Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

317

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TOILET TRAINING PADA ANAK AUTISM


SPECTRUM DISORDER

Dinda Annisa Silvia, Juhanaini1, Asep Deni Gustiana2

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Departemen Pedagogik,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia
Email : dindaannisa88@gmail.com
Abstract: Toilet training is an exercise using the bathroom properly and correctly. The
presence of toilet training teaching will help a lot for those who have not mastered toilet
training skills. this study aims to find out how the teacher in teaching Toilet training is
intended for children Autism Spectrum Disorder. The research method used is
descriptive method with qualitative approach. The location of the research was
conducted at Kindergarten Bunda Ganesha Jl. Dark Nyawang No. 2 Bandung. The
subject of this research is the teacher of Toilet training program instructor in the
children of Autism Spectrum Disorder. The results of the toilet training study conducted
an assessment first, after the results obtained by the teacher to analyze, the next step in
preparing the program required by the child. To teach children, the teacher refers to the
lesson plan and the material. That shows the pictures on how to use toilets and tools in
the bathroom. The teacher gives direct instruction with lecture method and toilet training
simulation and asks to practice it directly. teachers should often communicate with
parents so that after being taught by the teacher after school can be continued at home.

Keyword: toilet training , child autism spectrum disorder

Abstrak: Toilet training merupakan latihan menggunakan kamar mandi dengan baik dan
benar. Adanya pengajaran toilet training akan banyak membantu bagi mereka yang
belum menguasai keterampilan toilet training. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana cara guru dalam mengajarkan Toilet training yang diperuntukkan bagi anak
Autism Spectrum Disorder. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian dilaksanakan di Taman Kanak-kanak
Bunda Ganesa Jl. Gelap Nyawang No. 2 Bandung. Subjek penelitian adalah guru
pelaksana program pengajaran Toilet training pada anak Autism Spectrum Disorder.
Hasil penelitian pelaksanaan toilet training terlebih dahulu dilakukan assesmen, setelah
hasilnya diperoleh guru menganalisa, langkah selanjutnya menyusun program yang
dibutuhkan anak. Untuk mengajarkan kepada anak, guru mengacu pada RPP dan
materinya. Yaitu menampilkan gambar-gambar mengenai tata cara menggunakan toilet
dan alat-alat yang ada di kamar mandi. Guru memberi pengarahan secara langsung
dengan metode ceramah dan simulasi toilet training dan menyuruh mempraktekannya
secara langsung. guru harus sering berkomunikasi dengan orang tua agar setelah
diajarkan guru setelah disekolah bisa dilanjutkan dirumah.

Kata Kunci: Toilet training , Anak Autism Spectrum Disorder

PENDAHULUAN dengan jelas sebelum usia 3 tahun, yang


Anak Autism Spectrum Disorder berpengaruh pada kinerja anak.
merupakan anak yang mengalami karakteristik lain yang sering
gangguan perkembangan yang sangat berhubungan dengan anak Autism
kompleks, meliputi gangguan perilaku, Spectrum Disorder adalah keterlibatan
interaksi, gangguan perkembangan yang dalam kegiatan berulang dan gerakan
mempengaruhi bahasa, interaksi sosial, stereotip, perlawanan terhadap
umumya non verbal yang dapat diketahui lingkungan atau dalam rutinitas sehari-
318

hari, dan respon yang tidak biasa untuk bersekolah di TK Bunda Ganesa tersebut
pengalaman indrawi” (Hallahan dan diberikan pembelajaran bina diri toilet
Kauffman, 2009:425). Sedangkan training, sehingga menarik untuk diteliti
pengertian lain diungkap oleh Hanafi sesuai pendapat guru bahwa hal ini
(dalam Abdul Hadis, 2006: 43), autisme dikarenakan pembelajaran bina diri yang
adalah gangguan perkembangan organik ada di TK Bunda Ganesa didasarkan dari
yang mempengaruhi kemampuan anak- hasil asesmen, jadi setiap anak
anak dalam berinteraksi dan menjalani mendapatkan pembelajaran bina diri yang
kehidupannya. berbeda, sesuai kebutuhannya.
Layanan yang dibutuhkan oleh Berdasarkan hasil temuan di
anak Autism Spectrum Disorder agar lapangan, peneliti menemukan kasus
dapat berkembang salah satunya dengan subjek A merupakan anak Autism
layanan pendidikan. Karena semua anak Spectrum Disorder kelompok A berusia 4
berhak mendapatkan pendidikan. Tidak tahun, berjenis kelamin laki-laki dengan
terkecuali anak Autism Spectrum karakteristik belum mampu
Disorder. Sesuai dengan Undang-Undang berkomunikasi secara verbal dan
Dasar 1945 Pasal 31 (ayat 1) yang mempunyai gangguan perhatian yang
berbunyi “ Setiap warga negara berhak mengikuti pembelajaran bina diri toilet
mendapat pendidikan”. Penyelenggaraan training di sekolah. Pembelajaran bina
pendidikan untuk anak Autism Spectrum diri toilet training pada anak Autism
Disorder tentu tidak sama dengan anak Spectrum Disorder di TK Bunda Ganesa
pada umumnya. Penyelenggaraan Bandung menarik untuk dideskripsikan.
pendidikan bagi anak Autism Spectrum Hal ini dikarenakan program bina
Disorder sebaiknya adalah berorientasi diri toilet training diselenggarakan oleh
kepada kebutuhan anak agar didapatkan sekolah tersebut untuk anak Autism
hasil yang lebih fungsional. Spectrum Disorder yang mana anak
Salah satu layanan pendidikan Autism Spectrum Disordertersebut belum
bagi anak Autism Spectrum Disorder di mampu berkomunikasi secara verbal dan
TK Bunda Ganesa adalah program bina mengalami gangguan perhatian, sehingga
diri. Menurut Astati (2003:15) akan timbul sebuah pertanyaan
mengatakan bahwa bina diri adalah bagaimana cara mengajarkannya dan
“suatu usaha dalam membangun diri menjadi unik untuk dideskripsikan.
individu baik sebagai individu maupun Selain itu pembelajaran bina diri toilet
makhluk sosial melalui pendidikan training terselenggara dengan baik,
keluarga, di sekolah maupun di mampu membekali anak Autism
masyarakat, sehingga terwujud Spectrum Disorder dalam hal merawat
kemandirian dan keterlibatannya dalam diri sendiri sehingga mengurangi
kehidupan sehari-hari secara memadai”. ketergantungannya dengan orang lain dan
Tujuan akhir bina diri bagi anak Autism belum dideskripsikan secara rinci
Spectrum Disorder pada dasarnya pelaksanaannya yang mencakup
mengharapkan agar anak dapat mandiri persiapan pembelajaran, pelaksanaan
dalam merawat diri. Salah satu program pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran,
bina diri yang ada di TK Bunda Ganesa serta faktor penghambat pembelajaran
Bandung adalah pembelajaran bina diri bina diri toilet training.
toilet training pada anak Autism Spectrum
Disorder bertujuan untuk METODE
mengembangkan kemandirian anak Jenis Penelitian
dalam hal toilet training. tidak semua Penelitian ini merupakan
anak Autism Spectrum Disorder yang penelitian deskriptif dengan pendekatan
319

kualitatif. Menurut Tohirin (2012: 3) berdasarkan observasi awal di lapangan.


penelitian kualitatif adalah suatu Selanjutnya, setelah proposal selesai
penelitian fenomena tentang apa yang peneliti membuat instrument pelaksanaan
dialami oleh subjek penelitian misalnya dan melakukan pengumpulan data
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan dilakukan dengan teknik observasi,
lain-lain secara holistik dan dengan cara wawancara dan dokumentasi. Data
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan penelitian diperoleh melalui teknik
bahasa pada suatu konteks khusus yang pengumpulan data yang digunakan
alamiah. Penelitian deskriptif adalah disertai dengan pedoman observasi dan
penelitian yang menggambarkan secara pedoman wawancara. Pengolahan data
jelas tanpa ada perlakuan terhadap objek dilakukan sejak awal pengambilan data
yang diteliti. Penelitian ini menggunakan hingga akhir pengumpulan data. Hasil
pendekatan kualitatif karena peneliti olahan data disajikan ke dalam hasil
bermaksud untuk mendeskripsikan penelitian.
gambaran secara lebih rinci mengenai
pembelajaran bina diri toilet training pada Teknik Pengumpulan Data
anak Autism Spectrum Disorder di TK Pengumpulan data dilakukan
Bunda Ganesa Bandung, yang meliputi dengan menggunakan metode observasi,
persiapan pembelajaran, pelaksanaan wawancara dan dokumentasi. Teknik
pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan pengumpulan data ini bertujuan untuk
faktor penghambat pembelajaranbina diri mengumpulkan data terkait dengan
toilet training pada anak Autism Spectrum pembelajaran toilet training pada anak
Disorder di TK Bunda Ganesa Bandung. Autism Spectrum Disorder di TK Bunda
Ganesa Bandung, yang meliputi
Waktu dan Tempat Penelitian persiapan pembelajaran, pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan di TK pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan
Bunda Ganesa Bandung yang faktor penghambat pembelajaran bina diri
beralamatkan di Jl. Gelap Nyawang No. toilet training pada anak Autism Spectrum
2, Bandung. Waktu penelitian Disorder di TK Bunda Ganesa Bandung.
dilaksanakan pada bulan Januari –
Februari 2016. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis
Target / Subjek Penelitian degan cara reduksi data, display data dan
Subjek penelitian dari penelitian pengagambilan keputusan, serta
ini adalah anak Autism Spectrum keabsahan data. Data penelitian yang
Disorder kelompok A di TK Bunda diperoleh di reduksi dengan cara
Ganesa Bandung dan guru kelas yang merangkum, memilih hal yang pokok,
mengampu pembelajaran bina diri toilet memfokuskan pada hal yang penting
training di TK Bunda Ganesa Bandung. dicari tema dan polanya serta membuang
Karakteristik anak berjenis kelamin laki- hal yang tidak relevan dengan tujuan dan
laki, berusia 4 tahun, belum mampu masalah penelitian. Selanjutnya dibahas
berkomuniksi secara verbal dan dan disajikan dalam display data. Data
mempunyai gangguan perhatian yang penelitian yang telah di bahas
mengikuti pembelajaran bina diri toilet keterkaitannya antara tujuan dengan hasil
training di sekolah. penelitian, kemudian ditarik kesimpulan
sehingga dapat diketahui hasil dari
Prosedur pembelajaran toilet training pada anak
Penelitian dilakukan dengan Autism Spectrum Disorder yang
penyusunan proposal penelitian yang
320

dilaksanakan TK Bunda Ganesa 1. Persiapan Pembelajaran Toilet


Bandung. Training pada Anak Autism Spectrum
Keabsahan data menggunakan Disorder
triangulasi metode. Penerapan triangulasi Berdasarkan hasil observasi dan
metode yaitu dengan menggunakan wawancara yang dilakukan peneliti,
metode observasi. Peneliti melakukan diperoleh data mengenai persiapan
pengamatan selama pembelajaran toilet pembelajaran bina diri toilet training
training mengenai persiapan yang dilakukan oleh guru kelas pada
pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan awalnya adalah melakukan asesmen yaitu
faktor penghambat dalam pembelajaran kegiatan sistematis untuk mengumpulkan
bina diri toilet training pada anak Autism informasi, menemukenali kondisi,
Spectrum Disorder. Berdasarkan data kemampuan,serta kebutuhan belajar
hasil observasi yang telah diperoleh, anak Autism Spectrum Disorder guna
kemudian peneliti melakukan cross check menyusun program pembelajaran yang
dengan data hasil wawancara terhadap sesuai. Hasil asesmen menunjukkan
guru dan dokumentasi. kemampuan bina diri anak masih
rendah, belum mampu toilet training
HASIL DAN PEMBAHASAN secara mandiri. Asesmen dilakukan
Pembelajaran bina diri toilet pada pertama kali anak masuk di
training merupakan salah satu realisasi sekolah,namun untuk memberikan
program bina diri yang dijalankan oleh program yang lebih tepat lagi
TK Bunda Ganesa Bandung. Tujuan dari asesmen lanjutan dilakukan setiap awal
pembelajaran bina diri toilet training semester.
adalah untuk membekali peserta didik Sesuai hasil asesmen yang
dalam hal merawat dirinya sendiri, didapatkan, guru menetapkan suatu
mencakup mandi, gosok gigi, berpakaian program untuk mengembangkan
dengan harapan anak sedikit demi sedikit kemandirian anak, yaitu bina diri toilet
mempunyai kemampuan toilet training training. Program bina diri tersebut
yang baik sehingga dapat mengurangi dimasukkan dalam suatu pembelajaran
ketergantungannya dengan orang lain. yang disebut pembelajaran bina diri toilet
Sesuai hasil wawancara dengan guru training dengan tujuan pembelajaran
kelas dan hasil observasi, bahwa yaitu mengembangkan kemandirian anak
pemberian program bina diri toilet terkait toilet training merupakan suatu
training berdasarkan hasil asesmen yang kebutuhan individu yang setiap hari
dilakukan guru, yang mana subjek dilakukan. Tujuan pembelajaran
memang membutuhkan pembelajaran disesuaikan dengan hasil asesmen yaitu
bina diri toilet training agar mengenai kemandirian anak, kemampuan
kemampuan toilet training-nya baik toilet training anak yang masih belum
dan tidak bergantung kepada orang baik. Berdasarkan hasil asesmen yang
tua di rumah ataupun dengan guru dilakukan guru didapatkan hasil bahwa
pada saat di sekolah. Asesmen subjek memang membutuhkan program
dilakukan pada awal anak masuk di bina diri toilet training agar
sekolah tersebut dan dilakukan secara kemandiriannya lebih baik. Selanjutnya
berkala pada setiap awal semester. Dalam setelah melakukan asesmen,
pelaksanaan pembelajaran bina diri pembelajaran dilanjutkan dengan guru
toilet training ada tahap persiapan, menyusun Rencana Pelaksanaan
pelaksanaan serta evaluasi. Pembelajaran (RPP).
321

2. Pelaksanaan Pembelajaran Toilet tahapan-tahapan toilet training


Training pada Anak Autism Spectrum kemudian guru membimbing anak
Disorder. untuk mempraktekan toilet training
Berdasarkan hasil observasi dan sesuai tahapan-tahapan. Materi yang
wawancara yang dilakukan peneliti, pertama disampaikan adalah fungsi
diperoleh data mengenai pelaksanaan toilet training, dalam pembelajaran
pembelajaran toilet training pada anak ini guru menjelaskan kepada anak
Autism Spectrum Disorder di Taman bahwa fungsi toilet training adalah
kanak-kanak Bunda Ganesa. Pelaksanaan agar terbentuknya kemandirian anak.
pembelajaran toilet training dilakukan setelah itu dilanjutkan pengertian
melalui langkah pembelajaran yang alat-alat di kamar mandi dan
berupa pendahuluan, kegiatan inti, dan kegunaannya. Alat yang di kamar
penutup/ kegiatan akhir yang dapat mandi yang dimaksud meliputi
dideskripsikan sebagai berikut : gayung, ember, dan sabun. Guru
memberikan penjelasan kepada anak
a. Pendahuluan mengenai peralatan-peralatan
Pembelajaran diawali dengan tersebut satu persatu beserta
mengkondisikan anak di kelas fungsinya. Pada saat itu, guru
setelah istirahat kedua sudah selesai. mengambil gayung dan mengatakan
Setelah anak sudah terkondisikan kepada anak “GAYUNG” sambil
selanjutnya guru memberikan mensimulasikan gerakan menyiram
apersepsi dengan menunjukkan menggunakan gayung. Guru
gerakan tangan atau isyarat toilet mengambil sabun dan mengatakan
training pertanda bahwa saatnya pada anak “SABUN”. Setelah semua
pembelajaran toilet training. Hal ini peralatan diidentifikasikan nama dan
dikarenakan anak belum mampu kegunaanya kemudian guru
berkomunikasi secara verbal dengan mengetes anak dengan cara meminta
guru, melainkan dengan anak menunjuk benda yang
menggunakan gerakan-gerakan ditanyakan. Guru mengatakan
tertentu. Apresepsi diperjelas dengan “AMBIL SABUN”. Dengan bantuan
pejelasan guru secara lisan yang guru anak mengambil sabun yang
mengungkapkan materi berada di atas meja bersama dengan
pembelajaran selanjutnya adalah peralatan-peralatan toilet training
toilet training dan tujuanny agar anak yang lain. Setelah mampu
mampu toilet training dengan baik. mengambil benda yang diminta guru.
Karena peserta didiknya adalah anak Kemudian guru menjelaskan
Autism Spectrum Disorder, tahapan-tahapan toilet training
penyampaian materi dan tujuan dengan cara mensimulasikan dengan
pembelajaran juga sangat singkat sebuah gerakan. Guru juga meminta
lugas dan jelas. Pernyataan guru anak untuk menirukan gerakan-
pada saat itu gerakan guru. Setelah selesai guru
“kaa, kita ke kamar mandi yuk , kaka mengajak anak pergi ke kamar mandi
mau pipis atau pup tidak” untuk mempraktekkan toilet training
b. Kegiatan Inti sesuai tahapan-tahapannya.
Kegiatan inti pembelajaran Pada kegiatan inti selanjutnya
toilet training pada anak Autism dari pembelajaran toilet training pada
Spectrum Disorder adalah guru anak Autism Spectrum Disorder
menyampaikan materi yang terdiri adalah guru membimbing anak untuk
dari fungsi toilet training dan mempraktekan toilet training sesuai
322

dengan tahapan-tahapan, sebagai tangan sesudah melakukan toilet


berikut : training. Anak mampu melaksanakan
a. Guru membimbing anak untuk tugas, maka mendapatkan reward
masuk ke dalam kamar mandi “Toss’ dari guru. Kemudian guru
b. Guru meminta anak untuk melepas membimbing anak untuk kembali ke
pakaian dengan kata-kata yang jelas, kelas. Setelah itu guru mengevaluasi
dimulai dari celana, celana dalam. pembelajarannya yang telah
Anak belum melakukan yang dilaksanakan.
diminta guru, maka instruksinya lagi
“BUKA” setelah sampai tiga kali 3. Evaluasi Pembelajaran Toilet Training
intruksi anak belum melakukan, guru pada Anak Autism Spectrum Disorder.
memberikan prompt Evaluasi penyelenggaraan
c. Guru meminta anak meletakkan program bina diri toilet training yang
celana di gantungan/kapstok. Dengan tersusun dalam suatu pembelajaran di
cara isyarat menunjuk pakaian anak Taman kanak-kanak Bunda Ganesa
yang sudah dilepas dan menunjuk berguna untuk mengetahui keberhasilan
kapstok yang ada di kamar mandi pembelajaran tersebut. Evaluasi yang
dan mengatakan “GANTUNGKAN” digunakan guru berupa evaluasi tes dan
d. Guru membimbing anak non tes. Evaluasi meliputi sikap anak
membiasakan duduk di closet ketika mengikuti pembelajaran dan mengikuti
buang air besar atau buang air kecil semua instruksi dari guru, serta
dengan intruksi “DUDUK” kemampuannya melaksanakan tahapan-
e. Guru meminta anak untu tahapan toilet training. Evaluasi tes
membersihkan diri setelah buang air digunakan guru pada saat meminta anak
besar atau buang air kecil. Dalam mengidentifikasikan peralatan toilet
tiga kali instruksi anak belum training. Evaluasi non tes digunakan guru
membersihkan diri atau cebok pada saat mengamati proses
dengan benar, maka guru pembelajaran bina diri toilet training
memberikan prompt berlangsung kemudian dicatat dalam
f. Guru meminta anak untuk menyiram sebuah buku. Hasil dari evaluasi berguna
closet setelah buang air besar atau untuk meningkatkan pembelajaran, dan
buang air kecil dengan cara guru memperbaiki hal-hal yang masih
berkata “SIRAM” dianggap belum berhasil atau belum
g. Guru membimbing anak untuk mencapai target. Guru biasanya membuat
memakai pakaian dimulai dari celana catatan pada setiap pembelajaran bina diri
dalam dan celana. Pada awalnya toilet training dalam buku, jadi setiap
guru hanya menginstruksikan saja selesai pembelajaran yang dilaksanakan
dengan mengatakan “PAKAI” kemudian dicatat untuk mengetahui dan
sambil memberikan celana anak, melihat kemampuan anak dalam hal toilet
namun setelah tiga kali instruksi training. Hal tersebut diungkapkan oleh
anak tidak melakukan kegiatan yang guru kelas bahwa :
diinginkan, maka guru memberikan “Setiap selesai pembelajaran toilet
bantuan dengan cara memakai celana training ini selalu dicatat, apa yang
anak. anak belum bisa. Kadang susah kalau
c. Penutup disuruh menyiram, pernah juga anak
Kegiatan akhir dari menyiram sudah bisa. Pakai celana
pembelajaran toilet training adalah anak kadang masih kesulitan. Jadi
guru memberi tugas kepada anak semua itu perlu dicatat biar tau
untuk mencuci tangan dan mengelap perkembangannya”
323

Selain mencatat setiap berbicara dan berbahasa yang lebih


kemampuan yang dimiliki anak, evaluasi baik tentunya tingkat keberhasilannya
pembelajaran ini juga dilakukan dengan akan lebih cepat dan lebih baik.
rapat bersama dengan orang tua anak. Terlebih lagi anak masih kadang-
rapat biasanya dilakukan pada saat kadang keadaan emosinya tidak stabil.
penerimaan rapot. Di mana saat itu guru b. Faktor Eksternal
bersama dengan orang tua anak Faktor eksternal yang
membicarakan perkembangan anak, menghambat keberhasilan
termasuk dalam hal kemandirian. pembelajaran toilet training menurut
wawancara guru adalah sikap orang
4. Faktor penghambat dalam tua yang masih memanjakan anak saat
Pembelajaran Toilet Training pada di rumah, selalu melayani keinginan
Anak Autism Spectrum Disorder. anak. dengan kondisi yang seperti itu,
Dalam pelaksanaan kegiatan maka kemandirian anak akan
pembelajaran toilet training pada anak terhambat, tidak bisa berkembang.
Autism Spectrum Disorder, tentunya Karena pembelajaran di sekolah
tidak terlepas dari faktor penghambat membutuhkan dukungan juga dari
kegiatan pembelajaran yang akan pihak keluarga.
berpengaruh pada keberhasilan
pembelajaran yang dilaksanakan. Pembahasan
Kendala atau masalah belajar baik intern
Berdasarkan analisis data di atas,
maupun ekstern dapat dikaji dari dimensi
pembelajaran bina diri toilet training
guru maupun dimensi anak, sedangkan
yang diselenggarakan Taman kanak-
dikaji dari tahapannya masalah belajar
kanak Bunda Ganesa bertujuan untuk
dapat terjadi pada waktu sebelum
mengembangkan kemandirian anak
kegiatan pembelajaran, selama proses
dalam hal toilet training dengan harapan
belajar dan sesudah kegiatan
anak sedikit demi sedikit mempunyai
pembelajaran.
kemampuan teoilet training yang baik
Melalui hasil wawancara dengan guru
sehingga dapat mengurangi
dapat diungkap bahwa faktor penghambat
ketergantungan dengan orang lain.
dalam pembelajaran toilet training ini
Tujuan ini sama halnya dengan pendapat
adalah sebagai berikut :
dari Astati (2011: 8) bahwa tujuan bina
a. Faktor Internal
diri adalah “untuk mengembangkan
Menurut guru, anak Autism
keterampilan dasar dalam memlihara dan
Spectrum Disorder yang saat ini
memenuhi kebutuhan anak tunagrahita
sedang ditangani termasuk berat
sehingga dapat hidup mandiri dengan
sehingga menghambat keberhasilan
tidak / kurang bergantung pada orang lain
pembelajaran. Akan tetapi guru
dan mempunyai tanggung jawab sesuai
berusaha semaksimal mungkin untuk
dengan kemampuannya baik sebagai
mengembangkan kemandirian anak.
makhluk individu maupun sebagai
selain derajat gangguan Autism
makhluk sosial”. Anak Autism Spectrum
Spectrum Disorder yang disandang
Disorder dengan anak tuna grahita sama-
anak tergolong berat, kemampuan
sama memiliki kemandirian yang kurang
berbicara dan berkomunikasi anak
maka tujuan diberikannya pembelajaran
juga belum baik yang mana ini
bina diri adalah untuk membekali
tentunya menghambat keberhasilan
kemandirian mereka sehingga
pembelajaran toilet training. karena
mengurangi ketergantuan dengan orang
semakin anak Autism Spectrum
lain.
Disorder memiliki kemampuan
324

Selanjutnya setelah melakukan maupunyang tidak diinginkan bisa


asesmen, persiapan pembelajaran dikontrol atau dibentuk dengan system
dilanjutkan dengan guru menyusun reward dan punishment. Pemberian
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran reward akan meningkatkan frekuensi
(RPP) yang mencakup perencanaan munculnya perilaku yang diinginkan,
tujuan, materi, metode, media, dan sedangkan punishment akan menurunkan
evaluasi pembelajaran. frekuensi munculnya perilaku yang tidak
Pelaksanaan pembelajaran toilet diinginkan. Reward yang diberikan guru
training pada anak Autism Spectrum dalam pembelajaran toilet training ini
Disorder di TK Bunda Ganesa Bandung berupa pujian dan “toss” apabila anak
sudah sesuai dengan pendapat mengikuti instruksi yang diberikan guru.
Darmawan, D. dan Permasih (2011: 133) Metode pengajaran yang digunakan
yang menyebutkan bahwa proses belajar adalah DDT (Discrete Trial Training)
meliputi kegiatan awal hingga akhir yaitu metode yang berstruktur menuruti
pembelajaran yang meliputi :1) kegiatan pola tertentu dan bisa ditentukan awal
awal berupa apersepsi, penyampaian dan akhirnya. DDT terdiri dari instruktur,
tujuan pembelajaran maupun pretest. 2) prompt, respon, konsekuensi dan interval
kegiatan inti merupakan aktivitas waktu antara instruksi yang satu dengan
pemberian materi melalui berbagai instruksi yang lain. Intruksi yang
strategi dan metode. 3) kegiatan akhir digunakan guru pada saat pembelajaran
yaitu menyimpulkan pembelajaran. bina diri toilet training menggunakan
Karena di dalam pelaksanaan kata-kata yang singkat jelas dan lugas
pembelajaran bina diri toilet training dengan intonasi yang sama sehingga anak
sudah meliputi kegiatan awal, kegiatan dapat lebih mudah memahaminya.
inti dan penutup. Evaluasi penyelenggaraan
Pelaksanaan pembelajaran bina program bina diri toilet training yang
diri toilet training pada anak Autism tersusun dalam suatu pembelajaran di
Spectrum Disorder di Taman kanak- Taman kanak-kanak Bunda Ganesa
kanak Bunda Ganesa Bandung dapat Bandung berguna untuk mengetahui
dipahami berbeda dengan pembelajaran keberhasilan pembelajaran tersebut.
bina diri untuk anak pada umumnya, Menurut Sudjana (2006: 9-10) penilaian
pelaksanaan pembelajaran ini disesuaikan (evaluating) adalah kegiatan
dengan kondisi anak yaitu menggunakan mengumpulkan, mengolah dan dan
metode Aplied Behavior Analysis (ABA). menyajikan data untuk masukan dalam
Terapi ABA adalah metode tatalaksana pengambilan keputusan mengenai
perilaku yang berkembang sejak puluhan program yang sedang dan atau telah
tahun, ditemukan psikolog Amerika, dilaksanakan. Evaluasi tes dilakukan
Universitas California Los Angeles, pada saat praktik toilet training, anak
Amerika Serikat, Ivar O. Lovaas mampu membedakan peralatan-peralatan
(Handojo, 2008: 15), sehingga banyak toilet training apa tidak. Sedangkan
orang yang telah menggunakan istilah evaluasi non tes dilakukan dengan
“Lovaas Therapy” atau “Lovaas Method” mengamati kemampuan anak pada saat
untuk “Intensive Behavior Treatment” mempraktikkan toilet training kemudian
(IBI). setelah selesai pembelajaran dicatat
Ivaar Lovaas telah dalam sebuah buku catatan.
mengembangkan tatalaksana perilaku Tingkat keberhasilan pelaksanaan
untuk anak-anak Autism Spectrum pendidikan dan pengajaran bagi anak
Disorder. Dasar pemikiran tatalaksana Autism Spectrum Disorder dipengaruhi
perilaku, yaitu perilaku yang diinginkan oleh beberapa faktor. Menurut Azwandi,
325

Y. (2005: 158), faktor yang menghambat keberhasilan


mempengaruhi pembelajaran anak Autism pembelajaran bina diri toilet
Spectrum Disorder adalah : training. terlebih lagi anak masih
1. Berat ringannya kelainan/ gejala kadang-kadang keadaan emosinya
Autism Spectrum Disorder yang tidak stabil.
dialami anak, anak Autism b. Faktor Eksternal
Spectrum Disorder yang derajat Faktor eksternal yang
gangguannya berat akan lebih menghambat keberhasilan
lambat mencapai keberhasilan pembelajaran bina diri toilet
dibandingkan yang lebih ringan training adalah sikap orang tua
gangguannya. Jadi semakin ringan yang masih memanjakan anak saat
tingkat gangguan Autism Spectrum di rumah, selalu melayani
Disorder yang dialami anak, maka keinginan anak. Dengan kondisi
kemungkinan keberhasilan menjasi yang seperti itu, maka kemandirian
lebih cepat dan lebih baik. anak akan terhambat, tidak bisa
2. Usia pada saat diagnosis dilakukan. berkembang.
Semakin dini usia anak ketika Dari faktor penghambat yang
dilakukan diagnosis, maka program ditemui dalam pembelajaran bina diri
penyembuhan dan program toilet training pada anak Autism Spectrum
pendidikan biasanya lebih Disorder di Taman kanak-kanak Bunda
menunjukkan keberhasilan dan Ganesa Bandung maka dapat
sebaliknya semakin lambat disimpulkan bahwa pembelajaran bina
dilaksanakan diagnosis maka diri toilet training pada anak Autism
semakin sulit atau berat mencapai Spectrum Disorder dapat dilhat
keberhasilan. keberhasilannya apabila dijalankan secara
3. Tingkat kemampuan bicara dan kontinyu dan konsisten. Pembelajaran ini
bahasa. Anak Autism Spectrum dilakukan setiap hari, sesuai dengan
Disorder yang memiliki pendapat salah satu guru yang mengajar
kemampuan berbicara dan di Taman kanak-kanak Bunda Ganesa
berbahasa yang lebih baik tentunya Bandung, bahwa pembelajaran bina diri
tingkat keberhasilannya akan lebih lebih ditekankan pada pembiasaan
cepat dan lebih baik. kepada anak didiknya.
Dalam pelaksanaan pembelajaran
bina diri toilet training pada anak Autism
Spectrum Disorder, tentunya tidak
terlepas dari faktor penghambat kegiatan SIMPULAN DAN REKOMENDASI
pembelajaran yang akan berpengaruh
pada keberhasilan pembelajaran yang SIMPULAN
dilaksanakan. Faktor penghambat dalam Implementasi pembelajaran bina
pembelajaran bina diri toilet training pada diri toilet training pada anak Autism
anak Autism Spectrum Disorder di Spectrum Disorder di Taman kanak-
Taman kanak-kanak Bunda Ganesa kanak Bunda Ganesa Bandung,ditarik
Bandung ini adalah sebagai berikut : kesimpulan sebagai berikut :
a. Faktor Internal 1. Pembelajaran bina diri toilet training
Subjek merupakan anak yang dilaksanakan di Taman kanak-
Autism Spectrum Disorder tipe kanak Bunda Ganesa Bandung
berat, kemampuan berbicara dan memiliki tujuan umum untuk
berkomunikasi anak juga belum mengembangkan kemandirian anak
baik yang mana ini tentunya Autism Spectrum Disorder dalam hal
326

toilet training. Dan tujuan khusus a) dengan guru meminta anak untuk
anak mampu mengerti fungsi toilet mencuci tangan dan mengelap
training, b) anak mampu mengerti tangan sesudah melakukan toilet
peralatan-peralatan yang ada di training dan membimbing anak
kamar mandi meliputi sabun, untuk kembali ke kelas. lalu
gayung, sikat gigi dan pakaian, c) 4. Evaluasi pembelajaran bina diri toilet
anak mampu mengerti kegunaan training pada anak Autism Spectrum
peralatan-peralatan kamar mandi, d) Disorder meliputi evaluasi tes dan
anak mampu mengerti tahapan- non tes.
tahapan toilet training dengan benar 5. Factor penghambat dalam
2. Persiapan pembelajaran bina diri pembelajaran toilet training meliputi
toilet training diawali dengan guru factor internal yaitu anak tergolong
melakukan asesmen terhadap anak, Autism Spectrum Disorder yang
dilanjutkan dengan menentukan berat, mempunyai kemampuan
program yang sesuai dengan hasil berbicara dan berkomunikasi belum
asesmen kemudian menyusun RPP. baik dan factor eksternal yaitu
3. Pelaksanaan pembelajaran bina diri dukungan keluarga yang kurang
toilet training pada anak Autism Karena selalu melayani dan
Spectrum Disorder dilaksanakan memanjakan anak di rumah.
melalui 3 tahapan :
a. Pendahuluan / Kegiatan Awal REKOMENDASI
Pembelajaran dimulai 1. Bagi Guru
dengan pengkondisian anak di a. Diharapkan pada kegiatan
kelas. Selanjutnya guru memberi evaluasi pembelajaran bina diri
apersepsi dan menyampaikan toilet training disediakan
materi dan tujuan pembelajaran instrument yang disusun secara
dengan singkat lugas dan jelas. sistematis, sehingga setiap aspek
b. Kegiatan Inti tahapan-tahapan toilet training
Kegiatan inti yang dipelajari anak Autism
pembelajaran bina diri toilet Spectrum Disorder lebih dapat
training yaitu guru terlihat perkembangannya.
menyampaikan materi toilet b. Hendaknya guru dengan orang tua
training, fungsi toilet training, anak lebih menjalin hubungan
peralatan dan tahap-tahapan toilet yang baik dalam rangka
training dengan menggunakan mengembangkan kemandirian
metode ceramah dan metode anak.
simulasi. Kemudian mengajak 2. Bagi Orang Tua
dan membimbing anak masuk a. Sebaiknya orang tua tidak
kamar mandi. Selanjutnya memanjakan anak pada saat di
membimbing dan rumah, agar anak belajar mandiri.
menginstruksikan anak untuk b. Diharapkan langkah pembelajaran
toilet training sesuai tahapan- bina diri toilet training dapat
tahapannya. Apabila dalam 3 kali diterapkan di rumah.
instruksi anak tidak mampu 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
melaksanakan, maka guru Diharapkan bagi penelitian
memberikan prompt. selanjutnya lebih memperluas
c. Penutup / Kegiatan Akhir wilayah generalisasi, tidak hanya
Penutup pembelajaran bagi anak Autism Spectrum Disorder
bina diri toilet training dilakukan seperti subjek dalam penelitian ini
327

sehingga manfaat penelitian yang di


dapat lebih banyak.

Daftar Rujukan

Abdul, Hadis. (2006). Pendidikan Anak


Berkebutuhan Khusus Autistik.
Bandung : Alfabeta
Astati dkk, (2003). Program Khusus Bina
Diri Bisakah aku Mandiri. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Pembinaan
Pendidikan Luar Biasa.
Astati. (2011). Bina Diri Untuk Anak
Tunagrahita, Edisi kedua.
Bandung: Amanah Offset.
Azwandi, Yosfan. (2005). Mengenal dan
Membantu Penyandang Autis.
Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Darmawan, D. & Permasih. (2011).
Kurikulum & Pembelajaran.
Jakarta: Rajawali Pers.
Sudjana, D. (2006). Pendidikan
Nonformal (Wawasan,
Sejarah,Perkembangan Filsafat,
Teori Pendukung Asas). Bandung:
Falah Production.
Hallahan, D.P. & Kauffman, J.M. (1988).
Exceptional Children. Virginia:
Prentice hall International, Inc
Handojo. (2008). Autisma. Jakarta: PT.
Bhuana Ilmu Populer.
Tohirin. (2013). Metode Penelitian
Kualitatif dalam Pendidikan dan
Bimbingan Konseling. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.

You might also like