Perbandingan Unsur Intrinsik Dan Ekstrinsik Penggalan Novel

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

Perbandingan Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Penggalan

Novel “ Kejahatan Membalas Dendam” dan “Hikayat Raja


Donan”

Nama Kelompok Kelas XI. IPS 1

Ni Putu Ari Puspita Yanti (03)

Putu Rosa Wijayanti Astawa (28)

SMA Negeri 1 Kuta Selatan Tahun Pelajaran 2014 Semester II


“Hikayat Raja Donan”

1. Unsur Instrinsik.
a. Tema dan Amanat.
Tema : Perjalanan hidup sang Raja Donan.

Amanat : Kita tidak boleh asal membuang darah daging kita (anak
kandung) kita bagaimana pun dia karena itu semua adalah titipan dari
Tuhan Yang Maha Esa, jangan terlalu percaya terhadap ramalan
karena ramalan itu belum tentu benar semua.

b. Tokoh dan Penokohan.


Tokoh :
 Raja Besar : sebagai baginda Raja (arogan, egois,
mementingkan diri sendiri)
 Tuan Puteri Lindungan Bulan : sebagai istri Baginda Raja
(baik, menurut terhadap perintah suami)
 Raja Donan : sebagai anak dari Baginda Raja (penuh
perjuangan, baik hati)
 Bendahara Tua : sebagai abang dari Baginda Raja (suka
memberi nasihat, bisa meramal)
 Raja Camar Laut : sebagai Raja yang suka meminta bayaran
cukai (arogan)
 Cik Ambong : sebagai sahabat Raja Donan (baik hati)
 Raja Cukai Pertukal : sebagai Raja yang suka meminta
bayaran cukai (arogan)
 Cik Muda : sebagai sahabat Raja Donan (baik hati)
 Puteri Ganda Iran : sebagai anak perempuan dari Raja
Bendahara Mangkubumi yang cantik (penyabar, baik hati)
 Raja Bendahara Mangkubumi : sebagai ayah dari Puteri Ganda
Iran (tidak tersirat)
 Puteri Telepuk Cahaya : sebagai adik perempuan Raja Piakas
yang cantik (baik hati)
 Raja Pikas : sebagai kakak laki-laki dari Puteri Telepuk
Cahaya (tidak tersirat)
 Cik Tuakal : sebagai peralihan rupa dari Raja Donan (baik
hati, penuh perjuangan)
 Puteri Linggam Cahaya : sebagai pemeran pembantu (tidak
tersirat)
 Mak Tonggang : sebagai seekor burung (baik, suka member
pesan kepada Raja Donan)
c. Latar.
- Latar Waktu :
 Menceritakan waktu yang lampau (dilihat dari kalimat :
“tersebutlah cerita seorang Raja yang terlalu besar
kerajaannya”)
 Setahun lamanya (dilihat dari kalimat : “setahun lamanya,
Raja Donan sudah pandai berkata”)
 Tiga tahun tiga bulan dan sepuluh hari (dilihat dari kalimat :
“tangguh tiga tahun tiga bulan dan sepuluh hari”)

- Latar Tempat :
 Di Negeri Mandi Angin (dilihat dari kalimat : “negeri itu bernama
Mandi Angin”)

 Di Muara Sungai (dilihat dari kalimat : “tersebut pula perkataan


Bendahara Tua, abang Baginda yang tinggal di muara sungai”)

 Di Negeri Gendang Batu (dilihat dari kalimat : “dari negeri


Gendang Batu”)

 Di Negeri Beram Biru (dilihat dari kaliamat : “Raja Piakas dari


negeri Beram Biru”)
 Di Goa Batu (dilihat dari kalimat : “di suatu tempat yang bernama
Goa Batu”)

 Di Gelanggang menyabung ayam (dilihat dari kalimat : “sampai di


gbelanggang menyabung ayam”)

 Di Istana (dilihat dari kalimat : “ke dalam istana”)

- Latar Suasana :

Suasana membingungkan, karena Baginda Raja harus memutuskan


pilihan untuk menghanyutkan putranya yaitu Raja Donan ke laut
karena ketujuh ahli nujum menaruh khianat kepada Raja dan
mengatakan bahwa jika putera Baginda ditaruh dalam negeri, negeri
pasti akan binasa.

d. Alur.
Menurut saya alur hikayat ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

 Alur Maju (dilihat dari kalimat : “Raja Donan meneruskan


perjalanannya dan sampai di suatu tempat yang bernama Goa
Batu”. “Kemudian Raja Donan menghilang, tetapi segera dicari
kembali untuk menghidupkan kembali”).

e. Gaya Bahasa.
Menurut saya gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa “Melayu
Klasik”, (dilihat dari kalimat pembuka awal : “tersebutlah” dan diselipkan
kalimat-kalimat bahasa Melayu Klasik seperti “malang tak berbau”, dan
dilihat dari kalimat isi seperti “bersumpah berteguh-teguh janji” dan
dilihat pula dari nama-nama tokoh Melayu seperti ‘Cik Ambong dan Cik
Muda”).

f. Sudut Pandang.
 Sudut pandang orang ke-2 (dilihat dari kalimat : “tersebutlah cerita
seorang raja yang terlalu besar kerajaannya. Negeri itu bernama
Mandi Angin. Baginda bernama Raja Besar”).
 Sudut pandang orang ke-3 (dilihat dari kalimat : “isteri Baginda
bernama Tuan Puteri Mindungan Bulan”).
1. Unsur Ekstrinsik.
a. Keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap,
keyakinan dan pandangan hidup.

b. Psikologi Pengarang.
Pengarang memiliki psikologi yang baik, menceritakan dengan detail
tentang cerita yang terdapat dalam “Hikayat Raja Donan”.

c. Keadaan di Lingkungan Pengarang.


Politik : tidak tersirat. Ekonomi : tidak tersirat. Sosial : maha tahu.

d. Pandangan hidup suatu bangsa.


Berkaitan dengan kehidupan kerjasama.
“Kejahatan Membalas Dendam”

1. Unsur Instrinsik.
a. Tema dan Amanat.
Tema : Kerinduan dan kekhawatiran seorang istri.

Amanat : Sampai dewasa kita tidak dapat melepaskan diri dari satu
gambaran kebersamaan dan kasih sayang ibu kepada anaknya.

b. Tokoh dan Penokohan.


Tokoh :
 Dati : sebagai istri Wija (protagonis, penyabar)
 Wija : sebagai suami Dati (pemberani, jujur)
 Atni : sebagai anak perempuan dari Dati dan Wija (penyayang)
 Anto : sebagai anak laki-laki dari Dati dan Wija (penyayang)
 Wardi : sebagai teman Wija (tritagonis, pengertian)
 Mas Jat ; sebagai kakak dari Dati (tritagonis, pengertian)

c. Latar.
- Latar Waktu :
 Malam hari (dilihat dari kalimat : “tetapi, berbagai ragam rasa takut
dan cemas sering membangunkan aku di malam senyap”).

- Latar Tempat :
 Rumah Dati (dilihat dari kalimat : “lalu aku terbaring menentang
langit-langit rumah dengan pikiran kosong”).

- Latar Suasana :
 Menegangkan dan penuh kekhawatiran (dilihat dari kalimat : “aku
ingin dia kembali kepadaku dengan keadaan yang sebenarnya.
Utuh dan hidup”).
 Merasa ketakutan dan cemas (dilihat dari kalimat : “tetapi, dilihat
dari berbagai rasa takut dan cemas”).

d. Alur.
Menurut saya alur novel ini adalah alur maju.

 Alur Maju (dilihat dari kalimat : “aku sedang memandikan Anto


ketika penjaga telepon memanggilku. Ada interlokal. Aku tergesa
ke luar. Dengan gugup aku memegang pesawat telepon”).

e. Gaya Bahasa.
Menurut saya gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa
“Hiperbola” (dilihat dari kalimat : “aku hanya bisa membayangkan
betapa keadaan yang kulihat sendiri di zaman revolusi, ditengah api
mesiu dan hutan belukar yang lembab, panas atau pegunungan yang
membekukan, sedangkan yang bercampur dan berperang sekarang
tidak akan bisa memilih musuh”).

f. Sudut Pandang.
 Sudut pandang orang pertama (dilihat dari kalimat : “aku hanya
membaca berita yang juga dibaca orang-orang lain di surat kabar”).

1. Unsur Ekstrinsik.
a. Keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap,
keyakinan dan pandangan hidup.

b. Psikologi Pengarang.
Pengarang memiliki psikologi yang baik, menceritakan dengan detail
tentang cerita yang terdapat dalam novel “Kejahatan Membalas Dendam”.

c. Keadaan di Lingkungan Pengarang.


Politik : tidak tersirat. Ekonomi : tidak tersirat. Sosial : maha tahu.

d. Pandangan hidup suatu bangsa.


Berkaitan dengan kehidupan kekeluargaan.
No. UNSUR HIKAYAT RAJA DONAN KEJAHATAN
MEMBALAS DENDAM
1. Unsur Tema : Tema : Kerinduan dan
Instrinsik Perjalanan hidup sang Raja kekhawatiran seorang istri.
Donan.
Amanat : Amanat :
Kita tidak boleh asal Sampai dewasa kita tidak
membuang darah daging kita dapat melepaskan diri dari
(anak kandung) kita satu gambaran
bagaimana pun dia karena itu kebersamaan dan kasih
semua adalah titipan dari sayang ibu kepada
Tuhan Yang Maha Esa, anaknya.
jangan terlalu percaya
terhadap ramalan karena
ramalan itu belum tentu benar
semua.
Tokoh dan Penokohan : Tokoh dan Penokohan :
Dati : sebagai istri Wija
Raja Besar : sebagai
(protagonis, penyabar).
baginda Raja (arogan,
Wija : sebagai suami Dati
egois, mementingkan diri (pemberani, jujur).
sendiri).
Atni : sebagai anak
Tuan Puteri Lindungan perempuan dari Dati dan
Bulan : sebagai istri Wija (penyayang).
Baginda Raja (baik, Anto : sebagai anak laki-
menurut terhadap laki dari Dati dan Wija
(penyayang).
perintah suami).
Raja Donan : sebagai Wardi : sebagai teman
Wija (tritagonis,
anak dari Baginda Raja pengertian)
(penuh perjuangan, baik
Mas Jat : sebagai kakak
hati) dari Dati (tritagonis,
Bendahara Tua : sebagai pengertian

abang dari Baginda Raja


(suka memberi nasihat,
bisa meramal).
Raja Camar Laut :
sebagai Raja yang suka
meminta bayaran cukai
(arogan).
Cik Ambong : sebagai
sahabat Raja Donan
(baik hati).
Raja Cukai Pertukal :
sebagai Raja yang suka
meminta bayaran cukai
(arogan).
Cik Muda : sebagai
sahabat Raja Donan
(baik hati).
Puteri Ganda Iran :
sebagai anak perempuan
dari Raja Bendahara
Mangkubumi yang
cantik (penyabar, baik
hati).
Raja Bendahara
Mangkubumi : sebagai
ayah dari Puteri Ganda
Iran (tidak tersirat).
Puteri Telepuk Cahaya :
sebagai adik perempuan
Raja Piakas yang cantik
(baik hati).
Raja Pikas : sebagai
kakak laki-laki dari
Puteri Telepuk Cahaya
(tidak tersirat).
Cik Tuakal : sebagai
peralihan rupa dari Raja
Donan (baik hati, penuh
perjuangan).
Puteri Linggam Cahaya :
sebagai pemeran
pembantu (tidak tersirat).
Mak Tonggang : sebagai
seekor burung (baik,
suka member pesan
kepada Raja Donan).

Latar : Latar :
Waktu : Menceritakan Waktu : Malam hari
(dilihat dari kalimat :
waktu yang lampau
“tetapi, berbagai ragam
(dilihat dari kalimat : rasa takut dan cemas
sering membangunkan aku
“tersebutlah cerita
di malam senyap”).
seorang Raja yang terlalu
Tempat : Rumah Dati
besar kerajaannya”). (dilihat dari kalimat : “lalu
Setahun lamanya (dilihat aku terbaring menentang
langit-langit rumah dengan
dari kalimat : “setahun pikiran kosong”).
lamanya, Raja Donan
Suasana : Menegangkan
sudah pandai berkata”). dan penuh kekhawatiran
Tiga tahun tiga bulan dan (dilihat dari kalimat : “aku
ingin dia kembali
sepuluh hari (dilihat dari kepadaku dengan keadaan
kalimat : “tangguh tiga yang sebenarnya. Utuh dan
hidup”).
tahun tiga bulan dan Merasa ketakutan dan
sepuluh hari”). cemas (dilihat dari kalimat
: “tetapi, dilihat dari
Tempat : Di Negeri Mandi berbagai rasa takut dan
Angin (dilihat dari kalimat : cemas”).
“negeri itu bernama Mandi
Angin”).
Di Muara Sungai (dilihat dari
kalimat : “tersebut pula
perkataan Bendahara Tua,
abang Baginda yang tinggal
di muara sungai”).
Di Negeri Gendang Batu
(dilihat dari kalimat : “dari
negeri Gendang Batu”).
Di Negeri Beram Biru (dilihat
dari kaliamat : “Raja Piakas
dari negeri Beram Biru”).
Suasana : Suasana
membingungkan, karena
Baginda Raja harus
memutuskan pilihan untuk
menghanyutkan putranya
yaitu Raja Donan ke laut
karena ketujuh ahli nujum
menaruh khianat kepada Raja
dan mengatakan bahwa jika
putera Baginda ditaruh dalam
negeri, negeri pasti akan
binasa.

Alur :
Alur Maju (dilihat dari
Alur : kalimat : “aku sedang
Alur Maju (dilihat dari memandikan Anto ketika
kalimat : “Raja Donan penjaga telepon
meneruskan perjalanannya memanggilku. Ada
dan sampai di suatu tempat interlokal. Aku tergesa ke
yang bernama Goa Batu”. luar. Dengan gugup aku
“Kemudian Raja Donan memegang pesawat
menghilang, tetapi segera telepon”).
dicari kembali untuk
menghidupkan kembali”).

Gaya Bahasa : Gaya Bahasa :


Menurut saya gaya bahasa Menurut saya gaya bahasa
yang digunakan adalah gaya yang digunakan adalah
bahasa “Melayu Klasik”, gaya bahasa “Hiperbola”
(dilihat dari kalimat pembuka (dilihat dari kalimat : “aku
awal : “tersebutlah” dan hanya bisa membayangkan
diselipkan kalimat-kalimat betapa keadaan yang
bahasa Melayu Klasik seperti kulihat sendiri di zaman
“malang tak berbau”, dan revolusi, ditengah api
dilihat dari kalimat isi seperti mesiu dan hutan belukar
“bersumpah berteguh-teguh yang lembab, panas atau
janji” dan dilihat pula dari pegunungan yang
nama-nama tokoh Melayu membekukan, sedangkan
seperti ‘Cik Ambong dan Cik yang bercampur dan
Muda”). berperang sekarang tidak
akan bisa memilih
musuh”).

Sudut Pandang : Sudut Pandang :


Sudut pandang orang ke-2 Sudut pandang orang
(dilihat dari kalimat : pertama (dilihat dari
“tersebutlah cerita seorang kalimat : “aku hanya
raja yang terlalu besar membaca berita yang juga
kerajaannya. Negeri itu dibaca orang-orang lain di
bernama Mandi Angin. surat kabar”).
Baginda bernama Raja
Besar”).
Sudut pandang orang ke-3
(dilihat dari kalimat : “isteri
Baginda bernama Tuan Puteri
Mindungan Bulan”).

Keadaan subjektivitas Keadaan subjektivitas


2. Unsur individu pengarang yang individu pengarang yang
Ekstrinsik memiliki sikap, keyakinan memiliki sikap, keyakinan
dan pandangan hidup. dan pandangan hidup.

Psikologi Pengarang : Psikologi Pengarang :


Pengarang memiliki psikologi Pengarang memiliki
yang baik, menceritakan psikologi yang baik,
dengan detail tentang cerita menceritakan dengan
yang terdapat dalam “Hikayat detail tentang cerita yang
Raja Donan”. terdapat dalam novel
“Kejahatan Membalas
Dendam”.

Keadaan di Lingkungan Keadaan di Lingkungan


Pengarang : Pengarang :
Politik : tidak tersirat. Politik : tidak tersirat.
Ekonomi : tidak tersirat. Ekonomi : tidak tersirat.
Sosial : maha tahu. Sosial : maha tahu.

Pandangan hidup suatu Pandangan hidup suatu


bangsa : bangsa :
Berkaitan dengan kehidupan Berkaitan dengan
kerjasama. kehidupan kekeluargaan.

You might also like