Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

Lukman Waris, Potret Vektor Malaria

POTRET VEKTOR MALARIA DAN FILARIASIS DI KECAMATAN SEMBAKUNG


KABUPATEN NUNUKAN PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

Lukman Waris
Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu

THE SHOWS OF MALARIA AND FILARIASIS VECTOR IN SEMBAKUNG


NUNUKAN DISTRICT KALIMANTAN TIMUR

ABSTRACT

The animal resources infectious diseases, especially malaria and filariasis remains a public health
problems, especially in the tropics because the prevalence is quite high. Malaria and filariasis
generally invade countries that are developing, including in Indonesia, especially in communities with
low socio-economic in rural areas. Nunukan strategic location in the economic field is relatively
favorable for Indonesia, but in the health field area into a region with an epidemiological transition
that infectious disease is very high. Some of the potential development into diseases that plague and
showed the higher tendency over the years such as malaria, filariasis, dengue and other infectious
diseases.
The research was carried out among others to obtain information about the prevalence and the vectors
of malaria and filariasis are then used as a material consideration in determining the type and model
of malaria prevention and intervention programs filariasis in endemic areas in Nunukan, East
Kalimantan, namely District Sembakung.
Entomology in malaria research survey in the village of Lubakan Kec. Sembakung in getting
An.hyrcanus g and An.barbirostris suspected as vectors of malaria, while the results of parasitological
surveys with finger blood preparations obtained positive 97.34% of 188 people suffering from
malaria are examined. Survey research entomologist at the roof of filariasis in the village district.
Sembakung in getting suspected mosquito as the vector of filariasis is M.uniformis, M.annulata,
M.indiana and Cx.quinquefasciatus while the results of parasitological surveys with blood
preparations obtained finger for filariasis, as many as 8 people (3.51%) from 288 people who tested
positive for Brugia malayi filariasis. The role of various parties are expected to conduct prevention
and control of parasitic diseases, not only of health but there is need for cooperation with related
agencies such as public employment offices and local governments.

Key words: vector, malaria, filariasis.

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 2 122


Lukman Waris, Potret Vektor Malaria

ABSTRAK

Penyakit menular bersumber binatang khususnya malaria dan filariasis masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat terutama di daerah tropis karena prevalensinya cukup tinggi. Penyakit malaria
dan filariasis umumnya menyerang negara-negara yang sedang berkembang termasuk di Indonesia
terutama pada masyarakat dengan sosial ekonomi rendah di pedesaan. Letak strategis Kabupaten
Nunukan dalam bidang ekonomi relatif menguntungkan bagi Indonesia, tetapi dibidang kesehatan
daerah tersebut menjadi wilayah dengan transisi epidemiologi penyakit menular yang sangat tinggi.
Beberapa penyakit yang potensial perkembangannya menjadi wabah dan menunjukkan
kecenderungannya semakin tinggi dari tahun ke tahun seperti malaria, filariasis, DBD dan penyakit
menular lainnya.
Penelitian ini dilakukan antara lain untuk mendapatkan informasi mengenai prevalensi dan vektor
malaria dan filariasis yang selanjutnya digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
jenis dan model intervensi program penanggulangan malaria dan filariasis di daerah endemis di
Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur yaitu Kecamatan Sembakung.
Survei entomologi pada penelitian malaria di Desa Lubakan Kec. Sembakung di dapatkan
An.hyrcanus gr dan An.barbirostris yang diduga sebagai vektor malaria, sedangkan hasil survei
parasitologi dengan sediaan darah jari didapatkan 97,34% positif menderita malaria dari 188 orang
yang diperiksa. Survei entomologi pada penelitian filariasis di Desa Atap Kec. Sembakung di
dapatkan nyamuk yang diduga sebagai vektor dari filariasis adalah M.uniformis, M.annulata,
M.indiana dan Cx.quinquefasciatus sedangkan hasil survei parasitologi dengan sediaan darah jari
untuk penyakit filariasis didapatkan sebanyak 8 orang (3,51%) dari 288 orang yang diperiksa positif
filariasis Brugia malayi. Peran dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk melakukan pencegahan
dan penanggulangan dari penyakit parasitik ini, tidak hanya dari bidang kesehatan tetapi perlu adanya
kerjasama dengan dinas terkait seperti dinas pekerjaan umum dan pemerintah daerah.

Kata kunci : vektor, malaria, filariasis.

wilayah dengan transisi epidemiologi


PENDAHULUAN penyakit menular yang sangat tinggi.
Kabupaten Nunukan terletak di daerah Beberapa penyakit yang potensial wabah
perbatasan dengan Negara Bagian Sabah perkembangannya dan menunjukkan
Malaysia Timur, mempunyai luas wilayah kecenderungan semakin tinggi dari tahun
14.263,7 km2 merupakan wilayah paling ke tahun seperti malaria, filariasis,
Utara di Kalimantan Timur. Mempunyai HIV/AIDS, demam berdarah dengue,
iklim panas dengan rata ± rata suhu 31 oC, tuberkulosis, kusta dan penyakit menular
suhu terendah 22 oC terjadi pada bulan lainnya.
Januari dan September sedangkan suhu Selain itu dengan kondisi geografis
tertinggi 32,1 oC terjadi pada bulan Mei. yang strategis tersebut, menyebabkan
Letak strategis Kabupaten Nunukan tingkat migrasi penduduk tinggi, sehingga
dalam bidang ekonomi relatif perkembangan penduduk di Kabupaten
menguntungkan bagi Indonesia, tetapi di Nunukan mempunyai tingkat pertumbuhan
bidang kesehatan daerah tersebut menjadi yang tinggi. Pada tahun 2006 jumlah

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 2 123


Lukman Waris, Potret Vektor Malaria

penduduk di Kabupaten Nunukan 122.772 2008 menjadi 6 desa. Kelompok masyarakat


jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk yang paling berisiko terkena malaria adalah
5,19 %. Tingginya tingkat laju pertumbuhan anak balita, wanita hamil, penduduk non-
penduduk disebabkan oleh banyaknya imun dan penduduk migran. Diduga sebagai
penduduk pendatang dari wilayah lain yang kasus import, namun kejadian malaria di
akan bekerja di Negara Sebelah (Malaysia). daerah tersebut melibatkan multifaktor
Kondisi demikian selayaknya diikuti penentu epidemiologis yang sangat
dengan peningkatan kualitas dan kuantitas kompleks, yaitu parasit agen penyakit
pelayanan publik seperti fasilitas pelayanan (Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax
kesehatan. dan mix), inang (manusia dan nyamuk
Keadaan topografi Nunukan sebagian Anopheles sp. sebagai vektor) dan faktor-
berupa dataran rendah yang terdiri dari faktor lingkungan yang mempengaruhinya,
wilayah pantai dan dataran yang berawa ± termasuk faktor sosio-ekonomi dan perilaku
rawa dan juga masih banyak daerah dataran dari penduduk setempat. Keterbatasan
tinggi dengan kondisi berbukit dan masih informasi multifaktor penentu
berupa hutan menyebabkan sebagian epidemiologis, bionomik vektor malaria dan
wilayah di Kabupaten Nunukan mempunyai faktor-faktor lingkungan daerah perbatasan
daya akses yang sulit terhadap pelayanan Indonesia dan Malaysia tersebut
kesehatan. Dari 8 kecamatan, daerah yang menyebabkan belum diperoleh cara spesifik
mudah diakses pelayanan kesehatan hanya yang efektif dan efisien untuk pencegahan
di wilayah Pulau Nunukan (Kecamatan penularan malaria yang dapat diterapkan
Nunukan) dan Pulau Sebatik (Kecamatan dengan hasil yang memuaskan di daerah
Sebatik dan Sebatik Barat) sedangkan tersebut (Mardihusodo, 1999).
daerah lainnya akses pelayanan kesehatan Guna menentukan strategi pencegahan
masih sulit dijangkau terutama di daerah penularan malaria dan filariasis di
pedalaman antara lain Kecamatan Kabupaten Nunukan, maka perlu dilakukan
Sembakung. upaya-upaya yang komprehensif dan
Karakteristik lingkungan yang sulit intensif dengan memanfaatkan data
dijangkau dan fasilitas pelayanan kesehatan epidemiologis, bionomik vektor malaria dan
yang belum memadai merupakan salah satu filariasis, faktor-faktor lingkungan daerah
pemacu meluasnya penularan malaria dan endemis yang akurat dan spesifik, sehingga
filariasis. Pada tahun 2004, 2005 dan 2006 dapat ditentukan jenis dan pola intervensi
berturut-turut, AMI, 11,4, 15,6, 17,72 per yang efektif dan efisiensi.
1000 penduduk. Jumlah desa HIA, pada Penelitian epidemiologi malaria dan
tahun 2004 tercatat hanya 2 desa, tahun filariasis di Kecamatan Sembakung
2005 meningkat 3 desa dan tahun 2006- Kabupaten Nunukan mencakup studi

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 2 124


Lukman Waris, Potret Vektor Malaria

tentang faktor resiko intrinsik (faktor resiko yang berperan dalam kehidupan nyamuk
berasal dari dalam diri manusia sendiri) dan vektor malaria, baik saat tahap berhubungan
ekstrinsik (faktor resiko yang berasal dari dengan air (telur, larva dan pupa) mencakup
lingkungan). Kajian faktor resiko intrinsik pengamatan tipe tempat perindukan,
berupa suseptibilitas (kepekaan) individu vegetasi, mencakup pengamatan kepadatan
penduduk terhadap malaria dan filariasis, jenis vektor malaria, umur nyamuk
meliputi observasi tentang keadaan yang (longevity), perilaku mencari pakan darah
berkaitan dengan faktor genetik, yaitu jenis (antropofilik dan zoofilik), perilaku istirahat
kelamin dan umur, faktor predisposisi dan (eksofilik dan endofilik), tempat mencari
faktor nutrisi sedangkan kajian faktor resiko pakan darah (eksofagik dan endofagik).
ekstrinsik berupa faktor lingkungan yang Penelitian ini dilakukan untuk
memudahkan individu penduduk terjangkit mendapatkan informasi epidemiologi dan
malaria meliputi observasi tentang ekologi tentang faktor-faktor resiko kejadian
lingkungan fisik, kimiawi, biologik, malaria dan filariasis yang selanjutnya
psikologik dan sosial budaya. Observasi digunakan sebagai bahan pertimbangan
lingkungan fisik mencakup pengamatan dalam menentukan jenis dan model
suhu, curah hujan dan kelembaban, intervensi program penanggulangan malaria
perubahan lingkungan (tipe ekosistem) dan dan filariasis di daerah endemis di
perpindahan penduduk (musiman, periodik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur.
dan endemisitas). Observasi lingkungan Dari uraian di atas maka rumusan masalah
kimiawi mencakup pengamatan kadar pada penelitian ini adalah aspek-aspek
garam/salinitas dan pH air. Observasi spesifik apakah yang menjadi faktor risiko
lingkungan biologi meliputi pengamatan kejadian malaria dan filariasis dan faktor-
tumbuhan, predator dan ternak besar. Dalam faktor lingkungan apakah yang dapat
studi ini observasi faktor ekstrinsik yang digunakan sebagai dasar penetapan
berhubungan bionomi vektor malaria kewaspadaan dini oleh masyarakat untuk
dilakukan secara menyeluruh meliputi pencegahan penularan malaria dan filariasis
survei siklus gonotropik, faktor lingkungan di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur.

TUJUAN : Mengidentifikasi spesies vector PELAKSANAAN KEGIATAN


malaria dan filariasis dan ekosistemnya dan A Pelaksanaan Kegiatan Epidemiologi
mengukur prevalensi malaria dan filariasis Malaria
di Kabupaten Nunukan. x Survei Parasitologi
Sebelum melakukan survei
parasitologi kepada masyarakat yang
terpilih sebagai sampel terlebih dahulu
diberikan penjelasan dan menanda

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 2 125


Lukman Waris, Potret Vektor Malaria

tangani informed consent. Survei Dicampurkan 1 ml aquades ke dalam


parasitologi dilaksanakan untuk beaker glass kemudian ditambahkan
mengetahui besarnya prevalens rate dengan 4 tetes giemsa stok, campur
dengan melakukan pemeriksaan hingga merata (hingga lapisan logam
sediaan darah jari masyarakat terangkat/mengapung), kemudian
sebanyak 2 ± 3 tetes (0,5 µl) melalui teteskan perlahan ke hapusan darah
kegiatan Mass Blood Survei tebal, sedangkan untuk hapusan
menggunakan larutan GIEMSA darah tipis difiksasi terlebih dahulu
sebagai zat warna dan diperiksa secara dengan methanol absolute setelah itu
mikroskopis. Adapun cara kerja baru ditetesi dengan larutan giemsa
pembuatan sediaan darah sebagai dan aquades. Diamkan selama 7 ± 10
berikut: menit setelah itu dibilas dengan air
1. Jari manis/ tengah tangan kiri mengalir sampai sisa pewarnaan
pasien dipegang dan dibersihkan tidak ada lagi kemudian kering
dengan kapas beralkohol 70% anginkan preparat.
sampai bersih Pemeriksaan mikroskopis :
2. Ujung jari agak dipinggir (kulit Preparat yang sudah diwarnai
lebih tipis) ditusuk dengan lanset. dengan larutan Giemsa diperiksa
3. Tetesan darah pertama dilap dibawah mikroskop perbesaran
dengan kapas kering untuk 10x100 dengan menggunakan
menghilangkan sel darah bantuan minyak Emersi. Diperiksa
membeku pada seluruh lapangan pandang.
4. Ujung jari ditekan sampai tetesan
darah kedua yang agak besar x Survei Entomologi
keluar. Darah ditempelkan pada 1. Survei jentik nyamuk vektor
permukaan bawah kaca sediaan malaria
5. 2-3 tetes darah ditempelkan pada Semua genangan air yang
kaca sediaan sesuai dengan berpotensi sebagai tempat
banyaknya darah yang keluar perindukkan nyamuk disurvei
6. Kaca sediaan yang sudah berisi jentiknya dengan menciduk airnya
darah diletakkan di atas meja dan dengan gayung yang telah tersedia
jari pasien dibersihkan dengan sebanyak 10 kali cidukan. Jentik
kapas kering. yang ditemukan dimasukkan ke
dalam tabung diberi label dan
Cara kerja pewarnaan sediaan darah dibawa ke stasiun lapangan untuk
jari (tebal & tipis) sebagai berikut : dipelihara atau diidentifikasi

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 2 126


Lukman Waris, Potret Vektor Malaria

2. Cara kerja pengumpulan data 5. Penangkapan nyamuk pagi hari


fauna nyamuk, dan kepadatan (06.00 ± 08.00)
vektor malaria Penangkapan nyamuk meliputi;
a. Pengumpulan data survei nyamuk istirahat di dalam rumah
fauna nyamuk dan kepadatan atau bangunan lain (dilakukan
jentik nyamuk dilakukan oleh 2) orang, masing-masing
survei pendahuluan melakukan penangkapan
penangkapan nyamuk di nyamuk di dalam 8 buah rumah
rumah penduduk yang selama 15 menit. Penangkapan
dipilih secara random. nyamuk istirahat di habitat
b. Rumah yang memenuhi aslinya dilakukan 2 orang
syarat untuk pengamatan petugas. Penangkpan dilakukan
bionomik nyamuk dipilih pada rerumputan/ vegetasi, atau
sebagai sampel (4 rumah). tebing sungai, saluran irigasi,
Penangkapan nyamuk selokan dan lain-lain.
dilakukan dengan metode Penangkapan nyamuk istirahat di
spot survei (survei sesaat). dalam /di sekitar kandang
3. Penangkapan nyamuk di dalam ternak, dilakukan oleh 1 orang
dan luar rumah (18.00 ± 06.00) penangkap nyamuk.
Penangkapan nyamuk yang Penangkapan dilakukan di
hinggap dan menggigit orang beberapa kandang di daerah
baik di dalam (landing indoor) penelitian ada, selama 15
maupun di luar rumah (landing menit/kandang. Nyamuk yang
outdoor), dilakukan oleh 4 orang, tertangkap diidentifikasi.
( 2 orang di dalam dan 2 orang di 6. Cara kerja pengumpulan data
luar rumah). vegetasi
4. Penangkapan nyamuk istirahat di o Mengamati vegetasi di
dalam atau di sekitar kandang sekitar tempat perindukan
ternak (18.00 ± 06.00) nyamuk
Penangkapan nyamuk yang o Mendokumentasikan dan
istirahat di dalam atau di sekitar mencatat nama jenis atau
kandang ternak (kerbau/sapi), nama daerah vegetasi
dilakukan oleh seorang petugas tersebut
selama 15 menit setiap jam di
setiap kandang.

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 2 127


Lukman Waris, Potret Vektor Malaria

1. Cara kerja pengumpulan data ¾ Darah diteteskan pada kaca sediaan


predator di tempat perindukan dengan menggunakan capiler tube
Data predator di tempat perindukan non heparizined sebanyak ¾ tabung
diperoleh dangan pengamatan (20 µl)
langsung di tempat perindukan ¾ Tetesan darah dipulas dengan bentuk
nyamuk. oval berdiameter 10 mm
b. Pelaksanaan Kegiatan Filariasis ¾ Kaca sediaan yang sudah terisi darah
ƒ Survei Parasitologi diletakkan di atas meja dan jari
Sebelum melakukan survei pasien dibersihkan dengan kapas
parasitologi kepada masyarakat yang kering.
terpilih sebagai sampel terlebih dahulu Cara kerja pewarnaan sediaan darah jari
diberikan penjelasan dan menanda tebal sebagai berikut :
tangani informed consent dan etikel Dicampurkan 1 ml aquades ke dalam
clearance. beaker glass kemudian ditambahkan
Survei parasitologi dilaksanakan untuk dengan 4 tetes GIEMSA stok, campur
mengetahui besarnya prevalens rate hingga merata (hingga lapisan logam
dengan melakukan pemeriksaan survei terangkat / mengapung), kemudian
darah jari masyarakat sebanyak 20 µl teteskan perlahan ke hapusan darah
melalui kegiatan Mass Blood Survei tebal, sedangkan untuk hapusan darah
menggunakan larutan GIEMSA tipis difiksasi terlebih dahulu dengan
sebagai zat warna dan diperiksa secara methanol absolute setelah itu baru
mikroskopis. Adapun cara kerja ditetesi dengan larutan GIEMSA dan
pembuatan sediaan darah sebagai aquades. Diamkan selama 7 ± 10 menit
berikut : setelah itu dibilas dengan air mengalir
¾ Jari manis/ tengah tangan kiri pasien sampai sisa pewarnaan tidak ada lagi
dipegang dan dibersihkan dengan kemudian kering anginkan preparat.
kapas beralkohol 70% sampai bersih Pemeriksaan mikroskopis :Preparat
¾ Ujung jari agak dipinggir (kulit lebih yang sudah diwarnai dengan larutan
tipis) ditusuk dengan lanset. Giemsa diperiksa dibawah mikroskop
¾ Tetesan darah pertama dilap dengan perbesaran 10x100 dengan
kapas kering untuk menghilangkan menggunakan bantuan minyak Emersi.
sel darah membeku Diperiksa pada seluruh lapangan
¾ Ujung jari ditekan sampai tetesan pandang.
darah kedua yang agak besar keluar.
Darah ditempelkan pada permukaan
bawah kaca sediaan

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 2 128


Lukman Waris, Potret Vektor Malaria

ƒ Survei Entomologi di dalam dan 2 orang di luar


- Survei jentik nyamuk vektor rumah).
filariasis - Penangkapan nyamuk istirahat di
Semua genangan air yang dalam atau di sekitar kandang
berpotensi sebagai tempat ternak (18.00 ± 06.00)
perindukkan nyamuk disurvei Penangkapan nyamuk yang
jentiknya dengan menciduk airnya istirahat di dalam atau di sekitar
dengan gayung yang telah tersedia kandang ternak (kerbau/sapi),
sebanyak 10 kali cidukan. Jentik dilakukan oleh seorang petugas
yang ditemukan dimasukkan ke selama 15 menit setiap jam di
dalam tabung diberi label dan setiap kandang.
dibawa ke stasiun lapangan untuk - Penangkapan nyamuk pagi hari
dipelihara atau diidentifikasi (06.00 ± 08.00)
- Cara kerja pengumpulan data Penangkapan nyamuk meliputi;
fauna nyamuk dan kepadatan nyamuk istirahat di dalam rumah
vektor filariasis atau bangunan lain (dilakukan oleh
Pengumpulan data survei fauna 2) orang, masing-masing
nyamuk dan kepadatan jentik melakukan penangkapan nyamuk di
nyamuk dilakukan survei dalam 8 buah rumah selama 15
pendahuluan penangkapan menit. Penangkapan nyamuk
nyamuk di rumah penduduk yang istirahat di habitat aslinya
dipilih secara random. dilakukan 2 orang petugas.
Rumah yang memenuhi syarat Penangkapan dilakukan pada
untuk pengamatan bionomik rerumputan/ vegetasi, atau tebing
nyamuk dipilih sebagai sampel (4 sungai, saluran irigasi, selokan dan
rumah). Penangkapan nyamuk lain-lain. Penangkapan nyamuk
dilakukan dengan metode spot istirahat di dalam /di sekitar
survei (survei sesaat) kandang ternak, dilakukan oleh 1
- Penangkapan nyamuk di dalam orang penangkap nyamuk.
dan luar rumah (18.00 ± 06.00) Penangkapan dilakukan di beberapa
Penangkapan nyamuk yang kandang di daerah penelitian ada,
hinggap dan menggigit orang baik selama 15 menit/kandang. Nyamuk
di dalam (landing indoor) maupun yang tertangkap diidentifikasi.
di luar rumah (landing outdoor), - Cara kerja pengumpulan data
dilakukan oleh 4 orang, ( 2 orang vegetasi

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 2 129


Lukman Waris, Potret Vektor Malaria

o Mengamati vegetasi di sekitar mengamati organisme predator


tempat perindukan nyamuk vektor filariasis yang tertangkap
o Mendokumentasikan dan dalam netting tersebut.
mencatat nama jenis atau o Mendokumentasikan dan
nama daerah vegetasi tersebut mencatat nama jenis atau nama
- Cara kerja pengumpulan data daerah predator tersebut.
predator di tempat perindukan Data predator di tempat perindukan
o Mengambil sampel air dengan diperoleh dengan pengamatan
netting di tempat perindukan langsung di tempat perindukan
nyamuk vektor filariasis dan nyamuk.

Sedangkan pada kegiatan


HASIL DAN PEMBAHASAN penangkapan nyamuk dewasa
1. KEGIATAN MALARIA dimalam hari ditemukan An.
a. Survei Entomologi hyrcanus group, dan An.
Survei entomologi dilakukan barbirostris dengan puncak
pencarian jentik nyamuk dan kepadatan untuk nyamuk An.
penangkapan nyamuk dewasa hyrcanus group terjadi pada pukul
anopheles pada malam hari, pada 19.00-20.00 yaitu sebesar 86,6%
kegiatan pencarian jentik dari total hasil penangkapan,
ditemukan tempat dengan metode penangkapan
perkembangbiakkan nyamuk umpan orang luar, hasil
Anopheles sp di parit, lagun dan pembedahan sebesar 63,6%
sungai, dengan Ph air antara 6-7, parous, dan MHD (Man Hour
kecepatan air sedang dan tidak Density) sebesar 0,45
mengalir, dasar perairan ekor/jam/orang.
berlumpur, jenis tanaman air Puncak kepadatan nyamuk An.
ganggang dan lumut, dan tidak ada barbirostris terjadi pada pukul
tanaman peneduh. Jenis jentik 19.00-20.00 yaitu sebesar 80,3%
nyamuk Anopheles yang dari total hasil penangkapan,
ditemukan adalah spesies dengan metode penangkapan
Anopheles hyrcanus group dengan umpan orang luar, hasil
kepadatan larva 2,3 ekor/cidukan pembedahan sebesar 24,56%
dan Anopheles barbirostris dengan parous, dan MHD (Man Hour
kepadatan larva 2,2 ekor/cidukan. Density) sebesar 1,83
ekor/jam/orang.

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 2 130


Lukman Waris, Potret Vektor Malaria

postif Plasmodium falsifarum,


b. Survei Parasitologi berdasarkan data tersebut Loka
Puskesmas Atap telah Litbang P2B2 Tanah Bumbu
melaksanakan pemeriksaan melaksanakan penelitian di desa
sediaan darah 159 orang pada Lubakan dan dari hasil
tahun 2008. Hasil pemeriksaan pengambilan darah terhadap 188
ditemukan positif Plasmodium orang, positif malaria 183 org (
falsifarum (Pf) 94 orang, dan 1 SPR 97,34%) tergolong HIA, yang
orang Mix. Kasus tertinggi ada di terdiri dari 1 org Pf, 168 org Pv,
desa Lubakan dari 92 orang yang dan 14 org Mix (data hasil
diperiksa sediaan darah, 66 orang pemeriksaan terlampir)

Gambar. 1 : Pengambilan sediaan darah malaria dan pemeriksaan di


laboratorium Puskesmas Atap

2. KEGIATAN FILARIASIS air, dan tidak ada tanaman peneduh.


a. Survei Entomologi Jenis nyamuk Anopheles yang
Kegiatan survei entomologi dengan ditemukan adalah spesies
pencidukan larva nyamuk Anopheles hyrcanus group dengan
ditemukan tempat kepadatan larva 0,6 ekor/cidukan
perkembangbiakkan nyamuk dan Anopheles barbirostris dengan
Anopheles sp dan Culex sp pada kepadatan larva 2,1 ekor/cidukan,
parit, sawah dan kubangan, dengan spesies Cx.guinquefasciatus dengan
Ph air 7, kecepatan air sedang dan kepadatan larva 10,1 ekor/cidukan.
tidak mengalir, dasar perairan Penangkapan nyamuk dewasa
berlumpur, jenis tanaman air dilaksanakan pada malam hari dari
ganggang, padi dan lumut serta pukul 18.00-06.00, dengan metode
sebagian besar tidak ada tanaman penangkapan UOD (Umpan Orang

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 2 131


Lukman Waris, Potret Vektor Malaria

Dalam), UOL (Umpan Orang Luar), nyamuk yang ditemukan


dan Penangkapan di dinding dalam sebagimana tersebut pada tabel 8 di
rumah dan sekitar rumah. Spesies bawah ini :

Tabel.1 Hasil Penangkapan Nyamuk Dewasa yang dilaksanakan di Desa Atap

NO JENIS NYAMUK JUMLAH MAN HAOUR DENSITY


(Ekor) (MHD)
ekor/jam/org
1. Ae. Albopictus 19 0,396
2. Cx. Sitiens 7 0,146
3. Cx. Malayi 72 1,5
4. Cx. Pipiens 276 5,75
5. Cx. Sinensis 40 0,833
6. Man. Annulata 3 0,062
7. Man. Uniformis 7 0,146
8. Man. Indiana 14 0,292
9. An. Hyrcanus group 2 0,042
10. An. Barbirostris 3 0,062
Puncak kepadatan nyamuk Cx. Pipiens / Cx. Quinquefasciatus terjadi pada pukul 24.00-
01.00 yaitu 10,9%, dan hasil tangkapan dengan metode Umpan Orang luar (UOL) dan Man
Hour Density (MHD) sebesar 5,75 ekor/jam/orang

b. Survei Parasitologi temuan penderita filariasis dari


Puskesmas Atap dibantu Dinas tahun 2005 sampai tahun 2009,
Kesehatan kabupaten Nunukan sebanyak 16 orang penderita, dan 2
telah melaksanakan pengobatan orang sudah meninggal yang
massal di wilayah Puskesmas Atap tersebar pada desa Atap 8 org, desa
bagi penderita filariasis mulai tahun Labuk 2 org, desa Pagar 3 org, desa
2007 dan pada tahun 2009 ini Binanun 1 org, desa Lubok 1 org,
adalah tahun ke tiga hal itu desa Plaju 1 org, data sebagaimana
dilaksanakan berdasarkan hasil tersebut dibawah ini :

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 2 132


Lukman Waris, Potret Vektor Malaria

Tabel.11Data Penemuan Kasus Filariasis tahun 2005± 2008 di wilayah Puskesmas Atap

LAKI-
NO TAHUN JUMLAH PEREMPUAN DESA KET
LAKI
Meninggal 1
1. 2005 7 1 6 Atap
org thn 2008
2. 2005 3 3 - Pagar
3. 2006 1 1 - Atap
4. 2008 2 1 1 Labuk
5. 2008 1 1 - Binanun
6. 2009 1 1 - Lubok
Meninggal Juni
7. 2009 1 - 1 Plaju
2009
Jumlah 16 8 8
Sumber : Puskesmas Atap 2009

Peneliti Loka Litbang P2B2 Tanah hasil pemeriksaan ditemukan 8


Bumbu yang dilaksanakan pada orang positif (Mf rate 3,51%)
malam hari di RT.1 s/d RT.5 di menderita filaria (Brugia malayi),
desa Atap didapat 226 orang, dari

Gambar 2. Temuan kasus filariasis dan pemeriksaan darah

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 2 133


Lukman Waris, Potret Vektor Malaria

KESIMPULAN DAN SARAN 1,5), Cx. sinensis (MHD 0,833),


1. KESIMPULAN Ae. albopictus (MHD 0,396), Man.
a. Slide Parasit Rate (SPR) malaria indiana (MHD 0,292),
pada desa Lubakan didapatkan Man.uniformis dan Cx.sitiens
SPR 97,34% (HIA), Mf rate di (MHD 0,146),Man.annulata dan
desa Atap 3,51% (endemis). An.barbiroatris (MHD 0,062) dan
b. Pengambilan sediaan darah An hyrcanus group (MHD 0,042).
malaria di desa Lubakan kec. f. Penyakit malaria yang ada di desa
Sembakung terhadap 188 orang, Lubakan dan penyakit filariasis
positif malaria 183 org (SPR yang ada di desa Atap
97,34%), yang terdiri dari 1 org Pf, menggambarkan bahwa daerah
168 org Pv, dan 14 org Mix. Hal tersebut merupakan daerah
ini menunjukkan bahwa daerah endemis dan terjadi penularan
tersebut merupakan daerah setempat yang terus-menerus.
endemis malaria dimana banyak 2. SARAN
kasus malaria kronis (kambuhan) a. Perlu diadakan pengobatan massal
dan penyebarannya masih terus baik malaria di Desa Lubakan, dan
berlangsung dengan ditemukannya filariasis di Desa Atap.
beberapa kasus malaria baru/akut b. Diperlukan upaya promotif dan
dan suspect vektor penular edukatif kepada masyarakat
malaria. tentang penyakit malaria
c. Vektor malaria dicurigai adalah khususnya tentang bahaya yang
An. hyrcanus gr dan An. dapat ditimbulkan dan cara
barbirostris. Hasil pembedahan pencegahan serta
ovarium nyamuk ditemukan pemberantasannya sehingga
parous dengan relatif usia nyamuk masyarakat dapat lebih waspada
lebih panjang. terhadap penyakit tersebut dan
d. Pengambilan sediaan darah dapat melaksanakan upaya-upaya
filariasis dari 228 orang, 8 orang pencegahan dan pemberantasannya
positif menderita filariasis (Brugi seperti gerakan 3 M dan
malayi). penyemprotan untuk pengendalian
e. Ditemukan beberapa spesies yang vektor, pengobatan segera bagi
dicurigai sebagai vektor filariasis yang sakit untuk pengendalian
dengan puncak kepadatan nyamuk parasit, PHBS khususnya
Cx. pipiens/Cx.quinfasciatus kebersihan lingkungan, perilaku
(MHD 5,75), Cx. malayi (MHD

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 2 134


Lukman Waris, Potret Vektor Malaria

menghindari gigitan nyamuk d. Perlu penyuluhan intensif tentang


vektor, dll. pentingnya gerakan 3 M
c. Diperlukan upaya promotif dan (menguras, mengubur, membakar)
edukatif melalui penyuluhan serta digalakkan gotong royong
intensif kepada masyarakat tentang untuk membersihkan lingkungan
penyakit filariasis khususnya seperti parit, dan mengalirkan air
tentang penyebab, tanda dan yang tergenang.
gejala, vektor yang menularkan e. Perlunya kerjasama lintas sector
serta upaya pencegahan dan misalnya dengan dinas pekerjaan
pemberantasan filariasis. Dengan umum, pertanian dan peternakan
penyuluhan tersebut diharapkan untuk pembangunan lahan
masyarakat dapat berpartisipasi sehingga genangan-genangan air
aktif dalam penemuan kasus baru yang menjadi tempat
dan upaya pencegahan dan perkembangbiakan vektor dapat
pemberantasan filariasis dengan didayagunakan secara maksimal.
pengendalian vektor, parasit dan
perilaku yang positif.

DAFTAR RUJUKAN Workshop on Insecticide


Departemen Kesehatan R.I., Malaria Buku Resistance of Mosquito Vectors.
15. Pedoman Pelita VI . Ditjen Salatiga Indonesia. 1997.5-8
PPM dan PLP. Jakarta 1997. August. 25 p.
Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, Lemeshow, S. D.W. Hosmer, J.R, J. Klar
Jawa Tengah. Analisa Situasi dan S.K. Lwanga. Besar Sample
Malaria tahun 2002. Dinas Dalam Penelitian Kesehatan (Alih
Kesehatan, Kabupaten Magelang, bahasa : Dibyo Pramono). Gadjah
Jawa Tengah. 2000. Mada University Press. 1999. 259
Gordis, L., 1996. Epidemiology. Saunders p.
Co. Philadelphia. Lee HL. A Rapid and Simple Biochemical
Hemingway J, Smith C. Field and Method For The Detection of
Laboratory Detection of the Insecticide Resistance Due to
Altered Acetylcholin esterase Elevate esterase Activity in Culex
Resistance genes Which Confer quinquefasciatus Tropical
Organophosphate and Carbamate Biomedicine. 1990, 7 : 21-26.
Resistance in Mosquitoes (Diptera Mausner, J.S., and Bahn, A.K.,
: Culicidae). Bulletin Epidemiology (An Introductory
Entomological Research. 1986. Text). W.B. Saunders company.
76. 559-565. London. 1974.
Herath,P.R.J. Insecticide Resistance Status Mardihusodo SJ. Malaria: Status dan
in Disease Vectors and its Practical Pengendalian Nyamuk Vektornya
Implications Intercountray untuk Abad XXI. Pidato

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 2 135


Lukman Waris, Potret Vektor Malaria

Pengukuhan Jabatan Guru Besar Practical. Center for Tropical


Pada Fakultas Kedokteran Medicine Gadjah Mada University
Universitas Gadjah Mada. 27 9-20 Pebruari Yogyakarta. 1998.
Nopember 1999. WHO. Instructions for determining the
Murti, B., 1997. Prinsip dan Metode Riset susceptibility or resistance of adult
Epidemiologi. Gadjah Mada Univ. mosquitoes to organochlorine
Press. Yogyakarta. organophosphate and carbamate
Small G. Biochemical Assay for Insecticide insecticides. Diagnostic Test
Resistance Mechanism. Paper WHO/VBC/81. 806. 1981.
Molecular Entomology Workshop.

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 2 136

You might also like