Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,

Volume 11 Nomor 1 Februari 2022

SUITABILITY OF PLANNING AND PROCUREMENT OF DRUG AVAIBILITY AT THE


PHARMACY INSTALLATION OF RSUD NOONGAN MINAHASA REGENCY

KESESUAIAN PERENCANAAN DAN PENGADAAN TERHADAP KETERSEDIAAN OBAT


DI INSTALASI FARMASI RSUD NOONGAN KABUPATEN MINAHASA

Sherina H. Karauwan1)*, Gayatri Citraningtyas1), Gerald E. Rundengan1)


1)
Program Studi Farmasi, FMIPA, UNSRAT Manado
*17101105025@student.unsrat.ac.id

ABSTRACT
Planning and procurement is a component in ensuring the quality of pharmaceutical services in the
availability of drugs. This study aims to determine the description of planning and procurement of
drugs at the Pharmacy Installation of RSUD Noongan in 2020 by measuring Standard Indicators. This
research is descriptive in nature, taking data retrospectively, secondary data namely planning,
procurement and primary data from interviews. Percentage of Allocation of Drug Procurement Fund
in 2020 30%, Proportion of the number of products received from the total planned amount is 71%,
Frequency of procurement of each drug item per year is 20x. The percentage of available funds is
45%, the comparison of the number of existing drug items with the number of drug items in actual use
is 53%, the comparison of the number of items in each drug item with the number of drug items in
actual use is 5%, the frequency of delayed payments is 29 times. 2 Indicators that cannot be measured,
Frequency of incomplete orders/contracts and Percentage of quantity used from the total available
quantity. The results of planning and procurement research at the Pharmacy Installation of the
Noongan Hospital have not met standard indicators.

Keywords : Planning, Procurement, Drug, Noongan Hospital Pharmacy Installation

ABSTRAK
Perencanaan dan pengadaan merupakan komponen dalam menjamin mutu pelayanan kefarmasian
dalam ketersediaan obat. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran perencanaan dan pengadaan
obat di Instalasi Farmasi RSUD Noongan tahun 2020 dengan mengukur Indikator Standar. Penelitian
ini bersifat deskriptif, pengambilan data secara retrospektif, data sekunder yaitu perencanaan,
pengadaan dan data primer dari wawancara. Persentase Alokasi Dana Pengadaan Obat tahun 2020 30%,
Proporsi jumlah produk diterima dari jumlah total direncanakan 71%, Frekuensi pengadaan tiap item
obat per tahun 20x. Persentase dana yang tersedia 45%, Perbandingan jumlah item obat yang ada
dengan jumlah item obat dalam kenyataan pemakaian 53%, Perbandingan jumlah barang dalam tiap
item obat dengan jumlah barang item obat dalam kenyataan pemakaian 5%, Frekuensi tertundanya
pembayaran 29 kali. 2 Indikator yang tidak dapat diukur, Frekuensi kurang lengkapnya surat
pesanan/kontrak dan Persentase jumlah yang digunakan dari total jumlah tersedia. Hasil penelitian
perencanaan dan pengadaan di Instalasi Farmasi RSUD Noongan belum sesuai indikator standar.

Kata Kunci : Perencanaan, Pengadaan, Obat, Instalasi Farmasi RSUD Noongan

1359
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 11 Nomor 1 Februari 2022

PENDAHULUAN Ketidaklancaran pengelolaan obat dapat


Pelayanan kefarmasian di rumah sakit memberi dampak negatif terhadap rumah sakit,
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari maka perlu dilakukan penelusuran terhadap
pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi gambaran pengelolaan dan manajemen
kepada pelayanan pasien, penyediaan sediaan pendukungnya agar dapat diketahui permasalahan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis sehingga dapat dilakukan upaya perbaikan dalam
pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua rangka meningkatkan pelayanan kesehatan kepada
lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi masyarakat. (Depkes 2008)
klinik. Dalam menjamin pelayanan kefarmasian,
maka salah satu yang perlu diperhatikan dalam METODOLOGI PENELITIAN
pelayanan kefarmasian yaitu ketersediaan obat Waktu dan Tempat Penelitian
dalam hal ini pada tahap perencanaan dan Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi
pengadaan obat agar ketersediaan obat di Rumah RSUD Noongan pada bulan Juni-Agustus 2021.
Sakit dapat dijaga dengan mengelola perencanaan Jenis dan Rancangan Penelitian
dan pengadaan dengan baik. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat pengambilan data primer dan sekunder secara
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus retrospektif pada periode tahun 2020. Kemudian
dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan mengukur pencapaian indikator pengelolaan obat
menggunakan proses yang efektif untuk menjamin RSUD Noongan terhadap indikator standar antara
kendali mutu dan kendali biaya. Dalam ketentuan lain Departemen Kesehatan RI 2010, Pudjaningsih
Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 2006, dan WHO 2011.
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan
bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Alat dan Bahan
Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara
Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi satu lain: alat tulis menulis dan kamera dokumentasi
pintu. (Permenkes 2016) dan bahan yang diambil yaitu laporan keuangan,
Evaluasi pengelolaan obat khususnya pada perencanaan, pengadaan, serta pemakaian obat.
tahap perencanaan dan pengadaan obat di Instalasi
Farmasi RSUD Noongan perlu dilaksanakan HASIL DAN PEMBAHASAN
karena berdasarkan survey di RSUD Noongan Proses perencanaan pengadaan persediaan
yang menjadi kendala dalam perencanaan farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan
pengadaan obat di RSUD Noongan yaitu mengenai Langowan, tidak terpusat atau tidak direncanakan
dana dan peresepan obat oleh dokter. Dalam di Instalasi Farmasi oleh Kepala Instalasi Farmasi.
melakukan perencanaan dan pengadaan obat Berdasarkan dengan hasil wawancara bahwa untuk
Instalasi Farmasi RSUD Noongan, menyesuaikan pemesanan alat kesehatan yang lain seperti bahan
dengan dana yang ada, apabila dana tidak laboratorium dan bahan radiologi direncanakan di
mencukupi maka tidak dilakukan pemesanan obat. masing-masing bagian tetapi melalui bagian
Di Instalasi Farmasi RSUD Noongan sendiri instalasi farmasi. Perencanaan di Instalasi Farmasi
kesulitan dalam pengadaan obat dikarenakan yaitu obat dan bahan habis pakai sedangkan untuk
dokter yang meresepkan obat, perlu diketahui perencanaan alat kesehatan lain di rencanakan oleh
bahwa dokter yang ada di RSUD Noongan selalu setiap user yang telah memiliki tugas dan tanggung
bergantian, maka dari itu setiap obat yang jawab dalam proses perencanaan. Jadi Instalasi
diresepkan dokter berbeda-beda dan mereka tidak Farmasi RSUD Noongan Langowan pada dasarnya
mau menyesuaikan dengan persediaan obat yang tidak menerapkan sistem satu pintu artinya
ada di Instalasi Farmasi, hal ini mengakibatkan perencanaan perbekalan farmasi tidak terpusat
obat yang telah disediakan oleh Instalasi Farmasi pada satu tempat.
tidak terpakai.
Sesuai dengan survey yang dilakukan Instalasi Proses perencanaan dan pengadaan obat di Instalasi
Farmasi RSUD Noongan sering terjadi kelebihan Farmasi RSUD Noongan Langowan yaitu
obat maka dari itu perlu dilakukan evaluasi pemesanan obat lewat e-katalog. Dalam hal ini
terhadap perencanaan dan pengadaan obat yang Rumah Sakit melakukan purchasing atau
ada disana agar dapat mengetahui sejauh mana pembelian. Pengadaan setiap jenis obat berbeda
mereka melakukan perencanaan kebutuhan obat. sesuai dengan PBF pemenang harga e-katalog.
Sistem yang diterapkan dalam proses pengadaan
obat di Rumah Sakit yaitu menyusun RKO
1360
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 11 Nomor 1 Februari 2022

(Rencana Kebutuhan Obat) kemudian akan sebagai penanggung jawab e-katalog. Setelah
ditandatangani oleh kepala Instalasi Farmasi atas mendapat persetujuan dari penanggung jawab e-
pengetahuan PPTK selaku bagian pembayaran dan katalog dan telah mendapatkan persetujuan dari
harus diketahui oleh penanggung jawab e-katalog. direktur selaku kepala rumah sakit kemudian bisa
Di rumah sakit SK pengadaan tidak dari Instalasi dilakukan pemesanan lewat e-katalog.
Farmasi tetapi ada pihak yang khusus ditunjuk

Tabel 1. Gambaran Tingkat Pencapaian Pengelolaan Obat Tahap Perencanaan Tahun 2020
Tahap Indikator Tujuan Nilai Pencapaian
Pembanding (Tahun
2020)
Perencanaan Persentase modal Untuk
atau dana yang mengetahui
tersedia dengan jumlah dana
keseluruhan dana yang tersedia 100% 45%
yang sesungguhnya dibandingkan
dibutuhkan kebutuhan
yang
sebenarnya
Persentase alokasi Untuk
dana pengadaan mengetahui
obat seberapa jauh
persediaan 30%-40% 30%
dana RS
memberikan
dana kepada
farmasi
Perbandingan antara Untuk
jumlah item obat mengetahui
yang ada dalam ketepatan 100% 53%
perencanaan dengan perencanaan
jumlah item obat obat
dalam kenyataan
pemakaian
Proporsi jumlah Untuk
produk benar-benar mengukur
diterima selama sejauh mana
periode tertentu dari jumlah yang
jumlah total yang diterima sesuai 100% 71%
direncanakan untuk dengan jumlah
periode yang sama yang
direncanakan
akan diterima
Perbandingan antara Untuk
jumlah barang mengetahui
dalam tiap item obat seberapa jauh
dalam perencanaan ketepatan 100% 5%
dengan jumlah perkiraan
barang dalam item dalam
tersebut dalam perencanaan
kenyataan
pemakaian

1361
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 11 Nomor 1 Februari 2022

Tabel 2. Gambaran Tingkat Pencapaian Pengelolaan Obat Tahap Pengadaan Tahun 2020
Tahap Indikator Tujuan Nilai Pembanding Pencapaian
(Tahun 2020)
Pengadaan Frekuensi pengadaan Untuk Rendah < 20 x
tiap item obat mengetahui 12x/tahun Sedang Sedang12-
pertahun berapa kali obat- 12-24x/tahun 24x/tahun
obat tersebut Tinggi > 24x/tahun
dipesan dalam
setahun dan
melihat efisiensi
pembelian
Frekuensi tertundanya Untuk
pembayaran oleh mengetahui 0-25 kali 29 kali
rumah sakit terhadap kualitas
waktu yang disepakati

Persentase modal atau dana yang tersedia hasil penelitian di RSUD Noongan untuk indikator
dengan keseluruhan dana yang sesungguhnya alokasi dana dari RSUD Noongan untuk Instalasi
dibutuhkan Farmasi cukup baik walaupun belum mencapai
Persentase dana yang tersedia dengan 40%. Berdasarkan wawancara kepala keuangan
keseluruhan dana yang dibutuhkan pada tahun bahwa di RSUD Noongan memiliki dua sumber
2020 yaitu sebesar 45% yang berarti jumlah dana dana untuk Instalasi Farmasi RSUD Noongan yaitu
yang tersedia dibandingkan kebutuhan yang dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan
sebenarnya belum mencukupi. Berdasarkan hasil Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
wawancara kepada Kepala Gudang, Kepala Bagian (APBD). Jika dibandingkan dengan persentase
Keuangan bahwa kebutuhan obat dan bahan medis alokasi dana pengadaan obat yang ada di RSUD H.
habis pakai yaitu kurang lebih 5 miliar sedangkan Hasan Basery, Banjarmasin pada tahun 2014 juga
jumlah dana yang tersedia pada tahun 2020 sekitar lebih besar dari pada di RSUD Noongan yaitu
2 miliar. Persentase dana seharusnya menurut sebesar 42% (Saputra, 2014).
penelitian Pudjaningsih (2006) yaitu 100% dengan
Perbandingan antara jumlah item obat yang
begitu proses pengelolaan obat dapat berjalan
ada dalam perencanaan dengan jumlah item
dengan baik. dana yang tersedia berpengaruh pada
obat dalam kenyataan pemakaian
pelayanan obat dan dana yang terbatas akan
Indikator ini dianalisis dengan
berdampak pada ketersediaan obat. Persentase
menghitung data perencanaan selama tahun 2020
dana yang kurang dari 100% akan dapat
dan obat keluar tahun 2020. Diperoleh hasil untuk
menurunkan kualitas pelayanan kesehatan karena
tahun 2020 sebesar 53% hasil ini belum efisien
kecukupan obat menjadi kurang atau terbatas.
bila dibandingkan dengan nilai pembanding yang
Maka perencanaan anggaran haruslah benar-benar
ditetapkan yaitu 100%, sehingga dapat dikatakan
dicermati agar tercipta suatu perencanaan yang
bahwa perencanaan instalasi farmasi belum tepat.
efisien nantinya.
Hal ini disebabkan karena belum optimalnya
Persentase alokasi dana pengadaan obat perencanaan dan dana yang disediakan oleh
Besarnya dana yang dialokasikan untuk rumah sakit terlalu rendah sehingga menyebabkan
pengadaan obat di Instalasi Farmasi RSUD item obat yang tersedia jadi kecil padahal
Noongan, dari keseluruhan dana yang dialokasikan kebutuhan obat yang riilnya sangat besar. Hasil
oleh Pemerintah untuk pengelolaan rumah sakit penelitian yang dilakukan oleh Wirdah et al.,
pada tahun 2020 sebesar 30%. Jika dibandingkan (2013) mengenai kesesuaian antara perencanaan
dengan standar Depkes RI (2010) nilai untuk obat dengan kenyataan pemakaian sebesar 72%.
persentase alokasi dana pengadaan obat adalah 30- Pemakaian obat masih di bawah standar sehingga
40% dari total seluruh anggaran rumah sakit. Jadi, menyebabkan item obat yang

1362
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 11 Nomor 1 Februari 2022

tersedia jadi kecil padahal kebutuhan obat yang terjadi yaitu selama 182,5 hari dari waktu yang
riil sangat besar. telah disepakati. Jika dibandingkan dengan
penelitian dari Mahdiyani et al., (2018) dan
Proporsi jumlah produk benar-benar diterima Sasongko et al., (2016) frekuensi tertundanya
selama periode tertentu dari jumlah total yang pembayaran yaitu sekitar 16 hari dan 36,45 hari
direncanakan untuk periode yang sama mereka menyatakan bahwa hal ini disebabkan
Menurut (WHO, 2011) jika proporsi < 100% oleh waktu proses pemberkasan di rumah yang
berarti jumlah yang diterima tidak sesuai dengan prosesnya panjang, pihak distributor yang tidak
yang direncanakan. Hasil yang diperoleh sebesar selalu tepat pengantaran obat, dan penandatangan
71% yang memperlihatkan bahwa jumlah yang berkas.
diterima pada tahun 2020 belum sepenuhnya
terealisasikan atau beberapa barang tidak ada pada Keterbatasan Penelitian
saat pengadaan, hal ini mengakibatkan Keterbatasan yang dialami saat
kekosongan obat dan tidak terpenuhinya penelitian yaitu ketika akan melakukan
kebutuhan dari pasien yang ada di instalasi wawancara responden yang dituju tidak ada
farmasi pada tahun 2020. Berdasarkan karena sebagian besar terpapar covid-19.
penelusuran data ini obat masuk pada tahun 2020 Kemudian ada beberapa dokumen yang sudah
mencapai obat 683,440 item obat dan BMHP tidak lengkap sehingga membuat peneliti
ditambah obat donasi 65,654 Vitamin dan BMHP kesulitan dalam pengambilan data.
sedangkan untuk perencanaan tahun 2020 yaitu KESIMPULAN
sekitar 158,740. 1. Pengukuran tingkat pencapaian pengelolaan
obat tahap perencanaan Instalasi Farmasi
Perbandingan antara jumlah barang dalam
RSUD Noongan tahun 2020 belum cukup
tiap item obat dalam perencanaan dengan
baik tidak ada yang mencapai 100% tetapi
jumlah barang dalam item tersebut dalam
ada dua indikator yang mendekati 100%
kenyataan pemakaian
2. Pengukuran tingkat pencapaian pengelolaan
Tujuan dari indikator ini ialah untuk
obat tahap pengadaan Instalasi Farmasi
mengetahui seberapa jauh ketepatan perkiraan
RSUD Noongan tahun 2020 cukup baik
dalam perencanaan. Persentase yang didapatkan
dalam hal frekuensi pengadaan tiap item obat
pada indikator ini yaitu sebesar 5% dari 100%.
per tahun tetapi untuk frekuensi tertundanya
Hal ini menunjukan bahwa perkiraan pihak rumah
pembayaran melebihi capaian yang telah
sakit instalasi farmasi tidak tepat, kendala yang
ditentukan yaitu melebihi 25 kali.
dihadapi oleh Instalasi Farmasi yaitu adanya
covid- SARAN
19 sehingga persediaan yang ada di Gudang 1. Pihak RSUD Noongan diharapkan dapat
Instalasi Farmasi RSUD Noongan sering terjadi memperhatikan kembali kebutuhan dana yang
kekosongan. dibutuhkan oleh Instalasi Farmasi dan
pembayaran yang sering tertunda agar dalam
Frekuensi pengadaan tiap item obat per tahun
proses perencanaan serta pengadaan dapat
Indikator pengadaan obat ini bertujuan
direalisasikan dengan apa yang menjadi
untuk mengetahui berapa kali obat-obat tersebut
kebutuhan sebenarnya agar tercapai
dipesan dalam setahun. Frekuensi pengadaan tiap
kebutuhan logistik yang efisien dan efektif.
item obat dan bahan medis habis pakai pada tahun
Kemudian Instalasi Farmasi RSUD Noongan
2020 sebanyak 20x (sedang 12-24x/tahun).
perlu melakukan evaluasi kembali terhadap
Pengadaan obat yang tergolong sedang ini dapat
perencanaan kebutuhan agar tidak akan
menunjukan bahwa obat yang tersedia di instalasi
terjadi kekosongan dikarenakan perencanaan
farmasi merupakan obat-obat yang perputarannya
dan pengadaan yang tidak sesuai.
cepat (fast moving) atau obat tersebut diadakan
2. Perlu diperhatikan kembali mengenai data
dalam volume pemesanan yang tidak terlalu
seperti kurang lengkapnya surat pesanan dan
besar.
kontrak perencanaan obat karena itu akan
Frekuensi tertundanya pembayaran oleh berpengaruh terhadap pemeriksaan dari
rumah sakit terhadap waktu yang disepakati daerah terhadap berkas-berkas tersebut.
Jumlah tertundanya pembayaran oleh 3. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat
RSUD Noongan tahun 2020 sangat tinggi, dari 39 mengukur indikator yang belum sesuai
sampel terdapat 29 sampel yang pembayarannya dengan standar yang ditetapkan.
tertunda. Rata–rata tertundanya pembayaran yang
1363
PHARMACON– PROGRAM STUDI FARMASI, FMIPA, UNIVERSITAS SAM RATULANGI,
Volume 11 Nomor 1 Februari 2022

DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Y., 2007. Manajemen Administrasi Sakit. Jakarta.
Rumah Sakit. Penerbit UIN, Jakarta. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Anonim. 2009. Undang-undang RI No.44 tahun Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar
2009 tentang Rumah Sakit. Menkes Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit.
RI,Jakarta. Jakarta.
Depkes RI., 2009, Undang-Undang no.44 tentang Pudjaningsih D. Pengembangan Indikator
Rumah Sakit, Direktorat Jenderal Efisiensi Pengelolaan Obat di Farmasi
Pelayanan Kefarmasian dan Alat Rumah Sakit Jurnal Logika. 2006;3(1)
Kesehatan Departemen Kesehatan Pudjaningsih, D., 1996, Pengembangan Indikator
Republik Indonesia, Jakarta. Efisiensi Pengelolaan Obat di Farmasi
Depkes RI. 2010. Materi Pelatihan Manajemen Rumah Sakit, Tesis, Fakultas Farmasi
Kefarmasian di Instalasi Farmasi Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada,
Kabupaten/Kota. Kemenkes RI. Jakarta. Yogyakarta
Enemark, U., Alban, A., & Vazquez, E.C.S., Quick,J.D., Rankin, J.R., Laing, R.O., O’Connor,
2004. Purchasing Pharmaceuticals. The R.W., Hogerzeil, H.V., Dukes, M.N.G.,
World Bank, Washington DC. dan Garnett A., 1997, Managing Drug
Febriawati, H. 2013. Manajemen Logistik Supply : The Selection, Procurement,
Farmasi Rumah Sakit. Gosyen Publishing, distribusion, and use of pharmaceuticals in
Yogyakarta. primary health care, second edition,
Heizer, Jay danRender, Barry. 2010. Manajemen Connecticut, Kumarin Press Inc
Operasi.Jakarta: Salemba Empat. Sasongko H, Octadevi OM. Gambaran
Ihsan S, Amir SA, Sahid M. Evaluasi Pengelolaan Obat Pada Indikator
Pengelolaan Obat di Instalasi Farmasi Procurement di RSUD Sukoharjo Jawa
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tengah. Journal of Pharmaceutical
Muna Tahun 2014. Pharmacho. 2015;1(2): Science and Clinical Research. 2016;01:
23-28. 21-28.
Kagashe GA, Massawe T. Medicine Stock Out Saputera MMA. Evaluasi Pengelolaan Obat
and Inventory Management Problems in Tahap Seleksi Dan Perencanaan Di Era
Public Hospitals in Tanzania: A Case of Jaminan Kesehatan Nasional Di Rsud H.
Dar Es Salaam Region Hospitals. Hasan Basery Kandangan Tahun 2014.
International Journal of Pharmacy. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina. 2015;1(2): 248-
2012;2(2):252-9. 255.
Kencana, G. G. 2016. Analisis Perencanaan dan Suyanto, A. 2012. Pengaruh Faktor Pengendalian
Pengendalian Persediaan Obat Antibiotik Obat Terhadap Stock Out Obat di Rumah
di RSUD Cicalengka Tahun 2014. Jurnal Sakit Jala Ammari. Universitas
ARSI;3(1) Hasanuddin, Makassar.
Kindangen, G, 2018. Analisis perencanaan Wati W, Fudholi A, Pamudji G. Evaluasi
pengadaan obat berdasarkan Metode ABC. Pengelolaan Obat Dan Strategi Perbaikan
Jurnal Pharmacon 2017;7(3). Dengan Metode Hanlon Di Instalasi
Mahdiyani U, Wiedyaningsih C, Endarti D. 2018. Farmasi Rumah Sakit Tahun 2012. Jurnal
Evaluasi Pengelolaan Obat Tahap Manajemen dan Pelayanan Farmasi.
Perencanaan dan Pengadaan di RSUD 2013;3(4): 283 – 290.
Muntilan Kabupaten Magelang Tahun World Health Organization. 2011. Harmonized
2015– 2016. Fakultas Farmasi UGM. Monitoring and Evaluation Indicators
JMPF Vol:8(1) Procurement and Supply Management
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Systems. WHO Document Production
nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Services.

1364

You might also like