Tugas Jurnal SPS

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

Templete Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam

Peran Griya Bathik Widji Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Desa


Lanji.
Fiula Nafiah1), Arie Rachmat Sunjoto2)
1
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Universitas Darussalam Gontor
E-mail: fiulanafiah8c8@gmail.com
2
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Universitas Darussalam Gontor
E-mail: arierachmatsunjoto79@gmail.com

Abstract
The problems in this study are: What is the role of Griya Bathik Widji in improving the welfare
of the Lanji village community? The purpose of the study: To determine the role of Griya Bathik
Widji in improving the welfare of the Lanji village community. This study used qualitative
research methods. Located in the Small and Medium Enterprises (UKM) Griya Bathik Widji,
Lanji Village, Kendal Regency, Central Java Province. The data source used is primary data
obtained from interviews with 18 informants consisting of 1 SME owner, 10 employees, 1
village secretary, and 6 Lanji villagers. Then analyzed using the Miles and Hubberman
technique, namely data reduction, data presentation and conclusion drawing. The result, Griya
Bathik Widji has played a role in improving the welfare of the Lanji Village community with
several programs that have been carried out such as: batik youth training, empowerment of
mothers with low education, compensation for orphans, and the provision of cash assistance to
the surrounding community. However, the absorption of labor is less than optimal, caused by a
lack of capital to develop SMEs.
Keywords : SMEs, welfare, Islamic philanthropy, maqashidu syariah.
JEL Clasification : (Islamic Economic)

1
Templete Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam

1. PENDAHULUAN
Kondisi sosial di Indonesia, menjelaskan bahwa kesejahteraan masyarakat masih jauh dari
harapan. Kondisi ini melahirkan konsep ketimpangan. Yaitu kondisi saat 20% orang kaya di
Indonesia menguasai lebih dari 50% GNP Indonesia. Kesenjangan spasial dapat terjadi salah
satunya antara desa dan kota. Kondisi ini menjelaskan bahwa pembangunan nasional sangat
dipengaruhi oleh pembangunan desa. (Purwana, 2014).
Kementrian Sosial seperti yang disampaikan Khofifah Indar Parawansa telah berkomitmen
untuk mengentaskan kemiskinan sebesar 1 % dari 4% yang direncanakan negara. Oleh
karenanya, sebagai upaya peningkatan kesejahteraan, KEMENSOS meluncurkan Program
Keluarga Harapan (PKH), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), dan
Kartu Keluarga Sejahtera. (Biro Humas Kemensos RI, 2022).
Namun, dari upaya pemerintah tersebut, belum terealisasikan sepenuhnya. Yuni
Suprehateningsih (Sekretaris Desa Lanji) mengatakan bahwa program pemerintah yang sudah
dilaksanakan di desa Lanji hanya sebatas PKH, Bantuan Langsung Tunai (BLT), dan Bantuan
Langsung Tunai Dana Desa (BLT-DD). Adapun KIS dan KIP, pihak desa hanya diberi
wewenang untuk pendataan. Sedangkan realisasi kedua program ini, masih belum dirasakan
masyarakat.
Menurut Bayu A Yulianto (Sosiolog Universitas Indonesia) masalah ketimpangan harus
diselesaikan dengan penanganan yang lebih structural, supaya masyarakat lebih berdaya dan
diberikan kesempatan untuk berkembang. (CNN Indonesia, 2022).
Adapun Widji Astuti (pemilik Griya Bathik Widji) memberi dana bantuan tunai kepada
masyarakat pada tahun 2021. Hal ini bertolak belakang dengan sifat unit usaha yang notabene
mencari keuntungan. Sedangkan dalam Islam, perilaku tersebut disebut filantropi. Dimana pada
banyak kasus, sangat berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Alasan peneliti memilih Griya Bathik Widji, karna UKM ini mencoba meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa Lanji dengan beberapa program. Diantara program tersebut
adalah : pelatihan bathik karang taruna, pemberdayaan ibu-ibu berpendidikan rendah, santunan
anak yatim, dan pemberian bantuan tunai pada masyarakat sekitar. Bila kebutuhan masyarakat
terpenuhi, bukan hal mustahil bahwa pembangunan nasional dan kesejahteraan sebagaimana
misi yang diemban Rasulullah akan terwujud.
Namun, hadirnya Griya Bathik Widji masih belum mampu menyerap tenaga kerja secara
maksimal. Terlihat dari jumlah petani dan buruh tani yang mencapai 1077 warga, masih lebih
tinggi dari jumlah pegawai Griya Bathik Widji yaitu 14 orang. Padahal, beberapa riset
menunjukkan adanya peran yang berarti atas hadirnya UKM dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, terutama dalam hal penyerapan tenaga kerja. Oleh sebab itulah peneliti memilih
Desa Lanji sebagai tempat melakukan penelitian ini.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada masalah akademiknya
dan indikator utama yang digunakan yaitu peran UKM yang dihubungkan dengan kesejahteraan
masyarakat. Selain itu untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat di Desa Lanji
digunakan 2 indikator, yaitu indikator dari BPS dan maqashidu syari’ah, sehingga antara tingkat
kesejahteraan masyarakat secara umum dan secara Islami tercapai.

2
Templete Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Bertempat di Usaha Kecil
Menengah (UKM) Griya Bathik Widji, desa Lanji, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah.
Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif. Adapun sumber data yang digunakan adalah
data primer yang diperoleh dari wawancara dengan 18 informan yang terdiri dari 1 pemilik
UKM, 10 karyawan, 1 sekretaris desa, dan 6 warga desa Lanji. Teknik analisis yang digunakan
adalah teknik Miles and Hubberman, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Hasil penelitian
Kesejahteraan adalah salah satu isu pembangunan yang tidak terpisahkan dalam
pembahasannya. Negara menjelaskan arti kesejahteraan dalam Undang-Undang Nomor 13
tahun 1998 tentang kesejahteraan.

Dalam Undang-Undang tersebut, kesejahteraan didefinisikan sebagai suatu tata kehidupan


dan penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan,
kesusilaan, dan ketentraman lahir batin. Sehingga memungkinkan setiap warga negara untuk
mengadakan pemenuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga,
serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan
Pancasila.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan berkaitan erat


akan pemenuhan kebutuhan. Adapun Abraham Maslow (pakar psikologi modern) menjelaskan
bahwa kebutuhan manusia bersifat hierarkis dalam teori kebutuhannya. Dimana kebutuhan
selanjutnya, tidak akan terpenuhi bila kebutuhan sebelumnya belum terpenuhi.

Hierarki kebutuhan menurut Maslow terdiri dari 5 strata yang bersifat relative, yaitu :
kebutuhan-kebutuhan fisiologis (fa’ali), kebutuhan akan keselamatan, kebutuhan akan rasa
aman, kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki (harga diri), dan kebutuhan aktualisasi diri. Dua
kebutuhan pertama adalah kebutuhan primer yang wajib dipenuhi, sedangkan sisanya adalah
kebutuhan yang dapat dipenuhi bila kebutuhan sebelumnya telah dipenuhi.

Hierarki kebutuhan yang diutarakan Maslow agaknya mempunyai kemiripan dengan


kebutuhan manusia yang dijelaskan dalam al-quran. Namun, ada 3 kriteria tambahan dalam
Islam yang sama pentingnya dengan 5 kebutuhan lainnya menurut Maslow, yaitu : pengetahuan,
keindahan, dan spiritual.

Berbeda dengan Maslow, McClelland mempunyai pandangan lain mengenai hal ini.
McClelland menyebutnya sebagai Teori Motivasi, yaitu teori yang mendorong individu untuk
memenuhi 3 kebutuhan utama, yaitu : kebutuhan prestasi (need of achievement/nAch),
kebutuhan kekuasaan (need of power/nPow), dan kebutuhan pertemanan (need of
affiliation/nAff).

Kebutuhan prestasi akan mendorong seseorang melakukan apapun untuk meraih kesuksesan
dan menghindari kegagalan. Sedangkan kebutuhan kekuasaan mendorong manusia melakukan
lebih, untuk dapat mempengaruhi orang. Adapun kebutuhan pertemanan adalah kebutuhan
untuk memiliki jalinan sosial yang baik.

Kesejahteraan Menurut Islam

3
Templete Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam

Teori Kebutuhan Maslow dan Teori Motivasi McClelland pada dasarnya memiliki
perbedaaan mendasar dengan Teori kesejahteraan dalam Islam, walau sekilas tampak mirip.
Perbedaan itu terletak pada pelibatan Tuhan dan Agama di dalamnya, juga pada pencapaian
puncaknya (falah). Maslow dan McClelland hanya menggunakan indikator kesejahteraan yang
bersifat duniawi, sehingga dalam pencapaiannya sering kali tidak melibatkan moral dan nilai
kemanusiaan.

Adapun menurut al-Ghazali, kesejahteraan adalah suatu kondisi saat syari’ telah
berhasil dipenuhi. Syari’ dapat diukur melalui 5 indikator , yaitu : hifdzu din, hifdzu nafs, hifdzu
nasl, hifdzu aql, dan hifdzu mal. Kelima indikator tersebut umum disebut sebagai maqashidu
syariah. Dengan tujuan utamanya adalah falah, yaitu sejahtera di dunia dan diakhirat. Semua hal
yang mengandung 5 prinsip diatas disebut maslahah, dan ketika menolaknya disebut mafsadah.

Sedang mashlahah ditinjau dari implikasinya terbagi ke dalam tiga tingkatan, yaitu
maslahah pada tingkatan darurat, hajiyat dan maslahat berhubungan dengan tahsiniat atau
tazyiniat. Menurul Al-Ghazali pemeliharaan al-Ushul al-Khamsah teletak pada tingkatan
darurat. Karena inilah tingkatan yang menjadi prioritas dalam konsepnya adalah tingkatan
pertama; darurat.

Untuk kebahagiaan dunia, Fallah dikaitkan pada tiga pengertian, yaitu kelangsungan
hidup, kebebasan berkeinginan (free-will), serta kekuatan dan kehormatan. Sedangkan untuk
kehidupan akhirat, Fallah meliputi pengertian kelangsungan hidup yang abadi, kesejahteraan
abadi, kemuliaan abadi, dan pengetahuan abadi (bebas dari segala kebodohan).

Sejurus dengan Al-Ghazali, Chapra menggambarkan eratnya hubungan syariat dengan


kemaslahatan. Dimana tujuan ekonomi Islam adalah merealisasikan tujuan manusia untuk
menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat serta kehidupan yang baik dan terhormat. Hal ini
tentu menjadi dasar yang membedakan antara definisi kesejahteraan menurut Islam dan
konvesional yang sekuler dan materialistik.

Sedangkan, Menurut (Didi, 2020) kesejahteraan dapat digambarkan dengan matematis,


seperti yang dapat dilihat dibawah ini :

IW = MQ + SQ

IW = Islamic Welfare (Kesejahteraan yang Islami)

MQ = Material Quetient (Kecerdasan Material)

SQ = Spiritual Quetient (Kecerdasan Spiritual)

Dikutip dari (Syamsuri) bahwa Islam adalah agama yang syumul. Artinya, Islam
melihat kesejahteraan tidak hanya dari satu sisi saja. Berlandaskan ayat Al Zariyat: 56, 57, 58;
Fusshilat: 61; al Mu’minun: 115; al Qiyamah: 36; dan fathir; 39, tujuan akhirnya adalah
kesejahteraan di dunia dan di akhirat.

Indikator kesejahteraan yang digunakan agaknya masih terpaku pada indikator


konvensional dan belum menyentuh aspek spiritual. Penelitian ini mencoba menganalisis peran
Griya Bathik Widji dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, juga meliputi kegagalan

4
Templete Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam

serta kendala yang dihadapi. Konsep Maqashidu Syariah dalam penentuan indikatornya,
sehingga kesejahteraan yang diraih tak hanya bersifa duniawi, tetapi juga ukhrowi (falah).
Berikut adalah indikator dalam maqaṢidu syariah akan dijelaskan dalam tabel :
Tabel 1. Indikator Kesejahteraan Menurut Maqashidu Syariah
Shalat
Puasa
Hifdz Ad-din Zakat
Haji
Qurban
Sandang
Pangan
Hifdzu an-nasf Papan
Mata pencaharian
Jaminan sosial
Motivasi mengikuti pelatihan
Hifdzu al-aql Motivasi mengikuti pemberdayaan
Motivasi mengikuti kegiatan keagamaan
Pendidikan anak
Hifdz an-nasl
kesehatan anak
Infaq
Hifdz al-maal
Sedekah
Sumber : Riska Octavia Habie (2021), (Data Diolah.

3.2. Pembahasan
Ada 3 aspek yang digunakan untuk menilai tingkat kesejahteraan, yaitu Material, Spiritual,
dan Sosial. Dengan dua indikator utama, yaitu falah atau sa’adah fiddaraini. Kebahagiaan di
dunia ditunjukkan oleh baiknya tingkat spiritual dan material seseorang. Sedangkan
kebahagiaan akhirat ditunjukkan oleh sifat-sifat mahmudah seperti memiliki integritas tinggi
(shiddiq), transparansi (tablig), akuntabel (amanah), dan professional (fathonah).

Tabel 2. Indikator Hifdz Ad-Din


Shalat
Puasa
Hifdz Ad-din Zakat
Haji
Qurban
Sandang
Terdapat lima tolak ukur yang menjadi
Panganbreakdown dari indikator Hifdz ad-diin. Kelima
tolak ukur tersebut adalah shalat,
Hifdzu an-nasfpuasa, zakat, haji, dan qurban. Pada umumnya, masyarakat
Papan
telah menunaikan beberapa tolak ukur tersebut, seperti shalat dan puasa. Tetapi, setelah menjadi
Mata pencaharian
karyawan di Griya Bathik Widji, meningkatnya kesejahteraan spiritual mulai terlihat. Seluruh
Jaminan sosial
karyawan mampu menunaikan zakat. Kondisi ini membuktikan bahwa terjadi perubahan status
sosial menjadi muzakki. Namun demikian,Motivasi mengikuti
mereka pelatihan
belum mampu melaksanakan haji dan
qurban, karena masih terkendala biaya. Motivasi mengikuti pemberdayaan
Motivasi mengikuti kegiatan keagamaan
Tabel 3.Pendidikan anak an-nafs
Indikator Hifdz
kesehatan anak
Infaq
Sedekah
5
Shalat
Puasa
Hifdz Ad-din Zakat
Templete Jurnal Ilmiah EkonomiHaji Islam
Qurban
Sandang
Pangan
Hifdzu an-nasf Papan
Mata pencaharian
Jaminan sosial
Motivasi mengikuti pelatihan
Adapun indikator Hifdz an-nafs
Hifdzu al-aql memliki
Motivasi 5mengikuti
tolak ukur yaitu sandang, pangan, papan, mata
pemberdayaan
pencaharian, dan jaminan sosial. Kondisi awal
Motivasi masyarakat,
mengikuti sudah
kegiatan rutin untuk makan 3 kali
keagamaan
sehari dan memiliki papan atau tempat tinggal. Kemudian
Pendidikan anak dengan gaji yang didapat di griya
bathik widji mereka dapat merenovasi bagian rumah yang dirasa kurang layak dan membeli
kesehatan anak
baju minimal sekali setahun. Untuk mata pencaharian, masyarakat sangat terbantu dengan
kehadiran UKM tersebut. Karena dapatInfaq
menerima karyawan dengan latar belakang pendidikan
rendah. Sedekah
Shalat
Puasa
Sebagian masyarakat dengan latar Zakat belakang Pendidikan rendah, sering mengalami
penolakan jika melamar pekerjaan. Fenomena
Haji ini disebabkan tingginya standarisasi karyawan
yang ditentukan perusahaan. Lain halnya dengan Griya Bathik Widji, pemilik lebih
Qurban
mengutamakan ibu-ibu dengan latar pendidikan rendah, sebagai upaya pemberdayaan
masyarakat sekitar. Atas hal tersebut,Sandang
masyarakat merasa mendapatkan jaminan sosial. Yaitu
jaminan atau rasa aman atas tolak Pangan
ukur sebelumnya (sandang, pangan, papan, mata
pencaharian). Hifdzu an-nasf Papan
Mata pencaharian
TabelJaminan
4. Indikator
sosialHifdz al-‘aql
Motivasi mengikuti pelatihan
Hifdzu al-aql Motivasi mengikuti pemberdayaan
Motivasi mengikuti kegiatan keagamaan
Pendidikan anak
Pada indikator Hifdz
Hifdzan-nasl
al-‘aql terdapat 3 tolak
kesehatan anak ukur yang berhubungan dengan motivasi
masyarakat meningkatkan softskill. DalamShalat hal ini, Griya Bathik Widji mencoba memenuhinya
Infaq
dengan menyelenggarakan beberapaPuasa program.
Sedekah Pertama, program pelatihan bathik yang
Zakat
ditujukan untuk kalangan ibu-ibu dan karang taruna. Kedua, pemeberdayaan masyarakat,
khususnya ibu-ibu berpendidikan rendah. Haji Dimana awalnya, mereka tidak dapat berdaya karena
terhalang status Pendidikan. Namun, Qurban
dengan adanya Griya Bathik Widji, mereka dapat berdaya
dan turut berkontribusi dalam perekonomian
Sandangkeluarga.
Pangan
Kedua program tersebut ternyata Papanmampu meningkatkan motivasi masyarakat dalam
meningkatkan softskillnya. Namun, Griya Bathik Widji belum menyelenggarakan kegiatan
Mata pencaharian
keagamaan yang melibatkan masyarakat. Menurut pemilik, kegiatan keagamaan yang
Jaminan
diselenggarakan aparatur desa, telah cukup sosial
untuk diikuti masyarakat. Sehingga penyelenggaraan
Motivasi
kegiatan baru yang bersifat keagamaan dirasa belummengikuti pelatihan
perlu.
Hifdzu al-aql Motivasi mengikuti pemberdayaan
TabelMotivasi
5. Indikator Hifdz an-nasl
mengikuti kegiatan keagamaan
Pendidikan anak
Hifdz an-nasl
kesehatan anak
Infaq
Hifdz indikator
Selanjutnya adalah al-maal Hifdz an-nasl, indikator yang erat hubungannya dengan
Sedekah
kesejahteraan anak. Peneliti mengukurnya dengan Pendidikan dan kesehatan anak. Hasilnya,
masayarakat desa Lanji dapat menyekolahkan anaknya baik sebelum ataupun sesudah bekerja di
Griya Bathik Widji. Tak hanya itu, mereka mampu mengobatkan anaknya pada bidan atau

6
Sandang
Pangan
Papan
Mata pencaharian
Templete Jurnal Ilmiah EkonomiJaminan Islam sosial
Motivasi mengikuti pelatihan
Motivasi
puskesmas bila terjangkit penyakit. Juga mampumengikuti pemberdayaan
mendaftarkan mereka pada asuransi kesehatan
seperti BPJS. Motivasi mengikuti kegiatan keagamaan
Pendidikan anak
Hifdz an-nasl
Tabelkesehatan
6. Indikator Hifdz al-maal
anak
Infaq
Hifdz al-maal
Sedekah

Indikator yang terakhir adalah Hifdz al-maal. Dua tolak ukur yang digunakan masing-
masing adalah infaq dan sedekah. Griya Bathik Widji telah menjalankan beberapa program
yang berkaitan dengan hal tersebut. Pertama, santunan anak yatim. Santunan tersebut
merupakan program yang rutin dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan (triwulan). Kedua,
donasi. Selain santunan anak yatim, pemilik juga membagikan bantuan secara tunai kepada
beberapa msyarakat yang membutuhkan selama masa pandemic berlangsung. Ketiga, pemberian
diskon. Bentuk lainnya dari infaq dan sedekah yang diberikan, adalah pemberian diskon setiap
awal tahun kepada para pemuda desa Lanji.

3. KESIMPULAN
Secara umum, Griya Bathik Widji sudah berperan aktif dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Melalui beberapa program pemberdayaan yang mengusung nilai filantropi Islam.
Seperti pelatihan bathik pada karang taruna, pemberdayaan ibu-ibu berpendidikan rendah,
santunan anak yatim, dan pemberian bantuan tunai pada masyarakat sekitar. Namun, sebagai
UKM, Griya Bathik Widji belum menyerap tenaga kerja secara maksimal, karena terbatasnya
modal untuk mengembangkan usaha. Sehingga belum membutuhkan tambahan karyawan.

4. UCAPAN TERIMA KASIH


Rasa syukur penulis haturkan kepada Allah SWT. Dimana dengan rahmat dan hidayah-Nya,
penulis jurnal ini dapat diselesaikan tepat waktu. Shalawat serta salam juga dihaturkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Dimana tanpa kontribusinya, manusia akan tetap berada dalam
kebodohan. Kemudian penulis ucapkan terimakasih kepada pembimbing, yang tak berhenti
mengarahkan dan membimbing, sehingga jurnal menjadi jauh lebih baik daripada sebelumnya.
Juga untuk segenap keluarga dan santriwati tercinta, semoga jurnal ini dapat bermanfaat bagi
sesame.

5. REFERENSI
P Indonesia, C. (2022, April 15). Penyandang Kesejahteraan Sosial Ibukota. Retrieved from
YouTube: https://www.youtube.com
Latansaintermedia. (2022, April 15). Sejarah / Asal-usul Profil Desa Lanji Patebon Kendal.
Retrieved from YouTube: https://www.youtube.com
Purwana, A. (2014). Kesejahteraan Dalam Ekonomi Islam Islam. In Justitia Islamica (Vol.
11, Issue 1, pp. 21–42).
RI, B. H. (2022, April 15). Permasalahan Sosial di Indonesia at. Retrieved from YouTube:
https://www.youtube.com
Said, S., & Azhar, A. (2021). Peran Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (Umkm) Dalam
Meningkatkan Ekonomi Keluarga Di Kelurahan Mande Kecamatan Mpunda Kota Bima. Jurnal
PenKomi : Kajian Pendidikan Dan Ekonomi, 4(1), 29–41. https://doi.org/10.33627/pk.v4i1.439
Srijani, K. N. (2020). Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat. EQUILIBRIUM : Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Pembelajarannya,
8(2), 191. https://doi.org/10.25273/equilibrium.v8i2.7118

You might also like