Auliyaa TO

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

MAKALAH

TEORI ORGANISASI

“MENGANALISIS DASAR – DASAR PERILAKU INDIVIDU DALAM


BERORGANISASI”

Dosen Pengampu : NOVA HARI SANTHI, S.Pd,. MM

DISUSUN OLEH KELOMPOK IV

SEMESTER 5 B1 MALAM :

1. Auliya Shofiyatil Fitri


2. Arfidi Adli
3. Iftihar Hukmiyakin

Jln. TGH. Umar No.22 Selong ( Telp. 21368 )

INSTITUT TEKNOLOGI SOSIAL KESEHATAN ( ITSKES )

MUHAMMADIYAH SELONG KABUPATEN LOMBOK TIMUR

NUSA TENGGARA BARAT 2022


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak
memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya. Rahmat beserta salam semoga tetap
tercurahkan kepada jungjungan kita, pemimpin akhir zaman yang sangat dipanuti oleh
pengikutnya yakni Nabi Muhammad SAW.  “MENGANALISIS DASAR – DASAR
PERILAKU INDIVIDU DALAM BERORGANISASI” ini sengaja di bahas karena sangat
penting untuk kita khususnya sebagai mahasiswa yang ingin lebih mengenal mengenai Teori
Organisasi.

Selanjutnya, penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


memberikan pengarahan-pengarahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Tidak lupa juga kepada ibu dosen dan teman-teman yang lain untuk memberikan
sarannya kepada kami agar penyusunan makalah ini lebih baik lagi.

Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya
semua yang membaca makalah ini.

Selong, 29 September 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap usaha untuk mengetahui mengapa manusia berperilaku seperti mereka
tunjukan di dalam organisasi-organisasi, memerlukan pemahaman tertentu tentang
perbedaan-perbedaan individual. Para manajer banyak mencurahkan waktu mereka
untuk membuat penilaian-penilaian tentang penyesuaian antara individu-individu,
tugas-tugas pekerjaan dan efektivitas.
Perilaku merupakan hal yang sangat menarik untuk dipelajari baik perilaku
individu maupun perilaku kelompok, mungkin kedengarannya asing untuk
mempelajari perilaku itu sendiri, namun hal ini sangat penting karena dengan
mengetahui arti dari perilaku kita dapat mengetahui apa yang diinginkan oleh individu
tersebut, hal ini bertujuan agar apa yang kita harapkan dapat tercapai dengan
kerjasama setiap individu dengan keanekaragaman perilakunya. Selain itu perilaku
dalam sebuah organisasi sangat mempengaruhi jalannya suatu organisasi tersebut.

B. Rumusan Masalah
a. Jelaskan konsep dasar perilaku organisasi ?
b. Apa konsep dasar perilaku individu ?
c. Apa asumsi dasar perilaku manusia ?
d. Jelaskan perbedaan perilaku individu ?
e. Apa saja pendekatan dalam mempelajari perilaku indivdu ?
f. Jelaskan faktor yang mempengaruhi perilaku individu dalam berkerja ?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui konsep dasar perilaku organisasi.
b. Untuk mengetahui konsep dasar perilaku individu.
c. Mengetahui asumsi dasar perilaku manusia.
d. Mengetahui perbedaan perilaku individu.
e. Dapat menjelaskan apa saja pendekatan dalam mempelajari perilaku indivdu.
f. Dapat menjelaskan faktor yang mempengaruhi perilaku individu dalam berkerja.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Perilaku Organisasi


Teori atau ilmu perilaku organisasi (organization behavior) pada hakekatnya
mendasarkan kajiannya pada ilmu perilaku itu sendiri, yang dikembangkan dengan
pusat perhatiannya pada tingkah laku manusia dalam organisasi. Konsep dasar
perilaku organisasi terdapat dua komponen yang mampu menunjang organisasi itu
berjalan. komponen-komponen itu diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Individual sebagai komponen pertama. Perilaku individual ini sangatlah
berpengaruh pada organisasi, baik perilaku terhadap individu lain maupun
perilaku individu terhadap organisasi.
2) Organisasi formal sebagai komponen kedua. Organisasi ini merupakan suatu
wadah bagi individu-individu untuk menuangkan ide-ide kreatif dan menunjukkan
keahlian atau kecakapan yang dimiliki.
. Jadi, perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek- aspek
tingkah laku manusia dalam organisasi atau suatu kelompok tertentu. Aspek pertama
meliputi pengaruh organisasi terhadap manusia, sedang aspek kedua pengaruh
manusia terhadap organisasi.
Pengertian ini sesuai dengan rumusan Kelly dalam bukunya Organizational
Behavior yang menjelaskan bahwa perilaku organisasi di dalamnya terdapat interaksi
dan hubungan antara organisasi di satu pihak dan perilaku individu di lain pihak. 19

Semuanya ini memiliki tujuan praktis yaitu untuk mengarahkan perilaku manusia itu
kepada upaya-upaya pencapaian tujuan.

B. Konsep Dasar Perilaku Individu


Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan, dengan kata lain perilaku
pada umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. (1)
Perilaku individu adalah suatu fungsi dari interaksi yang dilakukan oleh manusia atau
individu dengan lingkungannya. (2) Perilaku setiap individu sangatlah berbeda dan
hal ini dipengaruhi oleh lingkungan dimana individu tersebut tinggal, perilaku yang
berbeda mengakibatkan bebedanya kebutuhan setiap individu, untuk itu perlunya
suatu organisasi agar kebutuhan yang berbeda tersebut dapat terpenuhi dengan
berkerja sama antar individu.
Seorang individu dengan lingkungannya atau organisasi menentukan perilaku
keduanya secara langsung. Mengapa demikian, karena individu membawa ke dalam
tatanan organisasi, kemampuan, kepercayaan, pengharapan, pengalaman, kebutuhan
dan lainnya yang semua ini adalah karakteristik yang dimiliki oleh individu dan
karakteristik ini akan dibawa oleh individu tersebut manakala memasuki lingkungan
baru yakni organisasi atau lainnya. Organisasi juga memiliki karakteristik antara lain
keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hierarki, tugas-tugas, wewenang,
tanggung jawab, system penggajian, system pengadilan dan sebagainya. Jika
keduanya ini berinteraksi maka akan menimbulkan Perilaku Individu dalam
Organisasi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perilaku individu dalam organisasi adalah “
suatu reaksi yang dilakukan oleh individu didalam organisasi untuk berkerja sama
dengan organisasi agar tujuan organisasi tersebut tercapai “.

C. Asumsi Dasar Perilaku Manusia


Setiap orang termasuk didalamnya para ahli dibidang psikologi kepribadian
memilki anggapan atau asumsi dasar tentang manusia. Asumsi ini diperoleh melalui
hubungan pribadi atau pengalaman pengalaman sosial secara nyata dan pada akhirnya
mempengaruhi perspektif dan tindakan individu terhadap sesamanya. Asumsi asumsi
atau anggapan tentang manusia berdasarkan teori teori kepribadian seperti yang
dikemukakan oleh Koswara (1991:26) antara lain :
1. Kebebasan – ketidak bebasan
Kebebasan dan ketidak bebsan merupakan dua anggapan yang saling
bertentangan dan berlawanan tentang manusia. Anggapan dasar yang menyatakan
manusia sebagai mahkluk yang bebas berkehendak, bebas menentukan sikap dan
bebas menentukan arah kehidupannya sendiri adalah anggapan yang bercorak dan
berdasar pada dasar aliran dan pandangan filsafat eksistensial (maslow) dan
humanistik (rogers : psikologi humanistik).
Sedangkan dasar pandangan yang menyatakan bahwa manusia adalah sosok
yang tidak bebas yang didasari dari organisme yang tingkah lakunya dideterminasi
(ditentukan) oleh sejumlah faktor penentu. Pandangan ini berada pada aliran
psikoanalisa (freud) dan behavioristik (skinner). Dalam hal ini freud beranggapan
bahwa faktor penentu tingkah laku manusia adalah dorongan dari dalam dirinya
berupa naluri dan dorongan dorongan yang lainnya, sedangkan menurut skinnner,
penentu tingkah laku manusia adalah stimulus stimulus eksternal yang berasal dari
lingkungan.
2. Rasionalitas-irrasionalitas
Rasionalitas dan irrasionalitas ini menyangkut seberapa besar pengaruh akal
terhadap tingkah laku manusia. Komitmen yang menyatakan bahwa manusia adalah
mahkluk yang rasional dianut oleh teori kepribadian humanistik.
Sedangkan komitmen yang menyatakan bahawa manusia adalah mahkluk
yang tidak rasional dianut oleh aliaran psikoanalisa yang menyatakan bahwa tingkah
laku manusia sebagian besar didorong oleh kekuatan kekuatan irrasional yang tidak
disadari (naluri naluri)
3. Holisme-Elementalisme
Prinsip holistik merupakan prinsip yang berasal dari psikologi gestalt yang
menekankan bahwa suatu fenomena harus dilihat dan hanya bisa diterima sebagai
suatu totalitas atau keseluruhan.
Sedangkan prinsip elementalistik menekankan bahwa suatu hal hanya bisa
dipelajari atau diterangkan dengan jalan menyelidiki aspek aspek secara terpisah.
Prinsip holistik menjadi dasar dari teori kepribadian yang dikemukakan freud dan
maslow, sedangkan prinsip elementalisme menjadi dasar dari teori kepribadian
behavioristik yang berpandangan bahwa kepribadian adalah sekumpulan tingkah laku
yang dipelajari sehingga penyelidikan tingkah laku dilakukan secara bagian (per
elemen).
4. Konstitusionalisme-enviromrntalisme
Pandangan konstitusional menyatakan bahwa pada hakikatnya manusia sudah
memilki sifat bawaan yang dibawa sejak lahir.
Sedangkan pandangan enviromentalisme menyatakan bahwa hakikatnya sifat
sifat manusia ditentukan oleh pengalaman pengalaman yang diperoleh dari
lingkungan. Teori kepribadian yang tergolong memiliki pandangan konstitusionalisme
tentang manusia antara lain hippokrates, freud, maslow dll. Sedangkan teori
kepribadian yang berpola enviromentalisme adalah skinner, pavlov dan tokoh tokoh
aliran behaaviorisme.
5. Berubah-tak berubah
Yang dipersoalkan dari anggapan dasar ini adalah tentang kemungkinan
berubah-tak berubahnya kepribadian individu di sepanjang hidupnya. Pandangan
bahwa manusia merupakan individu yang berubah berada pada aliran behaviorisme.
Dalam behaviorisme, tingkah laku dipusatkan pada bagaimana suatu tingkah laku bisa
diubah, dibentuk, atau dikendalikan. Selain itu, maslow juga berpandangan yang sama
dan menganggap bahwa kepribadian selalu ada dalam perubahan menuju taraf yang
lebih tinggi, sehingga maslow berpandangan bahwa manusia adalah sosok yang
berubah.
Pandangan bahwa manusia merupakan individu yang tidak berubah dianut
oleh teori kepribadian psikoanalisa yang berpandangan deterministik tentang pribadi
manusia. Pandangan deterministik manusia menyatakan bahwa manusia ditentukan
oleh faktor faktor tertentu yang dibawa sejak lahir berupa naluri dan dorongan
dorongan.
6. Subjektivitas-objektivitas
Pandangan yang menyatakan bhwa manusia merupakn individu yang hidup
dalam pengalaman yang subjektif yang dianut oleh aliran humanistik yang
menyatakan bahwa dunia batin atau dunia subjektif manusia merupakan faktor
penentu dasar manifestasi perilaku manusia. Dalam hal ini tingkah laku terutama
ditentukan oleh pemahaman atas dunia subjektifnya.
Pandangan objektif dianut oleh aliran kepribadian yang tergabung dalam teori
behavioristik yang menentang gagasan bahwa manusia mmerupakan individu yang
hidup dalam pengalaman yang subjektif. Gagasan tersebut tidaklah relevan dalam
upaya ilmiah mempelajari manusia. Sebab manusia hanya dapat diselidiki tentang
tingkah lakunya melalui pengukuran secara objektif.
7. Proaktif-reaktif
Pandangan proaktif manusia adalah berupa keyakinan bahwa sumber
penyebab dari seluruh tingkah laku manusia berada dalam diri manusia itu sendiri.
Pandangan proaktif  tentang tingkah laku manusia dianut oleh sigmund freud yang
menyatakan bahwa seluruh tingkah laku manusia didorong oleh penyebab dari dalam
diri manusia itu sendiri yang sebagian besar tidak disadari serta dianut pula oleh
pengikut aliran humanistik yang memandang bahwa manusia adalah mahkluk yang
sadar dan bebas betingkah laku.
Pandangan reaktif tentang tingkah laku manusia menyakini bahwa tingkah
laku manusia ditentukan oleh faktor yang berasal dari luar yaitu dri lingkungan. Jadi,
pandangan reaktif diyakini sebagai respon atau reaksi terhadap stimulus eksternal.
Pandangan ini dianut oleh aliran behavioristik.
8. Homestatis-heterostatis
Konsep homestatis dan konsep heterostatis adalah dua konsep yang berbeda
tentang motivasi. Konsep homestatis adalah konsep yang bersumber pada
keseimbangan (equlibrium) yang menerangkan bahwa tingkah laku manusia terutama
digerakkan kearah pengurangan ketegangan karna adanya ketidakseimbangan sampai
terjadi keseimbangan yang optimal.
Konsep homeostatis (freud) menyatakan bahwa seluruh tingkah laku manusia
ditunjukkan untuk mengurangi ketengangan karna memunjaknya energi naluriah.
Konsep ini berada pada aliran behaviorisme diantara tokohnya dollard dan miller.
Konsep heterostatis menyatakan bahwa tingkah laku manusia tidak digerakkan oleh
kekuatan kekuatan internal seperti naluri dengan tujuan untuk mencapai
keseimbangan, melainkan sebagai hasil atau pengaruh dari kekuatan eksternal.
Konsep heterostatis (maslow) menyatakan bahwa manusia digerakkan oleh kebutuhan
kebutuhan secara berjenjang terus menerus sampai mencapai kebutuhan tertinggi,
bukan untu mencapai keseimbangan optimal pada titik tertentu.
9. Dapat diketahui-tidak dapat diketahui
Pandangan ini saling bertolak belakang dlam pandangannya terhadap manusia.
Pada kelompok yang mempercayai bahwa pengetahuan tentang manusia dapat
diketahui didasari atas kepercayaan bahwa manusia dapat dengan mudah diketahui
dan dipahami karna pda dasarnya manusia bertingkah laku menurut hukum hukum
alam, sama halnya dengan mahkluk hidup lainnya. Pandangan ini oleh aliran
psikoanalisis dan behaviorisme.
Sedangkan konsep tidak dapat diketahui menyatakan bahwa manusia sebagai
pribadi yang tidak diketahui didasari oleh keyakinan bahwa manusia tidak bisa
diketahui sepenuhnya melalui upaya ilmiah karna bagaimanapun, manusia adalah
mahkluk yang unik yang tidak dapat disamakan keberadaan dan tingkah lakunya
dengan mahkluk mahkluk lainnya. Pandangan ini dianut oleh maslow dan teori
humanistik.
D. Perbedaan Perilaku Individu
Bentuk perilaku dilihat dari sudut pandang respon terhadap stimulus, maka
perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Perilaku tertutup, Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang
terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka, Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus
tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).

E. Pendekatan dalam mempelajari Perilaku Individu


Ada beberapa pendekatan yang dikembangkan oleh para ahli ilmu perilaku
untuk memahami perilaku manusia yang berinteraksi dengan lingkungannya.
Pendekatan pemahaman perilaku itu pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi 3
tiga pendekatan yaitu pendekatan kognitif, pendekatan penguatan, dan pendekatan
psikoanalitis.
1. Pendekatan Kognitif
Pendekatan kognitif adalah bahwa suatu perilaku oleh suatu
rangsangan, dimana perilaku individu terjadi atau timbul dikarenakan
adanya rangsangan sehingga timbulah respon atas rangsangan tersebut.
contohnya jika kita bertemu dengan teman dan kemudian dia bersikap baik
terhadap kita tentu saja kitapun akan bersikap baik pula.  Dapat pula
digambarkan sebagai berikut : Stimulus  Kognisi  Response
Kognisi adalah dasar dari unit teori kognitif, ia merupakan representasi
internal yang terjadi antara suatu stimulus dengan response (jawaban).
Seseorang mengetahui adanya stimulus, kemudian memprosesnya ke
dalam kognisi yang pada akhirnya kognisi ini menghasilkan dan
menyebabkan jawaban. Ada tiga hal yang umum terdapat di dalam
pembicaraan teori kognitif ini. Tiga hal itu antara lain : elemen kognitif,
struktur kognitif dan fungsi kognitif.
Pendekatan kognitif menekankan pada mental internal seperti berpikir
dan menimbang. Penafsiran atau persepsi individu tentang lingkungan
dipertimbangkan lebih penting daripada lingkungan itu sendiri. Pendekatan
kognitif ditimbulkan oleh ketidakseimbangan atau ketidaksesuaian pada
struktur kognitif, yang dapat dihasilkan dari persepsi tentang lingkungan.
Pendekatan kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan
pengalaman) adalah proses mental, yang saling menyempurnakan dengan
struktur kognisi yang ada. Dan akibat ketidak sesuaian (inconsistency)
dalam struktur menghasilkan perilaku yang dapat mengurangi
ketidaksesuaian tersebut. Dalam pendekatan kognitif, data dan sikap, nilai,
pengertian dan pengharapan pada dasarnya dikumpulkan lewat survey dan
kuestioner.
2. Pendekatan penguatan (Reinforcement)
Pendekatan penguatan (Reinforcement) menekankan pada peranan
lingkungan dalam perilaku manusia yang dianggap sebagai suatu sumber
stimulus yang dapat menghasilkan dan memperkuat respon-respon
perilaku. Perilaku ditentukan oleh stimulus lingkungan baik sebelum
terjadinya perilaku maupun sebagai hasil dari perliku. Konsepsi penguatan
menjelaskan bahwa sesuatu yang terjadi untuk mengubah perilaku
seseorang. Adapun respon adalah setiap perubahan dalam perilaku
individu. Dalam pendekatan penguatan ini, suatu respon terjadi karena
adanya suatu stimulus. Dengan semikian suatu stimulus selalu
menghasilkan suatu respon.
 Contoh sesorang yang menginginkan jabatan, lalu stimulus ynag
berupa jabatan itu datang padanya, maka jabatan tersebut akan mampu
mengubah perilakunya yang berupa perubahan positif maupun negatif.
Teori reinforcement bersifat historic. Suatu respon seseorang pada
suatu stimulus tertentu adalah menjadi suatu fungsi dari sejarah
lingkungannya. Pendekatan reinforcement mengukur stimulus lingkungan
dan respon materi atau fisik yang dapat diamati, lewat observasi langsung
atau dengan pertolongan sarana teknologi.
3. pendekatan psikoanalitis
pendekatan ini menunjukkan bahwa perilaku manusia ini dikuasai oleh
personalitasnya atau kepribadiannya. Kepribadian diartikan sebagai sistem
yang dinamis dan memberikan dasar dari semua perilaku. Kepribadian
terdiri dari tiga subsistem yaitu Id, Ego, dan Supergo.
a.. Id
Adalah subsistem dari kepribadian, ia adalah penampung dari
semua kekuatan jiwa yang menyebabkan berfungsinya suatu
sistem. Id ini seringkali dilukiskan sebagai kawah mendidih yang
berisi pengharapan dan keinginan-keinginan yang memerlukan
pemuasan secepatnya.
a. Ego
Jika Id di atas diterangkan sebagai sumber dari ketidaksadaran
manusia, maka Ego menunjukkan sebaliknya ialah sumber rasa
sadar. Ego merupakan subsistem yang berfungsi ganda yakni
melayani dan sekaligus mengendalikan dua sistem lainnya (Id dan
Supergo) dengan cara berinteraksi dengan dunia luar. Ego
mengembangkan kepentingan Id dengan menghubungkan ke dunia
luar untuk mendapatkan pemuasan-pemuasan keinginannya.
Dengan kata lain Ego bertindak sebagai perantara bagi Id.
b. Supergo
Supergo sebenarnya adalah kekuatan moral dari personalitas,.
Ia adalah sumber norma atau standar yang tidak sadar yang menilai
dari semua aktivitas Ego.
Dengan demikian, psikoanalitis Menekankan pada peranan
system psikoanalitis dalam menentukan suatu perilaku.
Lingkungan dipertimbangkan sepanjang hanya sebagai ego yang
bertinteraksi dengannya untuk memuaskan keinginan-keinginan
Id.  Perilaku yang timbul oleh tegangan-teg88angan (tension) yang
dihasilkan oleh tidak tercapainya keinginan-keinginan yang berasal
dari Id. Keinginan dan harapan dihasilkan dalam Id dan kemudian
diproses dan dikerjakan oleh ego dibawah pengamatan superego.
Masa lalu seseorang dapat menjadikan suatu penentu yang
relative penting bagi perilakunya. Sifat Id dan superego adalah
keduanya diturunkan dan kekuatan yang relative dari Id, ego dan
super ego adalah ditentukan oleh interaksi-interaksi dan
pengembangannya dimasa lalu. Hampir sebagian besar aktivitas
mental adalah menetukan perilaku. Data ekspresi dari keinginan-
keinginan, harapan-harapan dan bukti penekanan dan penghambat
atau penahan dari keinginan tersebut lewat analisis mimpi, asosiasi
bebas, teknik-teknik proyektif dan hipnotis

F. Faktor yang mempengaruhi perilaku individu dalam berkerja


1. Kepuasan kerja
Kepuasan kerja memberikan pengaruh bagi kinerja atau produktivitas
karyawan. Semakin tinggi kepuasan kerja seorang individu, maka akan semakin betah
dan semakin senang pula individu tersebut dalam bekerja. Sebaliknya, apabila
individu tersebut tidak mendapatkan kepuasan kerja, maka produktivitasnya bisa
menurun dan bahkan bisa berhenti dari pekerjaan.
2. Lingkungan
Lingkungan ada beragam dan dapat mempengaruhi perilaku individu,
contohnya seperti lingkungan biologis, lingkungan fisik, maupun lingkungan sosial.
Lingkungan dapat menjadi lawan dan tantangan bagi individu sehingga memiliki
potensi untuk mengubah perilaku dan sifat seorang individu.
3. Kebudayaan
Menurut J. Macionis, Kebudayaan adalah cara berpikir, cara bertindak, dan
objek material yang bersama-sama membentuk cara hidup manusia. Perilaku seorang
individu tentu berbeda berdasarkan kebudayaannya. Contohnya perbedaan perilaku
individu antara orang Jawa dan orang Sumatra.
4. Intelegensi (kemampuan berpikir)
Intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak dan berpikir secara efektif dan
efisien. Tingkah laku individu yang dipengaruhi oleh intelegensi adalah tingkah laku
dimana seorang individu dapat bertindak secara cepat dan tepat terutama dalam hal
mengambil keputusan
5. Kepribadian
Kepribadian adalah cara bagi seorang individu untuk berinteraksi dengan
individu yang lain. Selain itu, kepribadian juga dapat diartikan sebagai ciri-ciri yang
menonjol atau terlihat pada seorang individu. Contohnya, orang yang pendiam akan
dikenakan atribut "berkepribadian pendiam". Dari pengertian yang ada, kepribadian
tentu sangat berpengaruh terhadap perilaku individu dalam kesehariannya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep Dasar Perilaku Organisasi
Konsep dasar perilaku organisasi terdapat dua komponen yang mampu menunjang
organisasi itu berjalan. komponen-komponen itu diantaranya adalah sebagai berikut:
3) Individual sebagai komponen pertama. Perilaku individual ini sangatlah
berpengaruh pada organisasi, baik perilaku terhadap individu lain maupun
perilaku individu terhadap organisasi.
4) Organisasi formal sebagai komponen kedua. Organisasi ini merupakan suatu
wadah bagi individu-individu untuk menuangkan ide-ide kreatif dan menunjukkan
keahlian atau kecakapan yang dimiliki.
. Jadi, perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek- aspek
tingkah laku manusia dalam organisasi atau suatu kelompok tertentu. Aspek pertama
meliputi pengaruh organisasi terhadap manusia, sedang aspek kedua pengaruh
manusia terhadap organisasi.
Konsep Dasar Perilaku Individu
Seorang individu dengan lingkungannya atau organisasi menentukan perilaku
keduanya secara langsung. Mengapa demikian, karena individu membawa ke dalam
tatanan organisasi, kemampuan, kepercayaan, pengharapan, pengalaman, kebutuhan
dan lainnya yang semua ini adalah karakteristik yang dimiliki oleh individu dan
karakteristik ini akan dibawa oleh individu tersebut manakala memasuki lingkungan
baru yakni organisasi atau lainnya. Organisasi juga memiliki karakteristik antara lain
keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hierarki, tugas-tugas, wewenang,
tanggung jawab, system penggajian, system pengadilan dan sebagainya. Jika
keduanya ini berinteraksi maka akan menimbulkan Perilaku Individu dalam
Organisasi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perilaku individu dalam organisasi adalah “
suatu reaksi yang dilakukan oleh individu didalam organisasi untuk berkerja sama
dengan organisasi agar tujuan organisasi tersebut tercapai “.

Asumsi Dasar Perilaku Manusia


Setiap orang termasuk didalamnya para ahli dibidang psikologi kepribadian
memilki anggapan atau asumsi dasar tentang manusia. Asumsi ini diperoleh melalui
hubungan pribadi atau pengalaman pengalaman sosial secara nyata dan pada akhirnya
mempengaruhi perspektif dan tindakan individu terhadap sesamanya
Perbedaan Perilaku Individu
Bentuk perilaku dilihat dari sudut pandang respon terhadap stimulus, maka
perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu: Perilaku tertutup, Perilaku tertutup
adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup.
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh
orang lain. Perilaku terbuka, Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap
stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap
stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).
Pendekatan dalam mempelajari Perilaku Individu
Ada beberapa pendekatan yang dikembangkan oleh para ahli ilmu perilaku
untuk memahami perilaku manusia yang berinteraksi dengan lingkungannya.
Pendekatan pemahaman perilaku itu pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi 3
tiga pendekatan yaitu pendekatan kognitif, pendekatan penguatan, dan pendekatan
psikoanalitis

Faktor yang mempengaruhi perilaku individu dalam berkerja

 Kepuasan kerja
 Lingkungan
 Kebudayaan
 Intelegensi (kemampuan berpikir)
 Kepribadian

B. Saran
Dalam makalah ini, pasti banyak kekurangan kekurangan yang terdapat di
dalamnya, maka dari itu kami membutuhkan kritik maupun saran dari pembaca
maupun dosen pengampu
DAFTAR PUSTAKA

Handoko, T. Hani. Manajemen, Edisi Kedua. BPFE: Yogyakarta. 2000.

Wexley, Kenneth. M. And Gary A. Yuki. Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia. Rineka Cipta:
Jakarta 2005

Thoha, Miftah, Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya ( Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011 )

Winardi, J. Manajemen Perilaku Organisasi ( Jakarta : Kencana, 2004 )

http://syadiashare.com/panduan-organisasi-pengaruh-perilaku-individu-terhadap-efektibilitas-
organisasi.html

http://akuntansi-manajemen2.blogspot.com//2011/07/dasar-dasar-perilaku-individual-serta.html

You might also like