Professional Documents
Culture Documents
Beda Efek PCT & AAS.....
Beda Efek PCT & AAS.....
Abstract
Background: Body temperature is a predictor of outcome in acute ischemic stroke.
Treatment with antipyretic may reduce body temperature, therefore improve outcome
of acute ischemic stroke. This study was performed to determine the difference effect
of paracetamol and acetylsalicylic acid (ASA) on body temperature and its impact to
the outcome of ischemic stroke patients.
Methods: Randomized, control-group, pretest-postest design was used in this study.
The subjects was divided into 2 groups, the first was given paracetamol 1000 mg and
the other ASA 500 mg with 15 patients each groups. The measurement of body
temperature was done three times, the first before giving the drug, then 1 and 3 hours
after the first dosage. Outcome was measured by NIHSS ≤ 5( = mild ; 6 -13 =
moderate ; > 13 severe ) and mRS (1-2 = good ; 3-6 = poor).
Results: From the 21 samples obtained so far, 12 (57%) got paracetamol and 9
(43%) ASA. Paracetamol and ASA significantly reduced body temperature in 3 hours
after the first dosage (p = 0.002 ; p = 0.019). There was no significant effect in the
improvement on outcome score NIHSS and mRS at 14 days after giving paracetamol
and ASA.
Conclusions: This preliminary study suggested that paracetamol and ASA gave equal
effect in reducing body temperature of acute ischemic stroke patients but has no effect
to the outcome.
Abstrak
Hasil: Dari 21 sampel yang diperoleh sejauh ini, 12 (57%) mendapat parasetamol dan
9 (43%) AAS. Parasetamol dan AAS menurunkan suhu tubuh secara bermakna dalam
3 jam setelah pemberian dosis pertama ( p = 0,002 ; p = 0,019 ). Tidak terdapat
pengaruh bermakna pada perubahan skor outcome NIHSS dan mRS hari ke-14
setelah pemberian parasetamol dan AAS.
Kesimpulan: Hasil studi pendahuluan ini menunjukkan bahwa parasetamol dan AAS
memberikan efek yang sama dalam penurunan suhu tubuh penderita stroke iskemik
akut namun tidak berpengaruh pada outcome.
Kata kunci: stroke iskemik akut, parasetamol, asam asetil salisilat, suhu tubuh,
outcome.
PENDAHULUAN
Stroke merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada usia masa
puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab kematian sesudah penyakit
jantung pada sebagian besar negara di dunia, sedangkan di negara Barat yang telah
maju, stroke menempati urutan ketiga sebagai penyebab kematian sesudah penyakit
jantung dan kanker. Stroke adalah penyebab kedua kecacatan berat di seluruh dunia
pada usia di atas 60 tahun dan biaya perawatan stroke adalah sangat besar, pada tahun
2004 diperkirakan 53,6 miliar dolar Amerika.1
Di Indonesia, menurut survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995,
stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan yang utama yang
harus ditangani segera, tepat dan cermat.2
Selama hari pertama fase akut stroke, demam atau suhu yang subfebris dapat
terjadi pada sepertiga sampai setengah jumlah pasien. Peningkatan suhu dapat
memberikan efek yang jelek pada outcome penderita stroke iskemik.3
Peningkatan suhu dihubungkan dengan volume infark yang luas, tingginya case
fatality dan outcome fungsional yang jelek.4
METODE
Rancangan dan Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan randomized
control-group pretest-postest design. Terdiri atas 2 kelompok, yaitu yang akan
Sedian parasetamol berupa tablet 500 mg dan asam asetil salisilat berupa
tablet 500 mg. Parasetamol sebanyak 2 tablet (1000 mg) digerus dan dimasukkan ke
dalam kapsul, demikian juga asam asetil salisilat 1 tablet (500 mg) digerus dan
dimasukkan ke dalam kapsul. Bentuk, ukuran dan warna kapsul dibuat sama sehingga
tersamarkan antara kapsul berisi parasetamol 1000 mg dan asam asetil salisilat 500
mg.
Semua penderita stroke iskemik akut yang masuk ke ruang rawat inap
neurologi RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah ditegakkan dengan anamnese,
pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan CT Scan kepala yang diambil secara
konsekutif dan yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak ada kriteria eksklusi, diukur
suhu tubuhnya (0 jam) dan dinilai NIHSS serta mRS-nya. Pasien tersebut diberikan
parasetamol 1000 mg atau asam asetil salisilat 500 mg yang sudah dikapsulkan.
Kemudian 1 jam dan 3 jam kemudian dilakukan pengukuran ulang suhu tubuhnya.
Penilaian ulang NIHSS dan mRS dilakukan pada hari ke 14.
Instrumen Penelitian
Semua pasien stroke iskemik akut ditegakkan melalui CT Scan kepala dengan
menggunakan X-Ray CT System, merk Hitachi seri W 450. Pembacaan hasil CT scan
dilakukan oleh seorang ahli radiologi.
Analisa Statistik
Data hasil penelitian ini dianalisa secara statistik dengan bantuan program
komputer Windows SPSS (Statistical Product and Science Service) 15.
HASIL
Jumlah penderita stroke iskemik akut selama bulan Januari hingga Maret 2011
yang diberikan antipiretik berjumlah 21 orang, yang terdiri dari 13 orang (62%)
adalah perempuan dan sisanya (38%) adalah laki-laki. Dari 21 orang sampel, 12 orang
(57%) mendapat parasetamol dengan usia rerata 64 tahun dan 9 orang (43%)
mendapat AAS dengan usia rerata 65,89 tahun. Suku yang terbanyak menderita stroke
iskemik ternyata Batak, yaitu 12 orang (57,1%), kemudian diikuti Jawa (23,8%),
Melayu dan Aceh (masing-masing 9,5%).
Pendidikan (%)
SD 5 (23,8) 3 (14,3) 2 (9,5)
SLTP 7 (33,3) 5 (23,8) 2 (9,5)
SLTA 6 (28,6) 2 (9,5) 4 (19,1)
Sarjana 3 (14,3) 2 (9,5) 1 (4,8)
Pekerjaan (%)
IRT 12 (57,1) 8 (38,0) 4 (19,1)
Pensiunan 5 (23,8) 2 (9,5) 3 (14,3)
Wiraswasta 3 (14,3) 2 (9,5) 1 (4,8)
Petani 1 (4,8) 0 (0) 1 (4,8)
Dari segi pekerjaan, yang terbanyak, yaitu 12 orang (57,1%) adalah ibu rumah
tangga dan yang lainnya pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) (23,8%), wiraswasta
(14,3%) dan petani (4,8%). Sementara itu tingkat pendidikan tertinggi SLTP dengan
jumlah 7 orang (33,3%). Keseluruhan gambaran karakteristik sampel yang diperoleh
dapat dilihat pada tabel 1.
Pada tabel 2, dapat dilihat beda pengaruh parasetamol dan AAS terhadap rerata
suhu tubuh pada kedua kelompok perlakuan. Berdasarkan uji statistik Anova, terdapat
perbedaan suhu tubuh antara awal pengukuran dengan 1 jam dan antara 1 jam dengan 3
jam setelah pemberian antipiretik tetapi tidak bermakna. Perbedaan bermakna dijumpai
antara awal pengukuran dan setelah 3 jam pemberian antipiretik (parasetamol p=0,002
dan AAS p=0,019).
Berdasarkan uji t-independent, tidak terdapat perbedaan efek parasetamol dan
AAS terhadap suhu tubuh pada kedua kelompok perlakuan, baik pada awal pengukuran
maupun setelah 1 dan 3 jam pemberian antipiretik tersebut. Hal ini dapat dilihat pada
tabel 3.
Tabel 3. Beda efek parasetamol dan AAS terhadap rerata suhu tubuh saat 0, 1 dan
3 jam pada kedua kelompok perlakuan
Parasetamol AAS
Rerata Suhu Tubuh 1000 mg 500 mg pa)
T0 (n;x±SD) 12 ; 37,767±0,7353 9 ; 37,367±0,4183 0,161
T1 (n;x±SD) 12 ; 37,442±0,6598 9 ; 37,056±0,4391 0,2545
T3 (n;x±SD) 12 ; 36,950±0,3778 9 ; 36,822±0,5118 0,517
Keterangan: a) uji t-independent ; n=jumlah sampel ; x=rerata suhu tubuh ; SD=standar deviasi
Perbedaan outcome NIHSS atau mRS antar kelompok yang diberi parasetamol
dan AAS dinilai dengan uji statistik Chi Square dan didapati tidak ada perbedaan
outcome yang bermakna pada kedua kelompok perlakuan tersebut. Hal ini dapat
dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Perbedaan outcome NIHSS atau mRS antar kedua kelompok perlakuan.
Parasetamol AAS
Outcome 1000 mg 500 mg pa)
NIHSS masuk (n;%)
Ringan 2 (9,5) 1 (4,8)
Sedang 6 (28,6) 5 (23,8) 0,932
Berat 4 (19,0) 3 (14,3)
NIHSS hari ke-14 (n;%)
Ringan 2 (14,3) 2 (9,5)
Sedang 4 (19,0) 6 (28,6) 0,326
Berat 5 (23,8) 1 (4,8)
MRS masuk (n;%)
Baik 1 (4,8) 1 (4,8)
0,830
Buruk 11 (52,4) 8 (38,1)
MRS hari ke-14 (n;%)
Baik 2 (9,5) 2 (9,5)
0,748
Buruk 10 (47,6) 7 (33,3)
Ket: a) koefisien kontingensi
KESIMPULAN
Parasetamol dan AAS menurunkan suhu tubuh secara bermakna dalam 3 jam
setelah pemberian dosis pertama dan tidak terdapat pengaruh bermakna pada
perubahan skor outcome NIHSS dan mRS hari ke-14 setelah pemberian parasetamol
dan AAS. Maka dapat disimpulkan hasil studi pendahuluan ini menunjukkan bahwa
parasetamol dan AAS memberikan efek yang sama dalam penurunan suhu tubuh
penderita stroke iskemik akut namun tidak berpengaruh pada outcome.
3. Dippel DWJ, Van Breda EJ, Van Gemert HM, Van der Worp HB, Meijer RJ
and Kappelle LJ. Effect of Paracetamol (Acetaminophen) on Body
Temperature In Acute Ischemic Stroke: A Double-Blind, Randomized Phase II
Clinical Trial. Stroke, 2001.32:1607-1612
4. Dippel DWJ, Van Breda EJ, Van der Worp HB, Van Gemert HM, Meijer RJ,
Kappelle LJ and Koudstaal PJ. Effect of Paracetamol (Acetaminophen) and
Ibuprofen on Body Temperature In Acute Ischemic Stroke PISA, A Phase II
Double-Blind, Randomized, Placebo-Controlled Trial. BMC Cardiovascular
Disorders, 2003.3:2.
6. Karibe H, Chen SF, Zarow GJ, Gafni J, Graham SH, Chan PH, Weinstein PR.
Mild Intraischemic Hypothermia Suppresses Consumption of Endogenous
Antioxidants After Temporary Focal Ischemia in Rats. Brain Res.1994;
649:12–18.
7. Sulter G, Elting JW, Maurits N, Luyckx GJ, Keyser JD. Acetylsalicylic Acid
and Acetaminophen to Combat Elevated Body Temperature in Acute Ischemic
Stroke. Cerebrovascular Disease. 2004; 17:118-122.
13. Adams HP, Zoppo GD, Alberts MJ, Bhatt DL, Brass L, Furlan A, et al.
Guidelines for the Early Management of Adults With Ischemic Stroke. Stroke.
2007;38:1655-1711.
15. Kasner SE, Wein T, Piriyawat P, Villar-Cordova CE, Chalela JA, Krieger
DW, Morgenstern LB, Kimmel SE, Grotta JC. Acetaminophen for altering
body temperature in acute stroke: a randomized clinical trial. Stroke.
2002;33:130 –134.