Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 22

MAKALAH

“Perkembangan Awal Peradaban Islam Di Asia Tenggara”


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
(Dosen Pengampu : Muh Adam S.Sy., S.Me)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10

Veby Saphira 2021612023

Nurlina 2021612009

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “Perkembangan awal peradaban islam di Asia tenggara” tepat pada waktunya.

Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW. Manusia istimewa yang seluruh perilakunya patut untuk diteladani dan seluruh
ucapannya adalah kebenaran.

Tugas makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban
Islam Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Al Asyariah Mandar.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat hambatan dan
kesulitan yang dihadapi penulis, tetapi dengan semangat, kegigihan dan arahan dari berbagai
pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik serta saran pembaca yang sifatnya membangun sangat diharapkan
demi kesempurnaan tugas ini.

Polewali, 12 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................3
C. Tujuan........................................................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................................................................4
A. Penyebaran Islam di Asia Tenggara...........................................................................................4
B. Perkembangan Keagamaan dan Peradaban Islam di Asia Tenggara........................................8
C. Negara-Negara Islam di Asia Tenggara...................................................................................11
BAB III................................................................................................................................................18
PENUTUP...........................................................................................................................................18
A. Kesimpulan..............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai fenomena sosial, agama Islam pertama kali muncul di Jazirah Arab pada abad
ke-7 Masehi. Nabi Muḥammad s.a.w, adalah orang yang mula-mula memperkenalkan
agama Islam kepada peduduk kota Makkah. Hanya dalam kurun waktu dua dekade dari
awal dakwahnya, Nabi Muhammad s.aw. telah berhasil menjadikan umat Islam menyebar
begitu pesat sehingga sampai ke luar Jazirah Arab. Jika dilihat pada peta modern
penyebaran umat Islam di seluruh dunia, maka kawasan Asia dan Afrika adalah wilayah
yang paling dominan. Islam tumbuh berkembang tidak hanya menjadi sistem kepercayaan
atau agama yang dianut masyarakat, tetapi juga menjadi sebuah peradaban dengan banyak
imperium/kerajaan sepeninggal Nabi Muhammad s.aw. dan generasi awal sahabatnya.
Kerajaan Umayyah, kerajaan Abbasiyah pada periode awal hingga kerajaan Turki
Usmani, Kerajaan Safawi, dan kerajaan Mughal pada periode akhir adalah imperium-
imperium kuat dan besar di dunia yang pernah menguasai wilayah Semenanjung Balkan
dan Eropa Tengah di Utara sampai wilayah Afrika Hitam di Selatan. Sementara di Timur
terdapat wilayah Maroko di Barat sampai dengan Asia Tenggara.
Dengan demikian, Islam tidak hanya agama yang dianut oleh bangsa-bangsa di
pertengahan bumi ini, tetapi juga merupakan peradaban yang terbentang dari Laut Afrika
sampai tepi Laut Pasifik Selatan, dari Padang Rumput Siberia sampai ke pelosok daerah-
daerah kepulauan di Asia Tenggara. Pengetahuan tentang dunia Islam sejatinya
pengetahuan tentang peradaban Islam yang telah menyebar di berbagai kawasan dunia.
Studi kawasan Islam merupakan kajian yang dapat menjelaskan terjadinya situasi yang
ada saat ini di dunia Islam. Fokus studi kawasan adalah menguraikan berbagai wilayah
dalam dunia Islam dan lingkup pranatanya sejak dari awal pertumbuhan, perkembangan,
karakteristik sosial budaya, faktor-faktor pendukung dan penghambatnya. Obyek studinya
meliputi aspek geografis, demografis, historis, bahasa, serta berbagai perkembangan
sosial budaya yang merupakan karakteristik dari keseluruhan perkembangan di setiap
kawasan budaya.
Islam di Asia Tenggara awalnya menyebar dari wilayah Indonesia, khususnya di
daerah Perlak, Aceh sejak abad ke-7 Masehi. Setelah mengalami perkembangan, Islam
menyebar ke wilayah Asia Tenggara lainnya khususnya ke Semenanjung Malaya. Islam

1
di Asia Tenggara menyebar ke wilayah Indonesia, Singapura, Malaysia, Kerajaan Pattani
di Thailand Selatan dan Brunei Darussalam. Sebelum kemunculan Islam di Asia
Tenggara, penduduk di Asia Tenggara menganut animisme atau meyakini agama Hindu
atau agama Buddha. Islamisasi di Asia Tenggara didukung oleh keberadaan para
pedagang dan ulama yang berasal dari Jazirah Arab, Persia Raya dan Gujarat di wilayah
Malaysia pada abad ke-9 Masehi. Penyebaran Islam di Asia Tenggara oleh para pedagang
dan ulama berlangsung secara damai tanpa ada tindakan pemaksaaan, kekerasan,
intimidasi maupun perang
Umat islam merupakan mayoritas penduduk Asia Tenggara, khususnya di negara
Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar, Philiphina, Singapura, Vietnam dan Kamboja.
Proses konversi massal masyarakat dunia melayu ke dalam islam berlangsung secara
damai. Konversi ke dalam Islam merupakan proses panjang, yang masih terus
berlangsung sampai sekarang. Di Asia Tenggara, Islam merupakan kekuatan sosial yang
patut diperhitungkan, karena hampir seluruh negara yang yang ada di Asia Tenggara
penduduknya baik mayoritas ataupun minoritas memeluk agama Islam. Misalnya Islam
menjadi agama resmi Negara Federasi Malaysia, kerajaan Brunei Darussalam, negara
Indonesia (penduduknya mayoritas atau sekitar 90% beragama Islam), Brunei (sebagian
kecil penduduknya beragama Islam) dan seperti negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Asia Tenggara dianggap sebagai wilayah yang paling banyak pemeluk agama Islam.
Termasuk wilayah ini adalah pulau-pulau yang terletak di sebelah timur India sampai
lautan Cina dan mencangkup Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Sejarah masuknya islam di Asia Tenggara sampai saat ini merupakan polemik
panjang yang menimbulkan pro dan kontra antara sejarawan agamawan, arkeolog dan
intelektual. Namun yang menjadi referensi umum masuknya islam di Asia Tenggara
adalah melalui proses perdagangan internasional yang berpusat diselat malaka melalui
para pedagang muslim Persia dan Arab.
Namun proses masuknya islam di negara-negara bagian Asia Tenggara tidak
sepenuhnya sama. Semuanya memiliki karakteristik masing-masing budaya yang sama
sekali berbeda. Ada juga Negara yang sudah menggunakan tradisi islam ala Persia dan
Islam ala Arab. Oleh karena itu muncullah beberapa hal yang melatarbelakangi proses
berkembangnya Islam di Asia Tenggara yang sangat penting untuk kita ketahui. Islam
berkembang di Asia Tenggara melalui beberapa proses saluran, diantaranya saluran
perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, seni, dan politik.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan, diantaranya ialah :
1. Kapan mulai masuk Penyebaran Islam di Asia Tenggara?
2. Bagaimanakah Proses Islamisasi di Asia Tenggara ?
3. Seperti apakah Perkembangan Lembaga Sosial dan Politik di Masa itu ?
4. Bagaimanakah Perkembangan Keagamaan dan Peradaban Ketika itu ?
5. Negara apa saja yang mewakili Islam di Asia Tenggara ?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui awal penyebaran Islam dan
peradaban islam di Asia Tenggara serta menambah wawasan kita tentang awal
perkembangan islam di Asia Tenggara.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penyebaran Islam di Asia Tenggara


Peradaban Islam di Asia Tenggara tergolong sebagai salah satu bukti bahwa Islam
demikian kuat pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat dikawasan ini. Hal ini
salah satunya disebabkan proses masuknya Islam di kawasan Asia Tenggara berbeda
dengan proses masuknya Islam di kawasan lainnya yang disebarluaskan melalui
penaklulan Arab dan Turki.
Mengenai kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara hampir
semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan
para pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia Selatan.
Pada abad ke-5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat
persinggahan para pedagang yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin
hubungan dengan masyarakat sekitar Pesisir. Kondisi semacam inilah yang
dimanfaatkan para pedagang Muslim yang singgah untuk menyebarkan Islam pada
warga sekitar pesisir.
Dalam proses masuknya Islam di Asia Tenggara, ada beberapa jalur yang
digunakan. Jalur-jalur tersebut semua menyesuaikan dengan budaya timur yang
mengedepankan keramahtamahan. Sehingga hal ini memudahkan Islam untuk
masuk dan berkembang di kawasan ini. Berkaitan dengan hal ini maka Uka Tjandra
Sasmita mengemukakana ada beberapa saluran masukya Islam ke Asia Tenggara
yang berkembang ada enam, yaitu:
a. Saluran Perdagangan
Sejak abad ke-1, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka, telah
memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan
perdagangan internasional karena posisinya yang menghubungkan negeri-negeri
di Asia Timur Jauh, Asia Tenggara, dan Asia Barat. Kesibukan lalu-lintas
perdagangan kawasan laut Asia Tenggara hingga pada abad ke-7 hingga ke-16
itu, membuat pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil
bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan Timur
Benua Asia.
Saluran Islamisasi melalui perdagangan menjadi salah satu penyebab kuatnya

4
pengaruh peradaban Islam di Asia Tenggara. Hubungan dalam jalur perdagangan
inilah yang menciptakan interaksi antara pedagang Islam dan penduduk asli di
Asia Tenggara. Dari interaksi itu, kemudian muncul pengaruh yang kuat dari satu
pihak pada pihak lainnya. Dalam hal ini, pihak yang memberikan pengaruh
adalah para pedagang dan ulama dari Arab.
Pengaruh inilah yang kemudian menjadikan pergeseran dalam sistem
kehidupan masyarakat Asia Tenggara. Jika sebelumnya di masa kerajaan berjaya,
kepercayaan yang dominan di kalangan masyarakat adalah dinamisme. Namun
dengan adanya pengaruh dari pedagang Islam, banyak masyarakat yang kemudian
beralih menganut monotheisme.
Salah satu kerajaan yang memiliki peran dalam penyebaran sejarah peradaban
Islam di Asia Tenggara adalah Samudera Pasai. Kerajaan ini, hingga sejarah saat
ini dipercaya sebagai kerajaan Islam pertama dan tertua di Indonesia, dan juga
kawasan Asia Tenggara. Kerajaan yang berpusat di Aceh ini dipimpin seorang
raja yang menganut Islam, yaitu Sultan Malikus Shaleh.
b. Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih
baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama puteri-
puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu. Sebelum
dikawin mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai
keturunan, lingkungan mereka makin luas, akhirnya timbul kampung-kampung,
daerah-daerah dan kerajaan Muslim.
Dalam perkembangan berikutnya, ada pula wanita Muslim yang dikawini oleh
keturunan bangsawan; tentu saja setelah mereka masuk Islam terlebih dahulu.
Jalur perkawinan ini jauh lebih menguntungkan apabila antara saudagar Muslim
dengan anak bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena raja dan adipati
atau bangsawan itu kemudian turut mempercepat proses Islamisasi. Demikianlah
yang terjadi antara Raden Rahmat atau sunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan
Gunung Jati dengan puteri Kawunganten, Brawijaya dengan puteri Campa yang
mempunyai keturunan Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain.
c. Saluran Tasawuf
Ajaran Islam sampai ke Alam Melayu, sangat dipengaruhi oleh ajaran
tasawuf. Para sejahrawan menyatakan bahawa inilah yang menyebabkan Islam
menarik kepada mereka di Asia Tenggara dan boleh dikatakan bahawa tasawuf

5
dengan ajaran dan amalannya menyebabkan berlakunya proses Islamisasi di Asia
Tenggara. H. John ahli sejarah Australia itu menyatakan bahawa Islamisasi
tersebut berlaku adanya dakwah yang cerdas dilakukan oleh para penyebar sufi
yang datang bersama-sama dengan para pedagang muslim.
Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan teosofi yang bercampur
dengana jaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir
dalam soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Dengan
tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai
persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama
Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima.
Di antara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung
persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri
di Aceh, Syekh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik
seperti ini masih dikembangkan di abad ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.
d. Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok
yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama. Di pesantren
atau pondok itu, calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama.
Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau
berdakwak ketempat tertentu mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang
didirikan oleh Raden rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Giri di Giri.
Keluaran pesantren ini banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan
Agama Islam.
e. Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan
wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam
mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia
meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat.
Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan
Ramayana, tetapi dalam serita itu di sisipkan ajaran nama-nama pahlawan Islam.
Kesenian- kesenian lainnya juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat,
babad dan sebagainya), seni bangunan dan seni ukir.
f. Saluran Politik
Kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih

6
dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini.
Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia Bagian Timur,
demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan
non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik
penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.
Untuk lebih memperjelas bagaimana proses masuknya agama Islam di Asia
Tenggara ini, ada 3 teori diharapkan dapat membantu memperjelas tentang
penerimaan Islam yang sebenarnya:
1. Menekankan peran kaum pedagang yang telah melembagakan diri mereka di
beberapa wilayah pesisir lndonesia, dan wilayah Asia Tenggara yang lain
yang kemudian melakukan asimilasi dengan jalan menikah dengan beberapa
keluarga penguasa lokal yang telah menyumbangkan peran diplomatik, dan
pengalaman lnternasional terhadap perusahaan perdagangan para penguasa
pesisir. Kelompok pertama yang memeluk agama lslam adalah dari penguasa
lokal yang berusaha menarik simpati lalu-lintas Muslim dan menjadi
persekutuan dalam bersaing menghadapi pedagang-pedagang Hindu dari
Jawa. Beberapa tokoh di wilayah pesisir tersebut menjadikan konversi ke
agama lslam untuk melegitimasi perlawanan mereka terhadap otoritas
Majapahit dan untuk melepaskan diri dari pemerintahan beberapa lmperium
wilayah tengah Jawa.
2. Menekankan peran kaum misionari dari Gujarat, Bengal dan Arabia.
Kedatangan para sufi bukan hanya sebagai guru tetapi sekaligus juga sebagai
pedagang dan politisi yang memasuki lingkungan istana para penguasa,
perkampungan kaum pedagang, dan memasuki perkampungan di wilayah
pedalaman. Mereka mampu mengkomunikasikan visi agama mereka dalam
bentuknya, yang sesuai dengan keyakinan yang telah berkembang di
wilayah Asia Tenggara. Dengan demikian dimungkinkan bahwa masuknya
Islam ke Asia Tenggara agaknya tidak lepas dengan kultur daerah setempat.
3. Lebih menekankan makna lslam bagi masyarakat umum dari pada bagi
kalangan elit pemerintah. Islam telah menyumbang sebuah landasan ldeologis
bagi kebajikan lndividual, bagi solidaritas kaum tani dan komunitas
pedagang, dan bagi lntegrasi kelompok parochial yang lebih kecil menjadi
masyarakat yang lebih besar (Lapidus, 1999:720-721). Agaknya ketiga teori
tersebut bisa jadi semuanya berlaku, sekalipun dalam kondisi yang berbeda

7
antara satu daerah dengan yang lainnya. Tidak terdapat proses tunggal atau
sumber tunggal bagi penyebaran lslam di Asia Tenggara, namun para
pedagang dan kaum sufi pengembara, pengaruh para murid, dan penyebaran
berbagai sekolah agaknya merupakan faktor penyebaran lslam yang sangat
penting.

B. Perkembangan Keagamaan dan Peradaban Islam di Asia Tenggara


Sebagaimana telah diuraikan di atas, pada term penyebaran Islam di Asia
Tenggara yang tidak terlepas dari interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan
dengan para pedagang Arab dan India. Di abad ke-5 SM kepulauan Melayu telah
menjadi tempat persinggahan para pedangan Cina atau sebaliknya. Dengan
munculnya kerajaan thalassocratic Sriwijaya di bada ke-7 dan kemampuan kerajaan
ini untuk menjamin keamanan pelayaran Selat Malaka membuat pelayaran dan jalur
perdagangan internasional di wilayah ini kemudian menjadi lebih penting. Pada
akhir abad ke-9, keterlibatan para saudagar Muslim dalam perdagangan kawasan ini
membuktikan hal itu.
Namun dengan munculnya kekuasaan kerajaan Malaka, bahwa Islamisasi Asia
Tenggara mendapat dororngan baru. Malaka kemudian menguasai bebeapa kerajaan
yang telah masuk Islam seperti Aru, Pedir, dam Lambri. Daerah-daerah baru di
Sumatera yang kemudian masuk ked alam kekuasaan Malaka seperti Kampar, Indra
Giri, Siak, Jambi, Bengkalis, Riau dan Lingga juga telah masuk Islam. Di
semenanjung Malaya, daerah seperti Pahang, Pattani, Kedah, Johor serta daerah lain
yang mengakui kekuasaan kerajaan Malaka juga menerima Islam. Dari Malaka,
proses islamisasi masuk ke pesisir utara pulau Jawa. Di tahun 1478, kerajaan
Majapahit dikalahkan oleh koalisi kerajaan Islam di bawah pimpinan Demak. Para
penyebar agama Islam yang berasal dari Demak kemudian mengislamkan
Banjarmasin di Kalimantan Selatan. Maluku menjadi wilayah Islam di tahun 1498.
Pulau Mindano diislamkan sedikit lebih awal, yaitu tahun 1460. Pada akhir abad ke-
15 Brunai telah masuk Islam. Dari Sulu dan Mindano Islam menyebar ke wilayah
Utara Filipina, dan berdirilah kerajaan Islam di sana. Bahkan Manila berada di
bawah kekuasaan Islam, yang kemudian dihancurkan oleh Spanyol tahun 1570.
Kesultanan Brunai juga mengislamkan wilayah-wilayah yang berada dalam wilayah
kekuasaannya. Sedangkan Makassar yang menurut lontara Bilang Gowa- Tallo
menrima Islam pada 1603, pada gilirannya kemudian mengislamkan Bugis serta

8
penduduk pulau Sumbawa dan Lombok. Bugis setelah menerima Islam, kemudian
menyebarkannya ke Flores. Seluruh Jawa secara bertahap kemudian menerima Islam.
Hanya Bali yang masih tetap bertahan sebagai kerajaan Hindu di kepulauan ini.
Dari masyarakat yang telah di-Islamkan tersebut di atas dengan sedikit
muatan local, islamisasi dari kawasan Asia Tenggara ini membawa persamaan di
bidang pendidikan. Pendidikan tidak lagi menjadi hak istimewa kaum bangsawan.
Tradisi pendidikan Islam melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Setiap Muslim
diharapkan mampu membaca Alquran dan memahami asas-asas Islam secara
rasional dan dan dengan belajar huruf Arab diperkenalkan dan digunakan di seluruh
wilayah dari Aceh hingga Mindanao. Bahasa-bahasa lokal diperluasnya dengan kosa-
kata dan gaya bahasa Arab. Bahasa Melayu secara khusus dipergunakan sebagai
bahasa sehari-hari di Asia Tenggara dan menjadi media pengajaran agama. Bahasa
Melayu juga punya peran yang penting bagi pemersatu seluruh wilaya itu. Budaya
politik Hindu - Budha yang merupakan tradisi politik wilayah kepulauan telah
digantikan dengan ide-ide dan lembaga-lembaga yang diilhami oleh Alquran dan
sumber-sumber sah lslam lainnya. Konsep lslam tentang kepemimpinan yang
bernafaskan lslam mulai digunakan dan hukum lslam telah dilaksanakan setelah
lslam menjadi agama resmi,meskipun tetap selektif. Undang-undang Malaka
(dikompilasi tahun 1450) dengan jelas berisi hukum lslam yang menetapkan bahwa
pemerintahan Malaka harus dijalankan sesuai dengan hukum lslam.
Diwilayah Muangthai Pattani hukum lslam diterapkan terus, didalm undang-
undang Pahang terdapat sekitar empat puluh dua pasal yang hampir identik dengan
hukum mashab syafii,selain itu di Muangthai terdapat 2000 buah mesjid yang
terdaftar. Peranan lslam dalam politik lebih Nampak di Malaysia Partai lslam (PAS)
menyatakan dalam kampanyenya untuk membentuk Negara lslam, partai ini
mempunyai dukungan masyarakat yang cukup besar di Negara-negara yang
dinominasi oleh Muslim seperti Kelantan, Trengganu, Kedah dan Perlis.
United Malay National Organization (UMNO) yang memimpin front Nsional
menikmati politik graduasi yang memasukkan secara selektif nilai-nilai lslam
kedalam kebijakan pemerintah dan menjunjung tinggi konstitusi Malaysia sebagai
keramat. Angkatan Belial slam Malaysia (ABIM) berada dibarisan terdepan dalam
mempromosikan citra positif tentang lslam baik kepada kaum muslim Maupun non
muslim yang bertujuan mewujudkan gaya hidup oleh masyarakat lslam pertama di
zaman Nabi. Pemerintah Singapura memegang prinsip kebebasan dalam beragama

9
dan melindungi kepercayaan mereka Majelis Ulama lslam Singapura (MUIS) yang
diberikan tanggung jawab untuk mengatur administrasi hokum lslam di Singapura,
seperti mengumpulkan zakat maal dan zakat fitra, pengaturan perjalanan ibadah
haji, organisasi sekolah-sekolah agama, serta pemberian beasiswa. MUIS juga
berwenang mengeluarkan fatwa,pengelolaan seluruh mesjid yang ada di Singapura.
Di samping itu pemerintah menunjukkan bahwa menciptakan warga Muslim
Singapura lebih baik dibidang pendidikan agar nantinya mampu memberikan
sumbangan bagi pembangunan Singapura yang merupakan kepentingan bersama.
Orang-orang lslam di Filifina ini menamkan diri mereka yang mayoritas adalah
nelayan dan petani yang melahirkan Muslim lndependent Movement (MIM), Moro
National Liberation Front (MNLF) yang berjuang mempertahankan, meningkatkan
pembangunan, kesejahteraan dan pelaksanaan hukum keluarga bagi kaum muslim di
Filifina. Negara Brunei Darussalam adalah mayoritas pendudyknya lslam akan tetapi
dalam organisasi-organisasi yang didirikan bukan hanya memperjuangkan semata
kaum muslim melainkan lebih untuk kepentingan partai dan masyarakat Burma
secara keseluruhan.
Sejumlah karya bermutu di bidang teologi, hukum, sastra dan sejarah, segera
bermunculan. Banyak daerah di wilayah ini seperti Pasai, Malaka dan Aceh juga
Pattani muncul sebagai pusat pengajaran agama yang menjadi daya tarik para
pelajar dari sejumlah penjuru wilayah ini.
Sistem pendidikan Islam kemudian segera di rancang. Dalam banyak batas,
Masjid atau Surau menjadi lembaga pusat pengajaran. Namun beberapa lembaga
seperti pesantren di Jawa dan pondok di Semenanjung Melaya segera berdiri.
Hubungan dengan pusat-pusat pendidikan di Dunia Islam segera di bina. Tradisi
pengajaran Paripatetis yang mendahului kedatangan Islam di wilayah ini tetap
berlangsung. Ibadah Haji ke Tanah Suci di selenggarakan, dan ikatan emosional,
spritual, psikologis, dan intelektual dengan kaum Muslim Timur Tengah segera
terjalin. Lebih dari itu arus imigrasi masyarakat Arab ke wilayah ini semakin
deras.
Di bawah bimbingan para ulama Arab dan dukungan negara, wilayah ini
melahirkan ulama-ulama pribumi yang segera mengambil kepemimpinan lslam di
wilayah ini. Semua perkembangan bisa dikatakan karena lslam, kemudian
melahirkan pandangan hidup kaum Muslim yang unik di wilayah ini. Sambil tetap
memberi penekanan pada keunggulan lslam, pandangan hidup ini juga

10
memungkinkan unsur-unsur local masuk dalam pemikiran para ulama pribumi.
Mengenai masalah identitas, internalisasi Islam, atau paling tidak aspek luarnya,
oleh pendudukan kepulauan membuat Islam muncul sebagai kesatuan yang utuh
dari jiwa dan identitas subyektif mereka. Namun fragmentasi politik yang mewarnai
wilayah ini, di sisi lain, juga melahirkan perasaan akan perbedaan identitas politik
diantara penduduk yang telah di Islamkan.
C. Negara-Negara Islam di Asia Tenggara
Umat islam merupakan mayoritas penduduk Asia Tenggara, anatara lain : di negara
Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar, Philiphina,Singapura, Vietnam dan Kamboja.

1. Perkembangan Islam di Indonesia
Islam di Indonesia mulai berkembang mulai abad ke 1-5 H/7-8 M, cikal bakal
kekuasaan islam telah dirintis pada priode abad ini, tetapi semuanya tenggelam dalam
hegemoni maritim Sriwijaya yang berpusat di Palembang dan kerajaan Hindu-Jawa
seperti Singasari dan MajaPahit di Jawa Timur. Pada priode ini para pedagang dan
mubaligh muslim hanya berbentuk komunitas-komunitas islam.
Islam tersebar di wilayah Indonesia pada pertengahan abad ke 8 H/ 14 setelah
berdirinya beberapa kerajaan Islam. Salah satunya adalah kerajaan Malaka yang memiliki
peranan besar dalam penyebaran Islam di Indonesia. Setelah itu para dai menyebarkannya
ke seluruh pulau-pulau Indonesia dan giat menyebarkannya sehingga Islam tersebar
merata. Pada abad ke-10 H/ 16 M Indonesia jatuh ke dalam penjajahan Portugis.
Kemudian dikuasai Belanda pada tahun 1230 H/1814 M.
Ilmuwan Belanda lainnya, Moquette, menyimpulkan bahwa asal-usul Islam di
Nusantara adalah Gujarat di pesisir selatan India. Dia mendasarkan kesimpulannya
setelah mempertimbangkan gaya batu nisan yang ditemukan di Pasai, Sumatera Utara,
khususnya yang bertanggal 17 Dzuhijjah 831 H / 27 September 1428 M, yang identik
dengan batu nisan yang ditemukan di makam Maulana Malik Ibrahim (1419 M) di
Gresik, Jawa timur. Dia menyatakan lebih lanjut bahwa corak batu nisan yang ada di
Pasai dan Gresik sama dengan yang ditemukan di Cambay, Gujarat. Dia berspekulasi
bahwa dari penemuan-penemuan itu, batu nisan Gujarat tidak hanya diproduksi untuk
pasar lokal, tetapi juga untuk pasar luar negeri termasuk Sematera dan Jawa. Oleh karena
itu, berdasarkan logika linier, Moquette menyimpulkan bahwa karena mengambil batu
nisan dari Gujarat, orang-orang Melayu-Indonesia juga mengambil Islam dari wilayah
tersebut. Dengan logika linier yang lemah itu tidak heran kalau kesimpulan Moquette

11
ditentang oleh Fatimi yang berpendapat bahwa salah jika mengaitkan seluruh batu nisan
yang ada di Pasai, termasuk batu nisan Malik Al-Shalih, dengan Cambay. Menurut
penelitiannya sendiri, gaya batu nisan Malik Al-Shalih sangat berbeda dengan corak batu
nisan Gujarat dan prototype Indonesianya. Fatimi berpendapat bahwa pada
kenyataannya bentuk batu nisan itu sama dengan yang ada di Bengal. Oleh karena itu,
sama dengan logika linier Moquette, Fatimi ironisnya menyimpulkan bahwa semua batu
nisan itu pasti diimpor dari Bengal. Ini menjadi alasan utamanya untuk menyimpulkan
lebih lanjut bahwa asal-asul Islam di Kepulauan Melayu-Indonesia adalah daerah Bengal
(Bangladesh).

2. Perkembangan Islam di Malaysia


Islam masuk ke wilayah ini lewat jalan pedagang-pedagang Arab. Disebutkan bahwa
mereka sampai ke Malaka pada tahun 675 H / 1276 M. Raja Malaka masuk Islam melalui
tangan mereka, dan mengganti namanya menjadi Muhammad Syah, lalu diikuti oleh
rakyatnya. Malaka merupakan kerajaan islam pertama di sana.
Islam sampai ke Malaysia belakangan dari sampainya Islam di Indonesia yang sudah
terlebih dahulu pada abad ke tujuh. Berdasarkan keterangan ini, maka asal usul
masuknya Islam ke Malaysia berdasar pada yang dikemukakan Azyumardi Azra bahwa
Islam datang dari India, yakni Gujarat dan Malabar.
Sebelum Islam datang wilayah Asia Tenggara, Malaysia adalah berada di jalur
perdagangan dunia yang Menghubungkan kawasan-kawasan di Arab dan India dengan
Wilayah China, dan dijadikan tempat persinggahan sekaligus pusat perdagangan yang
amat penting. Maka tidak heran jika wilayah ini juga menjadi pusat bertemunya berbagai
keyakinan dan agama (Across-Roads Of Religion) yang berinteraksi secara kompleks
lengkap. (Kenneth, 1949 : 30)
Pada abad ke-10 H/16 M, Protugis menginvansi Malaysia, kemudian diikuti oleh
orang-orang Belanda (1051-1210 H/1641-1795 M). Lalu Malaysia tunduk kepada
penjajahan Inggris pada tahun 1230 H/1814 M. Orang-orang Jepang sempat menguasai
negeri ini selama Perang Dunia II. Kemudian wilayah ini kembali kepada Inggris setelah
perang usai. Malaysia kemudian mengumumkan kemerdekaannya pada tahun 1377 H /
1957M dan mendirikan Federasi Malaysia yang terdiri dari 11 provinsi. Sabah dan
Serawak serta Singapura tergabung ke dalam wilayah ini. Kemudian Malaysia
mengumumkan negeri itu sebagai Monarki Konstitusional pada tahun 1383 H / 1962 M.

12
Azyumardi Azra menyatakan bahwa tempat asal datangnya islam ke Asia Tenggara
termasuk di Malaysia, setidaknya ada tiga teori. Pertama teori yang menyatakan bahwa
Islam datang langsung dari Arab (Hadramaut). Kedua, islam datang dari india, yakni
Gujarat dan Malabar. Ketiga Islam datang dari Benggali (Banglades).
Pola pertama Islam masuk ke Nusantara termasuk Malaysia melalui jalur
perdagangan dan ekonomi yang melibatkan orang dari berbagai etnik dan ras yang
berbeda-beda bertemu dan berinteraksi, serta bertukar pikiran tentang masalah
perdagangan, politik, sosial, dan keagamaan. Seiring itu pola kedua mulai menyebar
melalui pihak penguasa dimana istana sebagai pusat kekuasaan berperan dibidang politik
dan penataan kehidupan sosial, dengan dukungan ulama yang terlibat langsung dalam
biroksasi pemerintahan, hukum Islam dirumuskan dan diterapkan, kitab sejarah ditulis
sebagai landasan legitimasi bagi penguasa muslim.
Memasuki abad ke-20, bertepatan dengan masa pemerintahan Inggris, urusan-urusan
agama dan adat Melayu lokal di Malaysia di bawah koordinasi sultan-sultan dan hal itu
diatur melalui sebuah departemen , sebuah dewan ataupun kantor sultan. Setelah tahun
1984, setiap negara bagian dalam federasi Malaysia telah membentuk sebuah
departemen urusan agama. Orang-orang muslim di Malaysia juga tunduk pada hukum
Islam yang ditetapkan sebagai hukum status pribadi, dan tunduk pada yurisdiksi
pengadilan agama (mahkamah syariah) yang diketua hakim agama. Bersamaan dengan
itu, juga ilmu pengetahuan semakin mengalami perkembangan dengan didirikannya
perguruan tinggi Islam dan dibentuk fakultas dan jurusan agama. Perguruan tinggi
kebanggaan Malaysia adalah Universitas Malaya yang kini kita kenal Universitas
Kebangsaan Malaysia.
Memasuki masa pasca kemerdekaan, jelas sekali bahwa pola perkembangan Islam
tetap dipengaruhi oleh pihak penguasa (top down). Sebab, penguasa atau pemerintah
Malaysia menjadikan Islam sebagai agama resmi negara. Warisan undang-undang Malaka
yang berisi tentang hukum Islam yang berdasarkan konsep Qur’aniy berlaku di Malaysia.
Malaysia merupakan negara yang multi etnis, terdiri atas orang Melayu, Cina, India, dan
Pakistan. Mayoritas penduduknya beragama Islam, dan bahkan Islam merupakan agama
resmi negara. Namun agama-agama lain dapat diamalkan dengan aman di Malaysia.
Dengan adanya perhatian pemerintahan terhadap Islam dan konstitusi negara yang
banyak menguntungkan kepentingan umat Islam dan dengan adanya lembaga-lembaga
dan organisasi Islam, pendidikan-pendidikan Islam serta kegiatan-kegiatan dakwah Islam,

13
maka perkembangan Islam di Malaysia memiliki prospek yang sangat cerah. (Azyumardi,
2005 : 2-9).

3. Perkembangan Islam di Thailand


Di Muangthai (Thailand) terdapat sekitar 2,2 juta kaum muslimin atau 4% dari
penduduk umumnya. Muangthai dibagi menjadi 4 propinsi, yang paling banyak menganut
Islam yaitu di propinsi bagian selatan tepatnya di kota Satun, Narathiwat, Patani dan
Yala. Pekerjaan kaum muslimin Muangthai cukup beragam, namun yang paling dominan
adalah petani, pedagang kecil, buruh pabrik, dan pegawai pemerintahan. Agama Islam di
Muangthai, merupakan minoritas yang paling kuat di daerah Patani pada awal abad ke-17
pernah menjadi salah satu pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara dan menghasilkan
ulama besar seperti Daud bin Abdillah bin Idrisal-Fatani.
Umat Islam memiliki sejarah yang panjang dalam kerajaan Thailand. Hubungan
mereka dengan masyarakat Thailand serta peran mereka dalam negara dapat ditelusuri
kezaman kerajaan ayyuthaya. Kedatangan Islam di negeri Muanghtai telah terasa pada
masa kerajaan Sukhathai diabad ke-13, yang merupakan buah dari hubungan dagang yang
dibagun oleh para saudagar muslim. Hal ini bermula dari dua orang bersaudara dari persia
yaitu Syeikh Ahmad dan Muhammad syaid yang juga disebut Khaek Chao Sen (satu
cabang mazhab syiah), menetap di kerajaan tersebut yang terus melakukan perdagangan
sekaligus menyebarkan agama Islam. Sebelum berdirinya kerajaan Ayyuthaya sebagai
pengganti kerajaan Shukhotai setelah yang terakhir ini runtuh pada abad ke-14, Islam
telah memiliki kekuatan politik yang sangat besar. Perdagangan merupakan perintis
proses islamisasi dan perkembangan politik kerajaan-kerajaan maritim diwilayah
kepulauan di abad ke-15, 16, dan 17. Perdagangan juga pulalah yang merupakan faktor
dominan yang mendekatkan Islam dengan kerajaan Ayyuthaya.
Sekelompok Islam lainnya, yang menjadi penduduk mayoritas di negeri ini sekarang
tinggal di empat provinsi bagian selatan, yaitu Pattani, Yala, Naratiluat, dan Satul. Juga
termasuk bagian dari provinsi Shongkala. Seluruh provinsi ini dahulunya masuk wilayah
kerajaan Pattani pada abad ke-12, sebelum kerajaan Sukhotai berdiri. Daerah ini
merupakan wilayah muda di negara Thailand, baik secara politik maupun administratif.
Pencaplakan yang dilakukan oleh kerajaan Thailand telah melahirkan masalah utama
mengenai minoritas muslim di Thailand. Orang-orang muslim yang berasal dari Pattani
yang dibawa ke Bangkok oleh tentara Thailand sebagai tawanan perang pada awal masa
perang pertama dan kedua. Dan orang-orang ini lah kemudian menjadi bagian utama dari

14
masyarakat Islam di Thailand Tengah dan sebagian dari mereka tetap memelihara budaya
dan bahasa mereka.
Secara historis kelompok masyarakat muslim telah ada sejak awal berdirinya negara
Thailand dan memiliki peran penting dalam masyarakat. Pada perkembangan selanjutnya
Muanghtai dikenal secara luas sebagai negara yang mengalami perkembangan yang
sangat cepat dibidang ekonomi sosial, budaya. Sementara itu, komunitas muslim
merupakan komunitas minoritas yang secara umum dianggap salah satu yang paling
konservatif dan tradisional dari masyarakat Thailand sehubungan dengan lingkungan
yang sedang mengalami perubahan. Untuk itu relegio kultural merupakan identitas yang
paling penting dalam jaringan hubungan umat Islam dan Budha di Thailand. Karena
perkembangan dan dinamisasi masyarakat muslim Thailand banyak diwarnai oleh
masalah tersebut. (Wahyu, 2007 : 161 )

4. Perkembangan Islam di Philiphina


Hampir semua silsilah bermula pada masa raja sipad (Bahasa Sansekerta: Raja
Shiripaduka). Pada masa pemerintahan di pulau Jolo, datanglah seorang muslim bernama
Tuanku Masha’ika ke suatu tempat yang disebut Maimbuang (bagian selatan pulau Jolo).
Sebuah batu nisan atas nama Maqhealhe ditemukan di Badatto, tidak jauh dari Jolo pulau
Sulu. Penemuan batu nisan inilah yang dijadikan salah satu bukti Arkeologis masuk dan
berkembangnya Islam di Filipina, pada waktu itu masyarakat pulau Jolo masih menganut
Animisme dan Dinamisme.
Masuknya agama Islam di pulau Mindanao adalah di dalam abad kelima belas juga.
Yang mula-mula membawanya ialah ‘Syarif’ Kebungsuan yang datang dari negeri Johor.
Kapten Thomas Forst, yang menulis ceritanya dalam tahun 1775 M. Mengakui bahwa
orang Arab yang mula-mula masuk pulau Mindanao 300 tahun yang lalu, adalah
keturunan-keturunan syarif dari Mekah.
Dalam catatan sejarah pulau Sulu (Filipina) memeluk islam, yang datang ke sana ialah
Sayid Abdul Aziz yang dahulu telah mengislamkan Sultan Muhammad Syah di Melaka
(permaisura itu juga). Kemudian itu datanglah penyair Islam yang kedua, orang Arab
juga, namanya Abu Bakar. Dia datang kesana sudah melalui Palembang dan Brunei.
Sesudah dia barulah datang seorang bangsawan dari Minangkabau, bernama Rajo
Bagindo. Para peneliti sejarah menyebutkan bahwa Islam masuk ke wilayah Filipina
melalui jalan Sumatra dan Melayu, ini dimulai Sekitar Tahun 270 H/883 M. (Munzir,
2006 : 32)

15
5. Perkembangan Islam di Myanmar
Agama Islam pertama kali tiba di Myanmar pada tahun 1055. Para saudagar Arab
beragama Islam ini mendarat di delta Sungai Ayeyarwady, semenanjung Tanintharyi, dan
daerah Rakhin. Kedatangan umat Islam ini dicatat oleh orang-orang Eropa, Cina dan
Persia. Populasi umat Islam yang ada di Myanmar saat ini terdiri dari keturunan Arab,
Persia, Turki, Moor , Pakistan dan Melayu. Selain itu, beberapa warga Myanmar juga
menganut agama Islam seperti dari etnis Rakhin dan Shan. Populasi Islam di Myanmar
sempat meningkat pada masa penjajahan Britania Raya, dikarenakan banyaknya umat
Muslim India yang bermigrasi ke Myanmar. Tapi, populasi umat Islam semakin
menurun ketika perjanjian India-Myanmar ditandatangani pada tahun 1941.
Sebagian besar umat Muslim di Myanmar bekerja sebagai penjajah, pelaut, saudagar
dan tentara. Beberapa diantaranya juga bekerja sebagai penasehat politik Kerajaan
Burma. Muslim Persia menemukan Myanmar setelah menjelajahi daerah selatan Cina.
(Ajid, 2002 : 268).

6. Perkembangan Islam di Singapura


Islam masuk ke Singapura tidak dapat dipisahkan dari proses masuknya islam ke Asia
Tenggara secara umum, karena secara geografis Singapura hanyalah salah satu pulau
kecil yang terdapat di tanah Semenanjung Melayu. Penyebaran Islam pada fase awal
kepada masyarakat Asia Tenggara lebih kental dengan nuansa tasawuf. Karena itu,
penyebaran Islam di Singapura juga tidak terlepas dari corak tasawuf. Buktinya pelajaran
tasawuf sangat diminati oleh ulama-ulama tempatan dan raja-raja Melayu. Kumpulan
tarekat sufi terbesar di Singapura yang masih ada sampai sekarang ialah Tariqah
‘Alawiyyah yang terdapat di Masjid Ba’lawi. Tarekat ini dipimpin oleh Syed Hasan bin
Muhammad bin Salim al-Attas.
Selain tarekat itu, juga dijumpai tarekat Al-Qadariyyah Wa al-Naqshabandiyyah yang
berpusat di Geylang Road yang dikelola oleh organisasi PERPTAPIS (Persatuan Taman
Pengajian Islam), tarekat ini berasal dari Suryalaya, Tasik Malaya, Jawa Barat. Gurunya
bernama K.H Ahmad Tajul ‘Ariffin dan Haji Ali bin Haji Muhammad. Tarekat lainnya
yang diamalkan di Republik Singapura ialah Al-Shaziliyyah, Al-Idrisiyyah, Al-
Darqawiyyah dan Al-Rifa’iyyah. Wajah Islam di Singapura tidak jauh beda dari wajah
muslim di negeri jirannya, Malaysia. Banyak kesamaan, baik dalam praktek ibadah
maupun dalam kultur kehidupan sehari-hari.

16
7. Perkembangan Islam di Vietnam dan Kamboja
Komunitas Camp adalah warga kerajaan Campa, suatu kerajaan besar di Asia
Tenggara pada abad ke-17. Kontak dagang dengan berbagai negara tetangga telah
membuka jalan bagi masuknya agama Islam di kerajaan ini. Islam masuk ke Campa
diperkirakan pada tahun 1607. Banyak warga Campa yang kemudian memeluk Islam, tak
hanya warga biasa, keluarga kerajaan banyak yang memeluk Islam. Campa, terletak di
Vietnam tengah, garis lintang 17 utara hingga Saigon, merupakan sebuah kerajaan tertua
yang pernah ada dan disinggung dalam satu teks Cina pada akhir abad ke-11 Masehi. Di
bagian akhir tulisannya tentang Kedatangan Islam ke Campa- “ The Introduction of Islam
to Campa”, Doctor Pierre-Yves menyatakan bahwa yang meyakinkan ialah bahwa
pemerintahan Campa memeluk Islam pada akhir abad ke-17 Masehi. Kemudian oleh
karena gangguan Vietnam, proses pengislaman itu berlaku sebagian saja dan tidak
menyeluruh. Seandainya golongan pendatang Camp ke Kamboja diambil maka hampir
80% dari keseluruhan penduduk Camp memeluk agama Islam.
Bukti-bukti tentang adanya hubungan negeri Campa dengan kawasan lain Asia,
khususnya Asia Tenggara, menunjukan dan menyanggahi kenyataan yang menyebutkan
hilangnya negeri Campa dari sejarah. (Munzir, 2006 : 32-33)

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Penyebaran Islam di Asia Tenggara Melalui Perkembangan pelayaran dan perdagangan
internasional yang terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat Malaka
itu kelihatan sejalan pula dengan muncul dan berkembangnya kekuasaan besar, yaitu
China dibawah Dinasti Tang (618-907), kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14), dan Dinasti
Umayyah (660-749).
Proses Masuk dan Berkembangnya Islam di Asia Tenggara karena Islam masuk ke
Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan para sufi. Hal ini
berbeda dengan daerah Islam di Dunia lainnya yang disebarluaskan melalui penaklulan
Arab dan Turki. Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan damai, terbuka dan tanpa
pemaksaa
Pengaruh politik Islam yang semakin kuat serta posisi ekonomi Indonesia yang
berkembang, akibat pelayaran internasional dengan pedagang muslim Arab, membuat
pemerintah Portugis dan Belanda mulai tergoda untuk menjalin hubungan dengan
penguasa pedagang di Indonesia (Asia Tenggara). Sehingga Islam sangat mudah diterima
masyarakat Asia Tenggara
Perkembangan Keagamaan Dan Peradaban disebabkan Islam yang dibawa oleh kaum
pedagang maupun para Da’i dan ulama masa awal, mereka semua menyiarkan suatu
rangkaian ajaran dan cara serta gaya gaya hidup yang secara kuantitatif lebih maju dari
peradaban yang ada. Umat islam merupakan mayoritas penduduk Asia Tenggara,
khususnya di negara Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar, Philiphina, Singapura,
Vietnam dan Kamboja

18
DAFTAR PUSTAKA

Ajid, Thohir. 2002 . Perkembangan Peradaban Islam di Kawasan Dunia Islam.Jakarta:


RajaGrafindo Persada.
Al-Usairy, Ahmad. 2013 . Sejarah Islam . Jakarta: Akbar Media.
Azyumardi, Azra. (2005).Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepualuan Nusantara Abad
XVII & XVII. Jakarta : Prenada Media.
Badri, Yatim. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Hamka. 2006. Sejarah Umat Islam. Singapura: Pustaka Nasional.
Kenneth, Perry. 1949. Southeast Asia: Cross-roads of Religion. Chicago : University of
Chicago Press
Munzir, Hitami. 2006.Sejarah Islam Asia Tenggara.Riau: Alaf
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Tjandrasasmita, Uka. 1984. Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Balai Pustaka.
Wahyu, Ilahi. 2007. Sejarah Dakwah. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Abdullah, Abdul Rahman, Pemikiran Islam di Malaysia; Sejarah dan Aliran. Cet. I;
Jakarta: Gema Insani Press, 1997.
Azra, Azyumardi, Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana dan Kekuasaan.
Cet. III; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
Attas, S.M.N. al, lslam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu. Bandung, Mizan,1972.
Lapidus, M. Ira, A History of Islamic Societies diterjemahkan oleh Ghufran A.
Mas’adi
dengan judul Sejarah Sosial Ummat lslam, bagian ketiga. Cet. II; Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2000.
Muzani, Saiful, Pembangunan dan Kebangkitan lslam di Asia Tenggara. Cet. I; Jakarta:
Pustaka LP3S, 1993.
Wijdan, Aden, et. all., Pemikiran dan Peradaban Islam Cet. I; Yogyakarta: Safiria Insania
Press, 2007.

19

You might also like