Professional Documents
Culture Documents
MMP Role Player
MMP Role Player
Pemangku :
1. DR. Wiwik Dyah Aryani, M.Pd
2. DR Hj. Iis Salsabila, M.Ag
Taem penyaji :
Noor Falah NIM : 210309012110
Rohendi NIM : 21030901211026
Sodikin NIM : 21030901211024
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
belas ayat satu, dijelaskan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan
dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama. Ciri khas kurikulum
peserta didik dengan kecakapan sosial yang berlandasan agama sehingga dapat
rencana yang sudah terancang dalam kegiatan nyata demi tercapainya suatu
tujuan dengan baik dalam kegiatan yang melibatkan beberapa individu baik
sendiri, yaitu dunia bermain. Berdasarkan konsep pendidikan anak usia dini di
Misalnya bimbingan diberikan melalui lebih dikenal bermain sambil belajar atau
belajar dalam bermain, contoh permainan yang tepat jika diterapkan dalam
membuat siswa sulit memahami kejadian sosial apa saja yang ada di sekitarnya.
untuk menghapal informasi, otak siswa dipaksa hanya untuk mengigat dan
hari3.
1
https:// Sistem_Pendidikan_Nasional
pmpk.kemdikbud.go.id/assets/docs/UU_2003_No_20 .pdf
diakses pada tanggal 27/10/2021 pukul 11.24
2
Ahmad Zaini. Metode-metode Pendidikan Islam Bagi Anak Usia Dini, Jurnal tarbiyah STAIN
Kudus, Vol 2, No 1, Januari-Juni 2014, hlm.25-43
3
Dwi Mardalena. Penerapan Pembelajaran Role Playing Untuk Meningkatkan Belajar IPA Siswa
Kelas VI Sekolah dasar, Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau, Vol 7, No 1, Tahun 2018, hlm.129
B. Rumusan Masalah
Melihat latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
ialah:
C. Tujuan Penyusunan
2
BAB II
PEMBAHASAN
umumnya dilakukan lebih dari satu orang, bergantung pada peran4. Role playing
ia dalami tanpa adanya keterbatasan kata dan gerak, namun tidak keluar dari
bahan ajar5.
Bemain peran adalah suatu jenis metode situasi yang umumnya digunakan
untuk pendidikan sosial dan relasi antar insani6. Dalam hal ini siswa
Role Playing adalah metode yang meletakkan interalisasi antara dua siswa
atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa melakukan peran masing-
3
masing sesuai dengan pokok yang ia yakini. Mereka berinteraksi dengan sesama
membantu siswa menemukan diri (jati diri) didunia sosial dan memecahkan
dilema dengan bantuan kelompok. Proses bermain peran ini dapat memberikan
contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai sarana bagi siswa
untuk: (1) menggali perasaannya; (2) inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh
berbagai cara.
4
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), hlm.48
5
Ismawati Alidha Nurhasanah, Atep Sujana, and Ali Sudin, Penerapan Metode Role Playing
Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hubungan Mahluk Hidup Dengan
Lingkungannya, Vol. 1, No. 1, Tahun 2016, hlm.613.
4
6
O. Hamalik, Perencanaan Pengejaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi
Aksara,
2009), hlm. 199
7
Dian Cahya Ningrum. Penerapan Model Bermain Peran (Role Playing) untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 2 Kotagajah Lampung Tengah. (Skripsi). (Lampung:
PGMI FTIK IAIN Metro Lampung, 2020), hlm.12-13
8
Maritnis Yamin. Profesionalisme Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada
Press,
2007), hlm.152
5
2. Langkah-langkah Metode Role Playing
pembahasan
j. Evaluasi
k. Penutup9.
maka pembelajaran dengan metode bermain peran (role playing) akan terlaksana
secara
baik.
pengertian,
dapat mengahayatinya.
10) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.
untuk dilupakan.
7
9
Syafruddin Nurdin and Adriantoni, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafido
8
11) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas
ulang, diskusi dan evaluasi kedua, berbagai pengalaman dan kesimpulan 11.
1) Persiapan simulasi
yang akan
disimulasikan.
yang disediakan.
2) Pelaksanaan simulasi
mendapat kesulitan.
9
d. Simulasi hendak dihentikan saat puncak. Hal ini dimaksudkan
3) Penutup
simulasi.
b. Merumuskan kesimpulan12.
(role playing) dalam pembelajaran ini siswa dapat berperan dan menimbulkan
itu penonton tidak pasif, tetapi aktif mengamati, mengajukan saran dan kritik.
Maka dengan penerapan metode bermain peran (role playing) siswa dapat
10
Syafruddin Nurdin and Adriantoni, Kurikulum dan Pembelajaran, hlm.299
11
Uno Hamzah, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatid dan
Efektif (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm.26.
12
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana
10
Prenada Media Group, 2008), hlm.162.
11
b. Kelemahan Metode Role Playing
kelemahan diataranya:
kelemahan namun hal tersebut dapat diantisipasi peneliti, salah satu caranya
waktu untuk mempelajari teks drama beberapa hari sebelum kegiatan belajar
berikut:
12
Artinya:
sebagi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang berirnan. Jika kita kaitkan
disampaikan.
Artinya
13
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat
petunjuk.
Artinya:
14
C. Landasan Filosofis Metode Role Playing
pemeran adalah acara simulasi yang dilakukan oleh para raja dan panglima
perang sebelum
melakukan simulasi
perang sesuai dengan rencana strategi. Pelaku simulasi ini mewakili kekuatan yang
dalam bentuk kerangka cerita atau teks lakon bagi calon pemeran. Raja dan
panglima perang pengatur strategi, sekarang berwujud menjadi penulis lakon dan
ribuan tahun oleh bangsa China dari suku Han, bangsa Romawi dan bangsa
Pada waktu itu bangsa Romawi dan Eropa sering menyelenggarakan acara,
dimana semua orang akan berpura-pura menjadi orang lain. Konsep ini kemudian
diadopsi oleh Dr. Jacob Levy Moreno pada bidang psikologi. Pada tahun 1920-
orang memahami aspek yang berbeda dari kepribadian mereka sendiri dan orang
lain. Tahun 1932 konsep role play diperkenalkan kepada masyarakat luas,
dengan anggapan bahwa orang akan bisa lebih banyak belajar tentang dirinya dan
membicarakannya saja. Konsep dasar dari role play adalah cara yang
15
kemampuan emosional tanpa menimbulkan kehebohan. Dr. Moreno mengundang
keseharian. Peserta pelatihan itu pada gilirannya memainkan peran yang berbeda
aturan tentang role play dan memasyarakatkan. Aturan itu kemudian pada
tahun 1971 diterbit dan dipublikasikan kepada masyarakat dengan surat berantai.
Dari konsep dasar role play yang sederhana kemudian berkembang menjadi
diadopsi oleh teater sebagai media pelatihan calon pemeran. Konsep ini juga
Permainan anak-anak pada waktu kecil juga dianggap sebagai embrio dari
menuntut anak-anak seperti di suasana pasar, dimana ada penjual, pembeli dan
polisi dan penjahat yang dikejar. Semua permainan itu kalau dicermati akan
dimainkan dan konteks atau suasana dalam permainan. Ketika sedang bermain,
16
anak-anak tidak menjadi dirinya sendiri, melainkan keluar dari dirinya untuk
menjadi peran yang sedang dimainkan. Mereka berusaha untuk menyakinkan diri
bahwa mereka adalah polisi atau penjahat ketika bermain polisi-polisian atau
Konsep role play kemudian digunakan oleh Commedia dell’Arte pada abad
tidak
mengetahui berperan sebagai apa ketika hendak pentas, tetapi peran dan cerita
yang
1950- an, Viola Spolin dan Keith Johnstone mengembangkan role play sebagai
aktor dengan menggunakan metode teater game. Metode ini berisi permainan
dimana calon pemeran terlibat dalam permainan yang sedang dimainkan. Spolin
of
Wexley
penggerakkan dan pengarahan perilaku 15. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai
17
hal atau keadaan menjadi motif; atau pemberian/penimbulan motif. Petri
memberi definisi motivasi sebagai energi atau tenaga yang terdapat di dalam diri
Abraham Maslow meyakini bahwa pada dasarnya manusia itu baik dan
oleh Maslow, merupakan pola yang biasa digunakan untuk menggolongkan motif
manusia. Sistem hirarki kebutuhan meliputi lima kategori motif yang disusun
a. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan pada tahap ini ialah Makanan, air, seks, tempat perlindungan
atau yang merefleksikan sikap dan perbedaan, kebijakan administrasi yang tidak
terduga akan menjadi motivator yang sangat kuat dalam hal rasa aman pada
18
13
https://hayatalfalah .blogspot.com/2017/03/sejarah-dari-roleplay.html diakses pada 28/10/2021
pukul 12.47 WIB
14
Mohammed Uzer Uslam dan Lilis Setiawati. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), hlm.24
15
H Elia Irwanto, dkk. Psikologi Umum. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997),
hlm.193
16
M. Asad. Seri Ilmu Sumber Daya Manusia: Psikologi Industi, (Yogyakarta: Liberty, 2003),
hlm.43
17
Tri Andjarwati. Motivasi dari Sudut Pandang Teori Hirarki Kebutuhan Maslow, Teori Dua
Faktor Herzberg, Teori X Y Mc Gregor, dan Teori Motivasi Prestasi Mc Clelland, Jurnal Ilmu
Ekonomi dan Menejemen, Vol 1, No 1, April 2015, hlm.48
18
Patricia Wallace, Jeffrey H. Goldstein dan Peter Nathan, Introduction to Psychology.
(Dubuque, IA : Wm. C. Brown, 2007), hlm.277
19
Jika dua tingkat kebutuhan pertama terpenuhi seseorang menjadi sadar
pengembangan diri dan keinginan untuk menjadi lebih dan mampu untuk
menjadi orang19.
Dua dalil utama dapat disimpulkan dari Teori Hirarki Kebutuhan Maslow
yaitu:
b. Bila kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi maka, kebutuhan yang lebih
19
W. Clay Hammer dan Organ, Organizational Behavior An A22cipscholoiroach. (Dallas: Business
Publ cations. 2005), hlm.138
20
20
W. Clay Hammer dan Organ, Organizational Behavior An A22cipscholoiroach, hlm.139
21
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
2. Landasan al-Quran metode role playing ada dalam Qs Yusuf ayat 111,
pendidikan.
B. Saran
lakukan dengan
sistem reward. Jika reward menjadi faktor ektrinsik yang utama maka semua
yang dapat diharapkan ialah karyawan yang puas dengan pekerjaan mereka.
Memuaskan
berlangsung lama dan jenis kebutuhan ini sifatnya tambahan. Motivasi dapat
dicapai hanya
22
dengan memuaskan area yang sangat terbatas dari kebutuhan yang kompleks,
panjang. Apa
yang sebenarnya diperlukan adalah usaha dua jalan yang diarahkan pada
23
DAFTAR PUSTAKA