Professional Documents
Culture Documents
Psiko Hukum
Psiko Hukum
Psiko Hukum
Hidayani
ABSTRACT
Murder is every act to take the others life, sometimes if the murder is doing by a person who have mental
disorder, then that person who have mental disorder can not to take responsibility of murder he had done,
according to Article 44 Paragraph (1) Criminal Code. The crime of murder committed by people with
psychiatric disabilities or mental disorders is a criminal case that has been decided at the Class II District
Court of Kepahiang in case Number: 10 / PID.B / 2019 / PN.KPH, the purpose of this study are: (1). To find
out and analyze the Implementation of Material Criminal Law in cases of criminal acts of murder of
defendants with mental illness in the decision Number: 10 / PID.B / 2019 / PN.KPH, (2). To find out and
analyze the judges' considerations in take decision on murder defendants who have mental disorders. This
type of research is normative juridical research using qualitative methods. Data collection is carried out by
means of a literature study of secondary data which is then collected into legal materials, both primary and
secondary law. The results of this study indicate: (1). Implementation of Material Criminal Law to the Case
of the Criminal Act of Murder Against the Defendant with a Mental Disorder in the Decision Number: 10 /
PID.B / 2019 / PN.KPH is the Judge drop the defendant with a sentence Article 44 Paragraph (1), (2) of the
Criminal Code by declaring the Defendant Rheci Args Als reci Bin Hamidi was released from all punishment
and the defendant was treated at Soperapto Bengkulu Mental Hospital for 1 (one) year. (2) Judge's
considerations and legal basis in deciding case Number: 10 / PID.B / 2019 / PN.KPH is that the defendant
cannot be held liable for criminal he had done by the defendant in accordance with applicable law because
there is a forgiving reason that is imperfect His reason or defendant experienced mental disorder and
became a judge's consideration to release the defendant from all judgement and decided the defendant was
rehabilitied at the Soeprapto Mental Hospital Bengkulu in Court Decision Number: 10 / PID.B / 2019 /
PN.KPH, thus even though the defendant fulfilled the elements of - the crime of murder according to the
general prosecutor's request, the Panel of Judges cannot give the defendant punisment.
tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa sarana dalam memperkaya, pengembangan,
terhadap nyawa orang lain. Obyek dari disebut juga sebagai kejahatan terhadap
kejahatan ini adalah nyawa manusia, jadi nyawa. Obyek dari kejahatan ini adalah nyawa
dalam hal ini suatu perbuatan dapat disebut manusia.jadi dalam hal ini suatu perbuatan
sebagai tindak pidana pembunuhan apabila dapat disebut sebagai tindak pidana
Perkara nyawa sering disinomin dengan perbuatan menghilangkan nyawa orang lain
“jiwa”. Pembunuhan adalah suatu perbuatan terdapat 3 (tiga) syarat yang harus dipenuhi,
Gangguan jiwa biasanya dianggap sebagai aib, yang berbeda terhadap perilaku manusia.
hal tersebut merupakan stigma yang harus Hukum memandang tingkah laku dari data dan
dihapuskan. Stigma adalah tanda atau ciri yang keadaan yang disadari di mana tingkah laku itu
mengalami gangguan jiwa) membawa sesuatu menganggap tingkah laku yang melanggar
yang buruk dan oleh karena itu dinilai lebih hukum mungkin tidak hanya dilandasi oleh
rendah dibandingkan dengan orang normal.17 faktor yang disadari, tetapi mungkin juga
Merurut UU Republik Indonesia No.18 Tahun tingkah laku tersebut merupakan manifestasi
2014 Bab 1 Pasal 1, Kesehatan jiwa adalah dari gangguan psikis.20 Dalam menilai apakah
kondisi dimana seorang individu dapat orang dengan gangguan kejiwaan bisa
sosial sehingga individu tersebut menyadari terdapat perbedaan konsep dasar antara psikiatri
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dan hukum. Pertama, penyakit otak (Disease of
dapat bekerja secara produktif, dan mampu the mind), kegilaan, ketidakwarasan (inanty),
memberikan kontribusi untuk komunitasnya.18 cacat jiwa adalah terminology hukum, bukan
disimpulkan bahwa individu atau seseorang Berdasarkan beberapa jenisnya gangguan jiwa
yang tidak masuk dalam klasifikasi kesehatan dibedakan sebagai berikut:
17
Reza Erky Ariananda, Stigma Masyarakat Terhadap 1) Depresi .
Penderita Skizofrenia, (Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, 2015), hlm.
12. 19
UU No. 18 tentang kesehatan Jiwa, Pasal 1 Ayat (3)
18 20
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Ibrahim Nuhriawangsa, Psikiatri Forensik (Psikiatri
Kesehatan Jiwa, Pasal 1, Ayat 3, dalam Peradilan), Fakultas Kedokteran UNS,
Surakarta 2004, hlm. 4.
Depresi adalah suatu penyakit yang Ketiga faktor tersebut saling berinteraksi
menyebabkan suatu gangguan dalam perasaan dalam memunculkan simtom depresi.22
dan emosi yang dimiliki oleh individu.
2) Kecemasan (Anxiety disorder)
Gangguan depresi juga dimengerti sebagai
suatu penyakit “tubuh yang menyeluruh” yang Gejala kecemasan merupakan gejala pada
meliputi tubuh, suasana perasaan (mood) dan situasi tertentu ataupun suatu rangkaian
perasaan. Gangguan ini berpengaruh terhadap kejadian, dan tidak terduga gejala yang
cara makan, tidur dan juga cara berfikir. Orang dominan bervariasi pada masing-masing
yang mengalami depresi tidak dapat begitu orang, tetapi onset mendadak dalam bentuk
saja “memaksakan diri mereka sendiri” dan palpitasi, nyeri dada, perasaan tercekik, pusing
menjadi baik. Tanpa perlakuan yang baik kepala, dan perasaan yang tidak rill
gejala-gejala dapat bertahan setidaknya (depersonalisai atau derealisasi) adalah gejalah
beberapa minggu, bulan, atau bahkan beberapa yang lazim23
tahun. Oleh karena itu perlakuan yang sesuai
3) Skizofrenia
terhadap orang yang mengalami depresi akan
sangat membantu kesembuhannya21 Schizofrenia adalah ketidakmampuan untuk
melihat realita, kebingungan dalam
Bentuk-bentuk gangguan depresi pada
membedakan mana yang realita dan mana
umumnya dapat digolongkan menjadi dua
yang bukan realita. Gangguan jiwa dicirikan
yaitu depresi unipolar dan depresi bipoar.
dengan gangguan dalam proses berpikir
Depresi unipolar adalah depresi yang dicirikan
dimana terjadi distrosi yang berat terhadap
oleh suasana perasaan depresif saja sedangkan
kenyataan/realita. Misalnya penderita seolah-
depresi bipolar adalah gangguan depresi yang
olah melihat atau mendengar sesuatu padahal
dicirikan oleh pergantian antara perasaan
dalam kenyataanya tidak ada (mengalami
deprasif dan mania (bahagia). Faktor-faktor
halusinasi). Ini yang menyebabkan
yang menyebabkan munculnya simtom-
penderitanya seolah-olah berbicara, marah-
simtom depresi pada dasarnya dibagi menjadi
marah, atau tertawa sendiri padahal tidak ada
tiga, yaitu faktor bawaan/genetis, faktor
orang lain disekitarnya. Penderita schizofrenia
lingkungan yang meliputi pengalaman
juga sering tidak bisa diajak berkomunikasi
kehilangan, stres karena suatu peristiwa
karena kata-katanya menjadi kacau dan tidak
kehidupan dan keadaan internal individu yang
sesuai dengan isi pembicaraan. Ciri lainnya
utama adalah adanya perbedaan yang besar
adalah kehilangan kontrol dan integrasi
antara apa yang diharapkan denga kenyataan.
22
Ibid, hlm. 82
21 23
Siswanto, Kesehatan Mental, Konsep, Cakupan dan Ibrahim Nuhriawangsa, Psikiatri Forensik (Psikiatri
Perkembangan, Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET, dalam Peradilan), Fakultas Kedokteran UNS, Surakarta
2007, hlm. 72 2004,, hlm, 178
terhadap perilakunya sendiri, sehingga ekstrem, gangguan jiwa yang parah tau
misalnya dia memukul orang lain, mungkin penyakit cedera otak.26
dia merasa bahwa tangannya tidak bisa
5) Gangguan Mental Organik
dikuasai dan tangan itu memukul orang
tersebut dengan sendirinya atau ada kuasa lain Gangguan mental organik adalah gangguan
yang menggunakan tangannya di luar yang berkaitan dengan penyakit/gamgguan
kehendaknya.24 sitematik atau otak yang dapat didiagnosis
sendiri. Termasuk, gangguan mental
Gejala schizofrenia mencakup delusi dan
simtomatik, dimana pengaruh terhadap otak
halusinasi. Delusi adalah keyakinan yang salah
merupakan akibat sekunder dari
dan akan terus ada dalam pikiran walaupun
penyakit/gangguan sistematik di luar otak27,
bukti menunjukkan hal tersebut tidak memiliki
menurut pengertian tersebut berarti gangguan
dasar dalam realitas. Halusinasi adalah
mental organik merupakan gangguan yang
gangguan persepsi yang membuat seseorang
terjadi pada sistem saraf atau jaringan otak
dapat melihat sesuatu atau mendengar suara
yang mengalami kerusakan
yang tidak ada sumbernya, bisa berupa
halusinasi pendengaran, penglihatan, 6) Retardasi Mental
penciuman, pengecapan dan perabaan.25
Reterdasi Mental Adalah Suatu Keadaan
4) Gangguan Kepribadian. Perkembangan Jiwa yang terhenti atau tidak
lengkap, yang terutama ditandai oleh
Gangguan kepribadian adalah suatu proses
terjadinya kendala keterampilan selama masa
perkembangan, yang timbul pada masa kanak-
perkembangan, sehingga berpengaruh pada
kanak atau remaja dan berlanjut pada masa
tingkat kecerdasan secara menyeluruh,
dewasa, gangguan kepribadian bukan keadaan
misalnya kemampuan kognitif, bahasa,
skunder dari gangguan jiwa lain atau penyakit
motorik dan sosial28.
otak, meskipun dapat didahului bersamaan
dengan gangguan lain. Sebaliknya, perubahan 7) Gangguan Psikosomatik
kepribadian adalah suatu proses yang didapat,
Psikosomatik adalah suatu kondisi atau
biasanya usia dewasa, setelah stress berat atau
gangguan ketika pikiran memengaruhi tubuh,
berkepanjangan, deprivasi lingkungan yang
hingga memicu munculnya keluhan fisik.
Psikosomatik berasal dari dua kata, pikiran
26
Department Kesehatan RI. Pedoman penggilongan
dan diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia, Diroktoral
24
Op.cit, hlm.83 Jenderal Pelayanan Medik, Jakata, 1993, hlm. 260
25 27
Yustinus Semiun: Kesehatan Mental 3, (Yogyakarta: Rusdi Maslim, op.cit.hlm 22
28
Penerbit Kanisius, 2005), hlm. 23-24 Ibid, hlm. 119
(psyche) dan tubuh (soma).29 Gangguan Pengertian metode penelitian adalah tatacara
psikosomatik tidak hanya terjadi pada orang bagaimana melakukan penelitian, metode
dewasa, tapi juga anak-anak. Penyebab utama penelitian membicarakan mengenai tata cara
gangguan psikosomatik pada anak berawal pelaksanaan penelitian.31. Metode merupakan
dari sikap dan hubungan orang tua dengan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu
anak. Selain itu, kurangnya pemahaman cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu
tentang kesehatan mental keluarga objek penelitian, sebagai upaya untuk
memungkinkan anak-anak bisa mengalami menemukan jawaban yang dapat
gangguan psikosomatik. dipertanggungjwabkan secara ilmiah dan
termasuk keabsahannya.32.
Jenis Penelitian
Penelitian hukum ini menggunakan metode
Jenis penelitian yang digunakan oleh
preskriptif. Penelitian preskriptif, yaitu suatu
peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian
penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan
hukum normatif (study putusan/ dokumen)
saran-saran mengenai apa yang harus dilakukan
atau dikenal juga sebagai penelitian hukum
untuk mengatasi masalah-masalah tertentu33.
doktrinal, yaitu pendekatan yang
Penelitian hukum ini menggunakan metode
menggunakan konsep legitis positivis. Konsep
preskriptif, karena menganalisa penerapan
ini memandang hukum identik dengan norma
hukum materil oleh Majelis Hakim yang
tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh
tertuang dalam Putusan Pengadilan Negeri
lembaga atau pejabat yang berwenang. Selain
Kepahiang Nomor : 10/Pid.B/2019/ PN/KPH.
itu, konsep ini juga memandang hukum
sebagai sistem normative yang bersifat otonom Data Penelitian
tertutup dan terlepas dari kehidupan Jenis data dalam penelitian ini merupakan
30
masyarakat . Penulis memilih penelitian data sekunder dengan bahan hukum:
hukum normatif, karena yang diteliti adalah 1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Putusan Majelis Hakim dalam Perkara pada (KUHP)
Pengadilan Negeri Kepahiang Nomor :
2) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014
10/Pid.B/2019/PN.KPH.
Tentang Kesehatan Jiwa
Metode penelitian
3) Putusan Pengadilan Negeri Kepahiang
Nomor : 10/Pid.B/2019/ PN/KPH
29
Tersedia pada :
31
https://www.aladokter.com/mengenali-gangguan- Jonaedi Efendi, 2018, Metode Penelitian Hukum
psikosomatik-dan-cara-mengobatinya, diakses pada hari Normatif dan empiris, Pranadamedia Group, Depok,
jum’at tanggal 10 Januari 2020 Pukul 20:48 hal, 2
30 32
Rony Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum Ibid, hal.3
33
dan Jurimetri Cetakan Ke Satu, Ghalia Indah, Jakarta, Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum
1983. hlm.11. Universitas Indonesia, Jakarta, 1986. hlm. 15
4) Pendapat Hukum dari pihak penegak Hukum b. Wawancara (Interview) berdasarkan kasus
yang terkait dalam Putusan Pengadilan Negeri yang ada dengan pihak-pihak yang terkait
Kepahiang Nomor : 10/Pid.B/2019/ PN/KPH dengan masalah yang diteliti.
34
Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian
Hukum, Universitas Islam Indonesia Perss, Jakarta, h.
251
Berdasarkan putusan No: 10/ acara pemeriksaan dan dakwaaan pada surat
Pid.B.2019/PN.KPH maka dapat kita lihat dakwaan yang diajukan sebelum dimulainya
penerapan hukum materil telah sesuai dengan persidangan dan juga hakim menerapkan
ketentuan baik secara formil maupun secara hukum pidana materil sesuai dengan keadaan
materil yang bisa menjadi syarat dipidananya pada saat jalanya persidangan, sepeti melihat
seseorang. Atas dasar hasil pemeriksaan kondisi terdakwa saat berkomunikasi dan
persidangan bukti yang diajukan dan berhadapan dengan hakim dipersidangan
keterangan saksi-saksi telah sesuai sehingga apakah terdakwa bisa menjawab semua
dapat menujukan dan menggambarkan telah bertanyaan hakim degan secara sadar dan logis
terjadinya pelanggaran tindak pidana yang atau tidak untuk menambah keyakinan hakim
dilakukan oleh Terdakwa Rheci Argashi Als terhadap terdakwa untuk menerapkan hukum
Reci Bin Hamidi. yang tepat untuk terdakwa”, dari hasil
Dalam penerapan hukum pidana materil wawancara diatas dapat diketahui bahwa
terdakwa Rheci Argashi Als Reci Bin Hamidi dalam penerapan hukum pidana materilnya,
didakwa tiga Pasal Alternatif oleh Jaksa Hakim memeriksa dan memutus suatu perkara
penuntut umum yaitu pertama Pasal 340 telah sesuai dari apa yang dirumuskan dalam
KUHP, Kedua Pasal 338 KUHP dan Ketiga surat dakwaan, seorang terdakwa hanya dapat
Pasal 351 ayat (3) KUHP, untuk memperoleh dijatuhi hukuman karena telah terbukti
keterangan yang lebih lengkap mengenai melakukan tindak pidana seperti apa yang
penerapan hukum materil terhadap perkara didakwakan jaksa penuntut umum dalam
terdakwa dengan No : dakwaannya, namun selain dakwaan jaksa
10/Pid.B/2019/PN.KPH, penulis melakukan penuntut umum hakim dalam memutus
wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri perkara dapat juga memperhatikan hal-hal lain
Kepahiang selaku hakim anggota yang seperti kondisi kesehatan dan kondisi mental
menangani perkara tersebut, yaitu, bapak terdakwa pada saat persidangan sehingga
Yongki, S.H beliau menjelaskan : dalam memutus perkara hakim tidak hanya
“ penerapan hukum materil pada tindak berpatokan kepada hukum meteril yang
pidana pembunuhan hakim menerapkan berlaku tetapi juga berdasarkan keyakinan dan
hukum berdasarkan pemeriksaan dari hati nurani hakim itu sendiri sehingga
tingkatan tahap sebelumnya dipersidangan menimbulkan hukum tersendiri bagi terdakwa,
yaitu, dari tahap penyidikan hingga tahap khususnya bagi terdakwa yang mengalami
penuntutan hakim menerapkan dan gangguan jiwa meskipun secara materil
merumuskan hukum pidana materil yang akan dakwaan yang didakwa jaksa penuntut umum
diterapkan kepada terdakwa berdasarkan apa telah terpenuhi semua unsur-unsurnya.
yang telah tertuang sebelumnya sesuai berita
Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Tebat karai Kab. Kepahiang telah terjadi
Hukuman Pidana Terhadap Terdakwa peristiwa pembunuhan;
Pembunuhan Yang Mengalami Gangguan 2. Bahwa yang menjadi korban pembunuhan
Jiwa adalah Hendri Safrudin Bin Tijak (Alm)
Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan yang ditusuk disebelah dada bagian depan
Hukuman terhadap terdakwa didasarkan pada korban;
surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum, alat 3. Bahwa pelaku pembunuhan adalah
bukti yang sah dan syarat subyektif dan terdakwa Rheci Argasi Als reci Bin Hamidi
obyektif seseorang dapat dipidana. Hakim 4. Bahwa pembunuhan yang dilakukan
Pengadilan Negeri Kepahiang yang memeriksa terdakwa dilakukan dengan menggunakan
dan mengadili perkara Nomor senjata tajam jenis pisau dengan panjang 25
10/Pid.B/2019/PN.KPH ini, setelah menelusuri (dua puluh lima) cm yang berujung runcing
dan menganalisa kembali secara seksama dan gagang terbuat dari kayu berwarna
hubungan serta persesuaian keterangan dari coklat.
para saksi, serta keterangan terdakwa, menurut 5. Bahwa dalam bukti surat visum et
ketentuan yang digariskan dalam Pasal 185 Revertum Nomor : 353/368/VR/1.2 Rumah
ayat (6) KUHAP, dikaitkan pula dengan Sakit Umum Daerah Kepahiang tanggal 26
barang bukti dan berkas perkara penyidikan Agustus 2018 atas nama Hendri Safrudin
maka Hakim memperoleh hal-hal yang kait Als Datuk Bin Tijak (Alm) yang
mengait dan saling menopang satu sama ditandatangani oleh Plt. Diektu RSUD
lainnya, berdasarkan mana Hakim Kepahiang d. Febi Nursanda dengan
menyimpulkan fakta-fakta hukum yang kesimpulan ; Os Meninggal dikarenakan
berkaitan dengan perkara putusan No. luka tusuk pada bagian dada depan yang
10/Pid.B/2019/PN. Kph mengenai organ dalam yang diakibatkan
oleh benda tajam.
Didalam putusan No.
6. Bahwa dalam bukti surat berupa Visum Et
10/Pid.B/2019/PN.Kph terdakwa Atas nama
Revertum Psychiatricum dari Rumah Sakit
RHECI ARGASI Als RECI Bin HAMIDI
Khusus Jiwa Soeprapto Provinsi Bengkulu
Majelis hakim memutus perkara terdakwa
No: 4077/800/RSKJ/1.2/XI/2018 tanggal 6
Rheci Argasi Als Reci Bin Hamidi dengan
November 2018 atas nama Rheci Argasi
Pasal 44 ayat (1). (2) KUHP dengan
Bin Hamidi, dibuat dan ditandatangani oleh
petimbangan :
dr.Lucy Marturia Br Bangun,Sp.Kj., selaku
1. Bahwa pada hari Minggu tanggal 26 Psikiater yang pada pokoknya
Agustus 2018, sekitar pukul 18.00 Wib menyimpulkan bahwa Tersangka
bertempat di Desa peraduan binjai Kec. mengalami gangguan jiwa berat, yakni
adanya pikiran curiga dirinya dalam Wawancara Kepada Hakim Pengadilan
keadaan terancam; Negeri Kepahiang Yaitu Bapak Yongki, S.H
7. Bahwa berdasarkan diagnosa Ahli, Penjelasan Beliau Yaitu Sebagai Berikut :
Terdakwa menderita gangguan jiwa “Yang menjadi pertimbangan Hakim
Skhizofrenia paranoid yang bercirikan dalam memutus perkara No :
seperti orang normal, menjaga penampilan Pid.B/2019/PN.KPH adalah sesuai apa yang
dan kebersihan diri sehingga tidak terlihat telah tercantum dalam salinan putusan
seperti orang tidak mengalami gangguan Pid.B/2019/PN.KPH yaitu salah satunya
jiwa. hakim mempertimbangkan kondisi mental
8. Bahwa pada akhirnya Ahli bersama tim terdakwa saat berkomunikasi didalam
menyimpulkan bahwa Terdakwa persidangan yang tidak berkomunikasi seperti
mengalami gangguan jiwa berat orang yang sehat akalnya, sehingga hakim
(Skizofrenia Paranoid); berkeyakinan menyimpulkan terdakwa
Setelah mempertimbangkan keterangan mengalami gangguan jiwa serta dengan
Ahli dan dihubungkan dengan fakta adanya riwayat catatan pengobatan terdakwa
persidangan di atas Majelis Hakim sebelumnya pada RSJKO Bengkulu dan
berkeyakinan bahwa Terdakwa mengalami keterangan -ketarangan saksi serta keterangan
gangguan jiwa dimana terdapat halusinasi saksi ahli yang menerangkan terdakwa
pada diri Terdakwa yang sewaktu-waktu mengalami gangguan jiwa berat (skizofernia
berakibat pada hilangnya kesadaran Terdakwa, paranoid) dengan mempertimbangkan fakta-
oleh karenanya Terdakwa dipandang tidak fakta persidangan tersebut setelah melihat ke
memiliki kemampuan untuk menentukan Pasal 44 KUHP bahwa seseorang tidak dapat
kehendak menurut keinsyafan tentang baik dan dijatuhi hukuman dan dimintakan
buruknya perbuatan yang telah dilakukannya pertanggungjawabanya atas tindak pidana
sehingga dengan demikian Terdakwa tidak yang dilakukanya, setelah mengamati keadaan
mungkin dapat dimintai diri Terdakwa yang belum stabil maka setelah
pertanggungjawabannya sebab dinilai tidak mendapat saran dari tim psikiater dengan
memiliki kemampuan bertanggung jawab demikian Majelis Hakim memutuskan untuk
menurut hukum. melepaskan terdakwa dari segala tuntutan
Untuk Memperdalam Penjelasan Tentang hukum dan memerintahkan agar terdakwa
Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perkara menjalani Rehabilitasi selama 1 (satu) Tahun
Pidana Nomor Putusan Nomor : 10 pada RSJKO Soeprapto Bengkulu”.
/Pid.B/2019/PN.KPH dalam Perkara Atas
Penyakit gangguan kejiwaan merupakan
Nama Terdakwa Rheci Argashi Als Reci Bin
salah satu penyakit yang banyak terjadi di
Hamidi (Alm) Maka Penulis Melakukan
masyarakat Indonesia, namun masih banyak dengan semua unsur-unsurnya. Adapun
masyarakat yang belum mengenali dan rumusan Pasal 351 ayat (3) Kitab Undang-
mengindikasi adanya penyakit kejiwaan. Hal Undang Hukum Pidana adalah “Jika
ini disebabkan oleh penyakit kejiwaan adalah Mengakibatkan mati, diancam dengan pidana
penyakit yang tidak dapat dilihat namun penjara paling lama tujuh tahun”.
dapat diketahui dari gejala-gejala perilaku Adapun unsur-unsur dari Pasal 351 KUHP:
yang dialami pasien.
1. Barang siapa;
Orang dengan gangguan skizofrenia pada
2. Melakukan penganiayaan
hakikatnya tetap diakui sebagai subjek
3. Berakibat matinya orang lain
hukum, dimana subyek hukum merupakan
pendukung hak dan kewajiban yang Uraian lebih lanjut adalah sebagai berikut: