Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 5

KURANGNYA PEMAHAMAN PENGUNJUNG MENGENAI OBJEK

YANG DIMUSEUMKAN DI MUSEUM GEOPARK BATUR BAIK


LURING MAUPUN DARING (MUSEUM VIRTUAL)

DIUSULKAN OLEH:
I PUTU ADI ARDANA YASA (X5/11/16079)
NI MADE ARIE PANYA LESTARI (X13/29/16401)

SMA NEGERI 1 TABANAN


TABANAN, BALI
TAHUN 2022
Proses pembelajaran tidak hanya dilakukan di sekolah. Pendidikan modern
menyarankan siswanya untuk mengetahui pengetahuan di luar pelajaran sekolah. Pendidikan
modern sangat menunjukan betapa pentingnya paham mengenai cara untuk tetap bertahan di
era pendidikan yang semakin kompetitif. kondisi ini sangat mengafirmasikan bahwa ketahanan
daya saing pendidikan di dunia berpegang besar pada tenaga pendidiknya. Sehingga, tenaga
pendidik diharapkan sadar mengenia pemanfaatan sumber belajar yang ada. Sumber belajar
adalah segala sumber yang meliputi data, barang dan orang yang digunakan peserta didik baik
secara individu ataupun gabungan untuk memfasilitasi kemudahan belajarnya. Sumber belajar
juga memiliki definisi segala sesuatu yang berwujud dan orang yang bisa dimanfaatkan dalam
pembelajaran. Dalam era pembelajaran modern ini, tenaga pendidik dapat memnafaatkan
berbagai fasilitas pembelajaran non-formal, salah satu caranya adalah dengan melakukan
kegiatan pembelajaran non-formal seperti mengunjungi museum sebagai wisata pembelajaran.

Secara umum, museum adalah lembaga yang berfungsi untuk melindungi,


mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat (PP
No. 66 Tahun 2015). Sejalan dengan definisinya, tujuan dari museum sendiri mengharuskan
untuk dapat mengomunikasikan informasi secara tepat dan detail kepada pengunjung. Di
Indonesia sendiri, museum menjadi salah satu objek yang lumrah untuk ditemui, terdapat 439
museum yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia (Denty & Aline, 2020). Apabila jumlah
ini dirata-rata, terdapat sekitar 13 museum di setiap provinsinya. Data ini dapat mendukung
kemungkinan museum dijadikan sebagai salah satu sumber wisata edukasi bagi seluruh jenjang
pendidikan di Indonesia. Tidak terkecuali Museum Geopark Batur yang merupakan jenis
museum yang menyajikan serta mengomunikasikan objek-objek geologis kepada pengunjung.
Museum Geopark Batur yang sudah mencapai standar Internasional, sudah menunjukan
kemampuannya untuk bersaing dalam perkembangan zaman. Museum ini memiliki fasilitas
yang menyediakan informasi secara daring maupun luring, secara daring dikarenakan Museum
Geopark Batur memiliki Museum Virtual. Namun disisi lainnya lengkapnya fasilitas tidak
menjamin kelengkapan informasi yang dibutuhkan pengunjung. Faktanya, informasi mengenai
masing-masing objek yang dipajang di Museum Geopark Batur masih kurang lengkap.
Informasi yang diperlukan pengunjung tidak lain adalah deskripsi mengenai objek yang mereka
amati. Misalkan saja pengunjung mengamati objek batuan kapur, di tempat terpajang objek
batuan kapur haruslah tersedia informasi mengenai apa itu batuan kapur, dari mana asalnya,
dan lain sebagainya sehingga pengunjung memahami apa yang mereka amati. Namun, akibat
tidak adanya sumber-sumber informasi tersebut, pengunjung yang mengamati objek tidak
dapat memahami apa yang mereka amati. Hal ini bertolak belakang dengan esensi museum
sebagai tempat wisata belajar.

Dengan status Museum Geopark Batur saat ini yang telah mencapai standar
Internasional, mewajibkan pihak museum untuk memberikan fasilitas informasi secara lengkap
sesuai dengan definisi serta tujuan utama dari pembentukan museum. Museum Geopark Batur
telah menyajikan fasilitas luring seperti dinding informasi, tablet informasi, serta pajangan
objek-objek geologis yang sayangnya hanya diisi dengan keterangan nama. Disinilah terletak
kekurangan dari penyajian informasi luring pada Museum Geopark Batur. Penyajian informasi
hanya dengan memberikan keterangan nama pada objeknya sangat kurang dalam memberikan
edukasi bagi pengunjungnya, dimana seharusnya pengunjung yang datang ke museum untuk
mencari informasi dapat pulang dengan berbekal deskripsi informasi yang lengkap. Sebagai
pembanding, penulis menggunakan Museum Indonesia sebagai referensi fasilitas penyajian
informasi secara lengkap dan benar. Museum Indonesia memiliki fasilitas suatu keterangan
deskripsi yang dekat dengan objek nyatanya dan berisikan definisi, kegunaan, asal usul dari
objek yang dipajang. Tentunya ke-tiga poin deskripsi itu dapat memenuhi standar bekal
informasi umum mengenai suatu objek yang disajikan dalam museum. Oleh karena itu, penulis
menawarkan solusi bagi Museum Geopark Batur untuk menyertakan poin deskripsi umum di
setiap sajian objek museumnya demi memenuhi tujuan dari dibuatnya museum.

Museum Geopark Batur sebetulnya sudah sangat apik dalam mengemas museum secara
virtual. Hal ini mendukung fakta bahwa banyak lapisan masyarakat yang memiliki berbagai
faktor penghambat mereka untuk mengunjungi Museum Geopark Batur, salah satunya adalah
faktor jarak dan waktu atau bahkan akibat dari Batur yang merupakan lokasi yang tidak
berdampingan dengan fasilitas umum yang ramai diminati seperti pusat perbelanjaan, taman
hiburan dan lain sebagainya. Dengan adanya fitur museum virtual ini, tentu saja dapat menarik
minat orang-orang dengan faktor penghambat tersebut untuk tahu lebih dalam akan kekayaan
geologis daerah khususnya Daerah Batur. Namun cukup disayangkan, fitur informatif yang
tersedia di Museum Geopark Batur Virtual ini masih belum memadai. Berdasarkan
penelusuran dan observasi yang telah dilakukan, fitur informatif dilambangkan dengan huruf
“i” yang terdapat pada objek yang terlihat pada layar gadget, dan apabila ditekan akan
memunculkan kotak informasi yang tentu saja normalnya berisi informasi lengkap terkait
objek. Namun kenyataanya, setelah lambang tersebut ditekan tidak ada informasi apapun yang
tertera pada kotak informasi. Alhasil keberadaan dari Museum Geopark Batur Virtual ini hanya
berfungsi untuk melihat-lihat isi museum tanpa tahu apa objek yang ditampilkan. Kembali
penulis bandingkan dengan salah satu museum di Indonesia sebagai referensi yaitu Museum
Indonesia. Museum Indonesia juga memiliki virtual tour museum yang memiliki beberapa
kelebihan, diantaranya terdapat fitur 360 derajat kamera, informasi teks dengan dua bahasa saat
pengunjung menekan simbol informasi pada setiap objeknya, informasi yang dibacakan oleh
narator yang memudahkan pengunjung untuk bisa mendapat informasi bersambilan dengan
melihat detail objek yang disajikan. Museum Indonesia juga memiliki ucapan pengantar
selamat datang saat pengunjung pertama kali memasuki bagian utama pada fitur virtual tour.
Dari pembandingan ini, penulis dapat mengatakan bahwa Museum Geopark Batur telah
memiliki fitur 360O kamera namun, masih kurang dalam penyajian informasi baik dalam
bentuk teks maupun narasi pada setiap objeknya. Oleh karena itu, penulis menawarkan solusi
untuk Museum Geopark Batur agar dapat melengkapi serta memaksimalkan fitur informasi
pada virtual tour Museum Geopark Batur sehingga pengunjung yang tidak berkunjung secara
langsung dapat benar-benar merasakan manfaat dari kunjungan museum virtual.

Kurangnya pemahaman pengunjung Museum Geopark Batur terkait objek-objek yang


ada disebabkan oleh kurang lengkapnya informasi yang tersedia mengenai masing-masing
objek yang ada pada museum. Dari hasil observasi yang penulis lakukan, akan lebih baik dan
efektif apabila terdapat sumber informasi yang memadai pada setiap objek yang dimuseumkan.
Media informasi yang digunakan dapat berupa papan informasi sederhana untuk secara luring
serta perbaikan fitur kotak informasi untuk museum virtual (daring). Dengan demikian, tujuan
berdirinya museum yakni sebagai tempat wisata belajar dapat terlaksana sehingga dapat
bermanfaat bagi pengunjung.
DAFTAR PUSTAKA

“Sistem Registrasi Museum Kemdikbud.” Kemdikbud.go.id, 2015,


museum.kemdikbud.go.id/artikel/museum.

Stipram.ac.id, 2020, ejournal.stipram.ac.id/index.php/kepariwisataan/article/view/20/5.


Accessed 7 Nov. 2022.

SemiColonWeb. “PPSDM Geominerba - Brighten Your Future.” Esdm.go.id, 2021, ppsdm-


geominerba.esdm.go.id/home/museum_gunung_api_batur.

You might also like