Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

METODE BERMAIN PERAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERBAHASA JAWA PADA PESERTA DIDIK KELAS 6


SD 5 HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS
SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Supriyati
SD 5 Hadipolo
email: supriyatispd63.gmail.com

ABSTRACT

Goals to be achieved in this research is to improve: 1) proficiency in Java by


implementing the use of methods play a role; 2) motivation of learners in learning, that
liveliness, interest, desire of students to learn the Java language by applying the method to
play the role properly. This research is a classroom action research (CAR) conducted in
SD 5 Hadipolo Jekulo District of Kudus, with the subject of the learners Class 6 SD 5
Hadipolo Jekulo District of Kudus Semester 1 Academic Year 2014/2015. Number of
students there are 19, with details of 8 men and 11 women. As for who becomes the object
of research is learning to speak the language Java. The research process carried out in
three cycles that include four stages, namely the planning phase, the implementation
phase, the stage of observation, as well as the stage of analysis and reflection. Based on
the results of the research, there is an increase in the quality of learning both the process
and the results speak Javanese language learner classes Class 6 SD 5 Hadipolo Jekulo
District of Kudus Semester 1 Academic Year 2014/2015. Improving the quality of the
learning process is characterized by increasing: 1) the number of quality students who are
active in apersepsi activities and in learning activities; 2) the number of learners who are
interested and motivated in learning to speak in Javanese; and 3) the number of learners
who have been able to talk to the Java language in accordance with the upload-ungguh
with the correct technique using methods play a role. Java language research results by the
method of learning to play a role in the increased interest of 57.9% (31.58% to 89.48%),
courage 68.42% (26.32% to 94.74%), 57.90 roles % (31.58% to 89.48%), the ability of
78.95% (10.53% to 89.48%). It can be concluded that the interests, the courage, the role,
as well as the Java language proficiency of learners can be increased through method of
playing a role. As effective measures undertaken by the researchers to optimize these
methods, among others: 1) divides the learners in groups based differences in the level of
ability to speak in Javanese; 2) provide opportunities for learners to practice speaking the
Java language through methods play a role; 3) integrate the Java language speaking skills
with other language skills such as listening, reading, and writing; and 4) applying the Java
language spoken in art activities in the school environment is particularly suitable learners
experience gained during the study. Fundamental principle of this method is to know, to
practice, apply, demonstrate, so that learners actualize speak Javanese correctly.

Keywords: Interest, courage, roles, capabilities Java language, methods play a role.
ABSTRAK

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan : 1)
kemampuan berbahasa Jawa dengan menerapkan penggunaan metode bermain peran; 2)
motivasi peserta didik dalam pembelajaran, yaitu keaktifan, ketertarikan, keinginan
peserta didik untuk belajar bahasa Jawa dengan menerapkan metode bermain peran
dengan benar. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan
di SD 5 Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus, dengan subjek para peserta didik
Kelas 6 SD 5 Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus Semester 1 Tahun Pelajaran
2014/2015. Jumlah peserta didik ada 19, dengan rincian 8 laki-laki dan 11 perempuan.
Adapun yang menjadi objek penelitian adalah pembelajaran berbicara dengan berbahasa
Jawa. Proses penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus yang meliputi empat tahapan,
yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, serta tahap analisis dan
refleksi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat peningkatan kualitas
pembelajaran baik proses maupun hasil berbicara berbahasa Jawa pada peserta didik
kelas Kelas 6 SD 5 Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus Semester 1 Tahun
Pelajaran 2014/2015. Peningkatan kualitas proses pembelajaran tersebut ditandai dengan
meningkatnya: 1) jumlah kualitas peserta didik yang aktif dalam kegiatan apersepsi
maupun dalam kegiatan pembelajaran; 2) jumlah peserta didik yang tertarik dan
termotivasi dalam kegiatan pembelajaran berbicara berbahasa Jawa; dan 3) jumlah
peserta didik yang sudah mampu berbicara dengan bahasa Jawa sesuai dengan unggah-
ungguh dengan teknik yang benar dengan menggunakan metode bermain peran. Hasil
penelitian berbahasa Jawa dengan metode bermain peran dalam pembelajaran terjadi
peningkatan minat 57,9% (31,58% menjadi 89,48%), keberanian 68,42% (26,32%
menjadi 94,74%), peran 57,90% (31,58% menjadi 89,48%), kemampuan 78,95%
(10,53% menjadi 89,48%).Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa minat, keberanian,
peran, serta kemampuan berbahasa Jawa peserta didik dapat ditingkatkan melalui metode
bermain peran. Adapun langkah-langkah efektif yang dilakukan oleh peneliti untuk
mengoptimalkan metode ini, antara lain: 1) membagi peserta didik secara berkelompok
yang didasarkan perbedaan tingkat kemampuan berbicara berbahasa Jawa; 2) memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk berlatih berbicara berbahasa Jawa melalui metode
bermain peran; 3) mengintegrasikan keterampilan berbicara berbahasa Jawa dengan
keterampilan berbahasa lainnya, seperti menyimak, membaca, dan menulis; dan 4)
mengaplikasikan berbicara berbahasa Jawa dalam kegiatan seni di lingkungan sekolah
khususnya sesuai pengalaman yang didapat peserta didik selama penelitian. Prinsip pokok
pada metode ini adalah mengetahui, berlatih, menerapkan, memeragakan, sehingga
peserta didik mengaktualisasikan berbicara berbahasa Jawa dengan benar.

Kata kunci : Minat, keberanian, peran, kemampuan berbahasa Jawa,metode bermain


peran.

PENDAHULUAN yang menjadi penyebab menurunnya


Penggunaan bahasa Jawa di kemampuan micara Jawa siswa, antara
kalangan pelajar pada saat ini banyak lain; (1) pengaruh arus modernisasi; (2)
yang kurang memperhatikan unggah tuntutan penggunaan bahasa nasional
ungguh. Mereka berbicara dengan rekan maupun bahasa internasional; (3)
seusianya maupun kepada yang lebih tua lingkungan pergaulan siswa baik dalam
umurnya tidak membedakan, yaitu keluarga, sekolah, maupun masyarakat
penggunaan ragam ngoko. Beberapa hal
kurang mendukung; (4) pembelajaran Jekulo Kabupaten Kudus semester 1
bahasa di sekolah yang belum maksimal. tahun pelajaran 2014/2015; 2) seberapa
Salah satu bukti adalah kemampuan banyak peningkatan kemampuan
berbahasa Jawa di kalangan siswa-siswa berbahasa dengan metode bermain peran
kelas 6 SD 5 Hadipolo Kecamatan Jekulo peserta didik kelas 6 SD 5 Hadipolo
Kabupaten Kudus semester 1 tahun Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus
pelajaran 2014/2015. Sebagaian besar semester 1 tahun pelajaran 2014/2015; 3)
siswa mendapatkan nilai yang kurang bagaimanakah perubahan perilaku
memuaskan dalam aspek kemampuan kemampuan berbahasa dengan metode
berbicara/micara Jawa. 75% siswa belum bermain peran peserta didik kelas 6 SD 5
mampu berbicara Jawa sesuai dengan Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten
standar ketuntasan belajar. Siswa Kudus semester 1 tahun pelajaran
mengalami kesulitan dalam menerapkan 2014/2015?
unggah-ungguh bahasa Jawa secara tepat Sesuai dengan rumusan masalah
baik kepada orang yang lebih tua yang telah ditetapkan, penelitian ini
maupun kepada rekan sejawatnya. dilakukan dengan tujuan untuk
Berbagai upaya telah dilakukan meningkatkan keterampilan berbicara
dalam rangka meningkatkan kemampuan berbahasa Jawa siswa kelas kelas 6 SD 5
berbahasa Jawa siswa, terutama dalam Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten
pembelajaran bahasa Jawa di kelas 6 SD Kudus semester 1 tahun pelajaran
5 Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten 2014/2015 melalui penggunaan metode
Kudus semester 1 tahun pelajaran bermain peran dalam kegiatan
2014/2015, salah satunya adalah pembelajaran. Secara khusus, penelitian
meningkatkan kemampuan bebahasa ini bertujuan sebagai berikut :1)
Jawa siswa melalui metode bermain mendeskripsi proses pembelajaran
peran (role playing). kemampuan berbahasa dengan metode
Dari latar belakang masalah di bermain peran peserta didik kelas 6 SD 5
atas, dapat diidentifikasi permasalahan Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten
sebagai berikut : 1)kemampuan Kudus semester 1 tahun pelajaran
Berbahasa Jawa peserta didik kelas 6 2014/2015, 2) mendeskripsi peningkatan
SD 5 Hadipolo Kecamatan Jekulo kemampuan berbahasa dengan metode
Kabupaten Kudus semester 1 tahun bermain peran peserta didik kelas 6 SD 5
pelajaran 2014/2015 rendah; 2) perlu Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten
dicari hal-hal yang menyebabkan Kudus semester 1 tahun pelajaran
Kemampuan Berbahasa peserta didik 2014/2015, dan 3) mengidentifikasi
kelas 6 SD 5 Hadipolo Kecamatan Jekulo perubahan perilaku kemampuan
Kabupaten Kudus semester 1 tahun berbahasa dengan metode bermain peran
pelajaran 2014/2015 rendah; 3) perlu peserta didik kelas 6 SD 5 Hadipolo
digunakan cara meningkatkan Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus
Kemampuan Berbahasa peserta didik semester 1 tahun pelajaran 2014/2015.
kelas 6 SD 5 Hadipolo Kecamatan Jekulo
Kabupaten Kudus semester 1 tahun Hasil penelitian ini diharapkan
pelajaran 2014/2015. dapat menambah khasanah ilmu
Berdasarkan latar belakang dan pengetahuan yang terkait dengan
identifikasi masalah di atas, maka dapat proses pembelajaran untuk
dirumuskan beberapa masalah sebagai mengembangkan kemampuan
berikut :1) bagaimanakah proses Berbahasa Jawa pada siswa kelas 6
pembelajaran kemampuan berbahasa SD 5 Hadipolo Kecamatan Jekulo
dengan metode bermain peran peserta Kabupaten Kudus semester 1 tahun
didik kelas 6 SD 5 Hadipolo Kecamatan
pelajaran 2014/2015 dengan metode Sedangkan Sudjana (2005: 135-
bermain peran. 136) memberikan langkah-langkah dalam
penggunaan bermain peran, yaitu; (1)
LANDASAN TEORETIS DAN pendidik dan peserta didik menyiapkan
HIPOTESIS TINDAKAN bahan belajar berupa topik yang akan
Teknik bermain peran adalah teknik dibahas; (2) pendidik dan peserta didik
kegiatan pembelajaran yang menekankan mengidentifikasi dan menetapkan peran-
pada kemampuan penampilan peserta peran berdasarkan kedudukan dan tugas
didik untuk memerankan status dan masing-masing; (3) pendidik membantu
fungsi pihak-pihak lain yang terdapat peserta didik untuk meyiapkan tempat,
dalam kehidupan nyata. Dengan bermain waktu, dan alat-alat yang digunakan; (4)
peran ini diharapkan peserta didik pendidik membantu peserta didik untuk
memperoleh pengalaman yang melaksanakan permainan dengan: (a)
diperankan oleh pihak-pihak lain. Teknik menjelaskan tujuan dan langkah-angkah
ini juga untuk merangsang pendapat bermain peran , (b) peserta didik dibagi
peserta didik dan menemukan kelompok bermain peran dan kelompok
kesepakatan bersama tentang ketepatan, pengamat, (c) menjelaskan tugas masing-
kekurangan, dan pengembangan peran- masing kelompok; (5) pendidik dan
peran yang dialami atau diamatinya peserta didik membahas hasil
(Sudjana, 2005: 134). pengamatan dan melakukan penilaian
Teknik bermain peran adalah cara terhadap proses dan hasil penggunaan
pembelajaran dengan permainan yang teknik ini.
efektif, meningkatkan kemampuan kerja Keunggulan teknik ini adalah (1)
sama dengan kelompok, dan diharapkan menarik perhatian peserta didik; (2)
dengan metode ini, minat, motivasi, teknik dapat dilakukan dalam kelompok
peran serta siswa dalam belajar juga akan besar ataupun kecil; (3) dapat membantu
meningkat. peserta didik dalam memahami
Langkah-langkah pelaksanaan pengalaman orang lain; (4) dapat
teknik bermain peran, meliputi: (1) guru membantu peserta didik untuk
menyusun/menyiapkan skema yang akan menganalisis dan memahami situasi serta
ditampilkan, (2) menunjukkan beberapa memikirkan masalah yang terjadi dalam
siswa untuk mempelajari skenario dua bermain peran; (5) menumbuhkan rasa
hari sebelum kegiatan belajar mengajar, percaya diri. Sedangkan kelemahannya
(3) guru membentuk kelompok dengan adalah : (1) kemungkinan peserta didik
beberapa anggota, (4) memberikan ada yang tidak menyukai permainan
penjelasan tentang tujuan yang ingin peran tertentu; (2) lebih menekankan
dicapai dalam KBM, (5) memanggil para pada masalah dari pada terhadap peran;
siswa yang sudah ditunjuk untuk (3) mungkin akan kesulitan dalam
memerankan skenario yang sudah menyesuaikan dalam peran tertentu; (4)
siapkan, (6) masing-masing siswa duduk membutuhkan waktu lama; (5) terbatas
dikelompoknya sambil memperhatikan pada beberapa situasi kegiatan belajar.
mengamati skenario yang sedang Menurut Widada (1993: 38-39)
diperagakan, (7) setelah selesai fungsi bahasa Jawa bagi masyarakat jawa
dipentaskan, masing-masing siswa ada dua macam, yaitu fungsi linguistik
diberikan kertas sebagai lembar kerja dan fungsi budaya. Fungsi linguistik
untuk membahas, (8) masing-masing adalah bahasa Jawa dipakai sebagai alat
kelompok menyampaikan hasil komunikasi masyarakat dalam kehidupan
kesimpulannya, (9) guru memberikan sehari-hari. Bahasa Jawa itu, antara lain,
kesimpulan secara umum, dan evaluasi. dipakai untuk menyampaikan gagasan
atau pikiran kepada orang lain dan
menyampaikan perasaan tertentu pada 98) tingkat tutur bahasa Jawa yang
orang lain. Sehingga fungsi linguistik sebutannya unggah-ungguhing basa,
adalah untuk kepentingan praktis, yang sering diikuti oleh ahli bahasa
sabagai sarana komunikasi masyarakat hingga kini, konsep pembagian tingkat
Jawa. tutur secara sistematis.
Dalam fungsi budaya, bahasa Jawa Sedangkan Poerbatjaraka (dalam
digunakan sebagai; (1) sarana Sudaryanto, 1996: 101) menyatakan
pengungkap kehalusan dan kelembutan bahwa secara prinsip tingkat tutur bahasa
cipta, rasa, dan karsa; (2) sarana Jawa terbagi empat, yaitu: ngoko, krama
pemelihara etika dan estetika; (3) sebagai , ngoko-krama, krama-ngoko
filter pengaruh budaya asing; dan (4) Tingkat ngoko adalah tingkat tutur
sebagai sarana pewarisan nilai-nilai yang menunjukkan kesopanan rendah.
luhur. Ragam tutur ini digunakan oleh mereka
Sedangkan menurut Nababan, yang merasa sudah akrab, dan mereka
(1986: 38) menyatakan ada tiga fungsi yang merasa dirinya derajatnya lebih
bahasa, yaitu (1) sarana perkembangan tinggi, (Sasangka, 1991: 58), serta orang
kebudayaan, (2) jalur penerus tua kepada orang muda. Sedangkan
kebudayaan, dan (3) inventarisasi ciri-ciri ragam tindak tutur krama digunakan
kebudayaan. Dalam hal ini bahasa Jawa menghormati, misalkan; orang muda
sebagai salah satu bahasa daerah di pada orang tua, bawahan kepada
Indonesia selain berfungsi sebagai alat atasannya, siswa pada gurunya, dan
komunikasi dalam etnik Jawa, juga sebagainya.
sebagai sarana pengembang dan Pengajaran bahasa yang lazim
pengungkap seni tradisi Jawa. digunakan adalah dengan tiga cara, yaitu
Menurut Halim (dalam Sukardi, (1) menjelaskan sesuatu pada siswa; (2)
1993: 68), bahasa Jawa, di samping melatih sesuatu pada siswa; dan (3)
bahasa Indonesia, dipergunakan sebagai melibatkan siswa di dalam suatu kegiatan
bahasa perhubungan intradaerah (Jawa) berbahasa. Apabila guru menjelaskan
di wilayah Indonesia. Dalam hubungan sesuatu itu menuntut siswa untuk
dengan kedudukan bahasa Indonesia menghafalkan. Guru yang melatihkan
sebagai bahasa nasional, bahasa Jawa sesuatu menuntut siswa untuk
sebagai bahasa daerah berfungsi sebagai mengulang-ulang mengerjakan bahan
(1) lambang kebanggaan daerah, (2) ajar. Guru yang melibatkan siswa untuk
lambang identitas daerah, (3) alat melakukan kegiatan berbahasa hanyalah
perhubungan di dalam keluarga dan berperan sebagai fasilitator, pembuka
masyarakat Jawa, dan (4) sarana jalan saja dalam kegiatan tertentu
pengembangan serta pendukung (Purwo, 1997: 19-20).
kebudayaan daerah. Lebih lanjut Purwo (1997 : 20-21)
Menurut Sasangka (1991: 58), menjelaskan bahwa keterampilan
tingkat tutur Bahasa Jawa pada berbahasa bukan semata-mata diajarkan
prinsipnya hanya ada dua macam, yaitu melalui uraian atau penjelasan semata-
tingkat tutur ngoko dan krama. Beberapa mata. Siswa tidak dapat memperoleh
ahli bahasa Jawa membedakan tingkat keterampilan berbahasa dengan duduk
tutur bahasa Jawa ada bermacam-macam. dan mendengarkan keterangan guru dan
Soepomo Poedjasoedarma, misalkan mencatat apa yang didengarkan, dan
membedakan tingkat tutur bahasa Jawa latihan-latihan secara bertubi-tubi saja
menjadi tingkat tutur krama, madya, dan juga tidaklah cukup.
ngoko. Keterampilan berbicara merupakan
Sedangkan menurut Ki salah satu dari keterampilan berbahasa
Padmosusastra (dalam Sudaryanto, 1996: yang produktif. Suyatno (2004: 113 -
121) menjelaskan beberapa teknik untuk berbahasa peserta didik kelas 6 SD 5
meningkatkan kemampuan berbicara Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten
diantaranya; wawancara, cerita Kudus semester 1 tahun pelajaran
berpasangan, pidato tanpa teks, pidato 2014/2015.
dengan teks, mengomentari
film/sinetron/cerpen/novel, debat, METODE PENELITIAN
menjadi pembawa acara, memimpin Penelitian dengan judul Metode
rapat, menerangkan Bermain Peran sebagai Upaya
obat/makanan/minuman/benda lainnya, Meningkatkan Kemampuan Berbahasa
bermain peran, info berantai, dan cerita Jawa Peserta Didik Kelas 6 SD 5
berantai. Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten
Dari uraian tersebut di atas dapat Kudus semester 1 tahun pelajaran
disimpulkan bahwa kemampuan 2014/2015, dilakukan pada Peserta Didik
berbahasa Jawa dalam penelitian ini Kelas 6 SD 5 Hadipolo Kecamatan
adalah kemampuan berbicara/micara Jekulo Kabupaten Kudus semester 1
menggunakan bahasa Jawa dengan tahun pelajaran 2014/2015 yang
unggah-ungguh yang tepat, yaitu berjumlah 19 peserta didik, 8 laki-laki
penggunaan bahasa Jawa ragam ngoko dan 11 perempuan.
dan ragam krama. Dalam penelitian ini Penelitian tindakan kelas ini
kemampuan bahasa mencakup pada dilaksanakan di SD 5 Hadipolo
bahasa Jawa ragam krama. Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus.
Metode pembelajaran bermain Penelitian ini dilaksanakan pada minggu
peran lebih banyak menuntut aktivitas ketiga bulan Juli sampai dengan bulan
siswa dalam pembelajaran. Di samping oktober 2014.
itu metode pembelajaran bermain peran Subjek penelitian dalam penelitian
adalah metode pembelajaran yang ini adalah peserta didik kelas 6 SD 5
dilakukan dengan cara permainan Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten
kelompok . Metode bermain peran untuk Kudus semester 1 tahun pelajaran
proses pembelajaran kemampuan 2014/2015. Dalam penelitian ini peneliti
berbahasa sesuai dengan kompetensi berkolaborasi dengan satu guru yang
dasar yang diharapkan, juga bermuatan mengajar Bahasa Jawa lain untuk
nilai-nilai pendidikan karakter. Nilai- mengamati pelaksanaan penelitian.
nilai pendidikan karakter yang akan Dalam menjawab permasalahan,
diterapkan dalam model pembelajaran ada beberapa faktor yang akan diselidiki,
bermain peran ini didasarkan pada 18 yaitu: 1) siswa, memperhatikan minat,
nilai yang ditetapkan oleh Kemdiknas. keberanian, partisipasi, dan hasil
Secara ekplisit nilai karakter: kerja sama, pembelajaran, 2) pembelajaran,
komunikatif, dan percaya diri. mengamati efektivitas penggunaan
Berdasarkan kerangka berpikir metode bermain peran dalam
tersebut, peneliti berasumsi bahwa: 1) meningkatkan kemampuan berbahasa
pemanfaatan metode pembelajaran Jawa siswa.
bermain peran untuk aspek kemampuan Penelitian tindakan kelas ini
berbahasa diduga meningkatkan aktivitas mengacu model penelitian yang
belajar peserta didik, 2) metode dikembangkan Kemmis dan Taggart
pembelajaran bermain peran diduga (dalam Aqib, 2006: 22). Rencana
efektif untuk merubah perilaku belajar tindakan dalam penelitian ini terdiri dari
peserta didik dalam pembelajaran 3 siklus. Masing-masing siklus adalah
kemampuan berbahasa (wicara), dan 3) saling berkaitan.
pemanfaatan metode bermain peran Adapun gambaran pelaksanaan
diduga efektif meningkatkan kemampuan siklus adalah sebagai berikut:1)
perencanaan (plan), 2) pelaksanaan dan menjadi kendala pada siklus I dicari
pengamatan (action dan observasi), 3. pemecahannya, sedangkan kelebihan-
Refleksi,guru merefleksikan proses kelebihanya dipertahankan dan
pembelajaran dengan pengamat, ditingkatkan.
menyimpulkan dan menilai hasil kerja Variabel dalam penelitian ini ada
siswa pada siklus 1, dalam siklus pertama 2, yaitu variable input dan variable
apabila dirasa masih kurang maksimal output Variabel input-output pada
maka akan dilanjutkan pada siklus 2, penelitian ini adalah Kemampuan
pelaksanaan siklus 2 tetap melalui tiga berbahasa Jawa. Tindakan yang akan
tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan dilakukan pada pembelajaran berbicara
dan observasi, dan refleksi, jika hasil berbahasa Jawa yaitu guru membagikan
masih juga belum memuaskan maka teks pacelathon berbahasa Jawa sesuai
dilaksanakan siklus 3 dengan tahapan dengan unggah-ungguh basa Jawa pada
yang sama. siswa. Setelah itu guru memberikan soal
Setelah kegiatan pembelajaran apersepsi pada siswa, dan guru mencatat
selesai, guru membagikan lembar angket siswa yang mengalami kesulitan dalam
kepada siswa untuk mengetahui kesan, berbicara berbahasa Jawa. Target yang
tanggapan dan saran terhadap materi, diharapkan adalah dengan metode
cara mengajar, dan teknik yang baru saja bermain peran, kemampuan berbahasa
digunakan guru dalam proses Jawa siswa dapat bertambah.
pembelajaran berbicara berbahasa Jawa Menurut Zuriah (2003), ada 5
dengan menggunakan metode Bermain jenis instrumen yang digunakan dalam
Peran. penelitian tindakan. Diantaranya
Wawancara dilakukan untuk observasi, wawancara, catatan lapangan,
mengetahui tanggapan siswa tentang angket, dan dokumentasi. Dalam
pembelajaran berbicara berbahasa Jawa. penelitian ini instrumen yang digunakan
Wawancara dilakukan di luar jam meliputi: (1) observasi, (2) wawancara,
pelajaran. Wawancara dilakukan kepada dan (3) dokumentasi.
siswa yang mendapat nilai rendah, Obserasi diartikan sebagai
sedang dan tinggi. Peneliti menanyakan pengamatan dan pencatatan secara
tentang materi yang digunakan oleh guru sistematik terhadap gejala yang tampak
dalam kegiatan pembelajaran, serta pada objek penelitian (Zuriah, 2003).
menanyakan kesulitan dan penyebab Ada dua jenis observasi yang dilakukan,
kesulitan yang dihadapi siswa. diantaranya: (a) observasi langsung, yaitu
Dalam penelitian tindakan kelas observasi yang dilakukan dimana
ini, peneliti melakukan analisis hasil observer berada bersama objek yang
data, hasil observasi, hasil jurnal, dan diselidiki, dan (b) obsevasi tidak
hasil wawancara yang telah dilakukan. langsung, yaitu observasi atau
Hasil analisis ini digunakan untuk pengamatan yang dilakukan tidak pada
mengetahui kelebihan dan kekurangan saat berlangsungnya suatu peristiwa yang
materi pembelajaran yang dilakukan oleh akan diteliti. Dengan menggunakan
peneliti dan untuk mengetahui sikap yang teknik ini, melakukan catatan terhadap
dilakukan oleh siswa selama proses hasil observasi dengan menggunakan
pembelajaran. Refleksi pada siklus I daftar cek (chek list).
dijadikan masukan dalam menentukan Dalam penelitian yang dilakukan
langkah pada siklus II. Dengan demikian, secara kolaboratif yang melibatkan guru
akan dilakukan perbaikan perencanaan mata pelajaran bahasa Jawa yang
dan tindakan pada siklus II, sehingga berfungsi sebagai pengamat di kelas ini
hasil pembelajaran diharapkan semakin menggunakan instrumen sebagai berikut
meningkat. Masalah-masalah yang : 1) lembar wawancara untuk mengetahui
minat peserta didik, 2) lembar observasi informasi mengenai tingkat motivasi
untuk peserta didik, untuk memonitor siswa dalam kelompok selama mengikuti
proses, 3) lembar observasi untuk guru, kegiatan pembelajaran.
4) lembar evaluasi/penilaian. Agar data valid dan reliabel,
Instrumen penelitian yang selama pengumpulan data dilakukan
digunakan untuk mengumpulkan data validasi data. Selama proses
dalam penelitian ini berupa tes dan non pengumpulan data perlu dilaksanakan
tes. Tes yang digunakan untuk dua jenis validasi data. Adapun jenisnya
mengumpulkan data tentang kesulitan adalah validasi proses dan hasil belajar.
berbicara berbahasa Jawa berupa tes
berbicara berbahasa Jawa. HASIL PENELITIAN DAN
Tes yang digunakan untuk PEMBAHASANNYA
mengukur keterampilan berbicara Berdasarkan penelitian tindakan
berbahasa Jawa siswa berupa teks yang dilakukan oleh peneliti, dapat
pacelathon yang telah disiapkan oleh diuraikan data-data dan hasil seperti di
peneliti. Tingkat kesulitan dijadiakan bawah ini.
pedoman untuk memperbaiki strategi Minat belajar siswa kelas 6 SD 5
pembelajaran berikutnya. Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten
Teknik dan alat pengumpulan Kudus semester 1 tahun pelajaran
data dalam penelitian tindakan kelas ini 2014/2015 dalam belajar bahasa Jawa
meliputi: observasi, wawancara, angket, masih rendah. Berdasarkan angket
tes dan studi dokumentasi. 68,42% atau 13 siswa kelas 6
Dalam penelitian tindakan kelas menganggap belajar bahasa Jawa tidak
ini, observasi yang digunakan adalah penting. Namun demikian 6 siswa atau
observasi partisipan dengan derajat 31,58% siswa lainnya berminat
keterlibatan pemeran serta sebagai mempelajari bahasa Jawa karena sebagai
pengamat, artinya pengamat tidak tanggung jawab orang Jawa.
sepenuhnya sebagai pemeran serta tetapi Berdasarkan angket 73,68% atau 14
masih melakukan fungsi pengamatan siswa tidak berani berbahasa Jawa krama
atau pengamat pura-pura menjadi dengan guru atau orang tuanya karena
anggota kelompok yang diamati. takut salah dan tidak tahu apa bahasa
Hal tersebut dilakukan dengan Jawa halusnya atau kurangnya kosakata.
pertimbangan : (1) agar proses Sedangkan 26,32% siswa berani
No Pernyataan Jml % Ket berbahasa Jawa terutama ragam krama
. meskipun banyak kekurangtepatan
penggunaan unggah-ungguh bahasanya.
1 Berminat 6 31,58 Data
Data hasil catatan observasi
Tidak diper tersebut bila didistribusikan dalam tabel
2 13 68,42
berminat oleh adalah sebagai berikut:
3 Berani 5 26,32 dari
Tidak wawa Tabel 4.1
4 14 73,68 ncara
berani Minat Dan Keberanian Berbahasa Jawa
pengamatan tidak mengganggu kegiatan
orang yang diamati; (2) peristiwa yang Aktivitas siswa yang diamati dalam
diamati dapat berjalan wajar; dan (3) penelitian ini adalah aktivitas dalam
keterbatasan waktu dan tenaga. Metode kelas. Berdasarkan pada observasi dan
observasi ini menggunakan catatan peneliti dalam penelitian tindakan
penginderaaan langsung terhadap suatu ini, diperoleh data aktivitas siswa sebagai
benda, kondisi, situasi atau motivasi. berikut.
Observasi dilakukan untuk memperoleh
Tabel 4.2
Prosentase Pengelompokan Aktivitas
Siswa Kelas 6
SD 5 Hadipolo Kecamatan Jekulo
Kabupaten Kudus dalam Belajar Bahasa
Jawa
sabtu tanggal 26 Juli 2014. Minat
Tingkatan Frekuensi Prosentase belajar siswa kelas 6 SD 5 Hadipolo
Tinggi 6 31.58% Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus
semester 1 tahun pelajaran 2014/2015
Sedang 10 52.63% setelah dilakukan pembelajaran berbicara
Kurang 3 15.79% bahasa Jawa dengan metode bermain
peran didapatkan hasil sebagai berikut:
73,68% atau 14 siswa kelas 6
Prestasi hasil belajar yang menganggap belajar bahasa Jawa
didapatkan oleh siswa kelas 6 SD 5 penting. Namun demikian 5 (26,32%)
Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten siswa lainnya masih menyatakan
Kudus semester 1 tahun pelajaran kekurangminatan mempelajari bahasa
2014/2015 dalam belajar mata pelajaran Jawa karena merasa sulit.
bahasa Jawa dalam materi berbicara Data hasil catatan observasi
adalah sebagai berikut: tersebut bila didistribusikan dalam tabel
adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4
Minat dan Keberanian Berbahasa Jawa
Tabel 4.3 No. Pernyataan Jml % Ket
Prosentase Hasil Belajar Peserta Didik
Kelas 6 1 Berminat 14 73,68
SD 5 Hadipolo Kecamatan Jekulo Tidak
2 5 26,32
Kabupaten Kudus Semester I Tahun berminat
Pelajaran 2014/2015 3 Berani 3 15,79
dalam Berbicara Bahasa Jawa
Data
Berdasarkan pada angket, observasi Frekwensi diperoleh
Katagori
N dari
dan catatan peneliti sebelum kegiatan Nilai Prestasi
o. wawancara
penelitian berlangsung didapatkan Jml % Belajar
temuan sebagai berikut: (1) terlihat ada dan
1 81-100 2 10,53 Baik
minat belajar siswa dalam kegiatan observasi
2 61-80 15 78,94 Sedang
belajar mengajar masih rendah, (2) 3 50-60 2 10,53 Kurang
keaktifan siswa dalam mengikuti
Total 19 100
pelajaran bahasa Jawa sedang, (3)
kegiatan belajar terkesan hidup dan Tidak
4 16 84,21
berjalan, tetapi didominasi oleh siswa berani
yang pandai.
Dari tabel tersebut, membuktikan
Pembelajaran yang monoton bahwa minat belajar dan keberanian
Siklus I dilaksanakan pada hari siswa kelas 6 SD 5 Hadipolo Kecamatan
Jekulo Kabupaten Kudus semester 1
tahun pelajaran 2014/2015 dalam
berbahasa Jawa tergolong sedang
Aktivitas siswa dalam mengikuti Kabupaten Kudus semester 1 tahun
materi berbicara bahasa Jawa terdapat pelajaran 2014/2015 dalam siklus 2
peningkatan, seperti tergambar dalam didapatkan hasil sebagai berikut :
tabel berikut: Tabel 4.7
Minat dan Keberanian Berbahasa Jawa
Tabel 4.5
Prosentase Pengelompokan Aktivitas N Pernyataan Jml % Ket
Peserta Didik Kelas 6 o
SD 5 Hadipolo Kecamatan Jekulo 1 Berminat 16 84,22 Data
Kabupaten Kudus Semester I Tahun Tidak diperol
Pelajaran 2014/2015 2 3 15,78
berminat eh dari
dalam Belajar Bahasa Jawa 3 Berani 15 78,95 wawan
cara
Tingkat Frekuensi Prosentase Tidak dan
4 4 21,05
berani observ
Tinggi 9 47.36%
asi
Sedang 8 42.11%
Aktivitas siswa dalam mengikuti
Kurang 2 10,52% materi berbicara bahasa Jawa, seperti
terlihat dalam tabel berikut:
Prestasi hasil belajar yang
didapatkan oleh siswa kelas 6 SD 5
Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten
Kudus semester 1 tahun pelajaran
2014/2015 , dalam berbicara bahasa Jawa
setelah penggunaan metode bermain Tabel 4.8
peran adalah sebagai berikut: Prosentase Pengelompokan Aktivitas
Peserta Didik Kelas 6
Tabel 4.6 SD 5 Hadipolo Kecamatan Jekulo
Prosentase Hasil Belajar Peserta Didik Kabupaten Kudus Semester I Tahun
kelas 6 SD 5 Hadipolo Kecamatan Jekulo Pelajaran 2014/2015
Kabupaten Kudus semester 1 tahun dalam Belajar Bahasa Jawa
pelajaran 2014/2015 dalam Berbicara
Bahasa Jawa Tingkat Frekuensi Prosentase
Tinggi 14 73.68%
Frekwensi Katagori Sedang 4 21,05%
N
Nilai Prestasi
o. Kurang 1 5.27%
Jml % Belajar
1 81-100 7 37,85 Baik Prestasi hasil belajar yang
2 61-80 10 52,63 Sedang didapatkan oleh siswa kelas 6 SD 5
3 50-60 2 10,52 Kurang Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten
Kudus semester 1 tahun pelajaran
Total 19 100%
2014/2015 setelah penggunaan metode
bermain peran adalah sebagai berikut:
Siklus 2 dilaksanakan pada hari
sabtu tanggal 16 Agustus 2014. Setelah
dilakukan perencanaan ulang Tabel 4.9
berdasarkan refleksi siklus 1 didapatkan Prosentase Hasil Belajar Peserta Didik
hasil sebagai berikut: Minat belajar siswa Kelas 6
kelas 6 SD 5 Hadipolo Kecamatan Jekulo
SD 5 Hadipolo Kecamatan Jekulo
Kabupaten Kudus Semester I Tahun Tingkatan Frekuensi Prosentase
Pelajaran 2014/2015
dalam Berbicara Bahasa Jawa Tinggi 17 89,48%
Sedang 1 5,26%
Frekwensi Katagori
N Kurang 1 5,26%
Nilai Prestasi
o.
Jml % Belajar
1 81- 14 78,94 Baik Prestasi hasil belajar yang
2 100 3 15,79 Sedang didapatkan oleh siswa kelas 6 SD 5
3 61-80 2 5,37 Kurang Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten
50-60 Kudus semester 1 tahun pelajaran
c Total 19 100% 2014/2015 dalam belajar berbahasa Jawa
dengan metode bermain peran dalam
Siklus 3 dilaksanakan pada hari siklus 3 adalah sebagai berikut:
sabtu tanggal 23 Agustus 2014. Minat
belajar siswa kelas 6 SD 5 Hadipolo
Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus
semester 1 tahun pelajaran 2014/2015
dalam siklus 2 didapatkan hasil sebagai
berikut :

Tabel 4.10
Minat dan Keberanian Berbahasa Jawa

No Pernyata Jml % Keter


an angan
Bermina 89,48 Data
1 17
t dipero
Tidak leh
2 2 10,52
berminat dari
3 Berani 18 94,74 wawa
ncara
Tidak dan
4 1 5,26 obser
berani
vasi

Aktivitas siswa dalam mengikuti


materi berbicara bahasa Jawa, seperti
terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.11
Prosentase Pengelompokan Peserta Didik
Kelas 6
SD 5 Hadipolo Kecamatan Jekulo
Kabupaten Kudus Semester I Tahun
Pelajaran 2014/2015
dalam Belajar Bahasa Jawa
Tabel 4.12 Penggunaan metode bermain peran
Prosentase Hasil Belajar Peserta Didik dalam pembelajaran berbicara bahasa
Kelas 6 Jawa memiliki dampak yang positif.
SD 5 Hadipolo Kecamatan Jekulo Dengan metode ini dapat meningkatkan
Kabupaten Kudus Semester I Tahun minat dan keberanian siswa dalam
Pelajaran 2014/2015 berbicara dengan menggunakan bahasa
dalam Berbicara Bahasa Jawa Jawa. Seperti dalam tabel berikut :

Tabel 4.13
Frekuensi Katagori Rekapitulasi Minat dan Keberanian
N
Nilai Prestasi Berbahasa Jawa
o
Jml % Belajar Peserta Didik Kelas 6
1 81-100 17 89,48 Baik SD 5 Hadipolo Kecamatan Jekulo
2 61-80 1 5,26 Sedang Kabupaten Kudus Semester I Tahun
3 50-60 1 5,26 Kurang Pelajaran 2014/2015

Total 19 100 N Pernya Pra


S1 S2 S3
o taan Siklus
89,
Bermi 31,58 73,6 84,2
1 48
nat % 8% 2%
%
Tidak 10,
68,42 26,3 15,7
2 bermin 52
% 2% 8%
at %
94,
26,32 15,7 76,9
3 Berani 74
% 9% 5%
%
Tidak 73,68 84,2 21,0 5,2
4
berani % 1% 5% 6%
Pembelajaran dengan bermain peran
Pembahasan Dari tabel di atas nampak bahwa
Pada hakikatnya pembelajaran keberminatan siswa terhadap bahasa
bahasa di sekolah adalah menjadikan terjadi peningkatan yang signifikan.
siswa yang terampil berbahasa. Kendala Dengan demikian hipotesis kedua
yang dihadapi di lapangan adalah siswa diterima yaitu metode pembelajaran
mengerti ilmu bahasanya tetapi lemah bermain peran efektif untuk merubah
dalam berbahasa itu sendiri. Demikian perilaku belajar peserta didik kelas 6 SD
halnya dengan bicara bahasa Jawa. Siswa Negeri 5 Hadipolo Kecamatan Jekulo
mengalami banyak permasalahan dengan Kabuapten Kudus semester 1 tahun
berkomunikasi bahasa Jawa dengan pelajaran 2014/2015 dalam pembelajaran
ragam krama. kemampuan berbahasa (wicara). Apabila
Kesulitan penggunaan bahasa Jawa sebelum dilakukan penelitian dengan
khususnya ragam krama disebabkan metode bermain peran siswa yang
lingkugan hidup dan lingkungan belajar berminat untuk berbicara dengan bahasa
siswa yang sudah menggunakan bahasa Jawa ragam krama hanya 31,58% atau
Indonesia sebagai bahasa pergaulan. hanya 6 siswa, setelah dilakukan
Namun demikian bahasa Jawa ragam penelitian tindakan kelas dengan
ngoko masih digunakan sebagai bahasa menggunakan metode bermain peran
ibu. jumlah siswa yang berminat
berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa Jawa menjadi 89,48% atau 19
siswa. Hal ini menunjukkan adanya Dari tabel keaktifan siswa nampak
peningkatan 57,9%. Peningkatan ini sebelum perlakuan hanya 6 siswa
dikarenakan dengan metode bermain (31,58%) saja yang beraktifitas tinggi,
peran yang mengedepankan permainan rata-rata aktifitas selama pelajaran
menjadikan belajar lebih menyenangkan berlangsung sedang dan cenderung pasif.
dan belajar berbicara bahasa Jawa Hal tersebut karena minat dan keberanian
menjadi lebih mudah dan mengena pada yang rendah. Setelah diadakan perlakuan
dunia anak-anak. Sedangkan 2 siswa siklus 3 kali nampak adanya peningkatan
yang kurang berminat memelajari bahasa sebesar 57,90% menjadi 89,48% atau 17
Jawa karena komunitas pergaulan siswa dari 19 siswa sudah berperan aktif
dikeluargannya menggunakan bahasa selama pembelajaran. Dengan perolehan
Indonesia. data rekapitulasi tersebut, maka hipotesis
Keberanian siswa dalam berbicara pertama diterima, yaitu pemanfaatan
dengan menggunakan bahasa Jawa juga metode pembelajaran bermain peran
mengalami peningkatan yang signifikan. untuk aspek kemampuan berbahasa dapat
Pada fase sebelum diadakan perlakuan meningkatkan aktivitas belajar peserta
keberanian berbahasa Jawa siswa kelas 5 didik kelas 6 SD 5 Hadipolo Kecamatan
sebesar 26,32% (5 siswa), setelah Jekulo Kabupaten Kudus semester 1
diadakan 3 siklus tindakan keberanian tahun pelajaran 2014/2015.
siswa meningkat menjadi 94,74% Tabel 4.15
(18 siswa). Berarti terdapat peningkatan Rekapitulasi Pretasi Belajar
68,42%. Peningkatan keberanian ini Peserta Didik Kelas 6
disebabkan adanya arena berlatih yang SD 5 Hadipolo Kecamatan Jekulo
seolah-olah dalam kehidupan nyata. Kabupaten Kudus Semester I Tahun
Dengan bermain peran seolah-olah siswa Pelajaran 2014/2015
seperti dalam kehidupan nyata.
Tingkat keaktifan siswa dalam Pra
No Nilai S1 S2 S3
pembelajaran siswa sebelum dan setelah Siklus
diadakan tindakan seperti pada tabel 89,
berikut : 81- 10,53 37,8 78,9
1 48
Tabel 4.14 100 % 5% 4%
%
Rekapitulasi Aktivitas Peserta Didik 61- 78,94 52,6 15,7 5,2
Kelas 6 2
80 % 3% 9% 6%
SD 5 Hadipolo Kecamatan Jekulo 50- 10,53 10,5 5,37 5,2
Kabupaten Kudus Semester I Tahun 3
60 % 2% % 6%
Pelajaran 2014/2015
dalam KBM Bahasa Jawa Dari hasil pretest kemampuan
N Ting Pra berbahasa Jawa hanya 2 siswa yang
S1 S2 S3 memperoleh hasil lebih dari 80 sesuai
o katan Siklus
dengan harapan peneliti. Sedangkan rata-
73,
Ting 31,58 47,3 89,48 rata nilai siswa memperoleh nilai 61 –
1 68
gi % 6% % 80 yaitu 78,94%. Terdapat 2 siswa yang
%
memperoleh nilai di bawah 60.
21,
Seda 52,63 42,1 5,26 Setelah menggunakan metode
2 05
ng % 1% % bermain peran nampak setelah siklus ke
%
3 perolehan nilai siswa di atas 80
Kura 15,79 10,5 5,2 5,26
3 mencapai 89,48% atau meningkat
ng % 2% 7% %
78,95%. Sedangkan yang memperoleh
nilai di bawah 60 hanya 1 orang (5,26%)
dan yang memperoleh nilai 61-80 metode bermain peran, 2) Kepada Guru
sebanyak 1 orang atau 5,26%. supaya meningkatkan kemampuannya
Berdasarkan data tersebut, hipotesis dalam kegiatan pembelajaran dan
ketiga diterima yaitu pemanfaatan mengembangkan kreativitasnya di
metode bermain peran efektif antaranya dengan memanfaatkan metode
meningkatkan kemampuan berbahasa bermain peran agar dapat meningkatkan
peserta didik kelas 6 SD 5 Hadipolo kemampuan berbahasa (wicara) Jawa
Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus peserta didik, dan 3) Sekolah sebagai
semester 1 tahun pelajaran 2014/2015. tempat dan penyelenggara pendidikan
Penggunaan metode bermain peran hendaknya melengakapi fasilitas dan
dalam pembelajaran berbicara bahasa kebutuhan peserta didik dalam kegiatan
Jawa memberikan dampak yang belajar dan mengajar.
signifikan dalam peningkatan
kemampuan berbahasa Jawa siswa kelas DAFTAR PUSTAKA
6 SD 5 Hadipolo Kecamatan Jekulo
Kabupaten Kudus semester 1 tahun Nababan, P.W.J. 1986. Sosiolinguistik:
pelajaran 2014/2015. Suatu Pengantar. Jakarta:
Gramedia
PENUTUP
Simpulan hasil penelitian ini: 1) Padmosoekotjo, S. 1958. Tata Bahasa
proses pembelajaran dengan menerapkan Jawa. Djakarta: Noordhoff-Kolff
metode bermain peran dapat N.V.
meningkatkan aktivitas belajar peserta
didik dalam belajar kemampuan Purwo, Bambang Kaswanti. 1997.
berbahasa (wicara) peserta didik kelas 6 Pokok-Pokok Pengajaran Bahasa
SD 5 Hadipolo Kecamatan Jekulo dan Kurikulum 1994. Jakarta :
Kabupaten Kudus semester 1 tahun Pusat Pembukuan Proyek
pelajaran 2014/2015, 2) metode bermain Pengembangan Buku dan Minat
peran dapat meningkatkan kemampuan Baca
berbahasa (wicara) sesuai dengan undha
usuk basa peserta didik kelas 6 SD 5 Sasangka, Sry Satriya Tjatur Wisnu.
Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten 1991. Prinsip Dasar Berbahasa
Kudus semester 1 tahun pelajaran Jawa Ngoko dan Krama. Surabaya:
2014/2015, dan 3) metode bermain peran Citra Jaya Murti
dapat merubah perilaku belajar peserta
didik yang kurang semangat menjadi Sudaryanto, 1996. Dari Sistem Lambang
semangat, kurang aktif menjadi aktif, Kebahasaan Sampai Prospek
kurang kreatif menjadi kreatif, kurang Bahasa Jawa. Yogyakarta:
disiplin menjadi disiplin. Selain itu juga Yayasan Studi Bahasa Jawa
dapat menanamkan nilai-nilai pendidikan “Kanthil” Bekerjasama dengan
karakter kerja sama, komunikatif, dan Duta Wacana University Press
rasa percaya diri.
Sudjana, S. 2005. Metoda dan Teknik
Untuk mengintensifkan metode Pemelajaran Partisipatif. Bandung:
bermain peran, dapat disarankan sebagai Falah Production.
berikut: 1) Kepada Kepala Sekolah
supaya lebih banyak memberikan Sukardi mp. 1993. “Kemungkinan
motivasi kepada guru dalam kegiatan Bahasa Jawa Sebagai Bahasa
belajar dan mengajar agar memanfaatkan Ilmu”. Dalam Pusaran Bahasa dan
metode yang bervariasi, khususnya Sastra Jawa. Yogyakata: Balai
Penelitian Bahasa, Pusat
Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Dep P dan K Yogyakarta

Suyatno, 2004. Teknik Pembelajaran


Bahasa dan Sastra. Surabaya:
Penerbit SIC.

Widada. 1993. “Kondisi Bahasa Jawa


dan Pemanfaatannya: Sekarang dan
Masa Datang”. Dalam Pusaran
Bahasa dan Sastra Jawa.
Yogyakata: Balai Penelitian
Bahasa, Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Dep P dan
K Yogyakarta.

Zainal Aqib. 2006. Penelitian Tindakan


Kelas: untuk guru. Bandung: CV.
Yrama Widya

Zuriah, N., 2003. Penelitian Tindakan


dalam Bidang Pendidikan dan
Sosial. Edisi Pertama. Malang:
Bayu Media Publishing

You might also like