern tehnik etnik canggih. Tulisan dari petatah petitih yang domain is an act of contempt evoking unwanted
batas batas, membanjirnya informasi global yang of the impermanence of things. Dita Gambiro (b. dijahit manual dengan benang putih pada patung ini negative emotions. Restu Ratnaningtyas (b.
membuka berbagai kesempatan baru dan cara 1986) expresses such state of overwhelming impact ia ingin mengungkapkan keberadaan perempuan di 1981) expresses that with her participatory work
kerja yang baru. Namun menandakan juga suatu in the dwindling security of the real self with an kampong halamannya di Minangkabau. Invisible Boundaries featuring polyester boxes tied
9 Sambutan
Entity 100 years menapak kembali keterlibatannya glass tubes in the installation Silent 2 by Cecilia Syagini Ratna Wulan (kelahiran 1979) yang banyak extinction events and epochal transformation might
dalam berbagai tindakan protes pada zamannya. Ia Patricia Untario (b. 1984) touch deeply into terinspsirasi oleh kekuatan cahaya, dan gelombang be the key to a sustainable future. In this she leans
membayangkan kembali alat dan benda-benda yang women’s lives today as they seek to embolden the warna sering memberi judul karya dengan cara angka on the Manifesto of Xenofeminism that the future
mengandung penuh emosi ketika digunakan pada self with sexual protection. Featuring five panels angka. Kali ini karya yang memakai lacquer paint, includes non-humans. From Pest to Power is a
aksi protes dulu. Membayangkannya pada 100 each carrying twelve beautiful and delicately self- berwarna putih diatas plexiglass, diberi judul 31.85 project that is still in progress.
tahun kemudian ia sadar bahwa semua benda itu blown glass tubes symbolizing modern condoms; it (6.21462, 106.84513). Menurutnya, ia memakai
akan telah menjadi artefak yang terkubur dalam abu speaks of the importance of early sexual education. hitungan fisika dan geografi .Angka 31.83 adalah
kelupaan zaman. derajat kemiringan pelangi. Yang dalam kurung itu
The seven panels of mixed media works by Ayu koordinat kota Jakarta.
Disamping masa kelabu yang terbayang dari beberapa Arista Murti (b.1979) is about hope in the face of
karya, perlu diperhatikan masa yang namanya Future disasters. Instrumental in creating the works are Sementara Tara Astari Kasenda (kelahiran 1990) Carla Bianpoen
yang sudah menjadi masa kini, telah membawa water, wind and the sun by which lines are formed, terinspirasi ide impresionis yang pada waktunya Citra Smara Dewi
kemajuan yang dahsyat. Sains dan teknologi yang paint is dried. Its title Embryo Harapan (Embryo of mempelajari pengaruh warna ‘en plein air’. Ia ingin
sedianya dianggap wilayah kaum pria, kini sudah Hope) says it all. membawa kembali gagasan para impresionis dulu
berubah dengan masuknya open source technology ke abad 21. Untuk itu ia menggunakan teknologi
serta teknologi ramah perempuan yang diciptakan The development of new media art is emphasized dan media baru. Mengamati perubahan cahaya di
perempuan sendiri, sebagaimana dibuktikan Irene by focusing on color. Syagini Ratna Wulan (b. 1979) cakrawala awan diatas kota Paris dan bagaimana hal
Agrivina Widyaningrum. Pada karyanya Tajin, Irene who previously had been impressed by the power itu mempengaruhi lingkungan, ia memotret perubahan
menggunakan proses biologis dengan open source of light and giving her works numerical titles, this langit diatas kota Paris tidak kurang dari 400 kali sejak
perangkat lunak dan perangkat keras untuk membuat time makes a huge work with lacquer paint. Syagini Agustus 2018. Lalu ia abstraksi ribuan wana menjadi
pakaian yang melindungi tubuh perempuan terhadap denotes color by its waves. ‘Even as I imagine the 9 RGB dengan menggunakan Photoshop dan coding.
polutan berbahaya yang biasanya digunakan dalam world without any human being, there will always be Proses proses perubahan langit divisualisasikan
industri fashion modern. Melalui proses air tajin light”. Her work with lacquer paint on plexiglass is dalam proyeksi video berjudul Sous Les Cumulus
ia membuat selulosa, kemudian menambahkan titled 31.85 (6.21462,106.84513) referring to the Humilis (di bawah jaringan awan)
sejumlah bakteri seperti acetobacter, xylinum, serta level of the rainbow’s slant and the longitude and
bunga bakteri dari alat kelamin perempuan. Tajin latitude of Jakarta. Kinez Riza (kelahiran 1989) juga menatap langit
(Pati) dibuat dengan alat-alat sederhana dan bahan dan menemukan bulan sebagai obyek yang penuh
nonformal yang didapat dengan mudah, ditemukan di Meanwhile Tara Astari Kasenda , mimicking the misteri. Iapun menggunakan kamera untuk merekam
sekitar kehidupan sehari-hari perempuan. Merupakan idea of the impressionists who used to study color fenomena alam pada perubahan perubahan yang
inovasi perempuan yang perlu dicatat dalam penulisan ‘en plein air’, to observe the changing light and how terjadi pada cyclus bulan. Tujuh foto detail pergerakan
sejarah senirupa. it affects the environment, brings back the idea bulan dari kuartal pertama hingga akhir cyclus di
to the 21st century by using technology and new presentasi dengan print berukuran (15.42x21,59cm)
Tabung-tabung yang terbuat dari kaca yang halus media. Photographing the changing Parisian sky diatas kertas Ilford mutiara halus.
dan indah pada instalasi sunyi Silent 2 karya Cecilia no less than 400 times since August 2018, she has
Patricia Untario (kelahiran 1984) menyentuh secara condensed the colors to 9 RGB using Photoshop Masa depan sebagaimana dibayangkan Natasha
mendalam pada kehidupan perempuan hari ini. and coding in open proceedings and presents the Tontey (kelahiran 1989), mempertanyakannya
Melambangkan kondom modern yang merupakan changing skies in a video projection titled Sous Les dengan spekulasi yang memakai metoda fiksi-nyaris-
pelindung seksual, karya ini yang menampilkan lima Cumulus Humilis (under a network of clouds). ilmiah (science-quasi-fiction) dan mengeksplorasi ide
panel masing-masing terdiri dari dua belas tabung masa depan yang lebih eco-sentris.
kaca indah halus, berbicara mengenai pentingnya Kinez Riza (b. 1989) uses her camera to make
pendidikan seksual. Cecilia meniupnya sendiri ala pictures of the changing moon as it captures Instalasi video yang berjudul From Pest to Power
peniup Murano (Itlia). nature’s phenomena. A series of 7 photographs mengangkat kecoa, mahluk yang marjinal dan
each measuring 15.42x2159 cm are printed on tersingkirkan, tapi yang merupakan satusatunya
Tujuh panel mixed media karya-karya Ayu Arista Ilford smooth pearl. species yang dapat bertahan dan yang mungkin saja
Murti (kelahiran 1979) berjudul Embryo Harapan. menjadi kunci untuk masa depan yang berkelanjutan.
Ditengah segala kemuraman masa kini, Ayu ingin The Future as Natasha Tontey (b. 1989) imagines Terinspirasi oleh Manifesto Xenofeminism bahwa
menyampaikan harapan untuk masa mendatang. Ia it, takes away the center from the human being. masa depan tidak lagi berpusat pada manusia saja
percaya pada alam dan sering menciptakan karya In a science quasi-fictional quest she explores the tetapi ikut memfokus mahluk mahluk lainnya, karya ini
karyanya dengan memakai bantuan air, angin dan idea of eco-centric futurism in which the cockroach masih dalam proses pengembangan.
matahari untuk membentuk garis dan warna cerah. as the only single species able to survive the many
11
Perupa | Artists Andrita Yuniza Orbandi Bandung
Octora Bandung
13
Andrita Yuniza Orbandi
Segala yang ada di dunia ini Everything in this world is
bertumpu pada waktu. Segala time-based. Everything has its
sesuatunya memiliki periode own period. There will be an
masing-masing. Akan ada akhir end for every start. Life is about
bagi setiap awal. Hidup seperti repeating the same exact 24
mengulang 24 jam yang persis hour a day, over and over again,
sama sampai kesempatannya until we run out of chance. The
habis. Satu-satunya perbedaan only difference is what we do
hanyalah apa yang kita lakukan with our time. Control or be
dalam 24 jam tersebut. controlled. Therefore, I think in
Mengontrol atau dikontrol. order to survive life and make
Oleh sebab itu, saya pikir untuk the best out of 24 hour we have,
dapat bertahan hidup dan we must develop a strong heart.
melakukan yang terbaik dari Hence, no matter what happens
24 jam yang kita miliki, kita outside, today or tomorrow, we
harus mengembangkan hati will be able to stand strong and
yang kuat. Sehingga, apapun attain the peace inside.
yang terjadi diluar diri, baik hari
ini atau esok hari, kita tetap To me, the world today is like
dapat kuat mempertahankan living in a jungle—where the
kedamaian dalam diri. strongest beats the weakest.
15
Ayu Arista Murti
Tapi sayangku
Tahukah kamu…
Pada setiap musim hujan
Adalah air yang membasuh kotoran
Juga memberikan benih kehidupan
Seperti mentari pagi yang kembali lagi
Memberikan sinaran
Memberikan sinaran
Dan harapan
Kehidupan
17
Cecilia Patricia Untario Silent 2, 2019
560 cm x 20 cm
Instalasi, Glass dan Mixed Media
19
Dita Gambiro
Masa yang akan datang akan In the future, evermore Distorted Reality, 2019
semakin banyak manusia yang people will experience a Instalasi, Kain organdi
mengalami sensory overload, sensory overload, with the dan Mixed Media
Gantungan berlingkar,
dimana satu atau lebih indra body experiencing more
Diameter 1,5 x 2 meter
tubuh mengalami rangsangan and more stimulants from
berlebih dari lingkungan. its environment. Stimulants
Ada banyak elemen yang come from multiple elements,
mempengaruhi, contohnya for instance, urbanization,
urbanisasi, kebisingan, noise, the mass media,
media massa, teknologi dan technology and explosive
pertumbuhan informasi yang growth of information. For
eksplosif. Selama berabad- ages, technology has been
abad, persepsi tentang realitas changing the perception
telah diubah oleh teknologi. of reality. Instruments like
Alat-alat seperti teleskop, the telescope, the camera,
kamera, komputer, smart phone computers, smart phones
telah membuka dunia visual and the like have opened up
baru, menumbuhkan berbagai a new visual world, adding a
persepsi baru, dan mendorong host of new perceptions, and
tumbuhnya preferensi baru di supported new preferences in
masyarakat. Persepsi manusia society. Human views about
berubah dalam kaitannya the environment and culture
dengan lingkungan visual dan are changing. We are daily
budaya kita. Hari ini, orang bombarded with thousands of
dibombardir setiap hari dengan changing visual images, evoking
ribuan gambar visual yang many visual layers at the same
berubah. Masyarakat saat ini time. Seeing images in patches
terbiasa melihat banyak layar/ rather than the entirity of each
visual sekaligus. Ini mengubah image, we tend to just see the
cara kita melihat sesuatu surface without diving deeper
karena kita hanya melihat into the matter.
sedikit demi sedikit daripada
keseluruhan gambar. Hanya
melihat di permukaan tanpa
menyelami lebih dalam.
21
Elia Nurvista
Früchtlinge, 2019
265 cm x 200 cm
Video art
23
Erika Ernawan
25
Etza Meisyara
27
Fika Ria Santika Tumpuk Lapis Tampak Isi: Limpapeh 3, 2019
Instalasi, mixed media
29
Irene Agrivina
Beras dan nasi adalah sesuatu penting pula. Terlebih pakaian The work Tajin, shows the
yang sangat dekat dengan dalam yang sifatnya sangat intim basic materials to produce
kehidupan kita. Terlebih untuk dan privasi. Namun jika kita female underwear that protect
perempuan Indonesia, dimana melihat lebih jauh sampah yang the body against harmful
pekerjaan domestik dan dapur dihasilkan oleh pakaian dalam pollutants. Women can produce
adalah merupakan sebuah daerah yang digunakan perempuan, themselves, with materials
kekuasaan. Beras mempunyai maka itu sangat mengejutkan easily found around their daily
banyak kegunaan, terutama bagaimana itu proses pembuatan lives. Applying a biological
sebagai penyuplai kebutuhan dan sampah yang dihasilkan oleh process, aided by open source
pangan bagi tubuh. Kegunaan pakaian dalam sangat merusak software and hardware, the
beras sudah tidak terhitung, lingkungan. Karya ini berusaha process converts porridge
bahkan airnya-pun yang selama membuat ide-ide pembuatan into cellulose, then adds a
ini sering kita sia-siakan dengan pakaian dalam perempuan number of bacteria such as
membuangnya begitu saja, yang ramah lingkungan sebuah acetobacter, xylinum as well as
sebenarnya memiliki kandungan sistem loop (berputar) dan floral bacteria from the female
gizi yang tinggi. Susu beras ini sirkular, yang dapat dikerjakan genitalia.
banyak sekali kegunaannya atau ditumbuhkan sendiri oleh
mulai dari minuman, remedies, perempuan manapun dengan
ataupun sebagai kosmetik. bahan terdapat di sekitar kita
Ketika kita melihat kehidupan melalui proses biologis yang
seorang perempuan, selain dapat dikerjakan dengan
dapur maka sandang adalah peralatan sederhana yang
salah satu hal yang cukup terdapat di dapur.
Tajin, 2019
Instalasi, Mixed Media
31
Kinez Riza
33
Maharani Mancanagara
Banyak hal yang terjadi selama Much has happened during the
masa pengasingan tahun time of seclusion from 1965
1965 s.d. 1979 (pemulangan - 1979 (the last repatriation).
terakhir). Dengan latar belakang Various backgrounds color
yang beragam, banyak cerita the stories of how the political
bagaimana para tahanan politik prisoners had to try to survive.
berusaha untuk mempertahankan Indeed much can be told
hidup disana. Bahkan juga banyak also about the process of
cerita mengenai bagaimana incarceration, the traumas
proses penangkapan, bagaiaman after returning home. This all
trauma setelah kepulangan made me try figure out how
ke rumah masing- masing. the political prisoners who
Berangkat dari hal tersebut, saya were journalist were able to
mencoba merangkum beberapa survive in Nusakambangan and
strategi dari cerita para tahanan Buru island, how they faced
politik yang berprofesi sebagai challenges and hardships
jurnalis, bagaimana mereka bisa in order to preserve it as a
bertahan di Nusakambangan collective reflection, that it may
dan Pulau Buru menghadapi never again happen today.
tantangan dan cobaan, sehingga
hal- hal tersebut bisa menjadi
refleksi kolektif supaya tidak akan
terjadi lagi di masa sekarang.
35
Maradita Sutantio
Jam yang menjadi alat pengukur The clock as an instrument
dan penanda waktu pada masa to measure and denote time,
kini telah menjadi objek yang has become an object analog
dianalogikan sebagai sesuatu to something that pushes
yang mengejar manusia. Diterpa mankind. Faced with routinity
berbagai rutinitas dan berbagai and time limits that often trap
tenggang waktu atas segala the urban person in a concept of
sesuatu, menjadikan manusia time, the past, the present and
urban seringkali terjebak dalam the future. Anxiety about the
konsep waktu, masa lalu, future and shadows of the past,
masa kini (present), dan masa are impairing the present time
depan. Kuatir akan masa depan which Giorgio Agamben calls an
dan dibayangi masa lalu telah impoverishment of experience.
mencederai masa kini (present) In such a condition, people
dan disebutkan Giorgio Agamben think too much about things or
sebagai pemiskinan pengalaman. events outside the self, leaving
Dalam kondisi seperti ini, little time for the real self as a
manusia menjadi terlalu human being. In the beginning
memikirkan kejadian-kejadian the concept of a second was
atau peristiwa di luar dirinya, about measuring time which
dan mengesampingkan waktu was achieved by observing
untuk mencari nilai kedirian nature and its signs that
yang utuh sebagai seorang eventually became a cycle, until
manusia. Pada awalnya konsep in the course of developments,
mengenai detik jam adalah time became an agreed
mengenai terukurnya waktu measuring tool, as evident
yang dihasilkan dari pengamatan when, for instance a person’s
manusia akan tanda-tanda age adds up with a year after
alam yang berpola dan menjadi the passing of 356 days. The
siklus. Hingga akhirnya pada future is only a second away
perkembangannya waktu menjadi from the present time and
alat satuan ukur yang disepakati similarly the past is also only
manusia. Misalnya mengenai usia a second away. In considering
seseorang yang berulang tahun, the future, many scenarios give
hari yang berputar menjadi tahun way to speculations, which
setelah melewati 356hari, dan potentially materialize and can Speculative Present, 2019
seterusnya. Masa depan hanya become reality, and nothing is Instalasi, Mixed Media
berselisih “1 detik” dari masa certain anymore. The result
sekarang yang kita sadari, dan is a host of possibilities, and a
masa lalu juga berjarak selisih “ 1 variety of speculations about
detik” dari yang tidak sadari telah the now and the future.
berlalu. Dalam memandang masa
depan banyak sekali spekulasi
yang dapat diskenariokan.
Berbagai hal dapat menjadi
kebenaran sekaligus tidak ada
lagi hal yang mutlak. Sekalinya
kita meng-spekulasikan, maka
seluruhnya menjadi tidak
terbendung lagi. Hingga yang ada
adalah berbagai kemungkinan,
beragam spekulasi realisme akan
waktu masa kini dan masa depan.
37
Natasha Tontey
Karya ini membayangkan masa “In this project, I look to the idea of ‘proper lifestyle’ in eco-centric futurism—which the cenacle of transferring From Pest to Power, 2019
depan dengan spekulasi yang possibility of unlearning human which overproduction of means human is not the center knowledge. The performance, Video Installation, Wallpaper
memakai metoda fiksi-nyaris- evolution for manufacturing synthetic commodity and the for everything. The artistic which consists of human being Installation, Reading Performances
ilmiah (science-quasi-fiction) future by gaining knowledge human dis-attachment to gesture of this artwork is that reading the passage from the
dan mengeksplorasi ide masa through the agency of waste generated cockroach of presenting a collection of publish book while passively
depan yang lebih eco-sentris. cockroaches. What is consider as a peripheral creature texts and images in the form interacting with the audience,
Instalasi video yang berjudul as pest might be a key to lead outside human’s cupola. When of published book for inter- is an act of mimicking the
From Pest to Power mengangkat the sustainable future. Being everything has to be related species reciprocity between existence of cockroach—that
kecoa, mahluk yang marjinal marginalized for thousand to the human activities, the human and cockroach. This being somehow ignored but
dan tersingkirkan, tapi yang years as a creature carrying filthy cockroaches are not part publication will explore the yet menacing. The installation
merupakan satusatunya diseases and treated as of the nature. Human idea to potential of future-developing and performance draws on a
species yang dapat bertahan a fear-some species by differentiate the nature and involving cockroach as a source mode of representation and
dan yang mungkin saja menjadi the human counterpart, culture embraced the notion of material. In addition, a video expression of the immersed
kunci untuk masa depan yang cockroaches bear its agency speciesism for the cockroach. displays the visuality of the image for the complex and
berkelanjutan. Terinspirasi oleh as the only single species This project is a science-quasi- research will also be installed fragile interactions and
Manifesto Xenofeminism bahwa that could survive the many fictional quest into a peculiar as part of the installation. In responses between human and
masa depan tidak lagi berpusat extinction events and epochal behavior of cockroach that is order to extend the artistic cockroach”.
pada manusia saja tetapi ikut transformation. Moreover, the constituted as an assemblage expression of this phenomenon,
memfokus mahluk mahluk judgement toward cockroach of nocturnal, habitable, a reading-performance will
lainnya. Karya ini masih dalam is built by the hyper-sterilized homeopathic, and resourceful be held while implementing
proses pengembangan. semiocapitalism/biopolitics material to explore the idea of the installation space as
39
Octora
“Puisi Baru Untuk Esok Hari” “Puisi Baru Untuk Esok Hari” is intervensi dalam pemaknaan dan history. In my new work titled
adalah karya yang saya buat a work that I created to respond penggunaan element linguistic “Puisi baru untuk Esok Hari “
sebagai respond terhadap karya to the installation “Kuburan maka aka ada implikasi terhadap (A new poem for tomorrow),
“Kuburan Kata” yang pernah saya Kata” which I had made earlier. pengkonstruksian sejarah. two framed metal plates
buat. “Kuburan Kata” merupakan “Kuburan Kata” is my reaction Dalam karya baru “Puisi baru are left to follow its natural
reaksi saya terhadap bagaimana to the way a change of ideology untuk Esok Hari “, dua lempeng process towards rust. honesty
perubahan ideology berimplikasi impacts on the use of a certain logam dengan figura saya and sincerity to accept and
terhadap berhentinya saying in society. I do not mean biarkan untuk merangkul proses value the passing of time area
penggunaan istilah tertentu to take sides towards the way alamiahnya, berkarat . Saya reflected in the material I am
dalam masyarakat,. Saya tidak those words are interpreted melihat kejujuran dan keikhlasan using to question the future.
memiliki intensi untuk berpihak as good or bad. As an artist, untuk menerima dan menghargai
terhadap pemaknaan kata kata I observe how power is able perjalanan waktu dalam material In the context of Indonesia’s
ini sebagai baik dan buruk. to implicate on linguistic besi dan saya menggunakan ini national history, particularly
Sebagai seniman saya mengamati expression of a society, and untuk mempertanyakan perihal how even today we are still
bagaimana kekuasaan dapat relates to the construction of masa depan. confused about our past as
berimplikasi terhadap dinamika “History”. When History in a nation and have a problem
linguistic suatu masyarakat the context of modern society Dalam konteks kesejarahan understanding events related
yang mana berkaitan dengan is about writing, linguistic bangsa Indonesia, terkhusus to communism in 1965, history
konstruksi “Sejarah”. Sejarah expression and when meaning bagaimana di hari ini kita has become an arrangement
dalam konteks masyarakat and use of linguistic elements masih mengalami kebingungan dominated by power. Being part
modern adalah tentang tulisan is intervened, then it will mengenai masa lalu kita of this nation, I as a child of the
, ekspresi linguistic, ketika ada implicate on the construction of sebagai bagsa dalam memahami nation, feel separated from the
peristiwa komunisme di tahun future. The future is like poetry
1965 , sejarah menjadi sebuah where I have no part in deciding
gubahan yang didominasi oleh on a vision, again as part of the
kekuasaan. Sebagai bagian dari grass root, we only have to go
bangsa ini, saya sebagai anak with how the power wishes to
bangsa merasa keterpisahan write it. Power that refuses to
dalam perihal masa esok. Masa face the past will never be fit to
esok menjadi sebuah puisi write its future.
dimana saya tidak memiliki
agensi dalam menentukan bahan
bervisi, sekali lagi sebagai bagian
dari golongan “akar rumput” ,
kita hanya bias mengikuti alr
bagaimana kekuasaan ingin
menulisnya. Kekuasaan yang
menolak untuk menghadapi masa
lalu tidak akan menjadi utuh
dalam menulis masa depannya.
Kuburan Kata
Puisi Baru untuk Esok Hari, 2019
Instalasi, Mixed Media
41
Prilla Tania
43
Restu Ratnaningtyas
Mengenai batasan batasan Boundaries that nowadays
yang saat ini semakin tidak are becoming more and more
terlihat, membuat kita dengan unclear, make us easily bypass
mudah melewati batas batas them. Without realizing,
tersebut. Tanpa kita sadari those thinning boundaries
batasan batasan yang semakin are growing like ghosts that
tipis itu kemudian lama live within the self This idea
kelamaan menjadi seperti is visualized through boxes
hantu yang hidup didalam diri of polyester that are linked
kita. Ide tersebut ditampilkan to the wall with thin threads.
melalui kotak polyester yang Whoever shoukd want to see
terikat pada dinding dengan what is in those boxes must
benang tipis. Siapa saja yang step over the threads, running
ingin melihat apa yang ada di the risk of stepping on it.
dalam kotak harus melangkah
di atas benang dengan resiko
menginjaknya. Namun
konsep”Perbatasan” di Jerman
merupakan isu pengungsi dan
pekerja migran yang melewati
perbatasan dan oleh masyarkat
Jerman dipandang dengan
tatapn mata curiga.
45
Sanchia Tryphosa Hamidjaja
Sepanjang praktek saya dalam Plastic bag is something that a designed representation of Throughout my drawing /
media ilustrasi, saya sangat is designed to be inherently supermarket / department stores illustration practice, I have
tertarik dengan tema-tema disposable. This inherent logos found in the environment been interested in creating a
pemandangan perkotaan yang disposability of things is reflecting where I live. The process of fantastical dystopian themed
bergaya distopia. Karya kali on the culture of consumerism, its ironing each fabric, sewing each cities. This illustration have
ini mendorong saya untuk all about mass producing objects one into “plastic bag” replicas pushed me towards a more
menggambar representasi that has to be thrown away, unlike give it a much more intimate realistic representation of what
suatu kota yang lebih realistis. teddy bears thats designed to treatment. I believe the near future might
Penggambaran kota masa trigger emotion and to be given be, which is no different from
depan yang sangat mungkin sentimental value, while plastic Displayed like clothes, hung where we are currently. A piece
terjadi, yang tidak terlalu beda bags are made to be thrown away. from a clothes hanger. Giving it a of full color digital illustration
jauh dengan yang kita hidupi Through this art work i want sense of preciousness and well displayed in a way that an
sekarang. Sebuah ilustrasi to give sentimental emotional cared for. I want to project my advertisement would, a glowing
digital penuh warna yang di quality to seemingly look like a guilt for over consuming cheap billboard.
display seperti layaknya sebuah disposable object. By sewing inherently disposable objects.
iklan bilboard. Terlihat sangat materials that carries personal Also being born into a family Which from a distance may
penuh warna, menyenangkan attachment into the shape of a that owns a plastic packaging seem like a happy idealistic
dari kejauhan, tapi ketika disposable object. factory, and experienced work city scape, that promises
di dekati, mulai terlihat in the advertisement industry you a better life, but as you
kebusukan-kebusukan yang The fabrics I use, are the same that played a massive part in the get a closer look, you start
terakumulasi didalamnya. fabrics I would use to make consumerism culture, makes noticing all the accumulation
Tumpukan mobil, properti- wedding gowns, such as silk, the guilt even more validated. of rubbish, cars, motorbikes,
properti yang tidak terjual, delicate cottons for traditional To remind myself that seeming unsold properties, abandoned
struktur-struktur pembangunan kebaya encim worn at family ordinary disposable object, in structures, and the absence
setengah jadi dan ketiadaan events, and organzas from left accumulation is inevitably deadly of human and culture. An
eksistensi manusia dan over bridemaids dresses, reduced Undisposable Guilt, 2019 The Future is Abandoned, 2019 towards our environment. unliveable habitat.
kulturnya. Sebuah habitat yang to a replica of “kantong kresek” Variable sizes 350 x 100 cm, Digital Print on fabric,
tak bisa di hidupi. / plastic bag. Embroidered with Mixed media lightbox display. LED Light
47
Syagini Ratna Wulan
49
Tara Astari Kasenda
Sejak kecil saya terinspirasi I see the world through pastel color, the blurriness, everything. Sous Les Cumulus Humilis, 2019
Impresionisme, yang pada color goggles. After receiving my But as my work developed, I feel Transdisciplinary new media
waktunya mempelajari bachelor’s degree in painting, in like I needed to find more reason (photography, coding, photoshop)
pengaruhwarna ‘en plein air’. my practice, I delve more into why I continued to make pastel
Saya ingin membawa kembali exploring installation art and colors as the heart of my work.
gagasan para impresionis try to redefine the meaning of So I decided to come to France,
dulu ke masa kini, abad ke-21 painting with unconventional the place where impressionism
dengan menggunakan teknologi mediums. Many of my works was born. So since my first day
dan media baru. Di Paris saya show blurry portraits that in Paris, August 1st, 2018, I’ve
mengamati perubahan cahaya emphasized the issue of identity been doing a data collection
di cakrawala awan diatas and the vagueness of being. research by taking more or less
kota Paris dan bagaimana The one thing that has been 400 pictures of the sky with
hal itu mempengaruhi consistent in my work is the my phone. And with digital
lingkungan. Saya memotret color. Muted pastel colors. I tools such as Photoshop and
perubahan langit diatas kota was always obsessed with soft especially with coding in open
Paris tidak kurang dari 400 pastel colors ever since I was processing, I was able to narrow
kali sejak Agustus 2018, a child. This comes from early down the color of the sky of Paris
lalu mengabsraksi warna experience in my life. When I to exactly 9 RGB colors (10 in
warna menjadi 9 RGB dengan was a child, my painting teacher total after adding white, being
menggunakan Photoshop dan introduced me to impressionism, an essential pigment on the
coding in open proceedings. and I fell in love with it. The soft impressionist’s palette).
51
Theresia Agustina Sitompul
Karya ini bersumber dari This work came to be as I
kegelisahan dan kecemasan worried at the situation around
saya ketika mengamati serta me, like natural disasters, wars,
merasakan situasi di sekitar saya social conflicts that somehow
seperti terjadinya bencana alam, result from human greed. Inter
peperangan, konflik sosial yang human relations and relations
sedikit banyak diakibatkan oleh between man and nature are
keserakahan dan kerakusan no more harmonious. Greed
manusia. Relasi yang dibangun exploits nature at a level that
antara manusia dengan alam distorts the balance. The result
atau manusia dengan sesama being many natural disasters
manusia tidak lagi harmonis. like floods, erosion, forest fires,
Manusia yg rakus mengambil atau and the likes. Similarly, social
mengeksploitasi alam sedikian tensions tend to augment, with
rupa sehingga tidak lagi ada clashes ending up in violence.
keseimbangan. Akibatnya kita
bisa lihat banyak bencana alam
seperti banjir, longsor, kebakaran
hutan dll. Begitu pula situasi
sosial yg cenderung memanas
dan mudah terjadi gesekan yg
ujung-ujungnya berakhir pada
kekerasan.
53
Yaya Sung
Karya ini merupakan The work imagines the situation biasa kita jumpai penuh dengan objects that were once most
pengandaian tentang kondisi in a hundred years to come, kata-kata, tulisan, seruan, dan powerful in the community and
100 tahun lagi di masa depan and at the same time reflects tuntutan, namun di dalam karya became signifiers of Freedom,
sekaligus refleksi dari praktek on Yaya Sung’s artistic practice ini, semua bentuk ekspresi particularly Hope, in our life
kesenian Yaya Sung selama during 5 years. Her search emosi tersebut kemudian time. A set of objects that
5 tahun terakhir. Pencarian for identity as a Chinese direduksi dengan warna putih we usually find with words,
identitas diri sebagai warga Indonesian, retraces the May bersih tanpa sedikitpun kata- writing, calling and demands,
Indonesia keturunan Tionghoa, 1998 event which brought kata atau makna gambar. Yaya but in this work all forms of
mengantarkan Yaya menelusuri her into the kamisan action mengandaikan, 100 tahun lagi, such emotional expression is
kembali peristiwa Mei 1998, (an enduring protest demo manusia di bumi ini memiliki reduced using a white color
mengajaknya berkenalan held every Thursday) in front satu perjuangan bersama yaitu without any words or image.
dengan aksi Kamisan di depan of the palace which became menyelamatkan bumi manusia Yaya imagines that a hundred
istana negara yang menjadi a repository for all human dari perubahan alam, kemudian years from now people on this
wadah bagi semua penyintas rights survivors and introduced perangkat kebendaan yang earth had a joint struggele
kasus HAM di Indonesia, her to the demolition of the pada jaman ini kita gunakan which is to save the earth of
mengantar penemuannya progressive women movement untuk berjuang, sudah menjadi humans from nature’s change,
tentang penghancuran gerakan movement of 196., Learning sebuah bentuk artefak sejarah. and the set of objects that
perempuan progresif tahun about history while going we used to apply to fight, has
1965. Mempelajari sejarah, about daily life and wondering become an artefact of history.
menjalani hidup keseharian, about the future, the era that
dan mereka-reka tentang Yaya got to know was an era of
masa depan, Jaman yang oppression, discrimination of
Yaya ketahui adalah jaman ethnic groups, religion, race,
dimana opresi, diskriminasi gender and an
suku, agama, ras, gender, overwhelming
dan ketimpangan keadilan imbalance of
sosial subur dan merajalela. an arbitrary
Seyogianya, ketika Tekanan social justice.
disiram dan dipupuk dengan In fact, when
Keberanian dan Kepedulian, such emphasis
disitu tumbuh dengan subur was met with
Perlawanan. courage and
concern, it
Karya-karya dalam projek ini became a
memberi fokus pada perangkat fruitful ground
kebendaan yang menjadi peran for Resistance.
utama dalam aksi demonstrasi,
protes, dan marching. The works in
Perangkat dengan metode this project
paling primitif; secarik kertas are focused
yang ditulis, sebentang kain on the set of
yang digambar telah menjadi objects that
wadah mengekspresikan had a major
diri, menuangkan emosi, role in the
menyerukan perlawanan, actions of demonstration,
dan menyuarakan tuntutan. protests and marching. Using a
Perangkat yang paling ampuh most primitive method, a piece
ketika saling berpaguyuban of paper that is written on, a
ini menjadi penanda sebuah stretch of imaged cloth were the
Kebebasan, terutama Harapan, mediums for expression, to vent
di masa kehidupan kita kini. emotion, calling for resistance Liberty Markers, An Entity 100 Years Away”, 2019
Perangkat kebendaan yang and voicing demands. A set of 200 x 100 cm dan 60 x 80 cm, Digital print on Neon Box
55
CV Perupa | Artists’ CVs Andrita Yuniza Orbandi
2016 BFA Visual Arts, Faculty of Art and Design, Bandung Awards
Institute of Technology, Indonesia 2018 Finalist Gudang Garam Indonesia Art Award ‘Dunia
2017 ‘Spielen’ – Solo show for researching happiness 2017 Winner LED Wettbewerb von Volksbank Brawo,
2016 ‘Menuju Titik Ba’, BFA Final Presentation at CC 2017 Awardee DAAD Stipendium Programme Stibet
Timur Yard of Institut Teknologi Bandung, Indonesia 2016 Finalist Ganesha Prize Institut Teknologi Bandung,
Selected Group Exhibitions Indonesia
2018 Indonesian Art Award 2018: Dunia Komik, Galeri 2016 Awardee The Most Oustanding Student of Art and
2018 Soemardja Sound Art Project 2018, Galeri Soemardja 2016 AwardeeDAAD Stipendium – ISAP Program
2017 Bandung Contemporary Art Awards 5, Lawang 2015 Winner of ASEAN-Korea Multimedia Art
2017 ‘Protest’ – Rundang bei Klasse Kummer, Artmax, 2012 Awardee President’s Award for Educational
57
Ayu Arista Murti
Education 2017 Yogya Annual Art #2, Sangkring, Yogyakarta, 2014 Bazaar Art, Jakarta 2011 Bazaar Art Jakarta, Ritz Carlton, Pacific Place,
2004 Graduated from Faculty of Fine Arts and Design, Indonesia Jakarta
2014 “Indonesia–Thailand Artist”, Bentara Budaya,
Indonesia Institute of Arts (ISI), Yogyakarta, Indonesia 2017 “Turbulence”, by Martel, Edwin’s Gallery, Jakarta Yogyakarta, Indonesia 2011 “The Everyday Fantastic”, S. Bin Art Plus, Singapore
Solo Exhibitions 2017 “Hanoi March Connection”, Art Exhibition and 2014 “Iconoclast”, Langgeng Gallery, Magelang, Indonesia 2011 Art Stage Singapore, Marina Bay Sands, Singapore
2017 “Flowing with the Water”, Ark Gallery, Yogyakarta, Workshop, by Hanoi University of Industrial Fine Arts and
2014 “Manifesto #4: Keseharian: Mencandra Tanda Masa”, 2010 “Survey #1.10”, Edwin’s Gallery, Jakarta
Indonesia Asia Art Link, Hanoi, Vietnam
National Gallery of Indonesia, Jakarta
2010 “Dua Kota Dua Cerita”, Semarang Gallery, Semarang,
2011 Solo Exhibition, Wada Gallery, Tokyo 2017 “Bumbon #2”, Sangkring, Yogyakarta
2014 ArtJog 14, Legacies of Power, Cultural Park/Taman Indonesia
2010 “Cloning Garden”, Valentine Willie Fine Art, Kuala 2016 Art Stage 2016, Marina Bay, Singapore Budaya, Yogyakarta, Indonesia
Awards
Lumpur—“Cloning Garden”, organized by Edwin’s Gallery, 2016 “Equilibrio”, Artemis Gallery, Kuala Lumpur 2014 Parallel Event Biennale Jogja XII, Knyt Somnia—
2003 Top 5 of Indonesian Art Awards by Phillip Morris
Jakarta Art District, Grand Indonesia, Jakarta Genesis of Terror, Yogyakarta, Indonesia
2016 “Equilibrio”, China House, Penang, Malaysia Company and YSRI, Indonesia
2008 “Rhyme of Lines”, Edwin’s Gallery, Jakarta 2013 Bazaar Art ++, Edwin’s Gallery, Jakarta
2016 “Kecil itu Indah”, Edwin’s Gallery & Bazaar Art 2003 Finalist South East Asian Art Awards by Phillip
Jakarta 2013 “Homoludens 4”, Bentara Budaya, Denpasar, Bali, Morris Company
2006 “Sweet Bitter Sour”, 24HR ART Gallery, Darwin, Indonesia
2016 “Print Parade”, Grafis Minggiran, Yogyakarta 2002 Best Artwork, Dies Natalis Indonesian Institute of
Australia
2013 “Unforgettable”, Exhibition Hall, Jakarta Art District, Art, Yogyakarta, Indonesia
2015 “Dystopia 1000 Pulau”, Cata Odata, Bali, Indonesia
2005 “Metafora Metamorfosa”, Edwin’s Gallery, Jakarta Grand Indonesia, Jakarta
2001 Total Indonesia Award from YSRI and Total
Selected Group Exhibitions 2012 “Vertigo”, The Indonesian Ugliness, Ode To Art, Company
2015 Bazaar Art, Jakarta
2018 Art Stage Singapore, Gajah Gallery, Marina Bay, Singapore
2000 The Best Drawing Sketch from Indonesian Institute
2015 “Polychromatic”, Green Host Hotel, Yogyakarta,
Singapore 2012 The Winner’s Creation, Indonesian Arts Award, of Art, Yogyakarta, Indonesia
Indonesia
2017 “Kembulan”, Studio Kalahan, Yogyakarta, Indonesia National Gallery of Indonesia, Jakarta
1999 The Best Water Color and Sketch from Indonesian
2014 “Socio Landscape—Indonesia & Cambodia Artist”,
2011 “Beauty Case”, Jakarta Art District, Grand Indonesia, Institute of Art, Yogyakarta, Indonesia
National Museum, Cambodia Communicating In Art
2017 Open Studio, Gajah Gallery, Yogyakarta Jakarta
Making Today, Edwin’s Gallery, Jakarta 1996 “The Best Encounter of Two Millennial Country
2017 “Lost and Found”, Art Merdeka, Bumbon #3, Pararel 2011 Jakarta Biennale #14, Jakarta Peru-Indonesia”, Embassy of Peru, Jakarta
2014 “ReDraw”, Edwin’s Gallery, Jakarta
Biennalle, Yogyakarta, Indonesia 2011 “Lintas”, Edwin’s Gallery, Jakarta
2014 KIAF, Coex, Seoul
59
Cecilia Patricia Untario Dita Gambiro
2009–2011 Vetroricerca Glas & Modern, Bolzano, Italy 2015 Sovereign Asian Art Prize 2015 Finalists, Hong Kong
2006 Tittot Glass Museum Summer Camp, Taipei, Taiwan 2014 “Versi”, Trienal Seni Patung Indonesia, Jakarta
2003–2008 Bandung Institute of Technology, Fine Art 2014 Bazaar Art Jakarta 2014, The Ritz-Carlton, Pacific
Department, majoring in Sculpture, Bandung, Indonesia Place, Jakarta
Exhibitions 2013 “OLD NEW”, Art1, Jakarta
2018 Sovereign Asian Art Prize 2018 Finalists, Hong Kong 2013 “Everyday is Like Sunday”, Langgeng Gallery,
2018 “Spektrum Hendra Gunawan”, Ciputra Artpreneur, 2013 Asia Contemporary Art Show, Hong Kong
Jakarta
2013 Bandung Contemporary Art Awards#3,
Education Indonesia
2018 “Open P.O.”, Omnispace, Bandung, Indonesia Lawangwangi Art Space, Bandung, Indonesia
2009 BFA, Bandung Institute of Technology, Faculty of Art 2016 “Artmosphere”, Galeries Lafayette, Jakarta
2017 Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) 8: 2012 “Renegotiating Boundaries”, Lawangwangi Art
and Design, majoring Sculpture
MURNI, Jakarta Space, Bandung, Indonesia 2016 “Constituent Concreteness”, Mizuma Gallery,
2013 MA, Kingston University London, Production Singapore
2017 “Re: Emergence”, Selasar Sunaryo Art Space, 2012 “Contemporary Ceramics”, Museum Seni dan
Design for Film and TV
Bandung, Indonesia Keramik, Jakarta 2015 “(Un)usual” by Wang Lei & Dita Gambiro, Redbase
Solo Exhibitions Gallery, Jakarta
2017 Art Jakarta 2017, The Ritz-Carlton, Pacific Place, 2012 MACEF Milan 2012, Milan, Italy
Jakarta 2011 “White Lies”, Inkubator at Forme Building, Jakarta 2015 Bazaar Art, Redbase Gallery, Jakarta
2012 Bandung Contemporary Art Awards#2,
2017 “Perjalanan Senyap”, Orbital Dago, Bandung, Lawangwangi Art Space, Bandung, Indonesia 2012 Art Stage Singapore: Project Stage, Galerie Michael 2015 Fashion TV: F Party, Jakarta
Indonesia Janssen (Berlin), Marina Bay Sands, Singapore
2011 Jakarta Biennale#14, Jakarta 2015 “Sequence”, Nu Art Sculpture Park, Bandung,
2016 Art Stage Jakarta, Sheraton Grand Jakarta, Gandaria Selected Group Exhibitions Indonesia
2010 “Beyond The Dutch”, Utrecht Central Museum,
City Hotel, Jakarta 2017 “What You Wear is (not) What You Are. You are (not)
Netherlands 2014 “Versi”: Triennale Patung Kontemporer Indonesia,
2016 “Artmosphere”, Galleries Lafayette, Pacific Place, What You Wear”, The Warehouse, Plaza Indonesia, Jakarta National Gallery of Indonesia, Jakarta
Awards
Jakarta 2017 Asia Woman Artist, Jeonbuk Museum of Art, South 2014 “Symbol, Spirit, Culture (To Communicate in Art
2018 Sovereign Asian Art Prize Finalist
2016 “Art for Education”, Plaza Indonesia 26th Korea Making Today)”, Edwin’s Gallery, Jakarta
Anniversary, Plaza Indonesia, Jakarta 2015 Sovereign Asian Art Prize Finalist
2017 “Perjalanan Senyap”, Orbital Dago, Bandung, 2013 Graduation Show, MA Production Design for Film &
2016 “Janji Kang Jait”, APA Space, Plaza Indonesia, 2013 Bandung Contemporary Art Award Finalist Indonesia TV, Kingston University, London, United Kingdom
Jakarta 2012 Bandung Contemporary Art Award Finalist 2016 South East Asia Plus (SEA+) Triennale, National 2013 “Everyday is Like Sunday”, Langgeng Gallery,
2015 Bazaar Art Jakarta 2015, The Ritz-Carlton, Pacific 2008 Indonesian Art Award Finalist Gallery of Indonesia, Jakarta Magelang, Indonesia
Place, Jakarta 2016 “Beyond Masculinity”, Ark Galerie, Yogyakarta, 2012 “Fountain of Lamneth”, Gajah Gallery, Singapore
61
Elia Nurvista
63
Erika Ernawan
Education and Training 2017 “Migrating in Your Own Home”, Can’s Gallery, 2013 “100th S.Sudjojono”, Tonyraka Art Gallery, Bali, 2011 Jogja Biennale XI: “The Equator #1”, Yogyakarta,
2008–2010 M.F.A. Fine Arts, Faculty of Fine Art and 2016 Art for Education, Artdept, Jakarta 2013 SEA+ Triennalle, National Gallery, Jakarta 2010 “Veduta”, Bandung Initiative #5, Vanessa Art Link,
2009 Extension Course Culture and Philosophy, 2010 “Current(s)”, Soemardja Gallery, Bandung, Indonesia
2016 “Waiting for it to Happen”, Nadi Galleri, Platform3, 2012 Book Launching “Indonesian Art World” and Group
Parahyangan Catholic University, Bandung, Indonesia Jakarta Exhibition “RE. Claim”, National Gallery of Indonesia, 2010 “On Desire”, Duet with Erik Pauhrizi, Darga Gallery,
2003–2007 B.F.A. Fine Arts, Majoring in Painting, Jakarta Sanur Bali, Indonesia
2016 “The Artists’s Storage”, Duet with Erik Pauhrizi,
Faculty of Fine Art and Design, ITB, Bandung, Indonesia Platform3, Bandung, Indonesia 2012 “Mother Earth”, Green Art Space, Jakarta 2010 “Tribute to Sudjojono”, Rumah Proses, Bandung,
Indonesia
2016 Pameran Bersama Perupa/Pengajar Bandung, 2012 “Flow”, Michael Janssen Galerie, Berlin, Germany
Solo Exhibitions Bandung, Indonesia 2010 “Leisure on Mine, Play Dead #2”, Padi Art Ground,
2012 Kulturbeilage, Berlin, Germany
2011 “Der Spiegel: Her Space (subvert) His Gaze”, Viviyip Bandung, Indonesia
2016 Artstage, d’gallerie, Jakarta
2012 “Indonesian Contemporary Fiber Art#1: Mapping”,
Art Room, Jakarta 2009 “My Body”, Andi’s Gallery, Jakarta
2016 Bazaar Art, Jakarta Art:1, Jakarta
2012 “Ruhe in Frieden”, Lawangwangi Art & Science 2009 “Fairies”, Vivi Yip Art Room, Jakarta
2015 “The Contemporary Alternative”, Artsphere, Jakarta 2011 Bandung Contemporary Art Awards (BaCAA),
Estate, Bandung, Indonesia
Lawangwangi Art & Science Estate, Bandung, Indonesia Award and Scholarship
2015 “No Other Color”, Kunstkring, Jakarta
2017 “Migrating in Your Own Home”, Can’s Gallery,
2011 “Fluid Identity”, CG Art Space, Jakarta 2011 Residency and Studio Project in Berlin, Germany
Jakarta 2015 “Shout!”, The Meat Market Stable, MAV, Melbourne,
Australia 2011 “A Room of Her Own”, Dimensi Art Gallery,
Selected Group Exhibitions
Surabaya, Indonesia 2011 2nd place Winner Bandung Contemporary Art
2014 “Symbol; Spirit; Culture”, Edwin’s Gallery, Jakarta
2017 “Beyond Boundaries–Globalisierung and Identity”, Awards, Lawangwangi Art & Science Estate, Bandung,
2011 “Dysfashional Jakarta #6”, National Gallery of
Liechtenstein Landes Museum, Vanduz, Germany 2014 “Shout!”, Indonesian Contemporary Art, Museo Indonesia for artwork titled: “Mirror Sees Me” series
Indonesia, Jakarta
D’Arte Contemporanea, Roma, Italy
2017 “Mashup Syndicate”, Gudang Sarinah Ekosistem, 2008 Magister Program FSRD ITB Scholarship
2011 “Homo Ludens #2”, Emmitan Gallery, Surabaya,
Jakarta 2013 Indonesian Pavilion, Artstage Singapore
Indonesia
2017 “Perjalanan Senyap”, Orbital Dago, Bandung, 2013 “Undisclosed Territory #7”, Solo, Indonesia
2011 “Flight for Light: Indonesian Art and Religiosity”,
Indonesia 2013 ArtJog13, Taman Budaya Yogyakarta, Indonesia Art:1, Jakarta
2017 “Re-emergence”, Selasar Sunaryo Art Space, 2013 “Homoludens #4”, Bentara Budaya Bali, Indonesia
Bandung, Indonesia
65
Etza Meisyara
Education 2015 Bazaar Art Installation Works, Ritz Carlton Pacific Satellite # 5”, Institut Français d’Indonésie, Lawangwangi 2012 “Maximum City” Jakarta Biennale: Collaboration Art
2009 Intermedia and New Media Art, Bandung Institute of Place, Indonesia Creative Space, Bandung, Indonesia Work, National Gallery of Indonesia, Jakarta
Technology (ITB) Bandung, Indonesia 2015 “Temporal”, Installation Works & Sound 2014 “Terra Clout Union”, Experimental Acts & Sound, Awards
2015 Magister of Fine Art Practice, Bandung Institute of Performance, Gedung Gas Negara, Bandung, Indonesia IARC, Singapore
2015 2nd Winner, Young Creator of Tokyo Design Week
Technology (ITB) Bandung, Indonesia 2015 Jogja Art Moment, Jogjakarta Nasional Museum, 2014 “Gulayu Wants You!!” with Gulayu Arkestra, a
2015 Nominee, Gudang Garam Indonesia Art Award
2016 Sound Art—KLANG KUNST HBK Braunschweig, Indonesia performance in conjunction with SOUND: Latitudes and
Attitudes, Lasalle College of the Arts, Singapore 2015 Nominee, BaCAA Bandung Contemporary Art
Germany 2015 “Void”, Langgeng Art Magelang, Indonesia
Awards
2018 Master of Fine Art, Bandung Institute of Technology 2014 “05 Seniman, Suara, Ruang”, Sound Performance,
2015 “I don’t need to edit the reality, The reality is always
Gallery Geriliya, Bandung, Indonesia 2016 Nominee, Sovereign Asian Art Award Prize
(ITB) Bandung, Indonesia modifiying itself”, Gallery Gerilya, Bandung Indonesia
2013 “Space Intruders”, Sound Performance, Vanilla 2017 3rd Winner BaCAA Bandung Contemporary Art
Selected Exhibitions 2015 “Outdoor Analog”, Sound & Music Experiments,
Kitchen and Dine, Bandung, Indonesia Awards #5
and Performances Kent Ridge Park, Singapore
2013 “Tips for Those Who Wants to be a Spiritual Artist in 2017 Scholarship from Hochschule für Bildende Künste
2017 “Tilu”, Exhibition at KLANG KUNST HBK University 2015 “Constellation #4”, Sound & Music Performance,
Five Minutes”, Video Performance, Bandung and Germany Braunschweig (HBK) Professor Ulrich Eller
Braunschweig, Germany Toulon, France
2017 Sound Art Festival in Braunschweig, Germany 2013 “Video Sonic”, Video Art, Sunaryo Art Space,
2015 “Experimental Space”, Sound & Music Performance,
Bandung, Indonesia
2016 Installation Work, Titik Temu Art Space, Bandung, Reykjavic, Aleph
Indonesia 2013 “Video Killed Radiostar”, Video Art Screening,
2015 “Manifesto #4 Keseharian”, Pameran Besar Seni
Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia
2016 “Today’s Presence”, Sound Performance, VillaTelle Rupa Indonesia, National Gallery of Indonesia, Jakarta
Salse, Bandung, Indonesia 2013 “Art Act”, Sound Installation, Padi Art Ground,
2014 “Mencandra Tanda-Tanda Masa”, Opening Act:
Bandung, Indonesia
2015 Tokyo Design Week, Installation Works, Tokyo, Sound Performance, National Gallery of Indonesia, Jakarta
Japan 2013 “Dark Room”, Sound Installation, ITB Art Fair,
2014 “Constellations. Kubilai Khan Investigations
Bandung, Indonesia
67
Fika Ria Santika Irene Agrivina
Education 2017 “The Artling Pop-Up”, Artspace@Helutrans, Education 2010 “S.A.T.U/Saturn Analogy of Trans Urgency”, Next
2005–2010 Padang State University, Indonesia Singapore 1991–1996 Visual Communication Design (BA), Wave Festival, Melbourne, Australia
2017 “Knowing Incompleteness”, Gajah Gallery, Indonesian Institute of the Arts (ISI), Yogyakarta, Indonesia 2010 “C.O.S, Circle of Satan ver 0.2”, PlayAround Festival,
2010–2012 Post Graduate Indonesian Institute of Arts,
Yogyakarta, Indonesia Yogyakarta, Indonesia 2000–2003 Science of Religion and Culture Master Taiwan
2017 “Indonesia, BAKABA #6”, Jogja Gallery, Yogyakarta, Program, Sanata Dharma University, Yogyakarta, Indonesia 2011 “IB:SC”, Gaite Lyrique, Paris, France
Solo Exhibitions
Indonesia Media Art Projects: Performances/
2013 “[ s p a c e ]”, Tembi Rumah Budaya Yogyakarta dan 2011 “Open Apparel, Velocity”, KHM, Cologne, Germany
2016 “Redbase Young Artist Award Exhibition”, Jogja Installation/Platform/Interactive Media
Jakarta 2011 “Open Apparel, WORM”, Rotterdam, Netherland
Gallery, Yogyakarta, Indonesia 2003–2004 “Electrophonicanalog” (based on frequency
2012 “Melancholia: Voice from the Darkness”, Kersan Art 2011 “HOLYSHIT”, Jakarta Biennale, Jakarta
2016 “Third Space”, ROH Projects, Jakarta + electromagnetic spectrum), electro contact project
Studio, Yogyakarta, Indonesia
(collaboration with Daniel Hiu), live in public space, 2012 “HOLYSHIT”, Umahseni Gallery, Jakarta
Selected Group Exhibitions 2016 “Cadiak Indak Mambuang Pandai, BAKABA #5”,
Indonesia 2012 “C.O.S, Circle of Satan”, New Museum Triennial,
Jogja Gallery, Yogyakarta, Indonesia
2018 Art Jakarta, Indonesia 2004 “BLUEPOPROJECT”, fashion performance, New York, USA
2015 “Zona Biru, Pameran Bersama Perupa Indonesia-
2018 “Power, Play, Perception”, Gajah Gallery, Kuala Indonesia-Singapore-Malaysia 2012 “MICRONATION/MACRONATION 2012 Project”,
Malaysia”, Kersan Art Studio, Yogyakarta, Indonesia
Lumpur 2005 “CAUS#3 (Citizen Against UFO Secrecy #3)”, Langgeng Art Foundation, Yogyakarta, Indonesia
2015 “Horison, Residensi Transit”, Selasar Sunaryo Art
2018 “Medium at Play”, Gajah Gallery, Yogyakarta, Transmediale 05, Berlin 2012 “MICRONATION/MACRONATION 2012 Project”,
Space, Bandung, Indonesia
Indonesia 2006 “KINGDOM OF REBEL”, new media art project Cellsbutton #06 2012, Yogyakarta, Indonesia
2014 “Foreverfat Mural”, National Gallery of Indonesia,
2018 “Zaman Now, BAKABA #7”, Jogja Gallery, Indonesia-Malaysia, Kuala Lumpur 2012 “MICRONATION/MACRONATION 2012 Project”,
Jakarta
Yogyakarta, Indonesia 2009 “up:DATE”, HONF project/a tour, Nova Gorica, Celje, Moscow Biennale 2012, Moscow
2014 “Kini, BAKABA #3”, Jogja Gallery, Yogyakarta,
2018 “Efflorescence”, Gajah Gallery, Yogyakarta, Maribor, Ljubljana 2012 “MICRONATION/MACRONATION 2012 Project”,
Indonesia
Indonesia 2009 “up:DATE”, Indonesia-Romania, National Dance Science Museum, Moscow
2014 “Luar untuk Dalam”, Syang Gallery, Magelang,
2018 “Landscape’s Legacies”, Gajah Gallery, Singapore Theatre, Bucharest C.O.S, DOX, Prague 2012 “KOR#3 Black Energy”, B-Side, Manila
Indonesia
2018 Artstage Singapore, Singapore 2010 “P.A.D.I/Paradigm of Antidotes to Deconstruct the 2013 “KOR#3.5”, Fab Café, Tokyo
Awards
Infrastructure Performance”, Royal Danish Academy,
2017 “Menolak Sekaligus Merengkuh”, Nadi Gallery, 2014 Winners of Mural Design Contest National Gallery 2013 “Beast/Bloom for Thee: Biota Etc”, Canna Gallery,
Copenhagen
Indonesia of Indonesia Jakarta
2010 “P.A.D.I/Paradigm of Antidotes to Deconstruct the
2017 “Gajah Open House”, Gajah Gallery, Yogyakarta, 2016 Finalist Redbase Young Artist Award 2013 “WSIS + 10 Review Meeting”, UNESCO
Infrastructure Performance”, Narodni Technicka Knihovna
Indonesia Headquarters, Paris
Technicka, Prague
2013 “PiXELACHE”, Bricolabs Curatorial, Helsinki
2010 “Upgrade Paris #32-33-34”, Ars Longa, Paris
69
Kinez Riza
2014 “Jalan Emas”, The Game, Yogyakarta, Indonesia 2015 SOYA C(O)U(L)TURE - XXLAB, Prix Ars Electronica
(Next Idea), Voelstapine Art & Technology, Austria
2014 “WATI: Domestic Hacking”, Pixel Festival Bergen,
Norway 2015 Mac George Award, Australia
2015 “GROW KITCHEN”, Bel Ordinaire, Pau, France 2016 Runner up for the best concept and design, Jogja
Fashion Week 2016, Indonesia
2015 “SOYA C(O)U(L)TURE, Prix Ars Electronica (Next
Idea)”, Voelstapine Art & Technology, Austria 2017 Silver Award for IFVA (Incubator for Film & Visual
Media) 2017, New Media Art Category, Hong Kong Solo Exhibitions 2014 World Trade Center, Jakarta
2015 “SOYA C(O)U(L)TURE, Wasted Beauty”, ArtJog 2015,
Yogyakarta, Indonesia 2017 Vera List Prize Nominee, Centre of Arts and Politics 2012 d’Gallerie, Jakarta 2014 Museum Fatahillah, Jakarta
New School, New York, USA 2012 Art Dubai, United Arab Emirates
2015 “AFSNIT I Festival”, Stenlose, Denmark 2015 Art Bazaar, Jakarta
2015 “SOYA Colabs”, Yogyakarta, Indonesia 2014 “Unseen Photo Fair”, Amsterdam 2015 Hong Kong Land Group, China
2016 “SOYA C(O)U(L)TURE”, Museum Taiwan of Fine Art, 2015 Ruci Art Space, Jakarta 2016 Art Stage Jakarta, Jakarta
Taiwan 2015 Salian Art, Bandung, Indonesia 2017 Art Stage Jakarta, Jakarta
2016 “SOYA C(O)U(L)TURE”, Axe Direction, Montreal, 2016 Art Stage Singapore, Singapore 2017 World Trade Center, Jakarta
Canada
Selected Group Exhibitions 2017 Jogja Biennale, Yogyakarta, Indonesia
2016 “C6H12O6 + O2, Visualising the Invisible, Data for
2012 dia.lo.gue, Jakarta Award
Life”, Pacific Place, Jakarta
2013 Art Bazaar, Jakarta 2013 Featured Emerging Artist, Global Archive
2016 “Anyang Public Lab (APL) for APAP 5”, Anyang,
South Korea 2014 Geology Museum, Bandung, Indonesia Photography
2017 “C6H1206 + 02”, IFVA New Media Art Festival, Hong 2014 “LandArt Mongolia 360”, Orkhon Valley and
Kong Art Centre, Hong Kong Ulaanbaatar
71
Maharani Mancanagara
Education 2016 “Constituent Concreteness”, Mizuma Gallery, 2015 “Bandung Contemporary Art Award #4”, 2013 Soemardja Award, Galeri Soemardja, Bandung,
2008–2013 Bandung Institute of Technology, Faculty of Singapore Lawangwangi Creative Space, Bandung, Indonesia Indonesia
Art and Design, Printmaking Studio, Indonesia 2016 “Kolektif Kolegial”, Cemeti Art House, Yogyakarta, 2015 “Jerman Fest: Market Share”, Pasar Tebet Timur, 2013 “Lima Pembuka Tabir”, Roemah Seni Sarasvati,
2017 “Parodi Partikelir”, Visma Gallery, Surabaya, 2016 “Kecil itu Indah”, Edwin’s Gallery, Jakarta 2015 “SHOUT! Mapping Melbourne 2015”, Melbourne, 2012 “Ranah Bertabur Kreasi”, Medco, Jakarta
Indonesia Australia
2016 “Art Mosphere”, Galleries Lafayette, Pacific Place, 2012 “Design Statement: A Design Weekend, Industrial
2018 “Zero Sum Game”, Galeri Soemardja, Bandung, Jakarta 2014 “Arte Indonesia 2014, Regenerasi”, Jakarta Design Exhibition”, dia.lo.gue Artspace, Jakarta
Indonesia Convention Centre, Jakarta
2016 Art Stage Jakarta—Bale Project, Ballroom Sheraton 2012 “The Billboard Art Project”, Digital LED Billboards
Selected Group Exhibitions Hotel, Gandaria City, Jakarta 2014 “BEXCO Young Artist Award”, Art Show Busan 2014, Exhibition, Salem, Oregon, USA
Busan, South Korea
2017 “Kaya Kayu: Care of Wood”, The Space The Parlor, 2015 “Aku Diponegoro”, National Gallery of Indonesia, 2012 “15×15×15 Mini Art Project #4: Mind Eye Perception”,
Bandung, Indonesia Jakarta 2014 “Detournement”, Duo-Solo Exhibition, ROH Projects, Galeri Soemardja, Bandung, Indonesia
Jakarta
2017 “Bandung Drawing Festival”, NuArt Sculpture Park, 2015 “Contemporary Alternative”, Ar+otel, Jakarta 2012 “Atlanta Billboard Art Project”, Digital LED
Bandung, Indonesia 2014 “When in Bali Do Like the Balinese Do”, Kendra Billboards Exhibition, Atlanta, Georgia, USA
2015 “Connection, Commemorative 60th Years of Asian
Artspace, Bali, Indonesia
2017 “Mereka-reka”, Galeri Lorong, Yogyakarta, Indonesia African Conference”, Roemah Seni Sarasvati, Bandung, Awards
Indonesia 2014 “Indonesia Sekarang”, Plaza Indonesia, Jakarta
2017 “Ace Mart”, Ace House Collective, Yogyakarta, 2013 Finalist, Gudang Garam–Indonesia Art Award,
Indonesia 2015 “Void”, Langgeng Gallery, Magelang, Indonesia 2014 Korea International Art Fair 2014, COEX Hall A&B, Yayasan Seni Rupa Indonesia, National Gallery of
Seoul Indonesia, Jakarta
2017 “Kecil Itu Indah #15”, Edwin’s Gallery, Jakarta 2015 “Artmoments Jogja”, Jogja National Museum,
Yogyakarta, Indonesia 2014 “Art Tech”, Art Dept and Samsung, Pacific Place, 2013 First Prize, Soemardja Award, Galeri Soemardja,
2017 “Re:Emergence”, Selasar Sunaryo Art Space, Jakarta Bandung, Indonesia
Bandung, Indonesia 2015 “Langkah Kepalang Dekolonisasi”, National Gallery
of Indonesia, Jakarta 2014 “Bandung New Emergence vol. 5”, Selasar Sunaryo 2014 Finalist, BEXCO Young Artist Award, Art Show
2017 “Equidistant Night”, Provenance Gallery, Manila Artspace, Bandung, Indonesia Busan, Busan, South Korea
2015 “Art Sneakers”, Art Bazaar Jakarta, Pacific Place,
2017 “X”, Orange Gallery, Bacolod, Philippines Jakarta 2014 “Symbol, Spirit, Culture”, Edwin’s Gallery, Jakarta 2015 Finalist, Gudang Garam–Indonesia Art Award,
2017 “What You Wear is (Not) What You Are, You are (Not) Yayasan Seni Rupa Indonesia, National Gallery of
2015 “Gagasan: Getok Tular”, Omni Space, Bandung, 2013 Indonesia Art Award 2013, National Gallery of
What You Wear”, The Warehouse, Jakarta Indonesia, Jakarta
Indonesia Indonesia, Jakarta
2017 “Infamy”, Pinto Art Museum, Antipolo, Philippines 2015 Finalist, Bandung Contemporary Art Award #4,
2015 “Bardo”, Edwin’s Gallery, Jakarta 2013 “Bandung Contemporary: Disposition”, Selasar
Lawangwangi Creative Space, Bandung, Indonesia
2016 “Historia Docet, Historia Vitæ Magistra”, d’Gallerie, Sunaryo Art Space, Bandung, Indonesia
2015 “New Future”, Art:1 New Museum, Jakarta
Jakarta 2013 “Stepping into the Light”, Tugu Kunstkring Paleis,
2015 “Friends and Family”, ROH Projects, Jakarta
2016 “A.S.A.P”, G13 Gallery, Kuala Lumpur Jakarta
2015 “Gudang Garam Indonesia Art Award—Respublica”,
2016 “Redraw II: Discovery”, Edwin’s Gallery, Jakarta 2013 “Spot Art”, MICA Building, Singapore
National Gallery of Indonesia, Jakarta
73
Maradita Sutantio
Education 2016 “Hidden Treasure”, Museum Tekstil, Jakarta 2013 “Collision of Nature and Culture”, Art Bromo, Java 2011 “Contemporary Landscape”, Lawang Wangi,
2003–2007 Bandung Institute of Technology, Faculty of Banana Art Gallery, Bromo, Indonesia Bandung Artist Studio Exhibition, Paris Van Java Mall,
2015 “The Interconnectedness”, Wastu Creative Space,
Arts and Design majoring in Textile and Craft (S.Ds/BA) Bandung, Indonesia
Bandung, Indonesia 2013 “Indonesia Frying Tofu”, Soemardja Gallery,
2016–2018 Bandung Institute of Technology, Faculty of Bandung, Indonesia 2011 “Fluid Identity”, CG Art Space, Jakarta
2015 KSCS International Exhibition of Color Works,
Arts and Design majoring in Fine Art Soongsil University, Korea 2012 “Indonesia Contemporary Fiber Art #1: Mapping”, 2011 “Fiber Face 3”, Indonesian International Fiber Art
(M.Sn/MA) Art:1 Mondecor, Jakarta Exhibition, Taman Budaya Yogyakarta, Indonesia
2014 “Manifesto No. 4”, National Gallery of Indonesia,
Solo Exhibitions Jakarta 2012 “Renegotiating Boundaries”, Lawangwangi Art and 2010 “Bandung New Emergence vol. 3”, Selasar Sunaryo,
2014 “Identity Parade”, ViaVia Alternative Space, Science Estate, Bandung, Indonesia Bandung, Indonesia
2014 “ARTE–Indonesian Art Festival”, Jakarta
Yogyakarta, Indonesia 2012 “International Color Works”, Korea Society of Color 2010 “Play Dead 2, Leisure All Mine”, Galeri Padi,
2014 KSCS International Exhibition of Color Works,
2013 “Equanimity”, Artsphere Gallery, Jakarta Studies, Xi Gallery, Seoul Bandung, Indonesia
Seogyodong Xi Gallery, South Korea
2012 “I am You”, Galeri Gerilya Bandung, Indonesia 2012 “KSDT International Design Trend”, Korea Design 2010 Korea International Art and Design Exhibition,
2013 “Spot Art”, Parallel exhibition to the Singapore
Center Exhibition, Seongnam, South Korea South Korea
Biennale, MICA Building, Singapore
Selected Group Exhibitions 2012 “Reposisi”, National Gallery of Indonesia, Jakarta 2010 “The 7th Asia Fiber Art (AFA) Exhibition”, Beijing
2013 “Art at Your Own Risk: Frying Tahu”, Santeria
2017 “Emang Jadi Pilihan”, Lawangwangi Creative Space, Milano, Milan, Italy 2012 “15 × 15 × 15 Mini Art Project #4: Mind-Eye”, 2010 “Upperdogs”, Garasi 10, Bandung, Indonesia
2017 “Emang Jadi Omongan”, Galeri Hidayat, Bandung, Design Trend, Gyeonggi–Do, South Korea 2011 “PMR CUBE Contemporary Culture Interplay”, Bandung, Indonesia
Indonesia Sampoerna Strategic Building, Jakarta
2013 “Pasar Seni Jakarta 2013”, Gelora Bung Karno, 2009 “Fiber Face 2 Evolution”, Taman Budaya Yogyakarta,
2017 A Group Show; Platform3 Gallery, Bandung, Jakarta 2011 “La Composition Seduisante”, Edwin’s Gallery, Indonesia
Indonesia Jakarta
2013 Art Bazaar 2013, Pacific Place, Jakarta 2008 “The 6th International Asia Fiber Art (AFA)
2017 “Getok Tular 2: Spacing Out”, Omni Space, Bandung, 2011 “The 8 Asia Fiber Art (AFA) Exhibition”, Perak,
th
Exhibition”, Bentara Budaya, Jakarta
2013 KSCS International Exhibition of Color Works,
Indonesia Malaysia
Korea Design Center Gallery, South Korea
2016 “Fiber Face 4”, Taman Budaya Yogyakarta Beaten
Bark, Yogyakarta, Indonesia
75
Natasha Tontey
Education 2018 ‘MASS’ working as collaborator for Auto Italia South- 2014 Youth of Today, at Ruang MES56, Yogyakarta, 2016 Judge Award Shuji Nagai (Tokyo Culturart BEAMS)
2007–2011 BA Visual Communication Design, East, at Cemeti Institute for Art and Society, Yogyakarta, Indonesia at Unknown Asia
Universitas Pelita Harapan Indonesia
2014 Exquisite Corpstallation (working with Kunci 2016 Judge Award Hiro Sugiyama (Enlightment Japan) at
Solo Exhibition 2017 Craft as Method of Thinking at Galeri Lorong Cultural Studies Centre and Dr. Marnie Badham & Alia Unknown Asia
(Yogyakar ta, Indonesia) Gabres of Footscray Arts), at Ace House Collective,
2018 “Almanak”, Cemeti Institute for Art and Society, 2016 Judge Award Keita Kusaka (Dentsu Kansai/UFO
Yogyakarta, Indonesia
Yogyakarta, Indonesia 2017 Koganecho Bazaar 2017 at Koganecho Area Conductor) at Unknown Asia
Management, Yokohama, Japan 2013 SEKS VOL. 3, at Waga Gallery, Jakarta, Indonesia
Performances 2016 Playking Grant 2016 for Next Wave Festival 2016
2017 Here is Zine Tokyo 15 at Tokyo CultuArt by BEAMS, 2013 The Age of Photography, at Tony Raka Gallery, Ubud, together with Rafaella McDonald, Australia
2018 LA DANSE MACABRE (in collaboration with Tokyo, Japan Indonesia
choreographer I Putu Bagus Bang Sada Graha Saputra) for 2009 Indonesian Graphic Design Award,
Indonesian Dance Festival 2016 OKVIDEO MuVi Festival, at Ruangrupa Gudang 2013 Body Festival, at Ruangrupa, Jakarta, Indonesia Indonesia
Sarinah Ekosistem, Jakarta, Indonesia
2018 The work was presented several times as work in Selected Press / Publication / Interviews Residency
progress in: ASIA DRAMATURGS NETWORK September 2016 UNKNOWN ASIA 2016 at Herbis Hall, Osaka, Japan
2019 The Future is A Cockroach, Interview by Schloss- 2019 >>Planetary Glitch<< Web Residency by ZKM &
2018(Yogyakar ta, Indonesia) 2016 Toko Pura-pura (Ruangrupa Quasi-shop)’ at Asia Ar t Post (Akademie Schloss-Solitude & ZKM) Akademie Schloss-Solitude
2018 Jejak-Tabi Exchange: Wandering Asian Archive, Hong Kong
2018 The Fear Producer’ written by Nuraini Juliastuti of 2015 Koganecho Bazaar 2015, Yokohama, Japan
Contemporary Per formance 2018 (Yogyakarta and Kuala 2016 Fieldtrip Project at Ruangrupa Gudang Sarinah KUNCI Cultural Studies Center (October 2018)
2014 Youth Of Today, Ruang MES56, Yogyakarta,
Lumpur) Ekosistem, Jakarta, Indonesia
2018 Alia Swastika ‘Merayakan Feminisme Baru’ Indonesia
2018 Jalur Pinggir Tak Selalu Ada di Peta Kota at Institut 2016 Next Wave Festival 2016 (Melbourne, VIC, Australia) published at Koran Tempo July 2018
Francais Indonesie, Yogyakarta, Indonesia
2015 Unjuk Rasa: Protest and Political Affirmation in 2018 Mempertebal Harapan Dari Panggung “Pinggiran”,
2017 Makan Mayit, a self initiated per formative dinner Poster Design, at C20 Library, Surabaya, Indonesia written by Michael HB Raditya, published in terasseni.
2016 Angkot Alien (in collaboration with Rafaella com on May 2018, ht tp://www.teraseni.com/2018/05/
2015 Koganecho Bazaar 2015, at Koganecho Area
McDonald) at NEXT WAVE Festival 2016 in Melbourne, mempertebal-harapan-dari-panggung.html
2015 Management Center, Yokohama, Japan
Australia Awards and Grants
2015 LIMINAL, at Cemeti Art House, Yogyakarta,
Selected Group Exhibitions 2016 OK Video, MUVI Party Festival 5 best Music Video
Indonesia
2018 ‘THE INSTRUMENT BUILDERS PROJECT - from OK Video Ruangrupa
2014 ‘Mama Nggak Boleh Tahu’ Router Art Project, at
Circulating Echo’, at Kyoto Art Centre (Kyoto, Japan)
Cemeti Art House, Yogyakarta, Indonesia
77
Octora
Education 2016 “What Can We All Agree On”, VCA Student Gallery, 2011 “Beastly”, Cemeti Art House, Yogyakarta, Indonesia Awards
2016 Master of Contemporary Art, Victorian College Melbourne, Australia and Salihara Gallery, Jakarta 2017 Fiona Myer Awards for excellence, Faculty of VCA
of The Arts, The University of Melbourne, Melbourne, 2016 “Kait Kelindan”, Salihara Gallery, Jakarta 2011 “Sculpture Triennale #1: Ekspansi (Expansion)”, and MCM, The University of Melbourne
Australia National Gallery of Indonesia, Jakarta
2016 “Historia Docet Historia Vitæ Magista”, d’Gallerie, 2016 Mentorship Award, Faculty VCA and MCM, The
2002 Bachelor of Fine Art (Sculpture), Faculty of Art Jakarta 2011 “Motion Sensation”, Edwin’s Gallery, Jakarta University of Melbourne
and Design, Bandung Institute of Technology, Bandung,
2015 “Maju Kena, Mundur Kena”, Jakarta Biennale 2015 2011 “Jogja Biennale XI: The Equator #1, India”, Jogja 2013 Runner-up of Trimatra National Competition,
Indonesia
National Museum, Yogyakarta, Indonesia held by Indonesian Ministry of Tourism and Creative
2015 “(Neither Forward nor Back: Acting in the Present)”,
2001 Bachelor of Law, Faculty of Law, Parahyangan Industries, Salihara Gallery, Louis Vuitton, Jakarta
Jakarta 2010 “Mental Archieve”, Cemeti Art House, Yogyakarta,
Catholic University, Bandung, Indonesia
Indonesia 2012 Winner at Bandung Contemporary Art Awards
2015 “Mapping Melbourne 2015, Independent
Solo Exhibitions
Contemporary Asian Arts: SHOUT!”, The Meat Market 2010 “Landing Soon #6–#11”, Erasmus Huis, Jakarta
2015 “On The Edge of Awareness”, Canna Gallery, Jakarta Stables, Melbourne, Australia
2009 “Asian Art Project: Darimana?”, Ma-Sui Gallery,
2012 “After Happiness”, d’Gallerie, Jakarta 2014 “Playing with Boundaries, Tetangga Seniman”, Al- Kawaguchi, Japan
2011 “Mimi/Secret”, Stock20, Taichung, Taiwan Munawir Islamic Education Centre, Yogyakarta, Indonesia
2009 “Everything You Know About Art is Wrong”, Selasar
2007 “The Nonya’s Project”, Centre Culturel Français de 2014 “Di Antara/In Between”, Salihara Gallery, Jakarta Sunaryo Art Space, Bandung, Indonesia
Bandung (CCF Bandung), Bandung, Indonesia 2014 “Sculpture Triennale #2: Versi (Version)”, National 2009 “Landing Soon #10”, Cemeti Art House, Yogyakarta,
2017 VCA Master Graduate Show 2017, Margaret 2012 “Manis”, Centre Intermondes, La Rochelle, France 2008 “Bandung New Emergence Vol. 2”, Selasar Sunaryo
2017 “Power and Other Things”, BOZAR (Centre for Fine Crafting Identity”, North Art Space, Jakarta 2008 “15 × 15 Exhibition: Metaphoria”, Soemardja Gallery,
79
Prilla Tania
Education 2016 “Neglected Ordinaries”, Redbase Foundation, 2011 “Contemporary Landscape”, Lawangwangi, 2008 “Beyond the Boundary”, IASKA (International Art
2001 BA Faculty of Art and Design, Sculpture Studio, Yogyakarta, Indonesia Bandung, Indonesia Space Kellerberrin Australia)
Bandung Institute of Technology 2015 “Vertical Horizon”, ICAD, Grand Kemang, Jakarta 2010 “Close The Gap: Indonesian Art Today”, MiFA, 2008 “The Past, The Forgotten”, Bizart, Shanghai,
Solo Exhibitions Melbourne, Australia China; Rumah Seni Yaitu, Semarang; Erasmus Huis,
2014 “Fukuoka Triennale 5”, Fukuoka Asian Art Museum,
Jakarta; Rumah Seni Cemeti, Yogyakarta, Indonesia; The
2013 “E”, Selasar Sunaryo Art Space, Bandung, Indonesia Fukuoka, Japan 2010 “Contemporary Art Indonesia-ID”, Kunstraum
Netherlands Institute of War Documentation (NIOD),
Kreuzberg/Bethanien, Berlin
2012 “Ik Ben De Chloroman, Hier Heden”, Den Haag, The 2014 “Media/Art Kitchen”, Aomori Contemporary Art Amsterdam; Artotek, Den Haag, The Netherlands
Netherlands Center, Aomori, Japan 2010 “MEDIACTION”, Chiyoda Arts 3331, Tokyo
2007 “Intimate Distance, Indonesian Women Artists”,
2011 “Video Out, Focus On Prilla Tania; 5th OK.Video 2014 “ArtJog 2014: Legacies of Power”, Yogyakarta, 2010 “Eattoipa”, Taiwan International Video Art Indonesian National Gallery, Jakarta with VideoBabes,
Festival, Flesh”, Linggar Seni, Jakarta Indonesia Exhibition, Hong Gah Museum, Taipei Indonesia
2009 “Mikrokosmos”, MD Art Space, Jakarta 2014 “Not a Dead End”, Jogja Biennale XII, Jogja National 2010 “Lihat! Video Art from Indonesia”, Jesús Gallardo, 2007 “OK Video Militia”, Jakarta International Video
Museum, Yogyakarta, Indonesia León, Mexico Festival, Indonesian National Gallery, Jakarta
2008 “Tanah di Dasar Samudera”, Cemara 6 Gallery,
Jakarta 2014 “Crossing Contemporary Culture”, MiFA, 2010 “n.b.k. Video-Forum”, Neuer Berliner Kunstverein, 2006 Jakarta Biennale, “Beyond”, Cipta II Gallery, Taman
Melbourne, Australia Berlin, Germany Ismail Marzuki, Jakarta
2005 “Watching me watching you watching me, Room#1”,
Bandung, Indonesia 2014 “Inside The Moment”, Crane Arts, Philadelphia, USA 2009 “Halimun”, Lawangwangi Art and Science Estate, 2006 “Passing on Distance”, Base Gallery, Tokyo
Bandung, Indonesia
2003 “Phiruku”, CCF Bandung, Indonesia 2012 “Drift”, Ruang Rupa, Jakarta 2006 “Fraicheur de vivre”, public art project in
2009 “Beyond The Dutch”, Centraal Museum Utrecht, The TransJakarta stations, Jakarta
Selected Group Exhibitions 2012 “Manifesto #3”, National Gallery of Indonesia,
Netherlands
Jakarta 2005 “OK Video Subversion”, Indonesian National Gallery,
2017 “Pekan Seni Media”, Pekanbaru, Indonesia 2009 “Fluid Zones”, Jakarta Biennale, Indonesian
2012 “The Fountain of Lamneth”, Gajah Gallery, Jakarta, with Rani Ravenina, Indonesia
2016 “Panoptic”, Galeri Cipta, TIM, Jakarta National Gallery, Jakarta with VideoBabes, Indonesia
Singapore
2016 “Hacking Urban Reality #3”, DIAS, Vallensbaek 2008 “MANIFESTO”, Indonesian National Gallery, Jakarta
2012 “Bandung Contemporary Art Awards #2”,
Station, Copenhagen Lawangwangi Art and Science Estate, Bandung, Indonesia 2008 “The Past, The Forgotten”, Singapore National
2016 “Koneksi/Connectie: Rethinking Home”, Niew Museum, Singapore
2011 “Flight for Light: Indonesian Art and Religiosity”,
Dakota, Amsterdam Art:1 New Museum, Jakarta
81
Restu Ratnaningtyas
Education 2016 “Fast and Forward”, Cemeti Art House, Yogyakarta, 2012 “Personal Project”, dia.lo.gue Artspace, Jakarta 2010 ArtJog 2010, Taman Budaya Yogyakarta, Indonesia
2018 “Redraw 3”, Edwin’s Gallery, Jakarta 2013 “Not a Dead End”, Biennale Jogja, Yogyakarta, 2011 “Beastly”, Cemeti Art House Yogyakarta, Salihara 2010 “Hotwave#1”, Cemeti, Yogyakarta Indonesia
2018 “Multipolar: Pameran Manifesto 6”, National Gallery Indonesia Gallery, Jakarta
2010 “+ Road”, Cemeti, Yogyakarta Indonesia
of Indonesia, Jakarta 2013 “Art Gwangju 2013”, Dong-gu, Gwangju, South Korea 2011 “Tongtong Festival”, The Hague, The Netherlands
2017 “Performing Craft”, Galeri Lorong, Yogyakarta, 2013 “Mnēmonikos: Art of Memory”, Jim Thompson Art 2011 “Brest: Mengintip Laut”, LIP Yogyakarta, Indonesia
Indonesia Center, Bangkok
2011 ArtJog 2011, Taman Budaya Yogyakarta, Indonesia
2017 “POLA”, Jim Thompson Art Center, Bangkok 2013 “Dobrak”, Cemeti Art House, Yogyakarta, Indonesia
2010 “Wouw!”, Tujuh Bintang Gallery, Yogyakarta,
2016 “Art With Purpose”, Museum Nasional Indonesia, 2013 Krack studio launching, Yogyakarta, Indonesia Indonesia
Jakarta
2013 “Girls Gang of Indonesia”, Newagency Gallery, 2010 “+ ROAD”, Cemeti Art House Yogyakarta, Indonesia
2016 “Beyond Masculinity”, Ark Gallery, Yogyakarta, Sydney, Australia
2010 “Hotwave #1”, Cemeti Art House Yogyakarta,
Indonesia
2013 “BACAA #3”, Lawangwangi Artspace, Bandung, Indonesia
2016 “Concept Context Contestation: Art and the Indonesia
2010 “The lazy dog jumps over the quick brown fox”,
Collective in Southeast Asia”, Cemeti Art House,
2012 “Mom, My Dearest”, Via Via Café, Yogyakarta, Smarta Gallery, Jakarta
Yogyakarta, Indonesia
Indonesia
83
Sanchia Tryphosa Hamidjaja
Education 2014 KIAF (Korean International Art Fair) with ROH Published Works 2014 Vodka & Latte Dog Grooming, Kemang, Jakarta,
2002–2004 Bachelor Degree of Communication Design Gallery, Seoul 2016 Stack City Coloring Book, published by Gramedia Indonesia
Swinburne National Institute of Design, Melbourne, 2014 “Symbol, Spirit, Culture”, Edwin’s Gallery, Jakarta, Pustaka 2014 Packer Lodge, Kemurnian, Jakarta, Indonesia
Australia Indonesia Commissioned Mural Works 2014 Pong Me! Ping Pong Lounge, Gunawarman, Jakarta,
Solo Exhibitions 2014 “Redraw”, Edwin’s Gallery, Jakarta, Indonesia Indonesia
2017 Go-Jek Office Mural, Pasaraya, Jakarta, Indonesia
2011 “The Yin & Yang Dogs”, Inkubator Asia Gallery, 2014 “Manifesto”, National Gallery of Indonesia, Jakarta, 2012–2013 Kosenda Hotel, Wahid Hasyim, Jakarta,
2016 Nike Store Gandaria City, Jakarta, Indonesia
Jakarta Indonesia Indonesia
2015 Kiubi Waxing Studio, Tanjung Duren, Jakarta,
Selected Group Exhibitions 2014 Collaboration Zine with Empat Lima (Australia), Art Biennale
Indonesia
2018 “On Traces”, Edwin’s Gallery, Jakarta, Ruang Rupa, Jakarta, Indonesia
2015 The Cubbyhole Restaurant, Temple Trees, Senopati, 2015 Jakarta Biennale “Maju Kena Mundur Kena”,
Indonesia 2014 “Scribble Project”, Melbourne, Australia Gudang Sarinah, Jakarta, Indonesia
Jakarta, Indonesia
2017 “Kecil itu Indah”, Edwin’s Gallery, Jakarta, 2013 “Begadang Neng?”, Ruang Rupa Gallery, Jakarta, Art Residencies
2015 Nam Nam Noodle, Plaza Indonesia, Jakarta,
Indonesia Indonesia Indonesia 2017 Comic Art Workshop, Krack! Studio, Yogyakarta,
2016 “Pong Pong Balong”, dia.lo.gue Artspace, Jakarta, 2012 Rachel Gallery Opening Exhibition, UOB Building, Indonesia
2015 Nam Nam Noodle, Gandaria City, Jakarta, Indonesia
Indonesia Jakarta, Indonesia
2014 Club Kembang (Sekolah Kembang), Kemang, 2016 Exquisite Corpstallation, Footscray Community Art
2016 “FemaleArtivism-Jakarta!”, FCAC, Gabriel Gallery, 2012 “Blended By Desire”, Michael Janssen Gallery, Center, Melbourne, Australia
Jakarta, Indonesia
Melbourne, Australia Gillman Barracks, Singapore
2015 “Ugly”, ArtDept, Jakarta, Indonesia 2011 “Finding Me” Gallery Semarang, Semarang,
Indonesia
85
Syagini Ratna Wulan
Education 2015 “Effervescence”, ROH Projects, Gillman Barracks, 2012 “Fountain of Lamneth”, Gajah Gallery, Singapore 2010 “Post-Psychedelia”, Selasar Seni Sunaryo, Bandung,
2016 “Bazaar Art”, ROH Projects, Jakarta 2012 Singapore Art Museum, Singapore
2010 “Shopping”, Nadi Gallery, JAD, Jakarta
2016 Art Stage Jakarta, ROH Projects 2012 Bandung Pavilion, Shanghai Biennale, Shanghai
87
Tara Astari Kasenda Theresia Agustina Sitompul
Education 2016 “A.S.A.P”, G13 Gallery, Selangor, Malaysia Education 2017 “Slow Fashion Lab”, Ark Galerie, Yogyakarta,
2008–2013 Bachelor of Fine Arts Bandung Institute of 1999–2007 Fine Art dept. Printmaking, Indonesia Indonesia
2016 “Mulat Sarira Nagri Parahyangan”, NuArt Sculpture
Technology (ITB), Bandung, Indonesia Faculty of Fine Art Park, Bandung, Indonesia Institute of Art, Yogyakarta 2017 “Babon, Bumbon #2”, Project Bale Banjar Sangkring,
and Design, majoring in Painting Yogyakarta,Indonesia
2015 “Bipolarity to Multipolarity”, Yogyakarta, Indonesia 2009–2011 Postgraduate, Fine Art Dept. Printmaking,
2018 Ongoing to obtain Master of Arts in Indonesia Institute of Art Yogyakarta 2017 “BukuMini II, JuaraDunia”,Yogyakarta,Indonesia
2015 “AGSI Artsy Weekend”, Edwin’s Gallery, Jakarta
Transdisciplinary New Media, Paris College of Art, Paris
Solo Exhibitions 2017 “Sikat Sekat”, TamanBudayaSurakarta,Indonesia
2015 “Bazaar Art Jakarta 2015”, Jakarta
Solo Exhibitions
2014–2015 “Pada Tiap Rumah Hanya Ada Seorang 2016 SEA+Triennale“ENCOUNTER: Art from Different
2015 “New Future, The 3rd Korea-Indonesia Media
2015 “Wheedled Beings”, Art Taipei 2015, Taipei Ibu (within each house there is only a mother)”, Bentara Lands”, National Gallery of Indonesia, Jakarta
Installation Art Exhibition”, Art:1 Museum, Jakarta
Budaya,Jakarta,Bali,Solo,Yogyakarta,Indonesia
2015 “Section for Young Emerging Artist”, Taipei 2016 “Bazaar Art Jakarta”, RitzCarltonBallroom,Jakarta
2015 “VOID”, Langgeng Gallery, Magelang, Indonesia
2012 “Prints of the Book of Genesis: Seeds of Peace”,
2014 “Somatic Markers”, Langgeng Art Foundation (LAF), 2016 “Collective Society (GrafisMinggiran)” BEKRAF
2015 “Here-There-Everywhere”, Galeri Semarang, Lawang Wangi, Bandung, Indonesia
Yogyakarta, Indonesia SPACE,ArtStage2016,SheratonGrandJakarta
Semarang, Indonesia
2011 “Spirit of Noah”, BentaraBudaya,Yogyakarta,
2013 “Taksa”, Ark Galerie, Jakarta 2016 “Print Parade #02”, StudioGrafisMinggiran,
2014 “Mini Mart Now”, Pasar Seni ITB 2014, Bandung, Indonesia
Selected Group Exhibitions Yogyakarta,Indonesia
Indonesia
2010 “Happyartland”, Vivi Yip Art Room 2, Jakarta
2017 “Bandung Contemporary Art Awards #5 (BaCAA 2016 “ArtJog9:Universal Influence”, JogjaNational
2014 “Hole In The Wall”, Ruci Gallery, Jakarta
2010 “Happyartland”, SBinArtPlus,Singapore Museum,Yogyakarta,Indonesia
#5)”, Lawangwangi Art Space, Bandung, Indonesia
2014 “Cut & Re-Mix”, Jogja Gallery, Yogyakarta, Indonesia
2009 “Confession”, Vivi Yip Art Room, Jakarta 2016 “Charity Art and DesignAgainst Cancer”,Jakarta
2017 “Murni”, Grand Kemang Hotel, Jakarta
2014 “Kamarisahari”, Hidayat Gallery, Bandung,
2009 “Confession”, RichardKohFineArt,Kuala Lumpur 2016 “Singapore Contemporary”, SuntecCity,Singapore
2017 “X”, Orange Gallery, Bacolod, Negros Occidental, Indonesia
Philippines 2004 “Yearnin”, Via-Via Café, Yogyakarta, Indonesia 2016 “Bumbon”, Sangkring Artspace, Yogyakarta,
2013 “Everyday is Like Sunday”, Langgeng Gallery,
2017 “Equidistant Night” Selected Group Exhibitions Indonesia
Magelang, Indonesia
2017 “Young Artists”, Provenance Gallery, Shangri-La at 2017 “ASYAAF- Asian Students and Young Artists Art 2016 “Martell Contemporary Art Exhibition Historia
2012 “Humanity in Motion”, Mercantile Athletic Club,
the Fort, Manila Festival”, LVS Project, Seoul Docet, Historia Vitæ Magistra”, d’Gallerie, Jakarta
Jakarta
2017 “Bazaar Art 2017”, The Ritz Carlton, Jakarta 2017 “Art Jakarta 2017”, TheRitzCarltonJakartaPacific 2015 “Mencegah Bara”, GaleriFatahillah,Jakarta
2012 “ArtJog 12, Looking East: A Gaze Upon Indonesian
Contemporary Art”, Taman Budaya Yogyakarta, Yogyakarta, Place,Jakarta 2015 “Belum Ada Judul”, Sangkring Art Space,
2017 “Sekata Living”, BRAVACASA, The Ritz Carlton,
Jakarta Indonesia 2017 “Pekan Seni Grafis Yogyakarta (GrafisMinggiran)”, Yogyakarta,Indonesia
2012 “Lubberland”, W Space Kemang, Jakarta Jogja National Museum, Yogyakarta, Indonesia 2015 5th Anniversary Exhibition, Element Art Space,
2017 “Social Turbulence”, Edwin’s Gallery, Jakarta
2017 “Peek × Grafis Minggiran IntaglioExhibition”,Dong Singapore
2016 “Universe Behind the Door”, Ar+otel, Jakarta 2012 “Kartini Effect”, Medco, Jakarta
PoColonialCafe,Singapore 2015 Fundraising Biennale Yogya, RUCI Art Space,
2016 “Bazaar Art Jakarta 2016”, The Ritz Carlton, Jakarta 2011 “Lavishly Silent”, Lawangwangi Art Space, Bandung,
2017 “Itoo am Untranslatable”, RuciArtSpace,Jakarta Yogyakarta,Indonesia
Indonesia
2016 “Waiting for It to Happen”, Nadi Gallery, Jakarta 2015 31st Dies Natalis ISI, ISI Yogyakarta, Indonesia
Award 2017 “Interpersonal Encounter Exhibition”, Museumdan
2016 “Saya Kata Maka Saya Percaya”, Galeri Chandan, Tanah Liat, Yogyakarta, Indonesia
Kuala Lumpur 2017 Finalist, Bandung Contemporary Art Award (BaCAA)
#5
89
Yaya Sung
2014 “ArtJog 14: Legacies of Power”, TamanBudaya 2013 “Girl Gangs of Indonesia”, News agency Gallery, Education 2015 “Wanita: Female Artivism-Jakarta”, Footscray
Yogyakarta,Indonesia Sydney 2004–2008 BA, Visual Communication and Design, Community Art Center, Gabriel Gallery, Melbourne,
University of Pelita Harapan, Jakarta Australia
2014 “Manifesto #4: Keseharian”, National Gallery of 2013 Fundraising “Steak Daging Kacang Ijo”, Museum
Indonesia, Jakarta danTanahLiat,Yogyakarta,Indonesia 2009–2010 Pre-Master for Fine Art Programme, 2015 “NOW: Here–There–Everywhere”, Semarang
Cambridge School of Visual and Performing Arts Contemporary Art Gallery, Semarang, Indonesia
2014 “Wood & Good: Meta-Kriya Nusantara”, Ciputra 2013 “Dermawan untuk Darmawan”, Nadi Gallery,
ArtpreneurCenter,Jakarta Jakarta Cambridge, United Kingdom 2015 “Koganecho Passage: Revisited”, Koganecho Area
2013 “Sovereign Asian Art Prize”, Espace Louis Vuitton Ismail Marzuki, Jakarta 2017 16th IPA Mentorship Grants Invisible Photographer
IslandMaisonandW Hotel,inKoreaandSingapore Asia, Singapore
91
CV Kurator | Curators’ CVs Carla Bianpoen
Education - Author “Han Sai Por: Revealing the Tao of her Soul”
Studied social sciences, Wilhelms University, Muenster/ - in Beyond the Dutch: Art and The Nation, The Cultural
Westfalen, Germany Politics of Soekarno
- World Bank, Jakarta (1989-1998) - Hivos to attend “Speak Memory” seminar, Cairo/Egypt,
2010
- freelance art journalist (1989- todate);
- Mondriaan Fonds to tour Museums in The Netherlands
- Senior Editor, C-Arts Magazine 2007 - late 2011;
- French Cultural Center to visit Lyon Biennale, 2009
- Juror, Bandung Contemporary Art Award (5 editions)
- Prince Claus Fund to attend teatrical presentation
- Artistic Director, Indonesia Pavilion in the 55th Venice
of reworked “I LaGaligo” (South Sulawesi epos),
Biennale (2013)
Amsterdam 2004
- Co-Curator, Indonesia Pavilion, 56th Venice Biennale
- Koc Foundation to cover The Roving Eye Exhibition on
(2015)
SE Asian Contemporary art at ARTER, Istanbul, 2013
- Co-author/editor “Indonesian Women Artists: The
- Van Loon Museum’s Suspended Histories (2013)
Curtain Opens” (2007)
- Prince Claus Fund to attend Prince Claus Awards
- author of (unpublished ) book on emerging Indonesian
Ceremony , Amsterdam ( with Dutch Embassy-Jakarta
artists, commissioned by IndoArt Now (2011).
and National Gallery Jakarta support), 2014
- Van Loon Museum’s Suspended Histories (2013)
Honors
- Author “Revealing Sakti”, retrospective essay for Sri
- Visual Art Award from Visual Art Magazine (2011)
Astari Rasjid (2015)
- Contemporary Art Award from the Government of
- Author ‘To Take a Bath’. The Story of Prof.Dr. Saparinah
Indonesia (2014)
Sadli (2016)
93
Citra Smara Dewi
95
Peliputan Media Media Online – Artikel Melaju ke Masa Depan
13-02-2019, Ars Media, https://arsmediatama.com/post/melaju-ke-masa-
| Media Coverage depan
Titian Masa Lalu, Menembus Masa Depan
22-02-2019, Facebook- Bambang Asrini Widjarnako, https://www.
facebook.com/bambang.a.widjanarko/posts/10213297297643026
21 Perempuan Perupa dalam Indonesian Women Artist 2019
24-02-2019, 19:07 WIB, Koran Sindo, https://lifestyle.sindonews.com/
read/1381597/166/21-perempuan-perupa-dalam-indonesian-women-
artist-2019-1551010015
Peluncuran Buku dan Pameran Indonesian Women Artist “Into the Future” di Galnas
24-02-2019, 20:52 WIB, Kompas.id, https://kompas.id/baca/
utama/2019/02/24/peluncuran-buku-dan-pameran-indonesian-women-
artist-into-the-future-di-galnas/
Perempuan Perupa Menuju Seni Kekinian
25-02-2019, 07:44 WIB, Harian Nasional, http://www.harnas.
co/2019/02/24/perempuan-perupa-menuju-seni-kekinian
http://berita.baca.co.id/30108009?origin=relative&pageId=9620f824-
6fa1-4fb8-b1e7-c9e56b892db0&PageIndex=2
Press Release Pameran Indonesian Women Artists: Into the Future
25-02-2019, Indonesiana, https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/
galerinasional/press-release-pameran-indonesian-women-artist
Bekraf Dukung Peluncuran Buku Indonesian Women Artists: Into The Future
BEKRAF, http://www.bekraf.go.id/kegiatan/detail/bekraf-dukung-
peluncuran-buku-indonesian-women-artists-into-the-future
Peluncuran Buku Indonesian Women Artists: Into The Future
26-02-2019, BEKRAF, http://www.bekraf.go.id/galeri/detail/peluncuran-
buku-indonesian-women-artists-into-the-future
INDONESIAN WOMEN ARTIST: INTO THE FUTURE
26-02-2019, KlikDirektori.com, https://www.klikdirektori.com/indonesian-
women-artist/
Into the Future: Menilik Karya Perempuan Perupa Indonesia
26-02-2019, 18:00 WIB, MNEWS.co.id, https://www.mnews.co.id/read/
SENI/into-the-future-menilik-karya-perempuan-perupa-indonesia
21 Perempuan Merajut Masa Depan
27-02-2019, 16:08 WIB, Beritasatu.com, https://www.beritasatu.com/
hiburan/540339-21-perempuan-merajut-masa-depan.html
Dosen FSRD ISI Surakarta, masuk dalam 21 Perupa Perempuan Muda
Kontemporer Indonesia
27-02-2019, Fakultas Seni Rupa dan Desain, https://fsrd.isi-ska.
ac.id/2019/02/dosen-fsrd-isi-surakarta-masuk-dalam-21-perupa-
perempuan-muda-kontemporer-indonesia/
97
Buku ‘Into The Future’ Ungkap Seluk Beluk 21 Perupa Perempuan Indonesian Women Artists: “Into the Future”, Memaknai Masa
27-02-2019, 17:14 WIB, Detik Hot, https://hot.detik.com/ 10-03-2019, A Medium Corporation, (Rima Aisha), https://medium.
celebofthemonth/art/d-4446659/buku-into-the-future-ungkap-seluk- com/@aysazara/indonesian-women-artists-into-the-future-
beluk-21-perupa-perempuan memaknai-masa-53142fe9a8b
Ragam Karya 21 Perupa Perempuan Kontemporer Lewat Pameran ‘Into KARYA KONTEMPORER : Roh Perempuan dalalm Seni Instalasi
the Future 15-03-2019, 02:00 WIB, Koran.bisnis.com, https://koran.bisnis.com/
27-02-2019, 10:40 WIB, Detik Hot, https://hot.detik.com/ read/20190315/466/899916/karya-kontemporer-roh-perempuan-
art/d-4445863/ragam-karya-21-perupa-perempuan-kontemporer- dalalm-seni-instalasi
lewat-pameran-into-the-future Indonesian Women Artists art exhibition: Into the Future
Memetakan Gelap-Terang Masa Depan dari Kacamata Perempuan 15-03-2019, 13:00 WIB, Independent Observer, https://observerid.
27-02-2019, Whiteboard Journal, https://www.whiteboardjournal. com/indonesian-women-artists-art-exhibition-into-the-future/
com/ideas/art/memetakan-gelap-terang-masa-depan-dari- For Indonesian Women in the Arts, The Future is Now
kacamata-perempuan/ 01-04-2019, NOW!JAKARTA, https://nowjakarta.co.id/art-and-
Melaju ke Masa Depan culture/arts/for-indonesian-women-in-the-arts-the-future-is-now
27-02-2019, Facebook- Bambang Asrini Widjarnako, https://www. Are We There Yet? Into The Future, with Carla Bianpoen
facebook.com/lennyratnasari.weichert/posts/10157041946941774 13-04-2019 Plural Art, https://pluralartmag.com/2019/04/13/are-
Perupa Perempuan Indonesia Diakui Dunia Internasional we-there-yet-into-the-future-with-carla-bianpoen/
28-02-2019, SIAR.com, https://siar.com/perupa-perempuan- Spellbound by ‘Into the Future: Indonesian Women Artists’
indonesia-diakui-dunia-internasional/ 11-05-2019, thejakartapost.com, https://www.thejakartapost.com/
Roh Perempuan dalam Karya Seni Rupa Baru: Air Tajin, Kecoak, Hingga life/2019/05/10/spellbound-by-into-the-future-indonesian-women-
Demokratisasi Karbohidrat artists.html
28-02-2019, 17:34 WIB, MNEWS.co.id, https://mnews.co.id/read/
SENI/roh-perempuan-dalam-karya-seni-rupa-baru-air-tajin-kecoak-
hingga-demokratisasi-karbohidrat
Perempuan Muda Pilihan Carla Media Online – Berita Foto PAMERAN SENI RUPA INTO THE FUTURE
02-03-2019 Tempo.co, https://majalah.tempo.co/read/157204/ 27-02-2019, 12:20 WIB, ANTARA Foto, https://www.antarafoto.com/
perempuan-muda-pilihan-carla?hidden=login seni-budaya/v1551244811/pameran-seni-rupa-into-the-future
Gebrakan Instalasi 21 Perupa Perempuan Pameran Seni Rupa
03-03-2019, 00:40 WIB, Media Indonesia, http://mediaindonesia. 28-02-2019, 01:00, Koran Jakarta, http://www.koran-jakarta.com/
com/read/detail/220387-gebrakan-instalasi-21-perupa-perempuan pameran-seni-rupa44/
21 Seniman Perempuan Unjuk Karya di Galeri Nasional Indonesia BEDAH BUKU PERUPA 21 PEREMPUAN
05-03-2019, ItjeHer, http://www.itjeher.com/seni-budaya/20737/21- 01-03-2019, 18:45 WIB, ANTARA Foto, https://www.antarafoto.com/
seniman-perempuan-unjuk-karya-di-galeri-nasional-indonesia/ peristiwa/v1551440715/bedah-buku-perupa-21-perempuan
‘Into the Future’ celebrates female Indonesian artists Menikmati 21 Karya Imaji Perempuan di Pameran Into The Future
07-03-2019, 15.51, Line Today, https://today.line.me/id/pc/article/% 04-03-2019, 14:14 WIB, Suara.com, https://www.suara.com/
E2%80%98Into+the+Future%E2%80%99+celebrates+female+Indo foto/2019/03/04/141452/menikmati-21-karya-imaji-perempuan-di-
nesian+artists-1jq8M3 pameran-into-the-future
Menangkap ‘Roh’ Perempuan dalam Ekshibisi “Into The Future” FOTO: Kala 21 Seniman Perempuan Indonesia Bersatu
08-03-2019, Indonesiana, https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ 04-03-2019, 10:33 WIB, CNN Indonesia, https://www.cnnindonesia.
galerinasional/indonesian-women-artist-into-the-future/ com/hiburan/20190303190817-243-374214/foto-kala-21-
‘Into the Future’ celebrates female Indonesian artists seniman-perempuan-indonesia-bersatu
08-03-2019, 09:01 am, The Jakarta Post, https://www.
thejakartapost.com/life/2019/03/07/into-the-future-celebrates-
female-indonesian-artists.html
99
Media Cetak 21 Perempuan Dalam IWA 2019 Media Televisi Mengenal 21 Perempuan Perupa Indonesia Lewat Pameran Into the
Minggu, 24-02-2019, Koran Sindo, Harian, Budaya Hal. 8 Future (1)
Indonesian Women Artist: Into The Future 21-02-2019, 11:00 wib, Metro TV, http://m.metrotvnews.com/video/
Rabu, 27-02-2019, Kabar Banten, Harian , Kabar Pendidikan Hal. 9 selamat-pagi-indonesia/1bVVOO7b-mengenal-21-perempuan-
Indonesian Women Artist: Into The Future perupa-indonesia-lewat-pameran-into-the-future-1
Jumat, 01-03-2019, Koran Tempo, Harian, Seni Hal. 26 Mengenal 21 Perempuan Perupa Indonesia Lewat Pameran Into the
Menyuarakan Identitas, Frustasi, dan Kegetiran Future (2)
Minggu, 03-03-2019, Jawa Pos, Harian, Lifestyle Hal. 24 21-02-2019, 11:00 wib, Metro TV, http://video.metrotvnews.com/
Membingkai Roh Perempuan selamat-pagi-indonesia/DkqqOZnk-mengenal-21-perempuan-
Minggu, 03-03-2019, Kompas, Harian, Seni Hal.18 perupa-indonesia-lewat-pameran-into-the-future-2
Gebrakan Instalasi 21 Perupa Perempuan Buku ‘Into the Future’ Angkat Sosok 21 Perupa Perempuan
Minggu, 03-03-2019, Media Indonesia, Harian, Tifa Hal.10 02-03-2019, 07:25 wib, Metro TV, http://m.metrotvnews.com/video/
Indonesian Women Artist: Into The Future metro-pagi-prime-time/ybJ9PmaN-buku-into-the-future-angkat-
Jumat, 08-03-2019, Koran Tempo, Harian, Seni Hal.26 sosok-21-perupa-perempuan
Into The Future: Celebrates Female Indonesian Artist Pameran Seni Rupa ‘Women Artist, Into the Future’
Jumat, 08-03-2019, The Jakarta Post, Harian, Features Hal.20 03-03-2019, RTV - LENSA INDONESIA, https://www.youtube.com/
Kegelisahan 21 Perempuan watch?v=bRtlVPsBpfw
Kamis, 14-03-2019, Koran Tempo, Harian, Seni Hal.26
Roh Perempuan Dalam Seni Instalasi
Minggu, 07-03-2019, Bisnis Indonesia, Harian, Art Hal.15 Media Radio Brava
Perempuan Muda Pilihan Carla
Cosmo
Minggu, 10-03-2019, Tempo, Majalah, Seni Hal. 48-49
101
Indonesian
Women Artists