Professional Documents
Culture Documents
Laporan Aspirin
Laporan Aspirin
1.1 Kepustakaan
1. Baysinger, Grace.Et all.2004.CRC Handbook of Chemistry and Physics.85th ed
2. Fieser LF, Fieser Mary, 1952, Textbook of Organic Chemistry, Maruzen Company LTD
3. Furniss BS, et al, 1978, Vogel’s Textbook of Practical Organic Chemistry, 4 th edition,The
English Language Book Society and Longman, London, 813-832.
4. Fessenden RJ & Fesenden JS, 1994, Organic Chemistry, 5th edition, Brooks / Cole Publising
Company Pasific Grove, California, 512-513.
5. Mc Murry J, 2000, Organic Chemistry, 5 th edition, Brooks / Cole Publishing Company
Pasific Grove, USA, 864.
6. Vishnol N.K, 1982, Advanced practical organic chemistry. Vikas publishing house PVT Ltd
New Delhi, page 331-332.
1.2 Prosedur
Place 10 g (0.725 mol) of dry salicylic acid and 15 g (14 ml 0.147 mol) of acetic anhydride
in a small conical flask, add 5 droops of concentrated sulphuric acid and rotate the flask in
order to secure thorough mixing. Warm on a water bath to about 50-60 oC, stirring with a
thermometer, for about 15 minutes. Allow the mixture to cool and stir occasionally. Add 150
ml ofwater, stir well and filter at the pump. Dissolve the solid in about 30 ml of hot ethanol and
pour the solution into about 75 ml of warm water if a solid separates at this point, warm the
mixture until solution is complete and then allow the clear solution to cool slowly. Beautiful
needle-like crystals will separate. The yild is 11 g (85%). The air-dried crud product may also-
be recrystallised from ether-light petroleum (b.p. 40-60oC).
Acetylsalicylic acid decomposes when heated and does not posses a true, clearly detined
m.p. decomposition points varying from 128 to 135oC have been recorded a value of 129-133oC
is obtained on an electric hot plate (Fig.1.162). Some decomposition may occur if the
compound is recrystallised from a solvent of high boiling point or if the boiling period during
recrystallisation is unduly prolonged.(Furniss BS, 1978, Page 813-832.)
1
BAB II
DASAR TEORI
Aspirin, ester dari asam salisilat ini memiliki banyak manfaat.Empat ratus tahun sebelum
masehi, Hippocrates menyarankan untuk mengunyah kulit pohon dari pohon dedalu (Willow
Tree) untuk mengurangi rasa sakit pada saat melahirkan dan untuk mengobati infeksi
mata.Komponen aktif dari kulit pohon tersebut adalah salisin, yang merupakan komponen
yang terdiri dari alkohol salisilat yang terikat ke unit β-D-glukosa.
2
Gambar 1 : Struktur Salisin
Proses hidrolisis salisin di larutan asam dapat menghasilkan alkohol salisilat yang
dapat dioksidasi menjadi asam salisilat. Asam salisilat terbukti dapat menjadi pereda sakit,
panas, dan inflamasi yang lebih efektif daripada salisin.Namun, efek samping terbesar dari
asam salisilat yaitu dapat menyebabkan iritasi mukus lambung yang parah.
Seiring berjalannya waktu, ahli kimia Bayer menambahkan gugus asetil dari
senyawa asam salisilat dan menamainya asam asetil salisilat (aspirin).Aspirin terbukti lebih
tidak mengiritasi lambung daripada asam salisilat dan juga terbukti lebih efektif dalam
meredakan sakit dan inflamasi dari rheumatoid arthritis.Tetapi, bagaimana pun juga aspirin
tetap dapat bisa mengiritasi lambung jika digunakan terlalu sering.
Asam asetil salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari
100,5% C9H8O4, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemeriannya yaitu hablur,
umumnya seperti jarum atau lempengan tersusun, atau serbuk hablur; putih; tidak berbau
atau berbau lemah.Stabil di udara kering; di dalam udara lembab secara bertahap terhidrolisa
menjadi asam salisilat dan asam asetat.
3
Kelarutan asam asetil asetat yaitu sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol;
larut dalam kloroform dan dalam eter; agak sukar larut dalam eter mutlak.Wadah
penyimpanan yang disarankan yaitu disimpan dalam wadah yang tertutup rapat.
Metode paling umum untuk membuat anhidrida asetat adalah dengan reaksi
substitusi asil nukleofilik dari asam klorida dengan anion karboksilat. Baik anhidrida asam
simetris maupun tidak simetris dapat dibuat dengan cara ini.
Dapat dikatakan bahwa anhidrida asam hampir mirip dengan asam klorida.
Meskipun anhidrida bereaksi lebih lama daripada asam klorida, tapi macam reaksi yang
dilalui anhidrida dengan asam klorida adalah sama. Anhidrida asam bereaksi dengan air
untuk membentuk asam, dengan alkohol membentuk ester, dengan amina membentuk
amida, dan dengan LiAlH4akan membentuk alkohol primer.
Esterifikasi fenol tidak melibatkan pemecahan ikatan C-O dari fenol, tetapi tergantung pada
pemecahan ikatan O-H.Meskipun asam karboksilat dapat digunakan untuk reaksi esterifikasi fenol,
tetapi hasil yang didapatkan sedikit.Untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak, maka digunakan
turunan dari asam karboksilat.Misalnya anhidrida asetat yang lebih reaktif dibanding dengan asam
asetat.
4
Gambar 5 : Reaksi Esterifikasi Fenol
Di dalam reaksi ini, -OH pada cincin benzena asam salisilat bereaksi dengan
anhidrida asetat untuk membentuk gugus fungsi ester.Pembentukan asam asetil salisilat
tersebut dinamakan reaksi esterifikasi.Reaksi ini membutuhkan katalis asam yang dapat
dilihat dengan penambahan H2SO4.
Ketika reaksi ini sudah terjadi, beberapa asam salisilat dan anhidrida asetat yang
tidak bereaksi akan muncul dengan asam asetil salisilat, asam asetat, dan katalis. Teknik
untuk bisa memurnikan asam asetil salisilat dari beberapa senyawa tersebut adalah dengan
menggunakan teknik kristalisasi.Pada saat akhir dari reaksi, campuran larutan tersebut panas
dan semua senyawa bisa bercampur menjadi satu. Ketika larutan tersebut sudah mulai
dingin, kelarutan dari asam asetil asetat menurun dan perlahan akan mengkristal.
Karena senyawa lain pada saat suhu kamar dalam bentuk cairan, maka kristal yang
terjadi murni mengandung asam asetil salisilat. Maka dari itu, pemisahan asam asetil
salisilat dengan senyawa lainnya sudah terjadi. Proses pemurnian ini difasilitasi oleh
penambahan air setelah kristal terbentuk. Air akan menurunkan kelarutan dari asam asetil
asetat dan melarutkan senyawa lain.
Selain itu aspirin juga punya efek antiplatelet dengan menghambat produksi tromboksan,
yang mana pada normalnya mengikat molekul platelet untuk meperbaiki pembuluh darah.Ini
mengapa aspirin digunakan untuk jangka waktu yang lama, dosis rendah untuk mencegah
adanya serangan jantung, strokes, dan penggumpalan darah.Aspirin dosis rendah mungkin
diberikan dengan segera setelah serangan jantung untuk mengurangi resiko serangan jantung
yang lain atau kematian jaringan pada jantung.
Rekristalisasi adalah pemurnian zat padat dengan cara mengkristalkan kembali dari cairan
pelarut atau campuran pelarut, dimana dalam keadaan panas larut tetapi dalam keadaan dingin atau
pada suhu kamar akan terbentuk ktistal yang murni. Proses rekristalisasi terdiri dari:
5
Melarutkan zat yang belum murni kedalam pelarut yang cocok pada atau dekat titik
didihnya.
Menyaring larutan panas dari partikel-partikel atau kotoran-kotoran atau bahan yang
tidak larut.
Mendiamkan larutan panas menjadi dingin, sehingga terbentuk kristal.
Pemisahan kristal dari larutan induk.
Pengeringan.
Metode rekristalisasi
Rekristalisasi langsung dari pelarut (tunggal atau campuran).
Rekristalisasi dengan cara penguapan.
Rekristalisasi dengan cara presipitasi.
Rekristalisasi atas dasar reaksi asam basa.
Tujuan rekristalisasi
Menghilangkan kotoran yang dihasilkan selama reaksi baik mekanis maupun fisis.
Mendapatkan kristal yang bagus.
6
BAB III
3.1 Tujuan
1
3.2 Bahan-bahan yang digunakan ( prosedur) :
4
5. Etanol 7,5 ml
7
11. Beaker Glass
12. Pengaduk
13. Kapas
14. Magnetic Bar
15. Hot Plate
16. Kertas perkamen
17. Pinset
18. Penangas Air
19. Bunsen
20. Pompa Hisap
21. Sudip
22. Botol coklat 30ml
23. Timbangan analitik
24. Oven
25. Kaleng
26. Kaki tiga
27. Serbet
8
BAB IV
RUMUS STRUKTUR DAN MEKANISME REAKSI
b. Anhidrida Asetat
c. Aspirin
9
4.3 Reaksi Umum
H 2 SO4
10
BAB V
Digoyang ad homogen
Digoyang ad homogen
Dipanaskan di waterbathsampaidengansuhu 50°C-600C sambildiaduk 15 menit ad
Didinginkan, laluterbentukkristalkasar
jernih
Dilakukan rekristalisasi
Dilarutkan kristal kasar aspirin ke dalam 7.5 ml etanol yang telah dipanaskan di hot plate
dan + 19 ml air panas
didinginkan
Kristal yang terbentuk disaring dengan corong buchner, lalu
dikeringkan di dalam oven/vacum eksikator
11
5.2 Gambar Pemasangan Alat
Diaduk ad
Erlenmeyer dingin/padat
250 ml Dikocok ad homogen
& panas
Segera
Jika tidak
berwarna
Kaca arloji
Penghisap 37,5 ml
Air
Sudip
Erlenmeyer
baru Magnetic
1
2 bar Dikocok
Didinginkan
kapas Labu hisap
Hot plate
Hasil praktek
× 100%
Hasilteori
2, 67 gram
× 100%
2,75 gram
=97,09 %
Ketetapan alam : -
6.3 Pembahasan
Dalam percobaan pembuatan aspirin ini, Aspirin dibuat dari asam salisilat
dan anhidrida asetat.Reaksinya disebut esterifikasi fenol.
Reaksi Esterifikasi :
Sebelum
13
terlebih dahulu harus memperhatikan alat-alat yang digunakan. Alat-alat yang digunakan
dalam proses pembuatan aspirin, seperti erlenmeyer haruslah dalam keadaan kering, karena
jika kondisi alat-alat yang digunakan tidak dalam kondisi kering maka aspirin yang sudah
terbentuk dapat berubah kembali menjadi asam asetat/anhidrida asetat dikarenakan reaksi
yang terjadi bersifat reversible. Begitu pun saat pencampuran antara 5 gram asam salisilat, 7
ml anhidrida asetat dan 3 tetes H2SO4 penggunaan Erlenmeyer haruslah kering, sebab bila
Erlenmeyer dalam keadaan basah campuran dari ketiga bahan tersebut akan menjadi
berwarna hitam yang menandakan kegagalan.
Pada proses pembuatan aspirin, proses pemanasannya dilakukan pada suhu 50°-
60°C, karena merupakan suhu optimal dalam proses pembentukan aspirin. Jika pada
pembentukan aspirin reaksi yang dilakukan menggunakan suhu lebih dari suhu optimum
tersebut, maka ester yang terbentuk akan terurai. Apabila reaksi pembentukan aspirin
dilakukan di bawah suhu optimumnya, maka reaksi yang terjadi akan berjalanlambat.
Pengujian dengan FeCl3 dilakukan untuk menguji aspirin yang dibuat apakah masih
mengandung asam salisilat atau tidak. Pada penambahan FeCl3 terhadap sampel di kaca
arloji jika tidak berubah warna menjadi ungu menandakan sudah tidak terdapat asam
salisilat lagi yang tersisa, namun jika berubah warna menjadi ungu menandakan masih
terdapat asam salisilat yang tersisa sehingga perlu dilakukan pemanasan lagi. Warna ungu
yang terjadi disebabkan karena pada asam salisilat terdapat gugus fenol yang akan
berikatan dengan FeCl3 sehingga akan berubah warna menjadi ungu, namun jika
tidak maka sampel yang ditetesi FeCl3 akan berwarna kekuningan. Reaksi yang terjadi:
15
Alat-alat yang digunakan tidak dalam keadaan kering
Pelarut yang digunakan untuk rekristalisasi berlebih. Efek yang ditimbul ialah ada
sebagian aspirin yang ikut terlarut
Akibat dari semua di atas, hasil praktis yang diperoleh lebih sedikit dibandingkan hasil
teoritisnya.
16