Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Manthiq: Vol IV Edisi I 2019

Nilai Islami dari Cerita Rakyat Bengkulu yang Berjudul Sang Piatu
Meddyan Heriadi
IAIN Bengkulu
Meddyan@iainbengkulu.ac.id
………………………………………………………………………………………………………………..
Abstract: Islamic Values of Bengkulu Folklore Titled Sang Piatu. There are lot of cases of sexual harassment, physical
violence, and many more are found in our society. This is evidence of the moral degradation of our nation. Therefore, literature
can be a solution in fostering the character of our next generation. Because with literature someone will have valuable messages
or lessons without pressure. The purpose of this study is to describe the Islamic values contained in Bengkulu folklore. The
method used is a qualitative method. The instrument used was the instrument of documentation in a book of folklore written by
Indonesian TADRIS IAIN Bengkulu students. The data processing technique use prose extrinsic analysis technique. The
conclusions is there is Islamic values contained in the Sang Piatu story, namely: a). The spirit of studying, which can be seen
from the character of the Piatu who remains to recite the Qur'an despite ridicule continues to suffer; b). Obedience to the teacher,
which is seen from the actions of the orphan who never complained even though he was placed in a special place when reciting; c).
Patience, which can be seen from how the strays ignored the taunts of their peers; d). Sincere charity that can be seen from how
the strays attempt to find jackfruit which he will give for the teacher; and e) Merciful attitude, that appears from the character of
the Koran teacher who does not scold his students and still accept the jackfruit fruit even though Sang Piatu was incorrect when
he counted the number of jackfruit seeds.

Keywords: Islamic Value, Prose, Folklore, and Literature

Abstrak: Nilai Islami dari Cerita Rakyat Bengkulu yang Berjudul Sang Piatu. Sering kali ditemukan kasus-kasus
pelecehan seksual, kekerasan fisik, dan lain sebagainya di masyarakat kita. Hal ini menjadi bukti degradasi moral
yang dimiliki bangsa ini. Oleh karena itu, sastra dapat menjadi solusi dalam pembinaan karakter generasi penerus
bangsa. Karena dengan sastra seseorang akan memetik pesan atau pelajaran berharga tanpa paksaan atau tekanan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguraikan nilai-nilai islam yang terdapat dalam cerita rakyat Bengkulu.
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Instrumen yang dipakai adalah instrumen dokumentasi pada
sebuah buku kumpulan cerita rakyat karya mahasiswa Tadrs Bahasa Indonesia IAIN Bengkulu. Teknik pengolahan
data yang digunakan adalah teknik analisis ekstrinsik prosa. Kesimpulan dalam penelitian ini antara lain terdapat
beberapa nilai islami yang di kandung dalam cerita Sang Piatu, yaitu: a). Semangat menuntut ilmu, yang terlihat dari
karakter Sang Piatu yang tetap untuk mengaji meskipun ejekan terus menderanya ; b). Sikap patuh pada guru, yang
tampak dari tindakan sang piatu yang tak pernah mengeluh meskipun ia ditempatkan di tempat yang khusus ketika
mengaji; c). Sikap sabar, yang terlihat dari bagaimana sang piatu tak menghiraukan ejekan dar teman sebayanya; d).
Ikhlas bersedekah yang terlihat dari bagaimana usaha sang piatu untuk mencari buah nangka yang akan ia berikan
untuk sang guru; dan e) Sikap Penyayang yang tampak dari karakter guru mengaji yang tak memarahi muridnya
dan tetap menerima buah nangka tersebut meskipun sang piatu salah menyebutkan jumlah biji nangka.

Kata Kunci: Nilai islami, Prosa, Cerita Rakyat, dan Sastra

1|Jurnal Manthiq
Meddyan Heriadi: Nilai Islami dari Cerita Rakyat Bengkulu yang Berjudul Sang Piatu

Pendahuluan Hanya saja, cerita- cerita rakyat yang


Dunia pendidikan seketika ada, semakin pudar tergerus zaman.
tercoreng, tatkala terdengar kasus-kasus Pendidikan saat ini seolah tak mampu
kekerasan dalam dunia pendidikan. mengeksplor bagaimana cerita lokal yang
Misalnya saja kasus kekerasan murid ada. Pernah penulis menanyakan kisah
terhadap guru atau kasus perundungan Bujang Bengkurung, si pahit lidah, dan
teradap sesama murid. Seperti yang dicatat kisah lainnya pada siswa SD di Bengkulu.
di halaman resmi KPAI di tahun 2019 Sayangnya, mereka tak mengetahui sama
terdapat 12 kasus kekerasan psikis dan sekali. Sebaliknya anak-anak lebih
bullying dan 4 kasus kekerasan murid mengenal cerita dari luar daerahnya sendiri,
terhadap guru. Hal ini merupakan bukti seperti Malin Kundang, Asal mula Danau
catatan kelam degradasi moral generasi toba, Tanguban perahu, dan lain
penerus bangsa. Di mana banyak faktor sebagainya. Hal ini terasa begitu miris. Kita
pemicunya. Seperti lingkungan yang tak seolah membiarkan kisah-kisah dari luar
mendidik, sekolah, system pendidikan, hidup dan berkembang di masyarakat kita.
serta media social. Namun, membiarkan cerita-cerita kita mati
Pertanyaanya sekarang adalah dan layu. Padahal di dalamnya dapat
bagaimana membentuk karakter siswa terkandung catatan budaya dan sejarah di
tersebut? Apalagi beberapa bukti di atas masa lalu.
menunjukkan penurunan kualitas moral Selain itu, Sudardi (2015: 304)
generasi penerus bangsa. Salah satu menyebutkan bahwa unsur Islam turut
jawabannya adalah sastra, khususnya prosa mempengaruhi cerita rakyat yang
yang hadir dalam bentuk kisah atau cerita. berkembang di masyarakat kita. Cerita
Melalui cerita, seorang guru mampu kancil misalnya, yang juga terdapat di
mengubah karakter anak didik, tanpa harus Provinsi Bengkulu. Dalam kisahnya juga
menggurui. Dengan kata lain, sang anak memasukkan tokoh Sulaiman yang sering
menikmati sebuah cerita, yang tanpa disebutkan oleh Si kancil sebagai raja atau
disadari, ia tengah memetik pelajaran pun pemilik barang. Dalam ajaran islam
berharga dari pesan cerita tersebut. sendiri Nabi Sulaiman memang seseorang
Hal ini sejalan dengan pendapat dari yang mampu berkomunikasi dengan
Manuaba (2014: 10) bahwa dengan sastra, hewan. Hal ini disebutkan dalam Al-quran,
pembaca menjalani pengalaman surat Surat al-Naml ayat 19-22, di mana ia
penyadaran yang inklusif tanpa adanya berbicara dengan semut dan burung hud-
tekanan atau doktrinisasi. Dalam hud.
menikmati sastra, pembaca dengan santai Masalah dalam penelitian ini adalah
menikmati bermacam pencerahan hidup. bagaimana nilai-nilai islam yang terdapat
Karena di dalamnya terdapat beragam dalam cerita rakyat Bengkulu yang berjudul
masalah dan solusinya yang dapat Sang Piatu? Tujuan dari penelitian ini
menuntun pembaca untuk menjadi lebih adalah untuk menguraikan nilai-nilai islam
bijak. yang terdapat dalam cerita rakyat Bengkulu
yang berjudul Sang Piatu tersebut. Metode

2|Jurnal Manthiq
Jurnal Manthiq: Vol IV Edisi I 2019

yang digunakan adalah metode kualitatif. di acara itu. Sang Piatu akhirnya bersama
Yang mana, metode ini sendiri berusaha sang nenek pergi ke hutan mengumpulkan
memaparkan sesuatu fenomena gejala sosial buah-buahan atau umbi-umbian yang
tanpa menggunakan angka-angka statistik. dibawa untuk sang raja. Ia lalu menemukan
Instrumen yang dipakai adalah instrumen buah nangka yang isinya sebuluh biji. Buah
dokumentasi pada sebuah buku kumpulan itu kemudian diserahkan pada sang raja.
cerita rakyat karya mahasiswa Tadrs Bahasa Namun, seketika sang piatu menjadi
Indonesia IAIN Bengkulu. Teknik ketakutan ketika biji nangka yang tersisa
pengolahan data yang digunakan adalah tinnggal sembilan. Sang raja pun
teknik analisis ekstrinsik prosa. tersenyum. Ia tak memarahi sang piatu.
Bahkan ia mengajarkan pelajaran pertama
Pembahasan untuk sang piatu, yaitu menghafal beberapa
Kisah yang berasal dari Bengkulu lirik kata yaitu, “Buah nangka sepuluh
ini mengisahkan tentang seorang anak mulan1. Hilang satu tinggal sembilan.” Sang
miskin yang diasuh oleh neneknya sendiri. piatu akhirnya menerima perintah itu,
Anak tersebut bernama Piatu atau Sang meski batinnya sempat bingung untuk apa
Piatu. Suatu ketika ia pergi ke sungai menghafal lirik itu. Ia lalu mencoba
bersama sang nenek. Saat itu ia menemukan peruntungan dengan melafalkannya di atas
sekumpulan anak-anak pergi mengaji di batu besar yang ia duduki, sambil
rumah Sang Raja. Sang Piatu pun tertarik menambahkan sepata dua pata kata ke
untuk ikut mengaji. Ia lalu meminta restu dalam lirik itu, “Buah nangka sepuluh
sang nenek meski dari awal ia kurang mulan2. Hilang satu tinggal Sembilan. Aku
diizinkan. Namun karena keteguhan hati memohon belas kasihmu oh Tuhan! Jadilah
Sang Piatu, hati sang nenek pun seketika Emas Batu ini kuharapkan!” sampai pada
goyah. Hari-hari di awal kedatangannya, akhirnya, Batu itu pun mendadak menjadi
Sang piatu seolah tak dianggap. Ia hanya emas dan Sang Piatu pun seketika menjadi
duduk di luar seraya mengamati anak-anak orang yang paling kaya akhirnya.
lain yang tengah mengaji. Sampai pada Unsur ekstrinsik meliputi beberapa
akhirnya, ia dipanggil sang raja untuk bagian, di antaranya: lingkungan
ditanyakan maksud kedatangannya. Sang pengarang, nilai moral, nilai sosial, nilai
piatu pun lalu menguraikan tujuannya. budaya, dan nilai agama. Namun, pada
Lelaki yang menjadi gurunya itu pun penelitian kali ini, penulis akan berfokus
akhirnya mengizinkan sang piatu dengan pada nilai agama, khususnya nilai islam. Di
syarat ia harus terpisah dari anak yang lain mana nilai-nilai tersebut, antara lain:
dan duduk di tempat yang khusus pula. a. Semangat belajar menuntut ilmu
Sang piatu menyanggupi syarat itu. Ia tetap Jika dilihat dalam cerita, toko
bertahan meski bullyan kerap datang dari protagonis dalam cerita ini adalah
anak-anak yang lain. Beberapa bulan
kemudian sang raja ingin mengadakan 1 Biji
syukuran di rumahnya. Anak-anak pun
diwajibkan membawa bekal dan makanan

3|Jurnal Manthiq
Meddyan Heriadi: Nilai Islami dari Cerita Rakyat Bengkulu yang Berjudul Sang Piatu

Sang Piatu. Dia dikenal miskin dan sampai pulang”. (H.R. Tirmidzi). (
yatim piatu. Kedua masalah ini At-Tirmidzi, 1249H/2008, 345).
sebenarnya begitu membatasi ruang Bahkan Imam Syafii juga
gerak usaha Sang piatu untuk mengungkapkan bahwa, barang
memperoleh ilmu. Namun, kedua siapa menginginkan dunia, maka
ujian ini seolah tak mampu harus dengan ilmu. Barang siapa
mematahkan tekadnya. Ia tetap menginginkan akhirat, maka harus
bersemangat untuk belajar, meski di dengan ilmu. Dan barang siapa
awal ia seolah tak dianggap. menginginkan keduanya, maka
Dalam Islam menuntut ilmu harus dengan ilmu (Oktrigana
adalah suatu yang amat Wirian, 2017:121). Oleh karena itu,
diutamakan. Dengan menuntut dari beberapa pendapat di atas kita
ilmu, derajat sosial akan terangkat. dapat simpulkan bahwa dunia dan
Begitu juga derajat di mata Allah akhirat dapat diraih bersama-sama
juga akan meningkat. Seperti pada dengan ilmu.
surat Mujadilah ayat 11. b. Patuh pada guru
Allah Ta’ala berfirman : “Allah akan Ketika Sang Piatu datang ke
meninggikan orang-orang yang tempat pengajian, ia seolah tak
beriman di antaramu dan orang-orang dianggap. Ia hanya duduk sambil
yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan memperhatikan murid lain yang
Allah Maha Mengetahui apa yang tengah mengaji. Sampai pada
kamu kerjakan.“ (Al Mujadilah : 11). akhirnya sang raja tertarik untuk
Selain itu, dengan menuntut memanggilnya, lalu menjadikan dia
ilmu, jalan seseorang menuju surga sebagai anak murid. Meskipun di
akan dipermudah, karena dengan awal, dia ditempatkan di tempat
ilmu, manusia dapat membedakan yang khusus dan selalu
mana yang baik dan mana yang mendapatkan antrian paling akhir.
buruk atau mana yang haram dan Namun, tak sedikit pun keluh kesah
yang halal. Namun, ilmu yang pada Sang Piatu. Ia tetap patuh
hanya sebatas teori tak akan apapun yang terjadi.
berguna. Oleh karena itu, Maya (2017:38)
ilmuhendaknya diterapkan dalam mengungkapkan bahwa terdapat
kehidupan sehari-hari, sehingga beberapa adab murid terhadap guru
pahala yang menjadi syarat menuju yang berdasarkan kitab Tadzkirah al-
surga dapat diperoleh secara Sâmi‟ wa alMutakallim fî Âdâb al-
maksimal. Hal ini pula sesuai ‟Âlim wa alMuta‟allim karya Ibn
dengan hadist yang berbunyi, “Dari Jamâ‟ah antara lain: a). Memilih
Anas RA ia berkata: Rasulullah SAW calon guru dengan tepat; b) Taat
bersabda: Barang siapa yang keluar pada semua aturan guru: c)
dengan tujuan menuntut ilmu, maka Memuliakan guru sebagai sumber
ia berada di jalan Allah hingga ilmu; d). Selalu mengingat jasa

4|Jurnal Manthiq
Jurnal Manthiq: Vol IV Edisi I 2019

guru, bahkan mendoakannya e). siswa tersebut. Belum lagi kasus di


Bersabar akan sikap kasar yang SMA N 1 Torjun, Sampang, Madura,
dilakukan guru; f) Menunjukkan di mana Budi, guru kesenian harus
rasa terima kasih terhadap tewas meregang nyawa akibat
bimbingan guru; g) Menemui guru pemukulan ynag dilakukan murid
selalu dengan izin; h). Duduk sendiri. Semua ini membuktikan
dengan sopan tatkala berhadapan adanya degradasi moral generasi
dengan guru; i) berbicara dengan muda kita saat ini yang diakibatkan
sopan pada guru; j) bersikap oleh lingungan , keluarga, dan
antusias ketika mendengarkan sistem pendidikan.
setiap perkataan guru; k) tidak c. Sabar
memotong atau mendahului ucapan Sering kali sang piatu
guru; l) Menggunakan tangan kanan mendapatkan cibiran dan makian
kala berinteraksi bersama guru: n). dari teman sebayanya tatkala ia
Kala berjalan bersama guru, pergi belajar mengaji. Namun,
hendaknya ia berada di depan pada cibiran itu tak mampu mematahkan
malam hari dan berada di belakang semangatnya untuk tetap menuntut
pada siang hari atau disesuaikan ilmu. Semua ini disebabkan karena
atas seizinnya. kesabarannya menahan amarah, dan
Memuliakan guru kesabarannya untuk tidak berputus
merupakan usatu hal yang amat asa. Sikap ini sejalan dengan
utama. Dengan memuliakan guru, beberapa pendapat para ulama
seorang murid akan lancar mengenai sikap sabar yang dikutip
menerima ilmu, karena keridha’an dari buku Syarbini (2010: 4), yaitu
hati dari sang guru. Dengan antara lain: a) Menurut Al Ghazali,
memuliakan guru pula seorang sabar merupakan sikap mengekang
murid akan mendapatkan doa dari hawa nafsu saat bergejolak atau
guru, sehingga masa depan cerah melaksanakan perintah agama saat
akan dapat dalam genggaman. nafsu tiba; b) Al-Qusyairi juga
Karakter ini, memang begitu mengungkapkan bahwa sabar yaitu
berbeda dengan karakter anak di menerima takdir Tuhan yang sudah
zaman sekarang. Anak-anak pasti akan ada; d). Ibnu Qayyim juga
cenderung lebih cuek, minimnya mengungkapkan sabar yaitu
moral, bahkan sering terjadi menahan perasaan gelisah, pitus asa,
perundungan terhadap guru. Seperti dan marah, serta mengekang lidah
yang dikutip dalam berita untuk dan anggota tubuh untuk
kumparan di tahun 2019 terdapat menyakiti orang lain.
beberapa kasus yang menimpa guru Syarbini (2010: 6) juga
seperti kasus di SMK 3 Yogyakarta mengungkapkan Sikap sabar juga
di mana siswa mendorong gurunya tertera dalam Al Quran seperti pada
hanya guru mendisiplinkan ponsel surat Al-Baqarah ayat 145 yang

5|Jurnal Manthiq
Meddyan Heriadi: Nilai Islami dari Cerita Rakyat Bengkulu yang Berjudul Sang Piatu

berbunyi, "Jadikanlah sabar dan sholat dalam memberikan atau


sebagai penolongmu. Dan menyedekahkan makanan.
sesungguhnya yang demikian itu Omar (2006:14)
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang mengungkapkan bahwa makanan
yang khusyuk." Atau pada surat yang yang berupa buah dan biji-bijian,
sama tapi pada ayat 153, yaitu, serta binatang ternak yang dimakan
“ Wahai orang-orang yang beriman! manusia merupakan sedekah bagi
Mohonlah pertolongan dengan sabar sang pemberi. Hal ini disarkan pada
dan shalat; sesungguhnya Allah adalah sebuah hadist yang berbunyi,
beserta orang-orang yang sabar.” “Daripada Jabir daripada Rasulullah
Banyak sekali kasus yang bahwasanya baginda pergi ke kebun
dapat kita temukan ketika manusia kurma Ummu Mubasysyir Al-
tak mampu menahan sabar. Kasus Ansariyah, lalu nabi bertanya
penganiayaan, pembunuhan, kepadanya: Adakah yang menanam
pemerkosaan, pencurian, dan lain- kurma ini sama ada seorang muslim
lain itu semua merupakan efek dari atau kafir? Maka Ummu Mubasysyir
ketidakmampuan dalam mengekang menjawab: Ya! Dia seorang muslim.
nafsu yang bergejolak seketika. Seterusnya Rasulullah SAW bersabda:
Sebaliknya dengan sabar seseorang seorang muslim tidak menanam suatu
akan mudah memetik keberhasilan. tanaman dan menyemai suatu
Dengan sabar pula seseorang akan semaiannya lalu dimakan manusia,
lebih dicintai Allah dan manusia. binatang ternakan, dan apa saja
Serta melalui kesabaran ini pula binatang kecuali ia menjadi sedekah
seseorang akan mendapatkan untuknya (Ibn. Hibban, 1978,5:152).
ladang pahala yang amat besar. Omar (2006:16) juga
d. Bersedekah (murah hati) mengungkapkan bahwa sedekah
Dalam cerita ini kita merupakan pemberian dengan
menemukan bahwa sang raja harapane mendapatkan ganjaran
memerintahkan para muridnya pahala. Selain pahala, sedekah
untuk membawa makanan untuk sendiri sangat bermanfaat untuk
syukuran nantinya. Di sini Sang kemajuan sosial. Karena dengan
Piatu yang hidup dalam keadaan sedekah kemiskinan dapat
miskin tak berkecukupan, berusaha berkurang dan dengan sedekah
untuk ikut dan patuh terhadap sang kesulitan sesorang akan
guru. Ia akhirnya pergi ke hutan diminimalisir. Di samping itu,
bersama sang nenek. Sampai pada dengan sedekah, seseorang akan
akhirnya ia menemukan buah dicintai oleh lingkungannya, bahkan
nangka berbiji sepuluh yang akan ia Allah Sekalipun. Apalagi sedekah
berikan pada sang raja. Sikap ini barang yang dapat dimanfaatkan
menunjukkan keikhlasan Sang Piatu dalam waktu yang panjang yang
mana, dapat menjadi amal jariyah

6|Jurnal Manthiq
Jurnal Manthiq: Vol IV Edisi I 2019

yang akan sulit untuk mati meski dikehendaki-Nya di antara hamba-


zaman telah berlalu. Hal ini sesuai hamba-Nya dan menyempitkan bagi
dengan surat Al-Baqarah ayat 261, (siapa yang dikehendaki-Nya)`. Dan
yang berbunyi "Perumpamaan (nafkah barang apa saja yang kamu nafkahkan,
yang dikeluarkan oleh) orang-orang maka Allah akan menggantinya dan Dia
yang menafkahkan hartanya di jalan lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.”;
Allah adalah serupa dengan sebutir b). sedekah dapat menghilangkan
benih yang menumbuhkan tujuh bulir, dosa. Hal ini termaktub dalam
pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah sebuah hadist yang berbunyi,
melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa “Sedekah dapat menghapus dosa
yang dia kehendaki. Dan Allah maha sebagaimana air memadamkan
luas (karunia-Nya) lagi maha api.” (HR. Tirmidzi); c). Sedekah
mengetahui." dapat memperpanjang umur. Hal ini
Sikap senang bersedakah didasarkan pada sabda Rasulullah
merupakan sikap yang Saw. yang berbunyi “Sesungguhnya
mencerminkan sosok mukmin sejati. sedekah seorang muslim dapat
Di mana sikap ini begitu dianjurkan, menambah umurnya, dapat mencegah
bahkan di saat sulit sekalipun. Hal kematian yang su’ul khotimah, Allah
ini sesuai dengan Firman Allah akan menghilangkan sifat sombong,
dalam Surat At-Thalaq Ayat 7, "Dan kefakiran dan sifat berbangga diri
orang yang disempitkan rezekinya darinya.”(HR. Thabrani).
hendaklah memberi nafkah dari harta e. Penyayang
yang diberikan Allah kepadanya. Allah Di penghujung kisah kita
tidak memikulkan beban kepada menemukan kisah sang piatu kala
seseorang melainkan (sekedar) apa yang itu menyerahkan buah nangka
Allah berikan kepadanya. Allah kelak kepada sang raja. Hanya saja buah
akan memberikan kelapangan sesudah nangka yang diberikan jumlah
kesempitan." bijinya Sembilan buah, yang berarti
Faktanya, hidup di dunia ini berkurang satu dari jumlah yang
sebenarnya sungguh tak sesulit sudah diberitahu sang piatu
seperti yang dipikirkan pemikir sebelumnya. Namun, Faktanya sang
sempit. Terbukti kesulitan itu akan raja tidak marah. Ia malah dengan
lenyap jika kita dapat emlihat senang hati menerima buah itu, lalu
banyak sekali keutamaan dalam memberikan pelajaran baru buat
bersedekah. Keutamaan-keutamaan sang piatu.
itu antara lain: a) Allah akan Sikap ini menunjukkan sikap
mengganti rezeki orang yang penyayang Sang Raja sebagai guru
bersedekah. Hal ini tercermin dalam terhadap anak didiknya. Bagaimana
Al Quran Surat Saba’ ayat 39 yang pun juga sang raja sebenarnya
berbunyi, “Sesungguhnya Tuhanku mampu untuk memarahi sang
melapangkan rezki bagi siapa yang murid. Hanya saja demi kebaikan ia

7|Jurnal Manthiq
Meddyan Heriadi: Nilai Islami dari Cerita Rakyat Bengkulu yang Berjudul Sang Piatu

tetap menerima makanan itu sebagai matahari, atau keliling berlari


wujud kasih sayang terhadap anak mengelilingi sekolah.
didiknya. Sikap seperti ini juga Kesimpulan
tercermin dalam adab guru terhadap Berdasarkan pemaparan di atas
murid. Seperti yang telah dapat disimpulkan bahwa terdapat
diungkapkan oleh Maya, (2017: 37) beberapa nilai islami yang di kandung
dalam kitab Tadzkirah al-Sâmi‟ wa dalam cerita Sang Piatu, yaitu antara lain:
alMutakallim fî Âdâb al-‟Âlim wa a). Semangat menuntut ilmu yang mana
alMuta‟allim karya Ibn Jamâ‟ah berdasarkan karakter sang piatu yang tetap
antara lain menyayangi muridnya untuk mengaji meskipun ejekan terus
dalam rangka memperoleh kebaikan menderanya ; b). Sikap patuh pada guru.
yang tak ubahnya mencintai dirinya Hal ini tampak dari Sikap sang piatu yang
sendiri. tak pernah mengeluh meskipun ia
Namun, sebaliknya dunia ditempatkan di tempat yang khusus ketika
pendidikan seolah tercoreng dengan mengaji; c). Sikap sabar yang terlihat dari
sikap beberapa guru yang bagaimana sang piatu yang tak
melakukan tindakan tidak wajar menghiraukan ejekan dar teman sebayanya;
pada murid. Seperti kekerasan fisik d). Ikhlas bersedekah yang tampak dari
yang di luar batas dan kekerasan bagaimana usaha sang piatu untuk mencari
seksual pada anak murid. Hal ini buah nangka yang akan ia erikan untuk
terbukti berdasarkan Berita Tempo sang guru; dan e) Penyayangyang
yang merilis catatan KPAI (Komisi ditunjukkan dari karakter guru mengaji
perlinndungan Anak Indonesia) yang tak memerahi muridnya dan teteap
mengenai kekerasan terhadap menerima buah nangka tersebut meskipun
murid, pada tanggal 30 Oktiber sang piatu salah menyebutkan jumlah biji
2019. Di mana, terdapat 127 Kasus nangka.
yang berupa kasus kekerasan fisik, Selain itu, salah satu fungsi satra
psikis, dan seksual yang melibatkan adalah untuk mengubah karakter pembaca.
guru, kepala sekolah, siswa, dan Oleh karena itu, guru di sekolah hendaknya
wali murid. Tercatat kekerasan menanamkan nilai moral melalui prosa
seksual terdiri dari 17 kasus, di maupun jenis sastra lainnya. Selain itu,
mana korban bersala dari 55 anak sastra prosa yang menjadi sumber
perempuan dan 34 anak laki-laki. pembelajaran hendaknya memanfaatkan
Sementara pelaku terdiri dari 88 kisah lokal yang mana menjadi milik daerah
persen guru dan 22 persen adalah itu sendiri. manfaatnya yaitu selain anak-
kepala sekolah. Selain itu terdapat anak dapat mengenal budayanya sendiri,
21 kasus kekerasan fisik yang cerita-cerita tersebut akan tetap abadi dan
dilakukan oleh guru yang dengan tak akan tergerus oleh derasnya
modus pendisiplinan terhadap perkembangan zaman. Hal ini dalam
murid. Seperti tamparan, cubitan, rangka melestarikan kembali budaya-
bentakan, makian, dijemur di bawah budaya yang ada di lingkungan kita.

8|Jurnal Manthiq
Jurnal Manthiq: Vol IV Edisi I 2019

pendidikan-mencapai-127-kasus.
Daftar Pustaka diakses 2 Maret 2020
Kumparan News. 2019. Menyoal
Perundungan Siswa terhadap guru
yang Jadi Tren.
https://kumparan.com/kumparannew
s/menyoal-perundungan-siswa-
terhadap-guru-yang-jadi-tren-
1550781530475943529. Diakses 29
Februari 2020.
Manuaba, I. B. P. (2014). Eksotisme Sastra:
Eksistensi dan Fungsi Sastra dalam
Pembangunan Karakter dan Perubahan
Sosial.
Maradewa, Rega. 2019. Catatan KPAI di
Hardiknas: Kasus Anak Bully Guru Meningkat
Drastis.
https://www.kpai.go.id/berita/catata
n-kpai-di-hardiknas-kasus-anak-bully-
guru-meningkat-drastis. Diakses 2
Maret 2020.
Maya, R. (2017). Karakter (Adab) Guru dan
Murid Perspektif Ibn Jama’ah Al-
Syafi’i. Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan
Islam, 6(02), 33.
Omar, A. (2006). Sedekah: jaminan
keharmonian umat menurut sunah. Utusan
Publications.
Sudardi, B. (2015). Ritual dan nilai islami
dalam folklor Jawa. IBDA: Jurnal Kajian
Islam dan Budaya, 13(2), 112-122.
Syarbini, A., & Haryadi, J.
(2010). Dahsyatnya Sabar, Syukur, Ikhlas
Muhammad SAW. Ruang Kata.
Tempo. 2019. KPAI: Kekerasan di Dunia
Pendidikan Mencapai 127 Kasus.
https://nasional.tempo.co/read/12663
67/kpai-kekerasan-di-dunia-

9|Jurnal Manthiq

You might also like