MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR INKLUSIF - Rev

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

Vol. …, No. …, 202…, Hal.

…-…

Pamomong: Journal of Islamic Educational Counseling


p-ISSN: 2774-583x | e-ISSN: 2808-8565
Website Jurnal: http://pamomong.iainsalatiga.ac.id

MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR


INKLUSI

Muhamad Irham1
1
SMP Negeri 2 Tonjong

Informasi Artikel ABSTRACT


Histori Artikel: The guidance and counseling is a support services in schools
Diterima … Maret 202… to achieve students independence. Its services strategic role
Revisi … Juni 202… because it focuses on the development assistance activities
Disetujui … Juni, 202… and reduction potential problems learners. The problem
Penulis Korespondensi: faced is guidance and counseling services in a inclusif
Nama penulis, elementary schools do not have a standardized guidelines
Email: and rules on implementation. This research is then aimed to
nama@iainsalatiga.ac.id get an overview of guidance and counseling management
DOI: model in the Al-Irsyad Al-Islamiyyah Elementary School of
Purwokerto. This research is a qualitative case study
approach. The subject of the study consists teacher in Al-
Irsyad Elementary School. Data was collected through
interview, questionnaire, observation and documentation.
The research shows that: 1) Al-Irsyad Al-Islamiyyah
Elementary School have been guidance and counseling
programs, 2) the guidance and counseling program in Al-
Irysad Al-Islamiyyah Elementary School’s has accomplished
the function of guidance and counseling management such
as leadership, planning, organizing, implementing,
supervising, evaluating, reporting and following up, and 3)
the guidance and counseling management model developed
the integratif comprehensive management based on Islamic
values. Al-Irsyad Al-Islamiyyah Elementary Schools as inklusif
schools abel to be a model of implementation guidance and
counseling in inklusif school.

Keyword: Management; Guidance and Counseling;


Elementary School; inclusif

ABSTRAK
Bimbingan dan Konseling merupakan layanan pendukung di
sekolah untuk mencapai kemandirian peserta didik. Layanan
BK fokus pada pendampingan pengembangan potensi dan
pengentasan permasalahan peserta didik. Permasalahan

1
2 Jurnal Pamomong, Vol..., No..., Thn, Hal....-....

yang muncul adalah pelaksanaan layanan BK di SD Inklusif


belum memiliki pedoman dan aturan yang baku. Penelitian
ini bertujuan mendapatkan gambaran model manajemen BK
di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto sebagai SD Inklusi.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Subjek penelitian adalah guru di SD
Al-Irsyad. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara,
angket, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: 1) SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah sudah
menyelenggarakan layanan BK, 2) Layanan BK di SD Al-Irsyad
Al-Islamiyyah melaksanakan fungsi manajemen BK yang
meliputi kepemimpinan, perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, pelaporan dan tindak
lanjut, serta 3) Model manajemen BK yang dikembangkan
adalah manajemen BK Komprehensif Terpadu berbasis nilai-
nilai Islam. Dengan demikian, SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah
Purwokerto sebagai SD Inklusi telah menyelenggarakan
layanan BK secara Komprehensif yang dapat dijadikan
rujukan dalam layanan BK di Sekolah Inklusif.

Kata kunci: Manajemen; Bimbingan dan Konseling; Sekolah


Dasar; Inklusi

PENDAHULUAN
Kualitas peserta didik harus dilihat dari standar akademik yang dicapai (penguasaan
kompetensi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni) serta perkembangan diri yang optimal
(Nurihsan, 2011). Standar akademik terwujud dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan yang
ditunjukkan dengan ukuran nilai ujian, adapun perkembangan peserta didik terlihat dari keyakinan,
nilai-nilai, sikap, dan perilaku yang dimunculkan dalam kehidupan sehari-hari.
Upaya mewujudkan perkembangan peserta didik perlu dilakukan upaya perbaikan dimulai
sejak jenjang pendidikan dasar. Kondisi tersebut sejalan dengan Peraturan Pemerintah (PP) No.
28/1990 tentang Pendidikan Dasar yang menjelaskan bahwa pendidikan dasar bertujuan
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah (Bafadal, 2012). Sekolah
Dasar (SD) sebagai bagian dari Pendidikan dasar memiliki peran strategis dalam membentuk
fondasi pendikan, sehingga perbaikan sistem pembelajaran di SD perlu untuk terus dilakukan.
Pendidikan yang bermutu akan lahir dari sistem perencanaan yang baik (good planning
system), materi dan tata kelola yang baik (good governance system) dan disampaikan oleh guru
yang baik (good teacher) dengan dukungan seluruh komponen pendidikan (Mulyasana, 2012).
Pendapat tersebut menegaskan bahwa sistem pendidikan yang bermutu dapat dibangun jika ada
kepemimpinan yang baik, manajemen yang bagus, dan guru yang berkualitas. Oleh sebab itu,
pendidikan di SD yang bermutu akan terbentuk dengan merealisasikan sistem pendidikan utuh dan
komprehensif sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.22/2006.
Irham – Manajemen Bimbingan dan Konseling... 3

Sistem pendidikan yang utuh mencakup adanya kepemimpinan pendidikan, pembelajaran


yang mencerdaskan, serta layanan bimbingan dan konseling (BK) yang memandirikan dalam satu
sistem pendidikan. Permasalahan yang muncul adalah, layanan bimbingan dan konseling belum
memiliki panduan dan pola yang jelas dalam pelaksanaanya di Sekolah Dasar (SD). Posisi layanan
BK di SD masih ‘abu-abu’ antara iya dan tidak, sedangkan peran layanan BK sejatinya sangat
penting pada jenjang pendidikan dasar, terutama Sekolah Dasar.
Pedoman operasional layanan BK di SD belum ada standar yang baku, namun tuntutan
Permendiknas No.22/2006 menghendaki adanya layanan BK untuk menjamin pendidikan yang
utuh dan berkualitas. Atas dasar itulah, SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto menjadi sebagian
kecil SD yang memiliki layanan bimbingan dan konseling. Oleh sebab itu, kajian tentang layanan
BK di SD Al-Irsyad Purwokerto menjadi penting sebagai model yang dapat dikembangkan di
sekolah lain. Hal ini dikarenakan hasil kajian Widada tentang Program Bimbingan dan Konseling
di Sekolah dasar, menunjukkan bahwa layanan BK di SD diselenggarakan oleh guru kelas, bukan
guru BK. Penelitian Puspitaningsih dan Nursalim tentang Pelaksanaan layanan BK di SD
Muhammadiyah Se-Surabaya, menyimpulkan bahwa tidak ada waktu khusus untuk layanan BK
serta pelaksanaan layanan BK insidental, dengan model pola 17 Plus.
Hasil kajian tersebut secara tidak langsung menggambarkan pelaksanaan layanan BK di
SD yang memang belum ada pedoman bakunya, sehingga kedua hasil kajian tersebut berbeda.
Layanan BK yang diselenggarakan oleh guru kelas, pelaksanaan insidental, tidak ada waktu
khusus untuk layanan BK, dan penggunaan model pola 17 plus menunjukkan bahwa layanan BK
di SD masih mencari pola yang sesuai. Pola layanan BK di SD yang peneliti anggap sebagai
sesuatu yang baru dan ideal di selenggarakan oleh SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto.
Sebagai sistem pendidikan yang utuh, SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto menyelenggarakan
kepemimpinan pendidikan, pembelajaran yang mencerdaskan dan layanan BK yang memnadirikan
sesuai dengan amanah pemendiknas No.22/2006.
Upaya merealisasikan pendidikan yang utuh dan komprehensif tersebut telah dipraktikkan
oleh SD Al-Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto 01 dan 02. Keduanya merupakan sekolah unggulan
dan sekolah favorit di Kabupaten Banyumas. Terwujud dalam jumlah peserta didik yang mencapai
800-an dari berbagai wilayah, menjunjung tinggi ciri khas Islam sehingga Islam dijadikan sebagai
dasar dan fondasi pendidikan. SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto melaksanakan sistem
pendidikannya dalam bingkai Total Quality Management (TQM), yang artinya melibatkan segenap
sumber daya secara total (Hanik, 2011), tanpa terkecuali bidang bimbingan dan konseling (BK).
BK diposisikan sebagai supporting system yang bertugas memberikan pendampingan
pengembangan potensi peserta didik (Nasihin, dan Sururi, 2012). Bahkan, layanan BK di SD Al-
Irsyad menyelenggarakan manajemen layanan BK secara utuh dan komprehensif serta terpadu.
4 Jurnal Pamomong, Vol..., No..., Thn, Hal....-....

Penelitian tentang manajemen BK di SD inklusif ini menjadi sangat penting di tengah


kebijakan pendidikan yang gencar mengangkat isu zonasi, dan sekolah ramah anak. Inklusif,
zonasi, dan ramah anak memunculkan kesadaran bahwa layanan BK perlu diberikan peran lebih.
Peran BK menjadi strategis di SD. Oleh sebab itu, penelitian tentang manajemen BK di SD
Inklusif ini menjadi sangat penting, terlebih lagi layanan BK tersebut sudah dipraktikkan lebih dari
20 tahun, dengan berbagai dinamika dan perkembangannya.
Menurut Gerder, layanan BK di sekolah semakin penting karena dapat mempengaruhi
domain afektif, perilaku, inter-personal, dan juga prestasi akademik secara positif (Gladding,
2012). Oleh sebab itu, manajemen BK penting diperhatikan karena tenaga pendidik, dalam hal ini
konselor, memegang peran penting dan strategis dalam pengembangan berbagai potensi peserta
didik (Herawan, & Hartini, 2009). Melihat kondisi tersebut, penelitian ini menjadi sangat penting
untuk mengkaji pelaksanaan manajemen BK di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto sebagai
sekolah unggulan yang memiliki ciri khas sebagai sekolah inklusif.

METODE
Penelitian dilakukan di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto 01 dan 02. Penelitian ini
menggunakan pendekatan studi kasus, karena layanan BK di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah
Purwokerto merupakan kegiatan yang spesifik, khusus, bahkan unik (Nazir, 2011). Hasil
penelitian disampaikan secara deskriptif sebagai ciri khas dari penelitian kualitatif (Moleong,
2012). Penggunaan multi sumber dalam penelitian digunakan untuk saling mengecek kebenaran
setiap data dan menguatkan setiap data yang diperoleh (Sanjaya, 2013). Oleh sebab itu, sumber
data dalam penelitian ini antara lain: a) kepala sekolah, b) wakil kepala sekolah, c) koordinator
konselor, d) konselor, e) guru kelas atau wali kelas, serta f) guru mata pelajaran yang ditentukan
dengan teknik snowball. Hal tersebut dilakukan karena menurut Yin, data hasil penelitian akan
valid dan reliabel ketika proses pengumpulan data menggunakan lebih dari satu sumber data,
bentuk data, serta semua data tersebut menguatkan satu sama lain (Sarosa, 2012) sebagai sebuah
data penelitian yang utuh.
Penelitian kualitatif menggunakan dokumen, hasil wawancara, dan hasil observasi
(Sanjaya, 2013) sebagai sumber data penelitian. Mengacu pada pendapat tersebut, maka teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain dokumentasi, wawancara, observasi, dan
angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis induktif model Miles and
Huberman yaitu kegiatan data reduction, data display, dan conclution (Bungin, 2001).
Pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi satu teknik pemeriksaan keabsahan data
dalam penelitian kualitatif (Moleong, 2012).
Irham – Manajemen Bimbingan dan Konseling... 5

HASIL DAN BAHASAN


Layanan BK di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto dimulai pada tahun 2001/2002.
SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto 01 dan 02 memiliki komitmen mengamalkan nilai-nilai
Islam. Kondisi kontekstual SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto yang mendorong perlunya
layanan BK antara lain menerapkan fullday sampai paling akhir pukul 14.30, SD dengan siswa
yang sangat padat sehingga tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelaihan peserta didik. SD Al
Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto membawa misi “menerapkan kelas inklusif, ramah terhadap
peserta didik”.
Keberadaan BK di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto dilandasi sistem nilai yang
disebut wawasan kependidikan. Wawasan kependidikan menjadi fondasi, landasan kerja, dan
pedoman setiap aktivitas pendidikan di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto. Wawasan
kependidikan menjadi ruh dan dasar keyakinan filosofis. Oleh sebab itu, BK di SD Al-Irsyad Al-
Islamiyyah Purwokerto menyandarkan kegiatannya pada nilai-nilai religiusitas yaitu Islam. Nilai-
nilai Islam yang dipilih didukung William yang mengatakan bahwa dalam bimbingan konseling,
peran agama atau religiusitas sangat besar, bahkan sebagai pendekatan terapi yang terbaik (Yusuf,
& Nurihsan, 2010).
Keberadaan BK di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto tidak dapat dipisahkan
beberapa kondisi dan perkembangan SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto sebagai SD Inklusi.
SD Inklusi akan menerima anak-anak yang beresiko dan potensial memunculkan masalah baik
bagi diri sendiri terhadap siswa lain. Siswa berisiko adalah meraka yang secara potensial akan
mengalami kegagalan dalam belajar dan memicu munculnya permasalahan. Evertson & Emmer
(2011) mengatakan bahwa siswa beresiko seringkali mengembangkan masalah dalam perilaku. Hal
tersebut akan semakin mudah terjadi ketika siswa tidak tepenuhi kebutuhan perkembangannya.
Keberadaan dan terselenggaranya program BK di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto
tidak dapat dilepaskan dari peran kepala sekolah. Hal ini dikarenakan pemimpin harus mampu
membangun komitmen orang-orang di dalam dan luar organisasi untuk melaksanakan strategi
menuju kesuksesan (Piarce, & Robinson, 2011). Pendapat tersebut diperkuat Peters & Austin yang
mengatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan mutu sebuah institusi adalah kepemimpinan
(Muhyidin, 2012). Poin penting kebijakan kepala sekolah sebagai pemimpin antara lain: 1)
memasukan BK dalam program sekolah dan keberadaanya otonom, 2) layanan BK yang terbagi
dalam level-level dan kegiatan masuk kelas, 3) mengikuti model sistem rekruitmen SDM yang
ketat, dan 4) membangun kebijakan supporting system untuk mendukung program dan kerja BK.
Untuk merealisasikan poin-poin tersebut, dalam alur kerja manajemennya, layanan BK di SD Al-
Irsyad Al- Islamiyyah Purwokerto melaksanakan kegiatan-kegaitan fungsi manajemen dengan
tahapan yang jelas.
6 Jurnal Pamomong, Vol..., No..., Thn, Hal....-....

Perencanaan layanan atau program BK di SD Al-Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto secara


umum mengacu pada: 1) visi dan misi sekolah dan visi misi BK, 2) tugas perkembangan peserta
didik sebagai kompetensi yang dituju, 3) Permasalahan peserta didik, dan 4) Data pendukung dari
guru mata pelajaran, wali kelas, dan orang tua. Program BK SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah
Purwokerto tersusun dan terbagi dalam tiga kelompok besar yaitu: 1) Program bina prestasi bagi
peserta didik unggul, 2) Program siswa standar, dan 3) Program khusus bagi peserta didik ABK.
Sejalan pemikiran Kartadinata (2011) bahwa fokus layanan BK adalah pengembangan aspek
perkembangan peserta didik dalam bentuk pengembangan potensi dan pendampingan terhadap
masalah-masalah yang kemungkinan muncul. Program-program tersebut menunjukkan bahwa BK
Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto menggunakan model BK Komprehensif. Hal ini karena
menurut Nurihsan BK komprehensif menghendaki adanya layanan bagi semua siswa tanpa
terkecuali dan tidak hanya fokus pada siswa yang bermasalah (Nurihsan, 2011).
Program BK dan pelaksanaannya melibatkan banyak pihak dan komponen sistem. Pihak
yang dilibatkan dalam layanan BK paling tidak adalah kepala sekolah, staff administrasi, dan guru
kelas (Nurihsan, dan Sudianto, 2005). Kondisi tersebut berbeda dengan SD Al-Irsyad Al-
Islamiyyah Purwokerto karena pihak SDM yang dilibatkan dalam pelaksanaan program BK, antara
lain: 1) kepala sekolah, 2) Wakil Kepala sekolah, 3) wali kelas, 4) guru mapel, 5) Tenaga
kependidikan lain, 6) Wali siswa, 7) Komite sekolah, dan 8) Tenaga professional lain. Keterlibatan
pihak lain selain konselor dalam layanan BK merupakan sebuah kebijakan yang baik dan memang
harus dilaksanakan karena kerja BK Komprehensif membutuhkan sistem pendukung dalam bentuk
kolaborasi dengan berbagai pihak (ASCA, 2005). Komponen sistem pendukung yang dilibatkan
dalam mendukung layanan BK meliputi: 1) biah islamiyyah, 2) ekstrakurikuler, dan 3) bina
prestasi. Komponen pendukung tersebut menunjukkan bahwa salah satu kekhasan layanan BK di
SD adalah adanya keterpaduan dengan program-program sekolah (Kartadinata, dkk., 1999). Secara
tidak langsung, pendapat tersebut mengatakan bahwa pengorganisasian program dan kegaiatan BK
memiliki peran kunci dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan program BK.
Pelaksanaan layanan BK juga tidak hanya menangani peserta didik tertentu saja, akan
tetapi seluruh peserta didik yang ada dalam bentuk program bina prestasi, program BK umum, dan
pendampingan Anak Berkekebutuhan Khusus (ABK). Sukardi & Kusmawati (2008), mengatakan
bahwa pelaksanaan BK paling tidak mencakup: 1) orientasi, 2) informasi, 3) penempatan dan
penyaluran, 4) pembelajaran, 5) konseling perorangan, 6) bimbingan kelompok, 7) konseling
kelompok, 8) aplikasi instrumentasi, 9) himpunan data, 10) konferensi kasus, 11) kunjungan
rumah, dan 12) alih tangan kasus. Mengacu pada pendapat Sukardi dan Kuswamati tersebut, maka
semua kegiatan layanan inti BK tersebut dilaksanakan di SD Al-Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto.
Bentuknya seperti parenting, parenting support group (PSG), konsultasi orang tua dan para guru,
Irham – Manajemen Bimbingan dan Konseling... 7

dan adanya guru pendamping khusus (aide teacher) menunjukkan bahwa layanan BK tidak
berjalan sekadarnya. Hal ini sebagaimana disampaikan Nurihsan dan Sudianto (2005: 35) bahwa
pelaksanan BK yang sesungguhnya akan memperhatikan metode dan teknik layanan, media dan
alat yang digunakan, serta adanya pengaktifan nara sumber. Fokus utama kegiatan BK adalah di
kelas dan terintegrasi dengan KBM. Hal ini diungkapka Wynne bahwa di SD pengembangan
karakter peserta didik lebih banyak didasarkan pada aktivitas kelas (Wuryandani, 2014), dan ruang
kelas akan membentuk perilaku anak selama di sekolah. Oleh sebab itu, aktivitas kelas menjadi
fokus utama layanan BK baik oleh konselor maupun guru mata pelajaran dan wali kelas.
Supervisi merupakan upaya perbaikan pendidikan dalam rangka pencapaian tujuan akhir
pendidikan secara umum yaitu pembentukan pribadi anak yang maksimal (Sahertian & Mataheru,
1981). Pengawasan atau supervise layanan BK di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto
dilakukan secara berjenjang dan bertahap. Hal ini karena penilaian di tingkat sekolah merupakan
tanggungjawab kepala sekolah dibantu konselor dan personel sekolah lainnya, serta pejabat
berwenang di lingkup instansi yang lebih tinggi (Kemendikbud, 2013). Supervisi atau pengawasan
kinerja BK di SD Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto menggunakan pendekatan individual dan
kelompok. Hal tersebut sebagaimana disampaikan Sahertian & Mataheru (1981), bahwa teknik
supervisi dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu model individual dan model kelompok. Teknik
kelompok digunakan antara lain studi kelompok antar guru, diskusi, dan seminar.
Proses evaluasi layanan BK di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto mengacu pada
dua komponen: 1) aspek terlaksana atau tidaknya sebuah program, dan 2) ada tidaknya perubahan
perilaku siswa sebagai hasil layanan BK. Evaluasi BK merupakan proses menentukan kualitas
kemajuan proses dan hasil layanan BK yang mengacu pada kriteria-kriteria keberhasilan tertentu
sesuai dengan perencanaannya (Sukardi, & Kusmawati, 2008). Menurut Gay, Mills, & Airasin
serta Wheeler & Loesch, evaluasi dilakukan dengan mengumpulkan informasi yang bermakna
tentang berbagai aspek dari program BK untuk menentukan pengambilan keputusan dan
memastikan efektivitas program (Gladding, 2012).
Model evaluasi di SD Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto dilakukan oleh guru dan
seluruh karyawan menggunakan model pertemuan konselor dan guru lainnya serta model stadium
general atau rapat seluruh manajemen sekolah (Sahertian, & Mataheru, 1981). Sumber informasi
untuk evaluasi diperoleh dari peserta didik, kepala sekolah, wali kelas, guru mata pelajaran, orang
tua peserta didik, dan sebagainya (Kemendikbud, 2013). Proses pengumpulan data evaluasi
program BK dilakukan dengan menggunakan cara observasi terhadap peserta didik, sedangkan
untuk penilaian keterlaksanaan program menggunakan analisis penilaian diri. Hal ini karena
menurut Winkel & Hastuti (2012), serta Rahman (2007) salah satu metode dalam evaluasi BK
adalah observasi. Evaluasi dalam layanan BK sangat diperlukan karena akan membantu
8 Jurnal Pamomong, Vol..., No..., Thn, Hal....-....

menentukan layanan yang berdampak positif dan mengidentifikasi hambatan-hambatannya, serta


menuntun konselor merancang layanan yang lebih efektif dimasa mendatang (Rahman, 2007).
Laporan program layanan BK di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto selain tertulis
juga disampaikan dan dijelaskan secara lisan. Laporan layanan BK mencakup program dan
pelaksanaan serta ketercapaiannya dalam aspek-aspek program standar, bina prestasi, dan
penanganan ABK. Laporan BK secara utuh disampaikan pada pihak internal (seluruh masyarakat
sekolah) dan eksternal (orang tua siswa dan dinas pendidikan). Kondisi tersebut sesuai dengan
Rahman (2007), bahwa laporan BK yang mencakup assessment dan evaluasi ditunjukkan kepada
administrator (Kepala Sekolah, Diknas), anggota staff karyawan, orang tua siswa atau wali, dan
stakeholder lainnya. Pelaporan mencakup terlaksana atau tidak serta bagaimana tingkat
keberhasilannya.
Pelaporan layanan BK disampaikan ke seluruh masyakat sekolah baik internal maupun
pihak eksternal lain yang terkait untuk ditindaklajuti. Sukardi & Kuswamati (2008), mengatakan
bahwa pelaporan program BK sangat penting karena memiliki beberapa manfaat, yaitu: 1)
memberikan informasi yang dapat digunakan untuk memahami siswa dan menyikapinya, 2)
sebagai data identifikasi kebutuhan siswa, serta 3) perbaikan dan peningkatan layanan BK pada
masa yang akan datang.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang manajemen layanan bimbingan dan
konseling di SD Inklusi Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto, dapat digambarkan sebagai berikut:
Irham – Manajemen Bimbingan dan Konseling... 9

Gambar 1. Model Manajemen Layanan BK Komprehensif Terpadu di SD Inklusi


Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto

Hasil penelitian tentang pengelolaan layanan BK di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah


Purwokerto secara garis besar menunjukkan bahwa layanan BK perlu dikelola dengan lebih baik,
sesuai dengan SOP layanan BK yang ada. Hal ini dikarenakan layanan bimbingan dan konseling
(BK) merupakan layanan pendampingan terhadap peserta didik dalam rangka pengembangan
potensi peserta didik. Pengembangan potensi yang dimaksud adalah pengembangan aspek-aspek
perkembangan dan belajar (Kartadinata, 2011), serta permasalahan peserta didik dalam rangka
pengembangan potensi (Nasihin & Sururi, 2012). Indikator-indikator tersebut menjadi fokus
layanan BK supaya peserta didik mencapai kebahagiaan, kehidupan yang efektif dan produktif,
kesanggupan hidup bersama orang lain, dan keserasian cita-cita dengan kemampuan yang
dimilikinya (Sagala, 2011).
10 Jurnal Pamomong, Vol..., No..., Thn, Hal....-....

Layanan BK di institusi pendidikan secara khusus menurut ASCA adalah mendukung misi
sekolah dengan menekankan pada aspek prestasi akademik, perkembangan pribadi dan sosial, serta
perencanaan karir di masa depan (Gladding, 2012). Keempat komponen bidang layanan tersebut
meruapakan kesatuan utuh pembentuk karakter peserta didik. Dengan demikian, layanan BK di
sekolah bertujuan agar peserta didik mampu memahami diri sendiri dan mampu mengatasi
masalah yang dihadapi sehingga dapat mengembangkan potensi yang dimiliki.
Proses tersebut tidak akan terwujud ketika layanan BK di SD diselenggarakan masih
terintegrasi dengan mata pelajaran dan diberikan oleh guru kelas. Double peran seorang guru
sebagai guru kelas dan guru BK tidak akan pernah maksimal. Sehingga hasil penelitian Widada
serta Puspitaningsih dan Nursalim hakikatnya menunjukkan bahwa layanan BK saat ini di SD
secara masyoritas dilakukan seadanya. Seadanya dalam tanda kutip, yang penting ada layanan BK
sehingga dari sisi tujuan-tujuan layanan BK masih kurang diperhatikan.
Pelaksanaan layanan BK yang baik harus harus disesuaikan dengan tujuan dan jenjang
pendidikan (Winkel & Hastuti, 2007) Tujuan dan jenjang pendidikan SD berbeda dengan sekolah
lain. Pelaksanaan layanan BK di SD menghendaki adanya keterpaduan aspek-aspek program BK,
ketenagaan, teknik pemberian layanan, dan dukungan lingkungan (Kartadinata, dkk., 1999).
Keterpaduan program maksudnya adalah program BK hendaknya dimasukkan dalam program
pembelajaran dan program sekolah lainnya. Keterpaduan tersebut bukan tanpa dasar, karena
hakikatnya setiap pengetahuan (materi pelajaran) di dalamnya tesirat adanya nilai-nilai (Hartono,
2011). Oleh sebab itu, dalam setiap materi pelajaran di SD dipastikan juga terdapat nilai-nilai
layanan BK yaitu pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir yang juga perlu disampiakan
oleh guru-guru selain guru BK atau konselor.
Konsep layanan BK tersebut ternyata lebih dikembangkan dan dimodifikasi di SD Al-
Iryad Al-Islamiyyah Purwokerto menjadi layanan BK yang Komprehensif dan Terpadu. Secara
gamblang, implementasi layanan BK di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto dapat
digambarkan menjadi sebuah kerangka konseptual keterpaduan layanan BK di Sekolah Dasar
adalah sebagai berikut:
Irham – Manajemen Bimbingan dan Konseling... 11

Gambar 2. Kerangka Konseptual Keterpaduan Layanan BK di Sekolah Dasar

Model layanan BK komprehensif terpadu yang dipraktikkan di SD Al-Irsyad Al-


Islamiyyah Purwokerto merupakan modifikasi layanan BK di Sekolah Dasar. Model tersebut
merupakan kombinasi penyempurnaan model-model layanan BK Sparated dan layanan BK
integrated. Model tersebut adalah model layanan BK baru yang dikembangkan dan dikelola sendiri
oleh SD Al-Irsyad dengan berbagai penyempurnaan. Oleh sebab itu, secara teoritik layanan BK di
SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto merupakan model layanan BK yang secara teoritik
merupakan model manajemen BK di sekolah inklusi. Dengan demikian, masih diperlukan kajian
yang mendalam untuk menyempurnakan dan memformulasikannya sehingga dapat lebih
operasional untuk digunakan sekolah lain yang ingin melakukan modifikasi atau mengikuti model
layanan BK komprehensif terpadu di SD Inklusi.

KESIMPULAN

Layanan BK yang dipraktikkan di SD Inklusi Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto


menggunakan Manajemen BK Komprehensif-Terpadu. Manajemen BK Komprehensif-terpadu
yang dikembangkan SD Inklusi Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto memiliki beberapa
karakteristik yaitu menjadikan islam sebagai fondasi layanan, strategi dan teknik layanan yang
bernunansa islam serta terintegrasi dengan program, kegiatan, dan aktivitas sekolah. Manajemen
BK Komprehensif Terpadu di SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto menjalankan fungsi-fungsi
manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, penilaian,
pelaporan, dan tindak lanjut, serta keterpaduan seluruh SDM di SD Inklusi Al-Irsyad Al-
Islamiyyah Purwokerto. Manajemen BK Komprehensif Terpadu di SD Al-Irsyad Al Islamiyyah
Purwokerto melibatkan aspek kepemimpinan dan pembelajaran sebagai bagian yang tidak dapat
12 Jurnal Pamomong, Vol..., No..., Thn, Hal....-....

dilepaskan dari manajemen BK itu sendiri. Oleh sebab itu, untuk menjamin keterpercayaan dan
akuntabilitas layanan, BK SD Al-Irsyad Al-Islamiyyah Purwokerto menjunjung tinggi peran dan
fungsi kepemimpinan, perubahan yang sistematis, kolaborasi dengan berbagai pihak dan
pendampingan yang berkelanjutan.

DAFTAR RUJUKAN

ASCA. (2005). The ASCA National Model: Framework for School Counseling Program.
ASCA:Alexandria:.
Bafadal, I. (2012). Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: Dari Sentralisasi menuju
Desentralisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Bungin, B. (2001). Metode Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis Ke Arah Ragam Varian
Kontemporer. Jakarta: Raja Garafindo Persada.
Evertson, C M. dan Emmer, E T. (2011). Manajemen Kelas untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta:
KENCANA.
Gladding, S T. (2012). Konseling: Profesi yang Menyeluruh. Jakarta: Indeks.
Hanik, U. (2011). Implementasi TQM dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan. Semarang:
RaSAIL.
Hartono. (2011). Pendidikan Integratif. Purwokerto: STAIN Press.
Herawan, E & Hartini, N. 2009. “Manajemen Tenaga Pendidik dan Kependidikan” dalam
Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Kartadinata, dkk. (1999). Bimbingan di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.
Kartadinata, S. (2011). “Arah Kebijakan Pengembangan dan Kode Etik Prfesi Bimbingan dan
Konseling Indonesia” dalam Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Rajawali Pers.
Kemendikbud. (2013). Modul Impelementasi Program Bimbingan dan Konseling dalam
Kurikulum 2013. Jakarta: PPPPTK Penjas dan BK.
Moleong, L J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: ROSDA.
Muhyidin. (2012). “Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Perubahan: Studi Kepemimpinan Kepala
MIN Tempel Sleman Periode 2003-2012”, Jurnal Dialektika, Vol.2 No.1 Jan-Apr 2012.
Mulyasana, D.(2012). Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung: ROSDA.
Nasihin, S dan Sururi. (2012). Manajemen Peserta Didik dalam Majemen Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Nazir, M. (2011). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Nurihsan, A J. (2011). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung:
Refika Aditama.
Nurihsan, A J dan Sudianto, A. (2005). Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar.
Jakarta: Grasindo.
Piarce, J A. & Robinson, RB. (2011). Manajemen Strategis: Formulasi, Implementasi, dan
Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat.
Rahman, F. (2007). Modul Ajar Pengembangan dan Evaluasi Program BK. Yogyakarta: UNY.
Sagala, S. (2011). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.
Sahertian, P A. & Mataheru, F. (1981). Prinsip & Teknik Supervisi Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Sanjaya, W. (2013). Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur. Jakarta: Kencana.
Sarosa, S. (2012). Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks.
Sukardi, D. K. dan Kusmawati, D. N. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta.
Irham – Manajemen Bimbingan dan Konseling... 13

Winkel & Hastuti. (2007). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media
Abadi.
Wuryandani, W. (2014). “Internalisasi Nilai Karakter Disiplin di Sekolah Dasar”. (Unpublished
doctoral’s disertation). Bandung: UPI.
Yusuf, S. dan Nurihsan, A. J. (2010). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja
Rosda Karya dan UPI.

You might also like