Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 19
2 Pembebanan Gempa untuk Bangunan Gedung 2.1 Ketentuan Umum Peraturan Gempa Indonesia Perencanaan struktur bangunan tahan gempa bertujuan untuk mencegah terjadinya keruntuhan struktur yang dapat berakibat fatal pada saat terjadi gempa. Berdasarkan SNI Gempa, yaitu SNI 03-1726-2002 (BSN, 2002a), Kinerja struktur pada waktu menerima beban gempa dapat diklasifikasikan sebagai berikut. 1. Akibat gempa ringan, struktur bangunan tidak boleh mengalami kerusakan baik pada elemen strukturalnya maupun pada elemen non struktural. 2. Akibat gempa sedang, elemen struktural bangunan tidak boleh rusak tetapi elemen nonstrukturalnya boleh mengalami kerusakan ringan, namun struktur bangunan masih dapat dipergunakan. 3. Akibat gempa besar, baik elemen struktural maupun elemen nonstruktural bangunan akan mengalami kerusakan, tetapi struktur bangunan tidak boleh runtuh. Gempa ringan berdasarkan SNI Gempa didefinisikan sebagai gempa dengan kemungkinan terlampaui sebesar 60% dalam rentang umur layan bangunan 50 tahun. Gempa dengan karakteristik seperti ini adalah gempa dengan periode ulang 50 tahun atau gempa yang sering terjadi. Di beberapa referensi, seperti SEAOC Vision 2000 (FEMA 451, 2006), gempa sedang ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkinan terlampaui sebesar 50% dalam tentang umur layan bangunan 50 tahun, yaitu gempa dengan perioda ulang 75 tahun atau gempa yang kadang-kadang_ terjadi. Sedangkan gempa besar ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkinan terlampaui sebesar 10% dalam rentang umur layan bangunan 50 tahun, yaitu_ gempa dengan periode ulang 500 tahun atau gempa yang jarang, terjadi. 16 Iswandi Imran & Fajar Hendrik, Perencanaan Struktur Gedung Beton... Gempa dasar untuk perencanaan berdasarkan SNI Gempa didefinisikan sebagai gempa dengan kemungkinan terlewati sebesar 10% dalam rentang umur layan bangunan 50 tahun; yaitu gempa dengan periode ulang 500 tahun, Berdasarkan filosofi desain yang ada (FEMA 451, 2006), tingkat kinerja struktur bangunan akibat gempa rencana adalah life safety, yaitu walaupun struktur bangunan dapat mengalami tingkat kerusakan yang cukup parah namun keselamatan penghuni tetap terjaga karena struktur bangunan tidak sampai runtuh. Secara umum, respon struktur gedung yang baik terhadap gempa kuat (yaitu gempa yang lebih besar daripada gempa rencana) ditetapkan dalam SNI Gempa sebagai kemampuan suatu struktur gedung untuk mengalami simpangan pascaelastik yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat beban gempa di atas beban gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan signifikan pertama, sambil mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup, sehingga struktur gedung tersebut tetap berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan, Untuk dapat mencapai hal ini, elemen-elemen struktur bangunan yang mengalami respon pascaelastik harus memiliki tingkat daktilitas perpindahan yang memadai, Berdasarkan SNI Gempa, daktilitas perpindahan didefinisikan sebagai rasio antara simpangan maksimum struktur gedung pada saat mencapai kondisi di ambang keruntuhan dan simpangan struktur gedung pada saat terjadinya pelelehan signifikan pertama. Struktur gedung dapat didesain dengan tingkat daktilitas penuh (memiliki nilai daktilitas perpindahan minimum 5,3) atau dengan daktilitas parsial {memiliki nilai daktilitas di antara 1,0 (elastik penuh) dan 5,3}. Gambar 2.1 memperlihatkan respon struktur bangunan terhadap gempa. Sebagaimana disampaikan sebelumnya di Bab 1, struktur bangunan tahan gempa umumnya direncanakan terhadap gaya gempa nominal (V,). Gaya gempa nominal tersebut dihitung sebagai hasil bagi gaya gempa elastik (V.) terhadap nilai faktor modifikasi respon struktur (R), yaitu: Yj=Giw, dan V,=-% @1) Dengan notasi-notasi pada persamaan (2.1) dan Gambar 2.1 adalah: I = Faktor keutamaan struktur bangunan = I; /; W, _ =Berat total struktur gedung, termasuk beban hidup yang sesuai f = Faktor kuat lebih total sistem struktur = fi fa C, = Nilai faktor respon gempa yang didapat dari spektrum respons Pembebanan Gempa Untuk Bangunan Gedung 17 Gambar 2.1. Respons Bangunan terhadap Gempa 2.1 Parameter Penentuan Beban Gempa Peta Gempa dan Spektrum Respon Berdasarkan uraian di atas, parameter utama dalam penentuan beban gempa desain V, adalah C, 1, dan R. Nilai C, diperoleh dari spektrum respon yang berlaku di wilayah tempat bangunan berada. Spektrum respon tersebut dapat dibentuk berdasarkan peta gempa yang berlaku saat ini, di mana Indonesia pada dasarnya dibagi atas enam wilayah gempa (Gambar2.2). Gambar 2.2. Wilayah Gempa Indonesia dengan Percepatan Puncak Batuan Dasar untuk Periode 500 Tahun (BSN, 2002a) 18 Iswandi Imran & Fajar Hendrik, Perencanaan Struktur Gedung Beton... } Pada peta gempa di atas, diperlihatkan juga nilai percepatan puncak di batuan dasar untuk masing-masing wilayah; di mana nilai percepatan puncak tersebut menggambarkan parameter gempa rencana yang harus diperhatikan dalam perencanaan. Tergantung pada jenis tanah di lokasi tempat bangunan yang didesain berada, nilai percepatan puncak di batuan dasar diamplifikasi dengan nilai tertentu untuk mendapatkan_nilai percepatan di permukaan tanah (4,). Tabel 2.1 memperlihatkan nilai 4, untuk seluruh wilayah gempa di Indonesia. Nilai A, ini kemudian digunakan untuk memformulasikan spektrum respon (Gambar 2.3). Secara konseptual, hal ini merupakan adaptasi dari peraturan gempa berdasarkan UBC-97 (UBC, 1997). Tabel 2.1. Nilai A, untuk Berbagai Wilayah Gempa (BSN, 2002a) : Ao jenis Tanah [wa w2 w3 wa | ws | w6 Batuan dasar 0,03 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 Tanah keras 0,04 0,12 0,18 0,24 0,28 0,33 ‘ransneedargi (| 0,05 =) 0,15° | 02400] 20,26%| 021. | 0,36 Tanah tunak_ 0,08 0,20 0,30 0,34 0,36 0,38 Gambar 2.3. Bentuk Tipikal Spektrum Respon Gempa Rencana (BSN, 2002a) Pada spektrum respon gempa rencana di atas (Gambar 2.3), berlaku ketentuan-ketentuan sebagai berikut. © An =2,5 4A, * T, =0,5 detik untuk tanah keras = 0,6 detik untuk tanah sedang = 1,0 detik untuk tanah lunak Pembebanan Gempa Untuk Bangunan Gedung 19 = TST, Ci=Am © T>T.9C,=A,/T Nilai A, pada Gambar 2.3 didefinisikan sebagai A, = An T:. Tabel 2.2 memperlihatkan nilai Ar untuk berbagai wilayah gempa di Indonesia. Tabel 2.2. _Nilai A, untuk Berbagai Wilayah Gempa (BSN, 2002a) ; A, ten" wa wa | wa | we | We | we Batuan dasar_| 0,03 | 0,10 | 0,15 | 0,20 | 0,25 | 0,30 Tanah keras 0,05 | 0,15 | 0,23 | 0,30 | 0,35 | 0,42 Tanah sedang | 0,08 | 0,23 | 0,33 | 042 | 0,50 | 0,54 Tanah lunak 0,20 | 0,50 | 075 | 085 | 0,90 | 0,95 Jenis profil tanah di lokasi bangunan yang, direncanakan dapat ditentukan berdasarkan Tabel 2,3. Pada tabel tersebut, parameter tanah yang dapat digunakan untuk menentukan jenis profil tanah adalah y, (nilai kecepatan rambat gelombang geser), Nyy (nilai SPT) dan s, (nilai kuat geser niralir). Tabel 2.3. _Jenis Profil Tanah (BSN, 2002a) Nilai karakteristik tanah rata-rata pada profil tanah setebal 30 m dari permukaan Jenis Profil Tanah Kecepatan rambat Nilai kuat geser gelombang geser Nilai Nsor niralir (m/det) (kPa) Tanah Keras = 350 > 50 > 100 Tanah Sedang 175 - 350 15 - 50 50 = 100 Tanah Lunak <175 <15 < 50 Tanah Khusus _--~ => Diperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi Berdasarkan SNI Gempa, tanah lunak juga dapat didefinisikan sebagai profil tanah setebal > 3 m dengan PI (indeks plastisitas) > 20, w, (kadar air alami) 2 40% dan S, (kuat geser niralir) < 25 kPa. Nilai karakteristik tanah rata-rata yang dimaksud dalam tabel di atas adalah nilai rata-rata berbobot masing-masing besaran dengan tebal setiap lapisan tanah, 1, sebagai besaran pembobotnya, yang harus dihitung menurut persamaan-persamaan berikut ini. (2.2) 20 Iswandi Imran & Fajar Hendrik, Perencanaan Struktur Gedung Beton... s (23) (24) dengan subscript i menunjukkan lapisan tanah ke -i, Karena dihitung sebagai nilai rata-rata berbobot, maka kehadiran suatu lapisan tanah yang memiliki nilai parameter yang sangat rendah (misalnya nol) dalam suatu profil tanah akan menyebabkan rendahnya nilai karakteristik tanah rata- rata yang dihasilkan. Gambar 2.4 memperlihatkan contoh penggunaan spektrum respon untuk menentukan nilai C, berdasarkan nilai waktu getar (periode) alami struktur bangunan, 7}. Bila 7, struktur = 0,73 detik maka untuk lokasi di wilayah gempa 5 dengan jenis tanah sedang, nilai C; = 0,68 (Gambar 2.4.). Zona Gempa 5 2 ann seers c= 235 aah eras 02 0506 10 20 30 — Gambar 2.4. Contoh Penerapan Spektrum Respon untuk Penentuan C; Waktu Getar Alami Struktur Bangunan Gedung (T) Sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2.4, besaran parameter C, sangat dipengaruhi oleh estimasi nilai waktu getar alami struktur bangunan (7}). Kesalahan dalam mengestimasi nilai 7, dapat menghasilkan nilai C; yang underestimate, Berdasarkan SNI Gempa, waktu getar alami struktur Pembebanan Gempa Untuk Bangunan Gedung 21 bangunan gedung dapat dihitung dengan analisis vibrasi bebas 3 dimensi atau diestimasi dengan menggunakan persamaan-persamaan empiris. Cara kedua biasanya menghasilkan estimasi nilai T, yang lebih konservatif. Oleh karena itu, metode estimasi nilai 7 dengan menggunakan persamaan empiris ini direkomendasikan oleh beberapa peraturan dunia seperti UBC- 97 dan ASCE 7-05. Berdasarkan UBC-97, nilai waktu getar alami struktur dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan-persamaan empiris berikut: T=0,0731 H** untuk SRPM beton T=0,0488 H™* untuk sistem struktur lainnya. Pada persamaan di atas, H adalah tinggi total struktur bangunan gedung (meter). Berdasarkan ASCE 7-05, waktu getar alami aproksimasi (7,) dapat dihitung, sebagai: Ta= Cy hy? (25) dengan h, adalah tinggi total bangunan gedung dalam meter. Nilai C,dan x pada persamaan (2.5) bergantung pada jenis struktur bangunan yang ditinjau (lihat Tabel 2.4). Tabel 2.4. Nilai Parameter C, dan x (ASCE, 2005) Jenis struktur ce im Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM) baja 0,0724 0,80 Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM) beton. 0,0466 | 0,90 Sistem Rangka Bresing Eksentris (SRBE) 0,0731 0,75 Sistem struktur lain 0,0488 0,75 ASCE. 7-05 juga memberikan persamaan yang lebih sederhana untuk menghitung waktu getar alami struktur, yaitu: T,=0,1N (26) dengan N= jumlah lantai Persamaan (2.6) hanya berlaku untuk struktur SRPM baja atau SRPM beton, dengan tinggi struktur maksimum 12 lantai dan tinggi antar lantai minimal 3 meter. Selain itu, untuk sistem struktur dinding geser masonry atau beton, persamaan alternatif yang diberikan adalah (ASCE, 2005): 22. Iswandi Imran & Fajar Hendrik, Perencanaan Struktur Gedung Beton... oe] dengan Ap = luas lantai dasar struktur, m2 A; = luas penampang badan dinding geser ke -i dalam m? D, = panjang dinding geser ke-i dalam m H, = tinggi dinding geser ke-i dalam m x = jumlah dinding geser yang efektif dalam memikul beban lateral pada arah yang ditinjau Faktor Modifikasi Respon Struktur, Rasio Daktilitas, dan Kuat Lebih Faktor modifikasi respon struktur R mengindikasikan tingkat daktilitas yang dimiliki struktur bangunan. SNI 03-1726-2002 (BSN, 2002a) memberikan suatu persamaan umum untuk mengestimasi nilai R awal struktur bangunan. Persamaan yang dimaksud adalah: R=fixu (2.7) dengan yp merupakan nilai rasio daktilitas perpindahan yang. dimiliki struktur dan f, adalah gabungan kuat lebih desain dan bahan, yang nilainya ditetapkan 1,6. Nilai daktilitas perpindahan tersebut didefinisikan sebagai rasio antara perpindahan maksimum yang dapat diberikan oleh struktur terhadap perpindahan di saat kelelehan signifikan pertama pada struktur. Konsekuensi diadopsinya nilai R tertentu untuk suatu struktur bangunan adalah pada saat terjadi proses plastifikasi, struktur bangunan tersebut harus mampu memberikan deformasi maksimum sebesar paling tidak R/1,6 kali lebih besar daripada deformasi struktur di saat mengalami kelelehan signifikan pertama, tanpa mengalami keruntuhan. Untuk membuktikan bahwa kondisi tersebut dapat dicapai maka harus dilakukan verifikasi melalui analisis beban limit (batas), misalnya dengan menggunakan metode analisis pushover. Tabel 2.5 memberikan nilai daktilitas maksimum, faktor modifikasi respon maksimum dan faktor kuat lebih total struktur yang direkomendasikan untuk berbagai sistem struktur penahan beban gempa. Faktor kuat lebih total struktur, yaitu parameter f pada Tabel 2.5, merupakan representasi Pembebanan Gempa Untuk Bangunan Gedung 23. karakteristik sistem struktur yang cenderung memiliki kuat aktual yang lebih tinggi daripada kuat rencananya. Nilai kuat lebih total struktur ini pada dasarnya merupakan fungsi daripada kuat lebih desain, kuat lebih bahan, dan kuat lebih sistem struktur. Nilai kuat lebih desain diperoleh diantaranya dari nilai faktor reduksi dan. faktor beban yang digunakan dalam perencanaan serta dari praktik pembulatan hasil hitungan yang umum dilakukan dalam suatu pekerjaan desain, Nilai kuat lebih material dapat berasal dari kuat aktual material yang digunakan, yang umumnya lebih besar daripada nilai kuat bahan yang disyaratkan dalam spesifikasi teknis (lihat Bab 1) dan juga dari sifat strain hardening material. Nilai kuat lebih sistem struktur timbul karena elemen-elemen struktur pada kenyataannya didesain berdasarkan envelope gaya dalam maksimum di masing-masing elemen struktur akibat berbagai kombinasi beban yang ditinjau. Selain itu, nilai kuat lebih sistem struktur tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat redundancy (gaya lebih) yang dimiliki oleh sistem struktur. Tabel 2.5. Faktor daktilitas maksimum, faktor modifikasi respon maksimum dan faktor kuat lebih total struktur untuk beberapa jenis sistem dan subsistem struktur gedung een Bacar eae 1. Dinding geser beton 1. Sistem dinding penumpu ag (Sistem struktur yang beriaens, tidak memiliki rangka 2. Dinding penumpu dengan ruang pemikul beban rangka baja ringan dan 18 | 28 2,2 gravitasi secara lengkap. bresing tarik Dinding penumpu atau [3. Rangka bresing di mana sistem bresing memikul bresingnya memikul beban hampir semua beban oravitasi gravitasi. Beban lateral a) Baja 28 | 44 22 dipikul dinding geser Aes Férroks bresinal. b) Beton bertulang (tidak untuk wilayah 5 dan 6) 1.Rangka bresing eksentris 18) 28 2,2 4,3 | 7,0 2,8 baja (RBE) 2. Dinding geser beton ae aa | 6S 2.8 2. Sistem rangka gedung —_[ 3. Rangka bresing biasa (Sistem struktur yang a) Baja 361 56 rr pada dasarnya memiliki s “ ¢ fang nang parniieal b) Beton bertulang (tidak | 36] 5.6 22 beban gravitasi secara untuic.wilayah 5 dan 6), lengkap. Beban lateral__ | 4.Rangka bresing konsentrik | 44 | 6 4 3 dipikul dinding geser khusus (baja) . < atau rangka bresing). 5.Dinding geser beton 40 | 65 28 bertulang berangkai daktail_ |“ i ; 6.Dinding geser beton bertulang kantilever daktail | 3,6 | 6,0 28 penuh L 24 Iswandi Imran & Fajar Hendrik, Perencanaan Struktur Gedung Beton... Tabel 2.5 Faktor daktilitas maksimum, faktor modifikasi respon maksimum dan faktor kuat lebih total struktur untuk beberapa jenis sistem dan subsistem struktur gedung (lanjutan) Sooo struktur gedung 7,.Dinding geser beton bertulang kantilever daktail | 3,3 | 5,5 28 parsial | 1.Rangka pemikul momen | khusus (SRPMK) | 3. Sistem rangka pemikul a) Baja 5,2 | 85 2,8 | momen (Sistem struktur 'b) Beton bertulang 5,2 | 8,5 2.8 | ¥eRg bade dasamiye: 2.Rangka pemikul momen | memiliki rangka ruang Trenzngeh beton (sRPmM) | 23 | 5:5 2,8 pemikul beban gravitasi 7 ai fecaralengkap. Beban | > Rangka pemikul momen lateral dipikul rangka Dies ) pemikul momen. a) Baja 27 [45 28 terutama melalui b) Beton bertulang 2a | 35 2.8 mekanisme lentur) @:Rangka batang baja perikul momen khusus 40 | 65 28 (SRBPMK) L.Dinding geser 4) Beton bertulang dengan SRPMK beton bertulang | °2 | 85 28 4, Sistem ganda (Terdiri Sy eter ibernilang ener pet ; SRPMB baja 26 | 42 28 rangka ruang yang memikul seluruh SE eee: (aa ee. | 2a beban gravitasi; ss] 2) pemikul beban lateral | 2-RBE baja berupa dinding geser | _a) Dengan SRPMK baja Be) es 28 atau rangka bresing b) Dengan SRPMB baja 26 | 42 | 28 ees etaed 3.Rangka bresing biasa pemikul momen. Rangka pemikul a) Baja dengan SRPMK ao | 6s a momen harus baja direncanakan secara b) Baja dengan SRPMB terpisah mampu baja 28 | 42 be memilul sekurang= ¢) Beton bertulang dengan kurangnya 25% dari SRPMK beton bertulang seluruh beban lateral; (tidak untuk wilayah 5 | #0 | 65 ) 28 3) kedua sistem harus dan 6) direncanakan untuk d) Beton bertulang dengan memikul secara bersama-sama Cdak nee Hae 26] 42 | 28 seluruh beban lateral A dan 6) lengan reniuaristkan 4,Rangka bresing konsentrik interaksi/sistem khusus ganda) a) Baja dengan SRPMK baja 46] 75 2,8 b) Baja dengan SRPMB | bale 26 | 4,2 28 Pembebanan Gempa Untuk Bangunan Gedung 25 Tabel 2.5 Faktor daktilitas maksimum, faktor modifikasi respon maksimum dan faktor kuat lebih total struktur untuk beberapa jenis sistem dan subsistem struktur gedung (lanjutan) 5. Sistem struktur gedung kolom kantilever: (Sistem struktur yang __| Sistem struktur kolom du || oo 26 memanfaatkan kolom kantilever z . = kantilever untuk memikul beban lateral) 6. Sistem interaksi dinding Beton bertulang biasa (tidak 34 5,5 2.8 geser dengan rangka untuk wilayah 3, 4, 5, dan 6) . F " 1.Rangka terbuka baja 5,2 85 2,8 2.Rangka terbuka beton bertulang 52] 85 2.8 3.Rangka terbuka beton 7. Subsistem tunggal bertulang dengan balok eal ee oy (Subsistem struktur beton pratekan (bergantung 7 7 ’ bidang yang membentuk pada indeks baja total) struktur gedung secara |". Dinding geser beton keseluruhan) bertulang berangkai daktail | 4,0 | 6,5 28 penuh 5.Dinding geser beton bertulang kantilever daktail 33 5,5 28 parsial Berdasarkan Gambar 2.1, faktor kuat lebih total sistem struktur (f) merupakan produk perkalian antara f, dan f, dengan f; adalah faktor kuat lebih yang berasal dari gabungan faktor kuat lebih desain dan faktor kuat lebih bahan, sedangkan f; adalah faktor kuat lebih sistem struktur. Dalam perencanaan struktur bangunan tahan gempa, kuat lebih material biasanya diterapkan untuk perencanaan hierarki plastifikasi antar elemen- elemen struktur bangunan, sedangkan kuat lebih total struktur diterapkan untuk perencanaan hierarki plastifikasi antara struktur atas dan struktur bawah (pondasi). Lihat Bab 3 untuk pembahasan mengenai_hierarki plastifikasi. Berdasarkan Tabel 2.5, nilai faktor modifikasi respon struktur sistem ganda, sebagai contoh sistem ganda yang merupakan kombinasi sistem dinding geser dan SRPMK, dapat mencapai maksimum 8,5. Hal ini dimungkinkan karena adanya second defense mechanism yang berasal dari plastifikasi struktur SRPM yang dirancang mampu menyerap minimum 25% beban lateral gempa (IBC, 2003). 26 Iswandi Imran & Fajar Hendrik, Perencanaan Struktur Gedung Beton... Faktor Keutamaan Struktur Bangunan Faktor keutamaan struktur bangunan (/) berdasarkan SNI 03-1726-2002 (BSN, 2002a) ditentukan sebagai kombinasi dari 2 nilai faktor keutamaan dasar, yaitu: I=hh (2.8) dengan /, adalah faktor untuk penyesuaian periode ulang gempa terkait dengan penyesuaian probabilitas terjadinya gempa selama umur layan bangunan, dan /; adalah faktor untuk penyesuaian periode ulang gempa terkait dengan penyesuaian umur layan gedung. Bangunan-bangunan seperti rumah sakit yang harus tetap berfungsi setelah terjadinya gempa rencana, yaitu gempa 500 tahunan, harus didesain terhadap gaya gempa yang kemungkinannya terlewati selama umur layan bangunan 50 tahun adalah kurang dari 10%. Hal ini bertujuan agar struktur bangunan maksimal memiliki kinerja immediate occupancy (operational) setelah terjadinya gempa 500 tahunan. Dalam SNI Gempa, hal ini terwakili pada nilai parameter /. Bangunan-bangunan landmark yang bersifat_ monumental _biasanya direncanakan memiliki umur layan yang lebih panjang daripada umur layan bangunan standar. Sebagai contoh, bangunan gedung pencakar langit yang sangat tinggi umumnya direncanakan memiliki umur layan minimal 100 tahun. Bila nilai kemungkinan gaya gempa rencana terlewati selama umur layan bangunan 100 tahun dibuat tetap, yaitu 10%, maka gaya gempa yang harus diperhitungkan dalam perencanaan struktur gedung tersebut menjadi lebih besar. Hal ini dalam SNI Gempa terwakili dalam parameter 1, Nilai 1, dan hh yang direkomendasikan dalam SNI Gempa untuk berbagai kategori bangunan dapat dilihat pada Tabel 2.6. Tabel 2.6. Faktor Keutamaan, I Fi ke jaa Kategori gedung aktor Keuvarnaer Li h i ‘Gedung umum, hunian, perniagaan, perkantoran 1,0 1,0 1,0 Monumen dan bangunan monumental 1,0 1,6 16 Gedung penting pasca gempa, rumah sakit, instalasi air, pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan dalam 14 1,0 14 keadaan darurat, fasilitas radio dan televisi ‘Gedung penyimpanan bahan berbahaya, gas, produk ne ae a minyak bumi, asam, bahan beracun i i i Cerobong, tangki di atas menara 15 1,0 is Pembebanan Gempa Untuk Bangunan Gedung 27 Perhitungan Beban Geser Dasar Struktur Berdasarkan SNI Gempa, beban gempa nominal, dalam bentuk beban geser dasar pada struktur bangunan dapat dihitung dengan pendekatan analisis statik ekivalen. Beban geser dasar nominal dalam hal ini dihitung sebagai: vaoly, 29) R dengan W, = berat total gedung, termasuk sebagian beban hidup yang bersifat tetap (sustained). Porsi beban hidup yang dianggap tetap pada dasarnya sangat bergantung pada fungsi bangunan. Untuk bangunan perkantoran dan permukiman, porsi beban hidup yang bersifat tetap dapat diambil sebesar 25% hingga 30% beban hidup total. Porsi beban hidup ini menggambarkan bagian beban hidup yang selalu ada pada bangunan, seperti beban furniture. Dalam analisis statik ekivalen, beban geser dasar (gempa) nominal V harus dibagikan di sepanjang tinggi struktur menjadi beban gempa nominal statik ekivalen F; yang bekerja pada pusat massa lantai di tingkat ke-i, yaitu: Fae (2.10) EM dengan W, adalah berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai. v z adalah ketinggian lantai ‘i’ diukur dari taraf penjepitan lateral struktur atas dan n adalah nomor lantai di tingkat paling atas. Distribusi beban F; di atas memiliki pola distribusi segitiga, dengan nilai F; yang membesar ke arah puncak gedung secara linear. Distribusi ini menggambarkan pola distribusi beban pada struktur gedung yang perilaku dinamisnya didominasi oleh respon ragam translasi pertama. Secara teoretis, distribusi linear tersebut hanya akan dicapai bila respon ragam translasi pertama memiliki partisipasi massa 90%. Apabila rasio tinggi struktur dan ukuran denah dalam arah pembebanan gempa yang ditinjau lebih besar dari 3, maka beban horizontal terpusat sebesar 0,1V harus diaplikasikan pada pusat massa lantai paling atas. Sisanya, yaitu 0,9V, harus dibagikan di sepanjang tinggi struktur sesuai persamaan (2.10). 28 Iswandi Imran & Fajar Hendrik, Perencanaan Struktur Gedung Beton.. Eksentrisitas Struktur Berdasarkan SNI Gempa, antara pusat massa dan pusat rotasi (kekakuan) lantai tingkat harus ditinjau suatu eksentrisitas rencana ¢,. Ekesentritas rencana ini terdiri atas eksentritas minimum yang tidak direncanakan (accidental) dan eksentritas teoretis (e) yang memang direncanakan antara pusat massa dan pusat kekakuan, Tergantung pada nilai eksentritas teoretis, SNI Gempa menerapkan nilai amplifikasi untuk memperhitungkan pengaruh beban dinamik. Apabila ukuran horizontal terbesar denah struktur gedung pada lantai tingkat itu, yang diukur tegak lurus pada arah pembebanan gempa, dinyatakan dengan b, maka eksentrisitas rencana ey harus ditentukan sebagai berikut. © Untuk 00,3b: ea = 1,33e + 0,1b atau ea=1,17e -0,1b Momen Inersia Efektif Dalam perencanaan struktur gedung terhadap pengaruh beban rencana, pengaruh peretakan beton pada unsur-unsur struktur yang terbuat dari material beton bertulang, beton pratekan dan juga baja komposit, harus diperhitungkan terhadap kekakuannya. Untuk itu, momen inersia efektif penampang unsur struktur dapat ditentukan sebesar momen inersia penampang utuh dikalikan dengan suatu prosentase _efektivitas penampang. Namun perlu dicatat bahwa penggunaan momen inersia efektif pada dasarnya hanya direkomendasikan untuk perhitungan gaya dalam dan deformasi pada elemen struktur, dan bukan untuk penentuan level beban gempa (geser dasar) nominal yang diterima oleh struktur. Level beban gempa nominal yang diterima struktur sebaiknya dihitung berdasarkan nilai periode T hasil estimasi persamaan empiris, dan bukan berdasarkan nilai periode T hasil analisis vibrasi bebas struktur dengan nilai momen inersia efektif (yang direduksi). SNI Beton (SNI 03-2847-02) memberikan rekomendasi nilai prosentase efektivitas penampang untuk perhitungan momen inersia efektif sebagai berikut, Pembebanan Gempa Untuk Bangunan Gedung 29 = Untuk balok 235% * Untuk kolom 270% + Untuk pelat dan lantai datar 125% = Untuk dinding: = Tidak retak : 70% - Retak 135% Perlu dicatat bahwa nilai prosentase efektivitas untuk balok, yaitu 35%, harus diaplikasikan dengan memperhitungkan pengaruh lebar efektif pelat lantai yang dianggap bekerja bersama-sama balok dalam menahan lentur. Pada umumnya, nilai momen inersia penampang balok-T utuh dapat diambil sebesar dua kali inersia penampang utuh badan penampang, yaitu 2(byh?/12). Dengan demikian, bila di dalam analisis elemen struktur balok dimodelkan sebagai balok dengan penampang persegi, maka nilai prosentase efektivitas penampangnya dapat diambil sebesar 2 x 35% = 70%. Komponen Gempa Vertikal Berdasarkan SNI 03-1726-2002 (BSN, 2002a), komponen gempa vertikal dapat dihitung sebagai perkalian antara koefisien gempa vertikal dan beban gravitasi. Koefisien gempa vertikal C, dapat dihitung sebagai: G=WAl Dengan / adalah faktor keutamaan struktur bangunan dan tp adalah faktor pengali yang nilainya bergantung pada wilayah gempa yang ditinjau (Tabel 27). Tabel 2.7. _Nilai y untuk Perhitungan Koefisien Gempa Vertikal C, (BSN, 2002a). Wilayah gempa p ‘ 0,5 0,5 0,5 0,6 O7, 0,8 lon}un}a eof} 2.3 Diafragma Struktural Pada struktur bangunan gedung, pelat lantai selain berfungsi sebagai penahan beban gravitasi juga berfungsi sebagai diafragma pengikat elemen- elemen vertikal penahan beban lateral. Sebagai diafragma, pelat lantai berperan dalam mendistribusikan beban lateral gempa yang. diterima struktur ke elemen-elemen vertikal penahan beban lateral (Gambar 2.5 dan 30 Iswandi Imran & Fajar Hendrik, Perencanaan Struktur Gedung Beton... 2.6). Distribusi yang terjadi pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh kekakuan yang, dimiliki elemen diafragma. Bila diafragma bersifat kaku maka beban lateral gempa akan terdistribusi ke elemen-elemen vertikal secara proporsional, sebanding dengan kekakuannya (Gambar 2.7). Bila diafragma bersifat fleksibel maka beban lateral gempa akan terdistribusi ke elemen vertikal sesuai dengan tributari bebannya (Gambar 2.7). ASCE 7-05 (ASCE, 2005) memberikan kriteria pengecekan untuk penentuan apakah pelat lantai struktur dapat dianggap kaku atau tidak. Kriterianya ditentukan berdasarkan perbandingan lendutan lokal _terhadap perpindahan global (Gambar 2.8), yaitu: b>2a > diafragma bersifat fleksibel b<2a > diafragma bersifat kaku Di mana a = perpindahan relatif antartingkat, dan 6 = deformasi bidang pada diafragma. Secara umum, pelat lantai pracetak yang, diberi topping setebal minimal 50 mm, pelat lantai yang dicor di atas pelat baja bergelombang (steel deck), dan pelat beton cor di tempat dapat dianggap sebagai diafragma kaku. ~ Elemen pelat Jenis portal penahan latreral Gambar 2.5. Fungsi Diafragma dalam Mentransfer Beban Lateral ke Sistem Penahan Beban Lateral (Diafragma Fleksibel) Pembebanan Gempa Untuk Bangunan Gedung 31 N Beban lateral terdistribusi sesuai kekauan portal Portal ruang dengan denah Persegi Gambar 2.6. Perilaku Diafragma Kaku joel mem peafersf otal ts Rigid center wall shear = F/3 Flex center wall shear = F/2 Gambar 2.7. Diafragma Kaku Vs Diafragma Fleksibel tory displacement deformasi diafragma \- Jika b > 2a, diafragma bisa dikatakan fleksibel Gambar 2.8. _ Kriteria Diafragma Kaku 32 = Iswandi Imran & Fajar Hendrik, Perencanaan Struktur Gedung Betor 2.4 Kombinasi dan Faktor Beban serta Faktor Reduksi Kombinasi dan Faktor Beban Kombinasi dan faktor beban yang digunakan dalam perencanaan dapat mengacu pada SNI 03-2847-2002 Pasal 11 (BSN, 2002b). Berdasarkan SNI Beton, ada beberapa kombinasi dasar yang harus ditinjau, diantaranya yaitu: 1. Kuat perlu U untuk menahan beban mati D paling tidak harus sama dengan U=14D Kuat perlu U untuk menahan beban mati D, beban hidup L, dan juga beban atap A atau beban hujan R, paling tidak harus sama dengan: U=1,2D + 1,6L + 0,5(A atau R) Bila ketahanan struktur terhadap beban gempa £ harus diperhitungkan dalam perencanaan, maka nilai kuat perlu U harus diambil sebagai: U=1,2D+1,0L+1,0E Nv » atau U=0,9D+1,0E Faktor beban L pada kombinasi dengan beban gempa boleh direduksi menjadi setengahnya kecuali untuk ruangan garasi, ruangan pertemuan, dan semua ruangan yang beban hidup L-nya lebih besar dari 500 kg/m? Beban gempa E pada persamaan di atas terdiri dari pengaruh komponen gempa horizontal (yaitu nilai V) dan komponen gempa vertikal. Pengaruh Gempa pada Struktur Bawah Struktur bawah pada dasarnya tidak boleh mengalami plastifikasi lebih dulu daripada struktur atas. Untuk menjamin hal ini, struktur bawah harus dapat memikul beban gempa maksimum sebesar V;, = f Vj, dengan f adalah nilai kuat lebih total struktur. Dengan persyaratan ini, kombinasi beban terfaktor untuk perencanaan pondasi terhadap beban gempa adalah: U=1,2D + 1,0L + 1,0Ef atau U=0,9D + 1,0Ef Sedangkan untuk kondisi layan, kombinasi beban yang harus diperhitungkan adalah: U=1,0D + 1,0L + 0,7Ef Pembebanan Gempa Untuk Bangunan Gedung 33 atau U=0,9D +0,7Ef Faktor Reduksi untuk Perhitungan Kuat Rencana Faktor reduksi berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 11.3 (BSN, 2002b) dapat digunakan sebagai dasar dalam perencanaan struktur bangunan tahan gempa. Nilai-nilai yang direkomendasikan sebagai berikut. 1, Lentur, tanpa beban aksial .... 2. Beban aksial dan beban aksial dengan lentur a. aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur.... b. aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur: i, komponen struktur dengan tulangan spiral....... ii, komponen struktur lainnya 3. Geser dan torsi ... 4, Tumpuan pada beton 5, Beton polos struktural .... Khusus untuk perencanaan geser pada elemen-elemen SRPMK dan SDSK, faktor reduksi geser yang direkomendasikan adalah: © Faktor reduksi untuk elemen yang kuat geser nominalnya lebih kecil dari gaya geser yang timbul sehubungan dengan pengembangan kuat lentur nominalmya .......ssssseessssssesseesseesesestecstetneeetenteees ve 0,55 1 Faktor reduksi untuk geser pada diafragma tidak boleh melebihi faktor reduksi minimum untuk geser yang digunakan pada komponen vertikal dari sistem pemikul beban lateral. © Faktor reduksi untuk geser pada hubungan balok-kolom dan pada balok perangkai yang diberi tulangan diagonal 0,80 34 Iswandi Imran & Fajar Hendrik, Perencanaan Struktur Gedung Beton...

You might also like