Professional Documents
Culture Documents
8288 20069 1 SM
8288 20069 1 SM
69
Joko Sutrisno
Advokat
E-mail: joko3069@gmail.com
Abstract :
The aims of this research are to study and analyze the legality of a marriage conducted by someone
who has changed his sex (transsexual) and to study and analyze the legal consequence of a marriage
conducted by someone who has changed his sex (transsexual). This is normative legal research, analyzed
qualitatively, by using statute approach, conceptual approach, and case approach.
The results of the research show that firstly, transsexual marriage without legality/ stipulation
concerning change of sex decided by the District Court based on Article 2 paragraph (1) jo Article 1 of
Act Number 1 of 1974 concerning Marrige is illegal because the change of the sex has not been legalized
and the registry document has not been changed. While transsexual marriage in which the change of sex
has been stipulated by the District Court is legal. Particularly transsexual for a Moslem, the law is illegal
to change sex without medical reason, and thus the transsexual marriage is also illegal because it is
considered as a marriage of the same sex. Secondly, the legal consequence of a transsexual marriage is
that it is considered having non legality and without legalization of the change of sex by the District
Court: a) the marriage is not registered (considered as unregistered), and b) the status of the sex at the
time of the distribution of inheritance in the stipulation of the District Court is based on the status prior
to the change of the sex.
Abstrak :
Tujuan Penelitian tesis ini adalah untuk menganalisis keabsahan perkawinan yang dilakukan
seseorang yang telah melakukan ganti kelamin (transseksual) dan meng-analisis akibat hukum
perkawinan yang dilakukan seseorang yang telah melakukan ganti kelamin (transseksual). Penelitian ini
merupakan penelitian hukum normatif, dengan menginventarisir peraturan perundang-undangan terkait
keabsahan dan akibat hukum perkawinan transseksual, dan dianalisis secara kualitatif dengan
pendekatan peraturan perundang-undangan, pendekatan konsep dan pendekatan kasus.
tanpa melihat kerusakannya akan lebih besar yang telah memperoleh kekuatan hukum
daripada mashlahat/ manfaatnya, sebab pada tetap.
hakikatnya ia memiliki organ atau jenis Sedangkan yang dimaksud dengan
kelamin yang normal atau sempurna, yang “peristiwa penting lainnya” dijelaskan dalam
jika sampai dilakukan operasi ganti kelamin, Penjelasan Pasal 56 ayat (1) UU
Islam sangat melarang. ADMINDUK No. 24/2013 sebagai berikut:
Adanya pandangan hukum agama “Yang dimaksud dengan "Peristiwa Penting
terhadap operasi kelamin di atas, ternyata lainnya" adalah peristiwa yang ditetapkan
tidak diikuti dengan hukum positif, sehingga oleh pengadilan negeri untuk dicatatkan
bentuk operasi kelamin yang mana yang pada Instansi Pelaksana, antara lain
ditempuh tergantung kepada moralitas yang perubahan jenis kelamin.”
bersangkutan. Berdasarkan Pasal 56 ayat (1) UU
Namun demikian, khusus berkenaan ADMINDUK No. 24/2013 beserta pen-
peristiwa kependudukan termasuk status jelasannya, maka perubahan kelamin pasca
seseorang pasca operasi kelamin, telah ada operasi kelamin merupakan peristiwa
Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang penting yang harus dilakukan pencatatan
Administrasi Kependudukan sebagai-mana yang dilakukan oleh Pejabat Pencatatan
terakhir diubah dengan Undang-Undang No. Sipil atas permintaan Penduduk yang
24 Tahun 2013 (selanjutnya disebut sebagai bersangkutan setelah adanya penetapan
UU ADMINDUK No. 24/2013). Berda- pengadilan negeri yang telah memperoleh
sarkan Pasal 1 angka 17 UU ADMINDUK kekuatan hukum tetap.
No. 24/2013, bahwa dimaksud dengan Persoalan hukum yang muncul terkait
peristiwa penting adalah kejadian yang penetapan pengadilan negeri disyaratkan
dialami oleh seseorang meliputi kelahiran, oleh Pasal 56 ayat (1) UU ADMINDUK No.
kematian, lahir mati, perkawinan, 24/2013 tersebut, yaitu belum adanya
perceraian, pengakuan anak, pengesahan pedoman bagi hakim dalam memeriksa
anak, pengangkatan anak, perubahan nama permohonan perubahan status kelamin
dan perubahan status kewarganegaraan. tersebut, sehingga apa yang mendasari
Kemudian Pasal 56 ayat (1) UU hakim dalam mengabulkan permohonan
ADMINDUK No. 24/2013, diatur bah- perubahan status kelamin didasarkan pada
wa pencatatan peristiwa penting lainnya praktek peradilan.
dilakukan oleh Pejabat Pencatatan Sipil atas Di bawah ini penulis paparkan secara
permintaan Penduduk yang bersangkutan singkat beberapa pertimbangan hukum dan
setelah adanya penetapan pengadilan negeri amar putusan dalam penetapan hakim
74 Badamai Law Journal, Vol. 4, Issues 1, Maret 2019
menganut prinsip Rechtsstaat (negara seumur hidup dan tidak dapat diputuskan
hukum). begitu saja. Sejalan dengan hal ini, UU
Hal ini sejalan dengan ciri negara Nomor 1 Tahun 1974 menganut prinsip
hukum Pancasila yang salah satunya monogami dan mem-perketat terjadinya
bercirikan religious nation state, kehidupan perceraian.
berbangsa dan bernegara Indonesia didasar- Tujuan perkawinan untuk membentuk
kan atas kepercayaan kepada Tuhan Yang keluarga atau rumah tangga bahagia dalam
Maha Esa, dan cita hukum Pancasila yang Undang-Undang Perkawinan tersebut sama
salah satunya yaitu berKetuhanan Yang dengan tujuan pernikahan yang dirumuskan
Maha Esa. Selain itu juga selaras dengan dalam Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam
Konsep negara hukum kesejahteraan (KHI) yakni membentuk keluarga sakinah
(Welfare State Theory), bagi bangsa (tenang, tenteram dan bahagia) yang dibina
Indonesia telah dituangkan dalam dengan cinta dan kasih sayang (mawaddah
Pembukaan UUD NKRI Tahun 1945 alinea wa rahmah) oleh suami istri dalam keluarga
keempat. bersangkutan. Untuk itu dalam Kompilasi
Hukum Islam Pasal 77 ayat (2), suami-istri,
AKIBAT HUKUM PERKAWINAN YANG demikian disebutkan dalam ayat (3) pasal
DILAKUKAN SESEORANG YANG TELAH
MELAKUKAN GANTI KELAMIN yang sama, memikul kewajiban untuk
(TRANSSEKSUAL) mengasuh dan memelihara anak- anak
1. Akibat Hukum Perkawinan Transseksual
Terhadap Tujuan Perkawinan mereka, baik mengenai pertumbuhan
Berdasarkan Pasal 1 UU Nomor 1 jasmani, rohani maupun kecerdasan serta
Tahun 1974, perkawinan adalah : “ikatan pendidikan agamanya.6
lahir batin antara seorang pria dengan Sedangkan Pengertian perkawinan
seorang wanita sebagai suami istri dengan menurut agama Katolik secara doktriner,
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) diambil dari dua bahan, yaitu (1) Perjanjian
yang bahagia dan kekal berdasarkan Lama, dan (2) Perjanjian Baru. Dalam
Ketuhanan Yang Maha Esa". Dari definisi Perjanjian Lama, perkawinan diartikan
perkawinan ini, terdapat pula tujuan sebagai gambaran dan tiruan dari bimbingan
perkawinan yaitu : “...membentuk keluarga Tuhan. Suami istri menampakkan dan
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal menghadiahkan cinta kasih Tuhan dalam
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa". hidup cinta mereka. Di dalam Perjanjian
Tujuan ini dimaksudkan untuk memperoleh Baru, pernikahan seorang Kristen diartikan
suatu kebahagiaan yang sifatnya bukan
6
Mohammad Daud Ali. 2002. Hukum Islam :
sementara melainkan haruslah berlangsung Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di
Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo Persada, hlm 67
80 Badamai Law Journal, Vol. 4, Issues 1, Maret 2019
sebagai suatu ikatan cinta kasih tetap dan pengamalan yang benar dan takut kepada
taat yang menggambarkan, melahirkan dan Allah. Di samping itu, Allah telah
mewujudkan hubungan cinta Kristus dengan menjadikan laki- laki dan perempuan begitu
jemaatnya. rupa supaya bersama-sama secara raga rokh,
Perkawinan bagi umat Katolik mereka itu membentuk suatu persetujuan
dinaikkan menjadi sakramen, karena yang kuat dan benar di dunia ini.7
merupakan ajaran dari gereja dan diakui Hal itu sejalan dengan apa yang
sebagai lembaga suci yang asalnya dari terdapat dalam kitab hukum Gereja yang
Tuhan dan ditetapkan oleh-Nya untuk telah terbit pada tahun 1971, menyebutkan
kebahagiaan masyarakat. Karena itu, negara bahwa tujuan perkawinan, sebagai berikut:
wajib menetapkan supaya dicatat dan diakui (a) tujuan primernya adalah kelahiran dan
sah secara yuridis (Pasal 1 HOCI). pendidikan anak-anak, (b) tujuan sekun-
Adanya lembaga sakramen atas dernya adalah kerja sama suami istri dan
perkawinan ini dapat dilihat dalam rumusan pemenuhan seksual.8 Sifat perkawinan itu
perkawinan menurut hukum gereja Katolik, sendiri dalam agama Katolik ialah
yaitu: "Perjanjian perkawinan, antara pria monogami dan tak terceraikan.
dan wanita membentuk antara mereka Apabila dikaitkan tujuan perkawinan
kebersamaan seluruh hidup menurut sifat berdasarkan agama Islam dan agama Kristen
kodratinya terarah kepada kesejahteraan Katolik di atas, yang salah satunya
suami istri pada kelahiran dan pendidikan mendapatkan keturunan, maka bagi
anak; oleh Kristus Tuhan, perkawinan antara pasangan perkawinan transseksual tidak
orang-orang yang dibaptis diangkat menjadi dapat terpenuhi, karena salah satu pasang
sakramen" (Kanon 1055 Pasal 1) : "Karena “tidak murni/asli” seorang perempuan.
itu, antara orang-orang yang dibaptis tidak Biarpun kelamin diganti dan ditetapkan
dapat ada kontrak perkawinan sah yang sebagai perempuan oleh pengadilan negeri,
tidak dengan sendirinya merupakan namun yang bersangkutan tidak memiliki
sakramen" (Kanon 1055 Pasal 2). rahim sebagai tempat tumbuh kembang
Mengenai tujuan perkawinan, Yesus janin dalam perut perempuan.
sendiri menyebut bahwa Allah mempertang- 2. Akibat Hukum Perkawinan Transseksual
Terhadap Warisan
gungkan kepada manusia suatu tugas yang
Dalam hukum Islam, hukum waris
harus diterima dengan rasa tanggung jawab
menduduki tempat yang amat penting. Ayat
yakni membentuk keluarga. Karena itu
manusia berkewajiban mendidik anak-anak 7
Arso Sosroatmodjo dan Wasit Aulawi. 1981.
yang dikaruniakan kepadanya dalam Hukum Perkawinan di Indonesia. Jakarta : Bulan Bintang,
hlm 28
8
Ibid
Joko Sutrisno : Keabsahan Dan Akibat Hukum Perkawinan Transseksual……..81
Al-Qur’an mengatur hukum waris dengan Hukum Islam (KHI) juga menentukan
jelas dan terperinci. Hal ini dapat dimengerti demikian dalam Pasal 176, yaitu : “Anak
sebab masalah kewarisan pasti dialami oleh perempuan bila hanya seorang ia mendapat
setiap orang. Selain itu, hukum waris setengah bagian, bila dua orang atau lebih
langsung menyangkut harta benda yang mereka bersama-sama mendapat dua pertiga
apabila tidak diberikan ketentuan pasti, amat bagian, dan apabila anak perempuan
mudah menimbulkan sengketa di antara ahli bersama-sama dengan anak laki-laki, maka
waris.9 bagian anak laki-laki adalah dua berbanding
Dalam hukum kewarisan terdapat tiga satu dengan anak perempuan”.
unsur pokok yang saling terkait yaitu Dalam hukum Kewarisan Islam, asas
pewaris, harta peninggalan, dan ahli waris. keadilan mengandung pengertian adanya
Kewarisan pada dasarnya merupakan bagian keseimbangan antara hak yang diperoleh
yang tak terpisahkan dari hukum, sedangkan dan harta warisan dengan kewajiban atau
hukum adalah bagian dari aspek ajaran beban kehidupan yang harus ditanggungnya
Islam yang pokok.10 Bahkan dalam Al- atau ditunaikannya di antara para ahli
Qur’an, permasalahan mengenai waris waris.12 Arti keadilan dalam hukum waris
dibahas secara detail dan terperinci. Hal Islam bukan diukur dari kesamaan tingkatan
tersebut tidak lain adalah untuk mencegah antara ahli waris, tetapi ditentukan
terjadinya sengketa antara anggota keluarga berdasarkan besar-kecilnya beban atau
terkait dengan harta peninggalan anggota tanggung jawab yang diembankan kepada
keluarga yang telah mati.11 mereka, ditinjau dari keumuman keadaan
Dalam sistem kewarisan Islam, atau kehidupan manusia.
kedudukan perempuan dengan laki-laki Keadilan inilah yang disebut oleh
sama-sama sebagai ahli waris. Janda, anak Aristoteles dengan keadilan distributif.
perempuan, ibu atau saudara perempuan Keadilan distributif tersebut berfokus pada
diakui kedudukannya sebagai ahli waris. distribusi, honor, kekayaan, dan barang-
Perbedaaan terletak pada porsi atau barang lain yang sama-sama bisa didapatkan
besarnya bagian harta waris yang diterima. dalam masyarakat. Dengan mengesamping-
Anak perempuan mendapat separuh kan “Pembuktian” mate-matis, jelaslah
dari bagian anak laki-laki berdasarkan Al- bahwa apa yang ada dibenak Aristoteles
Qur’an surat an-Nisa ayat 11. Kompilasi ialah distribusi kekayaan dan barang
9 berharga lain berdasarkan nilai yang berlaku
Ahmad Azhar Basyir. 2001. Hukum Waris
Islam, Yogyakarta: UII Press, hlm. 3
10
Ali Parman. 1995. Kewarisan Dalam Al-Quran
12
(Suatu Kajian Hukum Dengan Pendekatan Tafsir Tematik), Ahmad Zahari. 2003. Tiga Versi Hukum
Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm.1 Kewarisan Islam: Syafi'i, Hazairin ḍan KHI. Pontianak:
11
Ahmad Azhar Basyir. Op.cit., hlm. 3 Romeo Grafika, hlm 25
82 Badamai Law Journal, Vol. 4, Issues 1, Maret 2019
di kalangan warga. Distribusi yang adil ini Terdapat dua fatwa yang mengatur
boleh jadi merupakan distribusi yang sesuai mengenai Operasi Penggantian Kelamin
dengan nilai kebaikannya, yakni nilainya (Sex Reassignment Surgery) ini yaitu:
bagi masyarakat.13 a) Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tentang
Asas keadilan dalam hukum Kewarisan Operasi Perubahan/Pe-nyempurnaan
Islam mengandung pengertian adanya Kelamin (Musya-warah Nasional II nomor
keseimbangan antara hak yang diperoleh 05/Kep./Munas II/MUI/1980 tanggal 1 Juni
dan harta warisan dengan kewajiban atau tahun 1980), menyatakan:
beban kehidupan yang harus ditanggungnya 1) Mengubah jenis kelamin laki-laki
atau ditunaikannya di antara para ahli menjadi perempuan atau sebaliknya
14
waris. hukumnya haram, karena bertentangan
Terkait dengan akibat hukum dengan Al-Quran surat an-Nisa ayat 19 dan
perkawinan transeksual terhadap warisan, bertentangan dengan jiwa syara;
maka dapat dianalisis sebagai berikut : 2) Orang yang kelaminnya diganti
kedudukan hukum jenis kelaminnya sama
Berdasarkan Agama Islam
dengan jenis kelamin semula sebelum
Walaupun terjadi perbedaan pendapat
diubah;
dari para ulama mengenai hukum dari
b) Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor
operasi penggantian kelamin (Sex
03/MUNASVIII/MUI/2010 tentang
Reassignment Surgery). Namun, semua para
Pengubahan dan Penyempurnaan Jenis
ulama sepakat bahwa transseksual yang
Kelamin, menyatakan:
telah melakukan operasi penggantian
1) Mengubah alat kelamin dari laki-laki
kelamin (Sex Reassignment Surgery) adalah
menjadi perempuan atau sebaliknya yang
haram, biarpun pasca pergantian kelamin
dilakukan dengan sengaja, misalnya dengan
ada legalitas/penetapan dari pengadilan
operasi ganti kelamin, hukumnya haram;
negeri dan telah dirubah dokumen
2) Membantu melakukan ganti kelamin
kependudukannya oleh pihak yang
sebagaimana poin 1 (satu) hukumnya haram;
berwenang. Selain itu, apabila seorang
3) Penetapan keabsahan status jenis kelamin
transseksual melakukan pernikahan, maka
akibat operasi penggantian alat kelamin
pernikahannya tidak sah menurut hukum
sebagaimana poin 1 (satu) tidak dibolehkan
agama atau haram, karena dianggap nikah
dan tidak memiliki implikasi hukum syar’i
sesama jenis yang tergolong dosa besar.
terkait penggantian tersebut;
13 4) Kedudukan hukum jenis kelamin orang
Joachim Friedrich. 2004. Filsafat Hukum
Prespektif Historis. Bandung : Nuansa dan Nusamedia, hlm yang telah melakukan operasi ganti kelamin
18
14
Ahmad Zahari. Op.cit., hlm 33
Joko Sutrisno : Keabsahan Dan Akibat Hukum Perkawinan Transseksual……..83