Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

Volume 4 Issue 2, August 2022: pp. 168-182.

Copyright © 2022 Halu Oleo Legal Research. Faculty of Law, Halu Oleo University,
Kendari, Southeast Sulawesi, Indonesia.
Open Access at: https://journal.uho.ac.id/index.php/holresch/

Halu Oleo Legal Research is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License, which permits unrestricted
use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited.

Analisis Hukum Pertanggung Jawaban Izin Pengelolaan


Limbah PT. Antam terhadap Dampak Kerusakan Lingkungan
Pantai Pomalaa

Legal Analysis of Liability for Waste Management Permit PT. Antam on the
Environmental Damage Impact of Pomalaa Beach

Muhammad Jufri Dewa


Pascasarjana Universitas Halu Oleo
E-mail: muh.jufridewa@yahoo.com

Muhammad Sabarudin Sinapoy


Pascasarjana Universitas Halu Oleo
E-mail: sabaruddinsinapoy@yahoo.com

La Sensu
Pascasarjana Universitas Halu Oleo
E-mail: lasensu_march72@yahoo.com

Guasman Tatawu
Pascasarjana Universitas Halu Oleo
E-mail: gtatawu@gmail.com

Oheo Kaimuddin Haris


Pascasarjana Universitas Halu Oleo
E-mail: oheokh@gmail.com

Hermanto
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Halu Oleo
E-mail: hermantopasca@gmail.com

Abstract: This study aimed to analyze the waste management of PT. Antam complies with
the principles of environmental conservation. To analyze the liability of PT. Antam which
has an impact on the damage to the Pomalaa beach. Environmental administrative law is
part of developing a theory (science) that is very relevant to solving the legal content raised,
so that it can be ascertained that the existence of administrative law is an inseparable part
of the substance of state administrative law itself. This research uses several approaches,
namely the statutory approach, the case approach, and the conceptual approach with
primary and secondary law with prescriptive analysis techniques. Based on the results of

168
the study it was found that: Waste management at PT. Antam has not complied with the
principles of environmental conservation, regulated in Law Number 32 of 2009 concerning
Environmental Protection and Management, Government Regulation Number 82 of 2001
concerning Water Quality Management and Water Pollution Control, Minister of Marine
Affairs and Fisheries Regulation of the Republic of Indonesia No. 17/Permen-KP/2013
concerning Licensing of Reclamation in Coastal Areas and Small Islands. and Government
Regulation Number 101 of 2014 concerning Management of Hazardous and Toxic Waste,
Responsibility for the waste management permit of PT. ANTAM which caused damage to
the Pomalaa beach. The perpetrators of waste pollution without a permit are parties who
can be held accountable not only individuals but also corporations.
Keyword: Liability for Permits; Waste Management; Environmental Damage Impact.
Abstrak: Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis pengelolaan limbah PT. Antam
sesuai dengan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan hidup. Untuk menganalisis
pertanggungjawaban izin pengelolaan limbah PT. Antam yang berdampak pada
kerusakan pantai Pomalaa. Hukum administrasi lingkungan adalah bagian dari
pengembangan sebuah teori (ilmu) yang sangat relevan terhadap pemecahan isi hukum
yang diangkat, sehingga dapat dipastikan bahwa eksistensi hukum administrasi adalah
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari substansi hukum administrasi negara itu
sendiri. Penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan yakni pendekatan perundang-
undangan (statue approach), Pendekatan kasus (case approach), dan Pendekatan
Konseptual (conceptual approach) dengan hukum primer dan sekunder dengan teknis
analisis preskriptif. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa: Pengelolaan limbah
PT. Antam belum sesuai dengan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan hidup, diatur
dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas air dan Pengendalian Pencemaran Air, Peraturan Menteri Kelautan dan
perikanan RI No. 17/Permen-KP/2013 tentang Perizinan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau kecil.dan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Pertanggungjawaban izin
pengelolaan limbah PT. ANTAM yang berdampak kerusakan pantai Pomalaa. Terhadap
pelaku pencemaran limbah tanpa izin adalah pihak-pihak yang dapat
dipertanggungjawabkan tidak hanya orang perorangan tetapi juga korporasi.
Kata kunci: Pertanggung Jawaban Izin; Pengelolaan Limbah; Dampak Kerusakan
Lingkungan

PENDAHULUAN
Pencemaran dan kerusakan lingkungan di Indonesia telah terjadi di mana-mana. Dari tahun ke
tahun akumulasinya selalu bertambah dan cenderung tidak dapat terkendali, seperti kerusakan
dan kebakaran hutan, banjir pada waktu musim penghujan, dan kekeringan pada waktu musim
kemarau.1 Hal tersebut mencerminkan semakin rusaknya lingkungan hidup.
Membicarakan hubungan masyarakat manusia dan lingkungan secara kodrati
sebenarnya keduanya merupakan satu kesatuan kehidupan sebagai biotic community. Manusia
dan komunitasnya di samping diberi hak untuk memanfaatkan, juga mempunyai tanggung

1 Absori. “Penegakan Hukum Lingkungan Pada Era Reformasi”. Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 8, No. 2, 2005, hlm. 221.

169
jawab untuk menyelamatkan dan melestarikan lingkungan.2 Karena itu, manusia tidak
diperbolehkan untuk memperlakukan lingkungan melebihi dari kadar yang ada, apalagi
bertindak melampaui batas terhadap alam.3
Berdasarkan penjelasan umum Undang-Undang Lingkungan Hidup (UU RI Nomor 32
Tahun 2009) pembangunan dapat didefinisikan sebagai upaya sadar untuk mengelola dan
memanfaatkan sumber daya guna meningkatkan mutu kehidupan masyarakat, Sehingga
pembangunan dapat dikatakan sebagai usaha pemerintah dalam mencapai kesejahteraan bagi
seluruh lapisan masyarakat.
Pencemaran lingkungan terjadi bila daur materi dalam lingkungan hidup mengalami
perubahan sehingga keseimbangan dalam hal struktur maupun fungsinya terganggu.
Ketidakseimbangan struktur dan fungsi daur materi terjadi karena proses alam atau juga karena
perbuatan manusia. Dalam abad modern ini banyak kegiatan atau perbuatan manusia untuk
memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan teknologi sehingga banyak menimbulkan
pencemaran lingkungan. Dalam usaha mengubah lingkungan hidup manusia untuk
meningkatkan kesejahteraan hidupnya dapat menimbulkan masalah yang disebut
pencemaran.4
Berbicara mengenai hukum memang tidak terlepas dari masyarakat, karena hukum
yang baik adalah hukum yang tumbuh dan berkembang bersama masyarakat (living law), oleh
karena itu Negara Indonesia yang merupakan negara hukum telah memiliki peraturan yang
mengatur segala aspek dalam kehidupan masyarakat.
Permasalahan dalam pertanggungjawaban konsep hukum administrasi terdiri dari 1.
Tanggung jawab pribadi dan 2. Tanggung jawab jabatan. dan penerapan prinsip strict liability
(tanggung jawab mutlak) yang diatur dalam ketentuan Pasal 884 UUPPLH.5 Selain itu diatur
pula mengenai penghitungan ganti kerugian akibat pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan yang didasarkan pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2011
Tentang Ganti Kerugian Akibat Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan (Permen KLH
13/2011).6 sebagaimana telah dicabut oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 7

2 Absori, Hukum Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup, Sebuah Model Penyelesaian Sengketa Lingkungan
Hidup dengan Pendekatan Partisipatif, Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2009, hlm 80
3 Absori, “Advokasi Masyarakat dalam Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Jaten, Kabupaten
Karanganyar”. Warta LPM, Vol. 10, No. 1, 2017, hlm. 69.
4 Wisjachudin Faisal dan Elin Nuraini, “Validasi Metode AANC Untuk Pengujian Unsur Mn, Mg dan Cr Pada
Cuplikan Sedimen di Sungai Gajahwong”, Jurnal Badan Tenaga Nuklir Nasional, Yogyakarta, 2010.
5 Huruf D Bab IV Pedoman Penanganan Perkara Perdata Lingkungan.
6 Huruf E Bab IV Pedoman Penanganan Perkara Perdata Lingkungan.

170
Tahun 2014 Tentang Kerugian Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran dan/atau Kerusakan
Lingkungan Hidup (Permen KLH 7/2014).
Dalam kasus pencemaran lingkungan terdapat sanksi antara lain sanksi pidana, perdata,
dan sanksi administratif yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, sanksi pidana itu berupa pidana kurungan
atau denda sejumlah uang yang sangat besar, sanksi perdata berupa ganti rugi atas kerusakan
dan kerugian yang ditimbulkannya selama pencemaran itu berlangsung, ganti rugi berupa ganti
rugi dengan memberi sejumlah uang dan pemulihan kembali lingkungan yang telah dirusaknya,
sedangkan sanksi administratif itu berupa teguran tertulis, paksaan pemerintah, pembekuan
izin lingkungan, pencabutan izin lingkungan. Tapi dari semua sanksi yang disebutkan sanksi
pidana, perdata, administratif tampak dalam realisasi dari sanksi tersebut bahkan tidak ada
yang dilaksanakan ataupun kalau ada yang dilaksanakan tampak sanksi itu tidak memberikan
efek jerah kepada para pelakunya atau perusahaan industri lainnya untuk takut melakukan
pencemaran lingkungan.7
AMDAL menjadi bentuk kajian mengenai dampak dari suatu usaha dan/atau kegiatan
yang direncanakan pada lingkungan hidup sebagai penyeimbang dari pertumbuhan
pembangunan yang sering kali menimbulkan dampak yang tidak terduga terhadap lingkungan
alam dan lingkungan sosial.8
Pemerintah telah mengeluarkan aturan baru pengolahan limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3) dan non-B3. Aturan tersebut tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. PP ini
merupakan salah satu turunan Undang-Undang No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
Pengelolaan lingkungan hidup ini menjadikan dasar terhadap pengelolaan limbah
perusahaan yang harus dilakukan oleh perusahaan melalui pengurus atau pimpinan dari
perusahaan tersebut ataupun perorangan yang memiliki tanggung jawab mengenai limbah.
Limbah termasuk bagian dari limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), oleh karena itu dalam
pengelolaan limbah perusahaan harus mengikuti ketentuan dalam pengelolaan limbah B3
tersebut. Pengelolaan limbah perusahaan adalah pengelolaan yang meliputi beberapa kegiatan

7 Rachmat Hidayat S., “Analisis Yuridis Terhadap Pencemaran Lingkungan Menurut UU RI No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Studi Kasus di Kecamatan Biringkanaya dan
Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar)”, Skripsi, Makassar: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin
Makassar, 2014, hlm. 30.
8 Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, Cetakan ke-18, Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2006, hlm. 39.

171
yaitu pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengelolaan dan
penimbunan.
Melakukan pembuangan dumping ke laut limbah slag nikel tanpa ada izin lingkungan
dari pemerintah, izin lokasi reklamasi, dan tidak ada izin pelaksanaan reklamasi. Keberadaan
hutan pantai dan mangrove juga tidak luput dari kerusakan disebabkan pembuangan limbah
slag ke laut yang mengubah permukaan daratan pantai yang sebelumnya tanah alami sekarang
terbentuk dari limbah slag.
Di dalam wilayah pertambangan IUP PT. Antam di bagian pesisir pantai yang
direklamasi dengan slag telah dibangun fasilitas yakni tempat wisata “Pantai Harapan”, dan
bangunan pembangkit listrik tenaga uap berbahan baku batu bara untuk mendukung
kebutuhan listrik operasional pabrik Perusahaan Antam. Pada mulanya, pantai harapan
tersebut dibuka untuk masyarakat umum, dan tak lama kemudian ditutup dan tidak lagi
difungsikan sebagai obyek tempat wisata. Kegiatan pengelolaan limbah slag perusahaan PT.
Antam yang salah satunya digunakan menimbun laut mendapat sorotan dan kritikan dari
masyarakat sekitar dan aktivis lingkungan karena dinilai selain merusak lingkungan laut juga
berdampak terhadap aktivitas masyarakat nelayan di sekitarnya merasa terganggu dengan
kegiatan pengelolaan limbah PT. Antam yang menjadikan laut sebagai tempat pembuangan
sekaligus penampungan limbah slag.
Secara umum, limbah mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya
Selain merusak lingkungan serta menyebabkan menurunnya dan/atau berubahnya estetika
pada lingkungan itu menjadi buruk, bahkan limbah juga bisa menyebabkan kematian terhadap
orgasme yang ada di sekitar lingkungan. Terlebih jika limbah itu tergolong limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3). Definisi pengelolaan limbah B3 Pasal 1 butir 23 UU 32 Tahun
2009, “Pengelolaan limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengelolaan dan/atau penimbunan limbah B3.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:
Analisis Hukum Pertanggungjawaban Izin Pengelolaan Limbah PT Antam Terhadap Dampak
Kerusakan Lingkungan Pantai Pomalaa.

METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif atau doktrinal menurut Peter
Mahmud Marzuki penelitian hukum normatif sebagai penelitian perpustakaan atau studi
dokumen karena penelitian ini dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang

172
tertulis atau bahan-bahan hukum yang lain, pada intinya penelitian yang dilakukan dengan cara
meneliti bahan-bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan
hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.9

ANALISIS DAN PEMBAHANSAN


Pengelolaan Limbah PT. Antam Sesuai dengan Prinsip-prinsip Pelestarian Lingkungan
Hidup
Salah satu faktor yang menentukan dalam pembangunan adalah lingkungan hidup, dimana
lingkungan hidup adalah tempat pembangunan berlangsung. Lingkungan hidup mempunyai
arti penting dalam kehidupan manusia. Manusia dalam pengertian mengenai lingkungan hidup
merupakan salah satu unsur makhluk hidup, seperti yang tercantum dalam Undang - Undang
Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.10
Sejak awal perencanaan usaha dan/atau kegiatan sudah harus diperkirakan perubahan
rona lingkungan hidup akibat pembentukan suatu kondisi lingkungan hidup yang baru, karena
ada yang timbul sebagai akibat diselenggarakannya usaha dan/atau kegiatan pembangunan
baik itu menguntungkan atau bahkan merugikan. Dengan dimasukkannya analisis mengenai
dampak lingkungan hidup ke dalam proses perencanaan suatu usaha dan/atau kegiatan, maka
pengambil keputusan akan memperoleh pandangan yang lebih luas dan mendalam mengenai
berbagai aspek usaha dan/atau kegiatan tersebut, sehingga dapat diambil keputusan optimal.11
Pelestarian Lingkungan hidup adalah memanfaatkan lingkungan hidup secara bijak agar
keseimbangan lingkungan tetap terjaga. Pelestarian lingkungan hidup memiliki beberapa
tujuan, antara lain: Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara arif dan bijaksana,
Pelestarian lingkungan hidup adalah upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup
terhadap tekanan perubahan dampak negatif yang ditimbulkan suatu kegiatan, Lingkungan
hidup perlu dilestarikan karena menjaga kestabilan lingkungan untuk menjadi tempat hidup
Manusia, hewan dan tumbuhan.

9 Ronny Hanitjo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimateri, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998. hlm. 11.
10 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
11 Hayyan Setiawan, “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)”, Ilmu Hutan, https://ilmuhutan.com/
analisis-mengenai-dampak-lingkungan-amdal/, diakses pada tanggal 16 Juni 2022.

173
Permasalahan seputar lingkungan hidup sering terdengar, segala macam pemberitaan
tentang kerusakan lingkungan hidup tidak asing lagi di pengamatan dan pendengaran kita,
peristiwa-demi peristiwa terjadi tanpa kompromi. Kapan dan di mana akan terjadi, manusia
hanya bias mereka-reka. Dan melalui kecanggihan teknologi yang ada manusia hanya biasa
menghindar dan menyelamatkan diri, oleh karena itu, tak jarang keserakahan dan kecemasan
manusia akan suatu efek yang lebih besar, terus membayangi hidup manusia, dengan demikian
timbullah persepsi bahwa alam adalah musuh bagi manusia, sehingga tingkat kewaspadaan
manusia pun semakin meningkat.12 Ada beberapa usaha yang mestinya dilakukan oleh manusia
dalam upaya pelestarian lingkungan hidup, yaitu upaya rekonsiliasi, perubahan konsep atau
pemahaman tentang alam dan menanamkan budaya pelestarian.13
Pengelolaan limbah slag Nikel PT. Antam tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pelestarian
lingkungan hidup, dimana Antam tindak menjaga atau mempertahankan kondisi rona awal
lingkungan pantai sehingga mengakibatkan kealamiahan atau sifat alamiah pantai tidak sesuai
lagi dengan keasliannya, ekosistem lingkungan pantai menjadi merosot dengan tergusurnya
tumbuhan pantai dan pohon mangrove serta tertimbunnya batu karang pantai dengan slag
nikel. Ini dapat berakibat terjadinya abrasi pantai, udara bersih dan segar di sekitar pantai
kualitasnya berkurang, ekosistem yang ada dipantai terganggu, berkurangnya keindahan atau
daya tarik, penurunan kualitas air dan menurunnya pasokan ikan karena hutan bakau juga
berperan sebagai habitat berbagai organisme pantai, seperti alga, udang dan kepiting. Bakau
menyediakan makanan dan tempat tinggal ikan dan juga tempat aman untuk bertelur, banyak
ikan dari terumbu karang menghabiskan sebagian waktu mereka dihutan bakau, jadi hutan
bakau mendukung kehidupan terumbu karang, bakau menyaring endapan dari tanah untuk
terumbu karang, bakau menyediakan rumah bagi burung dan hewan lainnya.
Dalam pembuangan limbah slag nikel PT Antam terdapat Pelanggaran Izin Pengelolaan
Limbah pada lingkungan pantai Pomalaa, dimana pada realitas yang terjadi di lapangan
ditemukan kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh limbah slag nikel yang tidak
memiliki izin pembuangan limbah ke pantai, yang menyebabkan terjadinya kerusakan
ekosistem pantai, hal ini termasuk pelanggaran hukum.
Dari aktivitas pembuangan limbah slag ke pantai yang dilakukan oleh Antam sejak
sebelum tahun 2000, tahun 2015 Bupati Kolaka kembali menyurati SVP PT. Antam Tbk UBPN

12 Rizka, “Menjaga Lingkungan Dengan Kaderisasi Konservasi#2”, Blog Unnes Rizka, https://blog.unnes.ac.id/
rikza89/2015/11/18/menjaga-lingkungan-dengan-kaderisasi-konservasi2/, diakses pada tanggal 15 Juni
2022.
13 Otto Soemarwoto, Analisis Mnegenai Dampak Lingkungan, Yogyakarta: Gadjah Mada University, 2003, hlm. 34.

174
Sultra menghentikan pembuangan limbah slag ke laut/pantai karena Antam melanggar
dan/atau bertentangan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. PP No. 101 tahun 2014 tentang pengelolaan limbah Berbahaya dan Beracun
3. Peraturan Menteri Kelautan dan perikanan RI No. 17/Permen-KP/2013 tentang Perizinan
Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil.

Pertanggungjawaban Izin Pengelolaan Limbah PT. Antam yang Berdampak pada


Kerusakan Pantai Pomalaa
Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UUPPLH) pasal 1 angka 16 Perusakan lingkungan Hidup adalah tindakan orang yang
menimbulkan perubahan langsung terhadap sifat fisik, kimia dan/atau hayati lingkungan hidup
sehingga melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
Penimbunan, Pembuangan dan/atau reklamasi Pantai Pomalaa dengan menggunakan
slag nikel sudah terjadi atau dilakukan sejak sebelum tahun 2000 dan kegiatan tersebut
berlangsung terus hingga tahun 2015, menurut informasi masyarakat yang tinggal di sekitar
lokasi reklamasi masih terjadi pembuangan sekali-sekali/penumpukan di atas hamparan pantai
yang sudah direklamasi tanpa dilengkapi dengan izin, artinya PT. Antam dimungkin kan masih
membuang slag nikel di Pantai Pomalaa di luar dari lokasi yang ditetapkan yakni 6.2 Ha dalam
izin untuk penempatan sementara slag nikel.
Reklamasi Pantai Pomalaa sebelum menjadi Tempat Penyimpanan Sementara tidak
dilengkapi jenis perizinan sebagaimana diatur Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI
No. 17/2013 tentang Perizinan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Pasal 2 ayat
(1) Pemerintah, Pemerintah daerah, dan setiap orang yang akan melaksanakan reklamasi di
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil wajib memiliki Izin Lokasi, dan Izin Pelaksanaan
Reklamasi. Sedangkan pada Ayat (2), Izin Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terdiri atas Izin Lokasi Reklamasi, dan Izin Lokasi Sumber Material Reklamasi.
Penggunaan slag nikel sebagai material/urukan lokasi pantai slug dan PLTU PT. Antam
tidak dilakukan pengelolaan terlebih dahulu untuk menghilangkan atau mengurangi risiko yang
dapat ditimbulkan dari limbah B3 yang dihasilkan maka limbah B3 telah dihasilkan perlu
dikelola secara khusus. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tidak dapat begitu saja
ditimbun, dibakar atau dibuang ke lingkungan, karena mengandung bahan yang dapat
membahayakan manusia dan makhluk hidup lain, Setelah diolah limbah B3 masih memerlukan

175
metode pembuangan yang khusus untuk mencegah risiko terjadi pencemaran. Perlakuan
limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan dengan proses sebagai berikut:
“Proses secara kimia, meliputi: redoks, elekrolisa, netralisasi, pengendapan, stabilisasi,
adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa. Peraturan Pemerinta No. 12 Tahun 1995 tentang
pengelolaan limbah berbahaya dan beracun, setiap orang yang melakukan usaha
dan/atau kegiatan yang menghasilkan limbah B3 dilarang membuang limbah B3 yang
dihasilkan itu secara langsung ke dalam media lingkungan hidup, tanpa pengolahan
terlebih dahulu”.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sangat diperlukan karena harus ada
studi kelayakan sebagaimana yang telah diamanatkan di dalam undang-undang atau peraturan
pemerintah, untuk menjaga lingkungan dari sebuah proyek atau kegiatan industri atau kegiatan
yang dapat menyebabkan kerusakan di suatu lingkungan. UU PPLH Nomor 23 Taun 2009
bahwa reklamasi atau kegiatan yang mengakibatkan terjadinya bentang alam wajib dilakukan
Amdal bahwa reklamasi tersebut harus dilengkapi dengan Amdal namun sejauh ini reklamasi
tersebut tanpa dilengkapi atau tidak memiliki dokumen lingkungan sedangkan kegiatan
reklamasi pantai tersebut sudah dilakukan pada saat UU No. 32 tahun 2009 Tentang
Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) sudah berlaku. Pasal 1 ayat (2) adalah
upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi Lingkungan Hidup dan
mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian. Oleh karena itu penimbunan Pantai Pomalaa yang
difokuskan sebagai obyek penelitian perlu dilengkapi dokumen lingkungan atau Amdal karena
kegiatan atau penimbunan Pantai Pomalaa berdampak penting dan luas karena bentang alam
maupun garis pantai mengalami perubahan.
Pantai Pomalaa (pantai slag) menjadi kawasan pembuangan limbah slag nikel PT. Antam
Tbk sebelum UU PPLH No. 32 Tahun 2009 berlaku, dan setelah berlakunya UU PPLH No. 32
tahun 2009. Sebelum tahun 2000 PT. Antam sudah melakukan pembuangan (dumping) limbah
slag nikel ke laut/Pantai Pomalaa secara berangsur-angsur tanpa ada izin dari pemerintah,
berdasarkan keterangan tertulis Kepala Seksi limbah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Kolaka, Izin Dumping adalah kewenangan pemerintah pusat, PT. Antam tidak memiliki izin
dumping (membuang) limbah ke laut, yang ada hanya izin pemanfaatan limbah. Dengan
demikian dapat diartikan bahwa semestinya tidak ada kegiatan yang membentuk hamparan
daratan limbah nikel slag di laut/pantai Pomalaa (reklamasi), dan pemanfaatan atau izin
pemanfaatan hanya sebagai kegiatan sementara atau menempatkan sementara waktu limbah
slag nikel di dalam izin yang suda ditentukan/diizinkan guna mengelola limbah sebelum

176
dimanfaatkan atau sebelum menjadi bahan baku produk dari maksud pemanfaatan limbah.
Bidang Tata Lingkungan Kabupaten Kolaka memberikan keterangan tertulis bahwa Dinas
Lingkungan hidup Kabupaten Kolaka tidak pernah mengeluarkan/menerbitkan izin
lingkungan, izin lokasi reklamasi dan izin pelaksanaan reklamasi untuk kegiatan reklamasi
pantai Pomalaa. Dinas Perindustrian Kabupaten Kolaka memberi keterangan bahwa PT. Antam
Tbk UBPN Sulawesi Tenggara tidak memberikan data atau melaporkan produksi nikel dan
produksi limbah slag B3 kepada pemerintah Kabupaten Kolaka sehingga sulit bagi dinas
perindustrian untuk memberi informasi kepada masyarakat yang membutuhkan data terkait
produksi nikel dan limbah slag nikel PT. Antam Tbk UBPN Sultra.`
Berdasarkan perkembangan teori negara demokrasi, dua hal (tanggung jawab dan
kewajiban) tersebut, merupakan suatu unsur dari kesatuan pengertian kekuasaan. Dalam
konsep hukum administrasi, tanggung jawab pada hakikatnya ada 2 (dua), yakni: 1. Tanggung
jawab pribadi dan 2. Tanggung jawab jabatan.14
Tanggung jawab pribadi berkaitan dengan pendekatan fungsional atau pendekatan
perilaku. Dari aspek hukum administrasi, tanggung jawab pribadi berkenaan dengan mal
administrasi dalam penggunaan wewenang dalam pelayanan publik (public service).
Penggunaan wewenang meliputi tindakan pemerintahan menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan dan tindakan dalam menetapkan suatu kebijakan atau diskresi. Konsep
dalam tanggung jawab pribadi tidak dikenal asas “Superior Respondeat” (atasan bertanggung
jawab atas perbuatan bawahan). Dengan demikian selain norma-norma pemerintahan yang
baik sebagai parameter fungsi pemerintahan juga terdapat norma-norma perilaku aparat.
Tanggung jawab jabatan berkenaan dengan “legalitas” (keabsahan) tindakan
pemerintah. Dari aspek hukum administrasi, legalitas tindakan pemerintahan berkaitan dengan
pendekatan terhadap kekuasaan pemerintahan. Dalam hal ini pendekatan kekuasaan berkaitan
dengan wewenang yang diberikan menurut undang-undang berdasarkan asas legalitas atau
asas rechmatigeheid. Lebih lanjut, Tatiek Sri Djatmiati, bahwa dalam pendekatan kekuasaan
menunjuk kontrol atau pengawasan terhadap penggunaan kekuasaan. Dalam hal ini terdapat
penyimpangan atau pelanggaran terhadap penggunaan kekuasaan oleh pemerintah, maka
tanggung jawab negara dilakukan atas dasar asas legalitas atau asas “rechmatigheid”.

14 Tatiek Sri Djatmiati, “Maladministrasi dalam Konteks Kesalahan Pribadi dan Kesalahan Jabatan, Tanggung-
Jawab Pribadi dan Tanggung-Jawab Jabatan”, dalam Philiphus M. Hadjon, dkk. Hukum Administrasi dan Good
Governace, Jakarta: Percetakan Universitas Trisakti, 2010, hlm. 94.

177
Pertanggung jawaban izin pengelolaan dan pemanfaatan limbah slag B3 Antam tidak
transparan dimana pemerintah Kabupaten Kolaka tidak memperoleh data tentang jumlah
produksi nikel beserta jumlah produksi limbah slag yang dihasilkan. Tidak ada data rutin yang
dilaporkan kepada Pemkab Kolaka baik di Dinas Lingkungan Hidup maupun di Dinas
perindustrian terkait jumlah tonase atau kubikasi limbah slag B3 yang ditempatkan atau
disimpan sementara d TPS. Begitu pun limbah yang dikelola kembali setelah disimpan
sementara di tempat penyimpanan tidak dilakukan pengelolaan terlebih dahulu, sehingga
diragukan limbah slag yang ada di TPS tidak semuanya kembali diolah untuk dimanfaatkan ,
tetapi dijadikan timbunan dipantai. Koordinat Tempat penampungan sementara Limbah slag
yang ditempatkan di atas lahan reklamasi pantai sebagian terdapat di atas laut.
Meskipun terdapat banyak aturan hukum yang mengatur tentang limbah baik undang-
undang, peraturan bupati, peraturan daerah, aturan hukum yang memberikan penjelasan
secara rinci perihal limbah terutama limbah cair di Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul
adalah Peraturan Bupati Nomor kegiatan usaha dan/atau kegiatan yang menghasilkan limbah
cair untuk mendapatkan izin pembuangan limbah cair ini. Dalam Peraturan Bupati Nomor 15
Tahun 2015 tentang Izin Pembuangan Air Limbah untuk mendapatkan izin pembuangan
limbah cair langkah yang dilakukan adalah mengajukan permohonan izin.
Pengajuan permohonan izin sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 3 wajib
memenuhi persyaratan:15
a. administrasi dan
b. teknis.
Dalam syarat administrasi,16 persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf a terdiri dari”:
a. formulir permohonan izin yang diisi lengkap dan benar dengan menggunakan formulir
yang telah disediakan;
b. dokumen AMDAL, UKL-UPL, SPPL atau dokumen lingkungan hidup lainnya yang
dipersamakan dengan dokumen dimaksud; dan
c. izin-izin lain yang berkaitan dengan pendirian usaha dan/atau kegiatan, pendiri bangunan
dan persyaratan lain yang terkait dengan pembangunan atau operasional sistem
pengelolaan air limbah.

15 Pasal 4 Peraturan Bupati Kabupaten Kolaka Nomor 15 Tahun 2015.


16 Pasal 5 Peraturan Bupati Kabupaten Kolaka Nomor 15 Tahun 2015.

178
Sedangkan dalam syarat teknis,17 persyaratan teknis sebagaimana yang dimaksud
dalam Pasal 4 huruf b terdiri dari:
a. kajian dampak pemanfaatan limbah cair terhadap pembudidayaan ikan, hewan, dan
tanaman, kualitas tanah dan air tanah, serta kesehatan masyarakat; dan
b. upaya pencegahan pencemaran, meminimalisasi air limbah, efisiensi energi dan sumber
daya yang harus dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan limbah cair.
Tata cara pemrosesan permohonan izin evaluasi administrasi adalah sebagai berikut:18
a. setelah menerima permohonan izin, Kepala Badan melakukan evaluasi administrasi.
b. Evaluasi persyaratan administrasi bertujuan untuk memastikan persyaratan administrasi
perizinan lengkap,
c. Evaluasi hanya bersifat meneliti ada atau tidak adanya persyaratan administrasi.
d. Hasil akhir evaluasi administrasi berupa pernyataan lengkap atau tidak lengkap dari
petugas evaluator.
e. Petugas evaluator ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan.
f. Apabila persyaratan administrasi lengkap, tahap selanjutnya dilakukan evaluasi teknis dan
jika tidak lengkap dikembalikan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk
dilengkapi.
g. Jangka waktu untuk melengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
terhitung sejak 7 (tujuh) hari kalender sejak diperiksa oleh petugas evaluator
Setelah mendapatkan izin tersebut adapun aturan yang berisikan larangan dan
kewajiban terhadap izin pembuangan limbah cair dalam Peraturan Bupati Bantul Nomor 15
Tahun 2015 tentang Izin Pembuangan Limbah Cair dijelaskan bahwa:19 setiap usaha dan/atau
kegiatan dilarang:20
a. membuang air limbah ke dalam air atau sumber air tanpa izin dari Kepala Badan;
b. melakukan pengenceran air limbah;
c. membuang air limbah ke dalam air atau sumber air sebelum dilakukan pengolahan;
d. melakukan pembuangan air limbah ke dalam air atau sumber air dengan mutu air yang
melebihi Baku Mutu Air Limbah untuk kegiatan sejenis yang telah ditetapkan; dan
e. membuang air limbah yang mengandung radioaktif ke air atau sumber air.

17 Pasal 6 Peraturan Bupati Kabupaten Kolaka Nomor 15 Tahun 2015.


18 Pasal 8 Peraturan Bupati Kabupaten Kolaka Nomor 15 Tahun 2015.
19 Lihat Peraturan Bupati Kabupaten Kolaka tentang Izin Pembuangan Limbah
20 Pasal 19 Peraturan Bupati Kabupaten Kolaka Nomor 15 tahun 2015

179
Selain itu, setiap penanggung jawab wajib:21
a. memiliki saluran pembuangan air limbah sebelum dibuang ke sumber air;
b. membuat saluran pembuangan air limbah sedemikian rupa, sehingga memudahkan
pengambilan contoh dan pengukuran debit air limbah di luar area kegiatan;
c. memasang peralatan pengukuran debit aliran pembuangan air limbah dan melakukan
pencatatan debit aliran pembuangan air limbah harian;
d. menaati baku mutu air limbah sebagaimana ditentukan;
e. memeriksakan kualitas air limbah ke laboratorium yang sudah terakreditasi secara berkala
satu kali dalam 1 (satu) bulan;
f. menyampaikan laporan kepada Bupati melalui Kepala Badan mengenai pembuangan air
limbah termasuk volume air limbah yang dihasilkan, catatan debit aliran pembuangan air
limbah, hasil uji kualitas air limbah dan hasil analisisnya paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3
(tiga) bulan;
g. melaporkan kepada instansi yang berwenang apabila terjadi perubahan kegiatan; dan
h. menyampaikan surat pernyataan bermeterai cukup kepada Kepala Badan bahwa laporan
yang telah disampaikan adalah benar sesuai kualitas air limbah yang sebenarnya dibuang

KESIMPULAN
Pengelolaan limbah PT. Antam belum sesuai dengan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan
hidup sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, dan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 dengan,
prinsip-prinsip 1. Asas Manfaat, 2. Asas Keadilan, 3. Asas Keadilan Ekologis, 4. Asas
Keseimbangan, 5. Asas Keberpihakan Kepada Kepentingan Bangsa, 6. Asas Partisipatif, 7. Asas
Transparansi, 8. Asas Akuntabilitas, 9. Asas Keberlanjutan dan berwawasan lingkungan.
Pertanggung jawaban izin pengelolaan dan pemanfaatan limbah slag B3 Antam tidak
transparan dimana pemerintah Daerah Kabupaten Kolaka tidak memperoleh data tentang
jumlah produksi nikel beserta jumlah produksi limbah slag yang dihasilkan. Tidak ada data rutin
yang dilaporkan kepada Pemkab Kolaka baik di Dinas Lingkungan Hidup maupun di Dinas
perindustrian terkait jumlah tonase atau kubikasi limbah slag B3. Apabila yang bertanggung
jawab dalam tindak hukum adalah pengurus atau pemberi perintah dalam kegiatan korporasi
tersebut, maka pengurus atau pemberi perintah yang dalam hal ini adalah orang perorangan

21 Pasal 20 Peraturan Bupati Kabupaten Kolaka Nomor 15 tahun 2015

180
dapat dijatuhi dengan pidana penjara dan denda sebagai bentuk pertanggungjawaban hukum,
inilah yang dinamakan Vicarious Liability (pertanggungjawaban pengganti). Sanksi pidana
dumping limbah tanpa izin diatur dalam Pasal 104 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Daftar Pustaka
Buku
Absori, Hukum Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup, Sebuah Model Penyelesaian Sengketa
Lingkungan Hidup dengan Pendekatan Partisipatif, Surakarta: Muhammadiyah
University Press, 2009.
Hadjon, Philiphus M., dkk. Hukum Administrasi dan Good Governace, Jakarta: Percetakan
Universitas Trisakti, 2010.
Hardjasoemantri, Koesnadi, Hukum Tata Lingkungan, Cetakan ke-18, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2006.
Soemarwoto, Otto, Analisis Mnegenai Dampak Lingkungan, Yogyakarta: Gadjah Mada University,
2003.
Soemitro, Ronny Hanitjo, Metode Penelitian Hukum dan Jurimateri, Jakarta: Ghalia Indonesia,
1998.

Jurnal dan Makalah


Absori, “Advokasi Masyarakat dalam Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Jaten,
Kabupaten Karanganyar”. Warta LPM, Vol. 10, No. 1, 2017.
Absori. “Penegakan Hukum Lingkungan Pada Era Reformasi”. Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 8, No. 2,
2005.
Faisal, Wisjachudin dan Elin Nuraini, “Validasi Metode AANC Untuk Pengujian Unsur Mn, Mg dan
Cr Pada Cuplikan Sedimen di Sungai Gajahwong”, Jurnal Badan Tenaga Nuklir Nasional,
Yogyakarta, 2010.
S., Rachmat Hidayat, “Analisis Yuridis Terhadap Pencemaran Lingkungan Menurut UU RI No. 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Studi Kasus di
Kecamatan Biringkanaya dan Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar)”, Skripsi,
Makassar: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, 2014.

Peraturan Perundang-undangan

181
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
Peraturan Bupati Kabupaten Kolaka Nomor 15 Tahun 2015.

Situs web
Rizka, “Menjaga Lingkungan Dengan Kaderisasi Konservasi#2”, Blog Unnes Rizka,
https://blog.unnes.ac.id/rikza89/2015/11/18/menjaga-lingkungan-dengan-
kaderisasi-konservasi2/, diakses pada tanggal 15 Juni 2022.
Setiawan, Hayyan, “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)”, Ilmu Hutan,
https://ilmuhutan.com/analisis-mengenai-dampak-lingkungan-amdal/, diakses pada
tanggal 16 Juni 2022.

182

You might also like