Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

INTEGRITAS DAN AKUNTABILITAS

DALAM PEMERINTAHAN DESA


(Studi Kasus: Penjualan Aset Tanah Kas Desa Pada
Pemerintahan Desa Sumberasri, Kecamatan Nglegok
Kabupaten Blitar - Jawa Timur)
1) 2) 3)
Ponco Tri Susilo , Tedi Erviantono , Kadek Wiwin Dwi Wismayanti
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Udayana
1 2, 3
Email :gaisus999@gmail.com , Erviantono2@yahoo.com wiwin.fisip@gmail.com

ABSTRACT
Integrity and accountability are indispensable to village governance, especially in the
management of village asset wealth derived from the village treasury. The role of community
participation is also needed to maintain, develop, assess the integrity and accountability of
village governance. The subject matter of this research is the sale of village land which is
designated for public facilities, village cash land, refugee land, village market. This research
was conducted by qualitative descriptive method with data collection technique in depth
interview to some informant and used secondary data as supporting depth level of information.
This study measures how the integrity practices and accountability of Sumberasri Village
government in the case of selling the land of village cash assets sold to private parties or
individuals. The concept to dissect the results of research that is the concept of Integrity and the
concept of accountability. Integrity is used four indicators, three of which have been
implemented well, including loyalty indicators, indicators of harmony, and reliable indicators,
while the indicators of cooperation have not been implemented effectively. Accountability uses
three indicators including managerial accountability, financial accountability, public
accountability. Only managerial accountability indicators are proven accountable, while other
indicators have not been fully accountable.

KeyWords : Integrity, Accountability, Assets

1. PENDAHULUAN tentang desa dan untuk pengelolaan aset


Desentralisasi terjadi karena desa juga dijelaskan lebih rinci dalam
pertumbuhan yang sepenuhnya tidak dapat Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
dikendalikan oleh pemerintah pusat (Raharjo, Indonesia (PERMENDAGRI) Nomor 1 tahun
2011:63). Kondisi tersebut sangat 2016 tentang pengelolaan aset desa.
berpengaruh terhadap pemberian
Otonomi desa berarti juga memberikan
kewenangan langsung kepada setiap daerah-
kekuatan hukum yang dimiliki suatu desa
daerah untuk mengelola, mengendalikan,
untuk dapat melakukan tindakan hukum
merencanakan, pembangunan, daerahnya,
sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
hal ini biasa disebut sebagai otonomi daerah.
Salah satu bentuk dari tindakan hukum yang
Kewenangan tersebut meliputi kewenangan
dimaksud yaitu desa memiliki harta benda
tentang desa, pengelolaan aset desa dan lain
dan kekayaan sendiri. Aset desa merupakan
sebagainya yang diatur juga kedalam
kekayaan dimiliki desa, secara harfiah aset
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

1
tersebut diperoleh dari kekayaan asli desa Hakikatnya Prona sebagai kegiatan legalisasi
baik dari beban anggaran desa atau bisa dari aset serta suatu proses dari administrasi
hak lainnya yang sah. Pengelolaan aset desa pertanahan, meliputi: pendaftaran tanah
dilaksanakan mulai bagian perencanaan atau sampai dengan penerbitan sertifikat tanah,
rencana, pengadaan, penggunaan, juga mengenai adjudikasi.Prona dilakukan
pengamanan, penghapusan, penatausahaan, atau diprogramkan secara masal dalam suatu
pelaporan, penilaian, pembinaan, wilayah (www.BPN.go.id/16-10-2016).
pengawasan, serta pengendalian aset yang Program sosialisasi tentang Prona oleh
terdata. Pengelolaan aset tersebutyang benar pemerintahan Desa Sumberasri pada waktu
tentunya selalu diimbangi dengan sistem itu tidak efektif. Ketidakefektifan tersebut
pelaporan yang transparan kepada publik, dikarenakan tingkat pendidikan masyarakat
serta diimbangi dengan penggunaan Dusun Gambar Anyar, Desa Sumberasri,
pedoman pengelolaan aset desayang berlaku. Kecamatan Nglegok masih tergolong rendah.
Tanah kas desa merupakan salah satu aset Hal ini dibuktikan dengan ketidaktahuan
desa yang dalam pengelolaannya perlu adanya Pungutan Liar (Pungli) pada waktu
perencanaan secara sistematis. Tanah kas terlaksananya proses Prona. Penunjang dari
desa perlu dikelola dengan baik melalui Prona tersebut, pemerintah Desa Sumberasri
pembagian tanah kas desa yang sesuai membentuk panitia untuk mengurus tentang
dengan kebutuhan desa, kondisi lingkungan persertifikatan tanah. Jumlah bidang tanah
dan sebagainya. Pengelolaan aset desa pada Dusun Gambar Anyar, Desa
terutama berkaitan dengan tanah kas desa Sumberasri, Kecamatan Nglegok sejumlah
kaitanya dengan integritas aparatur 1.194 bidang. Rata-rata per bidang dari tanah
pemerintahan pada pelayanan publik harus tersebut dikenakan biaya sebesar Rp
lebih ditingkatkan seiring dengan pengelolaan 500.000. Menanggapi permasalahan diatas
aset desa yang akuntabel. Ketiadaan Sumber praktek integritas dan akuntabilitas publik
Daya Manusia (SDM) yang berkompeten harus ditingkatkan, karena hal ini berkaitan
dalam hal pencatatan-pencatatan tentang dengan akuntabilitas kinerja instansi
administrasi desa, sering kali disalahgunakan pemerintahan. Sewajarnya pengelolaan aset
oleh perangkat desa ataupun kepanitiaan- atau kekayaan milik desadilakukan dengan
kepanitiaan yang dibentuk oleh kabupaten memperhatikan asas kepentingan masyarakat
ataupun provinsi untuk penyalahgunaan umum, fungsinya, hukum yang berlaku,
jabatan. transparansi publik, efektivitasnya atau
efisiensinyakepastian nilai ekonomi, serta
Kabupaten Blitar memiliki persoalan
akuntabilitasnya. Fungsi lain dari pengelolaan
mengenai akuntabilitas publik khususnya
aset desa tidak lain meningkatkan tarah hidup
dalam pengelolaan aset desa. Seperti dilansir
warga serta peningkatan kesejahteraan warga
pada tahun 2009 terjadi Program Nasional
tersebut, serta juga berguna sebagai
Agraria (Prona) oleh Pemerintah secara gratis
peningkatan pendapatan asli desa.Hal inilah
di Desa Sumberasri, Kecamatan Nglegok.
yang diungkap oleh penulis mengenai

2
“Integritas dan Akuntabilitas dalam diatas prasyarat minimal berperilaku, baik
Pemerintahan Desa” sebagai judul dalam dalam organisasi maupun masyarakat.
penelitian ini.
Carter (1996), dalam Supriyadi, (2012)
2. KAJIAN PUSTAKA integritas sering dipahami dalam konteks
perilaku dan perilaku integritas pada
Konsep integritas
umumnya dipahami dalam kaitannya dengan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
etika dan moral. Integritas adalah sebuah
kata integritas berartikan mutu, kualitas, sifat,
kontruk psikologis yang dinamis, melekat
dan keadaan dimana bertujuan menimbulkan
pada setiap kehidupan manusia.
rasakesatuan yang utuh, sehingga memiiki
Objektivisme integritas dalam etika sering
kecenderungan menunjukkankemampuan
dianggap seperti loyalitas kepada prinsip dan
yang sangatwibawa dan kejujuran yang
nilai yang sangat rasional (Peikoff,1991).
tinggi. Sedangkan pendapat lain menyatakan
Meskipun objektif masih mempunyai
bahwa integritas suatu potensiindividua tau
beberapa kritik disaat
kelompok guna mewujudkan sesuatu yang
penggunaannyauntukgagasan dasar
telah dijanjikan seseorang menjadi suatu
pengembangan dari etika, karenacenderug
pelaksanaan nyata, Mulyadi (2007: 145).
bersifat egoistik (Rand,1964 dan
Integritas dikatakan sebagai kepatuhan
Barry,Stephens, 1998) dalam Dwi Prawani
yangtidak mengenal rasa kompromi dalam
(2013).
hal nilai moral, serta sangat
mengesampingkan penipuan, pemanfaatan. Konsep akuntabilitas
Integritas berasal dari ide atau gagasan
Akuntabilitas merupakan sebuah
bahwa profesi sebagai “pangggilan”
konsep yang tidak asing di dalam organisasi
dandiperlukan profesional guna fokus
pelayanan publik, di mana selalu menjadi
terhadap gagasan untukmelaksanakan
sorotan publik dalam pelaksanaannya.
pelayanan publik.
Akuntabilitas sendiri banyak memilkii istilah
Cantrell dan Butler (1984, didalam
mengaudit, melaksanakan tanggung jawab,
Hosmer,1995) menjelaskan bahwa integritas
memberikan pertanggungjawaban atas
suatu bagian dari pandangan yang bisa
laporan kinerja, menjawab permasalahan
dipercayai dan sikap jujur seseorang dalam
publik dari perilaku ataupun suatu kegiatan
menjelaskan “kepercayaan” pada konteks
yang dijalankan, terbuka bagi pemeriksaan
berorganisasi. Integritas juga bagian dari inti
peradilan, bagian dari sanksi dan juga
utama dalam etika, hal ini dinyatakan oleh
sebagai bagian dari penghargaan (Hinton
Solomon(1992), sebenarnya integritas tidak
dan Wilson, 1993:123).
selalu menyangkut perihal otonomi setiap
Konsep akuntabilitas berawal dari
individu dan kebersamaan seseorang, tetapi
konsep pertanggungjawaban, konsep per-
lebih menyangkut loyalitas, kerjasama, dapat
tanggungajawaban terjadi karena adanya
dipercaya serta keserasian. Kriteria-kriteria
suatu wewenang. Wewenang yang dimasud

3
yaitu kekuasaan yang sah. Menurut Weber C. Public accountability, akuntabilitas yang
yang dikutip Ndraha (2003:85) menjelaskan ditunjukkan kepada warga Negara atau
bahwa terdapat tiga (3)basis tipe wewenang masyarakat. Prinsip akuntabilitas publik
ideal, (a) wewenang asli atau tradisional, (b) terdiri dari dua komponen, yaitu (a)
wewenang aura kewibawaan atau karismatik kemampuan menjawab permasalahan yang
serta, (c) wewenang berasaskan hukum. timbul didalam masyarakat sekitar, (b)
Ketiga tipe inimenjadi dasar wewenang bagi Konsekuensi yang mungkin timbul akibat
pemerintah dalam menjalankan keberhasilan suhu perpolitikan yang ada. Sub indikator
struktural organisasi. kemampuan menjawab merupakan hal-hal
yang menyangkut pada unsur responsibilitas
Para pakar administrator membagi
atau respon aparatur, yaitu kejelasan
akuntabilitas menjadi beberapa tipe, dimana
tuntutan bagi aparaturguna menjawab hal-hal
dari beberapa pendapat para pakar berbeda
apapun secara periodik dari pertanyaan
satu dengan lainnya. Seperti pendapat Heeks
terkait dengan bagaimana mereka (para
(1998) yang dikutip dalam tulisan Andi
apartur) menggunakan kapasitas
Andangatmadja (2012), pada sektor publik
wewenangnya, dan juga kemana sumber
dikenal beberapa jenis akuntabilitas
apapun telah didapat digunakan,
diantaraya:
sertacapaian dari sumber daya tersebut.
A. Managerial accountability, akuntabilitas yang
ditunjukkan kepada pemimpin yang lebih Pemerintahan desa
tinggi dalam suatu organisasi. Managerial Berdasarkan Peraturan Menteri
Accountability memiliki beberapa acuan Dalam Negeri Republik Indonesia
dalam pelaksanaannya yang dijadikan model (PERMENDAGRI) nomor 1 Thn 2016 tentang
dalam pelaksanaannya, diantaranya “ Pengelolaan aset desa”, menjelaskan bahwa
ketepatan watu, peningkatan produktivitas, desa sebagai kesatuan masyarakat didalam
pengendalian biaya, dan kepastian hukum yang memiliki batas wilayah serta
pelaksaan program dilaksanakan berdasar berwenang mengatur urusan pemerintahan,
integritas pelaksana sesuai dengan kepentingan-kepentingan masyarakat
peraturan-peraturan pemerintah yang terkait. didaerah tersebut berdasarkan kebutuhan
B. Financial accountability, akuntabilitas kepada masyarakat, hak asal usul masyarakat,
institusi yang menyediakan atau memberikan dan/atau hak tradisional masyarakat diakui
anggaran kepada institusi yang serta dihormati dalam sistem pemerintahan
bersangkutan. Akuntabilitas keuangan dilihat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
dari beberapa faktor untuk mejalankan Pemerintah desa sebagai utusan
pelaksanaannya, antara lain memuat hal tertinggi yaitu kepala desa, biasanya disebut
seperti bernilai ekonomis, efisien dalam dengan nama lain (lurah, kepala
penganggaran, efektif dalam membuat adat/suku)dan juga dibantu perangkat-
kebijakan terkait keuangan dan tidak ada perangkat lainnyauntuk mensukseskan
kebocoran dana atau korupsi. penyelenggaraan pemerintahan didesa

4
setempat. Sedangkan pemerintahan didalam macam (PERMENDAGRI nomor 1 Tahun
suatu desa ialah proses dari penyelesaian 2016), diantaranya sebagai berikut:
kepentingan masyarakat setempat dalam
a) Tanah kas desa.
unsur penyelenggaraan urusan pemerintahan
b) Pasar milik desa.
pada sistem pemerintahan Negara Kesatuan
c) Pasar hewan didalam desa.
Republik Indonesia (NKRI).
d) Tambatan perahu yang dikelola desa.
Desa, sub sistem daerah dan daerah e) Bangunan desa didalam kawasan
adalah sub sistem negara. Dengan demikian setempat.
jika ingin memajukan sebuah negara, kunci f) Pelelangan ikan milik desa
utamanya dengan memajukan desa dan jika g) Pelelangan hasil pertanian milik desa.
desa sudah maju maka daerah juga akan h) Hutan milik desa baik dikelola desa
maju selanjutnya diikuti perkembangannya langsung atau memang berada
ke kemajuan negara. Memajukan sebuah dikawasan desa tersebut.
desa bisa dilakukan melalui pembinaan i) Mata air dikawasan desa setempat.
sumber daya manusia, pemenuhan saran j) Pemandian umum milik desa.
prasarana yang dibutuhkan, membuat k) dan Lain sebagainya kekayaan asli desa.
kebijakan-kebijakan yang mendayagunakan
Secara umum pengelolaan aset-aset
desa sepenuhnya
didalam desa dilakukan
berasaskanakuntabilitas, keterbukaan,
Aset-aset desa
fungsional, kepastian hukum yang berlaku,
Jenis-jenis aset yang dimilki desa
transparansi publik dan juga kepastian nilai.
berdasarkan PERMENDAGRI no. 1 Thn 2016
Dalam pengelolaannya kepala desa memiliki
pasal 2 ayat satu (1), meliputi:
wewenang dalam pengelola aset desa,
a) Kekayaan yang asli dari desa setempat. selayaknya bertanggungjawab atas
b) Kekayaan desa didapat dari pembelian pengelolaan terhadap aset-aset yang
atau didapatdari beban APBDes dilaksanakan desa. Melalui musyawarah desa
c) Kekayaan diperoleh berdasarkan hibah kepala desa setempatbisa mengajukan usul
serta sumbangan yang sejenisnya. pengadaan, pemindahtanganan aset atau
d) Kekayaan diperoleh hasil dari penghapusan aset-aset desa bersifat
pelaksanaan perjanjian dan/atau didapat strategis. Tanah kas desa, tanah ulayat, pasar
berdasarkan ketentuan perundang- desa, bangunan desa, pelelangan hasil
undangan yang berlaku. pertanian, hutan milik desa, sangat bersifat
e) Hasil kerja sama desa. strategis.
f) Dan perolehan lain sebagainya yang sah.
Pengelolaan tanah kas desa
Dijelaskan juga lebih dalam mengenai Pengelolaan kekayaan (aset) setiap
kekayaan asli desa yang meliputi beberapa daerah dibagi menjadi tiga (3) fungsi utama,
(a) adanya suatu perencanaan, (b) efektifitas

5
dan efisiensi dari pelaksanaan, (c) Dagang Gambar yang notabenya memiliki
pengawasanyang tepat. Sistem untuk kuasa penggarapan tanah Hak untuk Guna
pengelolaan memiliki tiga komponen paling Usaha biasa disebut (HGU) dengan sertifikat
penting yakni perencanaan, pelaksanaan, dan HGU nomor 01 Desa Sumberasri tanggal 23
pengawasan. Langkah awal dalam suatu Oktober 1990 selama 25 tahun sejak 1990
pengelolaan adalah perencanaan. sampai 2015. Berdasarkan pasal 28 ayat (1)
Perencanaan dapat dilakukan dengan Undang – Undang Pokok Agraria no 5 Thn
membuat daftar pemanfaatan tanah desa, 1960 (UUPA), menerangkan bahwasannya
setelah itu melakukan inventarisasi. HGU untuk mengurus tanah yang dikuasai
Aset/kekayaan berupa tanah kas dalam desa, langsung oleh Negara, dalam batas waktu
sepenuhnya dikelola oleh perangkt desa dan tertentu, guna perusahaan pertanian,
aset lainnya dikelola untuk masyarakat desa, perikanan atau peternakan menggunakannya
seperti pasar desa dan bangunan desa, untuk kesejahteraan masyarakat setempat.
Kartika, Ratih(2013:1217). Untuk mendapatkan hak kepemilikan, warga
melakukan mediasi, mediasi terus dilakukan
antara perwakilan warga Desa Sumberasri
3. METODOLOGI PENELITIAN
dengan PT.Perkebunan dan Dagang Gambar,
Penelitian ini berjenis penelitian kualitatif hal ini dilakukan karena warga mendesak
deskriptif dengan sumber data didapat melalui pemerintah daerah yang terkait untuk ikut
data primer dan data sekunder. Unit andil dalam perihal kesejahteraan
analisisnya adalah pemerintahan Desa masyarakat. Mediasi secara intensif terus
Sumberasri, penentuan informan dilakukan dilakukan hingga terbitlah surat pernyataan
dengan purposive sampling dan juga snowball untuk pelepasan atas tanah tanggal 20
sampling. Selanjutnya, mengumpulkan data- oktober 2003 yang ditandatangani Direktur
data dilaksanakansecara wawancara PT. Perkebunan dan Dagang Gambar, serta
semiterstruktur, observasi lapangan serta disaksikan oleh Kepala Kantor Pertanahan
dokumentasi lapangan. Kabupaten Blitar. Tanah tersebut akhirnya
menjadi obyek landreform.

Secara karakteristik negara, di


4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Indonesiaistilah yang digunakan
Pada sekitar tahun 1998, masyarakat yaitulandreform terangkum juga didalam
Dusun Gambar Anyar Desa Sumberasri UUPA, beberapa ahli ialah Boedi Harsono,
Kecamatan Nglegok berupaya meminta tanah Efendy Perangin dan Mustafa (1997:34)
atau lahan. Masyarakat berpedoman menurut menjadikan dua (2) bagian diantaranya,dibagi
sejarah sebelum tahun 1990 lahan yang kedalam arti umum/luassertakedalam istilah
diminta (reclaiming) sudah merupakan lahan yang lebih mengkrucut/sempit. Berikut ini
garapan warga atau leluhur keluarga dan dilihat dari arti umum/luasnya, yakni: (a)
setelah itu dikuasai oleh PT. Perkebunan dan pembaharuan dalam konteks hukum

6
pertanahan/agraria, (b) menghapus hak lama Kejaksaan Negeri TIPIKOR Kelas II
atau hak asing dan yang telah dikuasai Surabaya. Tersangka dalam hal ini ketua
sebelumnya oleh kolonial atas tanah-tanah panitia redistribusi tanah dan bendahara
terkait, (c) menyelesaikan kepemilikan atas redistribusi tanah. Tersangka terjerat
feudal tanah yang sudah berangsur-angsur, hukuman 15 bulan dan berakhir Bulan Maret
dan (d) merombak 2017. Tersangka mengklaim bahwa tanah
kembaliterkaitkepemilikanserta penguasaan yang diperjualbelikan merupakan tanah hasil
tanah-tanah. Juga merombak kembali yang perjuangan, dalam hal ini tanah perjuangan
berhubungan dengan hukum penguasaan tidak ada dalam kategori Hak atas Tanah
tanah, (e) merencanakan kembali pada keilmuan Admnistrasi Pertanahan. Oleh
ketersediaan penggunaan air, bumi serta karenanya para terdakwa terjerat hukuman
kekayaan-kekayaan alam lainnya yang atas kasus penjualan aset negara dan dalam
tersedia didalamnya. hal ini tanah yang dijual merupakan tanah
yang berkategori belum terdaftar dalam peta
Landreformbisa sebagai salah satu
pertanahan BPN.
jembatan social dalam rangka memperbaiki
kehidupan rakyat paara kaum petani. Karena Keterkaitan konsep integritas
hal tersebut tujuan utama dari landreformdan
Praktek integritas serta akuntabilitas
tujuan lainnya memperkuat ekonomi,
pemerintahan Desa Sumberasri dalam
meselaraskan kehidupan sosial politis dan
kaitannya dengan kasus penjualan aset kas
mental dasar psikologis masyarakat. Dengan
desa pada penelitian ini menggunakan
memperkuat hak milik serta memberikan isi
konsep integritas yang dikemukakan oleh
sepenuhnya untuk fungsi sosial pada hak
Solomon (1992) untuk membedah
milik tanah tersebut juga menjadi tujuan yang
permasalahan ini. Terdapat 4 (empat)
utama dari program tersebut dari hal tersebut
indikator untuk mengukur tingkat integritas
akan berpengaruh juga terhadap produksi
pemerintahan Desa Sumberasri dalam kasus
pertanian skala nasional pada sektor
penjualan tanah aset kas desa, adapun 4
pertanian, juga untuk mempertinggi
(empat) indikator tersebut diantaranya:
penghasilan para kaum petani serta berperan
sebagai wadah peningkatan taraf hidup A. Loyalitas
rakyat.
Indikator Loyalitas dalam penelitian ini
Kepanitiaan dibentuk oleh beberapa warga diukur dari bagaimana sikap aparatur
untuk mempermudah percepatan sertifikat pemerintahan Desa Suumberasri kepada
tanah. Adanya kewenangan pada kepanitiaan prioritasnya memegang teguh prinsip, nilai-
tersebut dan tanpa pengawasan yang jelas nilai yang dapat diwujudkan kebentuk
mengakibatkan terjadinya pungli yaitu tindakan yang wajar. Suatu loyalitas
penarikan biaya atas proses redistribusi ditunjukan sebagai perwujudan keteguhan
tanah, juga terjadinya penjualan atas tanah hati, bertindak berdasarkan prinsip atau nilai
aset desa. Proses hukum berlanjut hingga ke yang dipegang seseorang tersebut. Sebagai

7
pemerintahan yang menjunjung tinggi nilai masyarakat bisa dimulai dari adanya
keteguhan hati atau sikap loyalitas terhadap Musrenbang Desa, akan tetapi untuk
institusi pemerintahan, pemerintahan Desa pengelolaan aset desa yang berada di Dusun
Sumberasri dalam hal ini ikut juga Gambar Anyar tidak pernah adanya
mendampingi proses hukum yang terjadi, jadi Musrenbang Desa yang terjadi, hanya rapat
tidak serta merta melepaskan kasus tersebut beberapa panitia redistribusi tanah yang
ke pihak yang berwajib. Meskipun menyebabkan tanah aset tersebut bisa
menimbulkan permasalahan baru dalam terjual. Masyarakat pada saat itu kurang aktif
kinerja aparatur desa, hal ini terlihat jika ada diikutsertakan dalam hal-hal yang
waktu sidang kasus tersebut pegawai kantor menyangkut pengelolaan aset desa. bahwa
desa beserta aparatur desa berbondong- indikator kerjasama yang terjadi di dalam
bondong pergi ke pengadilan yang Pemerintahan Desa Sumberasri kurang
mengakibatkan kekosongan aparatur desa terjalin dengan baik. Kurangnya kerjasama
didalam kantor desa Sumberasri hal ini bisa dalam hal penjualan aset tanah kas desa
sekali ataupun 2 (dua) kali dalam sepekan. menyebabkan pelaporan kasus tersebut ke
pihak berwajib, pada dasarnya bisa
B. Keserasian
diselesaikan secara musyawarah. Hal ini
Indikator Keserasian dalam penelitian ini juga belum adanya upaya perbaikan, bisa
dilihat dari sikap aparatur pemerintahan dilihat bahwa kasus tersebut sudah dimulai
terkait mampu dan dapat memberikan tahun 2016 dan hakim pada saat putusan
gambaran mengenai keserasian kebijakan pengadilan sudah memutuskan bahwa tanah
yang dibuat oleh pemegang kekuasaan yang terjual kembali ke Negara dalam hal ini
antara pemerintahan daerah Kabupaten otomatis masuk ke Pemerintahan Desa
Blitar dengan aparatur desa Sumberasri Sumberasri, akan tetapi sampai penulis
mengenai pengelolaan aset desa. Dari kasus menulis melakukan penelitian ini tanah
penjualan aset desa yang terjadi tersebut juga belum masuk ke otoritas
pemerintahan Desa Sumberasri melakukan Pemerintahan Desa Sumberasri, yang berarti
komunikasi kepada pihak kecamatan, tanah tersebut masih dalam proses
pemerintahan daerah dan dinas terkait penggarapan oleh pembeli.
seperti BPN, hal ini Pemerintahan Desa
D. Dapat Dipercaya
Sumberasri lakukan untuk menginventarisasi
kembali aset-aset yang telah terjual. Indikator Dapat dipercaya sangat luas
Keserasian yang lain ditunjukkan selalu untuk diteliti, oleh karenanya peneliti
adanya BPD dalam setiap program desa mengambil sampel indikator dapat dipercaya
yang dijalankan. dari sebuah riwayat tanah yang menjadi topik
pembahasan, riwayat merupakan asal
C. Kerjasama
muasal yang menjadi patokan sebuah
Kerjasama untuk pengelolaan aset desa kebenaran. Pada prateknya pemerintahan
antara pemerintahan desa dengan Desa Sumberasri memahami betul

8
bagaimana regulasi untuk mendapatkan kecamatan, Bupati dan lembaga-lembaga
tanah redistribusi yang sampai akhirnya terkait seperti BPN, BPD dan lain
terjual. sebagainya.

Pemerintahan Desa Sumberasri


menerangkan dengan gamblang bagaimana
B. Financial accountability
permasalahan-permasalahan, intrik politik
yang terjadi beranjak dari kasus penjualan Bahwa akuntabilitas pemerintahan desa
aset desa tersebut. Hal ini sudah wajar sumberasri pada indikator Financial
Karena memungkinkan pemerintahan Desa accountability belum terlaksana dengan baik
Sumberasri secara tidak langsung juga ikut atau belum akuntabel. Penggunaan sistem
didalam penjualan tanah aset tersebut. Serkiler pada proses penjualan aset desa
merupakan sebuah contoh ketidaktransparan
Keterkaitan konsep akuntabilitas
aparatur atau panitia redistribusi kepada
Praktek akuntabilitas pemerintahan Desa masyarakat. Hal ini tentu saja menimbulan
Sumberasri dalam kaitannya dengan kasus pro kontra kebijakan pada pemerintahan desa
penjualan aset kas desa pada penelitian ini tersebut, Karena keterbukaan mengenai dana
menggunakan konsep akuntabilitas yang belum bisa mencakup lapisan masyarakat
dikemukakan oleh Heeks (1998) yang dikutip luas. Selain itu seharusnya pemerintahan
dalam tulisan Andi Andangatmadja (2012), desa juga menyediakan layanan online
konsep inilah yang digunakan untuk seperti website desa yang seharusnya sudah
membedah permasalahan. Terdapat 3 (Tiga) diadakan oleh setiap instansi pemerintahan.
indikator untuk mengukur tingkat akuntabilitas
C. Public accountability
pemerintahan Desa Sumberasri dalam kasus
penjualan tanah aset kas desa, adapun 3 Oleh karenanya dalam proses

(tiga) indikator tersebut diantaranya: redistribusi tanah bekas PT.NV Perkebunan


Gambar mengalami permasalahan yang
A. Managerial accountability
kompleks. BPD selaku perwakilan warga
Akuntabilitas manajerial tidak hanya beralih fungsi menjadi mitra kerja Kepala
sebatas hubungan antara pihak yang Desa, hal ini membuat disfungsi aparat
memberi dengan pihak yang diberi mandat perwakilan masyarakat berdampak pada tidak
tetapi lebih kompleks lagi mencakup terjadinya pendataan aset desa dan tidak di
hubungan dengan lembaga independen yang PERDES-kan. Hal tersebut membuat tanah
ada didalam desa. Pada pelaksanaanya menjadi simpang-siur statusnya dan menjadi
pemerintahan Desa Sumberasri selalu terjualnya kepada pihak swasta. Terjadinya
berkoordinasi dengan aparatur pemerintahan intimidasi kepada warga yang menanyakan
yang ada terkait penjulan aset desa, kekayaan desa yang bersumber dari aset
diantaranya pemerintahan Desa Sumberasri desa, serta sampai terjadinya koalisi aparatur
berusaha berkomunikasi dengan pihak pemerintahan Dusun Gambar Anyar desa

9
Sumberasri untuk mengusir warga tersebut pemerintahan Desa Sumberasri dalam kasus
dari desa terkait, membuktikan bahwa sulitnya penjualan tanah aset kas desa, dengan hasil
warga untuk mengakses pertanggungjawaban yang menunjukkan sinkronisasai antara hasil
aparatur Desa Sumberasri. Hal serupa juga wawancara dengan praktek yang ada
didukung dengan tidak adanya website desa, dilapangan, meskipun masih menyisikan
yang seharusnya sudah menjadi kewajiban beberapa persoalan yang perlu dikaji. (a)
desa menyediakan wadah bagi masyarakat Pada indikator loyalitas Pemerintahan Desa
untuk mengakses informasi sekilas Desa. Sumberasri sudah membuktikan loyalitasnya
Praktek pertanggungjawaban kepada dengan melakukan pendampingan moral
masyarakat dalam indikator Public terhadap kasus penjualan aset tanah yang
Accountability belum terlaksana dengan baik ada dalam Desa Sumberasri, hal ini dilakukan
atau kurang akuntabel. guna memperbaiki kesalahpahaman yang
terjadi dalam iventarisasi tanah aset kas desa.
5. KESIMPULAN
(b) Indikator Keserasian yang dilakukan
Berdasarkan penelitian lapangan serta Pemerintahan Desa Sumberasri sudah
berpedoman dengan konsep, aturan yng terlaksana dengan baik, ditunjukkan adanya
berlaku penulis dapat membuat Analisa data koordinasi yang dilakukan kepada instansi
dan pembahasan, maka penulis simpulkan terkait seperti BPN, dan PEMDA, dalam
tingkat integritas serta akuntabilitas pada mengiventarisasi kembali aset-aset yang telah
pemerintahan Desa Sumberasri Kecamatan terjual. (c) indikator kerjasama memperoleh
Nglegok Kabupaten Blitar sebagian belum hasil bahwa Pemerintahan Desa Sumberasri
terlaksana dengan sikap integritas yang tinggi masih belum sepenuhnya dapat terlaksana
serta belum akuntabel. Hal ini menunjukkan dengan kriteria baik, berdasarkan dari kasus
bahwa pemerintahan Desa Sumberasri dalam yang terjadi didalam desa tersebutbelum bisa
kasus penjualan tanah aset kas desa kurang diselesaikan dengan musyawarah mufakat
memiliki keinginan (Intentions) yang kuat antar warga dengan Pemerintahan Desa
untuk memberikan pengungkapan Sumberasri. (d) Pada indikator Dapat
(Disclosure) laporan yang jelas, kurang Dipercaya terlaksana dengan baik hal ini
mengarahkan semua kemampuan pikirannya ditunjukkan dengan mampunya Pemerintahan
ke arah yang jelas (Directing Mid Visibility) Desa Sumberasri menjelaskan riwayat tanah
sesuai integritas guna menyelaraskan kasus yang menjadi topik permasalahan penelitian.
yang terjadi. Pada variabel integritas tidak Padahal keempat indikator tersebut sangat
semua digunakan dengan baik oleh aparatur erat kaitannya dan harus menjadi satu paket
pemerintahan Desa Sumberasri terkait pada pelaksanaan praktek integritas untuk
penjualan tanah aset kas desa dari 4 (empat) melayani masyarakat.
indikator Hanya indikator kerjasama yang
Secara umum pemerintahan Desa
masih rendah penerapannya, sedangkan
Sumberasri pada pelaksanaan
indikator penting seperti loyalitas, keserasian
pertanggungjawaban (Accountabilitas) terkait
kerja, dan dapat dipercaya sudah dibuktikan

10
kasus penjualan tanah aset kas desa belum a. Berdasarkan hasil temuan integritas dan
terlaksana dengan baik. Seperti yang terlihat akuntabilitas pada Pemerintahan Desa
pada hasil analisis penelitian faktor Sumberasri yang berkaitan dengan kasus
pertanggungjawaban lintas sektor dan penjualan aset kas desa, peneliti dapat
struktural dalam pemerintahan Desa memberikan saran, bahwa pengelolaan
Sumberasri Managerial Accountability bahwa tanah aset kas desa pada Dusun Gambar
hanya indikator inilah yang memenuhi kaidah Anyar Desa Sumberasri kedepannya lebih
pertanggungjawaban secara akuntabel. Hal melibatkan warga dusun
ini dinilai dari sikap aparatur Desa Sumberasri tersebutkhususnya dalam segi
yang sudah sesuai melibatkan lembaga perencanaan pengelolaan aset desa.
independen atau BPD dalam pelaporan suatu b. Salah satu hasil penelitian adalah adanya
program, serta dalam pelaksanaan hambatan bagi masyarakat dalam proses
pengelolaan aset desa sudah sesuai dengan meminta pertanggungjawaban, hal ini
Peraturan Pemerintah yang berlaku. Karena rata-rata Pendidikan masyarakat
Meskipun akuntabel dalam bidang yang meminta pertanggungjawaban
akuntabilitas manajerial, tidak dengan berprofesi sebagai petani atau non-
akuntabilitas keuangan (Financial pendidikan hukum. Oleh karenanya
Accountability) dan akuntabilitas publik (Public pendampingan pendidikan hukum oleh
Accountability) belum terlaksana dengan baik. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan
Financial Accountability belum terlaksana pihak akademis harus sering dilakukan,
dengan baik, Karena masih menyisakan mengenai bagaimana meminta
beberapa persoalan diantaranya pertanggungjawaban kinerja aparatur
pertanggungjawaban keuangan hasil dari desa. mengingat BPD sudah menjadi mitra
pengelolaan aset kas desa yang belum kerja kepala desa.
transparan. Kemudian Public Accountability c. Hasil penelitian dapat digunakan oleh
juga belum terlaksana dengan akuntabel, hal pengambil kebijakan untuk memperbaiki
ini karena dalam praktiknya masih adanya sistem dalam pengelolaan aset kas desa,
intimidasi atau pengucilan kepada warga yang antara lain: pada proses perencanan
melaporkan kasus tersebut, seolah-olah RTRW khususnya peruntukan tanah kas
masyarakat dalam Desa Sumberasri tidak desa, mengikutsertakan masyarakat
diperbolehkan mengetahui bentuk sehingga mendapat persetujuan dari
pertanggungjawaban. Seyogyanya masyarakat.Pembentukan panitia dalam
pemerintah Desa Sumberasri menerapkan 3 pengelolaan aset tanah kas desa
(tiga) indikator tersebut dalam melaksanakan hendaknya diketahui oleh masyarakat,
tugas pelayanan kepada masyarakat, Karena Pelaksanaan dalam pengelolaan aset desa
3 (tiga) indikator akuntabilitas tersebut saling melibatkan masyarakat atau kerjasama
terkait satu dengan yang lain. dengan masyarakat lebih diutamakan,
Pengawasan bisa dilakukan oleh
Saran
masyarakat, lembaga idenpenden desa

11
dan kelompok masyarakat, hal tersebut Paslong, Harbani. (2002). Metode Penelitian
berfungsi untuk menunjang akuntabilitas Administrasi Publik, Bandung:
aparatur pemerintahan desa. Hasil dari ALFABETA
pengelolaan aset desa masuk kedalam
Sabtoni, Anang dkk. (2005). Prakarsa
kas desa, lebih efektif jika ada suatu
Desentralisasi dan Otonomi Desa,
anggaran yang disediakan untuk
Yogyakarta, IRE Press
pengelolaan aset desa.
d. Website desa sebagai Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
pertanggungjawaban elektonik yang bisa Pendidikan: Pendidikan Kuantitatif,
diakses kapanpun dan dimanapun Kualitatif, dan R&D, Bandung: CV.
harusnya lebih segera dibuat dan di Alfabeta.
sampaikan ke khalayak masyarakat Desa
Sumberasri. Akuntabilitas akan lebih Widjaja. (1993). Pemerintahan Desa dan

terlihat akuntabel atau tidaknya dari segi Administrasi Desa Menurut UU no

beragamnya informasi yang diberikan 5 tahun 1979 (Sebuah Tinjauan),

kepada masyarakat, akan tetapi masih Jakarta; PT Rajagrafindo Persada

mempunyai kaidah kebenaran informasi


. (2002). Otonomi Daerah dan
sehingga dapat dipercaya. salah satunya
Daerah Otonom, Jakarta; PT
dengan secepatnya membuat website
Rajagrafindo Persada
desa yang didalam website tersebut
memuat jenis kekayaan desa, Wilson, John dan Hinton, Peter. (1993).
pengelolaannya, program yang Public Service & The 1990’s,
dilaksanakan dan sebagainya. Issues in Public Service Finance
and Management, Great Britain;
6. DAFTAR PUSTAKA Tudor Businesss Publishing Ltd

Sumber Buku Mochammad Mahfud. (1998). Politik di


Indonesia, Jakarta; LP3ES
Adisasmita, Rahardjo. (2013).
Pembangunan Perdesaan: Harsono, Boedi dalam Abdurrahman.
Pendekatan Partisipatif, Tipologi, (1990). Beberapa Masalah tentang
Strategi, Konsep Desa Landreform. Pusat Studi Hukum
Pertumbuhan. Yogyakarta: Graha Tanah. Fakultas Hukum.
Ilmu Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarmasinhal.
Mahsun, Mohamad. (2006). Pengukuran
kerja Sektor Publik, Yogyakarta; Parangin Efendy, Hukum Agraria di
BPFE Indonesia. (1986). Suatu Telaah
dari Sudut Pandang Praktisi
Mardiasmo. (2012). Akuntansi Sektor Publik,
Hukum, Jakarta;Rajawali
Yogyakarta; Penerbit ANDI

12
Eddy Ruchiyat. (1989). Sistem Pendaftaran Universitas Brawijaya volume 1,
Tanah Sebelum dan Sesudah nomor 6 hal 1213-1219.
Berlakunya UUAP, Bandung;
Lina Herlina. (2012): “The Influence
Armico
OfIntegrity And Competence On
Alamsyah, H. Nandang, Agus Wahyudi. Audit Quality”, Jurnal Program
(2014). Materi Pokok Administrasi Studi Akuntasi, Fakultas Ekonomi
Pertanahan, Tangerang Selatan; Universitas Komputer Indonesia.
Universitas Terbuka
Lucia Biondi, Irvine Lapsley. (2014):”
Karya Tulis atau Karya Ilmiah accounting, transparency and
governance: the heritage assets
Andi Andangatmadja. (2012): “Analisis
problem”, Business Studies,
Akuntabilitas Program Bantuan
University of “Roma Tre”, Rome,
Pembangunan Ruang
Italy, and IPSAR, University of
Laboratorium IPA Pada Sekolah
Edinburgh Business School,
Menengah Pertama Di Kabupaten
University of Edinburgh,
Gresik Jawa Timur”, Tesis FISIP
Edinburgh, UK volume 11 no 2 hal
Program PascaSarjana Studi Ilmu
146-164.
Administrasi Universitas Indonesia,
Jakarta. http://BPN.go.id/berita/istilah/pengertian-
prona/14495 diakses pada tanggal
Dwi Prawani, Jefri Heridiansyah.
16 Oktober 2016.
(2013):”Memahami Sebuah
Konsep Integritas” , Jurnal STIE http://surabaya.tribunnews.com/2015/03/23/
Semarang Volume 5, No 3 dugaan-pungli-prona-dilaporkan-
ke-kejaksaan-blitar diakses pada
Hafiez Sofyani, Rusdi Akbar. (2013):
tanggal 22 September 2016.
“Hubungan Faktor Internal Institusi
Dan Implementasi Sistem http://kbbi.web.id/integritas diakses pada
Akuntabilitas Kinerja Instansi tanggal 26 September 2016
Pemerintah (Sakip) Di Pemerintah
Dokumen Peraturan PerUndang-Undangan
Daerah”, Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia Volume 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Nomor 2 hal 184-205. 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Kartika Permatasari, Ratih Nur Pratiwi, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Suwondo. (2013):“Otonomi Desa Nomor 43 Tahun 2014 Tentang
Dalam Pengelolaan Aset Desa”, Peraturan Pelaksanaan Undang-
Jurnal Administrasi Publik Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa.

13
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2016
Tentang Pengelolaan Aset Desa.

14

You might also like