Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

JURNAL

MANUSIA DAN AGAMA

Diajukan sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama yang Diampu
oleh Iwan Sanusi, S.Pd.I., M.Pd.

Gilang Febriana Pratama (201724010)


Kiagus Muhamad Hilmi Asyadillah (201724015)

D4 TEKNOLOGI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK


JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2021 M / 1442 H
MANUSIA DAN AGAMA

Gilang Febriana Pratama, Kiagus Muhamad Hilmi Asyadillah, Iwan Sanusi S.Pd.I., M.Pd.

gilang.tptl20@polban.ac.id
Kp. Sukamaju RW 02/ RT 01 Kec. Samarang, Kab. Garut

kiagus.muhamad.tptl20@polban.ac.id
Jl. Cijerah 2 Blok 22 No. 50 Bandung

ABSTRACT
Humans are endowed with reason as their privilege compared to other creatures. One of the advantages of humans
that can be compared to other creatures is called nature. Namely, a natural tendency from birth. Since the beginning of
its birth, humans have had a built-in religion, namely the religion of monotheism. However, there are many factors that
can distort human nature. Therefore, understanding the nature of religious nature is very important in order to achieve
religious humans in accordance with the guidance of His Messenger.
This study aims to reveal how the nature of human nature and religion in an Islamic perspective based on primary
sources, namely the verses of the Al-Qur'an and Al-Hadith. In this study, researchers used a qualitative research model
with a literature review. Qualitative research aims to obtain a complete picture of something according to the human
perspective being studied.
The results of this study indicate that the nature of religion is an innate potential that gives humans the ability to
submit, obey to carry out God's commands as the creator, ruler and guardian of the universe. There are so many people
who come out of their nature that they should hold even though Allah SWT has instilled a straight fitrah. in him from
birth. This is a sign of the instability of the human condition from the point of view of the Qur'an, especially from the
letter Ar-Ruum verse 30. To prevent the instability of human nature, it is confirmed by the existence of the verse of the
Qur'an, Surat Ali-Imron verse 19. That Islam is the only religion that is pleased by Allah.
Keywords : Humans, Nature , Religion, Islam

ABSTRAK
Manusia dikaruniai akal sebagai keistimewaanya dibanding makhluk-makhluk yang lain. Salah
satu keunggulan manusia dapat dibandingkan dengan makhluk lainnya disebut dengan fitrah. Yakni
kecenderungan alamiah bawaan sejak lahir. Sejak awal kelahirannya manusia telah memiliki agama
bawaan yakni agama tauhid. Namun banyak faktor-faktor yang dapat membelokkan fitrah manusia
tersebut. Oleh karena itu pemahaman terhadap hakikat fitrah beragama sangat penting guna mencapai
manusia beragama yang sesuai dengan tuntunan Rasul-Nya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana hakikat fitrah manusia dan agama dalam
perepektif islam dengan dilandaskan pada sumber primer yakni ayat Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan model penelitian kualitatif dengan kajian literatur. Penelitian
kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan
manusia yang diteliti.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fitrah beragama merupakan potensi bawaan yang
memberikan kemampuan kepada manusia untuk tunduk, taat melaksanakan perintah Tuhan sebagai
pencipta, penguasa dan pemelihara alam semesta. Banyak sekali manusia yang keluar dari fitrahnya
yang semestinya ia pegang padahal Allah SWT telah menanamkan fitrah yang lurus dalam dirinya sejak
lahir. Hal ini merupakan suatu tanda ketidakstabilan kondisi manusia dilihat dari sudut pandang Al-
Qur’an, khususnya dari surat Ar-Ruum ayat 30. Untuk mencegah ketidakstabilan fitrah manusia
tersebut ditegaskan dengan adanya ayat Al-Qur’an Surat Ali-Imron ayat 19 bahwa Islam sebagai satu-
satunya agama yang diridhai oleh Allah.
Kata Kunci : Manusia, Fitrah, Agama, Islam

PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk yang sangat istimewa. Karena manusia dikaruniai akal sebagai
keistimewaanya dibanding makhluk-makhluk yang lain. Manusia merupakan makhluk yang mulia dari
semua makhluk yang ada di bumi ini. Allah yang memberikan manusia dengan berbagai keutamaan
dengan ciri khas yang membedakan makhluk satu dengan makhluk yang lainnya.
Islam menyatakan bahwa kemampuan dasar dan keunggulan manusia dapat dibandingkan
dengan makhluk lainnya disebut dengan fitrah. Secara global fitrah merupakan kecenderungan alamiah
bawaan sejak lahir. Penciptaan terhadap sesuatu ada untuk pertama kalinya dan struktur alamiah
manusia sejak awal kelahirannya telah memiliki agama bawaan secara alamiah yakni agama tauhid.
Islam sebagai agama fitrah tidak hanya sesuai dengan naluri keberagamaan manusia bahkan menunjang
pertumbuhan dan perkembangan fitrahnya. Hal ini menjadikan eksistensinya utuh dengan
kepribadiannya yang sempurna.
Kata Fitrah yang dalam pengertian etimologi mengandung arti kejadian. Secara umum makna
fitrah dalam Al-Quran dapat dikelompokan kedalam empat makna. Pertama, sebagai proses
penciptaan langit dan bumi. Kedua, proses penciptaan untuk manusia. Ketiga, mengatur alam semesta
dan isinya secara lebih serasi dan seimbang. Keempat, memberikan makna pada agama Allah sebagai
acuan dasar dan pedoman bagi manusia dalam menjalankan setiap tugas dan fungsinya.
Al-Quran yang merupakan sumber utama dalam Islam tak jarang berbicara mengenai fitrah,
yang secara normatif sarat dengan nilai-nilai transendental-ilahiyah dan insaniyah. Artinya, di satu sisi
memusatkan perhatian pada fitrah manusia dengan sumber daya manusianya, baik jasmaniah maupun
rohaniah sebagai potensi yang siap dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya melalui proses humani.
Sehingga keberadaan manusia semakin bermakna. Di sisi lain, pengembangan kualitas sumber daya
manusia tersebut dilaksanakan selaras dengan prinsip-prinsip ketauhidan, baik tauhid rububiyah
maupun tauhid uluhiyah.
Oleh sebab itu, manusia, agama dan islam merupakan masalah yang sangat penting, karena
ketiganya mempunyai pengaruh besar dalam pembinaan generasi yang akan datang, yang tetap beriman
kepada Allah dan tetap berpegang pada nila-nilai spiritual yang sesuai dengan agama- agama samawi
(agama yang datang dari langit atau agama wahyu). Agama merupakan sarana yang menjamin
kelapangan dada dalam individu dan menumbuhkan ketenangan hati pemeluknya.

METODE PENELETIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah model penelitian kualitatif dengan kajian literatur.
Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut
pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat,
atau kepercayaan orang yang diteliti, yang tidak dapat diukur dengan angka.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Pengertian Agama
Agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung
dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu generasi ke generasi dengan tujuan untuk
memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan di dunia dan di
akhirat yang di dalamnya mencakup unsur kepercayaan kepada kekuatan gaib yang selanjutnya
menimbulkan respon emosional dan keyakinan bahwa kebahagiaan hidup tersebut tergantung pada
adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib tersebut.
Kata agama yang sudah biasa dan sudah umum dipakai dalam bahasa Indonesia, adalah berasal
dari bahasa Sansekerta yang dalam bahasa Indonesia berarti peraturan. Disamping itu kata Agama
dalam bahasa Sansekerta itu berasal dari dua suku kata, yaitu suku “a” yang berarti tidak, dan suku
“Gama” yang berarti “kacau” jadi agama berarti: “tidak kacau”.
Apabila kita lihat segi ketuhanan yang terkandung dalam kalimat “Religio” hampir sama dengan
ke-Tuhanan yang terkandung dalam kalimat “Agama” dalam bahasa Sansekerta, yaitu sama-sama
bukan ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Disinilah terdapat perpisahan antara “ Agama” dalam bahasa
Sansekerta dan “Religio” dalam bahasa Latin disatu pihak, serta Ad-Din dalam istilah islam.
Apabila mengkaji Ad-Din dalam ayat-ayat Alquran, dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa
perkataan Ad-Din mengandung empat makna. Keempatnya saling berjalin-berkelin dan tak dapat
dipisahkan antara makna yang satu dengan makna lain yang saling menjelaskan. Sehingga, empat
makna itu menjadi satu kesatuan yang utuh dan bulat. Makna tersebut adalah sebagai berikut :
a) Ad-Din bermakna kekuasaan Yang Maha Mutlak. Yaitu kekuasaan Allah secara mutlak yang
harus dipatuhi dan ditaati oleh makhlukNya, baik yang berada di langit maupun di bumi, sukarela
maupun terpaksa. Firman Allah SWT :
َ‫عا َو َك ْرهًا َو ِإلَ ْي ِه ي ُْر َجعُون‬
ً ‫ط ْو‬ ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
َ ‫ض‬ ‫َّللا َي ْبغُونَ َولَهُ أ َ ْسلَ َم َم ْن فِي ال ه‬
ِ ‫س َم َاوا‬ ِ ‫أَفَغَي َْر د‬
ِ ‫ِين ه‬
Artinya :
“Maka Apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, Padahal kepadaNya-lah
menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan
hanya kepada Allah lah mereka dikembalikan”. (QS. Ali Imran: 83)
b) Ad-Din berarti penyerahan diri secara total dari pihak yang lemah kepada pihak yang berkuasa
mutlak yakni supaya manusia menyembah secara ikhlas dan murni kepada Allah Swt. Serta
tunduk dan pasrah hanya kepadaNya. Firman Allah SWT :
َ‫صا لههُ ٱلدِينَ َوأ ُ ِم ْرتُ ِْل َ ْن أ َ ُكونَ أ َ هو َل ْٱل ُم ْس ِل ِمين‬ َ ‫قُ ْل ِإ ِن ٓى أ ُ ِم ْرتُ أ َ ْن أ َ ْعبُ َد ه‬
ً ‫ٱَّلل ُم ْخ ِل‬
Artinya :
“Katakanlah: Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. dan aku diperintahkan supaya menjadi orang
yang pertama-tama berserah diri". (QS. Az-Zumar: 11-12)
c) Ad-Din berarti iman dan amal atau teori dan praktik dalam pengawasan Yang Maha Kuasa.
Firman Allah SWT :
‫طان ۚ ِإ ِن‬َ ‫س ْل‬ ُ ‫س هم ْيت ُ ُموهَا أ َ ْنت ُ ْم َوآ َبا ُؤ ُك ْم َما أ َ ْنزَ َل ه‬
ُ ‫َّللا ِب َها ِم ْن‬ َ ‫َما تَ ْعبُدُونَ ِم ْن دُو ِن ِه ِإ هَّل أ َ ْس َما ًء‬
ِ ‫ِين ْالقَ ِي ُم َو َٰلَ ِك هن أ َ ْكثَ َر ال هن‬
َ‫اس ََّل َي ْعلَ ُمون‬ ُ ‫َّلل ۚ أ َ َم َر أ َ هَّل تَ ْعبُدُوا ِإ هَّل ِإيهاهُ ۚ َٰذَلِكَ الد‬
ِ ‫ْال ُح ْك ُم ِإ هَّل ِ ه‬
Artinya :
“ Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) Nama-nama yang kamu
dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang
Nama-nama itu. keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu
tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui."(QS. Yusuf: 40).
Dalam ayat tersebut Ad-Din bermakna teori peribadatan yang harus diamalkan dalam
pengawasan pihak yang memiliki Ad-Din itu sendiri. Allah tidak pernah memerintahkan kepada
hamba-Nya kecuali hanya agar hamba-Nya beribadah sesuai dengan yang telah diperintahkan.
Oleh karena itu, batallah semua teori peribadatan dan segala bentuk praktik ibadah yang tidak
bersumber dari apa yang telah digariskan-Nya dalam kitab yang telah diturunkan kepada Nabi-
Nya.
d) Ad-Din berarti pengadilan, perhitungan amal baik dan buruk, atau pertanggung jawaban amal
seorang hamba kepada Tuhannya atau suatu vonis hukum dari Allah untuk amal perbuatan
hamba. Firman Allah SWT :
‫هو ا هِن الد ِۡينَ لَ َواقِع‬
Artinya :
“Dan Sesungguhnya (hari) pembalasan pasti terjadi.” (QS. Adz Dzariyaat : 6)
Pengertian ini meliputi akan segi-segi I‟tiqad (kepercayaan), budi pekerti (akhlaq) dan amal
shalih (amal kebajikan). Dan memberi pengertian bahwa kepercayaan bathin yang dianut
seseorang tidak berguna baginya jika tidak disertai oleh amal-amal kebajikan sebagaimana juga
sebaliknya amal-amal kebajikan akan menjadi sia-sia saja baginya bila tidak didasarkan atas
kepercayaan bathin yang luhur dan murni. Defenisi ini mengesankan juga bahwa hubungan
antara kepercayaanbathin dengan amal shaleh adalah sebagai pertautan ilmu dengan amal atau
teori dengan praktek, dimana antara satu dengan yang lain lengkap melengkapi serta isi mengisi.
Kemudian apabila kita memperhatikan Nas Syara‟ (keterangan Agama), maka nyatalah bahwa
Ad-Din itu terdiri dari tiga unsur, yakni : Iman, Islam dan Ihsan.
Berdasarkan definisi agama diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa agama adalah ajaran yang
berasal dari Tuhan yang terkandung dalam kitab suci dan kekuasaannya mutlak yang harus ditaati tanpa
terkecuali dalam segala bentuk peribadatan yang telah digariskan-Nya dengan penuh rasa ikhlas yang
diwujudkan dalam i’tikad (kepercayaan), Akhlaq (budi pekerti), dan amal salih.

B. Fungsi Agama
Sebagai apa yang dipercayai, agama memiliki peranan penting dalam hidup dan kehidupan
manusia baik secara pribadi maupun secara kelompok. Secara umum agama berfungsi sebagai jalan
penuntun penganutnya untuk mencapai ketenangan hidup dan kebahagian di dunia maupun di
kehidupan kelak. Menurut Hendro Puspito, fungsi agama bagi manusia meliputi :
a) Fungsi Edukatif
Manusia mempercayakan fungsi edukatif pada agama yang mencakup tugas mengajar dan
membimbing. Keberhasilan pendidikan terletak pada pendayagunaan nilai-nilai rohani yang
merupakan pokok-pokok kepercayaan agama. Nilai yang diresapkan antara lain makna dan
tujuan hidup, hati nurani,rasa tanggung jawab dan tuhan.
b) Fungsi Penyelematan
Agama dengan segala ajarannya memberikan jaminan kepada manusia pada keselamatan di dunia
dan akhirat.
c) Fungsi Pengawasan Sosial
Agama ikut bertanggung jawab terhadap norma-norma sosial sehingga agama menyeleksi
kaidah-kaidah sosial yang ada, mengukuhkan yang baik dan menolak kaidah yang buruk agar
selanjutnya ditinggalkan dan dianggap sebagai larangan. Agama juga memberi sanksi-sanksi yang
harus dijatuhkan kepada orang yang melanggar larangan dan mengadakan pengawasan yang
ketat atas pelaksanaannya.
d) Fungsi Memupuk Persaudaraan
Persamaan keyakinan merupakan salah satu persamaan yang bisa memupuk rasa persaudaraan
yang kuat. Manusia dalam persaudaraan bukan hanya melibatkan sebagian dari dirinya saja,
melainkan seluruh pribadinya juga dilibatkan dalam suatu keintiman yang terdalam dengan
sesuatu yang tertinggi yang dipercaya bersama.
e) Fungsi Transformatif
Agama mampu melakukan perubahan terhadap bentuk kehidupan masyarakat lama ke dalam
bentuk kehidupan baru. Hal ini dapat berarti pula menggantikan nilai-nilai lama dengan
menanamkan nilai-nilai baru. Transformasi ini dilakukan pada nilai-nilai adat yang kurang
manusiawi. Sebagai contoh kaum Qurais pada jaman Nabi Muhammad yang memilikikebiasaan
jahiliyah karena kedatangan Islam sebagai agama yang menanamkan nilai-nilai baru sehingga
nilai-nilai lama yang tidak manusiawi dihilangkan.
f) Fungsi Pendamaian
Melalui agama seseorang yang berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntunan
agama. Rasa berdosa dan rasa bersalah akan segera menjadi hilang dari batinnya jika seorang
pelanggar telah menebus dosanya melaui tobat, pensucian atau penebusan dosa.
g) Berfungsi Sublimatif
Ajaran agama mengkuduskan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat duniawi namun
juga yang bersifat ukhrawi. Segala usaha tersebut selama tidak bertentangan dengan norma-
norma agama, dilakukan secara tulus ikhlas karena dan untuk Allah adalah ibadah.
h) Berfungsi Kreatif
Agama mendorong dan mengajak para penganutnya untuk bekerja produktif bukan saja untuk
kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga demikepentingan orang lain. Penganut agama tidak hanya
disuruh bekerja secara rutin, akan tetapi juga dituntut melakukan inovasi dan penemuan baru.

C. Unsur Pokok Agama


Secara umum, ruang lingkup suatu agama meliputi unsur unsur sebagai berikut, yaitu substansi
yang disembah, kitab suci, pembawa ajaran, pokok-pokok ajaran, dan aliran-alirannya.
a) Substansi yang disembah
Dalam setiap agama, esensi dari keagamaan adalah penyembahan pada sesuatu yang dianggap
berkuasa. Substansi yang disembah menjadi pembeda dalam kategorisasi agamanya. Ada yang
memusyrikkan Allah dan ada yang mentauhidkan Allah.
b) Kitab Suci
Kitab suci merupakan salah satu ciri khas dari agama. Bila suatu agama tidak memiliki kitab suci,
maka sulit untuk dikatakan sebagai suatu agama. Adapun kitab suci agama yang ada di dunia ini
dikelompokkan menjadi kitab agama Samawi dan kitab agama Tabi'i. Agama Samawi seperti:
agama Yahudi berkitabkan Taurat; agama Nasrani berkitabkan lnjil; dan agama Islam
berkitabkan AlQur'an. Sedangkan yang termasuk kategori agama Tabi'i seperti agama Hindu
berkitabkan Wedha (Veda) atau disebut pula dengan"Himpunan Sruti". Sruti dan Veda artinya
tahu atau pengetahuan. Agama Budha kitabnya Tripitaka. Sedangkan agama-agama seperti
Shinto, Tao, Khong Hucu bersumber dari aturan-aturan yang dihimpun dalam buku-buku
(kitab-kitab) pedoman masing-masing.
c) Pembawa Ajaran
Pembawa ajaran suatu agama bagi agama samawi disebut nabi (rasul). Para nabi atau para rasul
menerima wahyu dari Allah dan yang menyampaikan kepada masyarakat berdasarkan wahyu
yang diterimanya. Dalam agama tabi'i, proses kenabian kadang-kadang melalui proses evolusi
yang dihasilkan berdasarkan sebuah julukan yang sengaja dikatakan untuk penghormatan tanpa
adanya pengakuan berdasarkan wahyu dari Allah SWT.
d) Pokok-pokok ajaran
Setiap agama, baik agama wahyu maupun agama ardi/tabi'i,mempunyai pokok-pokok ajaran
atau prinsip ajaran yang wajib diyakini bagi pemeluknya. Pokok ajaran ini sering disebut dengan
istilah "dogma", yakni setiap ajaran yang baik percaya atau tidak,bagi pemeluknya wajib untuk
mempercayainya.
e) Aliran-aliran
Setiap agama yang ada di dunia ini baik agama Samawi ataupun agama Tabi'i memiliki aliran-
aliran yang berkembang pada agama masing-masing yang diakibatkan karena adanya perbedaan
pandangan. Perbedaan pandangan baik perorangan maupun secara kelompok, mengakibatkan
timbulnya suatu aliran yang masing-masing kelompok memperkuat pendapat paham
kelompoknya. Perkembangan ajaran Islam, tidak terlepas dari adanya aliran-aliran (paham-
paham). Walupun tidak sampai pada berubahnya hal-hal pokok dalam ajaran, dalam Islam
perbedaan merupakan rahmat. Sedangkan dalam agama selain Islam, perkembangan aliran
sering menjadikan agama tersebut berubah pada masalah-masalah pokok. Seperti berubahnya
paham ketuhanan dalam agama Tauhid menjadi agama yang musyrik (syirik kepada Allah).
Dilain pihak Harun Nasution mengungkapkan 4 unsur yang menjadi karakteristik agama yaitu
sebagai berikut:
1) Unsur kepercayaan terhadap kekuatan gaib. Kekuatan gaib tersebut dapat mengambil bentuk
yang bermacam-macam. Dalam agama primitif kekuatan gaib tersebut dapat mengambil bentuk
benda-benda yang memiliki kekuatan misterius (sakti), ruh atau jiwa yang terdapat pada bnda-
benda yang memiliki kekuatan misterius; dewa-dewa dan Tuhan atau Allah dalam istilah yang
lebih khusus dalam agama Islam. Kepercayaan pada adanya Tuhan adalah dasar yang utama
sekali dalam paham keagamaan. Tiap-tiap agama kecuali Buddhisme yang asli dan beberapa
agama lain berdasar atas kepercayaan pada sesuatu kekuatan gaib dan cara hidup tiap-tiap
manusia yang percaya pada agama di dunia ini amat rapat hubungannya dengan kepercayaan
tersebut.
2) Unsur kepercayaan bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicari akan
hilang pula. Hubungan baik ini selanjutnya diwujudkan dalam bentuk peribadatan, selalu
menginat-Nya, melaksanakan segala perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.
3) Unsur respon yang bersifat emosional dari manusia. Repon tersebut dapat mengambil bentuk
rasa takut, seperti yang terdapat pada agama primitif, atau perasaan cinta seperti yang terdapat
pada agama-agama monoteisme. Selanjutnya respon tersebut mengambil bentuk dan cara hidup
tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan.
4) Unsur paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk
kitab suci yang mengandung ajaran-ajaran agama yang bersangkutan, tempat-tempat tertentu,
peralatan untuk menyelenggarakan upacara, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian tersebut kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa agama adalah ajaran
yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci yang turun
menurun diwariskan oleh suatu generasi ke generasi dengan tujuan untuk memberituntunan dan
pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat, yang di dalamnya
mencakup unsur kepercayaan kepada kekuatan gaib yang selanjutnya menimbulkan respon emosional
dan keyakinan bahwa kebahagiaan hidup tersebut bergantung pada adanya hubungan yang baik dengan
kekuatan gaib tersebut.

D. Fitrah Manusia Beragama


Secara lughatan (etimologi) berasal dari kosa kata bahasa Arab yakni fa-tha-ra berarti
menjadikan. Pada pengertian lain interpretasi fitrah secara etimologis berasal dari kata fathara yang
sepadan dengan kata khalaqa dan ansya’a yang artinya mencipta. Biasanya kata fathara, khalaqa dan
ansya’a digunakan dalam Al-Qur’an untuk mrnunjukkan pengertian mencipta, menjadikan sesuatu
yang sebelemnya belum ada dan merupakan pola dasar yang perlu penyempurnaan.
Prof. Dr. Abdul Mujib mengutip dari imam al-qurtubi mengartikan fitrah jika dikorelasikan
dengan kalimat lain, mempunyai banyak makna yaitu :
a) Fitrah dapat berarti suci (at-thuhur).
b) Fitrah berarti potensi ber-islam (al-din Al-islamiy), ini bermakna bahwa fitrah berarti beragama
islam.
c) Fitrah mengakui keesaan Allah (Tauhid Allah).
d) Fitrah berarti kondisi selamat (al-salamah) dan kontinuitas (istiqomah).
e) Fitrah berarti perasaan yang tulus (al-Ikhlas), manusia dilahirkan membawa potensi baik.
f) Fitrah berati kesanggupan menerima kebenaran.
g) Fitrah berarti potensi dasar manusia atau prasaan untuk beribadah.
(Mudzakkir, 2010) Hasan Langgulung menambahkan bahwa, makna fitrah berarti;
h) Fitrah berarti ketetapan atau taqdir asal manusia mengenai kebahagian (al-sa’adat) atau
kesensaraan (al-syaqawat) hidup.
i) Fitrah berarti tabiat atau watak asli manusia.
j) Fitrah berarti sifat-sifat Allah, yang ditiupkan kepada manusia sebelum lahir.
Fitrah memiliki banyak dimensi, tetapi dimensi yang terpenting adalah fitrah agama. Manusia
sejak lahir mempunyai naluri atau insting yang beragama, dan mengakui adanya dzat Allah, namun
ketika dia lahir cendrung pada al-hanif, yakni rindu akan kebenaran mutlak Allah. Rasulullah SAW
bersabda :
ِ ‫سا ِن ِهأ َ ْو ُين‬
‫َص َرا ِن ِه‬ ْ ‫علَى ْال ِف‬
َ ‫ فَأ َ َب َواهُ ُي َه ِو َدا ِن ِه أ َ ْو ُي َم ِج‬،‫ط َر ِة‬ َ ‫ُكلُّ َم ْولُ ْود ي ُْولَ ُد‬
Artinya :
“Anak-anak lahir dalam keadaan fitrah, orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau
Nasrani.” (HR. Bukhari)
Abu A’la Maududi mengatakan bahwa manusia dilahirkan di bumi ini oleh ibunya sebagai
muslim (berserah diri) yang berbeda-beda ketaatannya kepada Tuhan, tetapi di lain pihak manusia
bebas untuk menjadi muslim atau non muslim. Sehingga ada hubungannya dalam aspek terminologi
fitrah selain memiliki potensi manusia beragama tauhid, manusia secara fitrah juga bebas untuk
mengikuti atau tidaknya ia pada aturan-aturan lingkungan dalam mengaktualisasikan potensi tauhid
(ketaatan pada Tuhan) itu, tergantung seberapa tinggi tingkat pengaruh lingkungan positif serta negatif
yang mempengaruh diri manusia secara fitrah-nya.
Mengenai kata fitrah menurut istilah (terminologi) dapat dimengerti dalam uraian arti yang luas,
sebagai dasar pengertian itu Allah Berfirman:
‫الدي ُْن ْالقَ ِي ُۙ ُم َو َٰل ِك هن‬
ِ َ‫َّللا َٰۗذلِك‬
ِ‫ق ه‬ ِ ‫علَ ْي َه ۗا ََّل تَ ْب ِد ْي َل ِلخ َْل‬
َ ‫اس‬ َ َ‫َّللا اله ِت ْي ف‬
َ ‫ط َر ال هن‬ ْ ِ‫فَاَقِ ْم َوجْ َهكَ ِل ِلدي ِْن َح ِن ْيفً ۗا ف‬
ِ ‫ط َرتَ ه‬
َ‫اس ََّل َي ْعلَ ُم ْو ُۙن‬
ِ ‫ا َ ْكثَ َر ال هن‬
Artinya:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah
menciptakan (fathara) manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama
yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.’’ (Q.S Ar-Rum ayat 30)
Maka dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa pada asal kejadian yang pertama-pertama
diciptakan oleh Allah adalah agama (Islam) sebagai pedoman atau acuan, di mana berdasarkan acuan
inilah manusia diciptakan dalam kondisi terbaik. Oleh karena aneka ragam faktor negatif yang
mempengaruhinya, maka kondisi manusia dapat bergeser dari kondisi fitrah-nya, untuk itulah selalu
diperlukan petunjuk, peringatan dan bimbingan dari Allah yang disampaikan-Nya melalui utusannya.

E. Islam sebagai Satu-satunya Agama yang Diridhai Allah


Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, berupa keyakinan
perintah dan larangan yang menjamin kebahagiaan didunia dan akhirat. Lantaran disampaikan Nabi
Muhammad SAW kepada manusia dalam misi mereka sebagai khalifah yang diserahkan kepadanya
untuk mengurus isi dunia dan keselamatan. Islam sebagai agama samawi terakhir, berfungsi sebagai
rahmat dan nikmat bagi manusia seluruhnya. Allah SWT telah mewahyukan agama ini dalam nilai
kesempurnaan yang tinggi, kesempurnaan nama meliputi segi-segi fundamental tentang dunia dan
ukhrawi, guna menghantarkan manusia kepada kebahagiaan lahir dan batin serta dunia dan akhirat.
Islam merupakan agama sepanjang zaman dan berlaku untuk seluruh umat manusia, dengan
berpangkal pokok pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Oleh karena itu agama yang di ridhoi Allah adalah
agama Islam. sebagaimana Firman Allah:
َ ‫ف الهذِينَ أُوتُوا ْال ِكت‬
ۗ ‫َاب إِ هَّل ِم ْن َب ْع ِد َما َجا َء ُه ُم ْال ِع ْل ُم َب ْغيًا َب ْي َن ُه ْم‬ َ َ‫اختَل‬ ِ ْ ‫َّللا‬
ْ ‫اْلس ََْل ُم ۗ َو َما‬ ِ ‫إِ هن الدِينَ ِع ْن َد ه‬
‫ب‬
ِ ‫سا‬ َ ‫س ِري ُع ْال ِح‬ َ ‫َّللا فَإِ هن ه‬
َ ‫َّللا‬ ِ‫ت ه‬ ِ ‫َو َم ْن َي ْكفُ ْر ِبآ َيا‬
Artinya :
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang
telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang
ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah
sangat cepat hisab-Nya.” (Q.S Ali-Imron : 19)
Agama Islam terdiri atas aqidah dan syariat. Aqidah atau kepercayaan (ilmunya) syariat
peribadatan, syariat akhlak (moral) dan muamalah. Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan
dibenarkan serta diakui Allah SWT. Sebagaimana Firman Allah:
َ‫اَّل ِخ َرةِ ِمنَ ۡال َٰخ ِس ِر ۡين‬
َٰ ۡ ‫اَّل ۡس ََل ِم د ِۡي ًنا فَلَ ۡن ي ُّۡق َب َل ِم ۡنهُ َوه َُو فِى‬
ِ ۡ ‫َو َم ۡن ي ۡهبت َِغ غ َۡي َر‬
Artinya :
“Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari
padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Q.S Ali-Imron: 85)
Islam sebagai agama universal yang ditutup dengan kerasulan Nabi Muhammad SAW mendapat
pernyataan resmi sebagai agama yang sempurna melalui firman Allah SWT dalam surat al-Maidah ayat
3 yang artinya: “pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu” itu secara sekilas, memang
tidak mengherankan jika umumnya dipahami sebagai ayat pamungkas atau penutup dari seluruh firman
Allah SWT dalam Al-Qur’an. Oleh sebab itu, dengan turunnya ayat tersebut dianggap sempurna sudah
seluruh syariat Islam yang diturunkan dan tidak akan membutuhkan tambahan apapun untuk
selamanya.
Pengertian lain yang muncul adalah, bahwa karena Islam sudah sempurna, maka ia mengatur
segala aspek kehidupan umat manusia. Pemahaman yang demikian ini melahirkan berbagai pertanyaan
dan spekulasi. Yang pertama, terkait makna kesempurnaan itu sendiri. Dari segi mana kah agama (din
al-Islam) pada ayat itu disempurnakan. Apakah karena sifatnya yang salih li kulli zaman wa makan,
ataukah memang telah sempurna seluruh wahyu disampaikan. Sedangkan terdapat beberapa riwayat
yang menuturkan, bahwa setelah turunnya ayat tersebut, masih ada beberapa ayat lain lagi yang
diwahyukan. Pertanyaan lain yang muncul adalah, mengenai “pada hari ini” di ayat tersebut. Apakah
sebelumnya agama pernah tidak sempurna sehingga baru disempurnakan saat surat al-Maidah ayat tiga
itu diturunkan. Sedangkan satu-satunya agama yang diridhoi di sisi Allah SWT hanyalah Islam. Dengan
sangat berhati-hati, para mufassir berusaha memahami makna surat al-Maidah ayat tiga melalui
berbagai aspeknya tidak ada satu pun dari para mufassir yang mengaitkan makna sempurnanya agama
dalam surat Al-Maidah ayat tiga dengan kewajiban umat Islam menjalankan syariat secara sempurna.
At-Tabari berpendapat, bahwa yang disempurnakan saat itu adalah din dari segi ibadah keIslamannya,
yaitu haji. Dengan kata lain, pada hari itu umat Islam telah mampu melakukan ibadah haji tanpa ada
gangguan dari kaum musyrik. Makkah. Ar-Razi mengambil pendapat al-Qaffal, bahwa sejak awal
hingga selamanya, sejatinya agama telah sempurna. Hanya saja pada masa sebelumnya, din dari segi
syariatnya hanya sempurna untuk zaman tertentu saja, sedangkan syariat pada masa dakwah Nabi
Muhammad SAW sempurna untuk selamanya. Quraish Shihab dan Hamka menuturkan, bahwa yang
dimaksud sempurna adalah, masing-masing penjelasan dan tuntunan dalam Islam, baik dalam hal
akidah, ibadah, hingga muamalahnya. Pemahaman para mufassir ini layak untuk dikaji sebagai pijakan
awal guna memperluas wawasan keislaman yang berhubungan dengan makna disempurnakannya
agama Islam.
Dengan demikian penulis dapat menarik kesimpulan bahwa islam adalah satu-satunya agama
yang diridhai Allah. Kesempurnaan agama islam terletak pada mencakup semua aspek dalam hal
ketauhidan, aqidah, ibadah hingga muamalahnya.

SIMPULAN
Agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan yang terkandung dalam kitab suci dan
kekuasaannya mutlak yang harus ditaati tanpa terkecuali dalam segala bentuk peribadatan yang telah
digariskan-Nya dengan penuh rasa ikhlas yang diwujudkan dalam i’tikad (kepercayaan), Akhlaq (budi
pekerti), dan amal salih.
Agama memiliki peranan penting dalam hidup dan kehidupan manusia baik secara pribadi
maupun secara kelompok. Secara umum agama berfungsi sebagai jalan penuntun penganutnya untuk
mencapai ketenangan hidup dan kebahagian di dunia maupun di kehidupan kelak.
Secara umum, ruang lingkup suatu agama meliputi unsur unsur sebagai berikut, yaitu: substansi
yang disembah, kitab suci, pembawa ajaran, pokok-pokok ajaran, dan aliran-alirannya. Selain itu agama
mengandung unsur: pertama, kepercayaan pada adanya tuhan. Kedua, unsur kepercayaan yang
diwujudkan dalam bentuk ibadah. Ketiga, unsur respon yang bersifat emosional dari manusia.
Keempat, unsur paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib.
Fitrah memiliki banyak dimensi, tetapi dimensi yang terpenting adalah fitrah agama. Manusia
sejak lahir mempunyai naluri atau insting yang beragama, dan mengakui adanya dzat Allah, namun
ketika dia lahir cendrung pada al-hanif, yakni rindu akan kebenaran mutlak Allah.
Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, berupa keyakinan
perintah dan larangan yang menjamin kebahagiaan didunia dan akhirat. Islam adalah satu-satunya
agama yang diridhai Allah. Kesempurnaan agama islam terletak pada mencakup semua aspek dalam
hal ketauhidan, aqidah, ibadah hingga muamalahnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, H.A Malik. 2015. Aqidah (Buku-1). Jakarta : Al - Hidayah.

Gholib, Achmad. 2006. Study Islam Pengantar Memahami Agama Al-Qur’an al Hadits dan Sejarah Peradaban
Islam. Jakarta : Faza Media.

Jalaludin. 2002. Psikologi Agama. Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada.

Mujib, Abdul. 1999. Fitrah & Kepribadian Islam Sebuah Pendekatan Psikologis. Jakarta : Darul Falah.

Nasution, Harun. 1979. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta : Bulan Bintang.

Nasution, Hasna. 2006. Filsafat Agama. Jakarta : Istiqamah Mulya Press.

Nasution, Zakaria. 1991. Asas Ajaran Agama Islam. Medan : Perdana Publishing.

Puspito, Hendro. 1990. Sosiologi Agama. Yogyakarta : Kanisius dan BPK Gunung Mulia.

Raharjo, Dawam. 1999. Pandangan Al-Qur’an tentang Manusia dalam Pendidikan & Persepektif Al-Qur’an.
Yogyakarta : LPPI.

Razak, Nasiruddin. 1984. Dienul Islam VII. Bandung : Al - Ma’arif.

Sodikin, R. Abuy. 2003. Konsep Agama dan Islam. Jurnal Al - Qalam, Vol. 20 (97).

You might also like