Professional Documents
Culture Documents
Adoc - Pub - Transfer Pricing Dalam Sudut Pandang Teoritis Yang
Adoc - Pub - Transfer Pricing Dalam Sudut Pandang Teoritis Yang
ABSTRACT
The development of research in the field of management accounting today's increasingly dynamic. The
re-searchers in the development of research hypotheses, not only use theories from the economics perspective
which are central of they science, but also consider the theories developed in other perspective such as
psychology and sociology. Economics theories, psychological theories, and sociological theories are used
interchangeably and simultaneously in response to the phenomena occurring in the field of management
accounting. With various assumptions underlying these theories, they are actually complementing one another.
This raises the impression that the real in the social sciences such as accountancy, will always be in touch with
another discipline to be able to answer every phenomenon that appears, both organizational behavior,
individuals, or with the environment. Especially for transfer pricing topics, recording progress and new
discoveries that come into contact with a variety of disciplines, at least broaden the knowledge and
understanding of what variables are interrelated in considering transfer pricing. The purpose of this article is
to present the wealth of the region ac-counting studies that have been penetrated in a variety of disciplinary
perspectives, not just economics but also psychology.
Keywords: transfer pricing, economics theory, psychology theory
Gambar di atas menggambarkan kondisi akuntansi yang sama, akan mempengaruhi laba. 2.
nyata dari fenomena harga transfer, ketika sebuah Sebaliknya, bagi divisi penjual, harga transfer
holding company industri otomotif memiliki 2 merupakan bagian dari pendapatan, sehingga
divisi yang autonom. Divisi aki kering ketika biaya terkait ditandingkan dengan
memproduksi aki kering yang dijual ke pasar pendapatan selama satu perioda akuntansi, akan
eksternal dan dapat pula ke divisi perakitan mobil, mempengaruhi labanya. 3. Bagi perusahaan,
karena aki kering ini merupakan salah satu suku andaikan secara ekonomis kos produk yang
cadangnya. Aki kering (intermediate product) ini relevan untuk memproduksi barang antara
tentulah memiliki harga. Harga inilah yang disebut (intermediate product) justru lebih murah daripada
dengan harga transfer. Sugiri (2009) menjelaskan harga produk di pasar eksternal, sedangkan divisi-
bahwa harga transfer adalah harga produk atau jasa divisi tidak sepakat melakukan harga transfer,
yang ditransfer secara internal oleh pusat-pusat maka laba perusahaan akan menjadi buruk,
pertanggungjawaban (divisi) dalam sebuah terutama ketika jumlahnya sedemikian signifikan.
perusahaan. Selain pengaruhnya terhadap laba, harga
Harga transfer mempunyai pengaruh transfer juga memiliki dampak pada autonomi
terhadap laba divisi pembeli maupun penjual serta divisi. Ketika laba perusahaan terpengaruh, maka
laba perusahaan sebagai satu kesatuan sebagai top manajemen akan terdorong untuk melakukan
berikut: 1. Bagi divisi pembeli, harga transfer intervensi terhadap keputusan membeli dari pihak
merupakan bagian dari kos produk, sehingga eksternal ataupun memproduksi secara internal.
ketika kos tersebut ditandingkan (setelah produk Bentuk intervensi ini berpeluang untuk
terjual) dengan pendapatan selama satu perioda mengurangi autonomi dari tiap divisi yang terlibat
1 Ide ini telah dilakukan terlebih dahulu oleh Covaleski et, al (2003). dinamis dengan lebih baik. Desentralisasi yang dimaksudkan disini
Mereka membahas tiga perspektif teoritis dan kriteria untuk adalah adanya pendelegasian wewenang dan tanggung jawab kepada
integrasi selektif dari ketiganya yaitu teori-teori ekonomika, manager divisi untuk mengambil keputusan yang menguntungkan
psikologi dan sosiologi pada topik penganggaran (budgeting) terhadap sejumlah perubahan lingkungan sesuai wewenang dan
dengan berbasis penelitian-penelitian yang ada. tanggung jawab yang diberikan, dan hal ini akan menjadi ukuran
kinerja divisi yang dipimpinnya.
2Organisasi yang terdesentralisasi merupakan organisasi yang
memiliki kebutuhan untuk merespon perubahan lingkungan yang
132 IARN (iarn.detikjogja.com)
Indonesia Accounting Research Journal | Vol. 4 No. 2, Juli – Desember 2016
dalam harga transfer. Untuk menjaga autonomi (kinerja manager untuk mencapai tujuan pribadi
divisi yang ada, perusahaan tidaklah menentukan dan divisinya, juga dapat mencapai tujuan
berapa rupiah besarnya harga transfer, melainkan perusahaan secara keseluruhan)
menetapkan kebijakan (aturan) yang secara wajar 2. Kos (cost-based transfer price). Harga pasar
dapat diterima oleh masing-masing manager divisi. eksternal kerap tidak tersedia. Hal ini bisa
Kebijakan itu meliputi dasar-dasar penetapan terjadi karena produk yang ditransfer
harga transfer berikut: 1. Harga pasar (market- menggunakan disain yang memiliki hak paten
based transfer price). 2. Kos (cost-based transfer perusahaan induk. Dalam kasus ini, bisa
price). 3. Harga negosiasian (negotiated transfer digunakan pendekatan penetapan harga transfer
pricing). berdasarkan kos. Ketika harga yang ditetapkan
adalah senilai kos, maka ada kemungkinan,
Metoda-Metoda Harga Transfer dan divisi penjual tidak mendapatkan laba. Untuk
Perbandingannya kepentingan bersama, maka kos oleh organisasi
1. Harga Pasar (market-based transfer price). dapat didefinisikan sebagai kos plus, yaitu
Harga pasar merupakan harga produk (barang penetapan harga transfer ditetapkan berdasar
atau jasa) yang terjadi di pasar eksternal sebagai kos ditambah margin sesuai kebijakan.
hasil akhir dari proses tawar menawar seluruh 3. Harga transfer negosiasian (negotiated transfer
pelaku pasar (produsen dan konsumen). Jika pricing). Dalam realita, pasar persaingan
pasar tersebut adalah pasar persaingan sempurna hampir tidak ada. Dalam kondisi
sempurna, maka harga pasar sangat tepat seperti ini, pendekatan penetapan harga transfer
menjadi harga transfer. Pada situasi demikian, melalui negosiasi kedua divisi adalah alternatif
berbagai tindakan manager divisi akan praktis. Ghosh (2000) menegaskan bahwa
mengoptimalkan laba divisi serta laba negosiasi merupakan sebuah metoda yang
perusahaan secara simultan. Jadi, harga pasar umum digunakan oleh banyak perusahaan
dianggap dapat menciptakan goal congruence dalam menetapkan harga transfer.
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa, kekurangan. Hal ini didukung oleh Ghosh (1994)
ketiga metoda memiliki karakteristik masing- yang menemukan bahwa metoda harga transfer
masing, dan metoda negosiasi memiliki negosiasian menghasilkan laba perusahaan yang
keunggulan lebih, meski tetap memiliki lebih tinggi dan konflik managerial yang lebih
3 4
Penelitian ini menggunakan teori pembingkaian (teori psikologi) Teori psikologi yang digunakan adalah fairness dimana responden
serta teori keagenan (teori ekonomika) dalam menentukan reaksi diminta memperhatikan hasil yang diperoleh oleh dirinya serta
manager penjual terhadap hasil (outcome) dari melakukan negosiasi manager lain dalam kondisi permainan atau disain game theory yang
harga transfer. Hipotesis yang dikembangkan dalam studi merupakan bagian dari teori ekonomika pada setting kultur budaya
eksperimen yang dilakukan adalah treatmen pengaruh (teori sosiologi yaitu teori kontingensi) yang berbeda (US dan juga
pembingkaian tujuan (perolehan laba/positif dan laba Australia)
tangguhan/negatif), serta treatmen struktur kompensasi (tinggi dan
rendah) terkait perolehan bagian laba divisi serta tingkat fleksibilitas
proses negosiasi.
134 IARN (iarn.detikjogja.com)
Indonesia Accounting Research Journal | Vol. 4 No. 2, Juli – Desember 2016
mendapat imbalan tertentu. Hubungan ini biasanya untuk mendapatkan insentif, tetapi juga
dinyatakan dalam bentuk kontrak5. Dalam teori kebutuhan (keuntungan) prinsipal. Terkait
keagenan, agen biasanya dianggap sebagai pihak dengan kontrak insentif, Church et al. (2008)
yang ingin memaksimumkan dirinya tetapi tetap menyebutkan bahwa kontrak insentif akan
selalu berusaha memenuhi kontrak. Diawal efektif dalam mempengaruhi perilaku individu
pembahasan telah disebutkan bahwa penetapan ketika berada dalam titik referensi yang dapat
harga transfer terus diperdebatkan karena efek diterimanya sebagai target insentif terendah
negatif yang ditimbulkan dalam organisasi dan target insentif tertinggi. Jika dibawah
(McAulay dan Tomkins, 1992). Dalam kaitannya target terendah maupun diatas target tertinggi,
dengan teori keagenan, efek negatif ini mendorong perilaku individu akan cenderung konstan.
prinsipal untuk lebih melakukan pengendalian 2. Mekanisme arbitrase juga merupakan salah
serta pengawasan terhadap agen yang cenderung satu faktor yang mendukung keberhasilan
oportunis. Sebagaimana disampaikan sebelumnya penetapan harga transfer yang berdampak pada
(Sugiri, 2009), ada dua mekanisme yang dapat keuntungan perusahaan secara keseluruhan.
dilakukan prinsipal untuk pengendalian dalam Mekanisme arbitrase ini juga efektif untuk
penetapan harga transfer yaitu melalui mekanisme memecahkan masalah keagenan dengan
insentif (kompensasi) dan arbitrase. memberikan keyakinan kepada prinsipal
1. Mekanisme insentif (kompensasi). Ghosh terkait keputusan yang diambil agen melalui
dalam beberapa penelitian pribadi ataupun campur tangan pihak ketiga yang independen8
bersama Boldt (1994, 2000, 2004, dan 2006) (arbitrator yang kredibel dan independen
memasukkan struktur kompensasi atau insentif tentunya dapat dipilih oleh prinsipal). Temuan
sebagai treatmen dalam disain penelitian yang Greenberg et al. (1994) menunjukkan bahwa
dilakukannya. Hasil yang didapat adalah arbitrase adalah salah satu faktor yang
bahwa struktur kompensasi atau insentif yang mendorong kesuksesan sistem harga transfer.
diberikan dapat menstimuli manager untuk Johnson dan Pruitt (1972) dalam Greenberg et
melakukan penetapan harga transfer al. (1994) yang meneliti mediasi versus
negosiasian yang tentunya menguntungkan arbitrase, hasilnya menunjukkan bahwa
semua pihak (antar divisi dan perusahaan manajer yang bernegosiasi (negosiator) dan
secara keseluruhan). Terlepas dari mana yang menggunakan arbitrase akan lebih kooperatif
lebih efektif antara menggunakan insentif yang serta lebih cepat mencapai kesepakatan harga.
didasarkan pada laba korporasi (corporate Penelitian ini juga menemukan bahwa adanya
profits) ataukah laba divisi (division profits)6, pihak ketiga akan mempercepat pencapaian
berbagai penelitian yang ada menyimpulkan solusi pada saat terjadi kondisi konflik. Dengan
bahwa mekanisme pemberian insentif dapat demikian dapat dikatakan bahwa dengan
memperbaiki atau memecahkan masalah menerapkan arbritase dalam melakukan
keagenan dalam teori keagenan. Hal ini negosiasi harga transfer, para manajer divisi
dapatlah dipahami, karena dengan adanya (negosiator) mendapatkan solusi serta dapat
struktur kompensasi7 atau kontrak insentif, mencapai kesepakatan dalam penetapan harga
seorang agen akan berusaha memenuhi bukan transfer.
hanya kebutuhan (keuntungan) pribadinya
5 7
Teori kontrak juga dimaksudkan untuk mengatasi masalah Struktur kompensasi disini, dalam penelitian Ghosh (2004, 2006)
keagenan, dimana agen diberi ikatan dengan kontrak untuk dapat saja berupa kompensasi rendah (3%) dan terutamanya
melakukan tindakan (dalam pengambilan keputusan strategisnya) kompensasi tinggi (30%) dari laba divisi dapat mempengaruhi
sesuai dengan harapan dan memberi keuntungan bagi prinsipal. perilaku manager dalam menentukan harga transfer (keinginan
untuk mendapatkan laba yang besar serta fleksibilitas dalam
6 Grabski (1985) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa dalam negosiasi).
penetapan harga transfer negosiasian akan lebih baik menggunakan
8
insentif yang didasarkan pada laba korporasi (corporate profits) Independen yang dimaksudkan disini adalah bebas dari konflik
dibandingkan laba divisi (division profits). Temuan Spicer (1988) kepentingan diantara pihak-pihak yang terlibat konflik (para
menunjukkan bahwa semakin besar penghasilan (reward) yang manager divisi yang bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan
diterima manajer divisi yang dihubungkan dengan laba korporasi, harga transfer)
maka akan semakin besar pula dukungan manajer divisi untuk
korporasi.
9Negosiasi yang dilakukan oleh para manager divisi cenderung akan membahas game theory, seperti Miller (2003), dan Geckil dan
mengaburkan kinerja hasil dari divisi yang dipimpin dengan Anderson (2009)
kemampuan manager dalam bernegosiasi.
11 Dalam teori kontingensi, setiap keputusan yang diambil
10 Geckil dan Anderson (2009) menjelaskan bahwa dalam suatu merupakan keputusan terbaik dalam kondisi saat itu. Artinya,
permainan, kondisi Nash equilibrium akan terjadi ketika setiap tergantung pada kondisi atau keadaan yang ada pada lingkungan
pemain mengoptimalkan utilisasinya. Namun yang terpenting sekitar pembuatan keputusan.
adalah Nash equilibrium berasumsi bahwa setiap pemain adalah
rasional, dan pilihan strategi optimal yang diambil merupakan hasil 12Kondisi burnout adalah merupakan akibat dari tekanan (stressor)
dari rasionalitas tersebut. Untuk lebih jelasnya tentang Nash yang dihadapi seseorang. Dalam penelitian Almer dan Kaplan
equilibrium dapat dipelajari dalam berbagai literatur yang (2002), seorang profesional auditor mengalami stressor (konflik,
136 IARN (iarn.detikjogja.com)
Indonesia Accounting Research Journal | Vol. 4 No. 2, Juli – Desember 2016
diberikan kemudian, meski merupakan informasi kondisi yang serba sulit dan tidak pasti.
yang penting untuk judgment yang diberikan bagi keterbatasan ini akhirnya dapat diisi dengan teori
penetapan harga transfer, tidak lagi dapat ekonomika yang berisi kepastian, sehingga setiap
digunakan untuk menentukan keputusan. permasalahan bisa diatasi. Sebagai solusi yang
Hal ini membawa dampak pada keputusan ditawarkan dari teori ekonomika, adanya distribusi
yang diambil akan bias (heuristic biases13). Di dalam negosiasi (Bazerman, 1994). Distribusi
kemudian hari yang ada hanya penyesalan dan ini dalam negosiasi ini memperlihatkan konsep
bukti ketidakkonsistenan karena adanya “bargaining zone”. Divisi penjual dan pembeli, di
keterbatasan rasionalitas (hal ini dapat dijelaskan saat hendak melakukan negosiasi akan datang
dengan cognitive dissonance theory). Berdasarkan dengan membawa harga tertinggi (terendah untuk
klasifikasi yang dilakukan Birnberg et al. (2007), dijual) serta batas toleransi terendah (tertinggi
teori psikologi yang banyak digunakan tergolong untuk dibeli) yang mereka akan negosiasi. Dalam
pada 3 kelompok, yaitu teori psikologi sosial, konteks harga transfer negosiasian, harga tertinggi
motivasi, dan kognitif. Berikut akan dibahas teori- penawaran adalah harga pasar, sementara terendah
teori psikologi yang ditemukan pada beberapa adalah kos produk ditambah margin (dengan nilai
penelitian tentang harga transfer berdasarkan yang wajar untuk harga transfer internal) bagi
klasifikasi tersebut. penjual. Di sinilah rasionalitas kedua divisi
Organization justice theory. Penelitian dituntut, dimana harga yang cukup masuk akal
psikologi motivasi mencoba meneliti bagaimana adalah, harga tengah antara harga pasar dan kos
kepercayaan orang terhadap ekuitas, fairness, dan produk tambah margin yang pantas. Hal ini
justice mempengaruhi motivasi kerja mereka. menggambarkan saling melengkapinya kedua
Teori ini mengasumsikan bahwa orang akan sangat perspektif teori yang dikembangkan dalam dua
memperhatikan 2 tipe justice yaitu distributif dan ilmu yang berbeda.
prosedural14. Penelitian harga transfer yang Dalam teori psikologi kognitif, teori
menggunakan teori-teori psikologi banyak keputusan keprilakuan memperkenalkan adanya
menggunakan teori ini dalam negosiasi penetapan teori prospek dan pembingkaian (framing).
harga transfer. Baik Luft dan Libby (1997) serta Pembingkaian (framing) merupakan penyajian
Kachelmeier dan Towry (2002) menemukan bahwa informasi yang secara substansi sama namun dalam
ketika terdapat harga pasar eksternal produk yang bingkai yang berbeda (bingkai positif dan negatif).
dinegosiasikan, dan harga pasar tersebut lebih Prospect theory yang diperkenalkan oleh
besar daripada harga yang akan menyebabkan Kahneman and Tversky (1979) dalam Bazerman
kedua divisi menerima keuntungan sama, divisi (1994) menjelaskan efek dari pembingkaian ini
penjual biasanya akan mempertimbangkan harga melalui fungsi nilai berbentuk S yang
pasar sebagai harga transfer yang lebih adil karena menggambarkan bahwa pembuat keputusan akan
menghasilkan laba yang lebih tinggi untuk cenderung risk averse saat kondisi untung (bingkai
divisinya. Namun, pembeli akan melihat harga positif), dan risk taker saat kondisi rugi (bingkai
transfer yang adil sebagai harga yang memberikan negatif) dengan tingkat titik referen yang sama.
keuntungan yang sama bagi dua divisi. Perbedaan Ghosh dan Boldt (2006) melakukan penelitian
persepsi tentang fairness ini memperlihatkan terkait pembingkaian informasi sebagai laba yang
adanya keterbatasan rasionalitas yang membawa diperoleh/made profit (bingkai positif) dan laba
pada konflik. Karenanya, sebagai sebuah asumsi, dikorbankan/profit foregone (bingkai negatif) pada
rasionalitas dibatasi terkadang membawa kepada konteks penetapan harga transfer negosiasian.
ambigu, dan kelebihan peran) yang berakibat burnout (emotional kebanyakan memilih ukuran biasa daripada ukuran unik (Lipe dan
exhaust, reduced personal accomplishment, dan depersonalization) Salterio, 2000). Meski dengan responden yang memiliki
dalam lingkungan kerjanya. pengalaman sekalipun, tetap saja menggunakan ukuran yang umum
disamping ukuran yang khusus (Dilla dan Steinbart, 2005).
13 Bias heuristik adalah sebuah keputusan yang diambil tidak
14
merepresentasikan keadaan sebenarnya menurut logika rasionalitas Keadilan distributif adalah kepercayaan individual tentang
karena adanya keterbatasan rasionalitas (bounded rationality). keadilan yang terdistribusi terkait dengan fairness dari distribusi
Contoh dalam penelitian terkait Balanced Scorecard (BSC), bias hasil kepada dirinya dan orang lain. Fokus pada hasil yang dianggap
yang terjadi adalah sebenarnya menurut logika, penggunaan ukuran fair. Sementara keadilan prosedural lebih kepada keadilan dari
unik lebih baik dalam mengukur kinerja daripada ukuran yang proses (secara prosedural) yang membawa hasil, apapun hasilnya,
umum, yang bisa jadi tidak merepresentasi apa yang ingin diukur. yang terpenting adalah fair dari prosesnya
Namun untuk alasan kemudahan, maka pengambil keputusan
Church, B. K., T. Libby., dan P. Zhang. (2008). Gox, R. F., dan U. Schiller. (2007). An Economic
Contracting Frame and Individual Perspective on Transfer Pricing, In
Behaviour: Experimental Evidence. Journal Handbook of Management Accounting
of Management Accounting Research. Vol Research, edited by Chapman C. S.,
20: 153-168 Hopwood A. G., dan Shields M. D., Vol. 2:
Elsevier Ltd
Coombs, H., D. Hobbs., dan E. Jenkins. (2005).
Management Accounting: Principles and Grabski, S.V. (1985). Transfer Pricing in Complex
Applications. Sage Publications Ltd Organizations: A Review and Integration of
Recent Empirical and Analytical Research.
Covaleski, M. A., J. H, Evans III., J. L. Luft., dan Journal of Accounting Literature 4: hal. 33-
M. D. Shields. (2003). Budgeting Research: 75
Three Theoretical Perspectives and Criteria
for Selective Integration. Journal of Greenberg, P., dan R. H. Greenberg. (1994). The
Management Accounting Research. Vol 15: Impact of Control Policies on the Process
3-49 and Outcomes of Negotiated Transfer
Pricing. Journal of Management Accounting
Dilla, W. N. dan P. J. Steinbart. (2005). Relative Research 6 (Fall): 93-127
Weighting of Common and Unique Balanced
Scorecard Measures by Knowledgeable Hansen, D. R., dan M. M. Mowen. (2007).
Decision Makers. Behavioural Research in Managerial Accounting, Ed 8th. Cengage
Accounting. Vol 17: 45-53 Learning Asia Pte Ltd, Singapore
Duvallet, J., Garapin, A., Llerena., dan Robin, S. Kachelmeier, S. J., dan K. L. Towry. (2002).
(2004). A Game Theoretical Approach of Negotiated transfer pricing: Is fairness easier
Price Negotiation and Coordination in an said than done?, The Accounting Review 77,
Innovative Firm-Supplier Context: An 571–593.
Experimental Analysis. International
Lipe, M. G. dan S. E. Salterio. (2000). The
Negotiation 9: 245-269
Balanced Scorecard: Judgmental effects of
common and unique performance measures.
The Accounting Review 75 (July): 283-298