Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 90

SKRIPSI

PERSEPSI PETANI TERHADAP PERAN PENYULUH


PERTANIAN LAPANGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN
PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH LEBAK
DI KELURAHAN SEI LAIS KOTA PALEMBANG

FARMER’S PERCEPTION ON THE ROLE OF AGRICULTURAL


EXTENSION AND ITS RELATION TO THE INCOME OF SWAMP
LOWLAND FARM IN SEI LAIS VILLAGE PALEMBANG

Inas Balqis Agita


05011381419139

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
SUMMARY

INAS BALQIS AGITA Farmer’s Perceptions On the Role of Agricultural Fields


Extension and It’s Relation to the Income of Swamp Lowland Farm In Sei lais
Village Palembang (Guided by YULIUS and RISWANI).

This research aims (1) to describe the perception of rice farmers to the role
of Agricultural Fields Extension in Sei Lais Village, Kalidoni Sub-district,
Palembang, (2) to analyze the income of rice farmers in Sei Lais Village, Kalidoni
Sub-district, Palembang and (3) to analyze the relationship between rice farmers
perception with the income of farmers in Sei Lais Village, Kalidoni Sub-district,
Palembang.
This research was conducted in Sei Lais Village Kalidoni Sub-district,
Palembang. The method used in this research was survey method. Determination
of the sample in this study using a simple random sampling method. the number
of samples taken are 33 from total 135 populations and data collected in this study
consisted of primary data and secondary data.
The results of this study indicate that (1) farmers' perceptions on the role
of agricultural field extension (PPL) as educator, dissemination of information /
innovation, facilitator (supervisor), supervision and consultant are included in
good criteria with an average score of 24,84. (2) Farmers' income in rice farming
activities in Sei Lais Village is Rp.10.133.120/Ha/planting season on average. (3)
Based on the result of analysis using statistical test of Spearman rank correlation
coefficient with n = 33 that there is no relation between farmer perception with
income of rice farming in Sei Lais Village.

Keywords: Farmers' Perception, Farmer Field Extension, Farm Income


RINGKASAN

INAS BALQIS AGITA Persepsi Petani Terhadap Peran Penyuluh Pertanian


Lapangan dan Hubungannya dengan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Lebak di
Kelurahan Sei Lais Kota Palembang (Dibimbing oleh YULIUS dan RISWANI).

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan persepsi petani padi


terhadap peran Penyuluh Pertanian Lapangan di Kelurahan Sei Lais, Kecamatan
Kalidoni, Kota Palembang (2) Menganalisis pendapatan petani padi di Kelurahan
Sei Lais, Kecamatan Kalidoni, Kota Palembang dan (3) Menganalisis hubungan
persepsi petani padi dengan pendapatan petani di Kelurahan Sei Lais, Kecamatan
Kalidoni, Kota Palembang.
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Sei Lais Kecamatan Kalidoni
Kota Palembang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survei. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode acak
sederhana (Simple Random Sampling) jumlah sampel yang diambil adalah sebesar
33 dari jumlah 135 populasi dan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
terdiri dari data primer dan data sekunder.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Persepsi petani terhadap
peran penyuluh pertanian lapangan (PPL) sebagai edukator, diseminasi
informasi/inovasi, fasilitator (pendamping), supervisi (pembinaan) dan konsultan
termasuk dalam kriteria baik dengan skor rata-rata sebesar 24,84. (2) Pendapatan
petani dalam kegiatan usahatani padi di Kelurahan Sei Lais rata-rata sebesar Rp.
10.133.120/Ha/musim tanam. (3) Berdasarkan hasil dari analisis menggunakan uji
statistik koefisien korelasi rank Spearman dengan n=33 bahwa tidak terdapat
hubungan antara persepsi petani dengan pendapatan usahatani padi di Kelurahan
Sei Lais.

Kata kunci: Persepsi Petani, Penyuluh Pertanian Lapangan, Pendapatan Usahatani


SKRIPSI

PERSEPSI PETANI TERHADAP PERAN PENYULUH


PERTANIAN LAPANGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN
PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH LEBAK DI
KELURAHAN SEI LAIS KOTA PALEMBANG

FARMER’S PERCEPTION ON THE ROLE OF AGRICULTURAL


EXTENSION AND ITS RELATION TO THE INCOME OF SWAMP
LOWLAND FARM IN SEI LAIS VILLAGE PALEMBANG

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pertanian


pada Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Inas Balqis Agita


05011381419139

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
LEMBAR PENGESAHAN

PERSEPSI PETANI TERHADAP PERAN PENYULUH


PERTANIAN LAPANGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN
PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH LEBAK DI
KELURAHAN SEI LAIS KOTA PALEMBANG

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pertanian


pada Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Oleh

Inas Balqis Agita


05011381419139

Palembang, Juli 2018


Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Yulius, M.M. Dr, Riswani, S.P., M.Si.


NIP.195907051987101001 NIP. 197006171995122001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Andy Mulyana, M.Sc.


NIP 196012021986031003
PERNYATAAN INTEGRITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Inas Balqis Agita

NIM : 050113811419139

Judul : Persepsi Petani Terhadap Peran Penyuluh Pertanian Lapangan


Dan Hubungannya Dengan Pendapatan Usahatani Padi Sawah
Lebak Di Kelurahan Sei Lais Kota Palembang

Menyatakan bahwa semua data dan informasi yang dimuat di dalam


skripsi ini merupakan hasil penelitian saya sendiri di bawah supervisi
pembimbing, kecuali yang disebutkan dengan jelas sumbernya, dan bukan hasil
penjiplakan/plagiat. Apabila dikemudian hari ditemukan adanya unsur plagiasi
dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa
pencabutan gelar dari Universitas Sriwijaya.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
mendapat paksaan dan tekanan dari pihak manapun.

Palembang, Juni 2018

Inas Balqis Agita


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Inas Balqis Agita. Lahir di Palembang pada tanggal 07


Maret 1996. Orang tua penulis bernama Rianto dan Hermi. Penulis merupakan
anak ketiga dari empat bersaudara.
Pendidikan Taman Kanak-kanak diselesaikan pada tahun 2001 di TK Noor
Salam Palembang, sekolah dasar diselesaikan pada tahun 2008 di SD
Muhammadiyah 14 Palembang, sekolah menengah pertama diselesaikan pada
tahun 2011 di SMPN 19 Palembang, dan pendidikan sekolah menengah atas
diselesaikan pada tahun 2014 di SMAN 03 Palembang. Saat ini penulis tercatat
sebagai mahasiswa Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas
Sriwijaya sejak Agustus 2014. Penulis lulus seleksi masuk di Universitas
Sriwijaya melalui jalur USM.
Penulis telah menyelesaikan magang selama satu bulan pada tanggal 15
Mei sampai 15 Juni 2017 di PT Pupuk Sriwidjaja dan menulis laporan dengan
judul “Kegiatan Distribusi Pupuk Urea Dan NPK Pada Gudang Lini I Via Darat
Di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang” dengan pembimbing magang Ir. Yulius,
M.M. dan pembimbing lapangan Ahmad Syukron. Penulis telah menyelesaikan
kegiatan Praktek Lapangan dengan laporan yang berjudul “Budidaya Tanaman
Kailan (Brassica Oleracea) Secara Hidroponik Dengan Sistem Nft (Nutrient Film
Technique) Menggunakan Media Tanam Rockwool Di Lahan Republik
Hidroponik, Palembang, Sumatera Selatan” dengan pembimbing Praktek
Lapangan Ir. Fauziah Asyiek, M.A,. Ph.D. Penulis mengikuti organisasi dan
merupakan anggota dari Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian
Universitas Sriwijaya.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
karunia yang diberikan penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul
“Persepsi Petani Terhadap Peran Penyuluh Pertanian Lapangan dan Hubungannya
Dengan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Lebak di Kelurahan Sei Lais Kota
Palembang”. Penelitian ini ditujukan sebagai syarat untuk meraih gelar sarjana
pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Penulis telah berusaha
dengan segala kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini dan masih terdapat
banyak kekurangan. Penulis menyadari tanpa bantuan, dukungan dan bimbingan
dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Kepada Allah SWT atas berkat limpahan dan karunianya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
2. Ketua Program Studi Agribisnis, Bapak Dr. Ir. Maryadi, M.Si.
3. Bapak Ir. Yulius, M.M., sebagai pembimbing pertama yang yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dari awal perkuliahan sampai
terselesaikannya skripsi ini.
4. Ibu Dr. Riswani, S.P., M.Si., sebagai dosen pembimbing kedua yang sangat
sabar membimbing, membantu dan mengarahkan penulis dalam menyusun
dan menyelesaikan skripsi ini hingga terselesaikan dengan baik.
5. Kedua orang tua Abah dan Ibu terkasih yang selalu memberikan doa,
semangat dan dukungan dalam hal apapun.
6. Saudari tersayang Ria Meilita Berlian, Gadis Ayu Larasati dan Putri Yashi
Nabilah yang telah mendoakan dan memberi semangat.
7. Partner terkasih Rizki Subagja yang selalu membantu penulis, menemani
dan memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Keluarga besar Agribisnis Sugoi 2014 dan teman tersayang Dian, Pirantih,
Atikah, Annis, dan Dwi beserta teman-teman yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dan terlaksana
dengan baik.

x
Universitas Sriwijaya
9. Kepada bapak Togar, Mbak Tari dan bapak ibu lainnya di UPTD BPP
Sekojo yang sangat membantu penulis memperoleh informasi yang
dibutuhkan agar tercapainya tujuan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Kepada bapak-bapak petani di Kelurahan Sei Lais yang telah membantu
mengisi kuesioner terkait penelitian pada skripsi ini.
11. Staf tata usaha Program Studi dan staf tata usaha kampus pertanian
Palembang yang telah banyak membantu dalam kelengkapan administrasi
selama perkuliahan hingga tugas akhir skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.
Untuk itu, penulis mengharapkan banyak kritik dan saran yang membangun yang
dapat diberikan demi kesempurnaan dan kelengkapan skripsi ini. Semoga
penelitian ini dapat sesuai dengan harapan penulis dan arahan dosen pembimbing.
Akhirnya, penulis berharap semoga penelitian pada skripsi ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Palembang, Juni 2018

Penulis

xi
Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3. Tujuan dan Kegunaan .............................................................................. 5
BAB 2. KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................. 6
2.1. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 6
2.1.1. Konsepsi Penyuluhan Pertanian ..................................................... 6
2.1.2. Konsepsi Peran Penyuluh Pertanian .............................................. 8
2.1.3. Konsepsi Persepsi .......................................................................... 14
2.1.4. Konsepsi Usahatani ........................................................................ 16
2.1.5. Konsepsi Pendapatan Usahatani .................................................... 17
2.2. Model Pendekatan .................................................................................... 19
2.3. Hipotesis ................................................................................................... 20
2.4. Batasan Operasional ................................................................................. 21
BAB 3. PELAKSANAAN PENELITIAN ...................................................... 24
3.1. Tempat dan Waktu ................................................................................... 24
3.2. Metode Penelitian ..................................................................................... 24
3.3. Metode Penarikan Contoh ........................................................................ 24
3.4. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 25
3.5. Metode Pengolahan Data ......................................................................... 25
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 29
4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian ........................................................... 29
4.1.1. Lokasi dan Batasan Umum Wilayah Administratif ........................ 29
4.1.2. Keadaan Penduduk.......................................................................... 29
4.1.3. Sarana dan Prasarana ...................................................................... 31

xii
Universitas Sriwijaya
Halaman
4.2. Identitas Petani Contoh ............................................................................. 32
4.2.1. Umur Petani Contoh ....................................................................... 33
4.2.2. Tingkat Pendidikan Petani Contoh ................................................. 33
4.2.3. Luas Lahan Petani Contoh .............................................................. 34
4.2.4. Pekerjaan Sampingan Petani Contoh .............................................. 35
4.3. Persepsi Petani Terhadap Peran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) .... 35
4.3.1. Persepsi Petani Terhadap Peran Penyuluh Petanian Lapangan Sebagai
Edukator .......................................................................................... 36
4.3.2. Persepsi Petani Terhadap Peran Penyuluh Petanian Lapangan Sebagai
Informasi/Inovasi ............................................................................. 37
4.3.3. Persepsi Petani Terhadap Peran Penyuluh Petanian Lapangan Sebagai
Fasilitator (Pendampingan).............................................................. 38
4.3.4. Persepsi Petani Terhadap Peran Penyuluh Petanian Lapangan Sebagai
Supervisi (Pembinaan) ..................................................................... 39
4.3.5. Persepsi Petani Terhadap Peran Penyuluh Petanian Lapangan Sebagai
Konsultan ......................................................................................... 40
4.3.6. Persepsi Petani Terhadap Peran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) 41
4.4. Pendapatan Usahatani Padi ....................................................................... 42
4.4.1. Biaya Produksi Usahatani Padi ....................................................... 42
4.4.1.1. Biaya Tetap Usahatani Padi ................................................ 42
4.4.1.2. Biaya Variabel Usahatani Padi .......................................... 43
4.4.1.3. Biaya Produksi Total Usahatani Padi ................................ 45
4.4.2. Penerimaan Usahatani Padi............................................................. 46
4.4.3. Pendapatan Usahatani Padi ............................................................. 47
4.5. Analisis Hubungan Persepsi Terhadap Pendapatan Usahatani Padi di
Kelurahan Sei Lais Kota Palembang ........................................................ 47
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 49
5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 49
5.2. Saran ......................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 50
Lampiran ......................................................................................................... 55

xiii
Universitas Sriwijaya
DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1 Diagramatik Model Pendekatan ................................................................ 19

xiv
Universitas Sriwijaya
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1. Interval Kelas Persepsi Petani ........................................................ 27
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia di Kelurahan Sei Lais .......... 30
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk di Kelurahan Sei Lais dirinci Menurut Pekerjaan 30
Tabel 4.3. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Sei Lais Kota Palembang ....... 32
Tabel 4.4. Identitas Petani Contoh Berdasarkan Umur ................................... 33
Tabel 4.5. Identitas Petani Contoh Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............. 34
Tabel 4.6. Identitas Petani Contoh Berdasarkan Luas Lahan ......................... 34
Tabel 4.7. Identitas Petani Contoh Berdasarkan Pekerjaan Sampingan ......... 35
Tabel 4.8. Persepsi Petani Terhadap Peran PPL Sebagai Edukator ................ 36
Tabel 4.9. Persepsi Petani Terhadap Peran PPL Sebagai Diseminasi
Informasi/Inovasi ............................................................................ 37
Tabel 4.10. Persepsi Petani Terhadap Peran PPL Sebagai Fasilitator ............ 38
Tabel 4.11. Persepsi Petani Terhadap Peran PPL Sebagai Supervisi .............. 40
Tabel 4.12. Persepsi Petani Terhadap Peran PPL Sebagai Konsultan
(Pendampingan) ........................................................................... 41
Tabel 4.13. Persepsi Petani Terhadap Peran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)
di Kelurahan Sei Lais Kota Palembang ........................................ 42
Tabel 4.14. Rata-Rata Biaya Penyusutan Alat Petani Padi di Kelurahan
Sei Lais .......................................................................................... 43
Tabel 4.15. Rata-Rata Biaya Variabel Total Petani Padi Di Kelurahan
Sei Lais .......................................................................................... 44
Tabel 4.16. Rata-Rata Biaya Produksi Total Usahatani Padi Di Kelurahan
Sei Lais .......................................................................................... 46
Tabel 4.17. Rata-Rata Penerimaan Petani Padi Di Kelurahan Sei Lais
Tahun 2016 .................................................................................... 46
Tabel 4.18. Pendapatan usahatani padi di kelurahan sei lais tahun 2016 ....... 47

xv
Universitas Sriwijaya
BAB 1
LATAR BELAKANG

Sektor pertanian di Indonesia merupakan salah satu sektor yang sangat


penting dalam menunjang perekonomian nasional. Sejalan dengan perkembangan
dan peningkatan ekonomi nasional, maka kegiatan jasa dan bisnis berbasis
pertanian juga akan semakin meningkat. Dengan kata lain, kegiatan agribisnis
menjadi salah satu kegiatan unggulan pembangunan ekonomi nasional dalam
berbagai aspek dan latar kehidupan masyarakat Indonesia (Ramnawaty, 2014).
Menurut Roekasah et al (2004), sektor pertanian terdiri dari sub sektor
pertanian pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Tanaman
pangan merupakan bahan yang dimakan sehari-sehari untuk memenuhi kebutuhan
bagi pemeliharaan, pertumbuhan kerja, pergantian jaringan, dan mengatur proses-
proses di dalam tubuh.
Pembangunan pertanian adalah segala hal kegiatan untuk mengubah proses
produksi pertanian, mengubah perilaku petani, mengubah corak usahatani dari
tradisional ke arah pertanian komersial dan mengubah antara biaya dan
penerimaan bagi setiap perusahaan pertanian sehingga usahataninya lebih berhasil
dan tercapai kesejahteraan (Mosher dalam Yulmita, 2010).
Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani melalui peningkatan produksi pertanian. Dalam mencapai
proses pencapaian pembangunan pertanian juga dapat memperluas kesempatan
kerja, mendorong pemerataan serta mendukung pembangunan daerah dengan
tetap memperhatikan kelestarian sumber daya. Tujuan pembangunan pertanian
dapat dilakukan dengan cara meningkatkan produksi, produktivitas kerja, tanah
dan modal (Soekanda dalam Purba, 2008).
Agenda revitalisasi pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan yang
dicanangkan pada tahun 2005 merupakan salah satu langkah mewujudkan tujuan
pembangunan yaitu mengembangkan sistem pertanian berkelanjutan, yang
difokuskan pada penataan kelembagaan penyuluhan pertanian, peningkatan
kuantitas dan kualitas penyuluh pertanian, peningkatan kelembagaan dan

1
Universitas Sriwijaya
2

kepemimpinan petani, peningkatan sistem penyelenggaraan penyuluhan pertanian,


dan pengembangan kerjasama antara sistem penyuluhan pertanian dan agribisnis.
Program ini berupaya memperbaiki sistem dan kinerja penyuluhan pertanian yang
semenjak akhir 1990-an sangat menurun kondisinya (Idha, 2012).
Penyuluhan pertanian adalah bagian dari sistem pembangunan pertanian
yang merupakan sistem pendidikan diluar sekolah (pendidikan non formal) bagi
petani beserta keluarganya dan anggota masyarakat lainnya yang terlibat dalam
pembangunan pertanian (Soeharto, 2005).
Kegiatan penyuluhan dalam pembangunan pertanian berperan sebagai
jembatan yang menghubungkan antara praktek yang dijalankan oleh petani
dengan pengetahuan dan teknologi pertanian yang selalu berkembang. Agar petani
dapat melakukan praktek-praktek yang mendukung usahatani, maka petani
membutuhkan informasi inovasi dibidang pertanian. Informasi inovasi tersebut
dapat diperoleh petani dari penyuluh pertanian melalui penyelenggaraan kegiatan
penyuluhan (Zubaidi et al, 2011).
Salah satu upaya pembangunan pertanian dilakukan dengan optimalisasi
kegiatan penyuluhan pertanian di Indonesia. Sistem Penyuluhan adalah seluruh
rangkaian pengembangan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, serta sikap
pelaku utama dan pelaku usaha melalui penyuluhan (UU No 16. Tahun 2006)
Selanjutnya menurut Mardikanto (1991), keberhasilan pembangunan
pertanian tidak terlepas dari kegiatan penyuluhan pertanian sebagai inovasi sosial
yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku masyarakat (petani) agar selalu siap
dan mampu menguasai serta menerapkan setiap alternatif inovasi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan produktivitas usahatani. Berdasarkan uraian
tersebut menurut Timbulus et al (2016), dengan adanya penyuluh, petani mampu
untuk mengambil keputusan dalam mejalankan dan mengembangkan
usahataninya secara mandiri. Melalui peran penyuluh, petani diharapkan
menyadari akan kebutuhannya, melakukan peningkatan kemampuan diri, dan
dapat berperan di masyarakat dengan lebih baik dan juga diharapkan petani
tanaman pangan dapat meningkatkan hasil produksi usahataninya secara mandiri.
Menurut Marsaulina (2014), penyelenggaraan penyuluhan pertanian akan
berjalan dengan baik apabila ada persamaan persepsi dan keterpaduan kegiatan
3

antara pusat, provinsi dan kabupaten/kota bahkan sampai ke tingkat desa dalam
satu sistem penyuluhan pertanian yang disepakati bersama dengan melibatkan
petani, swasta dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Saat ini komoditi padi sebagai tanaman pangan merupakan komoditi
pertanian yang sangat penting. Usahatani padi dapat menghasilkan beras yang
merupakan bahan makanan pokok yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk
Indonesia. Ketidakcukupan atas bahan makanan tersebut dapat menjadi masalah
nasional Negara Indonesia. Oleh karena itu usahatani padi dituntut mampu
menyediakan beras untuk memenuhi permintaan yang ada (Basuki, 2008).
Provinsi Sumatera Selatan sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang
memiliki areal persawahan tanaman pangan tidak terlepas dari tersedianya potensi
sumber daya lahan yang cukup variatif. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
Sumsel (2015), Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang
kegiatan utama penduduknya mayoritas menanam padi dengan hasil produksi
3.506.995 ton pada luas panen 745.593 ha dimana dengan produktivitas lahan
48,03 kuintal/ha pada tahun 2014.
Kota Palembang yang menjadi salah satu wilayah di Provinsi Sumatera
Selatan, meskipun berstatus kota tetapi juga memiliki potensi dalam usahatani
padi. Dikutip dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Palembang dalam
Times Indonesia (2017), luas lahan pertanian padi di Palembang ada sekitar 6,596
ha sementara potensinya 12.000 ha lahan di wilayah Kota Palembang. Pada tahun
2016 terhitung total hasil panen sawah lebak sebanyak 29.917 ton beras,
meningkat dari tahun 2015 hanya 25.912 ton. Sawah lebak tersebut tersebar di 10
kecamatan di Kota Palembang. Tahun 2017 Pemkot berhasil mengoptimalkan
5.734 ha sebagai sasaran tanam dan penambahan 500 ha dimusim tanam Oktober
sampai Maret dari 12.000 ha lahan di wilayah Kota Palembang dengan target
panen tiga kali dalam satu musim. Optimalisasi pada 5.734 ha lahan sawah lebak
tersebut tersebar di 10 kecamatan di Kota Palembang. Adapun 10 kecamatan
tersebut yaitu, Ilir Barat I seluas 5 ha, Ilir Barat II seluas 10 ha, Gandus seluas
1.938 ha, Seberang Ulu I seluas 49 ha, Kertapati seluas 2.272 ha, Seberang Ulu II
seluas 20 ha, Kalidoni seluas 1.030 ha, Plaju seluas 298 ha, Ilir Timur II seluas 17
ha, dan Sematang Borang seluas 95 ha.
4

Kelurahan Sei Lais merupakan salah satu kelurahan yang memiliki potensi
dibidang pertanian padi sawah lebak yang merupakan bagian dari Kecamatan
Kalidoni Kota Palembang. Kelurahan Sei Lais memiliki lahan padi sawah lebak
sebesar 254 ha. Sebanyak 3,80 persen dari penduduknya berprofesi sebagai petani.
Di Kelurahan Sei Lais Kecamatan Kalidoni ini kegiatan penyuluhan pertanian
masih aktif, baik dari petani maupun dari Penyuluh Pertanian Lapangan.
Kunjungan Penyuluh Pertanian Lapangan dilakukan selama satu kali setiap bulan.
Melalui penyuluhan pertanian yang diadakan, Dinas Pertanian juga berusaha
untuk memberi bantuan kepada petani dengan memberikan penyuluhan lewat para
penyuluh pertanian lapangan tentang cara bertani yang baik dan benar kepada para
kelompok tani di Kelurahan Sei Lais ini.
Penyuluh pertanian lapangan ini sendiri dinaungi oleh Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD BPP) yang berada di wilayah sekojo. Penyuluh di UPTD
BPP Sekojo ini berjumlah 11 orang dengan wilayah binaan sebanyak 9 wilayah,
yaitu Sei Lais, Sei Selayur, Celentang, Borang, Suka Maju, Suka Karya, Lebong
Mulya, Seduduk Putih dan Lemabang. Tujuan dengan adanya Unit Pelaksana
Teknis Daerah Balai Penyuluhan Pertanian Sekojo (UPTD BPP Sekojo) ini yaitu :
(1) untuk mewujudkan pembinaan, penyuluhan dan sosialisasi yang efektif, (2)
meningkatkan kapasitas produksi dan hasil pertanian, (3) meningkatkan
pendapatan, taraf pengembangan usahatani, (4) pemenuhan kebutuhan, (5)
meningkatkan dan mengembangkan pembangunan sarana dan prasarana
pemasaran hasil produksi pertanian (Dinas Pertanian Kota Palembang, 2015).
Kegiatan yang dilakukan penyuluh adalah memberikan materi, memberikan
pelatihan maupun praktek atau demonstrasi kepada petani yang berhubungan
dengan cara berusahatani padi mulai dari, pengolahan lahan, pengairan,
pengendalian hama, panen, pasca panen sampai kepada pemasaran hasil. Selain
itu juga penyuluh membantu petani mencari dan menyampaikan informasi/inovasi
terbaru maupun terkait program bantuan dari pemerintah, seperti program bantuan
alat mesin pertanian, bantuan pupuk dan bantuan lainnya.
Persepsi petani terhadap peran penyuluh sangat penting karena dengan
begitu penyuluh pertanian dapat meningkatkan kinerjanya sehingga kegiatan
penyuluh dapat berjalan dengan baik dan juga dapat memenuhi kebutuhan petani.
5

Persepsi petani terhadap peran penyuluh dapat menjadi salah satu faktor
penghambat atau pendorong bagi petani dalam pengembangan petani itu sendiri.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik melakukan penelitian tentang
“Persepi Petani Terhadap Peran Penyuluh Pertanian Lapangan dan Hubungannya
Dengan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Lebak di Kelurahan Sei Lais, Kota
Palembang”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut :
1. Bagaimana persepsi petani padi terhadap peran Penyuluh Pertanian
Lapangan di Kelurahan Sei Lais, Kota Palembang
2. Berapa besar pendapatan usahatani padi di Kelurahan Sei Lais, Kota
Palembang
3. Bagaimana hubungan persepsi petani padi dengan pendapatan usahatani
padi di Kelurahan Sei Lais, Kota Palembang

1.3 Tujuan dan Kegunaan


Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan dari penilitian
ini sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan persepsi petani padi terhadap peran Penyuluh
Pertanian Lapangan di Kelurahan Sei Lais, Kecamatan Kalidoni, Kota
Palembang.
2. Menganalisis pendapatan usahatani padi di Kelurahan Sei Lais,
Kecamatan Kalidoni, Kota Palembang.
3. Menganalisis hubungan persepsi petani padi dengan pendapatan
usahatani padi di Kelurahan Sei Lais, Kecamatan Kalidoni, Kota
Palembang.
Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan untuk menambah pengalaman,
sarana pembelajaran, dan sebagai tambahan pustaka untuk penelitian selanjutnya
dan diharapkan sebagai informasi bagi PPL untuk lebih meningkatkan kinerja
dalam mengatasi permasalahan penyuluhan di Sumatera Selatan.
BAB 2
KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Konsepsi Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan pertanian merupakan salah satu upaya membantu masyarakat
agar mereka dapat membantu dirinya sendiri dan meningkatkan harkatnya sebagai
manusia (Ramnawaty, 2014). Penyuluhan berawal dari suatu sistem pertukaran
informasi mengenai pertanian (Agricultural Information Exchange) yang dengan
tujuan untuk meningkatkan hasil pertanian (Leeuwis, 2004). Menurut
Kartasapoetra (1991), menyatakan bahwa penyuluhan pertanian adalah suatu
usaha atau upaya untuk mengubah perilaku petani dan keluarganya, agar mereka
mengetahui dan mempunyai kemauan serta mampu memecahkan masalahnya
sendiri dalam usaha atau kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan
tingkat kehidupannya. Sedangkan penyuluh menurut Amanah (2007) pada
prinsipnya, penyuluhan adalah proses yang sistematis untuk membantu petani,
nelayan, pembudidaya, maupun komunitas lain agar mampu menyelesaikan
masalahnya sendiri (help people to help themselves), sehingga pendekatan
penyuluhan seyogyanya memprioritaskan kebutuhan partisipan penyuluhan.
Slamet (2000) menegaskan bahwa inti dari kegiatan penyuluhan adalah
untuk memberdayakan masyarakat. Memberdayakan berarti memberi daya kepada
yang tidak berdaya dan atau mengembangkan daya yang sudah dimiliki menjadi
sesuatu yang lebih bermanfaat bagi masyarakat yang bersangkutan. Penyuluhan
sebagai proses pemberdayaan masyarakat, memiliki tujuan utama yang tidak
terbatas pada terciptanya “better-farming, better business, dan better living, tetapi
untuk memfasilitasi masyarakat (sasaran) untuk mengadopsi strategi produksi dan
pemasaran agar mempercepat terjadinya perubahan-perubahan kondisi sosial,
politik dan ekonomi sehingga mereka dapat (dalam jangka panjang) meningkatkan
taraf hidup pribadi dan masyarakatnya.
Menurut Ramnawaty (2014) penyuluhan pertanian juga merupakan salah
satu upaya membantu masyarakat agar mereka dapat membantu dirinya sendiri

6
7

dan meningkatkan harkatnya sebagai manusia. Selanjutnya menurut Syarifudin


(2009), penyuluhan adalah proses pendidikan yang bertujuan untuk mengubah
pengetahuan sikap dan keterampilan masyarakat tani. Sasaran penyuluhan
pertanian adalah segenap warga masyarakat (pria, wanita, termasuk anak-anak).
Penyuluhan pertanian juga mengajar masyarakat tentang apa yang diinginkannya
dan bagaimana cara mencapai keinginan-keinginan itu.
Pengertian penyuluhan dalam UU No. 16 Tahun 2006 adalah proses
pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu
menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya,
serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan luar sekolah di bidang
pertanian untuk petani dan keluarganya, agar kemampuannya dalam memperbaiki
kehidupan dan penghidupannya dengan kekuatan sendiri akan berkembang,
sehingga dapat meningkatkan peran sertanya dalam pembangunan pertanian
(Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, 2001)
Mardikanto (2009) menyatakan, penyuluhan sebagai proses pendidikan atau
proses belajar diartikan sebagai kegiatan penyebarluasan informasi dan penjelasan
yang diberikan dapat merangsang terjadinya proses perubahan perilaku yang
dilakukan melalui proses pendidikan atau kegiatan belajar. Penyuluhan dapat juga
didefinisikan secara sistematis sebagai proses yang :
a. Membantu petani menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan
melakukan perkiraan kedepan
b. Membantu petani menyadarkan terhadap kemungkinan timbulnya masalah dari
analisis tersebut
c. Meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan terhadap suatu
masalah
d. Membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan dengan cara
pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya sehingga
mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan

Universitas Sriwijaya
8

e. Membantu petani memutuskan pilihan yang tepat yang menurut pendapat


mereka sudah optimal
f. Meningkatkan motivasi petani untuk dapat menerapkan pilihannya
g. Membantu petani untuk mengevaluasi dan meningkatkan keterampilan mereka
dalam membentuk pendapat dan mengambil keputusan
(Van den ban & Hawkins, 1999).
Penyuluhan yang dilakukan bertujuan untuk memberikan informasi dan
pengetahuan lebih kepada petani mengenai hal-hal yang baru dalam lingkungan
pertanian. Hal ini tentu saja terkait dengan bantuan kepada petani agar mampu
meningkatkan efisiensi usaha taninya (Indri, 2015). Menurut Kausar et al (2012)
penyuluhan juga berguna untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
serta merubah sikap dan perilaku petani beserta keluarganya dari tradisional
menjadi dinamis rasional. Agar tujuan tersebut dapat dicapai maka perlu digiatkan
pelatihan dan program penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh pertanian untuk
masyarakat petani.

2.1.2 Konsepsi Peran Penyuluh Pertanian


Peranan adalah suatu kompleks harapan manusia terhadap individu harus
bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi
sosialnya. Pada dasarnya peranan penyuluhan dalam pemberdayaan masyarakat,
berupa menyadarkan masyarakat atas peluang yang ada untuk merencanakan
hingga menikmati hasil pembangunan, memberikan kemampuan masyarakat
untuk menentukan program pembangunan, memberi kemampuan masyarakat
dalam mengontrol masa depannya sendiri, dan memberi kemampuan dalam
menguasai lingkungan sosialnya (Putri, 2016).
Peran penyuluh pertanian dianggap penting, karena penyuluh bertugas
melaksanakan kegiatan penyuluhan di wilayah kerjanya dan berhubungan
langsung dengan petani sehingga penyuluh dapat mengenali masalah-masalah
yang dihadapi petani serta membantu mencari cara pemecahan masalah-masalah
tersebut. Untuk mewujudkan keberhasilan penyuluhan, diperlukan tenaga-tenaga

Universitas Sriwijaya
9

penyuluh yang handal dan professional agar dapat melaksanakan kegiatan


penyuluhan seperti yang direncanakan (Wijianto, 2008).
Dikutip Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (2017) peran penyuluh
pertanian lapangan sebagai berikut.
1. Peran penyuluh sebagai penyebarluasan informasi, penyuluh diharapkan
mampu menyebarluaskan informasi berupa inovasi dengan bahasa yang mudah
dimengerti masyarakat petani desa secara maksimal.
2. Peran penyuluh sebagai proses penerangan memiliki makna penyuluh harus
memberi penerangan atau kejelasan pada petani desa tentang hal-hal yang
belum diketahui.
3. Peran penyuluh sebagai proses perubahan perilaku berhubungan dengan
keterampilan dan sikap mental petani yang membuat mereka menjadi tahu,
mau, dan mampu melakukan perubahan untuk usaha tani mereka.
4. Peran penyuluh sebagai proses pendidikan membuat masyarakat tani mampu
berswadaya dalam upaya peningkatan produksi.
5. Peran penyuluhan sebagai rekayasa sosial menciptakan perubahan perilaku dari
petani desa, terutama peningkatan kesejahteraan.
Adapun tugas seorang Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) menurut
Sucihatiningsih dan Waridin (2010) adalah meniadakan hambatan yang dihadapi
seorang petani dengan cara menyediakan informasi dan memberikan pandangan
mengenai masalah yang dihadapi. Informasi tentang pengelolaan sumber daya
alam dengan teknologi yang baik dan benar sesuai dengan kondisi lahan sangat
bermanfaat bagi petani untuk meningkatkan hasil produksinya tanpa harus
merusak lingkungan usahataninya sehingga dapat meminimalisir degradasi lahan
dan kerusakan lingkungan pada umumnya.
Menurut Fashihullisan (2009) peranan penyuluhan dalam pemberdayaan
masyarakat adalah menyadarkan masyarakat atas peluang yang ada untuk
merencanakan hingga menikmati hasil pembangunan, memberikan kemampuan
masyarakat untuk menentukan program pembangunan, memberi kemampuan
masyarakat dalam mengontrol masa depannya sendiri, dan memberi kemampuan
dalam menguasai lingkungan sosialnya.

Universitas Sriwijaya
10

Menurut Suhardiyono (1992) dalam Shella (2016) penyuluh mempunyai


peran sebagai berikut:
1. Sebagai Pembimbing Petani
Seorang penyuluh adalah pembimbing dan guru petani dalam pendidikan
non formal. Seorang penyuluh perlu memiliki gagasan yang tinggi untuk
mengatasi hambatan dalam pembangunan pertanian yang berasal dari petani
maupun keluarganya. Seorang penyuluh harus mengenal dengan baik sistem
usahatani setempat dan mempunyai pengetahuan tentang sistem usaha tani,
bersimpati terhadap kehidupan dan kehidupan petani serta mengambil
keputusan yang dilakukan oleh petani baik secara teori maupun praktek.
Penyuluh harus mampu memberikan praktek demonstrasi tentang sesuatu cara
atau metode budidaya suatu tanaman, membantu petani menempatkan atau
menggunakan sarana produksi pertanian dan peralatan yang sesuai dengan
tepat. Penyuluh harus mampu memberikan bimbingan kepada petani tentang
sumber dana kredit yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan usaha
tani mereka dan mengikuti perkembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan
petani yang berasal dari instansi-instansi yang terkait.
2. Penyuluh sebagai Organisator dan Dinamisator
Penyelenggaraan kegiatan penyuluhan, para penyuluh lapangan tidak
mungkin mampu untuk melakukan kunjungan kepada masing-masing petani,
sehingga petani harus diajak untuk membentuk kelompok kelompok tani dan
mengembangkannya menjadi suatu lembaga ekonomi dan sosial yang
mempunyai peran dalam mengembangkan masyarakat di sekitarnya. Dalam
pembentukan dan pengembangan kelompok tani ini para penyuluh berperan
sebagai organisator dan dinamisator petani.
3. Penyuluh sebagai Teknisi
Seorang penyuluh harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan teknis
yang baik, karena pada suatu saat ia akan diminta oleh petani untuk
memberikan saran dan demonstrasi kegiatan usahatani yang bersifat teknis.
Tanpa adanya pengetahuan dan ketrampilan teknis yang baik maka akan sulit
baginya dalam memberikan pelayanan jasa konsultasi yang diminta petani.

Universitas Sriwijaya
11

4. Penyuluh sebagai jembatan penghubung antara lembaga penelitian dengan


petani
Penyuluh bertugas untuk menyampaikan hasil temuan lembaga penelitian
kepada petani. Sebaliknya petani berkewajiban melaporkan hasil pelaksanaan
penerapan hasil-hasil temuan lembaga penelitian yang dianjurkan tersebut
kepada penyuluh yang membinanya sebagai jembatan penghubung,
selanjutnya penyuluh menyampaikan hasil penerapan teknologi yang
dilakukan oleh petani kepada lembaga penelitian yang terkait sebagai bahan
referensi lebih lanjut.
Penyuluh pertanian adalah orang yang mengemban tugas memberikan
dorongan kepada para petani, agar mau mengubah cara berpikir, cara bekerja dan
cara hidup yang lama dengan cara-cara baru yang lebih sesuai dengan
perkembangan zaman dan perkembangan teknologi pertanian yang lebih maju.
Sebagai komponen dalam melakukan kegiatan penyuluhan, seorang penyuluh
pertanian adalah sumber atau komunikator.
Peran seorang penyuluh pertanian akan menjadi semakin penting manakala
dikaitkan dengan fungsinya sebagai agen perubahan. Penyuluh pertanian datang
ke tengah suatu masyarakat membawa sejumlah ide dan gagasan. Umumnya ide
dan gagasan tersebut mengandung hal-hal yang baru bagi masyarakat yang di
datanginya. Tujuan penyebarluasan ide dan gagasan itu adalah untuk melakukan
perubahan kehidupan masyarakat dari apa yang ada kini menuju keadaan yang
lebih baik lagi. Usaha perubahan tersebut termasuk ke dalam apa yang dikenal
sebagai perubahan sosial (social change). Oleh karena itulah para penyuluh, yakni
orang-orang yang mempelopori perubahan sosial disebut sebagai agen perubahan
(agent of change) (Krisnawati, 2014).
Peranan penyuluh pertanian sebagai agen perubahan yaitu mendorong petani
untuk melakukan perubahan-perubahan teknologi inovatif yang lebih terarah dan
maju dalam kegiatan usahatani melalui perubahan-perubahan pada petani itu
sendiri. Perubahan yang diharapkan oleh penyuluh pertanian adalah perubahan
pengetahuan, ketrampilan, sikap dan motif tindak petani, sehingga petani dapat
mencapai dua aspek keberhasilan usahatani yaitu peningkatan pendapatan dan

Universitas Sriwijaya
12

produktifitas usahatani untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya


(Zubaidi et al, 2011).
Ibrahim et al (2003) menyatakan bahwa seorang penyuluh pertanian
mempunyai beberapa tugas antara lain: membantu para petani di dalam usaha
meningkatkan produksi dan mutu hasilnya guna meningkatkan kesejahteraannya.
Oleh karena itu, penyuluh pertanian mempunyai tiga peran, yaitu sebagai
fasilitator, dinamisator dan motivator.
Penyuluh sebagai fasilitator, senantiasa memfasilitasi dalam hal kemitraan
usaha, berakses ke pasar, permodalan dan sebagainya. Selain itu juga memberikan
jalan keluar atau kemudahan-kemudahan, baik dalam proses belajar mengajar,
maupun fasilitas dalam memajukan usahataninya. Sebagai fasilitator maka yang
dilakukan oleh pekerja pengembangan masyarakat antara lain sebagai orang yang
mampu membantu masyarakat agar masyarakat mau berpartisipasi dalam kegiatan
bertani, orang yang mampu mendengar dan memahami aspirasi masyarakat,
mampu memberikan dukungan, dan mampu memberikan fasilitas kepada
masyarakat. Selain itu, peran penyuluh pertanian antara lain: edukasi (proses
belajar bersama), pemberi informasi (menghubungkan klien dengan nara sumber),
penyuluh pertanian sebagai agen pembaharuan yaitu penyuluh pertanian
membantu petani mengenal masalah-masalah teknologi yang dihadapi petani dan
mencari jalan keluar yang diperlukan (Zubaidi et al, 2011).
Penyuluh sebagai dinamisator, membantu memecahkan masalah atau
sekedar memberikan alternatif-alternatif pemecahan masalah. Dalam
melaksanakan peran konsultasi, penting untuk memberikan rujukan kepada pihak
lain yang “lebih mampu” dan atau lebih kompeten untuk menanganinya. Dalam
melaksanakan fungsi konsultasi, penyuluh pertanian tidak boleh hanya
“menunggu” tetapi harus aktif mendatangi kliennya (Zubaidi et al, 2011).
Penyuluh pertanian sebagai jembatan penghubung antara lembaga penelitian
dengan petani, penyuluh pertanian bertugas untuk menyampaikan hasil temuan
teknologi dari lembaga penelitian kepada petani. Sebaliknya, petani berkewajiban
untuk melaporkan hasil pelaksanaan penerapan hasil-hasil temuan teknologi
lembaga penelitian yang dianjurkan tersebut kepada penyuluh pertanian yang
membinanya sebagai jembatan penghubung. Selanjutnya penyuluh pertanian

Universitas Sriwijaya
13

menyampaikan hasil penerapan teknologi yang dilakukan oleh petani kepada


lembaga penelitian yang terkait sebagai bahan referensi lebih lanjut (Zubaidi et al,
2011).
Penyuluh sebagai motivator, senantiasa membuat petani tahu, mau dan
mampu menerapkan informasi inovasi teknologi yang dianjurkan. Penyuluhan
sebagai proses pembelajaran (pendidikan non formal) yang ditujukan untuk petani
dan keluarganya memiliki peran penting di dalam pencapaian tujuan
pembangunan bidang pertanian. Peran penyuluh pertanian sebagai motivator
meliputi kepemimpinan dan pembimbing petani (Zubaidi et al, 2011).
Menurut Mardikanto (2009) mengatakan bahwa agen penyuluhan dapat
mempengaruhi sasarannya melalui perannya sebagai edukator, dinamisator dan
organisator, teknisi dan konsultasi, peran tersebut antara lain:
1. Edukasi yaitu untuk memfasilitasi proses belajar yang dilakukan oleh para
penerima manfaat penyuluhan dan atau stakeholders pembangunan yang
lainnya. Seperti telah dikemukakan meskipun edukator berarti pendidikan,
tetapi proses pendidikan tidak boleh menggurui apalagi memaksakan
kehendak, melainkan harus benar-benar berlangsung sebagai proses belajar
bersama yang partisipatif dan idiologis.
2. Diseminasi Informasi/inovasi yaitu penyebarluasan informasi/inovasi dari
sumber informasi dan atau penggunanya. Tentang hal ini, seringkali kegiatan
penyuluhan hanya terpaku untuk lebih mengutamakan penyebaran
informasi/inovasi dari pihak luar. Tetapi, dalam proses pembangunan,
informasi dari “dalam” seringkali justru lebih penting, utamanya yang terkait
dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat, pengambilan keputusan kebijakan
dan atau pemecahan masalah yang segera memerlukan penanganan.
3. Fasilitator atau pendampingan yaitu lebih bersifat melayani kebutuhan-
kebutuhan yang dirasakan oleh client- nya. Fungsi fasilitasi tidak harus selalu
dapat mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan atau memenuhi
sendiri kebutuhan-kebutuhan klien, tetapi seringkali justru hanya sebagai
penengah/mediator.
4. Konsultasi yang tidak jauh berbeda dengan fasilitasi, yaitu membantu
memecahkan masalah atau sekedar memberikan alternatif-alternatif

Universitas Sriwijaya
14

pemecahan masalah. Dalam melaksanakan peran konsultasi, yang penting


untuk memberikan rujukan kepada pihak lain yang “lebih mampu” dan atau
lebih kompeten untuk menanganinya. Dalam melaksanakan fungsi konsultasi
penyuluh tidak boleh hanya “menunggu” tetapi harus aktif mendatangi
kliennya.
5. Supervisi atau pembinaan dalam praktek supervisi seringkali disalah artikan
sebagai kegiatan “pengawasan” atau “pemeriksaan”. Tetapi sebenarnya
adalah lebih banyak pada upaya untuk bersama-sama klien melakukan
penilaian (self assesment), untuk kemudian memberikan saran alternatif
perbaikan atau pemecahan masalah yang dihadapi.
6. Pemantauan atau kegiatan evaluasi pemantauan tidak jauh berbeda dengan
supervisi, bedanya adalah kegiatan pemantauan lebih menonjolkan peran
penilaian, sedang supervisi lebih menonjolkan upaya perbaikan.
7. Evaluasi yaitu kegiatan pengukuran dan penilaian yang dapat dilakukan
sebelum, selama, dan setelah kegiatan selesai dilakukan. Meskipun demikian,
evaluasi seringkali hanya dilakukan setelah kegiatan selesai, untuk melihat
proses hasil kegiatan (output), dan dampak (outcome) kegiatan, yang
menyangkut kinerja (performance) baik teknis maupun finansialnya.
Berbagai pendapat mengenai peran penyuluh pertanian tersebut dapat
disimpulkan merujuk pada pendapat Mardikanto (2009) pada dasarnya peran
penyuluh pertanian lapangan dapat dikategorikan kedalam lima peran yaitu, peran
sebagai edukator, diseminasi informasi/inovasi, fasilitator, supervisi dan
konsultan.

2.1.3 Konsepsi Persepsi


Persepsi adalah tanggapan yang mengandung makna yang terorganisasi
tentang suatu rangsangan setelah melalui proses memahami, menafsirkan,
menginterpretasikan, dan memikirkan secara sadar. Kualitas persepsi yang
muncul tergantung dari kemampuan petani menafsirkan, menginterpretasikan, dan
memahami informasi tentang peranan penyuluh pertanian. Persepsi merupakan
proses aktif penggunaan pikiran sehingga menimbulkan tanggapan terhadap suatu

Universitas Sriwijaya
15

rangsang. Persepsi yang terbentuk dalam diri petani akan mempengaruhi cara
pandangnya terhadap peran penyuluh. Persepsi petani terhadap peran penyuluh
dapat menjadi salah satu faktor penghambat atau pendorong bagi partisipasi atau
keterlibatan petani dalam kegiatan penyuluhan (Krisnawati, 2014).
Menurut Rakhmat (2000) mengartikan persepsi sebagai pengalaman
tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada rangsangan
inderawi. Menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi
tetapi juga atensi (perhatian), ekspektasi (harapan), motivasi, dan memori.
Krisnawati (2014) menyatakan persepsi terkait erat dengan masalah sikap,
karena persepsi merupakan komponen kognitif sikap. Berdasarkan psikologi
sosial sikap diartikan sebagai derajat atau tingkat kesesuaian atau ketidaksesuaian
seseorang terhadap objek tertentu. Kesesuaian atau ketidaksesuaian ini dinyatakan
dalam skala yang menunjukkan sangat setuju atau sangat tidak setuju terhadap
objek sikap. Jadi, proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan
pembulatan terhadap informasi yang diterima.
Persepsi menurut Walgito (2004) adalah suatu proses yang didahului oleh
penginderaan. Penginderaan adalah suatu proses diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat penerimaan yaitu alat indra.
Dikutip dari pernyataan Ambar (2009) dalam Ardzian (2010) semakin
tinggi derajat kesamaan persepsi individu, semakin mudah dan semakin sering
mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung
membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas. Persepsi meliputi :
1. Penginderaan (sensasi), melalui alat-alat indra kita (indra perasa, indra peraba,
indra pencium, indra pengecap, dan indra pendengar). Makna pesan yang
dikirimkan ke otak harus dipelajari. Semua indra itu mempunyai andil bagi
berlangsungnya komunikasi manusia. Penglihatan menyampaikan pesan
nonverbal ke otak untuk diinterprestasikan. Pendengaran juga menyampaikan
pesan verbal ke otak untuk ditafsirkan. Penciuman, sentuhan dan pengecapan,
terkadang memainkan peranan penting dalam komunikasi.
2. Atensi atau perhatian adalah, pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi
dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan dari

Universitas Sriwijaya
16

penginderaan, ingatan dan, proses kognitif lainnya. Proses atensi membantu


efisiensi penggunaan sumberdaya mental yang terbatas yang kemudian akan
membantu kecepatan reaksi terhadap rangsang tertentu. Atensi dapat
merupakan proses sadar maupun tidak sadar.
3. Interpretasi adalah, proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua
atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan simbol-simbol yang sama,
baik secara simultan (dikenal sebagai interpretasi simultan) atau berurutan
(dikenal sebagai interpretasi berurutan).
Miftah (2003) menyatakan proses terbentuknya persepsi didasari pada
beberapa tahapan, yaitu:
1. Stimulus atau Rangsangan
Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu
stimulus/rangsangan yang hadir dari lingkungannya.
2. Registrasi
Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik
yang berupa penginderaan dan syarat seseorang berpengaruh melalui alat
indera yang dimilikinya. Seseorang dapat mendengarkan atau melihat
informasi yang terkirim kepadanya, kemudian mendaftar semua informasi
yang terkirim kepadanya tersebut.
3. Interpretasi
Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat penting
yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang diterimanya. Proses
interpretasi tersebut bergantung pada cara pendalaman, motivasi, dan
kepribadian seseorang.

2.1.4 Konsepsi Usahatani


Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya
dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa
mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk
memperoleh hasil selanjutnya (Jauda et al, 2016).

Universitas Sriwijaya
17

Rahim (2007) menyatakan bahwa usahatani (wholefarm) merupakan ilmu


yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi
(tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih, dan peptisida) dengan
efektif, efisien, dan berkelanjutan untuk menghasilkan produksi yang tinggi
sehingga, pendapatan usahataninya meningkat. Dikatakan efektif bila petani dapat
mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya,
dan dikatakan efisien apabila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan
pengeluaran (output).
Menurut Suratiyah (2009) usahatani merupakan ilmu yang mempelajari
cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan
penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga
memberikan pendapatan semaksimal mungkin.
Dari beberapa definisi usahatani tersebut dapat diartikan bahwa yang
dimaksud dengan usahatani adalah petani melakukan kegiatan bercocok tanam
dengan memanfaatkan tenaga kerja, sumber daya alam dan modal seefektif
mungkin sehingga menghasilkan produksi yang tinggi dan memberikan
pendapatan usahatani yang maksimal.

2.1.5 Konsepsi Pendapatan Usahatani


Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur kesejahteraan
seseorang atau masyarakat, sehingga pendapatan masyarakat ini mencerminkan
kemajuan ekonomi suatu masyarakat. Pendapatan kotor usahatani atau
penerimaan usahatani sebagai nilai produksi total usahatani dalam jangka waktu
tertentu baik yang dijual maupun tidak dijual (Jauda et al, 2016).
Pendapatan usahatani yang merupakan selisih antara penerimaan usahatani
dan biaya yang dikeluarkan untuk usahatani merupakan indikator penting terhadap
keberhasilan suatu usahatani. Bagaimanapun juga, petani melaksanakan usahatani
untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Pendapatan usahatani yang lebih tinggi
memungkinkan petani untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dengan lebih baik
(Basuki, 2008).

Universitas Sriwijaya
18

Menurut Soekartawi (2003) menyatakan bahwa pendapatan dibagi menjadi


dua bagian, yaitu: (1) pendapatan kotor, yaitu pendapatan yang diterima dari
seluruh hasil penjualan barang dan produksi, (2) pendapatan bersih, yaitu selisih
antara pendapatan kotor dengan biaya produksi.
Sukirno (2006) menyatakan biaya produksi didefinisikan sebagai semua
pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor
produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan
barang-barang yang diproduksi perusahaan tersebut. Sukirno (2008)
penggolongan biaya produksi berdasarkan jangka pendek digolongkan menjadi 3
jenis biaya yakni:
1. Total Variabel Cost (TVC) adalah biaya yang besarnya tergantung pada output
yang dihasilkan. Misalnya biaya bahan untuk menghasilkan suatu produk.
Semakin banyak produk yang dihasilkan, maka semakin banyak bahan yang
digunakan sehingga biaya lebih besar.
2. Total Fixed Cost (TFC) adalah biaya yang tidak tergantung banyak sedikit
produk yang dihasilkan. Misalnya biaya penyusutan mesin, biaya penyusutan
ini tidak tergantung apakah mesin digunakan pada kapasitas penuh, setengah
kapasitas bahkan tidak digunakan, biaya tetap harus dikeluarkan.
3. Total Cost (TC) adalah jumlah antara biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
total produksi akan semakin besar jika semakin banyak produk yang dihasilkan
tanpa melihat kenaikan hasil. Biaya total produksi juga digunakan untuk
menentukan pendapatan dari usaha dengan mengurangkannya dengan
penerimaan.
Penerimaan diartikan sebagai nilai produk total dalam jangka waktu tertentu
baik yang dipasarkan maupun tidak (Soekartawi, 2003). Penerimaan juga dapat
didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan. Penerimaan adalah
hasil perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual produk.
Penerimaan usaha tani padi dihitung dengan rumus:
TR = Py . Y
Dimana :
Py : Harga dari produksi (Rp/Kg)
Y : Jumlah produksi yang diperoleh dari usahatani (Kg)

Universitas Sriwijaya
19

Menurut Sukirno (2006) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang


diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik
harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. Kegiatan usahatani pada akhirnya
akan memperoleh pendapatan berupa nilai uang yang diterima dari penjualan
produk yang dikurangi biaya yang telah dikeluarkan. Pendapatan adalah selisih
antara penerimaan dengan pengeluaran total usahatani padi sawah lebak.
Pendapatan dirumuskan sebagai berikut:
Pd = TR - TC
Dimana :
Pd = Pendapatan Usahatani (Rp)
TR = Total Penerimaan (Rp)
TC = Total Biaya (Rp)

2.2 Model Pendekatan

UPTD BPP Sekojo


(Penyuluh Pertanian Lapangan)

Petani Persepsi petani terhadap


peran PPL : Baik
1. Edukator
Usahatani Padi 2. Diseminasi Informasi/inovasi Sedang
Sawah Lebak 3. Fasilitator (Pendamping)
4. Supervisi (Pembinaan)
5. Konsultan Buruk
Produksi

Penerimaan

Pendapatan
Usahatani Padi
Sawah lebak

Keterangan :
: Mempengaruhi : Hubungan :Terdiri dari : Alur Kegiatan
Gambar 2.1 Diagramatik Model Pendekatan

Universitas Sriwijaya
20

2.3 Hipotesis
Berdasarkan penelitian terdahulu menurut Karinasari (2017) dengan judul
“Persepsi Petani Padi Rawa Lebak Terhadap Kualitas Layanan Penyuluh
Pertanian Lapangan Dan Hubungannya Dengan Tingkat Partisipasi Petani Di
Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir”, menyatakan bahwa Persepsi petani
terhadap kualitas layanan penyuluh pertanian di Desa Pelabuhan Dalam
Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir termasuk dalam kategori baik dan
terdapat hubungan yang positif antara persepsi petani terhadap kualitas layanan
penyuluh pertanian dengan tingkat parisipasi petani.
Berdasarkan penelitian terdahulu, menurut Rahman (2010) dengan judul
“Hubungan Antara Persepsi Petani Terhadap Peran Penyuluh Pertanian Lapang
(PPL) Dengan Partisipasi Petani Dalam Kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan
Tanaman Terpadu (SL-PTT) Di Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten”. Dalam
penelitian tersebut untuk mengukur persepsi petani terhadap peran penyuluh
pertanian lapangan digunakan 5 indikator yaitu inisiator, motivator, mediator,
supervisor, dan fasililator. Menyatakan bahwa petani memiliki persepsi yang baik
karena memperoleh nilai yang tinggi untuk indikator motivator dan fasilitator,
sedangkan untuk inisiator, mediator dan supervisor persepsi petani memperoleh
nilai sedang.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ramnawaty (2014)
dengan judul “Persepsi Petani Padi Terhadap Peran Penyuluhan Pertanian di
Kabupaten Gorontalo”, menyatakan bahwa petani memiliki persepsi yang baik
terhadap peran penyuluh pertanian. Hal ini terlihat pada jumlah responden yang
memperoleh nilai sangat tinggi sehingga dapat disebutkan bahwa peran penyuluh
pertanian sudah optimal.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Inten et al (2017)
dengan judul “Peranan Penyuluh Pertanian Dalam Peningkatan Pendapatan Petani
Komoditas Padi Di Kecamatan Tanjungselor Kabupaten Bulungan Kalimantan
Utara”, menyatakan bahwa pendapatan petani berbanding searah dengan peran
penyuluh. Semakin meningkat peran penyuluh dalam mendampingi petani maka
semakin meningkat juga pendapatan petani dan menyatakan bahwa 50% penyuluh
sangat berperan dalam peningkatan kesejahteraan petani. indikator peran yang

Universitas Sriwijaya
21

dimaksud adalah penyuluh sebagai : 1) Pembimbing (90% sangat berperan); 2)


pemantau dan pengevaluasi (46,67% sangat berperan); 3) fasilitator (53,33%
sangat berperan); dan 4) konsultan (43,34% berperan).
Berdasarkan kerangka teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis secara
keseluruhan dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Diduga persepsi petani terhadap peran Penyuluh Pertanian Lapangan di
Kelurahan Sei Lais Kota Palembang dalam kategori baik.
2. Diduga terdapat hubungan yang positif antara persepsi petani dengan
pendapatan usahatani padi.

2.4 Batasan Operasional


Batasan operasional dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. UPTD BPP adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Penyuluhan Pertanian
yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan pada tingkat operasional dalam memberikan penyuluhan
di bidang tanaman pangan, khususnya tanaman padi.
2. Penyuluhan pertanian adalah suatu upaya untuk mengubah perilaku petani
dan keluarganya, agar mereka mengetahui dan mempunyai kemauan serta
mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam kegiatan usahatani.
3. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) adalah petugas dari Badan Pelaksana
Penyuluhan Pertanian kabupaten/kota yang diperbantukan untuk
memberikan pengarahan, pembinaan, dan penyuluhan di bidang pertanian.
4. Petani adalah seseorang yang melakukan kegiatan usahatani padi dengan
cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan
memelihara tanaman, dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman
tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya.
5. Persepsi petani adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dalam menafsirkan pesan.
6. Persepsi yang diteliti adalah persepsi petani terhadap peran Penyuluh
Pertanian Lapangan (PPL).

Universitas Sriwijaya
22

7. Peran PPL adalah ukuran dimana penyuluh dinilai oleh petani berdasarkan 5
indikator yaitu: (1) edukator, (2) diseminasi informasi/inovasi, (3) fasilitator
(pendamping), (4) supervisi (pembinaan), dan (5) konsultan.
8. Edukator adalah melaksanakan kegiatan mendidik atau memberikan
pengetahuan baru kepada petani dengan tujuan petani-petani tersebut dapat
berpikir maju dan dapat mengembangkan usahataninya sehingga menjadi
lebih baik tetapi proses pendidikan tidak boleh menggurui apalagi
memaksakan kehendak dan berlangsung sebagai proses belajar bersama.
9. Edukator diukur dari petani memperoleh pengetahuan baru setiap kunjungan
penyuluh dan pemahaman materi dari penyuluhan.
10. Diseminasi informasi/inovasi adalah kegiatan yang ditunjukkan kepada
kelompok tani dengan tujuan petani diarahkan agar memperoleh informasi,
menerima dan memanfaatkan informasi tersebut untuk dirinya.
11. Diseminasi informasi/inovasi diukur dari informasi pemasaran hasil
usahatani dan penyuluh membantu untuk memenuhi kebutuhan petani.
12. Fasilitator (pendamping) adalah penyuluh mendampingi atau membantu
kelompok tani untuk mencapai tujuan dalam memajukan usahataninya,
memberikan jalan keluar baik dalam proses belajar mengajar, maupun
fasilitas dalam memajukan usahatani.
13. Fasilitator (pendamping) diukur dari penyuluh memberikan materi teknik
budidaya untuk menambah hasil usahatani dan keahlian penyuluh
membantu meningkatkan hasil produksi.
14. Supervisi (pembinaan) adalah upaya penyuluh untuk bersama-sama petani
melakukan penilaian (self assesment), untuk kemudian memberikan saran
alternatif perbaikan atau pemecahan masalah yang dihadapi.
15. Supervisi (pembinaan) diukur dari peningkatan kegiatan budidaya padi dan
penerapan teknik budidaya dalam usahatani.
16. Konsultan adalah kemampuan penyuluh dalam memberikan pelayanan
kepada petani disetiap kegiatan petani serta memberi dorongan kepada
petani untuk selalu berusaha mengembangkan usahataninya.
17. Konsultan diukur dari memotivasi serta mengarahkan petani dan
memberikan bimbingan serta evaluasi kepada petani.

Universitas Sriwijaya
23

18. Untuk mengetahui persepsi petani dibagi dalam 3 kategori, yaitu baik (2,34
< x ≤ 3,00), sedang (1,67 < x ≤ 2,34) dan buruk (1,00 ≤ x ≤ 1,67).
19. Usahatani adalah kegiatan yang mengorganisasi sarana produksi pertanian
dan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki petani agar berjalan secara
efektif dan efisien dan memanfaatkan sumber daya tersebut agar
memperolah keuntungan.
20. Biaya tetap merupakan biaya yang tidak akan berubah secara total atau
jumlahnya sama sepanjang proses produksi usahatani padi (Rp/Ha/mt).
21. Biaya variabel adalah biaya yang totalnya dapat berubah sesuai dengan
kegiatan yang dilakukan oleh petani dan dapat habis dalam satu kali
produksi usahatani padi (Rp/Ha/mt).
22. Produksi adalah hasil produksi dari usahatani padi yang dihasilkan dan
dihitung dalam (Kg/Ha/mt).
23. Biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan petani dalam
usahataninya per musim tanam yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel
(Rp/Ha/mt).
24. Penerimaan usahatani adalah jumlah produksi padi yang dihasilkan per
tahun atau per musim tanam dikalikan dengan harga jual (Rp/Ha/mt).
25. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan
biaya produksi total yang dikeluarkan oleh petani per musim tanam
(Rp/Ha/mt).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Sei Lais Kecamatan Kalidoni Kota
Palembang. Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan bahwa di Kelurahan Sei Lais ini merupakan Kelurahan yang aktif
dalam kegiatan penyuluhan dan penduduknya merupakan petani padi. Penelitian
ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2018 sampai dengan selesai.

3.2 Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode
survei dilakukan dengan mengambil sampel dari sebagian populasi dan dengan
menggunakan kuisioner sebagai instrumen pengumpulan data pokok dan
wawancara langsung kepada petani untuk mengetahui persepsi petani terhadap
peran penyuluh pertanian lapangan (PPL). Sampel penelitian ini adalah petani
padi sawah lebak di Kelurahan Sei Lais Kecamatan Kalidoni Kota Palembang.

3.3 Metode Penarikan Contoh


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani padi di Kelurahan Sei
Lais Kecamatan Kalidoni. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan
metode acak sederhana (Simple Random Sampling) yaitu sebuah sampel yang
diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Jumlah sampel yang diambil
adalah sebesar 33 dari jumlah 135 populasi. Penentuan sampel dalam penelitian
ini menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut:
𝑁 135
𝑛= = = 33,4 = 33
1 + 𝑁𝑒 2 1 + 135 (0,15)2

24
Universitas Sriwijaya
25

Dimana :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah Populasi
e2 = Batas toleransi kesalahan
Angka yang didapat dari perhitungan rumus Slovin yaitu 33,4 dibulatkan
menjadi 33, sehingga penentuan ukuran petani sampel untuk populasi 135 dengan
tingkat kesalahan 15 persen, didapat sampel dalam penelitian ini sebanyak 33
orang petani dengan pertimbangan bahwa anggota populasinya merupakan petani
yang menanam padi di Kelurahan Sei Lais.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara langsung dengan petani menggunakan kuesioner. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan petani
padi terkait persepsi petani terhadap peran penyuluhan pertanian lapangan dengan
menggunakan kuesioner sebagai bahan daftar pertanyaan. Data sekunder
diperoleh dari studi pustaka, penelitian terdahulu, jurnal ilmiah dan instansi-
instansi terkait.

3.5 Metode Pengolahan Data


Data dan informasi yang diperoleh dilapangan kemudian diolah sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini. Untuk menjawab tujuan
pertama dari penelitian ini, yaitu mengetahui persepsi petani terhadap peran
Penyuluh Pertanian Lapangan menggunakan metode skala likert. Data diukur
dengan 5 indikator yaitu edukator, diseminasi informasi/inovasi, fasilitator
(pendamping), supervisi (pembinaan), dan konsultan, masing-masing indikator
akan diukur dengan 2 pertanyaan. Setiap pertanyaan diberi skor 3 untuk kriteria
baik, skor 2 untuk kriteria sedang, dan skor 1 untuk kriteria buruk.

Universitas Sriwijaya
26

Selanjutnya jawaban responden dikategorikan dalam interval kelas dengan


rumus:
NR = NST – NSR PI = NR : JIK
Dimana :
NR = Nilai range
NST = Nilai skor tertinggi
NSR = Nilai skor terendah
PI = Panjang interval
JIK = Jumlah interval kelas
Perhitungan untuk membuat interval kelas total komponen adalah :
NST = (5 indikator x 2 pertanyaan x bobot pertanyaan (3)) = 30
NSR = (5 indikator x 2 pertanyaan x bobot pertanyaan (1)) = 10
Perhitungan total interval kelas :
NR = NST – NSR PI = NR : JIK
= 30 – 10 = 20 : 3
= 20 = 6,6
Perhitungan untuk membuat interval kelas per indikator adalah :
NST = (2 pertanyaan x bobot pertanyaan (3)) = 6
NSR = (2 pertanyaan x bobot pertanyaan (1)) = 2
Perhitungan interval kelas per indikator:
NR = NST – NSR PI = NR : JIK
=6–2 =4:3
=4 = 1,33
Perhitungan untuk membuat interval kelas tiap pertanyaan adalah :
NST = (1 pertanyaan x bobot pertanyaan (3)) = 3
NSR = (1 pertanyaan x bobot pertanyaan (1)) = 1
Perhitungan total interval kelas :
NR = NST – NSR PI = NR : JIK
=3–1 =2:3
=2 = 0,66

Universitas Sriwijaya
27

Berdasarkan hasil pengolahan diatas, maka didapat nilai interval kelas pada
Tabel 3.1 sebagai berikut :
Tabel 3.1 Interval kelas Persepsi Petani
Nilai Interval
Nilai Interval Nilai Interval
Kelas
No Kelas Kelas Kriteria
(per
(skor total) (per indikator)
pertanyaan)
1. 10,00 ≤ x ≤ 16,60 2,00 ≤ x ≤ 3,33 1,00 ≤ x ≤ 1,67 Buruk
2. 16,60 < x ≤ 23,20 3,33 < x ≤ 4,66 1,67 < x ≤ 2,34 Sedang
3. 23,20 < x ≤ 30,00 4,66 < x ≤ 6,00 2,34 < x ≤ 3,00 Baik

Untuk menjawab tujuan kedua dari penelitian ini yaitu menganalisis


pendapatan petani padi dihitung menggunakan rumus:
Pd = TR - TC
TR = Py . Y
TC = TFC + TVC
Keterangan :
Pd = Pendapatan Usahatani padi (Rp/Kg/musim tanam)
TR = Total Penerimaan usahatani padi (Rp/musim tanam)
TC = Total Biaya produksi tanaman padi (Rp/Kg/musim tanam)
Py = Harga jual dari produksi tanaman padi (Rp/Kg/musim tanam)
Y = Produksi yang diperoleh dari usahatani padi (Kg/musim tanam)
TC = Total biaya produksi usahatani padi (Rp/Kg/musim tanam)
TVC = Total biaya variabel usahatani padi (Rp)
TFC = Total biaya tetap usahatani padi (Rp)

Untuk menjawab tujuan ketiga yaitu, menganalisis hubungan persepsi petani


dengan pendapatan usahatani padi digunakan analisis korelasi Rank Spearman.
Rumus korelasi Rank Spearman menurut adalah sebagai berikut :
6 ∑ 𝑑2
𝑟𝑠 = 1 −
𝑛(𝑛2 − 1)

Dimana : ∑𝑑𝑖 2 = ∑𝑛𝑖=𝑙{ 𝑅 (𝑥𝑖) − 𝑅 (𝑦𝑖) }2


Bila dalam pemberian peringkat terdapat angka yang sama, maka dianjurkan
menggunakan rumus :

Universitas Sriwijaya
28

∑ 𝑥 2 + ∑ 𝑌 2 − ∑𝑑𝑖2
𝑟𝑠 = 2
,
√∑𝑥 2 ∑𝑌 2

𝑛3 − 𝑛 𝑡𝑥3 − 𝑡𝑥
∑ 𝑋2 = - ∑ 𝑇𝑥 Dimana ∑ 𝑇𝑥 =
12 12

𝑛3 − 𝑛 𝑡𝑥3 − 𝑡𝑦
∑ 𝑌2 = - ∑ 𝑇𝑦 Dimana ∑ 𝑇𝑦 =
12 12

Keterangan :
𝑟𝑠 = Statistik untuk koefesien korelasi Spearman
n = Jumlah sampel
di = Selisih peringkat pengamatan masing-masing R(xi) dan R(yi)
R = Peringkat nilai data, baik untuk X maupun Y
Tx = Jumlah variabel x yang sama
Ty = Jumlah variabel y yang sama

Kaidah Keputusan :
𝑅𝑠 hitung > 𝑟𝑠 α (n) = Tolak Ho Dimana α = 0,05
𝑅𝑠 hitung  𝑟𝑠 α (n) = Terima Ho
Artinya :
Terima Ho : Tidak terdapat hubungan antara persepsi petani dengan
pendapatan usahatani padi.
Tolak Ho : Terdapat hubungan antara antara persepsi petani dengan
pendapatan usahatani padi.

Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan


antara dua variabel, keeratan hubungan diinterprestasi dengan menggunakan
aturan Guilford (Guilford Empirical Rule) sebagai berikut :
0 - < 0,2 : Korelasi Sedikit ; Hubungan hampir diabaikan
 0,2 - < 0,4 : Korelasi Kecil ; Hubungan rendah
 0,4 - < 0,7 : Korelasi Moderat ; Hubungan substantive
 0,7 - < 0,9 : Korelasi Tinggi ; Hubungan yang kuat
 0,9 - < 1.0 : Korelasi yang Sangat Tinggi : Hubungan yang sangat kuat
Sumber : Guilford dalam Aspin (2007).

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian


4.1.1. Lokasi dan Batas Umum Wilayah Administratif
Kelurahan Sei Lais sebagian besar terletak di pinggir sungai musi Kota
Palembang. Kelurahan Sei Lais memiliki luas wilayah sebesar 802 Hektar. Secara
umum batasan wilayah administratif Kelurahan Sei Lais sebagai berikut :
1. Sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Musi.
2. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Sei selincah.
3. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Sei Selincah.
4. Sebalah timur berbatasan dengan Sungai Musi.
Kelurahan Sei Lais merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Kalidoni
yang memiliki luas wilayah paling besar diantara empat kelurahan lainnya dengan
persentase 28,72 persen dari total luas Kecamatan Kalidoni. Kelurahan Sei Lais
memiliki wilayah untuk pertanian yang cukup besar yaitu 254 hektar untuk lahan
sawah dan 3,30 hektar untuk lahan pertanian bukan sawah.
Berdasarkan pembagian wilayah administrasinya Kelurahan Sei Lais sudah
termasuk kedalam desa swasembada yang artinya wilayah yang sudah memiliki
fasilitas yang memadai baik sarana dan prasarananya sehingga menjadi wilayah
yang lebih maju dan setiap masyarakatnya mampu memanfaatkan dan
mengembangkan sumber daya alam dan potensinya sesuai dengan kegiatan
pembangunan. Kelurahan Sei Lais saat ini memiliki 7 Rukun Warga (RW), 42
Rukun Tetangga (RT), dan 3.551 Kepala Keluarga (KK).

4.1.2. Keadaan penduduk


Kelurahan Sei Lais memiliki jumlah penduduk sebanyak 13.263 jiwa
dengan tingkat kepadatan 16,54 jiwa/Km2. Komposisi penduduk di Kelurahan Sei
Lais berdasarkan jenis kelamin terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 6.652 jiwa
dan penduduk perempuan sebesar 6.611 jiwa, dapat dikatakan hampir seimbang
antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. Hal ini terlihat dari selisih
jumlah sebanyak 41 orang lebih banyak laki-laki.

29
Universitas Sriwijaya
30

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kelurahan Sei Lais pada tahun 2017,
terdata bahwa mayoritas penduduk berada pada kelompok usia produktif, dengan
rentang usia 25-34 tahun. Pada Tabel 4.1, dapat dilihat komposisi atau jumlah
penduduk berdasarkan usia di Kelurahan Sei Lais Kota Palembang.

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia di Kelurahan Sei Lais


Kelompok Usia Jumlah
No.
(Tahun) (Jiwa)
1. 0-4 110
2. 5-9 1.336
3. 10-14 1.252
4. 15-19 1.076
5. 20-24 1.216
6. 25-29 1.399
7. 30-34 1.388
8. 35-39 1.157
9. 40-44 990
10. 45-49 896
11. 50-54 773
12. 55-59 755
13. 60-65 486
14. 66 - >74 202
Jumlah 13.036
Sumber: Kantor Kelurahan Sei Lais Kota Palembang, 2017

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kelurahan Sei Lais pada tahun 2017,
terdata bahwa mayoritas penduduk menurut pekerjaannya berprofesi sebagai
buruh bangunan sebanyak 2.693 jiwa. Profesi lainnya seperti PNS/ABRI
sebanyak 112 jiwa, tani sebanyak 135 jiwa, pensiunan sebanyak 90 jiwa. Pada
Tabel 4.2, dapat dilihat jumlah penduduk dirinci menurut pekerjaannya.

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk di Kelurahan Sei Lais Dirinci Menurut Pekerjaan
No. Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. PNS/ABRI 112 3,69
3. Tani 135 4,46
4. Buruh/Jasa 2.693 88,88
5. Pensiunan 90 2,97
Jumlah 3.030 100,00
Sumber : Kantor Kelurahan Sei Lais Kota Palembang, 2017

Universitas Sriwijaya
31

4.1.3. Sarana dan Prasarana


Sarana prasarana pendidikan sangat diperlukan dalam rangka
pengembangan Sumber Daya Manusianya agar menjadi lebih maju dan
berkembang. Jumlah sekolah yang ada di Kelurahan Sei Lais dapat dikatakan
masih belum memadai karena hanya memiliki prasarana pendidikan SD saja
berjumlah 6 unit, sedangkan untuk sekolah TK, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi
Kelurahan Sei Lais tidak memiliki prasarananya. Sementara untuk melanjutkan
pendidikan karena prasarana yang tidak tersedia, penduduk harus melanjutkan
pendidikan diwilayah selain Kelurahan Sei Lais yang memiliki kelengkapan
prasarana pendidikan. Selama tahun ajaran 2015/2016 terdapat murid Taman
Kanak-kanak sebanyak 205 orang dan murid Sekolah Dasar sebanyak 1.420
orang.
Fasilitas kesehatan yang tersedia berupa Poliklinik sebanyak 1 unit,
Puskesmas Pembantu (Pustu) sebanyak 1 unit, dan Posyandu sebanyak 12 unit.
Kelurahan Sei Lais belum memiliki fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan
rumah sakit bersalin namun penduduk tidak terlalu sulit untuk melakukan
pengobatan dirumah sakit karena terdapat rumah sakit di Kelurahan Sei Selincah
maupun Kelurahan Bukit Sangkal yang jaraknya tidak terlalu jauh dan dapat
ditempuh dengan waktu ±10 menit dengan angkutan umum yang tersedia. Selain
prasarana pendidikan, kesehatan tersedia pula prasarana olahraga yang tersedia di
Kelurahan Sei Lais berupa lapangan Bulu tangkis sebanyak 2 unit dan lapangan
bola voli sebanyak 1 unit yang bisa dipergunakan siapa saja.
Seluruh penduduk di Kelurahan Sei Lais merupakan masyarakat muslim,
berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Sei Lais penduduk yang
berjumlah 13.263 jiwa mayoritas adalah agama islam dengan dengan jumlah
tempat ibadah berupa masjid sebanyak 8 unit dan musholla sebanyak 17 unit.
Akses menuju ke Kelurahan Sei Lais cukup mudah dengan tersedianya
fasilitas jalan darat yang sudah bagus, mayoritas masyarakat biasa menggunakan
transportasi umum seperti angkutan umum, bus kota, ojek, dan bajaj bahkan dapat
menyebrang ke wilayah lain menggunakan ketek atau semacam perahu kecil
bermuatan ±15 orang dengan jarak tempuh 10-15 menit untuk sampai di Pulo

Universitas Sriwijaya
32

Kemaro. Kegiatan perekonomian di Kelurahan Sei Lais rata-rata penduduk


membuka toko kelontong sebanyak 45 unit yang berada dipinggir jalan.
Pada Tabel 4.3, dapat dilihat sarana dan prasarana yang tersedia di
Kelurahan Sei Lais Kota Palembang Tahun 2016.

Tabel 4.3. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Sei Lais Kota Palembang
No Uraian Jumlah (Unit)
1. Sarana/Prasarana Pendidikan
Taman Kanak-kanak 2
Sekolah Dasar 6
Sekolah Menengah Pertama (SMP) / sederajat -
Sekolah Menengas Atas (SMA) / sederajat -
Perguruan Tinggi -
2. Sarana/Prasarana Kesehatan
Rumah Sakit -
Rumah Bersalin -
Poliklinik 1
Puskesmas -
Puskesmas Pembantu (Pustu) 1
Posyandu 12
Praktek Bidan 1
3. Sarana/Prasarana Olahraga
Lapangan Bulu Tangkis 2
Lapangan Bola Voli 1
4. Tempat Ibadah
Masjid 8
Musholla 17
5. Sarana/Prasarana Perekonomian
Toko Kelontong 45
Sumber: Kantor Kelurahan Sei Lais Kota Palembang, 2017

4.2. Identitas Petani Contoh


Petani contoh yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 33 orang
petani yang tergabung dalam kelompok tani dan merupakan anggota tetap dalam
masing-masing kelompok tani. Petani contoh ini merupakan petani padi sawah
lebak yang juga merupakan petani pemilik sawah di wilayah Kelurahan Sei Lais
Kota Palembang. Adapun pekerjaan pokok petani contoh rata-rata sebagai petani
padi dan saat tidak musim tanam beberapa petani memilih bekerja sebagai buruh,
serabutan bahkan tidak bekerja. Identitas petani contoh pada penelitian ini
digolongkan berdasarkan umur, tingkat pendidikan, luas lahan, dan status lahan.

Universitas Sriwijaya
33

4.2.1.Umur Petani Contoh


Rata-rata petani contoh yang diambil dalam penelitian termasuk kedalam
usia produktif mulai dari usia 35-62 tahun. Pada Tabel 4.4, dapat dilihat identitas
petani contoh yang dikelompokkan berdasarkan umur.

Tabel 4.4. Identitas Petani Contoh Berdasarkan Umur


Tingkat Umur Petani Contoh
(Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
27-35 4 12,12
36-44 9 27,27
45-53 9 27,27
54-62 4 12,12
63-71 5 15,15
>72 2 6,07
Jumlah 33 100,00
Sumber : lampiran 2

Pada Tabel 4.4, menunjukkan bahwa usia tertinggi petani contoh dengan
rentang usia 36-53 tahun dengan nilai persentase yang sama yaitu sebesar 27,27%
yang artinya petani contoh disini adalah orang-orang yang masih dapat bekerja
dengan baik untuk memberikan hasil produksi yang baik. Petani yang berada di
kelompok (lebih dari 72 tahun) berjumlah sebanyak 2 orang dengan nilai
persentase sebesar 6,07% artinya untuk usia yang sudah tidak produktif lagi,
petani-petani ini seharusnya tidak lagi melakukan kegiatan berusahatani padi yang
membutuhkan banyak kekuatan fisik.

4.2.2. Tingkat Pendidikan Petani Contoh


Tingkat pendidikan merupakan faktor yang cukup penting untuk
menentukan kemajuan dan berpengaruh terhadap perilaku. Seseorang yang
memiliki pendidikan tinggi cenderung lebih berpikir terbuka untuk dapat
menerima sesuatu hal yang baru, sehingga akan mempermudah dalam
berusahatani. Pada penelitian ini tingkat pendidikan petani contoh rata-rata berada
pada tingkat pendidikan sekolah dasar saja. Pada Tabel 4.5, dapat dilihat tingkat
pendidikan petani contoh dalam penelitian ini.

Universitas Sriwijaya
34

Tabel 4.5. Identitas Petani Contoh Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Petani Contoh
No. Tingkat Pendidikan
Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Tidak tamat SD 6 18,18
2. SD 24 72,72
3. SMP 1 3,03
4. SMA 2 6,07
Jumlah 33 100,00
Sumber: lampiran 2

Pada Tabel 4.5, dapat dilihat nilai tertinggi dengan jumlah 24 orang atau
sebesar 72,72% mayoritas petani contoh berada pada tingkat pendidikan sekolah
dasar. Nilai yang paling rendah berada pada tingkat pendidikan SMP dengan
jumlah 1 orang atau 3,03%. Petani contoh hanya menyelesaikan pendidikan SD
dengan alasan bahwa sampai saat ini saja belum tersedianya prasarana sekolah
yang cukup di wilayah Kelurahan Sei Lais dan kesulitan dalam memenuhi biaya
untuk melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya sehingga lebih memilih untuk
bekerja membantu orang tua melakukan usahatani padi.

4.2.3. Luas Lahan Petani Contoh


Luas lahan merupakan faktor yang mempengaruhi terhadap hasil produksi
padi. Semakin luas lahan yang dimiliki maka kemungkinan semakin banyak hasil
usahatani padi yang dapat diperoleh. Rata-rata luas lahan yang dimiliki petani
contoh dalam penelitian ini sebesar 1 hektar dengan jumlah 17 orang atau sebesar
42,42%. Pada Tabel 4.6, dapat dilihat luas lahan petani padi di Kelurahan Sei Lais
Kota Palembang.

Tabel 4.6. Identitas Petani Contoh Berdasarkan Luas Lahan


No. Luas Lahan (Ha) Jumlah (orang) Persentase (%)
1. 1 17 51,52
2. 1,5 10 30,30
3. 2 5 15,15
4. 2,5 1 3,03
Jumlah 33 100,00
Sumber: lampiran 2

Pada Tabel 4.6, luas lahan petani contoh dengan luas paling kecil sebesar 1
hektar yang dimiliki oleh 17 orang petani dengan persentase sebesar 51.51%

Universitas Sriwijaya
35

sedangkan luas lahan dengan kisaran 2,5 hektar adalah luas lahan yang paling
besar yang hanya dimiliki oleh satu petani dengan persentase 3,03%. Luas lahan
dengan besar 1,5 hektar dimiliki oleh 10 orang petani dengan persentase sebesar
30,30% dan luas lahan dengan besar 2 hektar dimiliki oleh 5 orang petani dengan
persentase 15,15%. Status kepemilikan lahan yang diusahakan petani mayoritas
adalah milik sendiri.

4.2.4. Pekerjaan Sampingan Petani Contoh


Pekerjaan sampingan yang dilakukan petani contoh merupakan pekerjaan
yang dilakukan disaat tidak melakukan kegiatan usahatani padi. Pada dasarnya
usahatani padi dilakukan hanya dalam waktu satu kali tanam setiap tahun,
sehingga untuk menutupi kekosongan, petani contoh memilih bekerja untuk
mencari penghasilan tambahan tetapi ada juga petani yang memilih untuk tidak
bekerja dan hanya mengandalkan dari hasil usahatani padi. Pada Tabel 4.7,
ditunjukkan pekerjaan sampingan petani contoh.

Tabel 4.7. Identitas Petani Contoh Berdasarkan Pekerjaan Sampingan


No. Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Buruh 9 27,27
2. Serabutan 6 18,18
3. IRT 6 18,18
4. Tidak Bekerja 12 36,36
Jumlah 33 100,00
Sumber: lampiran 2

4.3. Persepsi Petani Terhadap Peran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)


Persepsi petani terhadap peran Penyuluh Pertanian Lapangan di Kelurahan
Sei Lais Kota Palembang diukur berdasarkan penilaian petani terhadap peran
penyuluh yang membantu dan melayani petani. Persepsi petani terhadap peran
penyuluh diukur dengan lima indikator, yaitu edukator, diseminasi
informasi/inovasi, fasilitator (pendamping), supervisi (pembinaan) dan konsultan.
Hasil pengukuran persepsi akan dijelaskan dari masing-masing indikator.

Universitas Sriwijaya
36

4.3.1. Persepsi Petani Terhadap Peran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)


Sebagai Edukator

Edukator berarti PPL melaksanakan kegiatan mendidik atau memberikan


pengetahuan baru kepada petani dengan tujuan petani-petani tersebut dapat
berpikir maju dan dapat mengembangkan usahataninya sehingga menjadi lebih
baik. Persepsi petani terhadap peran PPL sebagai edukator dinilai dengan
memperoleh informasi/pengetahuan baru yang diberikan penyuluh setiap
melakukan kunjungan, serta petani dapat paham dan mengerti materi yang
diberikan penyuluh. Pada Tabel 4.8, ditunjukkan hasil analisis persepsi petani
terhadap peran PPL sebagai edukator.

Tabel 4.8. Persepsi Petani Terhadap Peran PPL Sebagai Edukator


No. Komponen Pengukuran Skor rata-rata Kriteria
Memperoleh pengetahuan baru setiap kunjungan
1. 2,67 Baik
penyuluh
2. Pemahaman materi dari penyuluhan 2,15 Sedang
Total 4,82 Baik
Sumber : lampiran 3

Berdasarkan Tabel 4.8, persepsi petani terhadap indikator peran penyuluh


sebagai edukator termasuk kedalam kriteria baik dengan skor rata-rata sebesar
4,82, artinya peran penyuluh sebagai edukator dirasa sudah optimal untuk petani.
Pada komponen pengukuran tentang memperoleh pengetahuan baru setiap
kunjungan penyuluh memiliki skor 2,67 dengan kriteria baik. Di Kelurahan Sei
Lais kunjungan yang dilakukan penyuluh terjadwal selama satu kali setiap bulan,
belum termasuk dalam pertemuan dadakan atau diluar pada saat petani
menghadapi masalah dan butuh bantuan penyuluh. Setiap kunjungan yang
dilakukan, penyuluh selalu memberikan informasi-informasi terbaru sehingga
pengetahuan petani selalu bertambah, seperti halnya cara bercocok tanam yang
baik salah satunya dengan menerapkan sistem jajar legowo. Pada komponen
pemahaman materi dari penyuluhan memperoleh skor 2,15 dengan kriteria
sedang, artinya dalam hal ini kemampuan penyuluh dalam menyampaikan materi
kepada petani dirasa tidak begitu sulit untuk dapat dipahami oleh petani namun
tidak juga terlalu mudah untuk dapat langsung dipahami dan diterima oleh petani.
Materi yang penyuluh berikan disesuaikan dengan kebutuhan petani dilapangan,

Universitas Sriwijaya
37

terkait masalah yang ada dilapangan sampai saat ini penyuluh menyarankan dan
mengajarkan sistem tanam jajar legowo agar hasil produksi padi dapat meningkat
sehingga pendapatan dari usahatani juga bertambah, tetapi memang sampai saat
ini masih ada beberapa petani yang enggan menerapkan sistem jarwo tersebut
dengan alasan bahwa kuantitas dari jumlah tanaman berkurang sehingga kecil
kemungkinannya bahwa hasil produksi dari usahatani dapat meningkat dan belum
begitu paham dengan cara tersebut.

4.3.2. Persepsi Petani Terhadap Peran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)


Sebagai Diseminasi Informasi/Inovasi

Diseminasi berarti kegiatan yang ditunjukkan kepada kelompok tani


dengan tujuan petani diarahkan agar memperoleh informasi, menerima dan
memanfaatkan informasi tersebut untuk dirinya. Persepsi petani terhadap peran
PPL sebagai diseminasi informasi/inovasi diukur dengan penyuluh membantu
mencari informasi pemasaran hasil usahatani, serta penyuluh membantu petani
memenuhi kebutuhan petani. Pada Tabel 4.9, ditunjukkan hasil analisis persepsi
petani terhadap peran PPL sebagai Diseminasi Informasi/inovasi.

Tabel 4.9. Persepsi petani terhadap peran PPL sebagai Diseminasi


Informasi/inovasi
No. Komponen Pengukuran Skor rata-rata Kriteria

1. Informasi pemasaran hasil usahatani 2,06 Sedang

Penyuluh membantu untuk memenuhi kebutuhan


2. 2,48 Baik
petani
Total 4,54 Sedang
Sumber: lampiran 4

Berdasarkan Tabel 4.9, persepsi petani terhadap peran PPL sebagai


diseminasi informasi/inovasi memperoleh skor rata-rata sebesar 4,54 dengan
kriteria sedang, artinya informasi/inovasi yang diberikan penyuluh dirasa cukup
optimal walaupun belum dapat memenuhi semuanya.
Pada komponen penyuluh membantu mencari informasi pemasaran untuk
memasarkan hasil usahatani memperoleh skor 2,06 dengan kriteria sedang, dalam
hal ini penyuluh dalam pandangan petani tidak membantu petani memasarkan
hasil usahataninya dan tidak juga ikut serta, dikarenakan untuk menjual hasil

Universitas Sriwijaya
38

usahataninya petani menjualnya sendiri kepada pengepul yang berada tidak jauh
dari lahan sawahnya, tetapi terkadang pengepul datang sendiri pada saat musim
panen sehingga petani hanya langsung menjualnya saja. Pada komponen penyuluh
membantu untuk memenuhi kebutuhan petani memperoleh skor 2,48 dengan
kriteria baik. Memenuhi kebutuhan petani maksudnya penyuluh membantu petani
untuk memperoleh bantuan-bantuan yang dapat diperoleh dari pemerintah seperti
subsidi pupuk, bantuan benih, bantuan alat mesin pertanian yang berguna untuk
mengelola lahan dan tanaman padi. Di Kelurahan Sei Lais ini, penyuluh sudah
berhasil membantu petani memperoleh bantuan alat mesin pertanian berupa
handtraktor sebanyak 1 unit dan power threser sebanyak 1 unit yang digunakan
secara bergantian oleh kelompok tani.

4.3.3. Persepsi Petani Terhadap Peran Penyuluh Pertanian Lapangan


(PPL) Sebagai Fasilitator (Pendampingan)

Fasilitator berarti seorang penyuluh mendampingi dan membantu


kelompok tani untuk mencapai tujuan dalam memajukan usahataninya,
memberikan jalan keluar dalam proses belajar mengajar. Indikator dari fasilitator
dinilai dengan memberikan materi teknik budidaya untuk menambah hasil
usahatani, serta keahlian penyuluh membantu petani meningkatkan hasil produksi.
Pada Tabel 4.10, ditunjukkan hasil analisis persepsi petani terhadap peran ppl
sebagai fasilitator.

Tabel 4.10. Persepsi Petani Terhadap Peran PPL Sebagai Fasilitator


No. Komponen Pengukuran Skor rata-rata Kriteria

1. Memberikan materi teknik budidaya untuk 2,33 Sedang


menambah hasil usahatani

2. Keahlian Penyuluh membantu petani 2,12 Sedang


meningkatkan hasil produksi
Total 4,45 Sedang
Sumber: lampiran 5

Pada Tabel 4.10, persepsi petani terhadap peran PPL sebagai fasilitator
memperoleh skor 4,45 dengan kriteria sedang, artinya peran penyuluh sebagai
fasilitator dinilai cukup optimal dalam memberikan penyuluhan dan berupaya
untuk membantu meningkatkan hasil produksi petani menjadi lebih baik.

Universitas Sriwijaya
39

Pada komponen memberikan materi teknik budidaya untuk menambah hasil


usahatani memperoleh skor 2,33 dengan kriteria sedang. Hal ini dikarenakan
petani menganggap bahwa dalam menjalankan peran ini penyuluh terkendala
karena terbatasnya alat pertanian untuk dapat diajarkan dan digunakan kepada
seluruh kelompok tani padahal materi yang diberikan penyuluh tentang budidaya
padi cukup terpenuhi mulai dari mengajarkan cara pengolahan lahan yang benar,
proses pembajakan sawah dilakukan secara modern dengan menggunakan
handtraktor, cara bercocok tanam dengan sistem jajar legowo agar waktu
penyiangan tanaman padi petani tidak merusak atau sampai menginjak tanaman
padi, selebihnya materi yang diberikan penyuluh menyesuaikan dengan keadaan
dilapangan, namun karena keterbatasannya alat pertanian hasil usahatani padi
belum dapat bertambah secara maksimal. Begitu juga pada komponen keahlian
penyuluh membantu petani meningkatkan hasil produksi memperoleh skor 2,12
dengan kriteria sedang, hal ini sejalan pada komponen pertama karena selain
petani menganggap keterbatasannya alat mesin pertanian, tenaga penyuluh yang
membantu dan mendidik petani juga dirasa kurang.

4.3.4. Persepsi Terhadap Peran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)


Sebagai Supervisi (Pembinaan)

Supervisi berarti penyuluh melakukan penilaian terhadap petani dari apa


yang sudah diajarkannya baik dengan materi yang diberikan, pelatihan untuk
petani atau praktek secara langsung dilapangan untuk memastikan bahwa apa
yang sudah dikerjakan petani dilakukan sesuai yang seharusnya dan apabila
terdapat kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaannya maka dicari penyelesaiannya
secara bersama antara penyuluh dan petani. Indikator peran PPL sebagai supervisi
(pembinaan) diukur dengan kegiatan budidaya padi menjadi lebih baik, serta
penyuluh membantu menerapkan penjelasan praktek dilapangan. Pada Tabel 4.11,
dapat dilihat hasil analisis persepsi petani terhadap peran PPL sebagai supervisi
(pembinaan).

Universitas Sriwijaya
40

Tabel 4.11. Persepsi Petani Terhadap Peran PPL Sebagai Supervisi


No. Komponen Pengukuran Skor rata-rata Kriteria
1. Peningkatan Kegiatan budidaya padi 2,45 Baik
2. Penerapan teknik budidaya dalam usahatani 2,94 Baik
Total 5,39 Baik
Sumber: lampiran 6

Pada Tabel 4.11, persepsi petani terhadap peran PPL sebagai supervisi
(pembinaan) memperoleh skor 5,39 dengan kriteria baik, artinya peran penyuluh
sebagai supervisi dirasa sudah cukup optimal oleh petani. Pada komponen
peningkatan kegiatan budidaya padi memperoleh skor 2,45 dengan kriteria baik.
Pada komponen ini petani menganggap penyuluh sudah melakukan pembinaan
dengan petani dari apa yang sudah diajarkannya, sejauh ini kegiatan budidaya
padi menjadi lebih terarah, teratur dan kompak antara kelompok tani yg lain.
Tetapi memang dari sekian banyak petani hanya beberapa saja yang belum mau
mengikuti arahan dari penyuluh karena merasa apa yang dilakukan sudah benar,
seperti penyuluh menyarankan untuk tidak lagi menggunakan pupuk kimia agar
tanah yang ditanami padi dapat terus subur dalam jangka waktu yang lama
sehingga tidak merusak unsur hara alami yang ada, tetapi petani masih tetap pada
pendiriannya untuk selalu menggunakan pupuk kimia dengan harapan hasil
usahatani padinya dapat terus meningkat dengan cepat.
Pada komponen penerapan teknik budidaya dalam usahatani memperoleh
skor 2,94 dengan kriteria baik. Menurut petani di Kelurahan Sei Lais, penyuluh
tidak hanya memberikan materi secara teori saja tetapi penyuluh juga bertanggung
jawab mengajarkan dan membantu petani untuk menerapkannya pada saat
dilapangan terutama pada saat musim tanam tiba, penyuluh juga menggunakan
bahasa yang dimengerti oleh petani sehingga petani mengerti dan berhasil
menerapkan ilmu yang diberikan penyuluh bahkan tanpa didampingi penyuluh.

4.3.5. Persepsi Terhadap Peran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)


Sebagai Konsultan
Konsultan berarti penyuluh harus selalu siap membantu memecahkan
masalah yang dihadapi petani dalam usahataninya serta memberikan saran atau
arahan jika diperlukan. Penyuluh sebagai konsultan harus selalu memberi

Universitas Sriwijaya
41

dorongan kepada petani untuk selalu berusaha mengembangkan usahataninya dan


mampu menimbulkan kepercayaan kepada diri petani agar dapat mencapai
kepuasan dalam berusahatani sehingga usahataninya menjadi lebih maju. Pada
Tabel 4.12, hasil analisis persepsi petani terhadap peran PPL sebagai konsultan.

Tabel 4.12. Persepsi Petani Terhadap Peran PPL Sebagai Konsultan


No. Komponen Pengukuran Skor rata-rata Kriteria
1. Memotivasi serta mengarahkan petani 2,64 Baik
2. Memberikan bimbingan serta evaluasi 3,00 Baik
Total 5,64 Baik
Sumber: lampiran 7

Pada Tabel 4.12, bahwa persepsi petani terhadap peran PPL sebagai
konsultan memperoleh skor 5,64 dengan kriteria baik, ini artinya bahwa peran
penyuluh sebagai konsultan dinilai sudah optimal oleh petani dan dirasa cukup.
Pada komponen memotivasi serta mengarahkan petani memperoleh skor
2,64 dengan kriteria baik, dalam hal ini petani di Kelurahan Sei Lais cukup
termovitasi untuk lebih mengembangkan dan memajukan usahataninya, terkadang
petani juga mengikuti arahan yang diberikan penyuluh agar memudahkan dalam
kegiatan budidaya tanaman. Pada komponen memberikan bimbingan serta
melakukan evaluasi memperoleh skor 3,00 dengan kriteria baik. Menurut petani di
Kelurahan Sei Lais bimbingan yang diberikan penyuluh dirasa cukup, selain itu
penyuluh juga selalu memantau kegiatan-kegiatan yang dilakukan petani terkait
cara budidaya padi untuk mengetahui kendala yang dialami petani selama masa
tanam hingga panen sehingga penyuluh dengan cepat dapat membantu petani.

4.3.6. Persepsi Petani Terhadap Peran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)

Dari lima indikator yang sudah diuraikan, skor total persepsi petani
terhadap peran penyuluh pertanian lapangan di Kelurahan Sei Lais memperoleh
skor 24,48 artinya secara keseluruhan persepsi petani terhadap peran PPL dalam
kriteria baik. Hal ini membuktikan pendapat atau persepsi petani terhadap peran
PPL cukup membawa perubahan yang lebih baik dalam kegiatan usahatani
padinya. Pada Tabel 4.13, dapat dilihat skor total persepsi petani terhadap peran
PPL di Kelurahan Sei Lais Kota Palembang.

Universitas Sriwijaya
42

Tabel 4.13. Persepsi Petani Terhadap Peran Penyuluh Pertanian Lapangan Di


Kelurahan Sei Lais Kota Palembang
No. Komponen Pengukuran Skor rata-rata Kriteria
1. Edukator 4,82 Baik
2. Diseminasi Informasi/Inovasi 4,54 Sedang
3. Fasilitator (Pendampingan) 4,45 Sedang
4. Supervisi (Pembinaan) 5,39 Baik
5. Konsultan 5,64 Baik
Total 24,84 Baik
Sumber: lampiran 8

4.4. Pendapatan Usahatani Padi


Usahatani padi sawah lebak di Kelurahan Sei Lais merupakan usahatani
padi dengan Indeks Pertanaman 100, artinya pola tanam yang dilakukan pada
usahatani padi ini hanya dilakukan satu kali dalam setahun atau per musim tanam.
Ciri utama sawah lebak ini biasanya ada pada musim kemarau ketika air sungai
surut dan panen menjelang musim hujan.

4.4.1. Biaya Produksi Usahatani Padi


Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan petani selama kegiatan
usahatani padi dalam bentuk barang atau jasa selama proses produksi usahatani
padi berlangsung. Dalam penelitian ini biaya produksi padi sawah lebak dihitung
dalam satu kali musim tanam (kg/ha/mt). Biaya produksi merupakan hasil
penjumlahan dari biaya variabel dan biaya tetap, berdasarkan perhitungan
diperoleh rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan petani selama musim tanam
sebesar Rp.2.462.102 per hektar per musim tanam. Untuk biaya produksi yang
lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 18.

4.4.1.1. Biaya Tetap Usahatani Padi


Biaya tetap merupakan biaya yang tidak akan berubah secara total atau
jumlahnya sama sepanjang proses produksi usahatani padi. Didalam biaya tetap
terdapat biaya penyusutan yang merupakan pengurangan harga barang
berdasarkan umur ekonomisnya seperti cangkul, parang, arit dan handsprayer.
Alat-alat ini selalu digunakan pada saat musim tanam sehingga jika dijual kembali

Universitas Sriwijaya
43

maka harga barang akan mengalami penurunan atau yang disebut sebagai
penyusutan. Pada Tabel 4.14, ditunjukkan rincian rata-rata biaya penyusutan yang
telah dikeluarkan petani dalam usahataninya.

Tabel 4.14. Rata-rata Biaya Penyusutan Alat Petani Padi di Kelurahan Sei Lais
Penyusutan Alat Penyusutan Alat
No. Uraian Persentase (%)
(Rp/lg/mt) (Rp/Ha/mt)
1. Cangkul 17.475 17.475 12,15
2. Parang 31.263 31.263 21,73
3. Arit 55.152 55.152 38,32
4. Handsprayer 40.000 40.000 27,80
Jumlah 143.889 143.889 100,00
Sumber: lampiran 9

Pada Tabel 4.14, dapat dilihat rata-rata biaya total penyusutan alat petani
padi di Kelurahan Sei Lais sebesar Rp.143.889 per hektar per musim tanamnya.
Biaya penyusutan yang paling besar adalah arit dengan jumlah Rp.55.152 atau
38,32 persen. Petani padi di Kelurahan Sei Lais memang lebih banyak memiliki
arit yang berfungsi untuk membersihkan lahan dan juga digunakan saat panen.
Lahan sawah lebak yang ada di wilayahnya memang memiliki sangat banyak
gulma maupun ilalang yang akan mengganggu proses penanaman padi, sebelum
pengolahan lahan, pertama-tama petani membasmi gulma menggunakan
handsprayer dengan racun herbisida dan dilanjutkan lagi dengan menggunakan
arit serta parang untuk membersihkan sisa gulma yang tertinggal atau yang tidak
mati agar lahan yang akan ditanami dapat tumbuh subur dan bebas dari gulma.
Sedangkan untuk biaya penyusutan yang paling kecil adalah cangkul sebesar
Rp.17.475 per hektar per musim tanamnya, hal ini karena petani tidak selalu
menggunakan cangkul untuk mengolah lahan karena kelompok tani di wilayah
Kelurahan Sei Lais memiliki 1 unit handtraktor yang dapat dipakai secara
bergantian sehingga saat gulma dan ilalang sudah bersih petani melanjutkan
pengolahan lahan dengan menggunakan handtraktor. Untuk biaya penyusutan
yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 9.

4.4.1.2. Biaya Variabel Usahatani Padi


Biaya variabel merupakan biaya yang totalnya dapat berubah sesuai
dengan kegiatan yang dilakukan oleh petani dan dapat habis dalam satu kali

Universitas Sriwijaya
44

produksi usahatani padi. Artinya apabila terdapat perubahan atau tambahan pada
kegiatan usahatani padi maka biaya yang dikeluarkan oleh petani juga akan ikut
berubah dan bertambah seiring dengan berubahnya aktivitas, seperti biaya yang
digunakan untuk biaya benih, biaya pupuk, biaya pestisida, biaya karung, biaya
bahan bakar, biaya upah tenaga kerja selama proses produksi berlangsung, dan
biaya lainnya yang diperlukan. Biaya variabel juga merupakan biaya yang penting
karena biaya variabel merupakan biaya penunjang keberhasilan dari kegiatan
usahatani padi. Pada Tabel 4.15, ditunjukkan rincian rata-rata biaya variabel yang
habis dikeluarkan petani selama musim tanam padi berlangsung.

Tabel 4.15. Rata-rata Biaya Variabel Total Petani Padi di Kelurahan Sei Lais
Biaya Variabel Biaya Variabel
No. Uraian Persentase (%)
(Rp/lg/mt) (Rp/Ha/mt)
1. Benih 1.171.061 906.465 39,04
2. Pupuk 562.121 453.939 19,55
3. Pestisida 280.606 217.980 9,39
4. Karung 89.470 71.960 3,10
5. Bahan Bakar 80.371 60.213 2,59
6. Tenaga Kerja 756.061 611.212 26,33
Jumlah 2.939.689 2.321.769 100,00
Sumber: lampiran 17

Pada Tabel 4.15, dapat dilihat rata-rata biaya variabel total yang dikeluarkan
petani selama musim tanam padi sebesar Rp.2.321.769 per hektar per musim
tanamnya. Rata-rata biaya variabel yang paling besar terdapat pada benih sebesar
Rp.906.465 per hektar per musim tanam, benih yang digunakan petani padi di
Kelurahan Sei Lais ini adalah benih padi varietas ciherang dengan harga beli
sebesar ± Rp.4.000 – Rp.8.000 per kilogram. Penggunaan benih yang dibutuhkan
petani bervariasi dalam satu hektar lahan bisa mencapai ± 100 kilogram benih
padi. Biaya tenaga kerja merupakan biaya paling besar kedua yang dikeluarkan
petani sebesar Rp.611.212 per hektar per musim tanamnya. Biaya tenaga kerja
yang digunakan meliputi biaya upah untuk pengolahan lahan, penananam,
pemupukan, penyiangan, penyemprotan pestisida dan panen dengan upah yang
dibayar tunai sebesar Rp.50.000 per hari. Untuk upah tenaga kerja luar keluarga
banyak digunakan pada saat penanaman dan panen, karena saat penanaman petani
tidak bisa menyelesaikannya sendiri atau hanya dengan bantuan tenaga kerja

Universitas Sriwijaya
45

dalam keluarga karena akan memakan waktu yang cukup lama terutama untuk
petani yang memiliki luas lahan yang cukup besar, penanaman padi yang
dilakukan petani menggunakan sistem dengan cara sebar benih langsung sehingga
penanamannya tidak banyak memakan waktu. Sama halnya pada saat panen,
selain harus dibantu tenaga kerja luar, petani juga terbantu dengan adanya alat
mesin pertanian berupa perontok padi (power threser) yang dapat mempercepat
proses panen, untuk menggunakan mesin perontok padi petani hanya perlu
mengeluarkan biaya untuk bahan bakar mesin saja dengan izin peminjaman pada
ketua gapoktan. Alat mesin pertanian berupa 1 unit power threser atau perontok
padi dan handtraktor yang didapatkan dari bantuan pemerintah yang
diperuntukkan bagi Gapoktan di Kelurahan Sei Lais sehingga petani tidak perlu
menyewa untuk menggunakan mesin tersebut tetapi kendalanya dengan hanya 1
unit mesin saja petani sedikit kesulitan dan harus secara bergantian menggunakan
mesin tersebut.
Pupuk merupakan biaya variabel yang dikeluarkan petani dengan jumlah
sebesar Rp.453.939 per hektar per musim tanam. Pupuk kimia yang digunakan
petani padi terdiri dari tiga macam, yaitu pupuk urea, TSP atau SP36. Beberapa
petani di Kelurahan Sei Lais menggunakan pupuk dan sebagian lainnya tidak
menggunakan pupuk dikarenakan lahan sawah lebak yang ada di Kelurahan ini
juga terletak hampir dipinggir kawasan sungai musi dan memiliki tanah yang
subur untuk menanam padi walau tanpa penggunaan pupuk namun memang hasil
produksi yang didapat terkadang tidak sebanyak hasil produksi padi yang
menggunakan pupuk. Karung merupakan biaya variabel selanjutnya yang juga
harus dikeluarkan petani. Rata-rata biaya variabel karung sebesar Rp.71.960 per
hektar per musim tanam. Petani padi di Kelurahan Sei Lais membeli karung
dengan berat 50kg per karungnya dengan harga beli rata-rata ± Rp.1.250 per
karungnya. Karung ini nantinya digunakan sebagai wadah gabah hasil panen yang
selanjutnya akan dijual kepada tengkulak. Hasil panen berupa Gabah Kering
Panen (GKP). Untuk lebih rinci biaya variabel total dapat dilihat pada Lampiran
17.

Universitas Sriwijaya
46

4.4.1.3. Biaya Produksi Total Usahatani Padi


Biaya produksi total merupakan keseluruhan jumlah biaya yang dikeluarkan
petani yang meliputi jumlah dari biaya tetap total yang terdiri dari biaya
penyusutan alat dan biaya variabel total dalam kegiatan usahatani padi yang
dilakukan selama musim tanam padi berlangsung. Pada Tabel 4.16, ditunjukkan
rincian biaya produksi total usahatani padi.
Tabel 4.16. Rata-rata Biaya Produksi Total Usahatani Padi di Kelurahan Sei Lais
No. Biaya Produksi Total Biaya (Rp/lg/mt) Biaya (Rp/Ha/mt) Persentase (%)

1. Biaya Tetap 143.889 143.889 5,97


2. Biaya Variabel 2.939.689 2.321.769 94,03

Jumlah 3.089.563 2.469.102 100,00


Sumber : lampiran 18

4.4.2. Penerimaan Usahatani Padi


Penerimaan merupakan jumlah produksi panen yang dikalikan dengan
harga jual padi. Penerimaan dalam penelitian ini adalah seluruh pendapatan yang
diterima petani selama satu tahun atau selama musim tanam padi yang
diperhitungkan dan dikalikan dari harga penjualan per kilogram berupa gabah
kering panen (GKP). Di Kelurahan Sei Lais hasil produksi padi yang diperoleh
petani sebesar 3.016 kilogram per hektar per musim tanam dengan harga jual
gabah yang berbeda-beda dari masing-masing petani mulai dari harga Rp.4.000 –
Rp.5.000 per kilogram gabah kering panen. Selanjutnya gabah yang dihasilkan
dibeli langsung oleh tengkulak yang berada tidak jauh dari tempat usahatani padi
tersebut. Pada Tabel 4.17, ditunjukkan rata-rata penerimaan petani padi di
Kelurahan Sei Lais.

Tabel 4.17. Rata-rata Penerimaan Petani Padi di Kelurahan Sei Lais Tahun 2016
No. Uraian Penerimaan (lg/mt) Penerimaan (Ha/mt)
1. Harga Jual (Rp/Kg) 4.155 4.155
2. Produksi (Kg/GKP) 3.818 3.016
3. Penerimaan (Rp) 15.923.939 12.602.222
Sumber : lampiran 19

Universitas Sriwijaya
47

4.4.3. Pendapatan Usahatani Padi


Pendapatan usahatani padi merupakan selisih antara penerimaan usahatani
dengan biaya produksi total yang sudah dikeluarkan selama musim tanam padi.
pendapatan usahatani padi dipengaruhi juga oleh besar kecilnya penerimaan dan
biaya produksi, semakin besar penerimaan dan semakin kecilnya biaya produksi
maka semakin tinggi pendapatan yang diperoleh petani, begitu juga sebaliknya
semakin kecil penerimaan dan semakin besarnya biaya produksi yang dikeluarkan
maka semakin rendah pendapatan yang diperoleh petani. Pendapatan usahatani
padi dalam penelitian ini dikatakan untung bersih setelah hasil penjualan yang
diterima dikurangi dengan biaya produksi total yang terdiri dari biaya penyusutan
dan biaya variabel yang dikeluarkan petani selama kegiatan proses produksi padi.
Pada Tabel 4.18, ditunjukkan rincian pendapatan usahatani padi di Kelurahan Sei
Lais Kota Palembang Tahun 2017.

Tabel 4.18. Pendapatan Usahatani Padi di Kelurahan Sei Lais Tahun 2017
Pendapatan Usahatani Pendapatan Usahatani
No. Uraian
(Rp/lg/mt) (Rp/Ha/mt)
1. Penerimaan 15.923.939 12.602.222
2. Biaya Produksi 3.089.563 2.469.102
Jumlah 12.834.376 10.133.120
Sumber : lampiran 20

Pada Tabel 4.18, Rata-rata pendapatan bersih yang diterima oleh petani di
Kelurahan Sei Lais setiap tahun atau per musim tanam dari usahatani padi sebesar
Rp.10.133.120 per hektar per musim tanam. Pendapatan yang diperoleh petani ini
juga merupakan modal kembali untuk musim tanam padi pada tahun selanjutnya
sehingga petani tidak melakukan pinjaman uang untuk modal usahataninya.

4.5. Analisis Hubungan Persepsi Petani Terhadap Pendapatan Usahatani


Padi di Kelurahan Sei Lais Kota Palembang

Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap hubungan antara persepsi


petani terhadap pendapatan usahatani padi dianalisis menggunakan uji statistik
koefisien korelasi rank Spearman (𝑟𝑠 ) dan diperoleh 𝑟𝑠 hitung sebesar 0,133,
karena jumlah sampel >30 maka dicari nilai z hitung terlebih dahulu, nilai z

Universitas Sriwijaya
48

hitung yang diperoleh sebesar 0,7523. Kaidah keputusan pada penelitian dengan
n>30 adalah membandingkan nilai z hitung dengan nilai z tabel. Hasil perhitungan
z tabel didapat dari taraf kesalahan (α) 5 persen atau 0,05 dan diperoleh hasil
sebesar 1,64 adalah batas pengambilan keputusan menggunakan kurva.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai z hitung yaitu 0,7523 < z tabel
yaitu 1,64, maka keputusannya terima Ho dan tolak Ha. Artinya tidak terdapat
hubungan yang positif antara persepsi petani dengan pendapatan usahatani padi.
Tidak terbuktinya hipotesis kedua ini cenderung karena besarnya
pendapatan yang diperoleh petani lebih dipengaruhi oleh luas lahan yang petani
miliki, banyaknya produksi padi yang diperoleh dan tingginya harga jual.
Semakin luas lahan yang petani miliki, maka semakin banyak juga hasil produksi
yang diperoleh petani sehingga pendapatan petani meningkat. Selain itu peran
penyuluh pertanian lapangan memang dirasa sudah baik oleh petani, karena
dengan adanya seorang penyuluh petani di Kelurahan Sei Lais menjadi lebih tahu
terhadap hal baru dan penyuluh juga berusaha membantu petani sesuai dengan
kebutuhan petani dengan harapan kegiatan usahatani padinya menjadi lebih baik
agar dapat menambah hasil produksi padi dan meningkatkan pendapatan, namun
pada kenyataannya ada hal lain yang menyebabkan produksi usahatani padi
terhambat sehingga pendapatan petani tidak dapat meningkat, yaitu karena faktor
cuaca yang tidak dapat diprediksi maupun gangguan hama seperti tikus dan
wereng yang dapat menyebabkan berkurangnya hasil produksi hingga kegagalan
panen.
Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan diperoleh 𝑟𝑠 hitung sebesar
0,133 untuk menginterpretasikan keeratan hubungan antara persepsi petani dan
pendapatan usahatani padi sawah lebak di Kelurahan Sei Lais menggunakan
aturan Guilford bahwa 0 - < 0,2 memiliki korelasi sedikit atau hubungan hampir
diabaikan, ini artinya bahwa tingkat hubungan antara persepsi petani dengan
pendapatan usahatani memiliki hubungan yang tidak kuat atau dapat dikatakan
tidak memiliki hubungan. Hal ini berarti baik atau buruknya persepsi petani
terhadap peran penyuluh pertanian lapangan (PPL) tidak mempengaruhi tinggi
atau rendahnya pendapatan usahatani padi karena pendapatan usahatani padi
ditentukan oleh luas lahan petani, produksi, dan harga jual.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kelurahan Sei Lais
Kecamatan Kalidoni Kota Palembang maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Persepsi Petani terhadap peran penyuluh pertanian lapangan (PPL) sebagai
edukator, diseminasi informasi/inovasi, fasilitator (pendamping), supervisi
(pembinaan) dan konsultan termasuk dalam kriteria baik dengan skor rata-rata
sebesar 24,84.
2. Pendapatan petani dalam kegiatan usahatani padi di Kelurahan Sei Lais rata-
rata sebesar Rp.10.133.120/Ha/musim tanam.
3. Berdasarkan hasil dari analisis menggunakan uji statistik koefisien korelasi
rank Spearman dengan n=33 diperoleh nilai z hitung yaitu 0,7523 < z tabel
yaitu 1,64 artinya tidak terdapat hubungan antara persepsi petani dengan
pendapatan usahatani padi di Kelurahan Sei Lais.

5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan sebagai berikut:
1. Bagi petani hendaknya setiap dari petani dapat lebih percaya dan menerapkan
ilmu yang sudah diajarkan dengan baik oleh penyuluh agar hasil produksi
padi dapat bertambah dan kegiatan usahatani padi menjadi lebih baik.
2. Bagi penyuluh sebagai agen of change atau agen perubahan bagi petani dan
keluarganya hendaknya lebih membantu petani mencari informasi pasar yang
baik dan ikut serta membantu petani menjualkan atau memasarkan hasil
panen agar hasil yang diperoleh dapat dijual dengan harga lebih tinggi dan
lebih meningkatkan kualitas sebagai seorang penyuluh agar lebih banyak ilmu
yang bisa dibagikan kepada petani.

49
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Adiratma, E. dan Roekasah., 2004. Stop Tanaman Padi Memikirkan Kondisi


Petani Padi Sawah Indonesia dan Upaya Meningkatkan Kesejahteraan.
Penebar Swadaya: Jakarta.
Amanah, S., 2007. Makna Penyuluhan dan Transformasi Perilaku Manusia.
Jurnal Penyuluhan. Volume 3, Nomor 1.
Ambar, D., 2009. Persepsi. [online] Tersedia :
http://www.kuliahkomunikasi.com /2008/11/persepsi.html [diakses 19
Oktober 2017].
Aspin. 2007. Hubungan Gaya Pengasuhan Orang Tua Authoritarian Dengan
Kemandirian Emosional Remaja. Sulawesi Tenggara.
Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian., 2001. Pedoman
Penyelenggaran Penyuluhan Pertanian Partisipasif Spesifik Lokal.
Jakarta: Departemen Pertanian.
Badan Pusat Statistik. 2015. Sumatera Selatan dalam angka 2015. Sumatera
Selatan: BPS. Tersedia : https://sumsel.bps.go.id/ [diakses pada tanggal
19 Oktober 2017]
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2016. Peran Penyuluh Pertanian
Lapangan Terhadap Perkembangan Usaha Tani. BPTP Maluku.
[Online] http://maluku.litbang.pertanian.go.id/index.php/infotek/327-
peran-penyuluh-pertanian-lapangan-terhadap-perkembangan-usahatani.
[diakses tanggal 23 November 2017].
Basuki, Thohir., 2008. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Dan Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Petani Untuk Menanam Padi Hibrida (Studi
Kasus Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat).
Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor.
Dai, Ramnawaty., 2014. Persepsi Petani Padi Terhadap Peran Penyuluhan
Pertanian Di Kabupaten Gorontalo. Tesis. Universitas Negeri
Gorontalo. Tersedia : http://eprints.ung.ac.id/1052 [diakses tanggal 19
Oktober 2017].
Daud, D., 2013. Promosi Dan Kualitas Layanan Pengaruhnya Terhadap
Keputusan Konsumen Menggunakan Jasa Pembiayaan Pada PT. Bess
Finance Manado. Jurnal Emba.
Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan. 2015. Programa Penyuluhan Pertanian
UPTD Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). Palembang.
Fashihullisan, M., 2009. Peranan Penyuluhan Dalam Pembangunan. [Online]
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22005/4/Chapter%20II.
pdf. [Diakses pada tanggal 27 November 2017].
Hawkins dan Van den Ban., 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta

50
Universitas Sriwijaya
51

Idha, Farida., 2012. Persepsi Petani Terhadap Kompetensi Penyuluh Pertanian


Lapangan Di Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang, Provinsi
Banten. Skripsi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. [online]
tersedia: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53770 [diakses
tanggal 19 Oktober 2017].
Indri, W.A. 2015. Peran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dalam Peningkatan
Produktivitas Pertanian Di Desa Batu Timbau Kecamatan Batu Ampar
Kabupaten Kutai Timur. Universitas Mulawarman. eJournal Ilmu
Pemerintahan, Volume 3 No (1) [Diakses tanggal 17 November 2017].
Jauda, R.L., O. Esry., Laoh., J. Baroleh., Jean F.J.T., 2016. Analisis Pendapatan
Usahatani Kakao Di Desa Tikong, Kecamatan Taliabu Utara,
Kabupaten Kepulauan Sula. Jurnal Agrisosioekonomi. Vol 12 Nomor 2,
Mei 2016 : 33 – 40.
Kartasapoetra, A.G., 1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Bina.
Aksara.
Kausar., Cepriadi., Taufik Riaunika., Lena Merjelita., 2012. Peranan Penyuluh
Pertanian Pada Kelompok Tani Di Kota Pekanbaru. Jurnal.
Laboratorium Komunikasi dan Sosiologi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Riau.
Krisnawaty., 2014. Persepsi Petani Terhadap Peranan Penyuluh Pertanian Di
Desa Sidomulyo Dan Muari Distrik Oransbari Kabupaten Manokwari
Selatan. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Leeuwis, C., 2004. Communication for Rural Innovation, Rethinking Agricultural
Extension. Oxford: Blackwell Publishing.
Mardikanto, T., 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Universitas Sebelas Maret.
UNS Press: Surakarta.
Mardikanto, T., 1991. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret
University Press: Surakarta.
Marsaulina, M. Herlina., Yossie Y., 2014. Persepsi Petani Padi Terhadap
Kegiatan Penyuluh Pertanian Di Desa Sukarami Kelurahan Taba
Penanjung Kabupaten Bengkulu Tengah. Jurnal AGRITEPA, Vol. I, No.
1.
Meksy, V.G.T., Mex L.S., Grace A.J.R.., 2016. Persepsi Petani Terhadap Peran
Penyuluh Pertanian Di Desa Rasi Kecamatan Ratahan Kabupaten
Minahasa Tenggara. Jurnal Agri-Sosioekonomi Unsrat, ISSN 1907–
4298, Volume 12 Nomor 2A, 19 - 40. 52
Miftah, T., 2003. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Mujiburrahmad., 2014. Kinerja Penyuluh Pertanian Di Kabupaten Pidie Provinsi
Aceh. Thesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Universitas Sriwijaya
52

Purba, U.R.A. 2008. Peran Penyuluh Pertanian Lapangan Dengan Perilaku


Petani Dalam Melaksanakan Proyek Tata Air Mikro (TAM) Di Desa
Jajaran Baru I Kecamatan Megang Sakti Kabupaten Musi Banyuasin.
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.
Putri, R., 2016. Peran Penyuluh Pertanian Dalam Pengembangan Kelompok Tani
Di Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua Kabupaten Agam.
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Rahim A. dan Diah R., 2007. Ekonomi Pertanian (Pengantar, Teori dan Kasus).
Jakarta: Penebar Swadaya.
Rahman, A., 2010. Hubungan Antara Persepsi Petani Terhadap Peran Penyuluh
Pertanian Lapang (Ppl) Dengan Partisipasi Petani Dalam Kegiatan
Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (Sl-Ptt) Di Kecamatan
Bayat Kabupaten Klaten. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.

Robby, F. 2016. Dinas Pertanian Kota Palembang Salurkan Bantuan Kepada


Kelompok Tani. [Online] tersedia : http://www.nuansakita.com
/peristiwa/dinas-pertanian-kota-palembang-salurkan-bantuan-kepada-
kelompok-tani/ [diakses pada tanggal 25 Februari 2018].

Slamet, M., 2000. Memantapkan Posisi dan Meningkatkan Peranan Penyuluhan


Pembangunan Dalam Pembangunan. Penerbit IPB Press: Bogor.
Soeharto, N.P., 2005. Program Penyuluhan Pertanian (materi dalam diklat dasar–
dasar fungsional penyuluh). [online] http://ronggolawe13.blogspot.com/
[diakses 02 Januari 2018].
Soekartawi., 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sucihatiningsi dan Waridin., 2010. Model Penguatan Kapasitas Kelembagaan
Penyuluh Pertanian Dalam Meningkatkan Kinerja Usahatani Melalui
Transaction Cost Studi Empiris Di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal
Ekonomi Pembangunan. Volume 11, Nomor 1, Juni 2010, hlm.13-29.
Sukirno, S., 2008. Mikro Ekonomi Teori Pengantar edisi ketiga. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Sukirno, S., 2006. Mikro Ekonomi (Teori Pengantar). Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Suratiyah, K., 2009. Ilmu Usahatani Edisi ke 3. Jakarta: Penebar Swadaya.
Times, Indonesia. 2017. Kota Palembang Berpacu Kembangkan Sawah Lebak.
53
[Online].Tersedia:https://m.timesindonesia.co.id/read/154333/20170815
/170149/kota-palembang-berpacu-kembangkan-sawah-lebak/. [diakses
tanggal 21 Oktober 2017].
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006. 2006. Tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian,Perikanan, dan Kehutanan.

Universitas Sriwijaya
53

Walgito, B., 2004. Pengantar Psikologi Umum. CV Andi: Yogyakarta.


Wijianto, A., 2008. Hubungan Antara Peranan Penyuluh Dengan Partisipasi
Anggota Dalam Kegiatan Kelompok Tani Di Kecamatan Banyudono
Kabupaten Boyolali. Jurnal Agritexts. No 24.
Yulmita., 2010. Peran Penyuluh Pertanian Lapangan Terhadap Perilaku Petani
Dalam Kegiatan Usahatani Karet dan Pendapatan Petani Di
Kelurahan Payaraman Barat Kecamatan Payaraman Kabupaten Ogan
Ilir. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.
Zubaidi, A. dan U. Rofiatin., 2011. Penilaian Petani Terhadap Peranan Penyuluh
Pertanian Sebagai Agen Perubahan Di Kecamatan Dau Kabupaten
Malang. Jurnal Buana Sains. Vol 11 No 2: 171-180.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Universitas Sriwijaya
55

Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kelurahan Sei Lais Kecamatan Kalidoni

(Sumber : BPS Kecamatan Kalidoni, 2017)

Universitas Sriwijaya
56

Lampiran 2. Identitas Petani Contoh di Kelurahan Sei Lais

Universitas Sriwijaya
57

Lampiran 3. Skor Persepsi Petani Terhadap Peran PPL Sebagai Edukator

No Pengukuran
Jumlah Rata-rata Kriteria
Responden A B
1 2 2 4 2 Sedang
2 3 3 6 3 Baik
3 2 2 4 2 Sedang
4 3 2 5 2,5 Baik
5 3 3 6 3 Baik
6 3 3 6 3 Baik
7 2 2 4 2 Sedang
8 3 3 6 3 Baik
9 3 3 6 3 Baik
10 3 3 6 3 Baik
11 2 2 4 2 Sedang
12 2 2 4 2 Sedang
13 3 2 5 2,5 Baik
14 3 2 5 2,5 Baik
15 3 2 5 2,5 Baik
16 2 2 4 2 Sedang
17 3 1 4 2 Sedang
18 2 2 4 2 Sedang
19 2 2 4 2 Sedang
20 3 2 5 2,5 Baik
21 3 2 5 2,5 Baik
22 3 2 5 2,5 Baik
23 3 2 5 2,5 Baik
24 2 2 4 2 Sedang
25 3 2 5 2,5 Baik
26 3 2 5 2,5 Baik
27 3 2 5 2,5 Baik
28 3 2 5 2,5 Baik
29 3 2 5 2,5 Baik
30 2 2 4 2 Sedang
31 3 2 5 2,5 Baik
32 3 2 5 2,5 Baik
33 2 2 4 2 Sedang
Jumlah 88 71 159 79,5
Baik
Rata-rata 2,67 2,15 4,82 2,41

Universitas Sriwijaya
58

Lampiran 4. Skor Persepsi Petani Terhadap Peran PPL Sebagai Diseminasi


Informasi/Inovasi

No Pengukuran
Jumlah Rata-rata Kriteria
Responden A B
1 2 2 4 2 Sedang
2 1 2 3 1,5 Buruk
3 2 3 5 2,5 Baik
4 3 2 5 2,5 Baik
5 2 2 4 2 Sedang
6 1 3 4 2 Sedang
7 3 3 6 3 Baik
8 3 2 5 2,5 Baik
9 2 2 4 2 Sedang
10 2 2 4 2 Sedang
11 2 3 5 2,5 Baik
12 2 2 4 2 Sedang
13 2 2 4 2 Sedang
14 2 3 5 2,5 Baik
15 3 2 5 2,5 Baik
16 2 2 4 2 Sedang
17 2 3 5 2,5 Baik
18 2 3 5 2,5 Baik
19 2 2 4 2 Sedang
20 2 2 4 2 Sedang
21 2 3 5 2,5 Baik
22 2 3 5 2,5 Baik
23 2 3 5 2,5 Baik
24 2 3 5 2,5 Baik
25 2 2 4 2 Sedang
26 2 3 5 2,5 Baik
27 2 2 4 2 Sedang
28 2 2 4 2 Sedang
29 2 3 5 2,5 Baik
30 2 2 4 2 Sedang
31 2 3 5 2,5 Baik
32 2 3 5 2,5 Baik
33 2 3 5 2,5 Baik
Jumlah 68 82 150 75
Sedang
Rata-rata 2,06 2,48 4,55 2,27

Universitas Sriwijaya
59

Lampiran 5. Skor Persepsi Petani Terhadap Peran PPL Sebagai Fasilitator

No Pengukuran
Jumlah Rata-rata Kriteria
Responden A B
1 2 2 4 2 Sedang
2 2 2 4 2 Sedang
3 3 2 5 2,5 Baik
4 1 3 4 2 Sedang
5 2 2 4 2 Sedang
6 2 3 5 2,5 Baik
7 2 3 5 2,5 Baik
8 2 3 5 2,5 Baik
9 2 2 4 2 Sedang
10 1 2 3 1,5 Buruk
11 3 2 5 2,5 Baik
12 2 2 4 2 Sedang
13 2 1 3 1,5 Buruk
14 3 2 5 2,5 Baik
15 1 3 4 2 Sedang
16 3 2 5 2,5 Baik
17 2 2 4 2 Sedang
18 3 2 5 2,5 Baik
19 2 2 4 2 Sedang
20 2 2 4 2 Sedang
21 3 2 5 2,5 Baik
22 3 2 5 2,5 Baik
23 3 2 5 2,5 Baik
24 3 2 5 2,5 Baik
25 2 2 4 2 Sedang
26 3 2 5 2,5 Baik
27 2 2 4 2 Sedang
28 2 2 4 2 Sedang
29 3 2 5 2,5 Baik
30 2 2 4 2 Sedang
31 3 2 5 2,5 Baik
32 3 2 5 2,5 Baik
33 3 2 5 2,5 Baik
Jumlah 77 70 147 73,5
Sedang
Rata-rata 2,33 2,12 4,45 2,23

Universitas Sriwijaya
60

Lampiran 6. Skor persepsi petani terhadap peran PPL sebagai Supervisi

No Pengukuran
Jumlah Rata-rata Kriteria
Responden A B
1 2 3 5 2,5 Baik
2 3 3 6 3 Baik
3 3 3 6 3 Baik
4 2 3 5 2,5 Baik
5 2 3 5 2,5 Baik
6 3 3 6 3 Baik
7 2 3 5 2,5 Baik
8 2 3 5 2,5 Baik
9 2 3 5 2,5 Baik
10 2 2 4 2 Sedang
11 3 3 6 3 Baik
12 3 3 6 3 Baik
13 2 3 5 2,5 Baik
14 3 3 6 3 Baik
15 2 3 5 2,5 Baik
16 3 2 5 2,5 Baik
17 3 3 6 3 Baik
18 3 3 6 3 Baik
19 3 3 6 3 Baik
20 2 3 5 2,5 Baik
21 2 3 5 2,5 Baik
22 3 3 6 3 Baik
23 2 3 5 2,5 Baik
24 3 3 6 3 Baik
25 2 3 5 2,5 Baik
26 2 3 5 2,5 Baik
27 2 3 5 2,5 Baik
28 3 3 6 3 Baik
29 3 3 6 3 Baik
30 2 3 5 2,5 Baik
31 2 3 5 2,5 Baik
32 2 3 5 2,5 Baik
33 3 3 6 3 Baik
Jumlah 81 97 178 89
Baik
Rata-rata 2,45 2,94 5,39 2,70

Universitas Sriwijaya
61

Lampiran 7. Skor Persepsi Petani Terhadap Peran PPL Sebagai Konsultan

No Pengukuran
Jumlah Rata-rata Kriteria
Responden A B
1 2 3 5 2,5 Baik
2 3 3 6 3 Baik
3 3 3 6 3 Baik
4 2 3 5 2,5 Baik
5 3 3 6 3 Baik
6 3 3 6 3 Baik
7 3 3 6 3 Baik
8 2 3 5 2,5 Baik
9 3 3 6 3 Baik
10 2 3 5 2,5 Baik
11 3 3 6 3 Baik
12 3 3 6 3 Baik
13 2 3 5 2,5 Baik
14 3 3 6 3 Baik
15 2 3 5 2,5 Baik
16 2 3 5 2,5 Baik
17 3 3 6 3 Baik
18 2 3 5 2,5 Baik
19 2 3 5 2,5 Baik
20 3 3 6 3 Baik
21 3 3 6 3 Baik
22 3 3 6 3 Baik
23 3 3 6 3 Baik
24 2 3 5 2,5 Baik
25 3 3 6 3 Baik
26 3 3 6 3 Baik
27 3 3 6 3 Baik
28 3 3 6 3 Baik
29 3 3 6 3 Baik
30 2 3 5 2,5 Baik
31 3 3 6 3 Baik
32 3 3 6 3 Baik
33 2 3 5 2,5 Baik
Jumlah 87 99 186 93
Baik
Rata-rata 2,64 3,00 5,64 2,82

Universitas Sriwijaya
62

Lampiran 8. Skor Total Persepsi Petani Terhadap Peran PPL


No INDIKATOR
Jumlah Kriteria
Responden A B C D E
1 4 4 4 5 5 22 Sedang
2 6 3 4 6 6 25 Baik
3 4 5 5 6 6 26 Baik
4 5 5 4 5 5 24 Baik
5 6 4 4 5 6 25 Baik
6 6 4 5 6 6 27 Baik
7 4 6 5 5 6 26 Baik
8 6 5 5 5 5 26 Baik
9 6 4 4 5 6 25 Baik
10 6 4 3 4 5 22 Sedang
11 4 5 5 6 6 26 Baik
12 4 4 4 6 6 24 Baik
13 5 4 3 5 5 22 Sedang
14 5 5 5 6 6 27 Baik
15 5 5 4 5 5 24 Baik
16 4 4 5 5 5 23 Sedang
17 4 5 4 6 6 25 Baik
18 4 5 5 6 5 25 Baik
19 4 4 4 6 5 23 Sedang
20 5 4 4 5 6 24 Baik
21 5 5 5 5 6 26 Baik
22 5 5 5 6 6 27 Baik
23 5 5 5 5 6 26 Baik
24 4 5 5 6 5 25 Baik
25 5 4 4 5 6 24 Baik
26 5 5 5 5 6 26 Baik
27 5 4 4 5 6 24 Baik
28 5 4 4 6 6 25 Baik
29 5 5 5 6 6 27 Baik
30 4 4 4 5 5 22 Sedang
31 5 5 5 5 6 26 Baik
32 5 5 5 5 6 26 Baik
33 4 5 5 6 5 25 Baik
Jumlah 159 150 147 178 186 820
Baik
Rata-rata 4,82 4,55 4,45 5,39 5,64 24,85
Keterangan
A : Edukator
B : Diseminasi Informasi/inovasi
C : Fasilatator
D : Konsultan (Pendampingan)
E : Supervisi (Pembinaan)

Universitas Sriwijaya
63

Lampiran 9. Biaya Tetap Penyusutan Alat Dalam Usahatani Padi Di Kelurahan Sei Lais
Cangkul Nilai Nilai Parang Nilai Nilai Arit Nilai Nilai Handsprayer Nilai Nilai
No Luas Lahan
Jumlah Harga Beli Harga Total UE Nilai Sisa Penyusutan Penyusutan Jumlah Harga Beli Harga Total UE Nilai Sisa Penyusutan Penyusutan Jumlah Harga Beli Harga Total UE Nilai Sisa Penyusutan Penyusutan Jumlah Harga Beli Harga Total UE Nilai Sisa Penyusutan Penyusutan
Responden (Ha)
(Unit) (Rp/Unit) (Rp) (Tahun) (Rp) Alat (Rp/lg) Alat (Rp/Ha) (Unit) (Rp/Unit) (Rp) (Tahun) (Rp) Alat (Rp/lg) Alat (Rp/Ha) (Unit) (Rp/Unit) (Rp) (Tahun) (Rp) Alat (Rp/lg) Alat (Rp/Ha) (Unit) (Rp/Unit) (Rp) (Tahun) (Rp) Alat (Rp/lg) Alat (Rp/Ha)
1 1,5 1 50.000 50.000 3 15.000 11.667 11.667 2 50.000 100.000 2 10.000 45.000 45.000 2 30.000 60.000 2 10.000 25.000 25.000 1 250.000 250.000 4 100.000 37.500 37.500
2 1 2 70.000 140.000 4 20.000 30.000 30.000 2 50.000 100.000 4 10.000 22.500 22.500 4 30.000 120.000 4 10.000 27.500 27.500 1 250.000 250.000 4 100.000 37.500 37.500
3 1 2 20.000 40.000 3 5.000 11.667 11.667 2 25.000 50.000 2 5.000 22.500 22.500 5 25.000 125.000 2 10.000 57.500 57.500 1 295.000 295.000 4 120.000 43.750 43.750
4 1 1 20.000 20.000 3 5.000 5.000 5.000 3 40.000 120.000 2 10.000 55.000 55.000 4 70.000 280.000 2 20.000 130.000 130.000 1 250.000 250.000 4 100.000 37.500 37.500
5 1,5 1 50.000 50.000 4 15.000 8.750 8.750 2 35.000 70.000 3 10.000 20.000 20.000 5 15.000 75.000 3 5.000 23.333 23.333 1 250.000 250.000 4 100.000 37.500 37.500
6 1 2 50.000 100.000 3 15.000 28.333 28.333 2 25.000 50.000 2 5.000 22.500 22.500 2 70.000 140.000 2 20.000 60.000 60.000 1 250.000 250.000 4 100.000 37.500 37.500
7 2 1 60.000 60.000 3 15.000 15.000 15.000 2 60.000 120.000 3 15.000 35.000 35.000 2 30.000 60.000 2 10.000 25.000 25.000 1 315.000 315.000 4 150.000 41.250 41.250
8 1,5 1 60.000 60.000 4 15.000 11.250 11.250 1 50.000 50.000 4 10.000 10.000 10.000 2 25.000 50.000 3 10.000 13.333 13.333 1 250.000 250.000 4 100.000 37.500 37.500
9 2 1 60.000 60.000 4 15.000 11.250 11.250 1 50.000 50.000 3 10.000 13.333 13.333 2 25.000 50.000 3 10.000 13.333 13.333 1 315.000 315.000 4 150.000 41.250 41.250
10 1 1 60.000 60.000 3 15.000 15.000 15.000 2 80.000 160.000 2 20.000 70.000 70.000 2 75.000 150.000 2 20.000 65.000 65.000 1 315.000 315.000 4 150.000 41.250 41.250
11 2 1 60.000 60.000 2 15.000 22.500 22.500 2 60.000 120.000 2 15.000 52.500 52.500 5 25.000 125.000 2 10.000 57.500 57.500 1 295.000 295.000 4 120.000 43.750 43.750
12 1 2 20.000 40.000 3 5.000 11.667 11.667 2 25.000 50.000 2 5.000 22.500 22.500 5 25.000 125.000 2 10.000 57.500 57.500 1 295.000 295.000 4 120.000 43.750 43.750
13 2 1 50.000 50.000 4 15.000 8.750 8.750 2 50.000 100.000 4 10.000 22.500 22.500 2 30.000 60.000 4 10.000 12.500 12.500 1 215.000 215.000 4 100.000 28.750 28.750
14 1,5 1 50.000 50.000 4 15.000 8.750 8.750 1 25.000 25.000 4 5.000 5.000 5.000 2 25.000 50.000 4 10.000 10.000 10.000 1 235.000 235.000 4 100.000 33.750 33.750
15 1 1 20.000 20.000 3 5.000 5.000 5.000 4 25.000 100.000 2 5.000 47.500 47.500 3 70.000 210.000 2 20.000 95.000 95.000 1 350.000 350.000 4 150.000 50.000 50.000
16 2,5 2 50.000 100.000 4 15.000 21.250 21.250 1 50.000 50.000 3 10.000 13.333 13.333 4 35.000 140.000 3 10.000 43.333 43.333 1 250.000 250.000 4 100.000 37.500 37.500
17 1,5 2 50.000 100.000 4 15.000 21.250 21.250 2 60.000 120.000 4 15.000 26.250 26.250 5 25.000 125.000 4 10.000 28.750 28.750 1 315.000 315.000 4 150.000 41.250 41.250
18 2 1 60.000 60.000 4 15.000 11.250 11.250 3 25.000 75.000 3 5.000 23.333 23.333 2 50.000 100.000 3 15.000 28.333 28.333 1 295.000 295.000 4 120.000 43.750 43.750
19 1,5 2 50.000 100.000 4 15.000 21.250 21.250 1 70.000 70.000 3 20.000 16.667 16.667 4 25.000 100.000 3 10.000 30.000 30.000 1 315.000 315.000 4 150.000 41.250 41.250
20 1 2 25.000 50.000 3 5.000 15.000 15.000 1 50.000 50.000 2 10.000 20.000 20.000 2 25.000 50.000 2 10.000 20.000 20.000 1 315.000 315.000 4 150.000 41.250 41.250
21 1 2 20.000 40.000 3 5.000 11.667 11.667 2 25.000 50.000 2 5.000 22.500 22.500 5 50.000 250.000 2 15.000 117.500 117.500 1 215.000 215.000 4 100.000 28.750 28.750
22 1,5 1 50.000 50.000 3 15.000 11.667 11.667 2 25.000 50.000 2 5.000 22.500 22.500 2 50.000 100.000 2 15.000 42.500 42.500 1 250.000 250.000 4 100.000 37.500 37.500
23 1,5 1 50.000 50.000 3 15.000 11.667 11.667 1 60.000 60.000 2 15.000 22.500 22.500 4 25.000 100.000 2 10.000 45.000 45.000 1 315.000 315.000 4 150.000 41.250 41.250
24 1 1 50.000 50.000 4 15.000 8.750 8.750 2 80.000 160.000 3 20.000 46.667 46.667 2 25.000 50.000 3 10.000 13.333 13.333 1 295.000 295.000 4 120.000 43.750 43.750
25 1 2 50.000 100.000 3 15.000 28.333 28.333 1 25.000 25.000 2 5.000 10.000 10.000 5 60.000 300.000 2 15.000 142.500 142.500 1 315.000 315.000 4 150.000 41.250 41.250
26 1,5 2 60.000 120.000 3 15.000 35.000 35.000 1 60.000 60.000 2 10.000 25.000 25.000 4 35.000 140.000 2 10.000 65.000 65.000 1 295.000 295.000 4 120.000 43.750 43.750
Universitas Sriwijaya

27 1 2 60.000 120.000 3 15.000 35.000 35.000 2 25.000 50.000 2 5.000 22.500 22.500 4 50.000 200.000 2 15.000 92.500 92.500 1 295.000 295.000 4 120.000 43.750 43.750
28 1 1 50.000 50.000 4 15.000 8.750 8.750 2 60.000 120.000 4 15.000 26.250 26.250 2 60.000 120.000 4 15.000 26.250 26.250 1 315.000 315.000 4 150.000 41.250 41.250
29 1,5 2 50.000 100.000 4 15.000 21.250 21.250 2 75.000 150.000 3 20.000 43.333 43.333 4 60.000 240.000 2 15.000 112.500 112.500 1 250.000 250.000 4 100.000 37.500 37.500
30 1 3 20.000 60.000 3 5.000 18.333 18.333 2 60.000 120.000 2 15.000 52.500 52.500 2 25.000 50.000 2 10.000 20.000 20.000 1 250.000 250.000 4 100.000 37.500 37.500
31 1 2 50.000 100.000 3 15.000 28.333 28.333 3 40.000 120.000 2 10.000 55.000 55.000 5 75.000 375.000 2 20.000 177.500 177.500 1 315.000 315.000 4 150.000 41.250 41.250
32 1 2 60.000 120.000 3 15.000 35.000 35.000 3 25.000 75.000 2 5.000 35.000 35.000 3 30.000 90.000 2 10.000 40.000 40.000 1 315.000 315.000 4 150.000 41.250 41.250
33 1 2 50.000 100.000 3 15.000 28.333 28.333 3 60.000 180.000 2 15.000 82.500 82.500 3 75.000 225.000 2 20.000 102.500 102.500 1 295.000 295.000 4 120.000 43.750 43.750
Jumlah 44,50 51 1.555.000 2.330.000 111 430.000 576.667 576.667 64 1.525.000 2.850.000 86 350.000 1.031.667 1.031.667 109 1.350.000 4.435.000 83 420.000 1.820.000 1.820.000 33 9.340.000 9.340.000 132 4.060.000 1.320.000 1.320.000
Rata-rata 1,35 1,55 47.121 70.606 3,36 13.030 17.475 17.475 1,94 46.212 86.364 2,61 10.606 31.263 31.263 3,30 40.909 134.394 2,52 12.727 55.152 55.152 1,00 283.030 283.030 4,00 123.030 40.000 40.000

63
Universitas Sriwijaya
64

Lampiran 10. Biaya Tetap Total Penyusutan Alat Usahatani Padi


Biaya Penyusutan Alat Biaya Total Biaya Total
No Cangkul Parang Arit Handsprayer Penyusutan Alat Penyusutan Alat
Responden
(Rp/lg/mt) (Rp/Ha/mt) (Rp/lg/mt) (Rp/Ha/mt) (Rp/lg/mt) (Rp/Ha/mt) (Rp/lg/mt) (Rp/Ha/mt) (Rp/lg/mt) (Rp/Ha/mt)
1 11.667 11.667 45.000 45.000 25.000 25.000 37.500 37.500 119.167 119.167
2 30.000 30.000 22.500 22.500 27.500 27.500 37.500 37.500 117.500 117.500
3 11.667 11.667 22.500 22.500 57.500 57.500 43.750 43.750 135.417 135.417
4 5.000 5.000 55.000 55.000 130.000 130.000 37.500 37.500 227.500 227.500
5 8.750 8.750 20.000 20.000 23.333 23.333 37.500 37.500 89.583 89.583
6 28.333 28.333 22.500 22.500 60.000 60.000 37.500 37.500 148.333 148.333
7 15.000 15.000 35.000 35.000 25.000 25.000 41.250 41.250 116.250 116.250
8 11.250 11.250 10.000 10.000 13.333 13.333 37.500 37.500 72.083 72.083
9 11.250 11.250 13.333 13.333 13.333 13.333 41.250 41.250 79.167 79.167
10 15.000 15.000 70.000 70.000 65.000 65.000 41.250 41.250 191.250 191.250
11 22.500 22.500 52.500 52.500 57.500 57.500 43.750 43.750 176.250 176.250
12 11.667 11.667 22.500 22.500 57.500 57.500 43.750 43.750 135.417 135.417
13 8.750 8.750 22.500 22.500 12.500 12.500 28.750 28.750 72.500 72.500
14 8.750 8.750 5.000 5.000 10.000 10.000 33.750 33.750 57.500 57.500
15 5.000 5.000 47.500 47.500 95.000 95.000 50.000 50.000 197.500 197.500
16 21.250 21.250 13.333 13.333 43.333 43.333 37.500 37.500 115.417 115.417
17 21.250 21.250 26.250 26.250 28.750 28.750 41.250 41.250 117.500 117.500
18 11.250 11.250 23.333 23.333 28.333 28.333 43.750 43.750 106.667 106.667
19 21.250 21.250 16.667 16.667 30.000 30.000 41.250 41.250 109.167 109.167
20 15.000 15.000 20.000 20.000 20.000 20.000 41.250 41.250 96.250 96.250
21 11.667 11.667 22.500 22.500 117.500 117.500 28.750 28.750 180.417 180.417
22 11.667 11.667 22.500 22.500 42.500 42.500 37.500 37.500 114.167 114.167
23 11.667 11.667 22.500 22.500 45.000 45.000 41.250 41.250 120.417 120.417
24 8.750 8.750 46.667 46.667 13.333 13.333 43.750 43.750 112.500 112.500
25 28.333 28.333 10.000 10.000 142.500 142.500 41.250 41.250 222.083 222.083
26 35.000 35.000 25.000 25.000 65.000 65.000 43.750 43.750 168.750 168.750
27 35.000 35.000 22.500 22.500 92.500 92.500 43.750 43.750 193.750 193.750
28 8.750 8.750 26.250 26.250 26.250 26.250 41.250 41.250 102.500 102.500
Universitas Sriwijaya

29 21.250 21.250 43.333 43.333 112.500 112.500 37.500 37.500 214.583 214.583
30 18.333 18.333 52.500 52.500 20.000 20.000 37.500 37.500 128.333 128.333
31 28.333 28.333 55.000 55.000 177.500 177.500 41.250 41.250 302.083 302.083
32 35.000 35.000 35.000 35.000 40.000 40.000 41.250 41.250 151.250 151.250
33 28.333 28.333 82.500 82.500 102.500 102.500 43.750 43.750 257.083 257.083
Jumlah 576.667 576.667 1.031.667 1.031.667 1.820.000 1.820.000 1.320.000 1.320.000 4.748.333 4.748.333
Rata-rata 17.475 17.475 31.263 31.263 55.152 55.152 40.000 40.000 143.889 143.889

64
Universitas Sriwijaya
65

Lampiran 11. Biaya Variabel Penggunaan Benih Padi


Luas Jumlah Jumlah Total Biaya Benih
Jenis Harga
No Lahan Benih Benih
Benih (Rp/Kg) (Rp/lg/Thn) (Rp/Ha/Thn)
(Ha) (Kg/lg/Thn) (Kg/Ha/Thn)
1 1,5 Ciherang 130 87 4.000 520.000 346.667
2 1 Ciherang 100 100 8.000 800.000 800.000
3 1 Ciherang 100 100 8.500 850.000 850.000
4 1 Ciherang 100 100 5.000 500.000 500.000
5 1,5 Ciherang 150 100 8.000 1.200.000 800.000
6 1 Ciherang 100 100 4.000 400.000 400.000
7 2 Ciherang 250 125 4.000 1.000.000 500.000
8 1,5 Ciherang 100 67 8.000 800.000 533.333
9 2 Ciherang 200 100 8.500 1.700.000 850.000
10 1 Ciherang 100 100 20.000 2.000.000 2.000.000
11 2 Ciherang 200 100 8.500 1.700.000 850.000
12 1 Ciherang 100 100 8.000 800.000 800.000
13 2 Ciherang 250 125 8.000 2.000.000 1.000.000
14 1,5 Ciherang 150 100 4.000 600.000 400.000
15 1 Ciherang 100 100 8.000 800.000 800.000
16 2,5 Ciherang 250 100 4.000 1.000.000 400.000
17 1,5 Ciherang 150 100 20.000 3.000.000 2.000.000
18 2 Ciherang 200 100 4.000 800.000 400.000
19 1,5 Ciherang 150 100 20.000 3.000.000 2.000.000
20 1 Ciherang 100 100 8.500 850.000 850.000
21 1 Ciherang 100 100 20.000 2.000.000 2.000.000
22 1,5 Ciherang 150 100 8.000 1.200.000 800.000
23 1,5 Ciherang 200 133 8.000 1.600.000 1.066.667
24 1 Ciherang 100 100 8.000 800.000 800.000
25 1 Ciherang 100 100 4.000 400.000 400.000
26 1,5 Ciherang 150 100 8.500 1.275.000 850.000
27 1 Ciherang 100 100 8.000 800.000 800.000
28 1 Ciherang 150 150 20.000 3.000.000 3.000.000
29 1,5 Ciherang 100 67 4.000 400.000 266.667
30 1 Ciherang 100 100 8.500 850.000 850.000
31 1 Ciherang 100 100 8.000 800.000 800.000
32 1 Ciherang 100 100 8.000 800.000 800.000
33 1 Ciherang 100 100 4.000 400.000 400.000
Ʃ 44,50 4530 3353 288.000 38.645.000 29.913.333
Ciherang
X 1,35 137,27 101,62 8.727 1.171.061 906.465

Universitas Sriwijaya
66

Lampiran 12. Biaya Variabel Penggunaan Pupuk


Banyak Pemakaian Harga (Rp/Kg) Total Biaya Total Biaya Pupuk
No Luas Lahan
UREA TSP UREA TSP
Responden (Ha) UREA TSP (Rp/lg/Thn) (Rp/Ha/Thn)
(Kg/lg/Thn) (Kg/Ha/Thn) (Kg/lg/Thn) (Kg/Ha/Thn) (Rp/lg/Thn) (Rp/Ha/Thn) (Rp/lg/Thn) (Rp/Ha/Thn)
1 1,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 1 50 50 0 0 7.000 0 350.000 350.000 0 0 350.000 350.000
3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 1 100 100 0 0 7.000 0 700.000 700.000 0 0 700.000 700.000
5 1,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 1 100 100 50 50 7.000 4.000 700.000 700.000 200.000 200.000 900.000 900.000
7 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 1,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 2 200 100 0 0 7.000 0 1.400.000 700.000 0 0 1.400.000 700.000
10 1 100 100 0 0 6.000 0 600.000 600.000 0 0 600.000 600.000
11 2 150 75 0 0 6.000 0 900.000 450.000 0 0 900.000 450.000
12 1 50 50 50 50 7.000 4.000 350.000 350.000 200.000 200.000 550.000 550.000
13 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 1,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 1 100 100 50 50 6.000 4.000 600.000 600.000 200.000 200.000 800.000 800.000
16 2,5 200 80 0 0 6.000 0 1.200.000 480.000 0 0 1.200.000 480.000
17 1,5 50 33 0 0 6.000 0 300.000 200.000 0 0 300.000 200.000
18 2 20 10 20 10 6.000 4.000 120.000 60.000 80.000 40.000 200.000 100.000
19 1,5 150 100 0 0 8.000 0 1.200.000 800.000 0 0 1.200.000 800.000
20 1 100 100 0 0 8.000 0 800.000 800.000 0 0 800.000 800.000
21 1 100 100 25 25 7.000 4.000 700.000 700.000 100.000 100.000 800.000 800.000
22 1,5 100 67 50 33 6.000 4.000 600.000 400.000 200.000 133.333 800.000 533.333
23 1,5 100 67 50 33 6.000 5.000 600.000 400.000 250.000 166.667 850.000 566.667
24 1 150 150 0 0 8.000 0 1.200.000 1.200.000 0 0 1.200.000 1.200.000
25 1 100 100 0 0 7.000 0 700.000 700.000 0 0 700.000 700.000
26 1,5 150 100 0 0 7.000 0 1.050.000 700.000 0 0 1.050.000 700.000
27 1 50 50 50 50 6.000 4.000 300.000 300.000 200.000 200.000 500.000 500.000
Universitas Sriwijaya

28 1 50 50 0 0 6.000 0 300.000 300.000 0 0 300.000 300.000


29 1,5 100 67 0 0 6.000 0 600.000 400.000 0 0 600.000 400.000
30 1 100 100 0 0 7.000 0 700.000 700.000 0 0 700.000 700.000
31 1 100 100 0 0 6.000 0 600.000 600.000 0 0 600.000 600.000
32 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 1 50 50 50 50 7.000 4.000 350.000 350.000 200.000 200.000 550.000 550.000
Jumlah 44,50 2520 1998,33 395 351,67 166.000 37.000 16.920.000 13.540.000 1.630.000 1.440.000 18.550.000 14.980.000
Rata-rata 1,35 76,36 60,56 11,97 10,66 5.030 1.121 512.727 410.303 49.394 43.636 562.121 453.939

65
Universitas Sriwijaya
67

Lampiran 13. Biaya Penggunaan Pestisida Usahatani Padi


Herbisida Insektisida
No Luas Lahan Biaya Total Biaya Total
Jumlah Harga Total Harga Jumlah Harga Total Harga
Responden (Ha) (Rp/lg/mt) (Rp/ha/mt)
(L) (Rp/L) (Rp/lg) (L) (Rp/L) (Rp/lg)
1 1,5 3 80.000 240.000 2 60.000 120.000 360.000 240.000
2 1 2 80.000 160.000 1 60.000 60.000 220.000 220.000
3 1 2 80.000 160.000 2 60.000 120.000 280.000 280.000
4 1 2 80.000 160.000 3 60.000 180.000 340.000 340.000
5 1,5 3 80.000 240.000 1 60.000 60.000 300.000 200.000
6 1 2 80.000 160.000 3 60.000 180.000 340.000 340.000
7 2 3 80.000 240.000 1 60.000 60.000 300.000 150.000
8 1,5 2 80.000 160.000 1 60.000 60.000 220.000 146.667
9 2 4 80.000 320.000 2 60.000 120.000 440.000 220.000
10 1 2 80.000 160.000 2 60.000 120.000 280.000 280.000
11 2 3 80.000 240.000 3 60.000 180.000 420.000 210.000
12 1 1 80.000 80.000 1 60.000 60.000 140.000 140.000
13 2 3 80.000 240.000 1 60.000 60.000 300.000 150.000
14 1,5 2 80.000 160.000 2 60.000 120.000 280.000 186.667
15 1 2 80.000 160.000 1 60.000 60.000 220.000 220.000
16 2,5 3 80.000 240.000 1 60.000 60.000 300.000 120.000
17 1,5 2 80.000 160.000 2 60.000 120.000 280.000 186.667
18 2 2 80.000 160.000 1 60.000 60.000 220.000 110.000
19 1,5 3 80.000 240.000 1 60.000 60.000 300.000 200.000
20 1 2 80.000 160.000 2 60.000 120.000 280.000 280.000
21 1 2 80.000 160.000 1 60.000 60.000 220.000 220.000
22 1,5 3 80.000 240.000 3 60.000 180.000 420.000 280.000
23 1,5 3 80.000 240.000 2 60.000 120.000 360.000 240.000
24 1 1 80.000 80.000 2 60.000 120.000 200.000 200.000
25 1 2 80.000 160.000 2 60.000 120.000 280.000 280.000
26 1,5 3 80.000 240.000 3 60.000 180.000 420.000 280.000
27 1 2 80.000 160.000 1 60.000 60.000 220.000 220.000
28 1 1 80.000 80.000 1 60.000 60.000 140.000 140.000
29 1,5 1 80.000 80.000 2 60.000 120.000 200.000 133.333
30 1 1 80.000 80.000 2 60.000 120.000 200.000 200.000
31 1 2 80.000 160.000 2 60.000 120.000 280.000 280.000
32 1 2 80.000 160.000 2 60.000 120.000 280.000 280.000
33 1 2 80.000 160.000 1 60.000 60.000 220.000 220.000
Jumlah 44,50 73 2.640.000 5.840.000 57 1.980.000 3.420.000 9.260.000 7.193.333
Rata-rata 1,35 2,21 80.000 176.970 1,73 60.000 103.636 280.606 217.980

Universitas Sriwijaya
68

Lampiran 14. Biaya Variabel Penggunaan Karung


No Luas Lahan Produksi Produksi Jumlah Jumlah Harga Total Biaya Total Biaya
Responden (Ha) (Kg/lg/mt) (Kg/Ha/mt) (unit/lg/mt) (unit/Ha/mt) (Rp/unit) (Rp/lg/mt) (Rp/Ha/mt)
1 1,5 2.600 1.733 52 35 1.250 65.000 43.333
2 1 1.300 1.300 26 26 1.250 32.500 32.500
3 1 1.200 1.200 24 24 1.250 30.000 30.000
4 1 2.500 2.500 50 50 1.250 62.500 62.500
5 1,5 1.500 1.000 30 20 1.250 37.500 25.000
6 1 5.000 5.000 100 100 1.250 125.000 125.000
7 2 3.000 1.500 60 30 1.250 75.000 37.500
8 1,5 2.100 1.400 42 28 1.250 52.500 35.000
9 2 4.000 2.000 80 40 1.250 100.000 50.000
10 1 4.000 4.000 80 80 1.250 100.000 100.000
11 2 2.600 1.300 52 26 1.250 65.000 32.500
12 1 6.000 6.000 120 120 1.250 150.000 150.000
13 2 4.200 2.100 84 42 1.250 105.000 52.500
14 1,5 2.400 1.600 48 32 1.250 60.000 40.000
15 1 4.000 4.000 80 80 1.250 100.000 100.000
16 2,5 5.000 2.000 100 40 1.250 125.000 50.000
17 1,5 2.700 1.800 54 36 1.250 67.500 45.000
18 2 7.800 3.900 156 78 1.250 195.000 97.500
19 1,5 5.500 3.667 110 73 1.250 137.500 91.667
20 1 5.000 5.000 100 100 1.250 125.000 125.000
21 1 4.000 4.000 80 80 1.250 100.000 100.000
22 1,5 7.000 4.667 140 93 1.250 175.000 116.667
23 1,5 6.800 4.533 136 91 1.250 170.000 113.333
24 1 2.000 2.000 40 40 1.250 50.000 50.000
25 1 5.000 5.000 100 100 1.250 125.000 125.000
26 1,5 4.000 2.667 80 53 1.250 100.000 66.667
27 1 5.000 5.000 100 100 1.250 125.000 125.000
28 1 1.200 1.200 24 24 1.250 30.000 30.000
29 1,5 3.400 2.267 68 45 1.250 85.000 56.667
30 1 4.000 4.000 80 80 1.250 100.000 100.000
31 1 3.000 3.000 60 60 1.250 75.000 75.000
32 1 4.200 4.200 84 84 1.250 105.000 105.000
33 1 4.000 4.000 80 80 1.250 100.000 100.000
Jumlah 44,50 126.000 99533 2520,00 1990,67 41.250 3.150.000 2.488.333
Rata-rata 1,35 3.818 3016 76,36 60,32 1250,00 95.455 75.404

Universitas Sriwijaya
69

Lampiran 15. Biaya Variabel Penggunaan Bahan Bakar


Luas Pemakaian Bahan Bakar Total Biaya Bahan Bakar
Harga
No Lahan
(Rp/Ltr)
(Ha) (Ltr/lg/mt) (Ltr/Ha/mt) (Rp/lg/mt) (Rp/Ha/mt)
1 1,5 20 13 5.150 103.000 68.667
2 1 10 10 5.150 51.500 51.500
3 1 15 15 5.150 77.250 77.250
4 1 10 10 5.150 51.500 51.500
5 1,5 15 10 5.150 77.250 51.500
6 1 10 10 5.150 51.500 51.500
7 2 25 12,5 5.150 128.750 64.375
8 1,5 15 10 5.150 77.250 51.500
9 2 25 12,5 5.150 128.750 64.375
10 1 10 10 5.150 51.500 51.500
11 2 20 10 5.150 103.000 51.500
12 1 15 15 5.150 77.250 77.250
13 2 25 13 5.150 128.750 64.375
14 1,5 15 10 5.150 77.250 51.500
15 1 10 10 5.150 51.500 51.500
16 2,5 25 10 5.150 128.750 51.500
17 1,5 20 13 5.150 103.000 68.667
18 2 20 10 5.150 103.000 51.500
19 1,5 20 13 5.150 103.000 68.667
20 1 10 10 5.150 51.500 51.500
21 1 15 15 5.150 77.250 77.250
22 1,5 15 10 5.150 77.250 51.500
23 1,5 20 13 5.150 103.000 68.667
24 1 10 10 5.150 51.500 51.500
25 1 15 15 5.150 77.250 77.250
26 1,5 15 10 5.150 77.250 51.500
27 1 15 15 5.150 77.250 77.250
28 1 10 10 5.150 51.500 51.500
29 1,5 15 10,0 5.150 77.250 51.500
30 1 10 10 5.150 51.500 51.500
31 1 15 15 5.150 77.250 77.250
32 1 15 15 5.150 77.250 77.250
33 1 10 10 5.150 51.500 51.500
Ʃ 44,5 515 386 169.950 2.652.250 1.987.042
X 1,35 15,61 11,69 5.150 80.371 60.213

Universitas Sriwijaya
70

Lampiran 16. Biaya Variabel Tenaga Kerja Usahatani


Pengolahan Lahan Penanaman Pemupukan Penyiangan Penyemprotan Pestisida Panen
No Luas Lahan Total Biaya Total Biaya
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Responden (Ha) Upah (Rp) JO HK Upah (Rp) JO HK Upah (Rp) JO HK Upah (Rp) JO HK Upah (Rp) JO HK Upah (Rp) JO HK (Rp/lg/mt) (Rp/Ha/mt)
(Rp/lg/mt) (Rp/lg/mt) (Rp/lg/mt) (Rp/lg/mt) (Rp/lg/mt) (Rp/lg/mt)
1 1,5 50.000 3 1 150.000 50.000 6 1 300.000 50.000 2 4 400.000 50.000 2 3 300.000 50.000 1 2 100.000 50.000 4 1 200.000 1.450.000 966.667
2 1 50.000 2 2 200.000 50.000 2 2 200.000 50.000 1 2 100.000 50.000 1 1 50.000 50.000 1 1 50.000 50.000 5 1 250.000 850.000 850.000
3 1 50.000 2 3 300.000 50.000 2 3 300.000 50.000 1 4 200.000 50.000 0 0 - 50.000 0 0 - 50.000 3 1 150.000 950.000 950.000
4 1 50.000 1 2 100.000 50.000 1 2 100.000 50.000 0 0 - 50.000 1 1 50.000 50.000 0 0 - 50.000 4 1 200.000 450.000 450.000
5 1,5 50.000 3 1 150.000 50.000 4 1 200.000 50.000 1 4 200.000 50.000 2 2 200.000 50.000 0 0 - 50.000 3 1 150.000 900.000 600.000
6 1 50.000 1 2 100.000 50.000 10 1 500.000 50.000 0 0 - 50.000 2 2 200.000 50.000 0 0 - 50.000 4 1 200.000 1.000.000 1.000.000
7 2 50.000 1 2 100.000 50.000 4 2 400.000 50.000 0 0 - 50.000 0 0 - 50.000 0 0 - 50.000 4 1 200.000 700.000 350.000
8 1,5 50.000 1 1 50.000 50.000 4 1 200.000 50.000 1 2 100.000 50.000 0 0 - 50.000 0 0 - 50.000 5 1 250.000 600.000 400.000
9 2 50.000 3 2 300.000 50.000 5 1 250.000 50.000 1 2 100.000 50.000 1 1 50.000 50.000 1 1 50.000 50.000 8 1 400.000 1.150.000 575.000
10 1 50.000 0 0 - 50.000 2 2 200.000 50.000 0 0 - 50.000 0 0 - 50.000 0 0 - 50.000 6 1 300.000 500.000 500.000
11 2 50.000 4 1 200.000 50.000 6 1 300.000 50.000 0 0 - 50.000 0 0 - 50.000 0 0 - 50.000 6 1 300.000 800.000 400.000
12 1 50.000 1 2 100.000 50.000 10 1 500.000 50.000 1 2 100.000 50.000 1 2 100.000 50.000 0 0 - 50.000 4 1 200.000 1.000.000 1.000.000
13 2 50.000 4 1 200.000 50.000 1 2 100.000 50.000 1 2 100.000 50.000 1 1 50.000 50.000 1 1 50.000 50.000 2 1 100.000 600.000 300.000
14 1,5 50.000 4 1 200.000 50.000 4 1 200.000 50.000 2 1 100.000 50.000 2 1 100.000 50.000 0 0 - 50.000 4 1 200.000 800.000 533.333
15 1 50.000 1 4 200.000 50.000 0 0 - 50.000 1 3 150.000 50.000 1 3 150.000 50.000 1 2 100.000 50.000 4 1 200.000 800.000 800.000
16 2,5 50.000 0 0 - 50.000 4 1 200.000 50.000 0 0 - 50.000 1 2 100.000 50.000 0 0 - 50.000 5 1 250.000 550.000 220.000
17 1,5 50.000 1 2 100.000 50.000 4 1 200.000 50.000 0 0 - 50.000 0 0 - 50.000 0 0 - 50.000 3 1 150.000 450.000 300.000
18 2 50.000 1 2 100.000 50.000 4 2 400.000 50.000 1 3 150.000 50.000 0 0 - 50.000 0 0 - 50.000 4 1 200.000 850.000 425.000
19 1,5 50.000 1 2 100.000 50.000 0 0 - 50.000 0 0 - 50.000 2 1 100.000 50.000 0 0 - 50.000 5 1 250.000 450.000 300.000
20 1 50.000 0 0 - 50.000 4 1 200.000 50.000 0 0 - 50.000 1 3 150.000 50.000 0 0 - 50.000 8 1 400.000 750.000 750.000
21 1 50.000 1 4 200.000 50.000 1 4 200.000 50.000 0 0 - 50.000 0 0 - 50.000 0 0 - 50.000 4 1 200.000 600.000 600.000
22 1,5 50.000 0 0 - 50.000 2 3 300.000 50.000 0 0 - 50.000 0 0 - 50.000 1 1 50.000 50.000 10 1 500.000 850.000 566.667
23 1,5 50.000 0 0 - 50.000 1 4 200.000 50.000 1 4 200.000 50.000 1 4 200.000 50.000 0 0 - 50.000 4 1 200.000 800.000 533.333
24 1 50.000 1 3 150.000 50.000 3 1 150.000 50.000 0 0 - 50.000 0 0 - 50.000 1 2 100.000 50.000 2 1 100.000 500.000 500.000
25 1 50.000 2 1 100.000 50.000 2 1 100.000 50.000 3 1 150.000 50.000 0 0 - 50.000 0 0 - 50.000 4 1 200.000 550.000 550.000
26 1,5 50.000 3 1 150.000 50.000 2 1 100.000 50.000 2 1 100.000 50.000 0 0 - 50.000 0 0 - 50.000 2 1 100.000 450.000 300.000
Universitas Sriwijaya

27 1 50.000 1 2 100.000 50.000 2 2 200.000 50.000 1 3 150.000 50.000 1 3 150.000 50.000 0 0 - 50.000 5 1 250.000 850.000 850.000
28 1 50.000 1 2 100.000 50.000 1 1 50.000 50.000 0 0 - 50.000 2 1 100.000 50.000 0 0 - 50.000 3 1 150.000 400.000 400.000
29 1,5 50.000 2 1 100.000 50.000 0 0 - 50.000 2 2 200.000 50.000 0 0 - 50.000 0 0 - 50.000 3 1 150.000 450.000 300.000
30 1 50.000 2 4 400.000 50.000 5 1 250.000 50.000 1 2 100.000 50.000 2 2 200.000 50.000 0 0 - 50.000 10 1 500.000 1.450.000 1.450.000
31 1 50.000 4 1 200.000 50.000 5 1 250.000 50.000 0 0 - 50.000 1 2 100.000 50.000 1 2 100.000 50.000 6 1 300.000 950.000 950.000
32 1 50.000 0 0 - 50.000 4 1 200.000 50.000 2 2 200.000 50.000 0 0 - 50.000 0 0 - 50.000 5 1 250.000 650.000 650.000
33 1 50.000 4 1 200.000 50.000 5 1 250.000 50.000 2 2 200.000 50.000 0 0 - 50.000 0 0 - 50.000 4 1 200.000 850.000 850.000
Jumlah 44,5 1.650.000 55 51 4.350.000 1.650.000 110 47 7.000.000 1.650.000 27 46 3.000.000 1.650.000 25 35 2.350.000 1.650.000 8 12 600.000 1.650.000 153 33 7.650.000 24.950.000 20.170.000
Rata-rata 1,35 50.000 1,67 1,55 131.818 50.000 3,33 1,42 212.121 50.000 0,82 1,39 90.909 50.000 0,76 1,06 71.212 50.000 0,24 0,36 18.182 50.000 4,64 1,00 231.818 756.061 611.212

69
Universitas Sriwijaya
71

Lampiran 17. Biaya Variabel Total dalam Usahatani Padi Sawah Lebak
No Luas Benih Benih Pupuk Pupuk Pestisida Pestisida Karung Karung Bahan Bakar Bahan Bakar Tenaga Kerja Tenaga Kerja Biaya Variabel Total Biaya Variabel Total
Responden Lahan (Rp/lg/mt) (Rp/Ha/mt) (Rp/lg/mt) (Rp/Ha/mt) (Rp/lg/mt) (Rp/Ha/mt) (Rp/lg/mt) (Rp/Ha/mt) (Rp/lg/mt) (Rp/Ha/mt) (Rp/lg/mt) (Rp/Ha/mt) (Rp/lg/mt) (Rp/Ha/mt)
1 1,5 520.000 346.667 0 0 360.000 240.000 65.000 43.333 103.000 68.667 1.450.000 966.667 2.498.000 1.665.333
2 1 800.000 800.000 350.000 350.000 220.000 220.000 32.500 32.500 51.500 51.500 850.000 850.000 2.304.000 2.304.000
3 1 850.000 850.000 0 0 280.000 280.000 30.000 30.000 77.250 77.250 950.000 950.000 2.187.250 2.187.250
4 1 500.000 500.000 700.000 700.000 340.000 340.000 62.500 62.500 51.500 51.500 450.000 450.000 2.104.000 2.104.000
5 1,5 1.200.000 800.000 0 0 300.000 200.000 37.500 25.000 77.250 51.500 900.000 600.000 2.514.750 1.676.500
6 1 400.000 400.000 900.000 900.000 340.000 340.000 125.000 125.000 51.500 51.500 1.000.000 1.000.000 2.816.500 2.816.500
7 2 1.000.000 500.000 0 0 300.000 150.000 75.000 37.500 128.750 64.375 700.000 350.000 2.203.750 1.101.875
8 1,5 800.000 533.333 0 0 220.000 146.667 52.500 35.000 77.250 51.500 600.000 400.000 1.749.750 1.166.500
9 2 1.700.000 850.000 1.400.000 700.000 440.000 220.000 100.000 50.000 128.750 64.375 1.150.000 575.000 4.918.750 2.459.375
10 1 2.000.000 2.000.000 600.000 600.000 280.000 280.000 100.000 100.000 51.500 51.500 500.000 500.000 3.531.500 3.531.500
11 2 1.700.000 850.000 900.000 450.000 420.000 210.000 65.000 32.500 103.000 51.500 800.000 400.000 3.988.000 1.994.000
12 1 800.000 800.000 550.000 550.000 140.000 140.000 150.000 150.000 77.250 77.250 1.000.000 1.000.000 2.717.250 2.717.250
13 2 2.000.000 1.000.000 0 0 300.000 150.000 105.000 52.500 128.750 64.375 600.000 300.000 3.133.750 1.566.875
14 1,5 600.000 400.000 0 0 280.000 186.667 60.000 40.000 77.250 51.500 800.000 533.333 1.817.250 1.211.500
15 1 800.000 800.000 800.000 800.000 220.000 220.000 100.000 100.000 51.500 51.500 800.000 800.000 2.771.500 2.771.500
16 2,5 1.000.000 400.000 1.200.000 480.000 300.000 120.000 125.000 50.000 128.750 51.500 550.000 220.000 3.303.750 1.321.500
17 1,5 3.000.000 2.000.000 300.000 200.000 280.000 186.667 67.500 45.000 103.000 68.667 450.000 300.000 4.200.500 2.800.333
18 2 800.000 400.000 200.000 100.000 220.000 110.000 195.000 97.500 103.000 51.500 850.000 425.000 2.368.000 1.184.000
19 1,5 3.000.000 2.000.000 1.200.000 800.000 300.000 200.000 137.500 91.667 103.000 68.667 450.000 300.000 5.190.500 3.460.333
20 1 850.000 850.000 800.000 800.000 280.000 280.000 125.000 125.000 51.500 51.500 750.000 750.000 2.856.500 2.856.500
21 1 2.000.000 2.000.000 800.000 800.000 220.000 220.000 100.000 100.000 77.250 77.250 600.000 600.000 3.797.250 3.797.250
22 1,5 1.200.000 800.000 800.000 533.333 420.000 280.000 175.000 116.667 77.250 51.500 850.000 566.667 3.522.250 2.348.167
23 1,5 1.600.000 1.066.667 850.000 566.667 360.000 240.000 170.000 113.333 103.000 68.667 800.000 533.333 3.883.000 2.588.667
24 1 800.000 800.000 1.200.000 1.200.000 200.000 200.000 50.000 50.000 51.500 51.500 500.000 500.000 2.801.500 2.801.500
25 1 400.000 400.000 700.000 700.000 280.000 280.000 125.000 125.000 77.250 77.250 550.000 550.000 2.132.250 2.132.250
26 1,5 1.275.000 850.000 1.050.000 700.000 420.000 280.000 100.000 66.667 77.250 51.500 450.000 300.000 3.372.250 2.248.167
27 1 800.000 800.000 500.000 500.000 220.000 220.000 125.000 125.000 77.250 77.250 850.000 850.000 2.572.250 2.572.250
28 1 3.000.000 3.000.000 300.000 300.000 140.000 140.000 30.000 30.000 51.500 51.500 400.000 400.000 3.921.500 3.921.500
Universitas Sriwijaya

29 1,5 400.000 266.667 600.000 400.000 200.000 133.333 85.000 56.667 77.250 51.500 450.000 300.000 1.812.250 1.208.167
30 1 850.000 850.000 700.000 700.000 200.000 200.000 100.000 100.000 51.500 51.500 1.450.000 1.450.000 3.351.500 3.351.500
31 1 800.000 800.000 600.000 600.000 280.000 280.000 75.000 75.000 77.250 77.250 950.000 950.000 2.782.250 2.782.250
32 1 800.000 800.000 0 0 280.000 280.000 105.000 105.000 77.250 77.250 650.000 650.000 1.912.250 1.912.250
33 1 400.000 400.000 550.000 550.000 220.000 220.000 100.000 100.000 51.500 51.500 850.000 850.000 2.171.500 2.171.500
Jumlah 44,50 38.645.000 29.913.333 18.550.000 14.980.000 9.260.000 7.193.333 3.150.000 2.488.333 2.652.250 1.987.042 24.950.000 20.170.000 97.207.250 76.732.042
Rata-rata 1,35 1.171.061 906.465 562.121 453.939 280.606 217.980 95.455 75.404 80.371 60.213 756.061 611.212 2.945.674 2.325.213

70
Universitas Sriwijaya
72

Lampiran 18. Biaya Produksi Total Usahatani Padi Sawah Lebak


No Luas Lahan Biaya Variabel Biaya Variabel Biaya Tetap Biaya Tetap Biaya Total Produksi Biaya Total Produksi
Responden (Ha) (Rp/lg/mt) (Rp/Ha/mt) (Rp/lg/mt) (Rp/Ha/mt) (Rp/lg/mt) (Rp/Ha/mt)
1 1,5 2.498.000 1.665.333 119.167 119.167 2.617.167 1.784.500
2 1 2.304.000 2.304.000 117.500 117.500 2.421.500 2.421.500
3 1 2.187.250 2.187.250 135.417 135.417 2.322.667 2.322.667
4 1 2.104.000 2.104.000 227.500 227.500 2.331.500 2.331.500
5 1,5 2.514.750 1.676.500 89.583 89.583 2.604.333 1.766.083
6 1 2.816.500 2.816.500 148.333 148.333 2.964.833 2.964.833
7 2 2.203.750 1.101.875 116.250 116.250 2.320.000 1.218.125
8 1,5 1.749.750 1.166.500 72.083 72.083 1.821.833 1.238.583
9 2 4.918.750 2.459.375 79.167 79.167 4.997.917 2.538.542
10 1 3.531.500 3.531.500 191.250 191.250 3.722.750 3.722.750
11 2 3.988.000 1.994.000 176.250 176.250 4.164.250 2.170.250
12 1 2.717.250 2.717.250 135.417 135.417 2.852.667 2.852.667
13 2 3.133.750 1.566.875 72.500 72.500 3.206.250 1.639.375
14 1,5 1.817.250 1.211.500 57.500 57.500 1.874.750 1.269.000
15 1 2.771.500 2.771.500 197.500 197.500 2.969.000 2.969.000
16 2,5 3.303.750 1.321.500 115.417 115.417 3.419.167 1.436.917
17 1,5 4.200.500 2.800.333 117.500 117.500 4.318.000 2.917.833
18 2 2.368.000 1.184.000 106.667 106.667 2.474.667 1.290.667
19 1,5 5.190.500 3.460.333 109.167 109.167 5.299.667 3.569.500
20 1 2.856.500 2.856.500 96.250 96.250 2.952.750 2.952.750
21 1 3.797.250 3.797.250 180.417 180.417 3.977.667 3.977.667
22 1,5 3.522.250 2.348.167 114.167 114.167 3.636.417 2.462.333
23 1,5 3.883.000 2.588.667 120.417 120.417 4.003.417 2.709.083
24 1 2.801.500 2.801.500 112.500 112.500 2.914.000 2.914.000
25 1 2.132.250 2.132.250 222.083 222.083 2.354.333 2.354.333
26 1,5 3.372.250 2.248.167 168.750 168.750 3.541.000 2.416.917
Universitas Sriwijaya

27 1 2.572.250 2.572.250 193.750 193.750 2.766.000 2.766.000


28 1 3.921.500 3.921.500 102.500 102.500 4.024.000 4.024.000
29 1,5 1.812.250 1.208.167 214.583 214.583 2.026.833 1.422.750
30 1 3.351.500 3.351.500 128.333 128.333 3.479.833 3.479.833
31 1 2.782.250 2.782.250 302.083 302.083 3.084.333 3.084.333
32 1 1.912.250 1.912.250 151.250 151.250 2.063.500 2.063.500
33 1 2.171.500 2.171.500 257.083 257.083 2.428.583 2.428.583
Jumlah 44,50 97.207.250 76.732.042 4.748.333 4.748.333 101.955.583 81.480.375
Rata-rata 1,35 2.945.674 2.325.213 143.889 143.889 3.089.563 2.469.102

72
Universitas Sriwijaya
73

Lampiran 19. Penerimaan Usahatani Padi Sawah Lebak


Luas Penerimaan
Produksi Produksi Harga
No Lahan
(Kg/lg/mt) (Kg/Ha/mt) (Rp/Kg) (Rp/lg/mt) (Rp/Ha/mt)
(Ha)
1 1,5 2.600 1.733 4.000 10.400.000 6.933.333
2 1 1.300 1.300 4.000 5.200.000 5.200.000
3 1 1.200 1.200 4.200 5.040.000 5.040.000
4 1 2.500 2.500 4.000 10.000.000 10.000.000
5 1,5 1.500 1.000 3.800 5.700.000 3.800.000
6 1 5.000 5.000 4.000 20.000.000 20.000.000
7 2 3.000 1.500 4.200 12.600.000 6.300.000
8 1,5 2.100 1.400 4.300 9.030.000 6.020.000
9 2 4.000 2.000 4.000 16.000.000 8.000.000
10 1 4.000 4.000 5.000 20.000.000 20.000.000
11 2 2.600 1.300 4.000 10.400.000 5.200.000
12 1 6.000 6.000 4.200 25.200.000 25.200.000
13 2 4.200 2.100 4.000 16.800.000 8.400.000
14 1,5 2.400 1.600 4.000 9.600.000 6.400.000
15 1 4.000 4.000 4.000 16.000.000 16.000.000
16 2,5 5.000 2.000 4.200 21.000.000 8.400.000
17 1,5 2.700 1.800 4.200 11.340.000 7.560.000
18 2 7.800 3.900 4.200 32.760.000 16.380.000
19 1,5 5.500 3.667 4.200 23.100.000 15.400.000
20 1 5.000 5.000 4.200 21.000.000 21.000.000
21 1 4.000 4.000 4.200 16.800.000 16.800.000
22 1,5 7.000 4.667 4.200 29.400.000 19.600.000
23 1,5 6.800 4.533 4.200 28.560.000 19.040.000
24 1 2.000 2.000 4.200 8.400.000 8.400.000
25 1 5.000 5.000 4.200 21.000.000 21.000.000
26 1,5 4.000 2.667 4.200 16.800.000 11.200.000
27 1 5.000 5.000 4.200 21.000.000 21.000.000
28 1 1.200 1.200 4.200 5.040.000 5.040.000
29 1,5 3.400 2.267 4.200 14.280.000 9.520.000
30 1 4.000 4.000 4.200 16.800.000 16.800.000
31 1 3.000 3.000 4.200 12.600.000 12.600.000
32 1 4.200 4.200 4.200 17.640.000 17.640.000
33 1 4.000 4.000 4.000 16.000.000 16.000.000
Ʃ 44,50 126.000 99.533 137.100 525.490.000 415.873.333
X 1,35 3.818 3.016 4.155 15.923.939 12.602.222

Universitas Sriwijaya
74

Lampiran 20. Pendapatan Usahatani Padi Sawah Lebak


No Luas Lahan Penerimaan Penerimaan Biaya Total Produksi Biaya Total Produksi Pendapatan Pendapatan
Responden (Ha) (Rp/lg/mt) (Rp/Ha/mt) (Rp/lg/mt) (Rp/Ha/mt) (Rp/lg/mt) (Rp/Ha/mt)
1 1,5 10.400.000 6.933.333 2.617.167 1.784.500 7.782.833 5.148.833
2 1 5.200.000 5.200.000 2.421.500 2.421.500 2.778.500 2.778.500
3 1 5.040.000 5.040.000 2.322.667 2.322.667 2.717.333 2.717.333
4 1 10.000.000 10.000.000 2.331.500 2.331.500 7.668.500 7.668.500
5 1,5 5.700.000 3.800.000 2.604.333 1.766.083 3.095.667 2.033.917
6 1 20.000.000 20.000.000 2.964.833 2.964.833 17.035.167 17.035.167
7 2 12.600.000 6.300.000 2.320.000 1.218.125 10.280.000 5.081.875
8 1,5 9.030.000 6.020.000 1.821.833 1.238.583 7.208.167 4.781.417
9 2 16.000.000 8.000.000 4.997.917 2.538.542 11.002.083 5.461.458
10 1 20.000.000 20.000.000 3.722.750 3.722.750 16.277.250 16.277.250
11 2 10.400.000 5.200.000 4.164.250 2.170.250 6.235.750 3.029.750
12 1 25.200.000 25.200.000 2.852.667 2.852.667 22.347.333 22.347.333
13 2 16.800.000 8.400.000 3.206.250 1.639.375 13.593.750 6.760.625
14 1,5 9.600.000 6.400.000 1.874.750 1.269.000 7.725.250 5.131.000
15 1 16.000.000 16.000.000 2.969.000 2.969.000 13.031.000 13.031.000
16 2,5 21.000.000 8.400.000 3.419.167 1.436.917 17.580.833 6.963.083
17 1,5 11.340.000 7.560.000 4.318.000 2.917.833 7.022.000 4.642.167
18 2 32.760.000 16.380.000 2.474.667 1.290.667 30.285.333 15.089.333
19 1,5 23.100.000 15.400.000 5.299.667 3.569.500 17.800.333 11.830.500
20 1 21.000.000 21.000.000 2.952.750 2.952.750 18.047.250 18.047.250
21 1 16.800.000 16.800.000 3.977.667 3.977.667 12.822.333 12.822.333
22 1,5 29.400.000 19.600.000 3.636.417 2.462.333 25.763.583 17.137.667
23 1,5 28.560.000 19.040.000 4.003.417 2.709.083 24.556.583 16.330.917
24 1 8.400.000 8.400.000 2.914.000 2.914.000 5.486.000 5.486.000
25 1 21.000.000 21.000.000 2.354.333 2.354.333 18.645.667 18.645.667
26 1,5 16.800.000 11.200.000 3.541.000 2.416.917 13.259.000 8.783.083
27 1 21.000.000 21.000.000 2.766.000 2.766.000 18.234.000 18.234.000
Universitas Sriwijaya

28 1 5.040.000 5.040.000 4.024.000 4.024.000 1.016.000 1.016.000


29 1,5 14.280.000 9.520.000 2.026.833 1.422.750 12.253.167 8.097.250
30 1 16.800.000 16.800.000 3.479.833 3.479.833 13.320.167 13.320.167
31 1 12.600.000 12.600.000 3.084.333 3.084.333 9.515.667 9.515.667
32 1 17.640.000 17.640.000 2.063.500 2.063.500 15.576.500 15.576.500
33 1 16.000.000 16.000.000 2.428.583 2.428.583 13.571.417 13.571.417
Jumlah 44,50 525.490.000 415.873.333 101.955.583 81.480.375 423.534.417 334.392.958
Rata-rata 1,35 15.923.939 12.602.222 3.089.563 2.469.102 12.834.376 10.133.120

74
Universitas Sriwijaya
75

Lampiran 21. Analisis Hubungan Persepsi Petani dengan Pendapatan Usahatani


Padi Sawah Lebak
Persepsi Pendapatan
No R(Xi) R(Yi) di (Xi-Yi) di²
(Xi) (Yi)
1 22 5.148.833 2,5 10 -7,5 56,25
2 25 2.778.500 15,5 4 11,5 132,25
3 26 2.717.333 24,0 3 21,0 441,00
4 24 7.668.500 8,5 15 -6,5 42,25
5 25 2.033.917 15,5 2 13,5 182,25
6 27 17.035.167 30,5 28 2,5 6,25
7 26 5.081.875 24,0 8 16 256,00
8 26 4.781.417 24,0 7 17 289,00
9 25 5.461.458 15,5 11 4,5 20,25
10 22 16.277.250 2,5 26 -23,5 552,25
11 26 3.029.750 24,0 5 19 361,00
12 24 22.347.333 8,5 33 -24,5 600,25
13 22 6.760.625 2,5 13 -10,5 110,25
14 27 5.131.000 30,5 9 21,5 462,25
15 24 13.031.000 8,5 21 -12,5 156,25
16 23 6.963.083 4,5 14 -9,5 90,25
17 25 4.642.167 15,5 6 9,5 90,25
18 25 15.089.333 15,5 24 -8,5 72,25
19 23 11.830.500 4,5 19 -14,5 210,25
20 24 18.047.250 8,5 30 -21,5 462,25
21 26 12.822.333 24,0 20 4 16,00
22 27 17.137.667 30,5 29 1,5 2,25
23 26 16.330.917 24,0 27 -3 9,00
24 25 5.486.000 15,5 12 3,5 12,25
25 24 18.645.667 8,5 32 -23,5 552,25
26 26 8.783.083 24,0 17 7 49,00
27 24 18.234.000 8,5 31 -22,5 506,25
28 25 1.016.000 15,5 1 14,5 210,25
29 27 8.097.250 30,5 16 14,5 210,25
30 22 13.320.167 2,5 22 -19,5 380,25
31 26 9.515.667 24,0 18 6 36,00
32 26 15.576.500 24,0 25 -1,0 1,00
33 25 13.571.417 15,5 23 -7,5 56,25
Jumlah 820 334.392.958 532 561 -29 6634,00
Rerata 24,85 10133120 16,12 17 -0,88 201,03
Keterangan:
R(Xi) : Peringkat Persepsi Petani
R(Yi) : Peringkat Pendapatan Usahatani Padi

75
Universitas Sriwijaya
76

Lampiran 22. Perhitungan Korelasi Rank Spearman antara persepsi petani dengan
Pendapatan Usahatani Padi Di Kelurahan Sei Lais

Dik : Ʃ𝑑𝑖 2 = 6634


N = 33
α = 0,05
Ditanya : rs hitung ?
Jawab :
𝑛3 − 𝑛
2
∑𝑥 = − ∑ 𝑇𝑥
12

Untuk jumlah peringkat persepsi petani yang sama (Tx)


2,5 sebanyak 4
4,5 sebanyak 2
8,5 sebanyak 6
15,5 sebanyak 8
24,0 sebanyak 9
30,5 sebanyak 4
Maka,
𝑛3 − 𝑛
∑ 𝑥2 = − ∑ 𝑇𝑥
12
333 − 33 43 − 4 23 − 2 63 − 6 83 − 8 93 − 9 43 − 4
= − ( + + + + + )
12 12 12 12 12 12 12
= 2.992 – 5 + 0,5 +17,5 + 42 + 60 + 5
= 2.992 – 130
= 2.862
Karena tidak terdapat peringkat yang sama pada peringkat R(Yi) maka Ty = 0
𝑛3 − 𝑛
2
∑𝑦 = − ∑ 𝑇𝑦
12
333 − 33
= − ∑ 𝑇𝑦
12
= 2.992

76
Universitas Sriwijaya
77

∑ 𝑥 2 +∑ 𝑦 2 − ∑ 𝑑𝑖 2
𝑟𝑠 = 2
√∑ 𝑥 2 .∑ 𝑦 2
2.862 + 2.992 – 6.634
= 2
√2.862 . 2.992
780
=
5852,5
= 0,133

Karena jumlah sampel dalam penelitian ini >30 maka dicari nilai Z terlebih
dahulu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Z = 𝑟𝑠 √𝑛 − 1
Keterangan :
Z = Nilai Z hitung
𝑟𝑠 = Koefisien korelasi tingkat Spearman
n = jumlah sampel (>30)
kaidah dalam pengambilan keputusan :
Z hitung > z α (n) = tolak Ho
Z hitung ≤ z α (n) = terima Ho

Z = 𝑟𝑠 √𝑛 − 1
Z = 0,133 √33 − 1
= 0,133 √32
= 0,7523

Karena nilai Z hitung ≤ z tabel atau z α (n) yaitu 0,7523 < 1,64 maka kaidah
keputusan adalah terima Ho, artinya tidak terdapat hubungan antara persepsi
petani dengan pendapatan usahatani padi.

77
Universitas Sriwijaya

You might also like