7127-Article Text-13567-1-10-20180524

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Evaluasi Pendidikan

Volume 8, Nomor 2, Oktober 2017


DOI: doi.org/10.21009/JEP.082.07

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKUR TINGKAT


KEPUASAN SISWA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN
PENDIDIKAN DI SEKOLAH
Tata Suharta ABSTRACT
SMA Negeri 1 Sobang The purpose of this study is to develop an instrument measuring the level of students
Kabupaten Lebak, Jawa Barat satisfaction of educational services quality in the high school. Students satisfaction is the level
of a student’s felt state resulting from comparing a product’s perceived performance or
outcome in relations to the student’s expectation. Level of the student satisfaction with five
dimensions consists of tangible, reliability, responsiveness, assurance, and emphaty. The
research sample taken using simple random sampling technique. Development of items
based on expert judgement with Likert’s scales. Based on the items which have been
selected through the study and validation of expert panelists with interrater reliability
coefficient values produced 38 selected items. This instrument has been tested to 200
students of secondary school in Kabupaten Tangerang. Instruments in the research is made
in two coulomns respons, consists of performance and expectation. Empirically test through
the first and second trials testing through confirmatory factor analysis (CFA) with Maximum
Likelihood method (ML) values obtained factor loading above 0,5. From a reliability
coefficient calculation shows that the value of multidimensional reliability coefficients more
than 0.9 and average variance extracted (AVE) values more than 0.5 in the first and second
trials, which means that the level of validity and reliability of the instrument measuring the
level students satisfaction of service quality in high school classified as very high. It can be
concluded that the level of students satisfaction measuring instrument has good construct
validity and reliability.

Keywords
construct validity, construct reliability, instrument development, students satisfaction, educational
service quality

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan instrumen pengukur tingkat
kepuasan siswa terhadap kualitas pelayanan pendidikan di Sekolah Menengah Atas.
Kepuasan siswa adalah tingkat perasaan siswa setelah membandingkan kinerja atau
hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapan siswa. Tingkat kepuasan siswa
terdiri dari lima dimensi, yakni: tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan
emphaty. Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan metode sampling acak
sederhana. Pengembangan pernyataan-pernyataan instrumen didasarkan pada penilaian
pakar menggunakan skala Likert. Melalui telaah pakar dan validasi panelis berdasarkan
nilai koefisien reliabilitas interrater terpilih 38 butir. Instrumen diujicobakan pada 200
Alamat Korespondensi siswa SMA di Kabupaten Tangerang. Satu perangkat instrumen ini dikembangkan
dengan dua kelompok alternatif jawaban, yakni: kinerja dan harapan siswa. Secara
SMA Negeri 1 Sobang
empiris melalui ujicoba pertama dan ujicoba kedua melalui pengujian analisis faktor
Kabupaten Lebak, Jawa Barat konfirmatori dengan metode Maximum Likelihood (ML) didapatkan nilai loading factor di
e-mail: atas 0,5. Dari perhitungan nilai koefisien reliabilitas multidimensi menunjukkan bahwa
tata_ui@yahoo.com nilai koefisien reliabilitas konstruk lebih besar dari 0,9 dan nilai Average Variance
Extracted (AVE) lebih besar dari 0,5 pada ujicoba pertama dan kedua, yang berarti
tingkat validitas dan reliabilitas instrumen pengukur tingkat kepuasan siswa terhadap
kualitas pelayanan pendidikan tergolong sangat tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa
instrumen pengukur tingkat kepuasan siswa terhadap kualitas pelayanan pendidikan di
sekolah ini telah memiliki validitas dan reliabilitas konstruk yang baik.

Kata kunci
validitas konstruk, reliabilitas konstruk, pengembangan instrumen, kepuasan siswa, kualitas
pelayanan pendidikan

117
Tata Suharta Pengembangan Instrumen Pengukur Tingkat Kepuasan Siswa
Terhadap Kualitas Pelayanan Pendidikan Di Sekolah

1. Pendahuluan pada persepsi pelanggan dan bukanlah


berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak
Pengukuran kualitas pelayanan pendidikan
penyedia jasa. Kepuasan pelanggan atas pelayanan
merupakan elemen penting dalam menyediakan
jasa dapat diukur dari kesenjangan antara
pelayanan pendidikan yang lebih efisien dan
pelayanan yang diharapkan (expected service) dan
efektif. Kualitas suatu sekolah tidak dapat diukur
persepsi pelanggan (perceived service) tentang
hanya dari bangunan sekolah yang bagus atau
pelayanan yang diterima (Parasuraman, Zeithaml,
sarana prasarana yang lengkap. Kualitas sekolah
dan Berry, 1993: 11-12). Dalam kaitannya dengan
lebih ditentukan oleh kualitas layanan yang
definisi kepuasan secara eksplisit ada tiga rumusan
diberikan sekolah melalui pengukuran kepuasan
hal penting, yaitu: (a) ringkasan reaksi afektif dari
pelanggannya terhadap layanan pendidikan yang
berbagai intensitas rangsangan, (b) dibatasi dalam
diberikan, dalam hal ini para peserta didik (siswa)
rentang waktu yang terbatas, dan (c) terarah
sebagai pelanggan primer.
kepada aspek fokal dari produk yang dikonsumsi
Dalam memberikan pelayanan pendidikan,
(Giese dan Cote, 2002: 14-15).
sekolah harus mengacu pada standar nasional
Kepuasan ditentukan oleh dua variabel
pendidikan sebagai tolok ukur pelaksanaan
kognitif, yaitu: variabel harapan (expectation),
pelayanan/jasa pendidikan di lingkungan suatu
yaitu: keyakinan akan kinerja sebelum membeli
sekolah. Adapun ruang lingkup standar nasional
barang/jasa dan variabel diskonfirmasi
pendidikan tertuang dalam Peraturan Pemerintah
(disconfirmation), yaitu: perbedaan persepsi
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
sebelum membeli barang/jasa dan setelah
tentang Standar Nasional Pendidikan. Kepuasan
membeli barang/jasa tersebut (Oliver, 1980: 462).
siswa terhadap layanan pendidikan ini harus
Jadi, kepuasan atau ketidakpuasan konsumen
mempunyai tolok ukur kualitas pelayanan
merupakan dampak dari perbandingan antara
berdasarkan standar tersebut sehingga dapat
harapan pelanggan sebelum pembelian dengan
diukur sejauh mana kualitas pelayanan tersebut.
sesungguhnya yang diperoleh pelanggan dari
Kepuasan pelanggan merupakan perbedaan
produk atau jasa tersebut. Apabila kinerja produk
antara harapan dan kinerja yang dirasakan
atau jasa masih di bawah harapan, maka pelanggan
(Supranto, 2011: 224). Jadi, pengertian kepuasan
pelanggan berarti bahwa kinerja suatu barang atau akan kecewa/tidak puas (diskonfirmasi negatif),
dan apabila kinerja sudah sesuai dengan harapan,
jasa sekurang-kurangnya sama dengan apa yang
maka pelanggan akan puas (diskonfirmasi positif).
diharapkan. Kepuasan adalah tingkat perasaan
Kualitas pelayanan terdiri dari lima dimensi,
seseorang setelah membandingkan kinerja atau
yaitu: bukti fisik (tangible), keandalan (reliability),
hasil yang dirasakan dengan harapannya (Kottler
daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance),
dan Keller, 2012: 128). Jadi kepuasan adalah
dan empati (emphaty) (Parasuraman, Zeithaml,
kesimpulan dari interaksi antara harapan dan
dan Berry, 1988: 23). Sedangkan Sureshchandar,
pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan
et al. mengidentifikasi lima faktor/dimensi kualitas
yang diberikan. Oleh karena itu, kepuasan
pelayanan yang sangat kritis dari sudut pandang
pelanggan sangat ditentukan oleh kualitas dari
pelanggan: (1) inti dari layanan atau konten
suatu barang/jasa yang diharapkan oleh pelanggan.
produk layanan dari jasa, (2) unsur manusia dari
Pelanggan akan merasa puas jika kualitas dari
aspek layanan seperti reliability, assurance, tangible,
suatu barang/jasa sesuai dengan apa yang
empathy, dan responsiveness, (3) sistemasi
diharapkannya.
pelayanan, proses, prosedur yang berlaku, dan
Ada dua faktor utama yang mempengaruhi
teknologi yang mendukung pelayanan, (4) unsur
kualitas dari layanan, yaitu: persepsi pelanggan
yang terlihat (tangible) seperti peralatan
atas pelayanan (perceived service) dan harapan
pelayanan, penampilan karyawan, dan lingkungan
pelanggan atas pelayanan (expected service).
yang mendukung pelayanan atau umumnya dikenal
Kualitas pelayanan yang baik harus berorientasi
sebagai “servicescape”, dan (5) tanggung jawab

Jurnal Evaluasi Pendidikan, Vol. 8, No. 2, Oktober 2017 118


Tata Suharta Pengembangan Instrumen Pengukur Tingkat Kepuasan Siswa
Terhadap Kualitas Pelayanan Pendidikan Di Sekolah

sosial berupa perilaku etis dari penyedia layanan merasa aman dan nyaman ketika berada di
(Sureshchandar, Rajendran, dan Anantharaman, lingkungan perusahaan.
2002: 364). Kelima dimensi emphaty (empati), berarti
Dimensi pertama dari kualitas pelayanan perusahaan memahami masalah para pelanggannya
adalah tangible (bukti langsung), merupakan dan bertindak demi kepentingan pelanggan
kemampuan untuk memberikan fasilitas fisik sehingga pelayanan yang diberikan sekolah
sekolah serta perlengkapan pembelajaran yang sepenuh hati. Indikator dari empati meliputi
memadai menyangkut penampilan staff dan perhatian semua staff kepada pelanggannya,
karyawan serta sarana umum yang terlihat terjalin komunikasi yang baik antara pelanggan
langsung. Adapun indikatornya meliputi fasilitas dan penyedia jasa, serta kemudahan untuk
fisik, perlengkapan sarana prasarana, dan kondisi berkomunikasi atau dihubungi.
lingkungan serta penampilan karyawan. Instrumen atau alat ukur kepuasan ini harus
Kedua dimensi reliability (keandalan), benar-benar dapat mengukur dengan tepat
berkaitan dengan kemampuan suatu perusahaan persepsi atau sikap pelanggan tersebut melalui
jasa untuk memberikan layanan yang akurat sejak dimensi-dimensi kualitas pelayanan. Alat pengukur
pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun yang dapat digunakan untuk mengukur kepuasan
dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu siswa adalah non tes yang berupa instrumen. Hasil
yang telah disepakati. Adapun indikator dari dari instrumen pengukur kepuasan siswa terhadap
reliability meliputi waktu pelayanan yang cepat, layanan ini dapat digunakan di sekolah atau
relevan dan akurat, pelayanan menjanjikan yang lembaga pendidikan untuk mengetahui tingkat
dapat dipercaya, serta memberikan akurasi kepuasan siswa terhadap pelayanan yang
pelayanan pada semua pelanggan. diberikan. Data yang diperoleh dari hasil
Ketiga dimensi responsiveness (daya angket/kuesioner kinerja pelayanan yang diberikan
tanggap), berkenaan dengan kesediaan dan sekolah dibandingkan dengan harapan atau
kemampuan para staff dan karyawan untuk persepsi siswa terhadap kualitas yang diharapkan.
membantu para pelanggan dan merespon Jika kinerja pelayanan sekolah lebih besar dari
permintaan pelanggan, serta menginformasikan harapan maka siswa akan sangat puas, jika kinerja
kapan jasa akan diberikan dan kemudian pelayanan yang diberikan sama dengan harapan
memberikan jasa secara tepat. Indikatornya siswa maka siswa akan merasa puas, dan jika
berkaitan dengan proses pemberian jasa yang pelayanan yang diberikan di bawah harapan siswa
interaktif dan variatif, kepedulian terhadap maka siswa akan merasa tidak puas.
pelanggannya, penanganan permasalahan atau Untuk itu penelitian ini difokuskan pada
kebutuhan pelanggan secara tepat sehingga penyusunan dan pengembangan instrumen
memungkinkan untuk mengembangkan kreativitas pengukur tingkat kepuasan siswa terhadap
dan kapasitasnya. kualitas pelayanan pendidikan di sekolah terutama
Keempat dimensi assurance (jaminan), yakni: validasi konstruk dengan menggunakan analisis
perilaku para karyawan mampu menumbuhkan faktor konfirmatori dengan indikator-indikator
kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan dari dimensi-dimensi yang membangun konstruk
perusahaan dapat menciptakan rasa aman bagi kepuasan siswa terhadap kualitas pelayanan
pelanggannya. Jaminan juga berarti bahwa para pendidikan di sekolah, yaitu: (1) tangible, (2)
karyawan selalu berperilaku baik serta menguasai responsiveness, (3) reliability, (4) assurance, dan (5)
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan emphaty. Penelitian ini juga berfokus pada estimasi
untuk menangani setiap pertanyaan atau masalah reliabilitas konsistensi internal dengan
pelanggan. Indikatornya meliputi kompetensi atau menggunakan koefisien alpha berstrata dan
pengetahuan yang dimiliki staff atau karyawan reliabilitas konstruk dari kepuasan siswa serta
memadai, perilaku yang ditunjukkan staff atau menguji ketepatan model teoretis yang dibuat
karyawan, serta yang menyangkut masalah peneliti dengan menggunakan hasil analisis faktor
keamanan di lingkungan sehingga pelanggan konfirmatori.

Jurnal Evaluasi Pendidikan, Vol. 8, No. 2, Oktober 2017 119


Tata Suharta Pengembangan Instrumen Pengukur Tingkat Kepuasan Siswa
Terhadap Kualitas Pelayanan Pendidikan Di Sekolah

2. Metode Penelitian 3 Responsiveness Kemudahan pelayanan,


dan respon terhadap
Pada penelitian ini digunakan metode survei siswa
dengan memberikan angket/kuesioner kepada 4 Assurance Kompetensi dan
responden. Survei digunakan dalam pengumpulan keamanan
data yang bertujuan untuk mengungkap fakta 5 Emphaty Perhatian kepada siswa,
berdasarkan gejala yang ada pada responden. dan kemudahan
Metode yang berorientasi pada stimulus atau komunikasi
respon dari para responden yang digunakan untuk
menentukan letak kontinum, kemudian angka Definisi operasional kepuasan siswa sebagai
yang dihasilkan dijadikan skor bagi butir yang pelanggan internal adalah nilai yang diperoleh dari
disetujui. Penelitian ini menggunakan metode suatu perbandingan kinerja yang dirasakan dengan
sampling acak sederhana. harapan siswa yang diukur melalui lima dimensi
Kepuasan siswa adalah nilai yang diperoleh kualitas layanan. Tiga puluh delapan butir
dari suatu perbandingan kinerja yang dirasakan pernyataan tersebut diperoleh dari 40 butir
(perceived service) dengan harapan siswa (expected pernyataan awal setelah ditelaah oleh 5 orang
service) yang diukur melalui lima dimensi kualitas pakar dan diujicobakan pada 20 orang panelis.
layanan, yakni: (1) sesuatu yang terwujud Setiap butir dalam pernyataan merupakan
(tangible) sebanyak 13 butir, (2) kehandalan suatu keadaan atau perasaan responden yang
(reliability) sebanyak 8 butir, (3) daya tanggap berkaitan dengan kepuasan siswa terhadap
(responsiveness) sebanyak 6 butir, (4) jaminan layanan pendidikan. Butir-butir pernyataan
(assurance) sebanyak 6 butir, dan (5) empati tersebut disertai dengan skala Likert dengan lima
(emphaty) sebanyak 5 butir. Jadi instrumen pilihan, yaitu: Sangat Penting (SP), Penting (P),
sebanyak 38 butir. Data skor yang diperoleh dari Biasa-biasa saja (Bs), Tidak Penting (TP), dan
hasil ujicoba dianalisis untuk melihat validasi Sangat Tidak Penting (STP) untuk mengukur
konstruk serta koefisien reliabilitasnya dengan harapan atau persepsi siswa terhadap kualitas
menggunakan analisis faktor konfirmatori dengan pelayanan dan Sangat Puas (SPs), Puas (Ps), Ragu-
menggunakan metode ML (Maximum Likelihood). ragu (R), Tidak Puas (TPs), dan Sangat Tidak Puas
Dimensi dan indikator dari konstruk kepuasan (STPs) untuk mengukur kinerja sekolah.
siswa dapat dilihat pada Tabel 1.
Definisi operasional kepuasan siswa sebagai 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
pelanggan internal adalah nilai yang diperoleh dari Berdasarkan telaah dari para pakar,
sesuatu perbandingan kinerja yang dirasakan diperoleh penilaian yang relatif sama mengenai
dengan harapan siswa yang diukur melalui lima konstruk dari kepuasan siswa. Secara umum
dimensi kualitas layanan. Tiga puluh delapan butir indikator yang disusun dinilai sudah mewakili
pernyataan tersebut diperoleh dari 40 butir dimensi dari konstruk kepuasan siswa. Indikator-
pernyataan awal setelah ditelaah oleh 5 orang indikator yang disusun merupakan representasi
pakar dan diujicobakan pada 20 orang panelis. dari penjabaran dimensi dari konstruk yang telah
didefinisikan. Dengan kata lain konstruksi butir
Tabel 1. Dimensi dan Indikator Instrumen Kepuasan
Siswa
sudah sesuai dengan indikatornya.
No Dimensi Indikator Para pakar memberi beberapa masukan
1 Tangible Kondisi penampilan prasa terhadap butir-butir pernyataan yang disusun
rana sekolah, perlengkap berdasarkan indikatornya. Ada butir pernyataan
an sarana pembelajaran, yang dapat membingungkan responden dan saling
dan fasilitas fisik sekolah tumpang tindih (overlap), misalnya butir tersebut
2 Reliability Pelayanan yang dapat di masuk dalam dimensi responsiveness (daya
percaya, dan akurasi pela tanggap), tapi mengindikasikan masuk ke dimensi
yanan berusaha mengam tangible (bukti fisik). Butir tersebut diperbaiki
bil tindakan logis karena membingungkan dan dapat bermakna

Jurnal Evaluasi Pendidikan, Vol. 8, No. 2, Oktober 2017 120


Tata Suharta Pengembangan Instrumen Pengukur Tingkat Kepuasan Siswa
Terhadap Kualitas Pelayanan Pendidikan Di Sekolah

ambigu. Butir pernyataan ini juga saling tumpang dianulir dan tidak dimasukkan dalam analisis
tindih (overlap), yakni: masuk dimensi tangible karena tidak dapat mengukur konsep kepuasan.
(bukti fisik). Menurut pakar, ada butir yang tidak Oleh karena itu terdapat 38 butir yang memenuhi
sesuai dengan indikatornya, misalnya pada syarat pada tes performansi pengukuran kepuasan
indikator keamanan ternyata butirnya tidak siswa yang akan digunakan untuk keperluan
merepresentasikan indikatornya, seharusnya analisis uji validitas dan reliabilitas.
indikator keamanan itu berkaitan dengan hal-hal Hasil perbaikan dan penyempurnaan pada
yang bersifat ancaman terhadap keselamatan perangkat non tes kemudian diperiksa kembali
siswa atau barang yang dimilikinya serta kepastian oleh 20 panelis dalam pengujian secara rasional,
hukum atau peraturan. Butir yang tidak untuk menentukan tingkat kecocokan butir
merepresentasikan indikatornya tersebut dibuang pernyataan dan reliabilitas antar raternya. Dari uji
dan diganti dengan butir pernyataan baru yang kecocokan butir pernyataan dengan menggunakan
lebih representatif sesuai dengan saran pakar. Content Validity Ratio (CVR) dari Lawshe yang
Pakar juga menilai beberapa butir dilakukan oleh 20 panelis (rater) terlihat bahwa
pernyataan yang tidak mengukur konsep dimensi semua butir pernyataan pada masing-masing
atau indikatornya. Butir tersebut tidak dapat dimensi sudah cocok dan sesuai dengan
digunakan untuk mengukur konsep karena bukan konstruksi dimensinya. Hal ini terlihat dari nilai
suatu ukuran yang menjadi bahan penilaian untuk CVR hitung yang semuanya melebihi dari nilai
mengukur indikator. Contoh butir yang tidak kritis CVR tabel pada taraf signifikansi 5% dan
dapat mengukur konsep ada dua butir, butir jumlah rater 20, yaitu: 0,42. Sehingga semua butir
tersebut dibuang karena memang tidak mengukur dapat dikatakan layak dan cocok digunakan untuk
indikatornya. Bahasa yang digunakan dalam mengukur konstruk kepuasan siswa. Perhitungan
penyusunan perangkat non tes dinilai para pakar reliabilitas konstruk penilaian dari panelis
cukup komunikatif. Namun demikian, terdapat terhadap instrumen kepuasan siswa menggunakan
beberapa kalimat disarankan untuk rumus Hoyt dan hasil perhitungan reliabilitas
diperbaiki karena sulit dipahami, interrater para panelis diperoleh koefisien
membingungkan, dan dimungkinkan terjadinya reliabilitas untuk masing-masing dimensi yang
salah interpretasi. Pakar juga menyarankan untuk bernilai lebih besar dari 0,7. Nilai ini tergolong
setiap butir hanya menanyakan satu pernyataan cukup tinggi, sehingga instrumen kepuasan siswa
atau hanya memuat satu pemikiran (one thought), ini dinyatakan reliabel.
hal ini biasanya terdapat pada butir yang
mengandung kata “dan”, “atau”. Tabel 2. Koefisien Reliabilitas Hoyt Instrumen
Apabila suatu butir menanyakan lebih dari Kepuasan Siswa
satu pertanyaan, responden mungkin bingung
kalau dia akan menjawab bagian yang satu secara Koefisien
No Dimensi
Reliabilitas
positif sedangkan bagian yang lainnya secara
negatif. Jawaban yang positif untuk tipe butir ini 1. Tangible 0,75
akan menunjukkan bahwa responden setuju 2. Reliability 0,73
bagian tersebut, sebaliknya jawaban yang negatif 3. Responsiveness 0,72
dapat diartikan bahwa responden tidak setuju 4. Assurance 0,71
dengan salah satu bagian atau tidak setuju 5. Emphaty 0,72
keduanya. Pakar menyarankan butir yang
diinterpretasikan lebih dari satu cara tersebut Dari hasil perhitungan ujicoba pengujian
dipecah menjadi dua butir pernyataan baru atau validitas instrumen kinerja bahwa 38 butir valid.
menghapus salah satu kata. Sedangkan uji reliabilitas dengan menggunakan
Dari pemaparan berdasarkan validitas formula koefisien reliabilitas Alpha Cronbach
konstruk dan keterbacaan butir pernyataan, pada masing-masing dimensi didapatkan nilai
penggunaan tata bahasa, dan penulisannya, maka koefisien reliabilitas untuk masing-masing dimensi
sesuai masukan para pakar ada 2 butir yang

Jurnal Evaluasi Pendidikan, Vol. 8, No. 2, Oktober 2017 121


Tata Suharta Pengembangan Instrumen Pengukur Tingkat Kepuasan Siswa
Terhadap Kualitas Pelayanan Pendidikan Di Sekolah

mempunyai nilai Alpha Cronbach yang bernilai Berikut rumus untuk menghitung average
lebih besar dari 0,7. Berdasarkan kriteria yang variance extracted (AVE) dan reliabilitas konstruk.
dikemukakan oleh Naga (2012: 241), dapat k
dikatakan bahwa alat ukur yang digunakan dalam  2
i
penelitian ini mempunyai reliabilitas yang dapat AVE  (1) i 1
k k
diterima dan baik. Nilai koefisien reliabilitas
    (1  
2 2
)
tersebut dikatakan tinggi, sehingga instrumen i 1
i
i 1
i

kepuasan siswa ini digunakan sebagai alat ukur 2


yang mempunyai konsistensi internal yang baik.  k 
  i 
Pengujian model pengukuran secara  i 1 
keseluruhan (overall) dengan menggunakan analisis CR  2
 k
 k
faktor konfirmatori bertujuan untuk menguji   i    (1  i )
2

model yang terbentuk berdasarkan butir yang  i 1  i 1


membangun dimensi, dan dimensi-dimensi
pembentuk konstruk kepuasan siswa. Uji ini Di mana i = nilai loading factor
dilakukan untuk mengevaluasi derajat kecocokan/ terstandarisasi masing-masing indikator/item.
goodness of fit (GOF) antara data dengan model.
Uji kecocokan untuk keseluruhan model (overall Untuk menghitung AVE dan CR dilakukan
model) melibatkan model struktural dan model secara bertahap, pertama untuk first order
pengukuran secara terintegrasi yang dibagi konstruk dan kedua untuk second order konstruk.
menjadi tiga kelompok pengujian, yaitu: ukuran Berikut hasil perhitungan nilai AVE dan CR untuk
kecocokan absolut (absolute fit measures), ukuran setiap konstruk ditunjukkan oleh Tabel 3. Nilai
kecocokan model inkremental (incremental fit koefisien reliabilitas konstruk ini dikategorikan
measures), dan ukuran kecocokan parsimoni tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa model
(parsimonious fit measures) (Latan, 2013: 49). yang didapatkan ini reliabel.
Sebagian besar ukuran GOF menunjukkan
kecocokan yang baik sehingga dapat disimpulkan Tabel 3. Nilai AVE dan Reliabilitas Konstruk pada
Model Ujicoba I (Kinerja)
bahwa kecocokan keseluruhan model adalah baik
(model fit).
Validitas konvergen dapat dilihat nilai loading
factor tiap-tiap item dari masing-masing dimensi
dan nilai average variance extracted (AVE) dengan
kriteria, yaitu: nilai loading factor lebih dari 0,5 Nilai loading factor masing-masing item pada
(Hair, 2010: 709) dan nilai average variance tiap-tiap dimensi pada instrumen kinerja dapat
extracted (AVE) masing-masing konstruk minimal dilihat pada Gambar 1.
0,50 dapat diterima (Fornell dan Larcker, 1981: Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa
46). Selanjutnya untuk mengevaluasi model seluruh indikator signifikan karena memiliki nilai
pengukuran secara keseluruhan dengan loading factor > 0,5. Hal ini dapat dikatakan bahwa
menghitung nilai reliabilitas konstruk (CR) untuk item/indikator penyusun masing-masing
tiap konstruk atau dimensi. Rule of thumb dari dimensinya dapat menjelaskan konstruk latennya
koefisien reliabilitas konstruk adalah 0,7 (Hair, dengan baik. Hal ini memberikan makna bahwa
2010: 710). Nilai average variance extracted (AVE) seluruh indikator memberikan informasi yang
dan reliabilitas konstruk (construct reliability) tidak signifikan terhadap variabel latennya.
dikeluarkan dalam output Lisrel, sehingga harus
dihitung secara manual. Untuk menghitung AVE
dan CR dilakukan secara bertahap, pertama untuk
first order konstruk dan kedua untuk second order
konstruk.

Jurnal Evaluasi Pendidikan, Vol. 8, No. 2, Oktober 2017 122


Tata Suharta Pengembangan Instrumen Pengukur Tingkat Kepuasan Siswa
Terhadap Kualitas Pelayanan Pendidikan Di Sekolah

Gambar 1. Nilai Loading Factor Masing-masing Butir Gambar 2. Nilai Loading Factor Masing-masing Butir
untuk Tiap-tiap Dimensi pada Model Uji untuk Tiap-tiap Dimensi pada Model
Coba I (Kinerja) Ujicoba I (Harapan)

Hasil perhitungan ujicoba pengujian validitas Dari Gambar 2 dapat diketahui bahwa
instrumen harapan dengan 38 butir valid. seluruh indikator signifikan karena memiliki nilai
Sedangkan uji reliabilitas dengan menggunakan loading factor > 0,5. Hal ini dapat dikatakan bahwa
formula koefisien reliabilitas Alpha Cronbach item/indikator penyusun masing-masing
pada masing-masing dimensi pada instrumen dimensinya dapat menjelaskan konstruk latennya
harapan didapatkan nilai koefisien reliabilitas dengan baik. Hal ini memberikan makna bahwa
untuk masing-masing dimensi mempunyai nilai seluruh indikator memberikan informasi yang
Alpha Cronbach lebih besar dari 0,7. Nilai signifikan terhadap variabel latennya.
koefisien reliabilitas tersebut dikatakan tinggi, Karena model fit secara keseluruhan, nilai
sehingga instrumen kepuasan siswa ini digunakan loading factor masing-masing indikator pada setiap
sebagai alat ukur yang handal. dimensi lebih dari 0,5; nilai AVE > 0,5; dan nilai
Untuk perhitungan AVE dan CR dilakukan reliabilitas konstruk yang tinggi maka dapat
secara bertahap, pertama untuk first order dikatakan bahwa model ini sudah baik dan tidak
konstruk dan kedua untuk second order konstruk. memerlukan adanya perbaikan/modifikasi. Hasil
Berikut hasil perhitungan nilai AVE dan CR untuk yang serupa didapatkan pada ujicoba empiris
setiap konstruk pada instrumen harapan kedua.
ditunjukkan oleh Tabel 4. Dari hasil analisis secara kuantitatif dan
Tabel 4. Nilai AVE dan Reliabilitas Konstruk pada
kualitatif, secara umum dapat dikatakan bahwa
Model Ujicoba I (Harapan) instrumen pengukur tingkat kepuasan siswa
terhadap kualitas pelayanan di sekolah yang
dikembangkan berdasarkan kajian teoretik dan
telaah para pakar dan panelis serta diujicoba
secara empiris di beberapa SMA, sudah sesuai dan
Nilai loading factor masing-masing item pada dapat diaplikasikan pada penilaian kualitas/mutu
tiap-tiap dimensi pada instrumen kinerja dapat pelayanan di sekolah. Jika dibandingkan konsep
dilihat pada Gambar 2 berikut ini. dan draft awal dari perangkat non tes, terdapat

Jurnal Evaluasi Pendidikan, Vol. 8, No. 2, Oktober 2017 123


Tata Suharta Pengembangan Instrumen Pengukur Tingkat Kepuasan Siswa
Terhadap Kualitas Pelayanan Pendidikan Di Sekolah

beberapa perbaikan/revisi dan pengembangan 4. Simpulan


sebagai hasil dari ujicoba rasional oleh pakar dan Berdasarkan hasil ujicoba yang didapatkan
panelis serta ujicoba empiris kepada responden di dari hasil penelitian, dapat disimpulkan beberapa
lapangan baik tahap pertama maupun tahap hal sebagai berikut: pertama tingkat kepuasan
kedua. Pengembangan tersebut mencakup siswa terhadap kualitas pelayanan pendidikan
kesesuaian antara butir dengan indikator, tersusun atas lima dimensi, yaitu: (1) tangible, (2)
indikator dengan dimensi pada konstruk latennya, reliability, (3) responsiveness, (4) assurance, dan (5)
serta penggunaan bahasa yang lebih komunikatif emphaty.
dan dapat dipahami oleh responden. Kedua, pengujian validitas konstruk
Validitas berkaitan dengan sejauh mana dilakukan pertama kali oleh pakar dan panelis
suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya untuk melihat sejauh mana penjabaran indikator-
diukur. Instrumen yang dikembangkan ini memiliki indikator dan butir telah membentuk susunan
validitas yang memadai, baik validitas konstruk atau kerangka konsep konstruk yang diujikan,
hasil penilaian pakar dan panelis, validitas butir
yaitu: kepuasan siswa terhadap kualitas
dan validitas konstruk hasil ujicoba empiris. pendidikan di sekolah. Setiap indikator dikaji,
Validitas konstruk dilihat pada kesesuaian antara butir-butir pernyataan mana saja yang sesuai
butir dengan indikatornya, indikator dengan dengan indikator tersebut. Setiap indikator
dimensi pembentuk konstruk latennya. Hasil dijabarkan ke dalam butir-butir pernyataan secara
penilaian para pakar menunjukkan bahwa memadai. Dari hasil pengujian ini ada dua butir
instrumen non tes ini memiliki validitas konstruk yang dinyatakan gugur karena dinilai tidak sesuai
yang memadai. Dengan demikian, instrumen dengan konsep yang akan diukur. Kemudian butir
pengukur tingkat kepuasan siswa ini dapat yang tersisa, yaitu: ada 38 butir yang mendasari
digunakan di jenjang SMA, baik negeri maupun indikator-indikator pada tiap-tiap dimensi.
swasta. Ketiga, perhitungan koefisien reliabilitas
Reliabilitas suatu alat ukur merupakan multidimensi pada ujicoba empiris pertama
konsistensi atau keajegan alat ukur tersebut dalam didapatkan nilai loading factor untuk masing-
mengukur apa yang diukur. Makin tinggi koefisien masing item lebih dari 0,5, nilai average variance
reliabilitas, makin dekat nilai skor amatan ke nilai extracted (AVE) konstruk lebih dari 0,5 dapat
komponen skor yang sesungguhnya, sehingga nilai dinyatakan bahwa instrumen memiliki validitas
skor amatan dapat digunakan sebagai pengganti yang memadai dan nilai koefisien reliabilitas
komponen skor yang sesungguhnya. Dengan multidimensi yang tinggi dapat dikatakan bahwa
demikian dapat dinyatakan bahwa instrumen ini instrumen pengukur tingkat kepuasan siswa
dapat dikatakan valid dan reliabel. terhadap kualitas pelayanan pendidikan di sekolah
Berdasarkan hasil penilaian instrumen sangat handal (reliabel).
harapan siswa dan instrumen kinerja maka akan
didapatkan suatu perhitungan mengenai tingkat 5. Daftar Pustaka
kesesuaian antara harapan dan kinerja yang
dirasakan oleh siswa. Tingkat kesesuaian adalah Fornell, C., dan David F. Larcker. (1981).
hasil perbandingan skor kinerja dengan skor Evaluating Structural Equation Models with
harapan. Tingkat kesesuaian inilah yang akan Unobservable Variable and Measurement
menentukan tingkat kepuasan siswa. Jika tingkat Error. Journal of Marketing Research, Vol. 18:
kesesuaian sama dengan 100% atau lebih, maka 39-50.
siswa dinyatakan puas atau sangat puas. Jika
tingkat kesesuaian kurang dari 100%, maka siswa Giese, Joan L., dan Joseph A. Cote. (2002).
dinyatakan tidak puas pada atribut pernyataan Defining Consumer Satisfaction." Academy
tersebut. Selain itu, tingkat kesesuaian juga dapat of Marketing Science Review, Vol. 2000: 1-24.
menentukan urutan prioritas yang mempengaruhi
tingkat kepuasan siswa. Hair, J. F., R.E. Anderson, Barry J. Babin, dan
William C. Black. (2010). Multivariate Data

Jurnal Evaluasi Pendidikan, Vol. 8, No. 2, Oktober 2017 124


Tata Suharta Pengembangan Instrumen Pengukur Tingkat Kepuasan Siswa
Terhadap Kualitas Pelayanan Pendidikan Di Sekolah

Analysis. New Jersey: Pearson Prentice Hall, The Academy of Marketing Science, Vol.
Inc. 21(1): 1-12.

Kotler, Philip, dan Gary Armstrong. (2012). Supranto, J. (2011). Pengukuran Tingkat Kepuasan
Principles of Marketing. New Jersey: Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar.
Prentice-Hall, Inc. Jakarta: Rhineka Cipta.

Kotler, Philip, dan K. L. Keller. (2012). Marketing Sureshchandar, G.S., Chandrasekharan Rajendran,
Management. New Jersey: Prentice Hall. dan R.N. Anantharaman. (2002). The
Relationship between Service Quality and
Latan, Hengky. (2013). Model Persamaan Struktural Customer Satisfaction–A Factor Specific
Teori dan Implementasi AMOS 21.0. Bandung: Approach. Journal of Services Marketing, Vol.
Alfabeta, 2013. 16: 363-379.

Margono, Gaguk. (2005). Validasi Konstruk


Instrumen Pengukur Kepuasan Mahasiswa
Sebagai Pelanggan Internal. Jurnal PTM, Vol.
5(1): 1-10.

Naga, Dali S. (2012). Teori Sekor pada Pengukuran


Mental. Jakarta: PT. Nagarani Citrayasa.

Oliver, Richard L. (1980). A Cognitive Model of


the Antecedents and Consequences of
Satisfaction Decisions. Journal of Marketing
Research, Vol. 17: 460-469.

Parasuraman, A., V. A. Zeithaml, dan L. L. Berry.


(1985). A Conceptual Model of Service
Quality and its Implications for Future
Research. Journal of Marketing, Vol. 49: 41-
50.

Parasuraman, A., V. A. Zeithaml, dan L. L. Berry.


(1994). Reassessment of Expectations as A
Comparison Standard in Measuring Service
Quality: Implications for Future Research.
Journal of Marketing, Vol. 58: 111-124.

Parasuraman, A., V. A. Zeithaml, dan L. L. Berry.


(1998). SERVQUAL: A Multiple-item Scale
for Measuring Consumer Perceptions of
Service Quality. Journal of Retailing, Vol.
64(1): 12-40.

Parasuraman, A., V. A. Zeithaml, dan L. L. Berry.


(1993). The Nature and Determinants of
Custumer expectation of Service. Journal of

Jurnal Evaluasi Pendidikan, Vol. 8, No. 2, Oktober 2017 125

You might also like