Professional Documents
Culture Documents
3000 7825 1 SM
3000 7825 1 SM
Nilai Islami dari Cerita Rakyat Bengkulu yang Berjudul Sang Piatu
Meddyan Heriadi
IAIN Bengkulu
Meddyan@iainbengkulu.ac.id
………………………………………………………………………………………………………………..
Abstract: Islamic Values of Bengkulu Folklore Titled Sang Piatu. There are lot of cases of sexual harassment, physical
violence, and many more are found in our society. This is evidence of the moral degradation of our nation. Therefore, literature
can be a solution in fostering the character of our next generation. Because with literature someone will have valuable messages
or lessons without pressure. The purpose of this study is to describe the Islamic values contained in Bengkulu folklore. The
method used is a qualitative method. The instrument used was the instrument of documentation in a book of folklore written by
Indonesian TADRIS IAIN Bengkulu students. The data processing technique use prose extrinsic analysis technique. The
conclusions is there is Islamic values contained in the Sang Piatu story, namely: a). The spirit of studying, which can be seen
from the character of the Piatu who remains to recite the Qur'an despite ridicule continues to suffer; b). Obedience to the teacher,
which is seen from the actions of the orphan who never complained even though he was placed in a special place when reciting; c).
Patience, which can be seen from how the strays ignored the taunts of their peers; d). Sincere charity that can be seen from how
the strays attempt to find jackfruit which he will give for the teacher; and e) Merciful attitude, that appears from the character of
the Koran teacher who does not scold his students and still accept the jackfruit fruit even though Sang Piatu was incorrect when
he counted the number of jackfruit seeds.
Abstrak: Nilai Islami dari Cerita Rakyat Bengkulu yang Berjudul Sang Piatu. Sering kali ditemukan kasus-kasus
pelecehan seksual, kekerasan fisik, dan lain sebagainya di masyarakat kita. Hal ini menjadi bukti degradasi moral
yang dimiliki bangsa ini. Oleh karena itu, sastra dapat menjadi solusi dalam pembinaan karakter generasi penerus
bangsa. Karena dengan sastra seseorang akan memetik pesan atau pelajaran berharga tanpa paksaan atau tekanan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguraikan nilai-nilai islam yang terdapat dalam cerita rakyat Bengkulu.
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Instrumen yang dipakai adalah instrumen dokumentasi pada
sebuah buku kumpulan cerita rakyat karya mahasiswa Tadrs Bahasa Indonesia IAIN Bengkulu. Teknik pengolahan
data yang digunakan adalah teknik analisis ekstrinsik prosa. Kesimpulan dalam penelitian ini antara lain terdapat
beberapa nilai islami yang di kandung dalam cerita Sang Piatu, yaitu: a). Semangat menuntut ilmu, yang terlihat dari
karakter Sang Piatu yang tetap untuk mengaji meskipun ejekan terus menderanya ; b). Sikap patuh pada guru, yang
tampak dari tindakan sang piatu yang tak pernah mengeluh meskipun ia ditempatkan di tempat yang khusus ketika
mengaji; c). Sikap sabar, yang terlihat dari bagaimana sang piatu tak menghiraukan ejekan dar teman sebayanya; d).
Ikhlas bersedekah yang terlihat dari bagaimana usaha sang piatu untuk mencari buah nangka yang akan ia berikan
untuk sang guru; dan e) Sikap Penyayang yang tampak dari karakter guru mengaji yang tak memarahi muridnya
dan tetap menerima buah nangka tersebut meskipun sang piatu salah menyebutkan jumlah biji nangka.
1|Jurnal Manthiq
Meddyan Heriadi: Nilai Islami dari Cerita Rakyat Bengkulu yang Berjudul Sang Piatu
2|Jurnal Manthiq
Jurnal Manthiq: Vol IV Edisi I 2019
yang digunakan adalah metode kualitatif. di acara itu. Sang Piatu akhirnya bersama
Yang mana, metode ini sendiri berusaha sang nenek pergi ke hutan mengumpulkan
memaparkan sesuatu fenomena gejala sosial buah-buahan atau umbi-umbian yang
tanpa menggunakan angka-angka statistik. dibawa untuk sang raja. Ia lalu menemukan
Instrumen yang dipakai adalah instrumen buah nangka yang isinya sebuluh biji. Buah
dokumentasi pada sebuah buku kumpulan itu kemudian diserahkan pada sang raja.
cerita rakyat karya mahasiswa Tadrs Bahasa Namun, seketika sang piatu menjadi
Indonesia IAIN Bengkulu. Teknik ketakutan ketika biji nangka yang tersisa
pengolahan data yang digunakan adalah tinnggal sembilan. Sang raja pun
teknik analisis ekstrinsik prosa. tersenyum. Ia tak memarahi sang piatu.
Bahkan ia mengajarkan pelajaran pertama
Pembahasan untuk sang piatu, yaitu menghafal beberapa
Kisah yang berasal dari Bengkulu lirik kata yaitu, “Buah nangka sepuluh
ini mengisahkan tentang seorang anak mulan1. Hilang satu tinggal sembilan.” Sang
miskin yang diasuh oleh neneknya sendiri. piatu akhirnya menerima perintah itu,
Anak tersebut bernama Piatu atau Sang meski batinnya sempat bingung untuk apa
Piatu. Suatu ketika ia pergi ke sungai menghafal lirik itu. Ia lalu mencoba
bersama sang nenek. Saat itu ia menemukan peruntungan dengan melafalkannya di atas
sekumpulan anak-anak pergi mengaji di batu besar yang ia duduki, sambil
rumah Sang Raja. Sang Piatu pun tertarik menambahkan sepata dua pata kata ke
untuk ikut mengaji. Ia lalu meminta restu dalam lirik itu, “Buah nangka sepuluh
sang nenek meski dari awal ia kurang mulan2. Hilang satu tinggal Sembilan. Aku
diizinkan. Namun karena keteguhan hati memohon belas kasihmu oh Tuhan! Jadilah
Sang Piatu, hati sang nenek pun seketika Emas Batu ini kuharapkan!” sampai pada
goyah. Hari-hari di awal kedatangannya, akhirnya, Batu itu pun mendadak menjadi
Sang piatu seolah tak dianggap. Ia hanya emas dan Sang Piatu pun seketika menjadi
duduk di luar seraya mengamati anak-anak orang yang paling kaya akhirnya.
lain yang tengah mengaji. Sampai pada Unsur ekstrinsik meliputi beberapa
akhirnya, ia dipanggil sang raja untuk bagian, di antaranya: lingkungan
ditanyakan maksud kedatangannya. Sang pengarang, nilai moral, nilai sosial, nilai
piatu pun lalu menguraikan tujuannya. budaya, dan nilai agama. Namun, pada
Lelaki yang menjadi gurunya itu pun penelitian kali ini, penulis akan berfokus
akhirnya mengizinkan sang piatu dengan pada nilai agama, khususnya nilai islam. Di
syarat ia harus terpisah dari anak yang lain mana nilai-nilai tersebut, antara lain:
dan duduk di tempat yang khusus pula. a. Semangat belajar menuntut ilmu
Sang piatu menyanggupi syarat itu. Ia tetap Jika dilihat dalam cerita, toko
bertahan meski bullyan kerap datang dari protagonis dalam cerita ini adalah
anak-anak yang lain. Beberapa bulan
kemudian sang raja ingin mengadakan 1 Biji
syukuran di rumahnya. Anak-anak pun
diwajibkan membawa bekal dan makanan
3|Jurnal Manthiq
Meddyan Heriadi: Nilai Islami dari Cerita Rakyat Bengkulu yang Berjudul Sang Piatu
Sang Piatu. Dia dikenal miskin dan sampai pulang”. (H.R. Tirmidzi). (
yatim piatu. Kedua masalah ini At-Tirmidzi, 1249H/2008, 345).
sebenarnya begitu membatasi ruang Bahkan Imam Syafii juga
gerak usaha Sang piatu untuk mengungkapkan bahwa, barang
memperoleh ilmu. Namun, kedua siapa menginginkan dunia, maka
ujian ini seolah tak mampu harus dengan ilmu. Barang siapa
mematahkan tekadnya. Ia tetap menginginkan akhirat, maka harus
bersemangat untuk belajar, meski di dengan ilmu. Dan barang siapa
awal ia seolah tak dianggap. menginginkan keduanya, maka
Dalam Islam menuntut ilmu harus dengan ilmu (Oktrigana
adalah suatu yang amat Wirian, 2017:121). Oleh karena itu,
diutamakan. Dengan menuntut dari beberapa pendapat di atas kita
ilmu, derajat sosial akan terangkat. dapat simpulkan bahwa dunia dan
Begitu juga derajat di mata Allah akhirat dapat diraih bersama-sama
juga akan meningkat. Seperti pada dengan ilmu.
surat Mujadilah ayat 11. b. Patuh pada guru
Allah Ta’ala berfirman : “Allah akan Ketika Sang Piatu datang ke
meninggikan orang-orang yang tempat pengajian, ia seolah tak
beriman di antaramu dan orang-orang dianggap. Ia hanya duduk sambil
yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan memperhatikan murid lain yang
Allah Maha Mengetahui apa yang tengah mengaji. Sampai pada
kamu kerjakan.“ (Al Mujadilah : 11). akhirnya sang raja tertarik untuk
Selain itu, dengan menuntut memanggilnya, lalu menjadikan dia
ilmu, jalan seseorang menuju surga sebagai anak murid. Meskipun di
akan dipermudah, karena dengan awal, dia ditempatkan di tempat
ilmu, manusia dapat membedakan yang khusus dan selalu
mana yang baik dan mana yang mendapatkan antrian paling akhir.
buruk atau mana yang haram dan Namun, tak sedikit pun keluh kesah
yang halal. Namun, ilmu yang pada Sang Piatu. Ia tetap patuh
hanya sebatas teori tak akan apapun yang terjadi.
berguna. Oleh karena itu, Maya (2017:38)
ilmuhendaknya diterapkan dalam mengungkapkan bahwa terdapat
kehidupan sehari-hari, sehingga beberapa adab murid terhadap guru
pahala yang menjadi syarat menuju yang berdasarkan kitab Tadzkirah al-
surga dapat diperoleh secara Sâmi‟ wa alMutakallim fî Âdâb al-
maksimal. Hal ini pula sesuai ‟Âlim wa alMuta‟allim karya Ibn
dengan hadist yang berbunyi, “Dari Jamâ‟ah antara lain: a). Memilih
Anas RA ia berkata: Rasulullah SAW calon guru dengan tepat; b) Taat
bersabda: Barang siapa yang keluar pada semua aturan guru: c)
dengan tujuan menuntut ilmu, maka Memuliakan guru sebagai sumber
ia berada di jalan Allah hingga ilmu; d). Selalu mengingat jasa
4|Jurnal Manthiq
Jurnal Manthiq: Vol IV Edisi I 2019
5|Jurnal Manthiq
Meddyan Heriadi: Nilai Islami dari Cerita Rakyat Bengkulu yang Berjudul Sang Piatu
6|Jurnal Manthiq
Jurnal Manthiq: Vol IV Edisi I 2019
7|Jurnal Manthiq
Meddyan Heriadi: Nilai Islami dari Cerita Rakyat Bengkulu yang Berjudul Sang Piatu
8|Jurnal Manthiq
Jurnal Manthiq: Vol IV Edisi I 2019
pendidikan-mencapai-127-kasus.
Daftar Pustaka diakses 2 Maret 2020
Kumparan News. 2019. Menyoal
Perundungan Siswa terhadap guru
yang Jadi Tren.
https://kumparan.com/kumparannew
s/menyoal-perundungan-siswa-
terhadap-guru-yang-jadi-tren-
1550781530475943529. Diakses 29
Februari 2020.
Manuaba, I. B. P. (2014). Eksotisme Sastra:
Eksistensi dan Fungsi Sastra dalam
Pembangunan Karakter dan Perubahan
Sosial.
Maradewa, Rega. 2019. Catatan KPAI di
Hardiknas: Kasus Anak Bully Guru Meningkat
Drastis.
https://www.kpai.go.id/berita/catata
n-kpai-di-hardiknas-kasus-anak-bully-
guru-meningkat-drastis. Diakses 2
Maret 2020.
Maya, R. (2017). Karakter (Adab) Guru dan
Murid Perspektif Ibn Jama’ah Al-
Syafi’i. Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan
Islam, 6(02), 33.
Omar, A. (2006). Sedekah: jaminan
keharmonian umat menurut sunah. Utusan
Publications.
Sudardi, B. (2015). Ritual dan nilai islami
dalam folklor Jawa. IBDA: Jurnal Kajian
Islam dan Budaya, 13(2), 112-122.
Syarbini, A., & Haryadi, J.
(2010). Dahsyatnya Sabar, Syukur, Ikhlas
Muhammad SAW. Ruang Kata.
Tempo. 2019. KPAI: Kekerasan di Dunia
Pendidikan Mencapai 127 Kasus.
https://nasional.tempo.co/read/12663
67/kpai-kekerasan-di-dunia-
9|Jurnal Manthiq