Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 23

Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga

Vol. 6, Nomor 2, 2018


Halaman 190-212

Kesejahteraan Psikologis Ditinjau Dari Spiritualitas Siswa di Lembaga


Pendidikan Berbasis Agama Pesantren dan Non Pesantren
Ifah Afifah Dayyanah Al Rahmah1, Lisnawati2
1,2
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Jl. Laksda Adisucipto, Sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta, 55281
email: 1dayifah11@gmail.com

Abstract. This study aims to determine the relationship between spirituality


with psychological well being in students of Islamic Boarding School and
State Islamic High School, as well as the differences of the students
psychological well being of State Islamic High School and Islamic Boarding
House. The subjects of the 3rd grade students of State Islamic High School
and Islamic Boarding House, each represented by 45 students, the data
collection tool used in this research is the scale of spirituality and
psychological well being scale. The sampling technique used in this research
is purposive sampling technique. Data analysis method used in this research
is product moment technique and independent sample t test. The result of
correlation analysis shows that the relation of spirituality with psychological
well being in State Islamic High School has r value of 0.794 and p value of
0.000 (P <0,05) and the result of spirituality analysis with psychological well
being in Islamic Boarding House has r value of 0,742 and p value 0.000 (P
<0.05) thus the two results indicate a very significant positive relationship.
Based on these two results can be drawn the conclusion the higher the level of
spirituality, the higher the psychological well being in the students, and it can
be concluded that the first hypothesis in this study, that there is a positive
relationship between the spiritual and psychological well being accepted. The
result of psychological well being test analysis on students at State Islamic
High School and Islamic Boarding House has value of difference index (T)
psychological well being in State Islamic High School students and Islamic
Boarding House of 5.407 with significance level (P) of 0,000 (P <0,05) and
mean on student State Islamic High School is 133,71 while in Islamic
Boarding House students equal to 120,10. So the psychological condition well
being subject in State Islamic High School is higher than the Islamic Boarding
House. The second hypothesis is that there is a difference of psychological
well being in State Islamic High School and Islamic Boarding House students
accepted.
Keywords: Spirituality, Psychological well being

Abstrak. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan


antara spiritualitas dengan kesejahteraan pada siswa di pesantren dan MAN
dalam segi psikologis, dan juga perbedaan kesejahteraan psikologis siswa
MAN dan pesantren. Subjek penelitian siswa-siswi kelas 3 pesantren dan
MAN, masing masing diwakili oleh 45 siswa-siswi, alat pengumpulan data
yang digunakan di dalam penelitian ini adalah skala spiritualitas dan skala
kesejahteraan psikologis. Teknik pengambilan sampel yang digunakan di
dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Metode analisis data
yang digunakan dalam penelitian adalah teknik product moment dan
independent sample t test. Hasil analisis korelasi menunjukkan, hubungan
spiritualitas dengan kesejahteraan psikologis di MAN memiliki nilai r sebesar
0,794 dan nilai p sebesar 0,000 (P < 0,05) dan hasil analisis spiritualitas
dengan kesejahteraan psikologis di pesantren memiliki nilai r sebesar 0,742
dan nilai p sebesar 0,000 (P < 0,05) dengan demikian kedua hasil tersebut

190
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 190-212

menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan. Berdasarkan kedua


hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan semakin tinggi tingkat spiritualitas
maka semakin tinggi juga tingkat kesejahteraan psikologos pada siswa, dan
dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama pada penelitian ini, yaitu ada
hubungan positif antara spiritual dengan kesejahteraan psikologis diterima.
Hasil analisis uji perbedaan kesejahteraan psikologis pada siswa di MAN dan
pesantren, memiliki nilai indeks perbedaan (T) kesejahteraan psikologis pada
siswa MA dan pesantren sebesar 5.407 dengan taraf signifikansi (P) sebesar
0,000 (P < 0,05) dan mean pada siswa MAN sebesar 133,71 sedangkan pada
siswa pesantren sebesar 120,10. Sehingga kondisi kesejahteraan psikologis
subjek di MAN lebih tinggi dibandingkan dengan pesantren. Hipotesis kedua
yaitu terdapat perbedaan kesejahteraan psikologis pada siswa pesantren dan
MAN diterima.
Kata Kunci: Spiritualitas, Kesejahteraan psikologis
Pendidikan merupakan suatu hal Seiring berjalannya waktu
yang sangat penting dan pokok dalam dengan terus berkembangnya pendidikan
kehidupan manusia guna mencerdaskan berbasis umum di Indonesia, pendidikan
kehidupan masyarakat, baik cerdas berbasis agama Islam mulai
secara spiritual, emosional, sosial, dikembangkan. Menurut (Machali, 2012)
intelektual, maupun kinestetik. pendidikan berbasis agama Islam mulai
Pengembangan pendidikan di Indonesia berkembang dengan adanya madrasah
merupakan usaha yang dirancang untuk pada abad 20 M. Pendidikan berbasis
mewujudkan suasana yang baik dalam agama ini memiliki fungsi dan tujuan
proses belajar dan mengajar sehingga yang sesuai dengan undang-undang
siswa dapat mengembangkan potensi diri nomer 20 tahun 2003
seperti spiritualitas, keagamaan, Sebelum berkembangnya
pengendalian diri, kepribadian, pendidikan agama seperti madrasah,
kecerdasan, serta keterampilan yang pendidikan di Indonesia diawali dengan
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, adanya pesantren. Pesantren merupakan
dan negara (Arifin, 2003). Fungsi suatu lembaga pendidikan berbasis
pendidikan di Indonesia tercantum pada Agama Islam. Menurut (Daulay, 2009),
UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 dan keberadaan pesantren bersamaan dengan
3 tentang sistem pendidikan nasional perkembangan masuknya Islam ke
yang didalamnya disebutkan bahwa Nusantara yakni pada abad 12. Tujuan
mengembangkan kemampuan dan didirikannya pesantren oleh ulama-
membentuk watak serta peradaban ulama tersebut, agar menjadi sebuah
bangsa yang bermartabat dalam rangka sarana untuk menyebarkan ajaran Islam
mencerdaskan kehidupan bangsa. di Nusantara.

191
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 190-212

Pesantren dipimpin sepenuhnya sejauh mana dirinya mengaplikasikan


secara langsung oleh seorang kiyai atau apa yang ia pelajari dan juga sejauh
ulama dengan ciri khas yang bersifat mana hubungan hablun minallah dan
karismatik dan independen dalam segala hablun minannasnya.
hal. Menurut (Qomar, 2005), lembaga Berdasakan bentuk pendidikan
pesantren dalam mengajarkan yang telah diuraikan di atas, maka dapat
pendidikan bagi para santri, awalnya dikatakan bahwa baik di pesantren dan
memiliki tujuan yang tidak tertulis, madrasah mampu untuk menumbuhkan
karena tujuan dari sistem dipegang rasa penerimaan diri, hubungan positif
langsung secara tersurat oleh pengasuh dengan orang lain, kemandirian,
pondok pesantren. Seiring berjalannya penguasaan lingkungan yang baik,
waktu tujuan institusional pesantren tujuan hidup yang terarah, dan
yang lebih luas dan mempertahankan mengembangkan pribadi pada setiap
hakikatnya secara nasional pernah siswanya(Arifin, 2003). Hal tersebut
diputuskan. Pemutusan tersebut membuat siswa mampu memenuhi
dilakukan dengan adanya musyawarah kebutuhan perkembangannya, dalam
intensifikasi pengembangan pondok rangka menemukan identitas dirinya.
pesantren di jakarta, yang berlangsung Kondisi-kondisi yang berhubungan pada
pada tanggal 2 dan 6 mei 1978. pribadi siswa tersebut, akan
Pengembangan pendidikan menggambarkan bagaimana kondisi
pesantren akan membentuk pribadi siswa dalam memenuhi fungsi psikologi
muslim secara positif dan meningkatkan positifnya (positive psychological
pula pribadi yang agamis. Menurut functioning). Dalam ilmu psikologi
(Dhofier, n.d.) remaja santri senantiasa kondisi ini dikenal dengan sebutan
menutup aurat dan memiliki rasa malu kesejahteraan psikologis (Angraeni &
dalam perilaku secara dhahir dan batin, Cahyanti, 2012).
aktif dalam mengikuti perkembangan di Kondisi kesejahteraan psikologis
masyarakat atau pun lingkungan siswa di pesantren tercermin dengan
pesantren yang dapat dilihat dalam adanya sikap santun yang mereka
bentuk sifat dan perilaku yang bijak, tampakkan kepada orangtua dan ta’dzim
memiliki perinsip serta konsisten kepada kiyai. Siswa di pesantren
terhadap pendiriannya dan nilai-nilai senantiasa melakukan usaha untuk
agama. Seorang santri akan mengetahui menjadi lebih daripada sebelumnya

192
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 190-212

dalam menghafal setiap kitab, terbiasa sehari-hari sehingga mereka tidak


dengan hidup yang sederhana, dan mampu mengendalikan lingkungan.
mengatur segala aktivitasnya sendiri. Studi pendahuluan kemudian
Akan tetapi dalam prosesnya, kondisi peneliti lakukan di sebuah pesantren X
kesejahteraan psikologis tentu terbentuk Kabupaten Cirebon pada tanggal 23
dari hasil proses yang panjang, sehingga Februari 2017. Peneliti menggunakan
masih ada beberapa siswa di pesantren kuisioner untuk mengetahui kondisi
yang belum dapat mengembangkan siswa di pesantren. Kuisioner tersebut
kesejahteraan psikologis yang baik. Hal diberikan kepada 27 orang santri yang
tersebut dapat dilihat dari penelitian telah mengenyam pendidikan di
yang sebelumnya (Affandi, 1999). pesantren selama dua tahun. Hasil yang
Penelitian yang dilakukan terkait diperoleh menunjukkan bahwa terdapat
kondisi psikologis siswa di pesantren 13 orang (76%) memiliki permasalahan
dilakukan oleh Dinda(2015), dengan terkait ketidakmampuan dalam
judul hubungan religiusitas dengan menghadapi dan menyelesaikan
psychological well being pada santri. permasalahan, 9 orang (52%) mengalami
Hasil penelitian menunjukkan adanya aktifitas bullying, 10 orang (58%)
hubungan yang signifikan antara merasakan kurang mampu dalam
religiusitas dengan psychological well mengatur waktu, 15 orang (88%)
being, dimana religiusitas memiliki cenderung kurang berperan aktif dalam
sumbangan efektif sebesar 19% pada kegiatan pesantren sehingga hanya
psychological well being santri. Tingkat mengikuti pendapat dan keputusan orang
psychological well being pada subjek lain, 1 orang (5,8%) kurang memiliki
penelitian tersebut berada pada tingkat pemikiran terkait masa depan, dan 7
sedang. Mutiara juga menuliskan orang (46,6%) belum memiliki
terdapat 57 santri pindah dari pesantren, kesadaran dan pengembangan potensi
dalam rentang waktu bulan Januari yang dimiliki. Hal tersebut menunjukkan
sampai bulan Juli. Alasan para santri adanya permasalahan-permasalahan
memutuskan untuk pindah adalah yang terkait dengan kondisi psikologis
ketidakmampuan santri dalam siswa.
menyesuaikan diri dengan kegiatan yang Peneliti melakukan wawancara
diberlakukan pesantren, mengalami sebagai data penunjang penelitian,
kesulitan dalam mengontrol kegiatan berdasarkan hasil wawancara yang

193
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 190-212

dilakukan peneliti kepada salah satu Jenis kelamin; 7) Spiritualitas dan


dewan pengajar di pesantren, religiusitas.
narasumber mengatakan bahwa dari 32 Berdasarkan faktor-faktor
santri, terdapat 15 santri pada kelas yang tersebut peneliti lebih menekankan
ia bimbing melakukan pelanggaran kepada pada faktor spiritual yang dapat
sebanyak 10 kali dalam kurun waktu dua membentuk kesejahteraan psikologis
bulan. Pelanggaran yang dilakukan yakni individu dengan baik, karena spiritualitas
membawa hand phone dan merokok, hal merupakan karakter yang ditonjolkan
ini berakibat pada munculnya hubungan dalam madrasah aliyah dan pesantren
yang tidak positif pada santri yang dalam rangka pengembangan pendidikan
melanggar peraturan dengan santri berbasis agama Islam pada siswa.
lainnya, dan juga kepada pengurus Spiritual juga merupakan salah satu
pondok pesantren. Pelanggaran lain yang unsur dari makna kesehatan manusia.
dilakukan santri yakni meninggalkan Tahun 1947 World Health Organization
asrama tanpa seizin pengurus dan (WHO) memberikan batasan sehat
meninggalkan pengajian. Hal ini terdiri dari 3 (tiga) aspek yaitu sehat fisik
menunjukkan kurangnya penguasaan (organobiologi), sehat mental
lingkungan dan pengembangan pribadi (psikologik/psikiatrik) dan sehat sosial.
pada santri. Wawancara pada dewan Pengertian ini berubah pada tahun 1984,
pengajar di pondok pesantren batasan sehat tersebut sudah ditambah
dilaksanakan pada tanggal 2 mei 2016. dengan aspek agama (spiritual), yang
Berdasarkan data tersebut, oleh American Psychiatric Assosiation
menunjukkan bahwa kondisi (APA) dikenal dengan rumusan “bio-
kesejahteraan psikologis pada santri saat psiko-sosio-spiritual”.
ini belum berkembang dengan baik. Hal Spiritualitas sendiri berasal dari
ini dapat disebabkan oleh beberapa kata latin yakni spiritus yang berarti roh,
faktor yang berpengaruh terhadap jiwa, semangat. Pengenalan kata ini dar
kesejahteraan psikologis santri. Faktor- bahasa inggris yakni spirituality, yang
faktor kesejahteraan psikologis menurut kemudian di adopsi kedalam bahasa
(Amawdyati, 2007) yaitu: 1) Latar indonesia menjadi spiritualitas.
belakang budaya; 2) Kelas sosial Spiritualitas adalah suatu hubungan
ekonomi; 3) Tingkat pendidikan dan manusia dengan Tuhannya, pada
pekerjaan; 4) Kepribadian; 5) Usia; 6) hakikatnya spiritualitas berarti hidup

194
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 190-212

berdasarkan atau menurut roh dimana hipotesis yang diasumsikan pada


roh ini merupakan Allah SWT, sehingga penelitian ini. Hipotesis tersebut yakni:
hidup manusia berhubungan dengan a. Terdapat hubungan antara
Yang Transenden (Hadjana, 2003). spiritualitas dengan kesejahteraan pada
Spiritualitas ada pada diri siswa di lembaga pendidikan berbasis
manusia, dimana spiritualitas merupakan agama pesantren dan non
dimensi yang paling besar dan pesantren/MAN dalam segi psikologis.
berpengaruh pada diri manusia itu b. Terdapat perbedaan kondisi
sendiri. ketika dorongan-dorongan kesejahteraan psikologis pada siswa di
spiritualitas berkembang maka lembaga pendidikan agama pesantren
“ego/aku/nafs” akan semakin memudar. dan non pesantren/MA.
Hal ini dikarenakan tabir spiritualitas Penelitian terdahulu dilakukan
manusia mulai terbuka dan menyentuh (Lesmana, 2013) dengan judul hubungan
kepekaan suatu kehidupan. Spiritualitas antara harga diri dan tingkat stres dengan
sangatlah penting bagi manusia, karena psychological well being pada remaja di
spiritualitas akan meningkatkan panti asuhan Muhammadiyah Wiyung
kesehatan dan kualitas hidup seseorang. dan Karangpilang Surabaya. Metode
Berdasarkan uraian di atas, yang dilakukan adalah metode
peneliti tertarik untuk melihat hubungan kuantitatif, dengan jumlah subjek 52
antara kesejahteraan psikologis yang orang. Teknik pengambilan subjek pada
ditinjau dari spiritualitas pada siwa penelitian ini yakni total teknik sampel.
pesantren dan non pesantren. Penelitian Hasil pada penelitian ini menunjukkan
ini akan meneliti perbedaan bahwa ada hubungan yang signifikan
kesejahteraan psikologis pada siswa dan positif antara harga diri, tingkat stres
pesantren dan madrasah. Hal tersebut dan Psychological well being pada
berlandaskan pada pendidikan pesantren remaja di panti asuhan muhammadiyah
dan madrasah merupakan pendidikan wiyung dan karang pilang Surabaya.
berbasis agama yang menonjolkan Kekuatan hubungan harga diri dan
spiritalitas. tingkat stres dengan Psychological well
Berdasarkan uraian yang telah being sebesar 81% yang berarti ada
dijelaskan, serta adanya keterkaitan variabel lain yang tidak diamati dalam
antara variabel tergantung dengan penelitian ini sebesar 19% yang
variabel bebas, peneliti memiliki

195
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 190-212

mempengaruhi Psychological Well favorable adalah pernyataan yang


Being. mendukung atribut yang diukur atau
Metode biasa disebut kalimat positif, sedangkan
Identifikasi subjek aitem unfavorable adalah item yang
Populasi pada penelitian ini berisi pernyataan yang tidak mendukung
adalah santri pondok pesantren X di atribut yang diukur atau biasa disebut
Kabupaten Cirebon dan pelajar kalimat negatif (Suseno, 2012). Skala
Madrasah Aliyah Negri (MAN) X pada penelitian ini disusun berdasarkan
Cirebon. Teknik pengambian sampel skala likert, dimana alternatif jawaban
pada penelitian ini menggunakan teknik yang digunakan mengguknakan 4
purposive sampling, yakni subjek di ketegori. Kategori jawaban yang
dalam populasi memiliki kesempatan digunakan yanki Sangat Sesuai (SS),
yang sama untuk dijadikan sampel Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat
penelitian. Adapun karakteristik subjek Tidak Sesuai (STS).
pada penelitian ini adalah: Metode penelitian
a. Subjek yang menempuh Penelitian ini menggunakan
pendidikan di MA maupun pesantren pendekatan kuantitatif. Validitas
telah mgenyam pendidikan minimal 2 merupakan sejauh mana ketepatan dan
tahun. kecermatan suatu skala psikologi itu
b. Memiliki rentang usia 15-18 mampu menghasilkan data yang akurat.
tahun. Suatu instrument dapat dikatakan
c. Pada populasi pesantren, subjek memiliki validitas yang tinggi apabila
tinggal di pesantren. instrument tersebut memberikan hasil
d. Pada populasi MAN/Non ukur yang sesuai dengan maksud yang
pesantren, subjek tidak tinggal di dilakukannya pengukuran, pada
pesantren penelitian ini menggunakan validitas isi.
Instrumen penelitian Validtas isi adalah validitas yang
Metode pengumpulan data pada diestimasi melalui pengujian terhadap
penelitian ini menggunakan skala aitem melalui professional judgement.
MAN/Non pesantren dan skala Professional judgement di dalam
spiritualitas. Kedua skala tersebut terdiri penelitian ini peneliti melibatkan dosen
dari dua pernyataan yang bersifat psikologi yang dipandang ahli dalam
favorable dan unfavorable. Aitem bidang psikologi.(Azwar, n.d.) Peneliti

196
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 190-212

juga melakukan seleksi aitem pada skala product moment dan independen sample
kesejahteraan psikologis dan t test. Pearson product moment
spiritualitas. Batas daya diskriminasi merupakan teknik statistik untuk
yang digunakan dalam menyeleksi aitem melakukan pengujian ada tidaknya
yakni 0,25. Berdasarkan hasil dari proses hubungan antara variable tergantung
penyeleksian aitem pada skala, dapat yang bersifat interval atau ratio
dilihat di bawah ini: berdasarkan satu variabel bebas yang
Pengujian reliabilitas digunakan bersifat interval atau ratio. Independen
melalui analisis alpha cronbach. sample t test juga merupakan salah satu
Koefisien reliabilitas alat ukur yang teknik statistic, akan tetapi pengujian ini
dianggap memenuhi sntandar apabila dilakukan untuk mengatuhi ada tidaknya
koefisien mencapai minimal 0,90. Pada perbedan satu varibel yang bersifat
kasus tertentu, koefisian yang tidak nomila atau ordinal dengan variabel
mencapai 0,90 dapat dianggap cukup tergantung yang bersifat intefal atau
memenuhi standar (Azwar, 2010). Hasil ratio, data penelitian berdasarkan pada
dari uji reliabilitas yang dilakukan pada dua kelompok yang berbeda. Software
Skala Spiritualitas memperoleh nilai yang digunakan untuk mengolah data
sebesar 0,907, sedangkan pada Skala pada penelitian ini adalah SPSS 16.0.
Kesejahteraan Psikologis memperoleh Hasil
nilai sebesar 0,898. Statistika deskriptif
Teknik analisis Secara terperinci skor hipotetik
Dalam melakukan uji hipotesis dan skor empirik pada MAN dapat
menggunakan teknik analisis pearson dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1.
Tabel deskripsi statistik skor Skala Spiritualitas dan kesejahteraan psikologis di MAN X
Variabel Jumlah Skor hipotetik Skor empirik
Aitem Max Min Mean SD Max Min Mean SD
Spiritualitas 30 120 30 90 15 113 68 124,5 7,5
kesejahteraan 32 128 32 96 16 122 76 137 7,6
psikologis
Keterangan :
Max : Maksimal SD : Standard Deviasi
Min : Minimal
Mean : Rerata

197
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 190-212

Variabel spiritualitas terdiri dari di atas menunjukkan bahwa mean


30 aitem sehingga memiliki skor empirik kedua variabel penelitian lebih
hipotetik terendah sebesar 1 x 30 = 30, besar dibandingkan dengan mean
skor tertinggi sebesar 4 x 30 = 120, hipotetiknya, hal tersebut
mean sebesar (30 + 120) : 2 = 90 dan mengindikasikan bahwa siswa MAN X
standard deviasi sebesar (120 – 30) : 6 = Cirebon memiliki hubungan spiritualitas
15. Variabel kesejahteraan psikologis dan kesejahteraan psikologis pada
sendiri terdiri dari 32 aitem sehingga kategori yang tinggi. Setelah kategorisasi
memiliki skor hipotetik terendah sebesar subjek pada MAN X, dilakukan pula
1 x 32 = 32, skor tertinggi sebesar 4 x 32 kategorisasi subjek pada pesantren X.
= 128, mean sebesar (32 + 128) : 2 = 96 Adapun rincian skor hipotetik dan skor
dan standard deviasi sebesar (128 – 32) : empirik pada pesantren X dapat dilihat
6 = 16. pada tabel di bawah ini:
Berdasarkan hasil deskripsi
statistik skor hipotetik dan skor empirik
Tabel 2.
Tabel deskripsi statistik skor Skala Spiritualitas dan Spyhcological well being di Pesantren X
Jumlah Skor hipotetik Skor empirik
Variabel
Aitem Max Min Mean SD Max Min Mean SD
Spiritualitas 30 120 30 90 15 113 68 124,5 7,5
kesejahteraan 32 128 32 96 16 122 76 137 7,6
psikologis

Keterangan : sendiri terdiri dari 32 aitem sehingga


Max : Maksimal memiliki skor hipotetik terendah sebesar
Min : Minimal 1 x 32 = 32, skor tertinggi sebesar 4 x 32
Mean : Rerata = 128, mean sebesar (32 + 128) : 2 = 96
SD : Standard Deviasi dan standard deviasi sebesar (128 – 32) :
Variabel spiritualitas terdiri dari 6 = 16.
30 aitem sehingga memiliki skor Berdasarkan hasil deskripsi
hipotetik terendah sebesar 1 x 30 = 30, statistik skor hipotetik dan skor empirik
skor tertinggi sebesar 4 x 30 = 120, di atas menunjukkan bahwa mean
mean sebesar (30 + 120) : 2 = 90 dan empirik kedua variabel penelitian lebih
standard deviasi sebesar (120 – 30) : 6 = besar dibandingkan dengan mean
15. Variabel kesejahteraan psikologis hipotetiknya, hal tersebut

198
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 190-212

mengindikasikan bahwa siswa pesantren yang dikehendaki, namun sebelum itu


memiliki tingkat hubungan spiritualitas perlu ditetapkan terlebih dahulu batasan
dan Skala Kesejahteraan Psikologis yang yang akan digunakan berdasarkan
tinggi. standar skor hipotetik. Cara menentukan
Kategorisasi Data kategorisasi data ke dalam 5 kategori
Penentuan kategorisasi rumus norma yang digunakan dapat
didasarkan pada tingkat diferensiasi dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.
Tabel rumus perhitungan presentasi kategorisasi
Kategorisasi Rumus norma
Sangat tinggi M + 1,8 SD < X
Tinggi M + 0,6 SD < X < M + 1,8 SD
Sedang M – 0,6 SD < X < M + 0,6 SD
Rendah M – 1,8 SD < X < M – 0,6 SD
Sangat rendah X < M – 1,8 SD
Keterangan : Kategorisasi data di MAN X
X : Skor total Kategorisasi Skala Spiritualitas
SD : Stadard Deviasi Perolehan kategorisasi berdasarkan pada
M : Mean hasil dari Skala Spiritualitas, dapat
Berdasarkan data yang diperoleh dilihat pada tabel di bawah ini:
yang dilakukan pada dua tempat
penelitian, berikut merupakan data
pengkategorisasian subjek:
Tabel 4.
Tabel kategorisasi skala spiritualitas di MAN X
Kategorisasi Rentang Skor Jumlah Subjek Presentase
Sangat tinggi 117 < X 0 0%
Tinggi 99 < X < 117 3 6,6%
Sedang 81< X < 99 36 80%
Rendah 63 < X < 81 6 13,3%
Sangat rendah X < 63 0 0%
Berdasarkan tabel data di atas, da tidak satu pun subjek yang masuk dalam
pat diketahui bahwa 3 subjek kategori ini atau dalam presentase
(6,6%) memiliki tingkat spiritualitas dianggap (0 %). Hasil pada tabel di atas
dalam kategori tinggi, 36 subjek (80%) dapat disimpulkan bahwa mayoritas
termasuk ke dalam kategori sedang, (80%) siswa kelas XII MAN memiliki
sedangkan 6 subjek (13,3%) termasuk ke spiritualitas yang cukup baik di dalam
dalam kategori rendah, dan untuk kehidupannya.
kategori sangat tinggi dan sangat rendah

199
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 190-212

Kategorisasi Skala Kesejahteraan Kesejahteraan psikologis, dapat dilihat


psikologis pada tabel di bawah ini:
Perolehan kategorisasi
berdasarkan pada hasil dari Skala
Tabel 5.
Tabel kategorisasi skala kesejahteraan psikologis di MAN X
Kategorisasi Rentang Skor Jumlah Subjek Presentase
Sangat tinggi 124 < X 0 0%
Tinggi 105 < X < 124 9 20%
Sedang 86 < X < 105 29 64,4%
Rendah 67 < X < 86 7 15,5%
Sangat rendah X < 67 0 0%

Berdasarkan tabel data di atas, pada tabel di atas dapat disimpulkan


dapat diketahui bahwa 9 subjek (20%) bahwa mayoritas (64,4%) siswa kelas
memiliki kondisi kesejahteraan XII MAN memiliki kondisi
psikologis dalam kategori tinggi, 29 kesejahteraan psikologis yang cukup
subjek (64,4%) termasuk ke dalam baik di dalam kehidupannya.
kategori sedang, sedangkan 7 subjek Kategorisasi data di pesantren
(15,5%) termasuk ke dalam kategori Kategorisasi Skala Spiritualitas
rendah, dan untuk kategori sangat tinggi Perolehan kategorisasi berdasarkan pada
dan sangat rendah tidak satu pun subjek hasil dari Skala Spiritualitas, dapat
yang masuk dalam kategori ini atau dilihat pada tabel di bawah ini:
dalam presentase dianggap (0 %). Hasil
Tabel 6.
Tabel kategorisasi skala spiritualitas di Pesantren X
Kategorisasi Rentang Skor Jumlah Subjek Presentase
Sangat tinggi 117 < X 0 0%
Tinggi 99 < X < 117 8 17,7%
Sedang 81< X < 99 33 73,3%
Rendah 63 < X < 81 4 8,8%
Sangat rendah X < 63 0 0%
Berdasarkan tabel data di atas, dalam kategori rendah, dan untuk
dapat diketahui bahwa 8 subjek (17,7%) kategori rendah dan sangat rendah tidak
memiliki tingkat spiritualitas dalam satu pun subjek yang masuk dalam
kategori tinggi, 33 subjek (73,3%) kategori ini atau dalam presentase
termasuk ke dalam kategori sedang, dianggap (0 %). Hasil pada tabel di atas
sedangkan 4 subjek (8,8%) termasuk ke dapat disimpulkan bahwa mayoritas

200
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 190-212

(73,3%) siswa pesantren memiliki Perolehan kategorisasi


spiritualitas yang cukup baik di dalam berdasarkan pada hasil dari Skala
kehidupannya. Kesejahteraan psikologis, dapat dilihat
Kategorisasi Skala Kesejahteraan pada tabel di bawah ini:
Psikologis
Tabel 7.
Tabel kategorisasi skala kesejahteraan psikologis di Pesantren X
Kategorisasi Rentang Skor Jumlah Subjek Presentase
Sangat tinggi 124 < X 0 0%
Tinggi 105 < X < 124 7 15,5%
Sedang 86 < X < 105 35 77,7%
Rendah 67 < X < 86 3 6,6%
Sangat rendah X < 67 0 0%
Berdasarkan tabel data di atas, bahwa mayoritas siswa kelas pesantren
dapat diketahui bahwa 7 subjek (15,5%) memiliki kondisi kesejahteraan
memiliki kondisi kesejahteraan psikologis yang baik di dalam
psikologis dalam kategori tinggi, 35 kehidupannya dengan prosentase
subjek (77,7%) termasuk ke dalam sebnyak 77,7%
kategori sedang, sedangkan 3 subjek Hasil uji asumsi
(6,6%) termasuk ke dalam kategori Uji Asumsi Data Penelitian di MAN
rendah, dan untuk kategori sangat tinggi Hasil uji normalitas Skala
dan sangat rendah tidak satu pun subjek Spiritualitas dan kesejahteraan
yang masuk dalam kategori ini atau psikologis dapat dilihat pada tabel
dalam presentase dianggap (0 %). Hasil dibawah ini :
pada tabel di atas dapat disimpulkan
Tabel 8.
Uji normalitas di MAN X
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Indikasi
Variabel
Spiritualitas 0,200 0,603 Normal
Kesejahteraan 0,200 0,682 Normal
psikologis

Berdasarkan hasil dari tabel uji dengan demikian dapat disimpulkan


normalitas di atas dapat dilihat bahwa bahwa sebaran data Skala Spiritualitas
hasil untuk Skala Spiritualitas memiliki bersifat normal. Hasil dari Skala
nilai p sebesar 0,603 (p>0,05) dan nilai Kesejahteraan psikologis memiliki nilai
Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,200, p sebesar 0,682 dan nilai Kolmogorov-

201
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 190-212

Smirnov Z sebesar 0,200 dengan Hasil data uji linearitas skala


demikian dapat disimpulkan bahwa Skala Spiritualitas dan kesejahteraan
sebaran data pada Skala Kesejahteraan psikologis dapat dilihat di bawah ini :
psikologis juga bersifat normal.
Tabel 9.
Uji linearitas di MAN X
Sig. Linearity (P) Deviation Keterangan
Variabel from linearity
Spiritualitas dan 0,000 0,752 Linear
kesejahteraan
psikologis

Hasil dari uji linear di atas dapat psikologis pada penelitian ini dinyatakan
dilihat bahwa nilai P(deviation from linear) linear.
sebesar 0,752 (P > 0,05) dan nilai P (Sig. Hasil data uji homogenitas Skala
Linear) sebesar 0,000 (P < 0,05). Spiritualitas dan kesejahteraan
Berdasarkan hasil tersebut dapat psikologis dapat dilihat di bawah ini :
disimpulkan bahwa hubungan antara
spiritualitas dengan kesejahteraan
Tabel 10.
Uji homogenitas di MAN X

Levene Statistic P Sig.


0,0
2.036 .059
5

Hasil dari uji homogenitas di atas Uji Asumsi Data Penelitian di Pesantren
dapat dilihat bahwa nilai P sebesar 0,059 Hasil uji Skala Spiritualitas dan
(P > 0,05). Berdasarkan hasil tersebut kesejahteraan psikologis dapat dilihat
dapat disimpulkan bahwa hubungan pada tabel dibawah ini :
antara spiritualitas dengan kesejahteraan
psikologis pada penelitian ini dinyatakan
homogen.
Tabel 11.
Uji normalitas di Pesantren X
Kolmogorov- Asymp. Indikasi
Variabel Smirnov Z Sig. (2-tailed)
Spiritualitas 0,200 0,173 Normal
Kesejahteraan psikologis 0,200 0,518 Normal

202
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 190-212

Berdasarkan hasil dari tabel uji p sebesar 0,518 dan nilai Kolmogorov-
normalitas di atas dapat dilihat bahwa Smirnov Z sebesar 0,200 dengan
hasil untuk Skala Spiritualitas memiliki demikian dapat disimpulkan bahwa
nilai p sebesar 0,173 (p>0,05) dan nilai sebaran data pada Skala Kesejahteraan
Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,200, psikologis juga bersifat normal.
dengan demikian dapat disimpulkan Hasil data uji linearitas skala
bahwa sebaran data Skala Spiritualitas Skala Spiritualitas dan kesejahteraan
bersifat normal. Hasil dari Skala psikologis dapat dilihat di bawah ini :
Kesejahteraan psikologis memiliki nilai
Tabel 12.
Uji linearitas pesantren di Pesantren X
Sig. Linearity Deviation from linearity Keterangan
Variabel (P)
Spiritualitas dan 0,000 0,157 Linear
kesejahteraan
psikologis
Hasil dari uji linear di atas dapat tersebut. Hasil uji homogenitas P > 0,05
dilihat bahwa nilai P(deviation from linear) dapat dikatakan bahwa data penelitian
sebesar 0,157 (p >0,05) dan nilai P (Sig. homogeny, sedangkan hasil P < 0,05
Linear) sebesar 0,000 (p < 0,05). data penelitian dapat dinyatakan tidak
Berdasarkan hasil tersebut dapat homogeny. Ketika uji homogenitas
disimpulkan bahwa hubungan antara terpenuhi, maka pengolahan data dapat
spiritualitas dengan kesejahteraan menggunakan uji statistik parametrik,
psikologis pada penelitian ini dinyatakan sedangkan apabila uji homogenitas tidak
linear. terpenuhi pengolahan data menggunakan
Uji homogenitas dilakukan untuk non parametrik. Hasil data uji
mengatahui homogen atau tidaknya homogenitas Skala Spiritualitas dan
kelompok dalam penelitian, apabila kesejahteraan psikologis dapat dilihat di
kelompok yang akan dibedakan dalam bawah ini :
penelitian tersebut homogen maka dapat Tabel 13.
diketahui bahwa kedua atau lebih dari Uji homogenitas di Pesantren X

kelompok tersebut sama, sehingga Levene Statistic P Sig.

variabel bebas mempengaruhi apabila 1.765 0,05 .077

ada perbedaan pada dua kelompok

203
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 190-212

Hasil dari uji homogenitas di atas pertama dengan teknik analisis data
dapat dilihat bahwa nilai P sebesar 0,077 korelasi parametrik yaitu teknik korelasi
(P > 0,05). Berdasarkan hasil tersebut pearson product moment dengan
dapat disimpulkan bahwa hubungan menggunakan sebuah program komputer
antara spiritualitas dengan kesejahteraan aplikasi SPSS 16 for windows, dengan
psikologis pada penelitian ini dinyatakan dilakukannya uji hipotesis ini, untuk
homogen. mengetahui ada atau tidak hubungan
Uji Hipotesis antara variabel spiritualitas dengan
Uji korelasi data penelitian di MAN kesejahteraan psikologis. Setelah
Terpenuhinya uji asumsi yang dilakukan uji hipotesis, hasilnya dapat
sudah dilakukan, menandakan bahwa dilihat pada tabel dibawah ini :
data yang dihasilkan bersifat perametrik
sehingga peneliti melakukan pengujian
terhadap hipotesis penelitian yang

Tabel 14.
Tabel uji korelasi data penelitian di Pesantren
spiritual pswb
Spiritualitas Pearson Correlation 1 .794
Sig. (2-tailed) .000
N 45 45
Pswb Pearson Correlation .794 1
Sig. (2-tailed) .000
N 45 45

Hasil analisis data diatas psikologis pada siswa MA. Semakin


menunjukkan bahwa, korelasi antara tinggi spiritualitas maka semakin tinggi
variabel spiritualitas dengan juga tingkat kesejahteraan psikologis,
kesejahteraan psikologis memiliki nilai r sebaliknya semakin rendah spiritualitas
sebesar 0,794 dan nilai p sebesar 0,000 maka semakin rendah juga kesejahteraan
(P < 0,05). Berdasarkan hasil tersebut psikologis.
dapat ditarik kesimpulan bahwa Peneliti kemudian melakukan
hipotesis ke satu yang diajukan oleh analisis kembali untuk mengetahui
peneliti diterima, dimana ada hubungan seberapa besar sumbangan efektif
positif yang sangat signifikan antara variabel hubungan spiritualitas dengan
spiritualitas dengan kesejahteraan variabel kesejahteraan psikologis, dan

204
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 190-212

hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah


ini :
Tabel 15.
Tabel sumbangan efektif variabel penelitian
Std. Error of
Model R R Square Adjusted R Square
the Estimate
1 .794 .631 .623 6.881

Hasil di atas menunjukkan bahwa data yang dihasilkan bersifat perametrik


sumbangan efektif R square sebesar sehingga peneliti melakukan pengujian
0,631, berdasarkan hasil tersebut dapat terhadap hipotesis penelitian dengan
disimpulkan bahwa sumbangan efektif teknik analisis data korelasi parametrik
spiritualitas tehadap kesejahteraan yaitu teknik korelasi pearson product
psikologis sebesar 63,1%. Hal ini moment dengan menggunakan sebuah
menunjukkan bahwa spiritualitas program komputer aplikasi SPSS 16 for
berperan sebesar 63,1% terhadap windows. Pengujian hipotesis yang ke
kesejahteraan psikologis dan sisanya dua untuk mengetahui ada atau tidak
sebesar 36,9% ditentukan oleh faktor- hubungan antara variabel spiritualitas
faktor lain yang tidak diungkapkan di dengan kesejahteraan psikologis. Setelah
dalam penelitian ini. dilakukan uji hipotesis, hasilnya dapat
Uji korelasi data penelitian di pesantren dilihat pada tabel dibawah ini :
Terpenuhinya uji asumsi yang
sudah dilakukan, menandakan bahwa
Tabel 16.
Tabel uji korelasi data penelitian di Pesantren
spiritual pswb
Spiritualitas Pearson Correlation 1 .742
Sig. (2-tailed) .000
N 45 45
Pswb Pearson Correlation .742 1
Sig. (2-tailed) .000
N 45 45

Hasil analisis data diatas sebesar 0,742 dan nilai p sebesar 0,000
menunjukkan bahwa, korelasi antara (P < 0,05). Berdasarkan hasil tersebut
variabel spiritualitas dengan dapat ditarik kesimpulan bahwa
kesejahteraan psikologis memiliki nilai r hipotesis ke dua yang diajukan oleh

205
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 190-212

peneliti diterima, dimana ada hubungan Peneliti kemudian melakukan


positif yang sangat signifikan antara analisis kembali untuk mengetahui
spiritualitas dengan kesejahteraan seberapa besar sumbangan efektif
psikologis pada siswa pesantren. variabel hubungan spiritualitas dengan
Semakin tinggi spiritualitas maka variabel kesejahteraan psikologis, dan
semakin tinggi juga tingkat hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah
kesejahteraan psikologis, sebaliknya ini :
semakin rendah spiritualitas maka
semakin rendah juga kesejahteraan
psikologis.
Tabel 17.
Tabel sumbangan efektif variabel penelitian
Std. Error of
Model R R Square Adjusted R Square
the Estimate
1 .742” .551 .541 5.744

Hasil di atas menunjukkan bahwa perbandingan kesejahteraan psikologis


sumbangan efektif R square sebesar pada siswa MA dan pesantren. Pengujian
0,551, berdasarkan hasil tersebut dapat ini dilakukan menggunakan teknik
disimpulkan bahwa sumbangan efektif analisis data korelasi yakni independent
spiritualitas tehadap kesejahteraan sample t test, teknik ini untuk
psikologis sebesar 55,1%. Hal ini mengatahui perbedaan dari satu variabel
menunjukkan bahwa spiritualitas tergantung yang bersifat interval atau
berperan sebesar 55,1% terhadap ratio yang disebabkan oleh satu variabel
kesejahteraan psikologis dan sisanya yang bersifat nominal atau ordinal, pada
sebesar 44,9% ditentukan oleh faktor- pengujian ini data berasal dari dua
faktor lain yang tidak diungkapkan di kelompok yang berbeda (Suseno, 2012).
dalam penelitian ini. Hasil hipotesis yang telah diuji dapat
Uji kompasrasi dilihat pada tabel di bawah ini:
Uji hipotesis yang ke tiga
dilakukan untuk mengetahui
Tabel 18.
Tabel Uji hipotesis tiga
Variabel Nilai T P < 0,05 Signifikansi
Jenis sekolah 5.407 P = 0,000 Signifikan

206
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 190-212

Berdasarkan tabel di atas, dapat X hasil uji korelasi antara spiritualitas


dilihat bahwa indeks perbedaan (T) dengan kesejahteraan psikologis
kesejahteraan psikologis pada siswa MA menunjukkan nilai r sebesar 0,742 dan
dan pesantren sebesar 5.407 dengan taraf nilai p sebesar 0,000 (P < 0,05). Hal ini
signifikansi (P) sebesar 0,000 (P < 0,05). sejalan dengan teori dikatakan oleh
Berdasarkan analisis dapat diketahui (Amawdyati, 2007) bahwa kesejahteraan
mean pada siswa MAN sebesar 133,71 psikologis sesorang salah satunya
sedangkan pada siswa pesantren sebesar dipengaruhi oleh spiritualitas.
120,10. Hal tersebut dapat disimpulkan Kondisi spiritual yang baik
bahwa terdapat perbedaan kondisi merupakan salah satu bagi seseorang
kesejahteraan psikologis pada siswa, untuk mendapatkan kondisi
dimana siswa MAN lebih tinggi kesejahteraan psikologis yang baik. Hal
dibandingkan dengan siswa pesantren. tersebut sejalan dengan pendapat Coyte
Hal ini pula menunjukkan bahwa (Mujib, 2011) bahwa spiritualitas
hipotesis ke tiga ditrima, dimana merupakan suatu petunjuk individu
terdapat perbedaan kondisi kesejahteraan dalam memahami eksistensinya untuk
psikologis pada siswa di lembaga mengarahkan dan memaknai
pendidikan berbasis agama pesantren kehidupannya. Pada kehidupan manusia,
dan non pesantren. spiritualitas berhubungan pula dengan
Diskusi tujuan, pengetahuan, kebermaknaan,
Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan individu dengan lainnya,
bahwa spiritualitas menjadi salah satu cinta, dan perasaan terhadap ke Illahian.
faktor yang memiliki hubungan dengan Berdasarkan hasil kategorisasi
kesejahteraan psikologispada siswa di data di MAN X dan Pesantren X, siswa
lembaga pendidikan agama pesantren memiliki spiritualitas dan kesejahteraan
dan non pesantren. Hal tersebut psikologis pada kategori yang sedang.
ditunjukkan melalui hasil analisis Hal ini dimungkinkan karena adanya
statistik, pada siswa MAN X hasil dari spiritualitas yang baik mampu
uji korelasi antara spiritualitas dengan meningkatkan kondisi kesejahteraan
kesejahteraan psikologis yakni dengan psikologis siswa yang baik. Spiritualitas
nilai r sebesar 0,794 dan nilai p sebesar merupakan dorongan dari dalam diri
0,000 (P < 0,05). Adapun pada pesantren dalam rangka memenuhi kebutuhan

207
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 190-212

dasar yang transenden dan mendekati Hasil dari penelitian ini


Zat Yang Maha Tinggi, dan merupakan menujukkan bahwa spiritualitas pada
sebuah proses dalam kehidupan siswa di MAN X memiliki peran sebesar
individu, berupa makna dan tujuan, yang 63,1% di dalam kesejahteraan psikologis
ke semuanya berdampak pada individu dan sisanya sebesar 36,9% dapat
lain dan lingkungannya (Nurtjahjanti, disebabkan oleh faktor-faktor lainnya.
2010). Sedangkan pada siswa di pesantren X,
Seseorang dengan kesejahteraan spiritualitas memiliki peran sebesar
psikologis yang baik, akan 55,1% di dalam kesejahteraan psikologis
meningkatkan kehidupan yang lebik baik dan sisanya sebesar 44,9% dapat
dimana ia memiliki kesadaran akan disebabkan oleh faktor-faktor lainnya
potensi dan kekurangan yang ia miliki, yang tidak diungkapkan di dalam
mampu menerima diri apa adanya, penelitian ini. Adapun faktor lain yang
mampu mengembangkan eksistensi di yang berperan dalam kesejahteraan
masyarakat, dan lain sebagainya. Hal ini psikologis yakni seperti yang telah
selaras dengan yang diungkapkan oleh diungkapkan oleh (Amawdyati, 2007)
(Angraeni & Cahyanti, 2012) bahwa yakni latar belakang budaya, sosial,
kesejahteraan psikologis tingkat ekonomi, pendidikan dan
menggambarkan kondisi kesehatan pekerjaan, dan jenis kelamin.
psikologis individu, dimana Salah satu hipotesis yang
kesejahteraan psikologis merupakan diajukan dalam penelitian ini adalah
sebuah konstruk dalam psikologi. terdapat perbedaan kesejahteraan
Konstruk tersebut merupakan suatu psikologis di lembaga pendidikan
kemampuan individu dalam menerima berbasis agama pesantren dan non
diri apa adanya, membentuk hubungan pesantren. Hasil penelitian secara
yang hangat dengan orang lain, mandiri deskriptif, kesejahteraan psikologis di
terhadap tekanan sosial, dan mengontrol MAN X dan pesantren X tidak memiliki
lingkungan eksternal. Hal lain yang perbedaan, dimana keduanya termasuk
dapat berkembang di dalam individu dalam kategori kesejahteraan psikologis
yakni ia merasakan memiliki arti dalam yang sedang. Adapun secara anailisis
hidup dan merealisasikan potensi statistik, siswa MAN X dan pesantren X
dirinya secara kontinyu. memiliki perbedaan, dengan indeks

208
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 190-212

perbedaan (T) kesejahteraan psikologis remaja semakin cakap dalam kehidupan


pada siswa sebesar 5.407 dengan taraf sosial yang semakin luas, dimana
signifikansi (P) sebesar 0,000 (P < 0,05). kehidupan sosial merupakan salah satu
Siswa MAN X dan Pesantren X bagian terpenting dalam kehidupan
memiliki sedikit perbedaan kondisi remaja. Sehingga hubungan remaja
kesejahteraan psikologis. Siswa MAN X dengan orangtua atau keluarga yang baik
memiliki kesejahteraan psikologis lebih dan suportif mampu berperan pada
baik dengan mean sebesar 133,71 perkembangan mereka.
dibandingkan dengan siswa pesantren X Menurut Cohen dan Wills
memiliki mean sebesar 120,10. Hal (Hasnani, 2012) mengatakan bahwa
tersebut menunjukkan bahwa hipotesis dukungan sosial memberikan dampak
tersebut di atas diterima, dimana terdapat positif bagi adaptasi individu. Individu
perbedaan kondisi kesejahteraan yang memiliki well being yang baik pada
psikologis pada siswa di lembaga umumnya memiliki sistem kekebalan
pendidikan berbasis agama pesantren yang tinggi. Sejalan dengan Eryilmaz
dan non pesantren, dimana siswa MAN (Hasnani, 2012), ia juga mengatakan
memiliki kesejahteraan psikologis yang bahwa pada umumnya sistem kekebalan
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang baik terdapat kesejahteraan
pesantren. psikologis. Sistem kekebalan tersebut
Hasil perbedaan dimana dapat diperoleh dengan penyesuaian diri
pesantren sedikit lebih rendah individu, sehingga individu dapat
dimungkinkan karenakan dukungan menjalani proses perkembangannya
sosial. Dukungan sosial didapatkan tidak dengan baik. Siswa MAN X yang
hanya dari teman sebaya, akan tetapi memiliki kondisi kesejahteraan
dukungan sosial juga tidak kalah psikologis lebih baik dibandingkan
pentingnya diberikan oleh orangtua atau dengan siswa pesantren X dapat
keluarga. Hal ini sejalan dengan disebabkan karena proses penyesuaian
Santrock (2003) yang memaparkan diri. Siswa pesantren dituntut
bahwa remaja tidak secara mudah menyesuaikan diri dengan segala
memasuki dunia yang terpisah dengan kegiatan dan peran barunya, dimana
orang tua atau keluarga. Keterikatan merekapun tidak tinggal dengan
mereka dengan orangtua memungkinkan keluarga. Padahal, salah satu sumber

209
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 190-212

kebahagiaan pada remaja adalah Hasil analisis dengan hipotesis


kesuksesan dalam proses adjustment tersebut di atas sesuai, akan tetapi hasil
(Hurlock, 2005). ini sedikit berbeda dengan temuan pada
Proses penyesuain diri pada studi pendahuluan yang dilakukan
remaja, menjadi sesuatu yang sulit peneliti. Perbedaan tersebut mungkin
dilakukan dibandingkan pada tahap saja dikarenakan: 1) Sampel pada studi
perkembangan lainnya. Hal ini sejalan pendahuluan hanya 37% dari sampel
dengan penelitian yang telah dilakukan penelitian, serta subjek pada studi
oleh Dinda (2015), dimana tingkat pendahuluan belum tentu menjadi subjek
kesejahteraan psikologis pada siswa pada sampel penelitian; 2) Jarak
pesantren termasuk dalam kategori melakukan studi pendahuluan dengan
sedang. Ia juga memaparkan bahwa pengambilan data selama 6 bulan. Pada
terdapat 57 santri pindah dari pesantren, rentan waktu tersebut lembaga
dalam rentang waktu bulan Januari pendidikan telah melaksanakan kenaikan
sampai bulan Juli. Alasan para santri kelas, sehingga pada saat itu siswa telah
memutuskan untuk pindah adalah mendapatkan evaluasi, dan pembinaan
ketidak mampuan santri dalam dari pihak lembaga pendidikan. Hal
menyesuaikan diri dengan kegiatan yang tersebut menunjukkan adanya proses-
diberlakukan pesantren, mengalami proses perbaikan pada kondisi yang
kesulitan dalam mengontrol kegiatan terkait eksternal yang mempengaruhi
sehari-hari sehingga mereka tidak kesejahteraan psikologis; 3) Proses studi
mampu mengendalikan lingkungan. pendahuluan merupakan proses
Penelitian yang dilakukan screening, dimana melihat
peneliti, dengan hipotesis terdapat kecenderungan gejala-gejala
perbedaan kesejahteraan psikologis di permasalahan yang mengarah pada
lembaga pendidikan berbasis agama kesejahteraan psikologis yang rendah
pesantren dan non pesantren diterima. dan ternyata kecenderungan tersebut
Pada hipotesis yang lain, yakni terdapat berkurang.
hubungan antara spiritualitas dengan Kesimpulan
kesejahteraan psikologis baik di Berdasarkan dari hasil penelitian
pesantren maupun MA, sehingga yang telah dikemukakan, maka dapat
hipotesis diterima. disimpulkan ada hubungan positif yang

210
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 190-212

signifikan antara spriritualitas dengan Hasil statistik menunjukkam


kesejahteraan psikologis baik di lembaga terdapat perbedaan kondisi kesejahteraan
pendidikan Pesantren maupun non psikologis pada siswa di lembaga
Pesantren/MAN. Hasil penelitian pendidikan berbasis agama pesantren
menunjukkan bahwa semakin tinggi dan non pesantren/MA, dimana indeks
spiritualitas maka semakin tinggi juga perbedaan (T) kesejahteraan psikologis
tingkat kesejahteraan psikologis, pada siswa MA dan pesantren sebesar
sebaliknya semakin rendah spiritualitas 5.407 dengan taraf signifikansi (P)
maka semakin rendah juga kesejahteraan sebesar 0,000 (P < 0,05) dan mean pada
psikologis. Hasil penelitian di MAN siswa MAN sebesar 133,71 sedangkan
dapat diketahui bahwa spiritualitas pada siswa pesantren sebesar 120,10.
memberikan sumbangan sebesar 63,1% Sehingga tingkat kesejahteraan
terhadap kesejahteraan psikologis pada psikologis subjek di MAN lebih tinggi
siswa, dan sisanya sebesar 36,9% dibandingkan dengan pesantren.
ditentukan oleh faktor lain. Kepustakaan
Adapun hasil penelitian di Affandi, B. (1999). ). Syaikh Ahmad
Pesantren dapat diketahui bahwa Syukati (1874-1943) Pembaharu
spiritualitas memberikan sumbangan Dan Pemurni Islam di Indonesia.
sebesar 55,1% terhadap kesejahteraan Jakarta: Al Kautsar.
psikologis pada siswa, dan sisanya Amawdyati. (2007). Religiusitas dan
sebesar 44,9% ditentukan oleh faktor Psychological Well‐Being Pada
lain. Faktor yang lain yang memiliki Korban Gempa. Jurnal Psikologi,
hubungan dengan kesejahteraan 34, 164–176. Retrieved from
psikologis yakni latar belakang budaya, https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/
sosial, tingkat ekonomi dan tingkat view/7095
pendidikan, kepribadian, pekerjaan, Angraeni, T., & Cahyanti, I. Y. (2012).
pernikahan, kondisi masa lalu Perbedaan Psychological Well-
seseorang terutama pola asuh keluarga, Being Pada Penderita Diabetes
kesehatan dan fungsi fisik, serta faktor Tipe2 Usia DewasaMadyaDitinjau
kepercayaan dan emosi, dan jenis dari Strategi Coping. Jurnal
kelamin. Psikologi Klinis Dan Kesehatan
Mental, 1(2). Retrieved from

211
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 190-212

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/1 Muhammadiyah Wiyung dan


10610180_6v.pdf Karangpilang Surabaya. Jurnal
Arifin, A. (2003). Memahami UNESA, 2(2).
Paradigma Baru Pendidikan Machali, I. (2012). Pengelolaan
Nasional Dalam Undang Undang Pendidikan Konsep, Prinsip dan
Sisdukna (Cetakan ke). Jakarta: Aplikasi dalam Mengelola Sekolah
Ditjen Kelembagaan Agama Islam dan Madrasah. Yogyakarta:
Departemen Agama. Kaukaba.
Azwar, S. Reliabilitas & Validitas. Mujib, A. (2011). Menggapai qulity of
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. life (QL) melalui islamis spiritual
Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala therapy (IST). Proceeding. Malang:
Psikologi. Pustaka Pelajar. Asosiasi Psikologi Islami, Fakultas
Daulay, H. . (2009). Sejarah Psikologi UIN Maulana Malik
Pertumbuhan dan Pendidikan Islam Ibrahim Dan UIN Malang Press.
di Indonesia. Jakarta: Kencana. Nurtjahjanti, H. (2010). Spiritualitas
Dhofier, Z. (n.d.). Tradisi Pesantren: Kerja Sebagai Ekspresi Keinginan
Study Pandangan Hidup Kyai dan Diri Karyawan Untuk Mencari
Visinya Mengenai Masa Depan Makna dan Tujuan Hidup dalam
Indonsia. Jakarta: LP3ES. Organisasi. Jurnal Psikologi Undip,
Hadjana, N. R. (2003). Peranan 1(1). Retrieved from
Kesulitan Ekonomi, Kepuasan https://ejournal.undip.ac.id/index.ph
Kerja dan Religiusitas terhadap p/psikologi/article/view/2944/2630
Kesejahteraan Psikologi. Jurnal Qomar, M. (2005). Pesantren Dari
Psikologi, (2), 72–80. Transformasi Metodologi Menuju
Hasnani, F. (2012). Spiritualitas Dan Demokratisasi Institusi. Jakarta:
Kualitas Hidup Penderita Kanker Erlangga.
Serviks. Jurnal Health Quality, Suseno, M. (2012). Statistika: Teori dan
3(2), 69–140. Aplikasi unutk Penelitian Ilmu
Lesmana. (2013). Hubungan Antara Sosial dan HumaniorA.
Harga Diri dan Tingkat Stres Yogyakarta: Ash-Shaff.
dengan Psychological Well Being
Pada Remaja di Panti Asuhan

212

You might also like