Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

MAKALAH ILMU TASAWUF

TASAWUF FALSAFI

Dosen Pembimbing:
Dr., M. Arrafie Abduh, M.Ag.

Disusun Oleh:
MUHAMMAD NAUFAL HILMI
12230211470

ILMU ALQURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2022
2

ABSTRAK

Philosophical Sufism has emerged clearly in Islamic treasures since the sic=xt
century Hijrah even though the characters wre only known later in the century.
Since then, this type of Sufism lived and developed, espexially among Sufis
who ere also philosophy in philosophical Sufism teaching led to the teachings
of Sufism teachings of Sufism of this type mixed with a number of
philosophical teachings outside of Islam, such as Greece, Persia, India and
Chrintianity. However, his priginality as Sufism still does not diappear.
Sufism and philosophy were fused, so the two had a very close relationship.
Of course, in an effort to reach the knowledge of God, it takes unusual
thinking and is able to penetrate the spaces of physics. But lately many
consider the two as contradictory things.
In simple terms, Sufism is defined as the lifestyle of a Sufi which mostly leads
to the purification of the soul in order to be closer to God. This paper is
qualitative, with a library
research approach. Philosophical Sufism began to develop since the 6th and
7th centuries Hijri. In Indonesia, philosophical Sufism was popularized by
several well-known Sufi figures, for the Sumatra region philosophical Sufism
was disseminated by Hamzah al-Fansuri, Syamsuddin al-Sumatrani, Abd al-
Ra'uf al-Singkili. As for the Java region, the figure who is famous for
popularizing philosophical Sufism is Shaykh Siti Jenar. The figures and
doctrines of philosophical Sufism are: Al-Hallaj with the concept of Hulul,
Suhrawardi with the concept of Illumination, Ibn 'Arabi with the concept of
Wahdah Al-Wujud, and Abu Yazid Al-Bustami with the concept of Fana' and
Baqo'
Keywords: Sufism, Philosophical.
3

DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................1
DAFTAR ISI ...................................................................2
BAB 1
Latar Belakang.....................................................4
RUMUSAN...........................................................5
MASALAH TUJUAN............................................5
BAB 2
Pengertian Tasawuf Falsafi ................................6
Ajaran Tasawuf Falsafi ......................................7
Karya Tasawuf.....................................................12
Pengaruh Tasawuf...............................................13

BAB 3

Kesimpulan.....................................................................17

Daftar Pustaka ...............................................................18


4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tasawuf adalah salah satu bagian yang terpenting dalam


kehidupan umat Islam. Ilmu tasawuf merupakan sebuah cabang ilmu
yang dapat membantu terwujudnya manusia yang berkualitas.
Tasawuf yakni suatu ilmu yang bermakna mendekatkan diri kepada
Allah dengan mahabbah yang sedekat-dekatnya.

Tasawuf berasal dari Bahasa Arab, dari kata “tashowwafa,


yatashowwafu, tashowwuf” yang artinya berbulu banyak, dan ini
merupakan seorang sufi atau menyerupai ciri khas seorang sufi yang
pakaiannya terbuat dari bulu domba atau wol. Tasawuf merupakan
ilmu dalam Agama Islam yang berfokus menjauhi hal-hal duniawi.

Salah satu jenis ilmu tasawuf adalah tasawuf falsafi. Tasawuf


falsafi merupakan ajaran tasawuf yang dimana mengenal Tuhan
dengan dengan pendekatan filsafat sampai menuju sebuah tingkatan
yang lebih tinggi. Makalah ini merangkum hal-hal yang berkaitan
dengan tasawuf falsafi menurut Fadhlullah al-Burhanfuri, Ahmad
Sirhindi dan Sulthan Akbar, mulai dari pengertian, ajaran, karya dan
pengaruhnya.
5

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tasawuf falsafi menurut Fadhlullah al-
Burhanfuri, Ahmad Sirhindi dan Sulthan Akbar?
2. Bagaimanakah ajaran tasawuf falsafi dari Fadhlullah al-
Burhanfuri, Ahmad Sirhindi dan Sulthan Akbar?
3. Apa saja karya tasawuf falsafi dari Fadhlullah al-Burhanfuri,
Ahmad Sirhindi dan Sulthan Akbar?
4. Bagaimanakah pengaruh tasawuf falsafi dari Fadhlullah al-
Burhanfuri, Ahmad Sirhindi dan Sulthan Akbar?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian tasawuf falsafi menurut
Fadhlullah al-Burhanfuri, Ahmad Sirhindi dan Sulthan Akbar
2. Mengetahui ajaran tasawuf falsafi dari Fadhlullah al-Burhanfuri,
Ahmad Sirhindi dan Sulthan Akbar
3. Menambah wawasan mengenai karya tasawuf falsafi dari
Fadhlullah al-Burhanfuri, Ahmad Sirhindi dan Sulthan Akbar
4. Mengetahui pengaruh tasawuf falsafi dari Fadhlullah al-
Burhanfuri, Ahmad Sirhindi dan Sulthan Akbar
6

BAB II

PEMBAHASAN

TASAWUF FALSAFI

I. Pengertian Tasawuf Falsafi

Tasawuf Falsafi secara bahasa terbagi menjadi dua kata, yakni


Tasawuf dan Filsafat. Tasawuf artinya adalah kecintaan terhadap
Tuhan, sedangkan Filsafat adalah yang berkenaan mengenai akal
atau fikiran.

Tasawuf falsafi merupakan sebuah ajaran yang membaurkan


visi rasional dan visi mistis untuk memfokuskan kepada kebahagiaan
sejati.1 Tasawuf falsafi merupakan tasawuf yang dibaurkan dengan
filsafat. Cara memperoleh ilmu pada tasawuf falsafi ini menggunakan
rasa dan diuraikannya menggunakan rasio. 2 Tasawuf falsafi ini dalam
pengungkapannya menggunakan terminologi filosofis.

Tasawuf Falsafi, semua ajaran dan konsepsinya dengan


bahasa-bahasa yang simbolik dan filosofis, sehingga menjadi hal
biasa ketika mayoritas sufi yang memiliki paham tasawuf ini
mempunyai ekstasi dan mengeluarkan pendapat yang tidak awam. 3

1
Rosihon, A. (2010). Akhlak Tasawuf (10ed.). Bandung: Pustaka Setia.
2
Muhammad Fuadi. (2013). Memahami Tasawuf Ibnuu Arabi dan Ibnuu al Farid: Konsep al Hubb
Illahi Wahdat al Wujud, Wahdah al Syuhud dan Wahdat al Adyan. Ulul Albab Jurnal Studi Islam,
14(2)
3
Al-Jilili. M.Sholihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005), h.10
7

Maka tasawuf falsafi adalah kajian yang dilakukan terhadao


Tuhan, manusia dan lainnya dengan menggunakan metode rasio atau
akal dan diungkapkan dengan terminologi filosofis.

II. Ajaran Tasawuf Falsafi


Ajaran tasawuf falsafi pertama kali dilakukan oleh para filsuf
Muslim yang mengalami Helenisme ilmu.
Ajaran tasawuf falsafi ini banyak mengarah kepada teori-teori
yang berselok-belok atau rumit, sehingga memerlukan pemahaman
yang mendalam yang mengedeankan akal.
Adapun ajaran-ajaran dalam tasawuf falsafi, sebagai berikut:
 Fana dan Baqa
Fana memiliki pengertian yakni tidak tampaknya
sesuatu4, baqa artinya kekal.
Fana adalah meninggalkan sifat tercela dan baqa yakni
menimbulkan sifat-sifat terpuji.5 Fana adalah lenyapnya sifat-
sifat basyariyah, akhla tercela, kebodohan serta perbuatan
maksiat pada diri manusia, lalu Baqa merupakan kekalnya sifat-
sifat Tuhan, akhlak terpuji, ilmu pengethuan serta mensucikan
diri dari dosa dan maksiat.
 Ittihad
Ittihad adalah gabungan dari 2 hal menjadi satu.
 Hulul
Merupakan suatu jenjang dimana manusia dan Tuhan
menyatu secara rohaniah.
 Wahdat al-Wujud
4
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Grafindo Persada,2006), h. 231
5
Afif Anshori. Tasawuf Filsafat Syaikh Hamzah Fansuri (Jakarta: Gelombang Pasang, 2004).h. 167
8

Wahdat al-wujud berarti kesatuan wujud.


 Isyraq
Al-Isyraq artinya bersinaratau memancarkan cahaya.
Konsep tasawuf al-Isyraq tipe tasawuf paling asli diantara
konsep-konsep tasawuf yang sealiran.
a. Ajaran Fadhlullah al-Burhanpuri
Tuhan menyatakan dirinya di dalam Tujuh Martabat, martabat
pertama disebut martabat tanzih (martabat tidak nyata, tidak terlihat/
terindrawi) dan martabat kedua sampai martabat ketujuh disebut
martabat tasybih.
Allah SWT itu ada dan keberadaannya itu tanpa bentuk, tanpa
ukuran dan tanpa batas. Walau demikian Allah dapat dipahami,
dimengerti, dan dilihat dengan bentuk dan ukuran melalui alam
semesta seisinya yan telah diciptakan-Nya. Wujud Allah itu Esa dan
merupakan hakikat wujud-wujud (makhluk). Dengan demikian,
seseorang yang ingin memahami Wujud Allah SWT ia harus
mengetahui ilmu yang bertingkat-tingkat (mutadarrijan) dan dikenal
dengan ajaran Martabat Tujuh. 6
Ajaran Martabat Tujuh Fadhlullah al-Burhanpuri
 Ahadiyyah (Adanya Dzat yang Esa).
Dzat itu mutlak, tidak bernama, tidak bersifat dan tidak
memiliki hubungan apapun hingga orang tidak dapat
mengetahuinya. Oleh karena itu Tuhan di tempatkan pada
temapat yang disebut La ta’ayyun (kenyataan yang tidak nyata)
dan bersifat Azali (tidak berawal) dan Abadi (tidak berakhir).
6
Al-Burh anpuri, Muhammad Fadhlullah.t.t. at-Tuchfatul Mursalah ila Ruchin Nabi Shallal-Lahu
‘Alaihi wa SallamA. Naskah Koleksi Pribadi Drs. Nurdin AR., M.Hum. Peuniti, Banda Aceh
9

 Martabat Wahdah (Ke- Ada-an sifat yang memiliki keesaan).

Pada tahap ini Dzat yang mutlak lagi Esa itu


mengandung dalam diri-Nya semacam kejamakan akali dan
bentuk sifat tersebut. Oleh karena itu, pada tahap ini disebut
dengan Ta’ayyun Awwal (kenyataan pertama).

 Martabat Wahidiyyah (keadaan Asma yang meliputi hakikat


keesaan).
Pada tahap ini, segala sesuatu yang terpendam itu
sudah dibedakan dengan tegas dan terperinci. Tahap ini juga
disebut dengan tahap Ta’ayyun Tsani.
 Martabat Alam Arwah.
Ditahap ini kenyataan yang terpendam (kenyataan yang
tetap) mengalir keluar mengambil bentuk alam arwah. Tahap ini
juga disebut ‘A’yan Kharijiyyah (kenyataan yang ada diluar)
atau Ta’ayyun Tsalits.
 Martabat Alam Mitsal.
Merupakan alam ide dan merupakan pembatasan antar
alam arwah dan alam jisim. Disebut juga Ta’ayyun
Rabi’(kenyataan ke empat)
 Martabat Alam Ajsam.

Merupakan tahap alam anasir yang halus, disebut juga


Ta’ayyun Khamis (kenyataan kelima).

 Martabat Alam Insan.


10

Merupakan tahap dunia gejala dan tajalli (pancaran)


Tuhan dalam dunia ini. Proses selanjutnya berupa memperoleh
kesempurnaanya dalam bentuk manusia. Tajalli tuhan yang
sesungguhnya hanya pada insan Kamil, yaitu para Nabi dan
Wali. 7

b. Ajaran Ahmad Sirhindi


a) Sinkronisasi Shariah, Thariqah dan Haqiqah.
Ahmad Sirhindi mengungkapkan bahwa shariah terbagi
menjadi tiga, yitu ilmu, amal dan ikhlas. Adanya tariqah dan
haqiqah merupakan usaha untuk menyempurnakan bagian
syariat yang ketiga, yakni ikhlas.
Ahmad Sirhindi berpendapat bahwa shariah merupakan bagian
terpenting dan mendasar dalam Tasawuf.
b) Purifikasi Ajaran Tarekat
Ia mengajarkan bahwa realitas “hakikat” sufi pada
umumnya betentangan dengan syariat.ajaran tasawuf Sirhindi
dapat digolongkan sebagai neosufisme yang cenderung
menimbulkan aktifitas ortodoks dan menanamkan kembali
sikap yang positif terhadap dunia.
c) Penolakan terhadap Wahdah al-Wujud.
Sirhindi menganggap bahwa wahdat al-wujud merupakan
biang keladi dari segala penyimpangan yang melanda tarekat
pada saat itu. Menurut konsep ini, semua wujud adalah satu
dalam realitas dan tiada satupun bersama Tuhan.wujud tiada

7
Sangidu. Konsep Martabat Tuju Dalam At-Tuchfatul Mursalah Karya Syaikh Muhammad
Fadhlullah Al-Burhanpuri: Kajian Filologis Dan Analisis Resepsi. 2002.Journal. Vol. 14
11

lain adalah al-Haq itu sendiri karena tidak satupun dalam wujud
selain Dia.
Dalam pengamatannya, Ahmad Sirhindi menyampaikan
beberapa kesimpulan tentang doktrin tersebut, yaitu:
 Wahdat al-Wujud bukanlah tauhid para Rasul.
 Doktrin tersebut bertentangan dengan ajaran Islam,
karena ajaran tersebut mengidenttikkan dunia dengan
Tuhan sehingga penyembahan terhadap berbagai objek
akan disamakan dengan peyembahan Tuhan.
 Kepercayan terhadap zat tunggal merupakan fenomena
subjektif. Buktinya pada bagaimana riwayat muculnya
gagasan tersebut.
 Wahdatul wujud merupakan ajarn tauhid baru, karena
selama dua ratus tahun yang dibicarakan adalah Tauhid
Shuhudi.
 Tauhid wujudi tidak diperlukan untuk mencapai fana
karena tauhid shuhudi sudah cukup untuk
mengantarkan kepada fana dan mewujudkan ikhlas
merupaka tujuan tertinggi suluk sufi.
d) Teori Wahdat al-Shuhud

Sirhindi merumuskan bahwa Tauhid Shuhudi adalah melihat


zat tunggal dan menyatakan tidak ada sesuatu kecuali zat
tunggal, dan bukan berarti yang lain itu tidak ada.
12

Sedangkan Tauhid Wujudi adalah meyakini bahwa yang ada


hanya zat tunggal dan yang lain dianggap tidak ada atau hanya
perwujudan dari zat tunggal.8

c. Ajaran Sultan Akbar


Di dalam sebuah karya Sultan Akbar yang berjudul Din-i Ilaihi
mengajarkan untuk memandang semua agama adalah sama agar
semua rakyat dapat perlakuan yang sama berdasarkan atas undang-
undang keadilan. 9

III. Karya Tasawuf Falsafi Fadhlullah al-Burhanfuri, Ahmad Sirhindi dan


Sultan Akbar
a. Fadhlullah al-Burhanfuri
 At-Tuchfatul Mursalah
Naskah yang berbahasa Arab berisikan ajaran Martabat Tujuh
yang sudah diajarkan oleh Fadhlullah kepada muridnya, syaikh
Syamsuddin as-Sumatra. Ajaran didalam naskah ini berhubungan
dengan hubunga vertikal antar manusia dan Tuhan. 10
b. Ahmad Sirhindi

Adapun karya syekh Amhad Sirhindi yakni:

 Mabda wa Ma’ad
 Isbath an-Nubuwah
 Ma’arif la Duniyah

8
Rohman Fatur.2014. Ahmad Sirhindi dan Pembaharuan Tarekat.. Wahana Akademi. Vol 1 No.2.
Universitas Islam Nahdhatul Ulama. Journal
9
Christoper P. Holland, Akbar and The Mughal State: The Quest for Legitimization in Hindustan.2.
10
Al-Burh anpuri, Muhammad Fadhlullah.t.t. at-Tuchfatul Mursalah ila Ruchin Nabi Shallal-Lahu
‘Alaihi wa SallamA. Naskah Koleksi Pribadi Drs. Nurdin AR., M.Hum. Peuniti, Banda Aceh
13

 Adab al-Muridin
 Mukasyafah al-Kahibuyah
 Risalah Takhliliyah
 Syarah Rubaiyyat Khwaja Baqi Billah
 Maktubat Imam Rabbani
 Al-Ma’arif Ludunniyah
 Sharhi Rabbaniyat
 Al-Risalah al-Tahliliyat
 Mukshafat ‘ayniyyah
 Ta’liqat al-Ma’arif11

c. Sultan Akbar

Karya-karya Syekh Sultan Akbar:

 Sulh-i Kull
 Din i Ilahi12

IV. Pengaruh Tasawuf Falsafi


 Fadhlullah al-Burhanpuri

Fadhlullah al-Burhanpuri dalam aryanya Tuhfah al-Mursalah


berhasil memantapkan 7 tahapan manifestasi wujud Tuhan, yaitu:

1. Ahadiyyah
2. Wahdah
11
Rohman Fatur.2014. Ahmad Sirhindi dan Pembaharuan Tarekat.. Wahana Akademi. Vol 1 No.2.
Universitas Islam Nahdhatul Ulama. Journal
12
Christoper P. Holland, Akbar and The Mughal State: The Quest for Legitimization in
Hindustan.2.
14

3. Wahidiyyah
4. Alam arwah
5. Alam Mitsal
6. Alam Ajsam
7. Alam Insan

Di Indonesia ajaran Tujuh Martabat dari Syaikh Burhanpuri menjadi


ciri khas ajaran tarekat Syattariyah. Ini disebabkan karena di
Nusantara waktu itu telah tersebar ajaran Ibnu Arabi, al-Jili, kemudian
Martabat Tujuh dalam ajaran wujudiyah dengan tokoh-tokoh terkenal,
seperti Syaikh Ibrahim Kurani, Hamzah Fansuri, Nurudin ar-Raniri dan
terakhi syekh Abdul Rauf Ibn Ali Singkil yang merupakan murid dari
Syekh Ibrahim Kurani.13

 Ahmad Sirhindi

Pengaruh dari ajaran Ahmad Sirhindi merupakan purifikasi


sufisme dan pembersihan tarekat dari praktek menyimpang dengan
menekankan sikap kembali kepad Al Quran dan Hadist. Pemikiran
Surhindi tentang hal diatas dipandang lebih berpengaruh terhadap
perlembangan tarekat di masa depan14
 Sultan Akbar
Pengaruh tasawuf Islam, khususnya yang bercorak falsafi,
terhadap pemikiran dan konsep sulh-i kull yang digagas Akbar, yang
kemudian ia terapkan dalam pengambilan kebijakan politik-
keagamaannya, memang tidak secara langsung terjadi. Akbar
13
Al-Burh anpuri, Muhammad Fadhlullah.t.t. at-Tuchfatul Mursalah ila Ruchin Nabi Shallal-Lahu
‘Alaihi wa SallamA. Naskah Koleksi Pribadi Drs. Nurdin AR., M.Hum. Peuniti, Banda Aceh
14
Rohman Fatur.2014. Ahmad Sirhindi dan Pembaharuan Tarekat.. Wahana Akademi. Vol 1 No.2.
Universitas Islam Nahdhatul Ulama. Journal
15

Benampaknya tidak membaca buku-buku tasawuf falsafi secara


langsung baik melalui guru sufi di sekelilingnya, maupun melalui
koleksi buku-buku yang ada di perpustakaan pribadinya.
Akbar memahami konsep-konsep tasawuf melalui dialog,
diskusi, serta internalisasi ajaran universalitas tasawuf yang
berdasarkan pengalaman pribadinya langsung. Sebagai sebuah
konsep pemikiran, sulh-i kull tentu tidak hanya bersumber dari satu
pengaruh saja. Keadaan sosio-kultur saat Akbar hidup
memungkinkannya untuk menyerap berbagai pemahaman dan
pemikiran dari banyak agama dan keyakinan. Namun sebagai sebuah
kebijakan yang bersumber dari seorang Muslim seperti Akbar, tentu
pertimbangan terbesar bagi Akbar ialah keselarasannya dengan
prinsip-prinsip Islam yang diyakininya, yang nampaknya ia temukan
dalam ajaran dan doktrin tasawuf yang dikenal mengajarkan sikap
inklusif dalam beragama, serta kedamaian universal bagi seluruh umat
manusia.
Konsep-konsep yang ditemukan dalam tasawuf falsafi, seperti
wahdah al-wujud, wahdah al-adyan, cinta ilahi, agama cinta, dan
paham-paham filosofis lainnya yang mengandaikan ajaran-ajaran
inklusif dan kebebasan, diduga kuat memiliki pengaruh terbesar dalam
perkembangan pemahaman keagamaan Akbar. Kedekatan Akbar
dengan para ulama, sufi, dan pemikir kebebasan sedikit banyak yang
dihormati Akbar, yang juga mewarisi ajaran wahdah al-wujud Ibnu
Arabi, memiliki peran yang juga signifikan dalam pembentukan
pemahaman Akbar.
Dengan demikian, dapat dikatakan konsep sulh-i kull yang
digagas Akbar sedikit banyak dipengaruhi oleh ajaran agamanya
16

sendiri melalui doktrin-doktrin tasawuf. Substansi dari kebijakan Akbar


yang menghendaki keegaliteran pada rakyatnya tanpa melihat latar
belakang agama merupakan bagian dari ajaran inklusif tasawuf yang,
selain fokus membersihkan jiwa dari kotoran moral, juga mengajak
umat manusia untuk menebarkan cinta ilahi yang penuh kasih sayang
dan kelembutan. Berangkat dari pijakan ini pula, dapat dikatakan
bahwa Akbar melakukan reformasi yang penting dalam sejarah politik
Islam, yaitu praktik politik kebinekaan yang didasarkan humanism
universal.15

BAB III

KESIMPULAN

15
Irfanullah, Gumilar. 2021. Pengaruh Tasawuf Islan Slam Konsep Kedamaian Universal (Sulh
IKull) Sultan Mungal Jalaluddin Akbar. Journal. Vol. 7 No.1
17

Tasawuf berasal dari Bahasa Arab, dari kata “tashowwafa,


yatashowwafu, tashowwuf” yang artinya berbulu banyak, dan ini merupakan
seorang sufi atau menyerupai ciri khas seorang sufi yang pakaiannya terbuat
dari bulu domba atau wol. Tasawuf merupakan ilmu dalam Agama Islam yang
berfokus menjauhi hal-hal duniawi.

Salah satu jenis ilmu tasawuf adalah tasawuf falsafi. Tasawuf falsafi
merupakan ajaran tasawuf yang dimana mengenal Tuhan dengan dengan
pendekatan filsafat sampai menuju sebuah tingkatan yang lebih tinggi.

Adapun ajaran-ajaran dalam tasawuf falsafi, sebagai berikut:


 Fana dan Baqa
 Ittihad
 Hulul
 Wahdat al-Wujud
 Isyraq

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Grafindo Persada,2006), h. 231


18

Afif Anshori. Tasawuf Filsafat Syaikh Hamzah Fansuri ( Jakarta: Gelombang


Pasang, 2004).h. 167

Al-Burh anpuri, Muhammad Fadhlullah.t.t. at-Tuchfatul Mursalah ila Ruchin


Nabi Shallal-Lahu ‘Alaihi wa SallamA. Naskah Koleksi Pribadi Drs. Nurdin
AR., M.Hum. Peuniti, Banda Aceh

Al-Jilili. M.Sholihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, (Jakarta: Raja


Grafindo Persada, 2005), h.10

Christoper P. Holland, Akbar and The Mughal State: The Quest for
Legitimization in Hindustan.2.

Irfanullah, Gumilar. 2021. Pengaruh Tasawuf Islan Slam Konsep Kedamaian


Universal (Sulh IKull) Sultan Mungal Jalaluddin Akbar. Journal. Vol. 7 No.1

Muhammad Fuadi. (2013). Memahami Tasawuf Ibnuu Arabi dan Ibnuu al


Farid: Konsep al Hubb Illahi Wahdat al Wujud, Wahdah al Syuhud dan
Wahdat al Adyan. Ulul Albab Jurnal Studi Islam, 14(2).

Rohman Fatur.2014. Ahmad Sirhindi dan Pembaharuan Tarekat. . Wahana


Akademi. Vol 1 No.2. Universitas Islam Nahdhatul Ulama. Journal

Sangidu. Konsep Martabat Tuju Dalam At-Tuchfatul Mursalah Karya Syaikh


Muhammad Fadhlullah Al-Burhanpuri: Kajian Filologis Dan Analisis Resepsi .
2002.Journal. Vol. 14

You might also like