Professional Documents
Culture Documents
2016 - Jurnal Fakultas Teknik Volume II Nomor 2 - JUMLAH PANAS YANG DIPINDAHKAN PADA PROSES PENDINGINAN AIR MINUM
2016 - Jurnal Fakultas Teknik Volume II Nomor 2 - JUMLAH PANAS YANG DIPINDAHKAN PADA PROSES PENDINGINAN AIR MINUM
2016 - Jurnal Fakultas Teknik Volume II Nomor 2 - JUMLAH PANAS YANG DIPINDAHKAN PADA PROSES PENDINGINAN AIR MINUM
MINUM
DAN KOEFISIEN PRESTASI DARI MESIN PENDINGIN
Ir. Waldemar Naibaho, MT ; Parulian Siagian, ST.,MT.
Dosen Tetap Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas HKBP Nommensen
e-mail :waldemar.naibaho@yahoo.com
ABSTRACT
In the process of this study, drinking water to a temperature didinginankan cukuprendah, that it has achieved
refrigeration machine will stop automatically and the water can be removed from the tank to the dispenser to be drunk.
This cooling process, on the outside of the bottom of the tank ridden by pipeline, in this case called the evaporator,
the refrigerant flows inside the device serves to absorb heat from the water through the tube wall and the pipe. At the
exit of the evaporator is connected to a compressor, which serves to drain the refrigerant, then the refrigerant flows
into the condenser and the tool is heat discharged to the outside air, then the refrigerant flowing into the capillary tube
to lower the pressure of the refrigerant which then entered into the evaporator. The entire exterior of the drinking water
tank insulated to keep the heat from the outside air only a few enter into the drinking water.
In this cooling process, the research methods that will be used is an experimental method, wherein the temperature of
the water is the independent variable that will be determined later.
From these tests it can be concluded that in the cooling process for 35 minutes obtained water temperature 9.8 s / d 14
° C, the number of average heat energy released from drinking water 163.08 kJ / h, coefficient of average achievement
of machinery cooling 2.76, the average heat transfer from the outside air into drinking water 0.3275 kJ / hour.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Air minum yang kondisinya sudah standar temperaturnya dapat dibuat bervariasi, seperti
temperatur mendekati titik beku (rendah) dan temperatur mendekati titik didih (tinggi).
Untuk membuat air minum bertemperatur rendah maka diperlukan suatu wadah air yang
dilengkapi dengan sistem pendingin. Selanjutnya panas dari air minum dipindahkan ke evaporator
dan panas tersebut dibawa oleh refrigeran ke kondensor dan selanjutnya dilepas ke udara luar.
Sistem pendingin akan berhenti bekerja apabila temperatur air telah mencapai besaran yang
ditentukan. Bila air minum yang dingin ingin dikeluarkan dapat dilakukan dengan menekan
katupnya sehingga air keluar.
2.TINJAUAN PUSTAKA
Untuk daerah tropis, seperti kota madia Medan ini, kebutuhan air minum yang dingin
merupakan suatu kebutuhan khususnya pada saat musim panas tiba. Oleh karena itulah penulis
melakukan penelitian pada bidang ini.
Dinding Datar.
Untuk aliran panas satu-dimensi, konduksi panas melalui dinding datar untuk temperatur yang
seragam baik pada permukaan yang dingin maupun yang panas, laju perpindahan panas dengan
cara konduksi, pustaka 1 hal 6, melalui suatu bahan yang homogen adalah:
kA
qk = (Tpanas – Tdingin) ……….……………….……………………. (2)
L
Silinder Berlubang.
Laju aliran panas satu dimensi secara radial dengan cara konduksi, pustaka 1 hal 65. Melalui
silinder berpenampang lingkaran yang berlubang adalah :
qk = - k A dT/ dr ……………..…...…..………………………….….…. (3)
𝑇𝑖−𝑇𝑜
qk = 2πkl 𝑟𝑜 ……………………………….………………………….... (6)
ln( )
𝑟𝑖
dimana : A = 2π r L
r = jari-jari silinder, m
L = panjang silinder, m
dT/dr = gradient temperatur dalam arah radial, oK/m
Ti = temperatur bagian dalam, oK
To = temperatur bagian luar, oK
Konveksi bebas adalah bila gerakan mencampur berlangsung semata-mata sebagai akibat dari
perbedaan kerapatan yang disebabkan oleh gradient temperatur. Bila gerakan mencampur
berlangsung oleh karena suatu alat dari luar, seperti blower, pompa dan sebagainya, maka
prosesnya disebut konveksi paksa. Besar laju perpindahan panas secara konveksi antara suatu
permukaan dan suatu fluida ditulis berikut ini, pustaka 1hal 16.
(a)
(b)
Gambar 2-5 (a) Penukar panas pipa ganda, (b) Jaringan tahanan panas untuk perpindahan panas
menyeluruh.
Koefisien perpindahan panas menyeluruh bisa didasarkan atas luas bagian dalam (Ui) atau luas
bagian luar tabung (Uo), seperti berikut ini
q = Ui Ai ∆Tmenyeluruh = Uo Ao ∆Tmenyeluruh
2. Beda Temperatur Rata-Rata.
Temperatur fluida-fluida di dalam alat penukar panas umumnya berbeda dari satu titik ke titik
lainnya, pada waktu panas mengalir dari fluida yang lebih panas ke fluida yang lebih dingin.
Laju perpindahan panas dalam alat penukar kalor, pustaka 1hal 401 -402, dapat dituliskan sebagai
berikut :
dq = U dA ∆T…………………………………………………… (8)
Dimana : Ch = mh Cph = laju aliran kapasitas panas per jam untuk fluida panas
Cc = mc Cpc = laju aliran kapasitas panas per jam untuk fluida dingin
Indeks m berarti masuk
Indeks k berarti keluar
Dengan mengintegrasi persamaan (13) pada seluruh panjang penukar panas menghasilkan
Cc Cc
− [1+(Ch)Tck+(Ch) Tcm+Thm 1 1
𝑙𝑛 [ Cc Cc ] = − (𝐶𝑐 + )UA………….……............ 14)
− [1+ (Ch)Tcm+ (Ch) Tcm+Thm 𝐶ℎ
𝑪𝒄
(𝟏+(𝑪𝒉)(𝑻𝒄𝒎−𝑻𝒄𝒌)+ 𝑻𝒄𝒎+𝑻𝒉𝒎 𝟏 𝟏
𝑙𝑛 [ ] = −( + ) 𝑈𝐴……..……....………..…(15)
𝑻𝒄𝒎− 𝑻𝒉𝒎 𝑪𝒄 𝑪𝒉
Persamaan (16) dapat dipergunakan untuk melenyapkan kapasitas-kapasitas panas per jam dalam
persamaan (15), seperti berikut ini.
𝑇ℎ𝑘−𝑇𝑐𝑘 𝑈𝐴
ln ( ) = [(Thk – Tck) – (Thm – Tcm)] …………….. ..(17)
𝑇ℎ𝑚−𝑇𝑐𝑚 𝑞
∆𝑇𝑎− ∆𝑇𝑏
q = UA …………………………………….....….. .... (18)
ln ∆𝑇𝑎/𝑇𝑏
Dimana indeks a dan b adalah menunjuk kepada masing-masing ujung penukar panas, lihat
Gambar 2-6. Persamaan (18) dapat dibuang dengan menggantikan perbandingan temperatur
̅̅̅̅ yang defenisinya.
menjadi suatu beda temperatur efektif rata-rata ∆T
̅̅̅̅ ……………………………...………………...……….(19)
q = UA ∆T
Dari persamaan (18) dan (19) kita peroleh bahwa untuk aliran searah atau aliran lawan :
∆Ta − ∆Tb
̅̅̅̅
∆T = ∆𝑇𝑎 ………………………………………………..…. (20)
ln∆𝑇𝑏
Dimana : ̅̅̅̅
∆T = beda temperatur keseluruhan rata-rata logaritmik.
𝐶ℎ (𝑇𝑐𝑘−𝑇𝑐𝑚)
ϵ= ………………..….....……...…......………. (21)
𝐶𝑚𝑖𝑛(𝑇ℎ𝑚−𝑇𝑐𝑚)
Atau
𝐶𝑐 (𝑇𝑐𝑘−𝑇𝑐𝑚)
ϵ= ...................................................................... (22)
𝐶𝑚𝑖𝑛(𝑇ℎ𝑚−𝑇𝑐𝑚)
Cmin Cmin 1 1
𝑙𝑛 [ 1 − ϵ ( + ) ] = -( + ) UA
Ch Cc 𝐶𝑐 𝐶ℎ
Atau
1 1
𝐶𝑚𝑖𝑛 𝐶𝑚𝑖𝑛
1-ϵ( + ) = 𝑒 −(𝐶𝑐 + 𝐶ℎ)𝑈𝐴
𝐶ℎ 𝐶𝑐
Selanjutnya dapat dituliskan keefektifan dari alat penukar kalor untuk aliran searah yaitu :
𝐶𝑚𝑖𝑛
−(1+ )𝑈𝐴/𝐶𝑚𝑖𝑛
1− 𝑒 𝐶𝑚𝑎𝑘𝑠
ϵ= …………………..…………… …(25)
1+𝐶𝑚𝑖𝑛/𝐶𝑚𝑎𝑘𝑠
Dimana : UA/Cmin = jumlah satuan perpindahan panas (NTU)
Gambar 2-8
Siklus kompresi
uap dalam
diagram tekanan-
entalpi
-Kalor yang
diserap oleh
evaporator (efek
refrigerasi) :
qe = h1 –h4
.............................................................................................…………….. (27)
3. METODE PENELITIAN
Metode yang akan dipakai dalam melaksanakan kegiatan penelitian ini adalah metode
eksperimental. Dimana peralatan yang akan dipakai sebagai mesin pendingin (refrigerator) akan
menyerap panas dari air minum yang berada didalam tabung sampai pada temperatur yang relatif
rendah, dan panas yang dihisap oleh evaporator tersebut kemudian dipindahkan oleh kompresor
ke kondensor, pada alat ini panas yang dihisap tadi akan dibuang keudara luar. Pada sistem tersebut
apabila kondisi air telah mencapai temperatur yang direncanakan maka mesin akan berhenti secara
otomatis yang dikendalikan oleh alat kontrol otomatik.
Keterangan gambar :
a. Isolasi
b. Alat ukur temperatur
c. Tanki
d. Air minum
e. Refrigeran R 134 A
f. Evaporator (alat pendingin)
Selanjutnya dilakukan kegiatan penelitian dengan proses pendinginan, data yang akan diukur oleh
termometer/termokopel adalah temperatur-temperatur dari awal sampai akhir penelitian, pada
interval waktu tertentu.
T4= temperatur air pada ketinggian 9 cm dari dasar dengan 3 cm dari dinding tabung.
T5= temperatur air pada sumbu tabung dengan ketinggian 9 cm dari dasar tabung .
3. Data dari tabung air :
Bahan tabung = paduan aluminium
Diameter dalam = 161 mm
Diameter luar = 163 mm
Tinggi tabung = 157 mm
Tebal tabung = 1 mm
Konduktivitas termal tabung-paduan aluminium = 177 W/ m oC
4. Data dari isolasi :
Bahan isolasi = gabus
Tebal isolasi = 20 mm
Koduktivitas termal isolasi-gabus (k) = 0,048 W/m oC
5. Data dari mesin pendingin :
Refrigeran (Fluida Pendingin) = R 134 A
P Evaporator = 19 Psi
T Evaporator = - 10 oC
Bahan pipa evaporator : Paduan tembaga
Koduktivitas termal paduan tembaga (k) = 111 W/m oC
Diameter luar pipa evaporator (d) = 5 mm
Jumlah pipa evaporator (n) = 4 buah
Panjang pipa evaporator (L) = Π . D . n = 3,14 . 163 . 4 = 2.049 mm = 2, 049 m
Luas bidang evaporator (A) = d . L = 0,005 . 2,049 = 0,010245 m2
P Kondensor = 185 Psi
T Kondensor = 135 F = 57,22 oC
Bahan pipa kondensor : Paduan tembaga
Koduktivitas termal paduan tembaga (k) = 111 W/m oC
Diameter luar pipa kondensor (d) = 3/16 inci = 3/16 . 25,4 = 4,763 mm
Panjang pipa kondensor = L . n = 300 . 16 = 4.800 mm = 4,8 m
Luas bidang kondensor (A) = Π . d . L = 3,14 . 0,004763 . 2,049 = 0,031 m2
Konsumsi arus listrik = 90 watt
6. Data dari udara :
T maksimum = 33,3 oC
T minimum = 30,7 oC
Kerapatan/densitas udara (ρ) = 1,1774 kg/m3
Kapasitas panas jenis tekanan konstan udara (cp) = 1,006 kJ/kg oC
Koduktivitas termal udara (k) = 0,02227 W/m oC
28
27
26
25
24
23 T1
22
21
20 T2
19
18
17 T3
16
15
14
13
T4
12
11
10
0 10 20 30 40
Waktu (menit)
Gambar 4-1 Kurva Temperatur VS Waktu, hasil pegujian pertama
33,0
32,0
31,0
30,0
29,0
28,0
Temperatur (oC)
27,0
26,0 T1
25,0
24,0
23,0 T2
22,0
21,0
20,0 T3
19,0
18,0
17,0
16,0 T4
15,0
14,0
13,0
12,0
T5
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Waktu (menit)
Gambar 4-2 Kurva Temperatur VS Waktu, hasil pengujian kedua
33,0
32,0
31,0
30,0
Temperatur (oC)
29,0
28,0 T1
27,0
26,0
25,0
24,0 T2
23,0
22,0
21,0 T3
20,0
19,0
18,0
17,0
T4
16,0
15,0 T5
0 10 20 30 40
Waktu (menit)
Gambar 4-4 Kurva Temperatur VS Waktu, hasil pengujian keempat
33,0
32,0
31,0
30,0
29,0
Temperatur (oC)
28,0
27,0
26,0 T1
25,0
24,0
23,0 T2
22,0
21,0
20,0
19,0 T3
18,0
17,0
16,0
15,0
T4
14,0
13,0 T5
0 10 20 30 40
Waktu (menit)
Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa T1 adalah temperatur air pada bagian bawah, dengan jarak 3 cm
dari dasar dan 3 cm dari dinding tabung dengan kata lain memiliki besaran temperatur yang paling
rendah sekitar 10 oC dengan lama pendinginan sekitar 10,5 menit. Sedangkan T2 adalah
temperatur dari air pada jarak 3 cm dari dasar tabung terletak pada sumbu tabungnya yang
memiliki temperatur sekitar 13,5 oC. Dan seperti telah dijelaskan pada halaman terdahulu bahwa
koil pendingin (evaporator) diletakkan pada bagian bawah dari tabung, maka bagian bawah dari
air memiliki temperatur paling rendah karena apabila air dikeluarkan maka temperaturnya adalah
yang paling rendah - jadi sesuai dengan fungsi dari dispenser tersebut.
Sedangkan T3,T4,T5 berada pada bagian atas dari T1 dan T2 dimana koil pendingin (evaporator)
berada dibawahnya, maka sangat sesuai kalau temperaturnya berada diatas T1 dan T2, seperti
terlihat pada grafik tersebut.
Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa temperatur T1 sangat bervariasi karena mesin
pendingin hidup pada tahap pertama skitar 10,5 menit dan setelah itu mesin mati sekitar 9 menit
dan pada tahap kedua mesin hidup sekitar 3 menit kemudian mesin mati sekitar 2,5 menit sehingga
proses pendinginan berlangsung tidak kontinu. Dilihat dari temperatur air T1, mula-mula 30 oC
kemudian setelah didinginkan oleh evaporator selama 10,5 menit temperaturnya turun menjadi 10
o
C, dan temperatur air T2 turun menjadi 13,5 oC. Sedangkan temperatur T3,T4 dan T5 turun hanya
sedikit yaitu berkisar 29,2 oC atau turun sekitar 1oC.
Tabel 4.1 Temperatur air mula-mula dan akhir-setelah selama 35 menit didinginkan
kemudian diaduk .
NO Tawal,( OC) Takhir ( OC)
1 30,0 21,4
2 30,0 21,3
3 30,2 21,5
4 30,3 20,5
5 29,7 20,2
Trata-rata 30,04 20,98
Dari Tabel 4.1 terlihat bahwa temperatur akhir rata-rata dari air setelah diaduk turun sekitar
30,04 – 20,98 = 9,06 oC.
Tabel 4.2 Jumlah panas yang dikeluarkan dari air tersebut selama 35 menit dapat dilihat
pada tabel berikut.
m cp T1 T2 Q
NO o
(kg) (kJ/kg C) ( OC) ( OC) (kJ)
1 2,5 4,2 30,0 21,4 90,30
2 2,5 4,2 30,0 21,3 91,35
3 2,5 4,2 30,2 21,5 91,35
4 2,5 4,2 30,3 20,5 102,90
5 2,5 4,2 29,7 20,2 99,75
Jumlah panas rata-rata 95,13
Terlihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 bahwa untuk menurunkan temperatur air rata-rata dari
30,04 oC hingga 20,98 oC perlu mengeluarkan panas dari air 95,13 KJ dalam waktu 35 menit
atau 163,08 KJ/ jam
Dimana :
h1= entalpi dari refrigeran keluar dari koil pendingin (evaporator)/entalpi dari refrigeran masuk
kedalam kompresor, kJ/kg
h2 = entalpi dari refrigeran keluar dari kompresor, entalpi dari refrigeran masuk kedalam
kondensor, kJ/kg
h4 = entalpi dari refrigeran keluar dari kondensor, entalpi dari refrigeran masuk ke pipa kapiler,
kJ/kg
Tabel 4.3 Koefisien prestasi dari mesin pendingin
h1 h2 h4 (h1 – h4) (h2 – h1)
NO Kp
( kJ/kg) (kJ/kg) (kJ/kg) (kJ/kg) (kJ/kg)
1 241,35 278,40 132,55 108,8 37,05 2,94
2 241,35 278,40 132,55 108,8 37,05 2,94
3 240,75 282,30 137,42 103,3 41,55 2,49
4 240,75 282,30 137,42 103,3 41,55 2,49
5 241,35 278,40 132,55 108,8 37,05 2,94
1
U01 = 𝑟𝑜 𝑟1
𝐴0 𝑟𝑖 +ln 𝑟𝑖 + 1
(ℎ𝑖 𝐴𝑖)
+ln 2𝜋𝑘1𝐿 2𝜋𝑘2𝐿 (ℎ𝑜 𝐴𝑜)
1
= 0,179 0,1015 0,0815 1
154,78 . 0,0794
+ln0,0815 2.3,14 .0,048 .0,157+ln0,08052.3,14 .177 .0,157+114
1
U01 =
(0,0146+0,0104+2,155+0,0088)
1
= = 0,456 W/m2.oC.
2,1888
1
U02 = 1 Δx Δx 1
+ + +
ℎ𝑖 𝑘1 𝑘2 ℎ𝑜
1
= 1 0,020 0,001 1
+ +
154,78 0,048 177
+ 106
1
U02 =
(0,0065+0,42+0,0000064+0,0094)
1
=
0,436
= 2,294 W/m2.oC.
q2 = U02 A02 ΔT2 = U02 A02 (Tu - Ta) = 2,294 . 0,0203 . (32,15 – 25,7) = 0,34 W
Dimana :
Ta = temperatur permukaan air rata-rata yang disekitar tabung
Tu = temperatur udara luar rata-rata disekitar isolasitabung
hi = koefisien perpindahan panas bagian dalam tabung, W/ m2 oC
Permukaan vertikal :
Permukaan horizontal :
Tabel 4.4 Tabel Pertambahan panas yang masuk dari luar tabung kedalam air (q)
NO U01 A01 ΔT1 q1 U02 A02 ΔT02 q2 q
(W/m2C) (m2) (oC) (Watt) (W/m2C) (m2) (oC) (Watt) (Watt)
1 0,456 0,179 6,45 0,526 2,294 0,0203 6,45 0,30 1,126
2 0,456 0,179 7,05 0,575 2,294 0,0203 7,05 0,33 1,235
3 0,456 0,179 6,75 0,551 2,294 0,0203 6,75 0,31 1,171
4 0,456 0,179 7,55 0,616 2,294 0,0203 7,55 0,35 1,316
5 0,456 0,179 5,95 0,486 2,294 0,0203 5,95 0,28 1,046
Pertambahan panas rata-rata yang masuk dari luar tabung ke dalam air (q)
Jumlah panas rata-rata yang masuk dari luar tabung ke dalam air : jumlah panas rata-rata yang
dikeluarkan dari air = (0,3275/163,08) x 100% = 0,20 %
Dari angka perbandingan itu terlihat bahwa kebocoran panas yang masuk ke dalam tabung air
adalah sangat kecil, dengan perkataan lain dapat diabaikan.
5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Temperatur air yang paling rendah terletak pada bagian bawah tabung, lihat T1 dan T2, karena
evaporator (alat pendingin) berada pada bagian bawah tabung, hal ini logis karena bila kita
ingin mengambil air minum yang dingin maka kita akan menekan tombol air dingin sehingga
ia akan keluar dari bahagian bawah.
2. Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan proses pendinginan (tidak kontinu, lihat Gambar
4.1 s/d Gambar 4.5) adalah 35 menit.
3. Temperatur air minum yang minimum (T1) adalah 10 s/d 20oC setelah mengalami pendinginan
selama 10,5 menit.
4. Temperatur air minimum rata-rata setelah didinginkan (tidak kontinu, lihat
Gambar 4.1 s/d Gambar 4.5) selama 35 menit adalah 20,98 oC
5. Jumlah panas rata-rata yang dikeluarkan dari air minum adalah 163,08 KJ/ jam
6. Koefisien prestasi rata-rata dari mesin pendingin adalah Kprata-rata = 2,76.
7. Nilai pertambahan panas yang kedalam air diperoleh 0,3275 kJ/jam
5.2 Saran
1. Sebaiknya dalam pengukuran temperatur dari air dipakai data logger atau data
akuisisi/termokopel agar pengambilan temperatur dapat dilakukan dengan cepat dan akurat.
2. Mesin pendingin sebaiknya dapat diatur lama beroperasinya, sesuai dengan kebutuhannya.
3. Alat-alat ukur yang akan dipakai dapat dikalibrasi dengan alat yang sudah dikalibrasi lebih
dulu.
DAFTAR PUSTAKA
Kreith F., Bohn M. S., 1986, Principles of Heat Transfer, 4th edition,
Harper &Row, Publishers, New York.
J.P. Holman, 1984, Perpindahan Kalor, edisi kelima, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
W. F. Stoecker, J.W Jones, 1982, Refrigerasi : Dan Pengkondisian
Udara, 2nd Edition, penerbit Erlangga, Jakarta.
Michael J. Moran, Howard N. Shapero,1988, Fundamentals of
Engineering Thermodynamics, 2nd Edition, John Wiley &
sons, Inc.
Arthur P Fraas, 1989, Heat Exchanger Design, 2nd Edition, John Wiley
& Sons, New York.
M.M. El-Wakil, 1985, Powerplant Technology, 2nd Edition, McGRAW-
HILL, New York.
J.P. Holman, 1984, Metode Pengukuran Teknik, edisi keempat,
Penerbit Erlangga, Jakarta.